ANALISIS TAHAP FORMULASI PADA RENCANA ST
ANALISIS TAHAP FORMULASI PADA RENCANA STRATEGIS BADAN
PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD) KABUPATEN PURWOREJO
TAHUN 2013 – 2018
Imas Qurhothul Ainiyah
NPM. 1306383155
Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Indonesia
email: [email protected]
Abstract
Disaster is an event that can threaten, disrupt, destroy the environment and destroying various living beings in
it. Disasters can cause environmental damage, loss of life, loss of property and psychological impact. One
disaster-prone area is Purworejo. Therefore, the government of Purworejo establishes Regional Disaster
Management Agency (BPBD). Then, the Regional Disaster Management Agency formulate a strategic plan to
guide the performance in order to achieve the organization's vision. Strategic planning also serves as a
reference for member organizations in carrying out their duties and functions. The result is that the strategic
planning component includes strategy formulation, strategic planning, budgeting, and performance assessment.
Keywords: disaster, disaster mitigation, Regional Disaster Management Agency, strategic planning, strategy
formulation
PENDAHULUAN
Bencana adalah peristiwa atau
rangkaian
peristiwa
yang
dapat
mengancam, mengganggu serta merusak
lingkungan hidup dan kehidupan yang ada
di
dalamnya
(Badan
Nasional
Penanggulangan Bencana, 2016). Menurut
Undang-Undang No. 24 Tahun 2007
tentang
Penanggulangan
Bencana,
peristiwa bencana biasanya disebabkan
oleh faktor alam, faktor nonalam, dan
faktor manusia. Berdasarkan faktor
penyebabnya, maka bencana dikategorikan
menjadi tiga macam yaitu bencana alam,
bencana non alam, dan bencana sosial
(Badan
Nasional
Penanggulangan
Bencana, 2016). Bencana dapat terjadi
secara tiba-tiba atau melalui proses yang
berlangsung secara perlahan sehingga
dapat menimbulkan kerugian material dan
immaterial bagi kehidupan masyarakat
(Badan
Nasional
Penanggulangan
Bencana, 2016). Suatu kejadian atau
peristiwa
bencana
akan
dicatat
berdasarkan tanggal kejadian, lokasi dan
jenis bencana, serta korban atau dampak
kerusakan yang ditimbulkan. Kejadian
bencana
biasanya
mengakibatkan
timbulnya kerusakan lingkungan, korban
jiwa manusia, kerugian harta benda dan
dampak psikologis.
Apabila dilihat dari sisi geologis,
geografis, dan hidrologis, Indonesia
termasuk Negara yang rawan bencana
alam. Hal ini disebabkan oleh faktor alam,
antara lain Indonesia terletak di antara
pertemuan lempeng-lempeng tektonik
yang rawan patah, dilalui sekitar 140
gunung api aktif, dan memiliki iklim
tropis. Akibatnya sering terjadi gempa
bumi, kondisi tanah tidak stabil dan tanah
longsor, serta mudah terjadi pelapukan
batuan.
Bencana
alam
tersebut
menimbulkan kerusakan sarana dan
prasarana, kerugian harta benda, dan
memakan korban jiwa. Selain itu, bencana
alam juga disebabkan oleh faktor-faktor
non alam dan sosial seperti rendahnya
kesadaran masyarakat mengenai informasi
tentang bencana, adanya kegagalan inovasi
teknologi, dan masalah ketergantungan.
Bencana alam hampir terjadi di semua
provinsi di Indonesia. Pada tahun 2012,
Badan Nasional Penanggulangan Bencana
membuat peta indeks rawan bencana di
Indonesia, seperti yang disajikan dalam
Gambar 1.
1
Gambar 1. Peta Indeks Rawan Bencana
Indonesia Tahun 2012
Sumber: BNPB, 2016.
