ANALISIS PENGARUH KODE ETIK DAN ETIKA PR

ANALISIS PENGARUH KODE ETIK DAN ETIKA PROFESI AUDITOR
TERHADAP LAPORAN KEUANGAN
Winda Putri Wijayanti
1513091
Wputri13@yahoo.com

ABSTRAK
The purpose of this analysis is to see the important role of the Code of Ethics and
Professional Ethics in Financial Statements or commonly referred to as mistakes made by
auditors and accountants in preparing financial statements.
The results of this study will show in addition to the company's financial statements, the
Code has now become an important part in preparing the financial statements.
Keywords: Code of Ethics, Professional Ethics, Financial Statements, Auditors, Financial
Accounting Standards.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Berkembangnya dunia usaha yang semakin pesat saat ini, membuat pelaku bisnis
meningkatkan kinerja perusahaan untuk mempertahankan dalam persaingan usaha yang terjadi.

Selain mempertahankan didunia usaha, perusahaan dapat membuat suatu laporan keuangan yang
dapat digunakan sebagai informasi kepada pengguna laporan. Laporan keuangan yang
dikeluarkan tersebut harus sesuai dengan Satandar Akuntansi Keuangan yang telah diatur oleh
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).
Etika Profesi Akuntansi merupakan suatu ilmu yang membahas perilaku perbuatan baik dan
buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia terhadap pekerjaan yang
membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus sebagai Akuntan.
Dalam menjalankan profesi sebagai seorang akuntan harus dengan sadar menjalankan tugas, hak,
kewajiban dan fungsinya. Namun, menjadi seorang akuntan bukanlah hal yang mudah.
Kasus PT. KAI berawal dari perbedaan pandangan antara Manajemen dan Komisaris,
khususnya Ketua Komite Audit dimana Komisaris menolak menyetujui dan menandatangani
laporan keuangan yang telah diaudit oleh Auditor Eksternal. Komisaris meminta untuk dilakukan
audit ulang agar laporan keuangan dapat disajikan secara transparan dan sesuai dengan fakta
yang ada. Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya kasus PT. KAI adalah rumitnya
laporan keuangan PT. KAI. Perbedaan pandangan antara manajemen dan komisaris tersebut
bersumber pada perbedaan mengenai: Masalah uang muka gaji. Biaya dibayar dimuka sebesar
Rp. 28 milyar yang merupakan gaji Januari 2006 dan seharusnya dibayar tanggal 1 Januari 2006
tetapi telah dibayar per 31 Desember 2005 diperlakukan sebagai uang muka biaya gaji, yang
menurut Komite Audit harus dibebankan pada tahun 2005.
Dari kasus di atas dapat dilihat bahwa terdapat perselisihan antara manajemen dan komite

audit, dimana dalam menentukan pembayaran gaji untuk bulan Januari 2006, komite audit
meminta untuk dibebankan pada Desember 2005. Menurut laporan yang dihasilkan oleh auditor
eksternal, pembayaran gaji dapat dibayarkan dimuka pada Bulan Desember 2005 untuk
pembayaran gaji tahun 2006. Adanya ketidakyakinan manajemen akan laporan keuangan yang
telah disusun, kEtika komite audit mempertanyakan laporan tersebut, manajemen merasa tidak
yakin sehingga pihak manajemen menggunakan jasa auditor ekternal. Manfaat dari jasa audit
adalah memberikan informasi yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan.
Laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat dipercaya.
Kepercayaan yang besar dari pemakai laporan keuangan dan jasa lainnya yang diberikan oleh
akuntan publik harus memperhatikan Kualitas Audit yang dihasilkan. Para pemakai informasi

tersebut adalah pihak manajemen sebagai pemakai internal dan pemakai ekstenal seperti
pemerintah, kreditur, stake holder, dan kreditur. Kualitas Audit ini penting karena dengan
Kualitas Audit yang tinggi maka akan dihasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya sebagai
dasar pengambilan keputusan.
Kualitas Audit yang baik, yaitu sesuai dengan Standar Auditing dalam Standar
Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (Haryono,
2002), yang meliputi :
1. Standar Umum
2. Standar Pekerjaan Lapangan

3. Standar Pelaporan
Kualitas Audit yang dihasilkan auditor juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktorfaktor, antara lain Kompetensi diri auditor, Tekanan Waktu dalam pelaksanaan audit,
Pengalaman Kerja yang dimiliki auditor, Etika yang harus dipatuhi oleh auditor dan
Independensi yang tinggi dari auditor. Kusharyanti (2003) dalam Siti Nur Mawar Indah (2011)
mengatakan bahwa untuk melakukan tugas pengauditan, auditor memerlukan pengetahuan
pengauditan (umum dan khusus), pengetahuan mengenai bidang auditing dan akuntansi serta
memahami industri klien. Dalam melaksanakan audit, auditor harus bertindak sebagai seorang
ahli dalam bidang akuntansi dan auditing. Pencapaian keahlian dimulai dengan pendidikan
formal, yang selanjutnya melalui pengalaman dan praktik audit (SPAP, 2001). Selain itu auditor
harus menjalani pelatihan teknis yang cukup yang mencakup aspek teknis maupun pendidikan
umum. Adanya pelatihan khusus bagi auditor bertujuan untuk meningkatkan mutu personal dan
untuk meningkatkan keahlian khusus di salah satu bidang untuk auditor menghasilkan Kualitas
Audit yang baik.
Dalam kegiatan audit yang dilakukan, banyak auditor menghadapi kendala tentang
batasan waktu yang sering diberikan oleh klien untuk membuat laporan yang dengan waktu yang
singkat. Adanya batasan waktu tersebut, auditor merasa adanya Tekanan Waktu dalam
menemukan temuan audit sebagai bukti laporan audit. Menurut Suryanti dalam Amalia Yuliana,
dkk (2009), Assurance Service yang merupakan jasa independen dari seorang auditor diharapkan
mampu meningkatkan kualitas informasi sehingga dapat meningkatkan kepercayaan pemakai
laporan keuangan tetapi fakta di lapangan tidak sama. Tekanan Waktu dapat menyebabkan

