MODEL PEMBELAJARAN SCIENTIFIC INQUIRY PE

MODEL PEMBELAJARAN
SCIENTIFIC INQUIRY (PENEMUAN ILMIAH)
Initiators : Joseph J. Schwab

https://bahrurrosyididuraisy.wordpress.com/

PENDAHULUAN
Sejak manusia lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri
pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang alam sekitar di sekelilingnya merupakan kodrat
manusia sejak ia lahir ke dunia. Oleh karena itu sejak kecil manusia memiliki keinginan untuk
mengenal segala sesuatu melalui indera penglihatan, pendengaran, pengecapan dan inderaindera lainnya. Hingga pada saat dewasa keingintahuan manusia secara terus menerus
berkembang dengan menggunakan otak dan pikirannya. Pengetahuan yang dimiliki manusia
akan bermakna (meaningfull) manakala didasari oleh keingintahuan itu. Didasari hal inilah
suatu strategi pembelajaran yang dikenal dengan inkuiri dikembangkan.

PENGERTIAN
Menurut Encyclopedia of Educational Research, penemuan merupakan strategi
yang unik dapat diberi bentuk oleh guru dalam berbagai cara, termasuk pembelajarankan
ketrampilan menyelidiki, memecahkan masalah sebagai alat bagi siswa untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode penemuan adalah
suatu metode dimana proses pembelajaran menekankan murid untuk menemukan sendiri

informasi yang secara tradisional biasanya diceramahkan guru.
Scientific Inquiry (Inkuiri Ilmiah/Penemuan Ilmiah) adalah model pembelajaran yang
membawa Pebelajar ke proses ilmiah dan dibantu mengumpulkan dan menganalisis data,
mengecek hipotesis dan teori, serta mencerminkan hakikat pembentukan pengetahuan.
Model ini menjadikan sains dan ilmu pasti sebagai strategi pembelajaran, namun model ini
juga bisa diterapkan pada bidang sosial , khususnya meningkatkan pemahaman
permasalahan sosial dan pemecahan masalah sosial.
ORIENTASI MODEL ( ORIENTATION TO THE MODEL )
Hakikat Pendekatan BSCS ( Biological Sciences Curriculum Study) oleh Schwab tahun 1965
adalah mengajarkan siswa untuk memproses informasi dengan menggunakan teknik-teknik
yang pernah digunakan oleh para peneliti Biologi. Misalnya, dengan mengidentifikasi
masalah-masalah dan menggunakan metode tertentu untuk memecahkan masalah tersebut.
BSCS menekankan isi dan proses. Penekanan pertama (isi) berkaitan dengan perilaku
manusia dalam ekologi bumi, sedangkan penekanan kedua (proses) berhubungan dengan
penelitian sains/ilmiah.
BAHRUR ROSYIDI | SCIENTIFIC INQUIRY

1

MODEL PEMBELAJARAN

Inti dari model pembelajaran ini adalah melibatkan siswa dalam masalah penelitian yang
benar-benar orisinil dengan cara menghadapkan mereka pada bidang investigasi, membantu
mereka mengidentifikasi masalah konseptual atau metodologis dalam bidang tertentu, dan
mengajak mereka untuk merancang cara-cara memecahkan masalah. Dari sini mereka bisa
melihat bagaimana suatu pengetahuan dibuat dan dibangun dalam komunitas para ilmuwan
sehingga mereka menghargai pengetahuan sebagai proses penelitian yang melelahkan dan
mungkin mereka akan mempelajari keterbatasan dan keunggulan pengetahuan masa kini.
STRUKTUR ( SYNTAX) :
Struktur Pembelajaran Scintific Inquiry
Tahap Pertama
Siswa disajikan suatu bidang penelitian

Tahap Kedua
Siswa Menyusun / Mendesain Masalah

( meliputi metodologi-metodologi yang
digunakan dalam penelitian )

( Kemungkinan siswa akan mengalami
beberapa kesulitan yang harus dihadapi

dalam interpretasi data, pembentukan data,
kontrol ujicoba, dan pembuatan kesimpulan)

Tahap Ketiga
Siswa mengidentifikasi Masalah dalam
Penelitian

Tahap Keempat
Siswa berspekulasi untuk memperjelas
masalah

( siswa berspekulasi tentang masalah
sehingga bisa mengidentifikasi kesulitan
yang dihadapi)

(merancang ujicoba, mengolah data demgan
cara yang berbeda, menghasilkan data,
mengembangkan konstruk-konstruk, dan
sebagainya)


SISTEM SOSIAL ( SOCIAL SYSTEM )
Dalam model pembelajaran ini sistem sosialnya sangat terstruktur, antara lain :





Iklim Kooperatif sangat dianjurkan. Siswa benar-benar dimasukkan ke dalam
komunitas peneliti yang menggunakan teknik pengetahuan terbaik. Iklim tersebut
mencakup tingkat keberanian tertentu sebagai bentuk kerendahhatian.
Siswa perlu menghipotesis secara cermat, menantang bukti, mengkritisi rancangan
penelitian, dan sebagainya
Siswa mengakui sifat pengetahuan secara tentatif dan selalu berkembang dengan
baik sebagai disiplin
Siswa tetap berpegang berpegang teguh pada pendekatan ilmiah dan
mengembangkan kerendahhatian.