Berdasarkan gambar 1.1, dapat
diketahui bahwa daerah yang memiliki
kerawanan tinggi terhadap bencana adalah
daerah yang berwarna merah. Sementara
untuk daerah yang menempati peringkat
pertama rawan bencana alam adalah
Provinsi Jawa Tengah (m.beritasatu.com,
2013). Menurut Sarwa Pramana selaku
Kepala Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Tengah,
provinsi ini dapat dijuluki sebaga
“supermarket” bencana (m.beritasatu.com,
2013). Artinya, daerah-daerah di Jawa
Tengah berpotensi besar mengalami
kejadian bencana alam. Beberapa bencana
alam yang pernah terjadi di Provinsi Jawa
Tengah yaitu gempa bumi, tanah longsor,
tsunami, banjir, angin puting beliung,
kebakaran hutan, dan abrasi. Adapun
Indeks rawan Bencana di Provinsi Jawa
Tengah dapat dilihat dalam Tabel 1.1
berikut.
Tabel 1.1 Indeks 5 Besar Risiko Bencana
per Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah
No
1.
2.
3.
4.
5.
Daerah
Cilacap
Purworejo
Tegal
Brebes
Banyumas
Skor
215
215
213
211
207
Kelas Risiko
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Sumber: Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB), 2014.
Salah satu daerah di Provinsi Jawa
Tengah yang memiliki intensitas rawan
bencana
tinggi
adalah
Kabupaten
Purworejo (Sandra, 2015). Kabupaten
Purworejo menempati urutan kedua daerah
rawan bencana setelah Kabupaten Cilacap.
Menurut Salman selaku bagian pusat
pengendali operasi Badan Pengendalian
Bencana Daerah (BPBD) Purworejo,
penyebab indeks risiko Kabupaten
Purworejo tinggi adalah karena letak
geografis wilayah yang berdekatan dengan
Lempeng Euroasia dan dilalui jalur
gunung berapi yang ada di bawah laut
(Sandra, 2015). Hal itu berpotensi
mengakibatkan gempa bumi, tsunami,
banjir dan tanah longsor di Kabupaten
Purworejo dan sekitarnya.
Pada tahun 2013 telah terjadi
bencana alam tanah longsor dan banjir
pada 53 desa dari 11 kecamatan di
Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa
Tengah (Widiadi, 2013). Bencana banjir
terjadi akibat hujan deras yang mengguyur
sebelas kecamatan yakni Kecamatan
Purworejo, Kecamatan Butuh, Kecamatan
Pituruh,
Kecamatan
Purwodadi,
Kecamatan Kutoarjo, Kecamatan Kemiri,
Kecamatan Bagelen, Kecamatan Grabag,
Kecamatan Bruno, Kecamatan Ngombol,
dan Kecamatan Bayan. Volume air yang
tinggi akibat hujan lebat tersebut juga
mengakibatkan tanggul Sungai Bogowonto
di Desa Kemiri, Bayan, dan Butuh jebol
sehingga airnya meluap. Banjir tersebut
mengakibatkan satu korban jiwa akibat
terserat arus air sungai dan dua korban
jiwa akibat tanah longsor. Selain itu,
bencana tersebut juga mengakibatkan
puluhan rumah rusak berat, ribuan hektare
sawah terendam air dan lebih dari 600
keluarga mengungsi.
Meskipun menempati urutan kedua
sebagai daerah rawan bencana, hingga
tahun 2012 Kabupaten Purworejo belum
memiliki Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) sebagai SKPD yang
bertanggungjawab menangani bencana
alam.
Kabupaten
Purworejo
baru
membentuk
Badan
Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) pada akhir tahun
2012 dan baru aktif bekerja pada tahun
2013. Pembentukan BPBD di Kabupaten
Purworejo dilatarbelakangi karena 16
wilayah kecamatan yang ada di Purworejo
merupakan daerah rawan bencana banjir
dan tanah longsor (Nugroho, 2012). BPBD
2
dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah
No. 14 Tahun 2012 tentang Pembentukan
BPBD Kabupaten. Proses pembentukan
BPBD Kabupaten tersebut difasilitasi oleh
anggota Komisi VIII DPR RI yang
membawahi
Kementerian
Sosial,
Kementerian
Agama,
BNPB
dan
Kementerian Pemberdayaan Perempuan
dan Anak. BPBD dianggap perlu dibentuk
karena memiliki peran penting dalam
upaya penanggulangan bencana terutama
di daerah yang rawan bencana seperti
Kabupaten Purworejo (Nugroho, 2012).