penurunan Kualitas Audit, karena adanya time budget pressure dan time deadline pressure.
Seorang auditor harus mempunyai pengalaman dalam kegiatan auditnya, pendidikan
formal dan Pengalaman Kerja dalam profesi akuntan merupakan dua hal penting dan saling
melengkapi. Pemerintah mensyaratkan Pengalaman Kerja sekurang-kurangnya tiga tahun
sebagai akuntan dengan reputasi baik di bidang audit bagi akuntan yang ingin memperoleh izin
praktik dalam profesi akuntan publik (Mulyadi, 2002). Pengalaman seorang auditor sangat

berperan penting dalam meningkatkan keahlian sebagai perluasan dari pendidikan formal yang
telah diperoleh auditor. Dalam melaksanakan audit untuk sampai pada suatu pernyataan
pendapatan, auditor harus senantiasa bertindak sebagai seorang yang ahli dalam bidang auditing.
Pencapaian keahlian tersebut dimulai dengan pendidikan formalnya yang diperluas melalui
pengalamanpengalaman selanjutnya dalam praktik audit (SPAP, 2001).
Selain pengalaman yang dimiliki oleh auditor, Etika mampu berperan penting dalam
meningkatkan Kualitas Audit dalam suatu laporan keuangan. Secara umum Etika didefinisikan
sebagai nilai-nilai tingkah laku atau aturan-aturan tingkah laku yang diterima dan digunakan oleh
suatu golongan tertentu atau individu (Sukamto , 1991 : 1 dalam Suraida,2005). Menurut Suseno
Magnis (1989) dan Sony Keraf (1991) bahwa untuk memahami Etika perlu dibedakan dengan
moralitas. Moralitas adalah suatu sistem nilai tentang bagaimana seseorang harus hidup sebagai
manusia. Sistem nilai ini terkandung dalam ajaran-ajaran, moralitas memberi manusia aturan
atau petunjuk konkrit tentang bagaimana harus hidup, bagaimana harus bertindak dalam hidup

ini sebagai manusia yang baik dan bagaimana menghindari perilaku-perilaku yang tidak baik.
Sedangkan Etika berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan perilaku manusia
dalam hidupnya (Nungky Nurmalita, 2011).
Tidak mudah dalam menjaga Independensi, karena banyak factor eksternal dari auditor. Auditor
harus membatasi hubungannya dengan klien, agar keputusan yang diambil sesuai dengan
kenyataan yang ada dalam temuan audit. Pengalaman Kerja dan Kompetensi yang melekat pada
diri auditor bukan jaminan bahwa auditor dapat meningkatkan kualitas hasil pemeriksaannya.
Alim dkk (2007) dalam Siti Hardjanti (2011) menyatakan bahwa kerjasama dengan objek
pemeriksaan yang terlalu lama dan berulang bisa menimbulkan kerawanan atas Independensi
yang dimiliki auditor. Selain Kompetensi, adanya Tekanan Waktu, Pengalaman Kerja, Etika dan
Independensi auditor, auditor mampu memperhatikan Prinsip Etika Profesi Akuntan Indonesia
yang diputuskan dalam Kongres VIII tahun 1998 terdiri dari tanggung jawab profesi,
kepentingan publik, integritas, objektivitas, sikap kehati-hatian, kerahasiaan, perilaku profesional
dan standar teknis. Integritas merupakan sikap jujur yang harus dimiliki oleh auditor dalam
memasukkan temuan audit yang ada. Adapun objektivitas merupakan sikap auditor berlaku adil
dan tidak terpengaruh oleh tekanan dari orang lain. Kualitas Audit yang baik pada prinsipnya
dapat dicapai jika auditor menerapkan standar-standar dan prinsip-prinsip audit, bersikap bebas
tanpa memihak (Independent), patuh kepada hukum serta mentaati kode etik profesi. Standar
Profesional Akuntan Publik (SPAP) adalah pedoman yang mengatur standar umum pemeriksaan
akuntan publik, mengatur segala hal yang berhubungan dengan penugasan, Independensi dalam

sikap mental (Nungky Nurmalita, 2011).

1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apakah kode etik dan etika profesi diperlukan seorang auditor dalam sebuah
perusahaan?
2. Bagaimana etika mampu meningkatkan penilaian kinerja perusahaan?
3. Bagaimana seorang auditor harus mempertahankan prinsip-prinsip kode etik Akuntan
Indonesia dalam menjaga etika terhadap klien?
4. Mengapa etika menjadi salah satu kegagalan sebuah perusahaan jika tidak diterapkan
etika-etika yang berlaku?
5. Bagaimana kode etik yang terdapat dalam menyusun laporan keuangan?

1.3 TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan maka penelitian ini
memiliki tujuan, diantaranya:
1. Mengetahui pengaruh etika auditor terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan
Publik
2. Mengetahui betapa pentingnya etika dalam menyusun Laporan Keuangan
3. Mengetahui apa saja yang harus dilakukan seorang auditor dalam melaksanakan
tugasnya.


1.4 KEGUNAAN PENELITIAN
1.4.1 Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi pengembangan
prospek teori dan etika, opini yang terkait khususnya dalam bidang akuntansi atau dalam laporan
keuangan.