BAHRUR ROSYIDI | SCIENTIFIC INQUIRY

2


PERAN/TUGAS GURU ( PRINCIPLES OF REACTION )
Kami telah mengidentifikasi lima prinsip reaksi dan peran yang penting dalam model ini, yaitu
:
Pertama; Guru membimbing, melatih, dan mendidik penelitian dengan menekankan pada
penelitian dan membujuk siswa untuk bercermin pada proses penemuan ilmiah.
Kedua; Guru harus berhati-hati dalam mengidentifikasi fakta karena fakta tersebut bukanlah
persoalan utama yang patut ditekankan dalam penelitian.
Ketiga; Guru mendorong siswa menghadapi persoalan penelitian yang rumit dengan baik
dan cermat.
Keempat; Guru mengarahkan siswa untuk membuat hipotesis, menafsirkan, dan
mengembangkan konstruk, yang juga merupakan bagian dari cara-cara mereka
menginterpretasi realitas yang terus berkembang.
Kelima; guru membantu siswa mempertimbangkan dan melihat konsekuansi-konsekuensi
untuk mengevaluasi hasil penelitian dan membandingkannya dengan alternatif lain, karena
ada banyak cara alternatif untuk memecahkan kembali suatu masalah karena tidak ada satu
jalan yang mutlak benar
SISTEM PENDUKUNG ( SUPPORT SYSTEM )
Sistem pendukung yang dibutuhkan dalam model ini adalah seorang istruktur yang fleksibel
dan terampil dalam proses penelitian yang dapat menyediakan bidang-bidang penelitian

yang orisinil, masalah-masalah yang menggiringnya, dan sumber-sumber data yang
dibutuhkan untuk melaksanakan penelitian. Selain itu juga dibutuhkan perangkat-perangkat
yang memadai untuk membantu kelancaran beberapa penerapan tugas tersebut.
PENERAPAN ( APPLICATION )
Model ini sebenarnya dapat diterapkan dengan mudah tergantung sejauh mana guru mampu
mencari materi-materi yang berorientasi pada penelitian (bidang-bidang penelitian) yang
jarang dilakukan di dalam kelas. Meskipun demikian, seharusnya guru tidak bingung
mengingat setiap pelajaran biasanya memiliki serangkaian teks yang berorientasi pada
penelitian atau mudah disesuaikan dengan model ini.
(Contoh kecil penerapan model pembelajaran Scientific Inquiry bisa dilihat pada lampiran)

BAHRUR ROSYIDI | SCIENTIFIC INQUIRY

3

DAMPAK –DAMPAK INSTRUKSIONAL DAN PENGIRING
(INSTRUCTIONAL AND NURTURANT EFFECT)

PEMBAHASAN
Kekuatan :

Kekuatan , Kelemahan dan Hambatan Pembelajaran Inkuiri
Kegiatan pembelajaran melaluin pendekatan inkuiri ilmiah memiliki dampak positif bahwa
pencarian
(inquiri) mengandung makna sebagai berikut:
a) Dapat membangkitkan potensi intelektual peserta didik.
b) Peserta didik yang semula memperoleh extrinsic reward dalam keberhasilan belajar,
dalam pendekatan inkuiri ini dapat memperoleh intinsic reward.
c) Peserta didik dapat mempelajari heuristik (mengolah pesan atau informasi) dari
penemuan.
d) Dapat menyebabkan ingatan bertahan lama sampai terinternalisasi pada diri peserta
didik.
Kelemahan:
a) Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan peserta didik.
b) Sulit dalam merencanakan pembelajaran karena biasanya terbentur pada
kebiasaaan peserta didik dalam belajar.
BAHRUR ROSYIDI | SCIENTIFIC INQUIRY

4

c) Kadang-kadang dalam implementasinya memerlukan waktu yang panjang.