Meski baru berdiri selama 2 tahun, BPBD
Purworejo telah dinilai cukup cekatan
dalam melakukan penanganan terhadap
korban atau terdampak dan segala aspek
tentang kebencanaan (Imam, 2015). Hal
ini dibuktikan dengan diraihnya predikat
juara pertama nasional bidang rehabilitasi
dan rekonstruksi bencana pada tahun 2015.
Sebagai salah satu SKPD yang
memiliki peran penting dalam upaya
penanggulangan bencana daerah, tentunya
BPBD Kabupaten Purworejo perlu
merancang suatu rencana strategis di
lingkungan
organisasinya.
Menurut
Roobins dan Coulter (2003), perencanaan
adalah suatu proses yang dilakukan oleh
organisasi dalam rangka mendefinisikan
tujuan dan sasaran organisasi, menentukan
alternatif strategi untuk mencapai tujuan
yang ingin diwujudkan dan menetapkan
rencana
kerja
organisasi.
Proses
perencanaan memiliki tiga tujuan utama
yaitu a) memberikan pengarahan bagi
manajer dan karyawan nonmanajerial
mengenai tujuan organisasi, siapa yang
terlibat dalam mewujudkan tujuan
organisasi dan strategi apasaja yang akan
digunakan untuk mencapai tujuan tersebut;
b) proses perencanaan dilakukan untuk
meminimalisir risiko ketidakpastian; c)
kegiatan perencanaan berfungsi untuk
meminimalisir
hal-hal
yang
dapat
menimbulkan
inefesiensi
organisasi
sehingga efisiensi dan efektifitas pekerjaan
dapat diwujudkan (Roobin dan Coulter,
2003). Oleh karena itu, perencanaan perlu
dilakukan untuk merumuskan strategi
alternatif oleh organisasi dalam hal ini
BPBD Kabupaten Purworejo agar tujuan
organisasi
dapat
diwujudkan
dan
memberikan hasil yang dapat diukur sesuai
standar yang ada.
Sementara itu, Allison (1997)
menyebutkan bahwa perencanaan strategis
berfungsi sebagai alat manajemen atau
pedoman
bagi
organisasi
dalam
menetapkan tujuan dan sasaran tertentu di
lingkungan yang dinamis dan terus
berubah. Menurut David (2002) proses
perencanaan strategis dilaksanakan melalui
tiga tahap, yaitu tahap perumusan strategi
(strategy
formulation),
tahap
implementasi, dan tahap evaluasi. Tahap
formulasi meliputi kegiatan menetapkan
visi dan misi organisasi, identifikasi
kekuatan dan kelemahan organisasi,
identifikasi peluang dan tantangan
organisasi, menyusun rencana kerja, serta
menetapkan strategi-strategi alternatif
untuk mencapai visi organisasi. Tahap
implementasi
merupakan
proses
pelaksanaan strategi atau cara yang dipilih
oleh organisasi dalam rangka mencapai
visinya melalui kerjasama dengan para
stakeholder . Tahap evaluasi merupakan
kegiatan untuk mengetahui strategi-strategi
yang tidak berjalan sesuai dengan rencana.
Tahap ini dilakukan oleh para manajer
organisasi dengan melakukan tiga aktifitas
yaitu mereview faktor-faktor internal dan
eksternal yang menyebabkan strategi tidak
berjalan sesuai dengan rencana, mengukur
kinerja organisasi dan mengambil tindakan
korektif.