1.4.2 Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi bagi pihak yang
berkepentingan yang ingin mengetahui dan memahami seberapa pentingnya kode etik dalam
menyusun laporan keuangan. Atau seberapa pentingnya etika profesi bagi auditor.
1.4.3

Kegunaan Kebijakan

Khususnya auditor, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam melakukan
tugasnya terhadap laporan keuangan, serta bisa lebih mengetahui etika-etika profesi.

BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN PERUMUSAN MASALAH

2.1 DESKRIPSI TEORI
Berikut ini adalah beberapa penelitian terdahulu yang mengatur kode etik
Akuntan Publik atau Auditor:
N
o
1.

Nama
Penelitian

2.

Pemerintah
bersama DPR

Judul Penelitian

Muliaman,
Harus siap dengan penerapan
Indonesia

yang IFRS. Walaupun penerapan
anggota G-20
IFRS memang tidak mudah,
karena membutuhkan sistem
teknologi informasi baik yang
tidak bisa dikatakan murah.

Penjelasan Penelitian
Muliaman
mengharapkan
kesiapan
profesi-profesi penunjang seperti notaris,
aktuaris, penila dan akuntan publik harus
ditingkatkan
profesionalismenya.
Menghadapi
tantangan
sekaligus
kekhawatiran para akuntan publik dalam
mencapai profesionalisme yaitu akuntan

publik merasa di Indonesia belum ada
undang-undang/peraturan
pelaporan
laporan keuangan berbasis internasional.
Perusahaan diwajibkan menyampaikan
laporan keuangan yang bertanggung
jawab dan sesuai dengan ketentuan.

Menyetujui dan mengeluarkan
Undang-undang nomor 5 tahun Dalam UU tersebut tercantum juga
2011 tentang akuntan publik.
dibahas mengenai kode etik profesi
akuntan. Dimana penjelasan secara
teknisnya mengenai Akuntan publik pada
umumnya dijelaskan di peraturan
pelaksana yaitu peraturan Permen nomor
84 tahun 2012 tentang komite profesi
akuntan publik. Permen ini fungsinya
untuk menjelaskan dan mendukung UU
nomor 5 tahun 2011 tentang akuntan

publik.

2.1.1 TEORI ETIKA
Pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”, yang berarti
watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan
moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam bentuk jamaknya
“Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan

perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk.Etika dan moral
lebih kurang sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan, yaitu
moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika adalah untuk
pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku.

2.1.2 ETIKA PROFESI
Etika profesi adalah sikap etis sebagai bagian integral dari sikap hidup dalam
menjalankan kehidupan sebagai pengemban profesi. Etika profesi adalah cabang filsafat yang
mempelajari penerapan prinsip-prinsip moral dasar atau norma-norma etis umum pada bidangbidang khusus (profesi) kehidupan manusia. Etika Profesi adalah konsep etika yang ditetapkan
atau disepakati pada tatanan profesi atau lingkup kerja tertentu, contoh : pers dan jurnalistik,
engineering (rekayasa), science, medis/dokter, dan sebagainya.
Etika profesi Berkaitan dengan bidang pekerjaan yang telah dilakukan seseorang
sehingga sangatlah perlu untuk menjaga profesi dikalangan masyarakat atau terhadap konsumen
(klien atau objek). Etika profesi adalah sebagai sikap hidup untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan profesional dari klien dengan keterlibatan dan keahlian sebagai pelayanan dalam
rangka kewajiban masyarakat sebagai keseluruhan terhadap para anggota masyarakat yang
membutuhkannya dengan disertai refleksi yang seksama, (Anang Usman, SH., MSi.)
Prinsip dasar di dalam etika profesi :
1. Tanggung jawab :
2. Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya.
3. Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau masyarakat pada
umumnya.
4. Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi haknya.
5. Prinsip Kompetensi,melaksanakan pekerjaan sesuai jasa profesionalnya, kompetensi dan
ketekunan
6. Prinsip Prilaku Profesional, berprilaku konsisten dengan reputasi profesi
7. Prinsip Kerahasiaan, menghormati kerahasiaan informasi
Definisi Etika Profesi Menurut Ahli
1. Etika profesi adalah sikap etis sebagai bagian integral dari sikap hidup dalam
menjalankan kehidupan sebagai pengemban profesi.
2. Etika profesi adalah cabang filsafat yang mempelajari penerapan prinsip-prinsip moral
dasar atau norma-norma umum pada bidang-bidang khusus (profesi) kehidupan manusia.
3. Etika profesi adalah konsep etika yang ditetapkan atau disepakati pada tatanan profesi
atau lingkup kerja tertentu. Contoh : pers dan jurnalistik, engineering (rekayasa),
science,medis/dokter,dsb.
4. Etika profesi berkaitan dengan bidang pekerjaan yang telah dilakukan seseorang sehingga
sangatlah perlu untuk menjaga profesi dikalangan masyarakat atau terhadap konsumen
(klien atau objek).

5. Etika profesi adalah sebagai sikap hidup untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
profesional dari klien dengan keterlibatan dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka
kewajiban masyarakat sebagai keseluruhan terhadap para angglta masyarakat yang
membutuhkannya dengan disertai refleksi yang seksama. (Anang Usma,SH., MSi)

2.1.3 ETIKA PROFESI AKUNTANSI
Dalam dunia lembaga akuntansi, ada yang namanya kode etik profesi akuntansi, seorang
akuntan profesional harus memiliki Etika Profesi Akuntansi.
Di Indonesia, kode etik ini di gawangi oleh organisasi profesi akuntansi, Ikatan Akuntan
Indonesia ( IAI ).
Tujuan dari kode etik profesi akuntansi ini diantaranya adalah :









Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.
Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.
Untuk menjunjung tinggi martabat profesi
Untuk meningkatkan mutu profesi.
Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi
Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.
Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
Menentukan baku standar
Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia, meliputi 3 bagian:

1. Prinsip Etika,
2. Aturan Etika, dan
3. Interpretasi Aturan Etika
Prinsip Etika Profesi Akuntan
1. Tanggung Jawab Profesi.
Ketika melaksanakan tanggung jawabnya sebagai seorang profesional, setiap anggota
harus mempertimbangkan moral dan juga profesional di dalam semua kegiatan yang dilakukan.
2. Kepentingan Publik,
Setiap anggota harus senantiasa bertindak dalam krangka memberikan pelayanan kepada
publik, menghormati kepercayaan yang diberikan publik, serta menunjukkan komitmen nya
sebagai profesional.
3.