d) Ketentuan keberhasilan proses belajar ditentukan oleh kemampuan peserta didik
dalam menguasai materi pelajaran, maka dari itulah model pembelajaran ini akan
sulit diimplementasikan oleh setiap guru.
Hambatan :
a) Tidak semua materi dapat diterapkan pada model ini, kecuali materi yang
berorientasi pada penelitian.
b) Tingkatan kemampuan siswa yang tidak merata.
SIMPULAN
a. Scientific Inquiry (Inkuiri Ilmiah/Penemuan Ilmiah) adalah model pembelajaran yang
membawa Pebelajar ke proses ilmiah dan dibantu mengumpulkan dan menganalisis
data, mengecek hipotesis dan teori, serta mencerminkan hakikat pembentukan
pengetahuan.
b. Struktur Pembelajaran (syntax)
Tahap pertama
:menyajikan suatu bidang penelitian
Tahap kedua
: Menyusun / Mendesain Masalah
Tahap ketiga
: mengidentifikasi Masalah dalam Penelitian
Tahap keempat

: memperkirakan cara-cara untuk memperjelas masalah
c. Sistem sosial; Model ini memiliki susunan dan kerangka kerja yang cukup mudah dan
mendorong berkembangnya iklim intelektual dalam kelas
d. Peran/Tugas Guru adalah menyuburkan penelitian, menuntun siswa/mahasiswa
menuju proses penelitian daripada sekedar melakukan identifikasi.
e. Sistem Pendukung dalam model ini memerlukan instruktur yang fleksibel dan handal
dalam proses penelitian dan dalam penyediaan masalah-masalah bidang penelitian.
SARAN
1. Pembelajar, baik Instruktur/guru/dosen hendaknya lebih kreatif dalam
mengembangkan serta menerapkan model pembelajaran yang kreatif dan inivatif.
2. Pebelajar hendaknya bersifat kritis dan proaktif dalam mengggali informasi dalam
penelitian
DAFTAR RUJUKAN
Krismanto, M.Sc. (2003). Beberapa Teknik, Model dan Strategi dalam Pembelajaran
Matematika. PPPG Matematika. Yogyakarta.
Sanjaya, Wina. Dr. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Kencana Prenada Media Group. Jakarta
Slavin, Robert.E. (2008). Cooperative Learning; Teori, Riset dan Praktik. Bandung. PT. Nusa
Media
Yoice, B. & Marsha, W. (2000). Models of Teaching. Boston: Allyn & Bacon.


BAHRUR ROSYIDI | SCIENTIFIC INQUIRY

5

LAMPIRAN - LAMPIRAN

Lampiran 1 : Silabus Matakuliah
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN
SILABUS MATAKULIAH
1. IDENTITAS MATA KULIAH
a. Nama Mata Kuliah
: Kewirausahaan
b. Nomor Kode
: TP 514
c. Bobot SKS
: 3 (Tiga) SKS
d. Semester
: 7 (Tujuh)

e. Kelompok Mata Kuliah
: MK Pendalaman dan Perluasan (MKPP)
f. Prodi – Konsentrasi
: Manajemen Ekonomi
g. Status Mata Kuliah
: Wajib
h. Pra syarat
: ........................................................................................
i. Dosen
: ........................................................................................
2. TUJUAN
Pada akhir perkuliahan mahasiswa diharapkan memiliki wawasan kewirausahaan,
tertanam jiwa kewirausahaan yang kuat, menggali peluang usaha pada diri mahasiswa
dan memiliki pengetahuan praktis kewirausahaan sehingga mampu mengembangkan
potensi usaha yng dimiliki.
3. DESKRIPSI MATA KULIAH
Mata kuliah ini memberikan pengetahuan dan keterampilan dalam mengembangkan
kewirausahaan. Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan memiliki
motivasi, pengetahuan dan keterampilan dalam mengembangakan kewirausahaan
dalam bidang Ekonomi. Dan mampu mengelola suatu usaha kewirausahan yang
berbasis kemandirian.
4. PENDEKATAN PEMBELAJARAN
Ekspositori dan inkuiri
- Metode : ceramah, tanya jawab, diskusi dan pemecahan masalah, Field training,
Scientific Inquiry
- Tugas : Makalah, , penyajian dan diskusi, Business Plan, SKU
- Media
: LCD/Laptop
5. EVALUASI
 Kehadiran
 Business Plan
 Makalah
 Presentasi dan diskusi
 SKU (Study Kelayakan Usaha)
 UTS
 UAS
BAHRUR ROSYIDI | SCIENTIFIC INQUIRY