Pada tulisan ini, pembahasan akan
difokuskan pada tahap perencanaan
(formulation) strategi organisasi. Tahap
perencanaan strategi organisasi sektor
publik meliputi (David, 2002):
1. Perumusan Strategi (Strategy
Formulation)
Perumusan
strategi
merupakan
proses penentuan visi, misi, tujuan,
sasaran, target, arah dan kebijakan, serta
strategi organisasi (Bryson, 1995). Pihak
yang bertanggungjawab dalam perumusan
strategi adalah manajemen puncak (top
3
management). Menurut Bryson (1995:55),
proses perumusan strategi terdiri atas
sepuluh langkah yaitu a) memprakarsai
dan menyetujui proses perencanaan
strategic; b) mengidentifikasi apa yang
menjadi
mandat
organisasi;
c)
memperjelas
misi
dan
nilai-nilai
organisasi; d) menilai lingkungan eksternal
(peluang dan ancaman) serta lingkungan
internal (kekuatan dan kelemahan); e)
mengidentifikasi isu-isu strategis; f)
merumuskan strategi untuk mengelola isu;
g) mereview strategi; h) menyusun visi
sukses organisasi; i) mengembangkan
implementasi efektif; dan j) menilai
kembali strategi.
2. Perencanaan Strategik (Strategic
Planning)
Perencanaan strategik merupakan
proses menurunkan strategi ke dalam
program-program, aktivitas, atau proyek
yang akan dilaksanakan oleh suatu
organisasi dan menentukan jumlah alokasi
sumber daya yang dibutuhkan (Bryson,
1995). Dengan kata lain, perencanaan
strategik adalah proses menentukan
bagaimana mengimplementasikan strategi.
Manfaat perencanaan strategik adalah
memfasilitasi terciptanya anggaran yang
efektif, mengarahkan manajer dalam
memahami strategi organisasi secara lebih
jelas, memfasilitasi pengalokasian sumber
daya yang optimal, kerangka untuk
melaksanakan tindakan jangka pendek
(short term action), dan sebagai alat untuk
memperkecil rentang alternatif strategi.
Proses perencanaan strategik harus
memperhatikan beberapa hal yaitu struktur
pendukung, baik secara majerial maupun
political will, proses dan praktik
implementasi di lapangan serta kultur
organisasi. Selain itu, pada perencanaan
strategik
perlu
adanya
kejelasan
wewenang dan tanggung jawab serta
pendelegasian wewenang dan tugas. Di
samping itu, harus didukung dengan
adanya regulasi keuangan, pengendalian
personel, dan manajemen kompensasi
yang jelas dan fair.
3. Penganggaran
Steiss (2003:217-247) menyatakan
bahwa manajemen strategis melibatkan
pemeliharaan layanan fiskal melalui suatu
proses anggaran yang efektif. Berkaitan
dengan hal tersebut, maka penganggaran
dapat didefinisikan sebagai suatu proses
pengambilan
keputusan
untuk
mengalokasikan sumber keuangan yang
terbatas sesuai dengan berbagai kebutuhan
yang saling berkompetisi dalam rangka
mencapai tujuan dan prioritas organisasi.
Penganggaran keuangan adalah metode
untuk menentukan apa yang harus
dilakukan untuk mengimplementasikan
strategi yang berhasil.
4. Peniliaian Kinerja
Penilaian kinerja adalah proses
pengendalian manajemen yang dapat
digunakan sebagai alat kontrol organisasi.
Sistem penilaian kinerja dapat dilakukan
dengan cara menciptakan mekanisme
reward and punishment sebagai pendorong
bagi pencapaian strategi.
Berdasarkan
uraian
tersebut,
diperlukan suatu kajian yang komprehensif
terhadap
rencana
strategis
Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Kabupaten Purworejo. Hal ini diperlukan
guna mengetahui kesesuain rencana
strategis yang dibuat oleh Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Kabupaten Purworejo dengan konsep
rencana strategis serta dengan RPJMD
Kabupaten Purworejo. Tujuan penulisan
ini adalah 1) mengidentifikasi perumusan
strategi atau strategy formulation yang
meliputi komponen visi, misi, analisis
SWOT, dan profil internal organisasi; 2)
menganalisis perencanaan strategik atau
strategic planning; 3) mengidentifikasi
penganggaran dan operasional atau
pelaksanaan anggaran; serta 4) melakukan
penilaian kinerja terhadap rencana
strategis Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) Kabupaten Purworejo.