Integritas

Untuk meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota wajib memenuhi tanggung
jawabnya sebagai profesional dengan tingkat integritas yang setinggi mungkin

4.

Obyektivitas

Setiap anggota berkwajiban untuk menjaga tingkat ke-obyektivitas-nya dan terbebas dari
benturan-benturan kepentingan dalam menjalankan tugas kewajiban profesional
5. Kompetensi dan sifat kehati-hatian profesional
Setiap anggota wajib menjalankan jasa profesional dengan kehati hatian, kompetensi dan
ketekunan. Juga berkwajiban untuk mempertahankan keterampilan profesional pada tingkatan
yang dibutuhkan. Ini untuk memastikan bahwa klien mendapatkan manfaat dari jasa profesional
yang diberikan dengan kompeten berdasar pada perkembangan praktik, legislasi serta teknik
yang mutakhir.
6. Kerahasiaan
Anggota harus menghormati kerahasiaan informasi selama melaksanakan jasa profisional.
Tidak boleh menggunakan atau mengungkapkan informasi tersebut jika tanpa persetujuan
terlebih dahulu. Kecuali memiliki hak atau kewajiban sebagai profesional atau juga hukum untuk
mengungkapkan informasinya.
7.

Perilaku Profesional

Tiap anggota wajib untuk berperilaku konsisten dengan reputasi yang baik dan menjauhi
kegiatan/tindakan yang bisa mendiskreditkan profesi.
8.

Standar Teknis

Anggota harus menjalankan jasa profesional sesuai standar teknis dan standar profesional
yang berhubungan/relevan. Setiap anggota wajib untuk melaksanakan penugasan dari klien
selama penugasan tersebut tidak berseberangan dengan prinsip integritas dan prinsip objektivitas
Dalam kode etik yang telah disebutkan pada Etika Profesi Akuntansi sudah diatur bagaimana
para akuntan harus bertindak. Namun pada kenyataan, penyimpangan oleh para akuntan banyak
terjadi. Penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan tentu saja berdampak buruk terhadap
nama baik maupun tingkat kredibilitas akuntan dimata publik. Disinilah yang membuat
terkadang sebuah perusahaan memiliki nilai yang buruk karena kode etik profesi selalu disalah
gunakan. Khususnya dalam menyusun laporan keuangan.

2.1.4 ETIKA AUDITING
Etika Auditing adalah suatu sikap dan perilaku mentatati ketentuan dan norma kehidupan
yang berlaku dalam suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan menilai bukti-bukti

secara objektif, yang berkaitan dengan asersi-asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadiankejadian ekonomi.
Seorang auditor dalam mengaudit sebuah laporan keuangan harus berpedoman terhadap
standar auditing yang telah ditntukan Institut Akuntan Publik Indonesia. Standar auditing
merupakan pedoman audit atas laporan keuangan historis. Standar auditing terdiri atas sepuluh
standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Auditing (PSA). Dengan demikian PSA
merupakan penjabaran lebih lanjut masing-masing standar yang tercantum di dalam standar
auditing.
1. Kepercayaan Publik
Kepercayaan masyarakat terhadap auditor sangat diperlukan bagi perkembangan profesi
akuntan publik. Dengan adanya kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat tersebut, akan
menambah klien yang akan menggunakan jasa auditor. Untuk mendapatkan kepercayaan dari
klien, auditor harus selalu bertanggung jawab terhadap laporan yang diperiksa dan mengeluarkan
hasil yang sebenar-benarnya, jujur dalam bekerja.
2. Tanggung Jawab Auditor kepada Publik
Profesi akuntan di dalam masyarakat memiliki peranan yang sangat penting dalam
memelihara berjalannya fungsi bisnis secara tertib dengan menilai kewajaran dari laporan
keuangan yang disajikan oleh perusahaan. Auditor harus memiliki tanggung jawab terhadap
laporan keuangan yang sedang dikerjakan. Tanggung jawab disini sangat penting bagi auditor.
Publik akan menuntut sikap profesionalitas dari seorang auditor, komitmen saat melakukan
pekerjaan. Atas kepercayaan publik yang diberikan inilah seorang akuntan harus secara terusmenerus menunjukkan dedikasinya untuk mencapai profesionalisme yang tinggi. Dalam kode
etik diungkapkan, akuntan tidak hanya memiliki tanggung jawab terhadap klien yang
membayarnya saja, akan tetapi memiliki tanggung jawab juga terhadap publik. Kepentingan
publik didefinisikan sebagai kepentingan masyarakat dan institusi yang dilayani secara
keseluruhan.
3. Tanggung Jawab Dasar Auditor
 Perencanaan, Pengendalian dan Pencatatan
Seorang auditor perlu merencanakan, mengendalikan dan mencatat pekerjan yang ia lakukan,
agar apa yang telah dilakukan oleh auditor dapat dibaca oleh yang berkepentingan.
 Sistem Akuntansi
Auditor harus mengetahui dengan pasti sistem pencatatan dan pemrosesan transaksi dan
menilai kecukupannya sebagai dasar penyusunan laporan keuangan.
 Bukti Audit