6

6. RINCIAN MATERI PERKULIAHAN TIAP PERTEMUAN
Pertemuan 1
: Orientasi Perkuliahan
Pertemuan 2
: Pengertian dan Konsep Kewrirausahaan
Pertemuan 3
: Kepribadian dan Watak kewirausahaan
Pertemuan 4
: Lapangan Kerja dan Koperasi
Pertemuan 5
: Manajemen Kewirausahawan
Pertemuan 6
: Memperoleh Modal
Pertemuan 7
: Startegi Pemasaran
Pertemuan 8
: UTS
Pertemuan 9
: Menggali Peluang Wirausaha
Pertemuan 10
: Business Plan (Perencanaan Usaha)
Pertemuan 11
: Aplikasi Business Plan
Pertemuan 12
: SKU (Studi Kelayakan Usaha)
Pertemuan 13
: Projek Wirausaha
Pertemuan 14
: Projek Wirausaha
Pertemuan 15
: Evaluasi hasil produksi
Pertemuan 16
: UAS
7. DAFTAR BUKU
Buku Utama :
Alma Buchori, (2002) Kewirausahawan, Bandung: Alfabeta
Kasmir, 2006 Kewirausahawan, Jakarta: Raja Grafindo Persada
Referensi :
Kusnadi, H., Marwan dan Kadarisman Sumeidi, (2004) Pengantar Bisinis dan Wirausaha,
Universitas Brawijaya Malang.
Masitoh, 2005, Modul entrepreneurship: Konsep dasar Kewirausahawan, Strategi
Kewirausahawan dan peluang Bisnis. Bandung: LPM UPI.

BAHRUR ROSYIDI | SCIENTIFIC INQUIRY

7

Lampiran 2 : Contoh Singkat Penerapan Inkuiri
POKOK BAHASAN: LAPANGAN KERJA DAN KOPERASI
Fase 1 Scientific Inquiry (pertemuan ke-1)
A. DOSEN : Menyajikan Bidang penelitian dan memberikan gambaran secara umum pokok
bahasan lapangan kerja dan koperasi sebagai pilar ekonomi.
Pertanyaan Fokus:
Mengapa kegiatan kewirausahaan perlu dikembangkan dalam rangka memperkuat perekonomian
Indonesia?
Pertanyaan Sumbangan:
 Apakah yang dimaksud dengan wirausaha?
 Apakah peranan wirausahawan dalam perekonomian Indonesia?
 Apakah cirri-ciri wirausahawan yang handal di lingkungan local, regional, maupun nasional?
 Bidang-bidang apa sajakah yang digarap oleh wirausahawan?
 Apakah kelemahan-kelemahan utama dalam pengembangan usaha kecil?
 Dan lain-lain pertanyaan yang menarik untuk dibahas dan dicari pemecahannya dalam suatu
inkuiri.
B. MAHASISWA: Merumuskan Jawaban sementara atas pertanyaan yang diajukan dosen.
Fase 2 Scientific Inquiry (Pertemuan ke-1)
A. MAHASISWA: Menyusun dan Mendesain masalah
Masalah-masalah yang dihadapi oleh wirausahawan sangat terkait dengan kecilnya
permodalan, sulitnya memasarkan produk, sulitnya mengembangkan desain produk, sulitnya
memperoleh bahan baku, serta sulitnya mencari pinjaman dari bank.
B. MAHASISWA: Membuat rencana kerja.
Misalnya membuat pembagian kelompok kerja, dimana ada mahasiswa yang pergi ke
purpustakaan untuk melakukan penelaahan literatur serta hal-hal yang berkaitan dengan
permasalahan dan hipotesis yang diungkap. Sementara itu ada siswa lain yang mengamati
praktek kewirausahaan di jalan-jalan, di pasar atau di sentra-sentra ekonomi.
Fase 3 Scientific Inquiry (pertemuan ke-2)
A. MAHASISWA: Mengidentifikasi masalah dalam penelitian di atas.
B. MAHASISWA: Mengumpulkan data sesuai dengan rencana kerja yang sudah dikembangkan
di atas
Fase 4 Scientific Inquiry (pertemuan ke-2)
A. MAHASISWA: Memperkirakan cara-cara untuk memperjelas kesulitan dalam penelitian.
B. MAHASISWA : Membandingkan Jawaban sementara atas dasar fakta yang dia temukan.
C. MAHASISWA (dapat dibantu oleh Dosen): Merumuskan kesimpulan atas permasalahan di
atas.

BAHRUR ROSYIDI | SCIENTIFIC INQUIRY

8

Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMAMPUAN SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL PISA KONTEN SHAPE AND SPACE BERDASARKAN MODEL RASCH

69 778 11

MODEL KONSELING TRAIT AND FACTOR

0 2 9

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

2 5 46

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DITINJAU DARI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

6 77 70

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

11 75 34

MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA REALIA DI KELAS III SD NEGERI I MATARAM KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

21 126 83

PENGARUH KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKADAN MOTIFBERPRESTASI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

8 74 14

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62