METODE PENULISAN
Fokus kajian dari tulisan ini adalah
membahas mengenai perencanaan strategis
4
pada Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) Kabupaten Purworejo
yang baru dibentuk pada tahun 2013 dan
telah memperoleh predikat juara pertama
nasional
bidang
rehabilitasi
dan
rekonstruksi bencana pada tahun 2015. Hal
ini dikarenakan
BPBD Kabupaten
Purworejo dinilai cukup cekatan dalam
melakukan penanganan terhadap korban
atau terdampak dan segala aspek tentang
kebencanaan selama dua tahun beroperasi.
Metode yang digunakan dalam penulisan
ini adalah metode kualitatif deskriptif.
Metode kualitatif menurut Creswell
(2009:173) adalah suatu teknik untuk
memahami berbagai masalah yang
dihadapi oleh manusia dalam kehidupan
sehari-hari dengan menggunakan prosedur
yang sistematis dan menggunakan datadata
ilmiah.
Sedangkan
penulisan
deskriptif oleh Neuman (2007:16)
didefinisikan sebagai proses sistematis
untuk menggambarkan kondisi antar
variabel secara sistemik dan detail melalui
proses deskripsi informasi mengenai
variabel yang dikaji. Tujuan penggunaan
metode ini adalah untuk menggambarkan
situasi, pengaturan sosial, dan hubungan
antar variabel yang dikaji secara detail dan
spesifik.
Tahapan
penulisan
deskriptif
meliputi proses pengumpulan data, analisis
data, dan interpretasi data. Pengumpulan
data pada penulisan ini dilakukan dengan
teknik pengumpulan data kualitatif. Teknik
pengumpulan data kualitatif merupakan
proses
pengumpulan
data
dengan
melakukan studi terhadap dokumendokumen atau data sekunder yang relevan
dengan topik studi (Creswell, 2009).
Dokumen atau data sekunder yang
digunakan dalam penulisan ini diperoleh
dari buku, jurnal, publikasi online dan
sumber literatur lainnya yang berhubungan
dengan fokus bahasan yaitu rencana
strategi Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) Kabupaten Purworejo.
Penulisan diawali dengan memahami
rumusan strategi BPBD Kabupaten
Purworejo yang memuat pernyataan visi,
misi, dan profil internal organisasi. BPBD
Kabupaten Purworejo memiliki visi yakni
“Kesiapsiagaan dan Ketangguhan Daerah
Menghadapi Bencana”. Sementara misi
yang dirumuskan untuk mendukung
terwujudnya visi BPBD Kabupaten
Purworejo yaitu:
1. Koordinasi pelaksanaan
penanggulangan bencana yang terpadu
dan menyeluruh;
2. Pencegahan dan kesiapsiagaan menuju
pengurangan resiko bencana;
3. Penyediaan logistik dan penanganan
tanggap darurat yang cepat dan tepat
sasaran;
4. Rehabilitasi dan rekonstruksi menuju
pemulihan pasca bencana yang lebih
baik;
5. Penanganan kebakaran yang cepat dan
berkualitas.
Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) Kabupaten Purworejo
resmi beroperasi sejak tanggal 2 Januari
2013 (Badan Penanggulangan Bencana
Daerah Kabupaten Purworejo, 2016).
Pembentukan BPBD didasarkan pada
amanat Undang-Undang No. 24 Tahun
2007 tentang Penanggulangan Bencana
Bab IV Pasal 18 dan Peraturan Daerah No.
18 Tahun 2012 tentang Pembentukan
BPBD Kabupaten. Tugas utama dari
BPBD Kabupaten Purworejo adalah
memberikan pedoman dan pengarahan
mengenai
penanggulangan
bencana.
BPBD dibentuk melalui koordinasi dengan
Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB) dan BPBD Provinsi Jawa Tengah.