Auditor akan memperoleh bukti audit yang relevan dan reliable untuk memberikan
kesimpulan rasional. Dan harus memperoleh bukti yang sangat bermanfaat dalam mengaudit
laporan keuangan.
 Pengendalian Intern
Bila auditor berharap untuk menempatkan kepercayaan pada pengendalian internal,
hendaknya memastikan dan mengevaluasi pengendalian itu dan melakukan compliance test.
 Meninjau Ulang Laporan Keuangan yang Relevan
Auditor melaksanakan tinjau ulang laporan keuangan yang relevan seperlunya, dalam
hubungannya dengan kesimpulan yang diambil berdasarkan bukti audit lain yang didapat, dan
untuk memberi dasar rasional atas pendapat mengenai laporan keuangan.
4. Independensi Auditor
Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh orang
lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi dapat juga diartikan adanya kejujuran dalam
diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang obyektif tidak
memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya.
Independensi akuntan publik mencakup beberapa aspek, yaitu :
1. Independensi sikap mental
Independensi sikap mental berarti adanya kejujuran di dalam diri akuntan dalam
mempertimbangkan fakta-fakta dan adanya pertimbangan yang obyektif tidak memihak di dalam
diri akuntan dalam menyatakan pendapatnya

2. Independensi penampilan.
Independensi penampilan berarti adanya kesan masyarakat bahwa akuntan publik bertindak
independen sehingga akuntan publik harus menghindari faktor-faktor yang dapat mengakibatkan
masyarakat meragukan kebebasannya. Independensi penampilan berhubungan dengan persepsi
masyarakat terhadap independensi akuntan publik.
3. Independensi praktisi (practitioner independence)
Independensi praktisi berhubungan dengan kemampuan praktisi secara individual untuk
mempertahankan sikap yang wajar atau tidak memihak dalam perencanaan program,
pelaksanaan pekerjaan verifikasi, dan penyusunan laporan hasil pemeriksaan. Independensi ini
mencakup tiga dimensi, yaitu independensi penyusunan progran, independensi investigatif, dan
independensi pelaporan.

4. Independensi profesi (profession independence)
Independensi profesi berhubungan dengan kesan masyarakat terhadap profesi akuntan public
5. Peraturan Pasar Modal dan Regulator mengenai Independensi Akuntan Publik
Undang undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 memberikan pengertian pasar modal yang
lebih spesifik yaitu, “kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan
efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan
profesi yang berkaitan dengan efek”. Pasar modal memiliki peran yang sangat besar terhadap
perekonomian Indonesia. institusi yang bertugas untuk melakukan pembinaan, pengaturan, dan
pengawasan sehari-hari kegiatan pasar modal di Indonesia adalah Badan Pengawas Pasar Modal
atau Bapepam. Bapepam mempunyai kewenangan untuk memberikan izin, persetujuan,
pendaftaran kepada para pelaku pasar modal, memproses pendaftaran dalam rangka penawaran
umum, menerbitkan peraturan pelaksanaan dari perundang-undangan di bidang pasar modal, dan
melakukan penegakan hukum atas setiap pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di
bidang pasar modal.

2.1.5 ETIKA DALAM LAPORAN KEUANGAN
Laporan keuangan dibuat dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang
dibebankan sehingga menghasilkan informasi bagi pihak-pihak terkait. Etika menggambarkan
prinsip moral atau peraturan perilaku individu atau kelompok individu yang mereka akui. Etika
ini berlaku ketika seseorang harus mengambil keputusan dan beberapa alternatif menyangkut
prinsip moral. Penulisan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui persepsi mahasiswa
akuntansi terhadap etika penyusunan laporan keuangan, seberapa besar pemahaman mahasiswa
terhadap etika akuntansi.
Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi yang dibutuhkan oleh pengguna
laporan keuangan dalam membuat keputusan. Dalam menyusun laporan keuangan, tidak terlepas
dari perilaku menajer perusahaan yaitu sehubungan dengan pemilihan kebijakan akuntansi.
Manajer akan menerapkan kebijakan konservatif atau cenderung liberal, tergantung nilai
pelaporan laba yang diinginkan

Ikatan Akuntansi Indonesia pada tahun 2007:
Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan
disusun dan disajikan sekurang-kurangnya setahun sekali untuk memenuhi kebutuhan sejumlah
besar pengguna laporan keuangan.
Laporan keuangan tersebut dibuat manajemen bertujuan untuk memberikan informasi
tentang posisi laporan keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian
besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam rangka membuat keputusan-keputusan
ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas pernggunaan sumber-sumber
daya yang dipercayakan kepada mereka. Pengguna laporan keuangan tersebut antara lain

investor, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha lain, pelanggan, pemerintah,
dan masyarakat yang berkepentingan. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, suatu laporan
keuangan menyajikan informasi mengenai perusahaan yang meliputi asset, kewajiban, ekuitas,
pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian, dan arus kas.
Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan
ekuitas, laporan arus kas, dan catatan ataslaporan keuangan..
1. NERACA
Neraca adalah laporan yang sistematis tentang aset, keawajiban serta ekuitas dari suatu
perusahaan pada suatu saat tertentu. Jadi tujuan neraca adalah untuk menunjukkan posisi
keuangan suatu perusahaan pada suatu tanggal tertentu, biasanya pada waktu buku-buku ditutup
dan ditentukan sisanya pada suatu akhir tahun fiskal atau tahun kalender.
a) Asset Lancar
1. Aset Lancar
Suatu aset dikatakan sebagai aset lancar, jika memenuhivkategori sebagai
berikut:
a. Diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan
dalam jangka waktu siklus operasi.
b. Dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka pendek dan
diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal
neraca.
c. Berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak dibataasi
2. Aset Tidak Lancar
Suatu aset dikatakan sebagai aset tidak lancar apabila aset tersebut tidak
memenuhi kategori dari aset lancar.
b) Kewajiban
Kewajiban adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak
lain yang belum terpenuhi, dimana kewajiban ini merupakan sumber dana
atau modal perusahaan yang berasal dari kreditor. kewajiban dibedakan de
dalam:
a) Kewajiban jangka pendek
Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek
apabila memenuhi kategori sebagai berikut:
a) Diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus
normal operasi perusahaan.
b) Jatuh tempo dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal
neraca.

b) Kewajiban jangka panjang
Suatu kewajiban dikatakan sebagai kewajiban jangka panjang
apabila kewajiban tersebut tidak memenuhi kategori dari
kewajiban jangka pendek.
c) Ekuitas
Ekuitas adalah hak atau kewajiban yang dimiliki oleh pemilik perusahaan
yang ditunjukkan dalam pos modal (modal saham), surplus dari laba ditahan.
Atau kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh
hutang-hutangnya.
1) Laporan Laba-Rugi
Laporan laba-rugi adalah suatu laporan yang merangkum pendapatan-pendapatan
(revenues) dan biaya-biaya (expenses) perusahaan pada suatu periode akuntansi
2) Laporan Perubahan Ekuitas
Perusahaan harus menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai komponen utama
laporan keuangan, yang menunjukkan:
a. Laba atau rugi bersih periode yang bersangkutan.
b. Setiap kas pendapata dan beban, keuntungan atau kerugian berserta jumlahnya
yang berdasarkan PSAK terkait diakui secara langsung dalam ekuitas.
c. Perngaruh komulatif dari perubahan kebijaksanaan akuntansi dan perbaikan
terhadap kesalahan mendasar sebagaimana diatur dalam PSAK.
d. Transsaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik.
e. Saldd akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta perubahannya.
f. Rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing-masing jenis modal saham, agio dan
cadangan pada awal dan akhir periode yang mengungkapkan secara terpisah
setiap perubahan.
3) Laporan Arus Kas (statement of cash flows)
Laporan arus kas adalah suatu laporan yang menunjukkan aliran kas yang terjadi sebagai
akibat kegiatan operasi, investasi dan pembiayaan perusahaan pada suatu periode akuntansi.
Arus kas juga dapat didefinisikan sebagai arus masuk dan arus keluar kas ataus setara kas.
Laporan arus kas harus melaporkan arus kas selama periode tertentu dan diklasifikasikan
menurut operasi, investasi, dan pendanaan.
4) Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis, setiap pos dalam neraca,

laporan laba rugi dan laporan arus kas harus berkaitan dengan informasi yang terdapat
dalam catatan atas laporan keuangan.

Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan:
a. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi
yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting.
b. Informasi yang diwajibkan dalam PSAK tetapi tidak disajikan di neraca, laporan
laba rugi, laoran arus kas, dan laporan perubahan ekuitas.
c. Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi
diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar.
2.1.6 ETIKA DALAM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN
Agar pembaca laporan keuangan memperoleh gambaran yang jelas, maka laporan
keuangan yang disusun harus didasarkan pada prinsip akuntansi yang lazim, dan di Indonesia
prinsip akuntansi disusun oleh Ikatan Akutansi Indonesia. Unsur penyajian laporan keuangan
yang layak terdiri dari empat kategori, yaitu:
a. Misstate (kecenderungan untuk melakukan salah saji dalam laporan keuangan)
Kecenderungan bagi setiap perusahaan di Indonesia yang sering mengalami kesulitan
dalam menyajikan laporan keuangan yang baik dan sesuai dengan standar akuntansi
merupakan sesuatu problematika tersendiri. Dan hal ini merupakan sesuatu kondisi yang ada
korelasinya memiliki keterkaitan antara penyusunan laporan keuangan dan sikap serta
perilaku baik para penyaji maupun penggunanya. Hal ini memunculkan semacam kode etik
yang terbentuk secara prosedural dan sistematis yang telah ditetapkan oleh pihak yang
berwewenang, yaitu IAI (Ikatan Akuntan Indonesia). Namun demikian masih terdapat
perbedaan-perbedaan persepsi tentang penyajian laporan keuangan yang terbentuk dari sikap
dan perilaku masing-masing individu. Oleh karena itu sifat manusia yang cenderung
memiliki ketidakterikatan tentang suatu pemikiran. Bahkan di dalam naungan perusahaan
yang sama pun akan terjadi perbedaan sikap dan persepsi diantara individu-individu yang
berkepentingan terhadap penyajian laporan keuangan.
b. Disclosure(Pengungkapan Laporan Keuangan)
Laporan keuangan merupakan komponen sentral dari pelaporan keuangan dan memegang
peran penting dalam mengkomunikasikan efek dari bergbagai transaksi serta kejadiankejadian ekonomi lain bagi para pengambil keputusan. Untuk itu laporan keuangan harus
dapat menyediakan informasi mengenai perusahaan dan operasinya kepada pihak yang
berkepentingan sebagai basis dalam pengambilan keputusan yang disajikan secara berfariasi
sesuai dengan kebutuhan dan masalah yang tercakup. Variasi tersebut antara lain meliputi
informasi mengenai laba atau rugi terhadap investasi untuk mengidentifikasikan hubunganhubungan informasi tersebut, maka diperlukan analisis data yang dingkapkan dalam
perhitungan laporan laba rugi, neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan
tersebut sebagai komponen laporan keuangan.