Hal ini dilatarbelakangi terjadinya
berbagai bencana alam di daerah
kabupaten Purworejo yang mengakibatkan
jatuhnya korban jiwa dan harta benda.
Adapun peran yang dilakukan oleh BPBD
meliputi tiga tahap yaitu tahap pra
bencana, tahap tanggap darurat, dan tahap
pemulihan atau tahap pasca bencana.
Struktr organisasi BPBD Kabupaten
Purworejo
meliputi
kepala
badan
penanggulangan bencana daerah, unsur
pengarah yang terdiri atas instansi dan
5
professional atau ahli serta unsur
pelaksana. Unsur pelaksana terbagai atas
kepala pelaksana, sekretariat, kelompok
jabatan fungsional, bidang pencegahan dan
kesiapsiagaan, bidang kedaruratan dan
logistik serta bidang rehabilitasi dan
rekonstruksi.
Setelah memahami rumusan strategis
dari BPBD Kabupaten Purworejo,
penulisan dilanjutkan dengan identifikasi
perencanaan strategik. Rencana strategi
BPBD Kabupaten Purworejo bersifat
melanjutkan pencapaian target-target
RPJMD Kabupaten Purworejo yang telah
ditetapkan pada tahun 2011 (Badan
Penanggulangan
Bencana
Daerah
Kabupaten Purworejo, 2016). Oleh karena
itu, tujuan dan sasaran yang akan dicapai
bersifat jangka menengah. Adapun tujuan
yang akan dicapai adalah meningkatkan
kerjasama masyarakat dan pemerintah
untuk menjaga keamanan dan ketertiban
dalam kehidupan berbangsa bernegara dan
bermasyarakat. Sedangkan sasaran yang
ingin diwujudkan adalah meningkatan
kesiapsiagaan pemerintah kabupaten dan
masyarakat
dalam
mitigasi
dan
penanggulangan bencana.
Tahap selanjutnya adalah analisis
data dan interpretasi data. Teknik analisis
data yang digunakan adalah teknik analisis
data kualitatif ideal type. Teknik analisis
ideal type adalah model atau abstraksi dari
sebuah relasi sosial atau proses-prosesnya.
Analisis ideal type dilakukan dengan cara
menyandingkan konsep dengan realitas
(Neuman, 2007:336). Pada penulisan ini,
analisis dilakukan dengan menyandingkan
fakta-fakta mengenai rencana strategis
BPBD Kabupaten Purworejo dengan
konsep perencanaan strategis. Secara lebih
ringkas, tahapan penulisan dapat dilihat
dalam Gambar 2. berikut ini.
Gambar 2. Tahap Penulisan
Sumber: Data Diolah, 2016.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Perumusan
Strategi
(Strategy
Formulation)
Perumusan strategi merupakan tahap
awal yang dilakukan oleh organisasi untuk
menentukan visi, misi dan melakukan
penilaian situasional. Berkaitan dengan hal
tersebut, proses perumusan strategi BPBD
Kabupaten Purworejo melibatkan pihak
manajemen puncak yaitu Kepala pelaksana
harian BPBD Kabupaten Purworejo. Oleh
karena itu, tahap perumusan strategi pada
BPBD Kabpaten Purworejo telah sesuai
dengan konsep perumusan strategi dari
Bryson. Berikut penjelasan dari masingmasing proses awal perumusan strategi.
1. Visi
Visi merupakan pernyataan yang
memuat tujuan organisasi dan gambaran
perubahan yang ingin dicapai oleh
organisasi di masa yang akan datang
(Steiss,
2003:63).
Menurut
Steiss
(2003:63), sebuah visi yang ideal biasanya
memuat misi organisasi, nilai dan norma
organisasi, bersifat realistis dan kredibel,
responsif terhadap perubahan, serta jelas
dan mudah dipahami. Di samping itu, visi
juga dapat digunakan untuk memotivasi
para anggota organisasi, memberikan
kontrol bagi anggota organisasi dan
6
memuat hal-hal yang diinginkan oleh
anggota organisasi. Dengan demikian, visi
organisasi dapat dikatakan ideal apabila
memenuhi unsur-unsur tersebut.