c. Cost & Benefit (Beban persahaan untuk melakukan pengungkapan)
Laporan keuangan merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi
selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan itu sendiri dibuat oleh pihak
manajemen yang memiliki tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan
sehingga menghasilkan informasi bagi pihak-pihak terkait. Adanya laporan keuangan sangat
membantu setiap pihak yang berkepentingan demi mencapai tujuan.
d. Responsibility (tanggung jawab dalam penyajian laoran keuangan yang informatif bagi
penggunanya)
Menurut IAI, Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.
Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,
kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah
besar dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan disusun untuk tujuan
memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian laporan keuangan
tidak menyediakan semua informasi yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan
ekonomi secara umum menggambarkan pengaruh keuangan informasi dari kejadian masa
lalu dan tidak diwajibkan menyediakan informasi non keuangan. Pihak manajemen harus
bertanggung jawab atas apa yang dilaporkan dalam laporan keuangan artinya pihak
manajemen harus membuat laporan itu sesuai dengan kenyataan sebenarnya sehingga laporan
keuangan itu memberikan informasi yang dapat dipercaya bagi penggunanya.

2.2 PRADIGMA PENELITIAN

H3

KODE
ETIK
2.3

H1

Laporan
keuangan

AUDITOR
RR

H2

Etika
profesi

PEMBENTUKAN HIPOTESIS
Hipotesis adalah pernyataan atau tuduhan bahwa sementara masalah penelitian
yang kebenarannya masih lemah (belum tentu benar) sehingga harus diuji secara
empiris (Erwan Agys Purwanto dan Dyah Ratih Sulistyastuti 2007;137)
Pembentukan hipotesis penelitian ini, yaitu:

H1 =

Kode etik sangat mempengaruhi pembuatan laporan keuangan, dimana dalam
menyusun laporan keuangan harus berdasarkan etika-etika yang ada.

H2=

Etika Profesi merupakan suatu kesatuan dengan kode etik, dimana etika profesi
mempengaruhi dalam penyusunan laporan keuangan

H3=

Auditor memiliki etika profesi dalam melaksanakan tugasnya, sebelum
memeriksa laporan keuangan terlebih dahulu harus mengetahui kode etik profesi
yang ada

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 RANCANGAN PENELITIAN
Rancangan penelitian ini menggunakan penelitian eksplanatory yang menjelaskan
hubungan kausal antar variable yang diteliti

3.2 JENIS DAN SUMBER DATA
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder dimana data ini merupakan data yang
telah diterbitkan atau digunakan pihak lain yang berhubungan dengan objek yang diteliti.

3.3 METODE PENGUMPULAN
Penelitian ini dilakukan pada Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada di Propinsi Bali
yang merupakan anggota Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Sampel diambil dari 9 KAP
yang terdapat di Bali.
Objek penelitian ini adalah pengaruh independensi, profesionalisme, tingkat pendidikan,
etika profesi, pengalaman, dan kepuasan kerja auditor terhadap kualitas audit pada Kantor
Akuntan Publik di Bali.
Definisi operasional dibentuk dengan cara mencari indikator empiris konsep. Seluruh
variabel dalam penelitian ini diukur dengan skala Likert dengan 4 point. Dimana semakin
mengarah ke point 1 maupun point 4 dapat ditentukan bahwa variabel tersebut berpengaruh atau
tidak dalam menentukan kualitas audit.
3.4 TEKNIK ANALISIS DATA
Teknik analisa data yang digunakan adalah:
1. Menganalisa dokumen yang berkaitan kemudian menjabarkan dengan
pemahaman sendiri
2. Menggunakan data yangh berkaitan dengan objek yang diteliti

3.5 Hasil dan Pembahasan
Tabel 1
Rangkuman Hasil Uji Validitas Variabel Penelitian
Variabel

Item Pernyataan

Koefisien

Keteranga

Independensi (Xı)

Profesionalisme (X₃)

Tingkat Pendidikan (X₃)

Etika Profesi (X₄)

Xı.1
Xı.2
Xı.3
Xı.4
Xı.5
Xı.6
Xı.7
Xı.8
Xı.9
Xı.10
Xı.11
Xı.12
Xı.13
Xı.14
X₂.1
X₂.2
X₂.3
X₂.4
X₂.5
X₂.6
X₂.7
X₂.8
X₂.9
X₂.10
X₂.11
X₂.12
X₂.13
X₂.14
X₂.15
X₂.16
X₃.1
X₃.2
X₃.3
X₃.4
X₃.5
X₃.6
X₄.1
X₄.2
X₄.3
X₄.4
X₄.5
X₄.6

Korelasi
0,917
0,816
0,811
0,836
0,915
0,795
0,883
0,831
0,887
0,846
0,906
0,893
0,866
0,896
0,800
0,923
0,911
0,925
0,911
0,887
0,921
0,896
0,857
0,927
0,873
0,909
0,830
0,971
0,930
0,938
0,911
0,936
0,928
0,916
0,876
0,903
0,883
0,905
0,926
0,900
0,963
0,860

n
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

Pengalaman (X₅)

Kepuasan Kerja Auditor
(X₆)

Kualitas Audit (Y)

X₄.7
X₄.8
X₄.9
X₄.10
X₄.11
X₄.12
X₄.13
X₅.1
X₅.2
X₅.3
X₅.4
X₅.5
X₆.1
X₆.2
X₆.3
X₆.4
X₆.5
Y.1
Y.2
Y.3
Y.4
Y.5

0,936
0,945
0,870
0,946
0,737
0,900
0,930
0,853
0,961
0,942
0,969
0,949
0,821
0,942
0,945
0,891
0,931
0,832
0,983
0,936
0,970
0,977

Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

Table 2
Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Variabel Penelitian
No

Variable


alpha

Kriteri
a

1

Independensi (Xı)

0,974

0,60

2

Profesionalisme (X₂)

0,984

0,60

3

Tingkat Pendidikan (X₃)

0,959

0,60

4

Etika Profesi (X₄)

0,981

0,60

5

0,964

0,60

6

Pengalaman (X₅)
Kepuasan Kerja Auditor
(X₆)

0,946

0,60

7

Kualitas Audit (Y)

0,975

0,60

Status
Reliabl
e
Reliabl
e
Reliabl
e
Reliabl
e
Reliabl
e
Reliabl
e
Reliabl
e

Berdasarkan Tabel 2. terlihat bahwa seluruh instrumen atau butir pertanyaan dalam
variabel reliabel. Hal ini terlihat dari seluruh croanbach’s alpha dari masing-masing variabel
nilainya melebihi kriteria yang dipersyaratkan yaitu 0,60.

Table 3
Rangkuman Hasil Uji Normalitas Variabel Peneltian
Normalitas

Multikolinearitas
Heteroskedastisitas
Tolerance VIF
0,345
2,896
0,783
0,463
2,161
0,324
0,549
1,821
0,698
0,423
2,361
0,749
0,354
2,824
0,499

Variabel

Independensi
Profesionalisme
Tingkat Pendidikan
0,223
Etika Profesi
Pengalaman
Kepuasan Kerja
Auditor
0,399
2,509
0,175
Hasil pengujian asumsi klasik pada Tabel 3. menunjukkan bahwa model pengujian telah
terbebas dari masalah normalitas data,multikoliniearitas, dan heteroskedastisitas
Table 4
Rangkuman Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
No
1
2
3
4
5
6
7

Variabel
Konstanta
Independensi (X₁)
Profesionalisme (X₂)
Tingkat Pendidikan
(X₃)
Etika Profesi (X₄)
Pengalaman (X₅)
Kepuasan Kerja
Auditor (X₆)
R₂= 0,909

Unstandardized
Coefficients
B
Std. Eror

Standardized
Cofficients
Beta

t

Sig.
0,001
0,079
0,057

-6,293
0,081
0,064

1,612
0,045
0,032

-3,903
1,819
1,982

3,903
1,819
1,982

0,235
0,118
0,218

0,078
0,042
0,114

3,003
2,823
1,908

3,003
2,832
1,908

0,005
0,008
0,066

0,248

0,111

2,234

2,234

0,033

R= 0,953
F Hitung= 48,246
F Tabel= 2,43
t Tabel= 2,05

Pengaruh Independensi pada Kualitas audit
Setelah dilakukan pengujian didapatkan hasil bahwa independensi tidak berpengaruh
terhadap kualitas audit di Kantor Akuntan Publik di Bali yang terlihat dari tingkat signifikansi
(0,079)>α (0,05). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Ardani (2010), Saripudin
(2012), dan Wulandari (2012). Namun ada penelitian yang mendukung hasil penelitian ini yaitu
penelitian yang dilakukan Permatasari(2011), Wahyuni (2013) yang menunjukkan bahwa
independensi tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Independensi auditor adalah landasan
dari profesi akuntan publik. Penurunan atau kurangnya independensi auditor adalah sebuah
ancaman, dimana akan menyebabkan banyak perusahaan runtuh dan skandal korporasi di seluruh
dunia. Tanpa independensi kualitas audit dan tugas deteksi audit akan dipertanyakan, Mansouri
dkk. (2009) Keadaan seringkali mengganggu independensi auditor, karena ia dibayar klien atas
jasanya, sebagai penjual jasa, auditor cenderung memenuhi keinginan klien (Ling Lin, 2012).
Persaingan antar Kantor Akuntan Publik bisa jadi pemicu kurangnya independensi auditor,
sehingga auditor rentan mengikuti kemauan dari klien agar tidak kehilangan pendapatannya.
Pengaruh Tingkat Pendidikan pada Kualitas Audit
Setelah dilakukan pengujian didapatkan hasil bahwa tingkat pendidikan terbukti
berpengaruh positif terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Bali terlihat dari
tingkat signifikansi (0,005)α (0,05). Hasil penelitian ini di dukung oleh penelitian Badjuri (2011) dan
Septiari (2013). Hal ini menunjukkan semakin rendah pengalaman auditor maka semakin rendah
pula kualitas audit auditor tersebut.
Adapun faktor yang menyebabkan kurangnya pengalaman pada auditor adalah, kurang
lamanya bekerja pada Kantor Akuntan Publik, dalam hal ini adalah audit junior, dan selain itu
kurangnya kompleksitas tugas yang dihadapi auditor, semakin sering auditor menghadapi tugas
yang kompleks maka semakin bertambah pengalaman dan pengetahuannya. Begitu juga dengan
risiko audit yang dihadapi oleh seorang auditor juga akan dipengaruhi oleh pengalaman dari
auditor tersebut. Auditor akan berusaha untuk memperoleh bukti-bukti yang diperlukan untuk
mendukung judgment tersebut. Dalam melaksanakan tugas auditnya seorang auditor dituntut
untuk membuat suatu judgment yang maksimal. Untuk itu auditor akan berusaha untuk
melaksanakan tugasnya tersebut dengan segala kemampuannya dan berusaha untuk mengindari
risiko yang mungkin akan timbul dari judgment yang dibuatnya tersebut.
Pengaruh Kepuasan Kerja Auditor pada Kualitas Audit
Setelah dilakukan pengujian didapatkan hasil bahwa kepuasan kerja berpengaruh positif
terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Bali terlihat dari tingkat signifikansi
(0,033)