Apabila dikaitkan dengan konsep
visi dari Steiss, maka visi dari BPBD
Kabupaten Purworejo yang berbunyi
“Kesiapsiagaan dan Ketangguhan Daerah
Menghadapi Bencana,” telah memenuhi
beberapa unsur visi yang ideal yaitu
pertama , memuat misi organisasi, nilai dan
norma organisasi. Unsur ini terpenuhi
karena visi yang dirumuskan oleh bPBD
Kabupaten Purworejo memiliki unsure
misi yakni menjadikan BPBD Kabupaten
Purworejo selalu siap siaga dan tanggap
ketika terjadi bencana di daerah-daerah
terutama di wilayah Kabupaten Purworejo.
Sementara unsur nilai yang diusung dalam
visi tersebut adalah ketangguhan. Artinya,
BPBD Kabupaten Purworejo akan
berupaya melaksanakan tugas dan
tanggungjawabnya
sesuai
dengan
kemampuan yang dimiliki oleh organisasi.
Kedua , responsif terhadap perubahan. Hal
ini berarti bahwa BPBD Kabupaten
Purworejo berupaya melakukan adaptasi
terhadap perubahan lingkungan terutama
ketika terjadi bencana. Selain itu, BPBD
Kabupaten Purworejo juga berusaha
mengembangkan dirinya terutama dalam
hal mitigasi dan penanggulangan bencana
yang dibuktikan dengan peroleh juara
pertama nasional bidang rehabilitasi dan
rekonstruksi bencana pada tahun 2015
(Imam, 2015).
Ketiga ,
bersifat realistis dan
kredibel. Visi yang diusung oleh BPBD
Kabupaten Purworejo disesuaikan dengan
situasi lingkungan yan mana Kabupaten
Purworejo merupakan daerah paling rawan
bencana kedua di Provinsi Jawa Tengah.
Keempat, jelas dan mudah dipahami. Hal
ini terlihat pada sasaran yang ingin dicapai
dari visi tersebut yaitu menjadi organisasi
yang siap siaga dan tangguh ketika
menghadapi bencana. Kelima , memotivasi
para anggota organisasi. Pernyataan siap
siaga dan tangguh pada visi BPBD
Kabupaten Purworejo merupakan acuan
bagi
anggota
organisasi
untuk
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya
secara efektif dan efisien. Keenam,
memberikan
kontrol
bagi
anggota
organisasi dan memuat hal-hal yang
diinginkan oleh anggota organisasi. Di sisi
lain, visi dari BPBD Kabupaten Purworejo
untuk rencana strategis tahun 2013-2018
dapat dikatakan telah sesuai dengan
RPJMD Kabupaten Purworejo tahun 20092015. Hal ini dikarenakan visi tersebut
bersifat melanjutkan visi dari SKPD yang
bertugas dalam menangani hal-hal terkait
mitigasi dan penanggulangan bencana
sebelumnya yaitu Lembaga Kesatuan
Bangsa dan Politik dalam negeri
Kabupaten Purworejo.
2. Misi
Misi merupakan deskripsi mengenai
latar belakang dibentuknya organisasi,
tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi,
cara yang akan digunakan oleh organisasi
dalam mewujudkan visinya serta memuat
nilai yang diyakini oleh para anggota
organisasi dalam menyelenggarakan tugas
pokok dan fungsinya (Steiss, 2003).
Berkaitan dengan hal itu, maka misi BPBD
Kabupaten Purworejo dapat dikatakan
telah memenuhi unsur-unsur misi yang
disebutkan oleh Steiss. Setiap misi yang
dirumuskan oleh BPBD Kabupaten
Purworejo mencakup tujuan yang ingin
dicapai oleh organisasi yaitu menjadi aktor
dalam menangani hal-hal terkait pra
bencana, bencana dan pasca bencana.
BPBD berupaya melakukan koordinasi
dengan lembaga lainnya baik pemerintah
maupun non pemerintah untuk melakukan
mitigasi bencana dan penanggulan risiko
bencana di Kabupaten Purworejo. Cara
yang digunakan oleh BPBD Kabupaten
Purworejo bersifat preventif dan persuasif.
Hal ini dapat dilihat pada setiap
pernyataan misi. Tindakan preventif
dilakukan guna meminimalisir dampak
yang mungkin ditimbulkan akibat bencana.
Sementara tindakan persuasive dilakukan
guna
memulihkan
keadaan
akibat
terjadinya bencana.
7
Pada pernyataan misi organisasi,
dapat dilihat nilai-nilai dasar yang menjadi
pedoman BPBD Kabupaten Purworejo
diantaranya terpadu, menyeluruh, siap
siaga, cepat, tepat sasaran dan berkualitas.
Nilai-nilai tersebut menunjukkan bahwa
para anggota BPBD memiliki komitmen
untuk melakukan penanggulangan dan
mitigasi bencana secara terpadu yang
melibatkan peran pemerintah, swasta dan
masyarakat.
Poin
menyeluruh
menitikberatkan bahwa kegiatan tanggap
darurat akan dilakukan pada masa pra
bencana, bencana dan pasca bencana.
BPBD Kabupaten Purworejo juga
berupaya bertindak sigap terutama dalam
memberikan pelayanan kebencanaan.
Sementara untuk poin cepat, tepat sasaran
dan berkualitas merupakan orientasi hasil
yang ingin dicapai atas berbagai pelayanan
terkait mitigasi dan penanggulangan
bencana.
3. Analisis SWOT
Analisis SWOT atau penilaian
situasional merupakan penilaian terhadap
kemampuan internal organisasi (kekuatan/
strengths dan kelemahan/ weaknesses) dan
penilaian terhadap situasi eksternal
organisasi (peluang/ opportunities dan
ancaman/ threats). Kegunaan dari SWOT
analisis adalah untuk membantu organisasi
dalam menentukan strategi atau tindakan
untuk mewujudkan visi yang telah
direncanakan. Penilaian SWOT pada
BPBD Kabupaten Purworejo digunakan
sebagai
dasar
untuk
mendukung
penyelenggaraan tugas pelayanana dalam
bidang kebencanaan daerah secara
paripurna
(Badan
Penanggulangan
Bencana Daerah Kabupaten Purworejo,
2016). Adapun kekuatan yang dimiliki
BPBD Kabupaten Purworejo yaitu
kekuatan kelembagaan yang sudah
definitive sejak berdiri pada 2 Januari
2013. Selain itu, BPBD Kabupaten
Purworejo
memperoleh
dukungan
kelembagaan dan dukungan pendanaan
dari BNPB dan BPBD Propinsi. BPBD
Kabupaten Purworejo juga memperoleh
dukungan
partisipasi
swasta
dan
masyarakat baik berupa relawan maupun
bantuan logistik.
Sementara kelemahan dari BPBD
Kabupaten Purworejo yaitu keterbatasan
kapasitas SDM secara kuantitas dan
kualitas (Badan Penanggulangan Bencana
Daerah Kabupaten Purworejo, 2016).
Hingga tahun 2015, jumlah SDM BPBD
Kabupaten Purworejo hanya terdiri dari 33
orang, sementara bencana yang terjadi
sering tidak terduga dan terjadi secara
bersamaan. Di samping itu, implementasi
program pengelolaan kebencanaan belum
sepenuhnya terintegrasi di BPBD. Hal ini
dikarenakan BPBD Kabupaten Purworejo
masih dalam masa transisi. Selain itu,
BPBD masih menghadapi kendala dalam
hal keberlanjutan penanganan bencana
pada masa pasca bencana.
Berdasarkan analisis strengths dan
weaknesses tersebut, BPBD Kabupaten
Purworejo dapat menerapkan strategi
untuk mengembangkan pelayanan dalam
bidang penanggulangan bencana. Peluang
dari pengembangan strategi ini adalah
sasaran yang ingin dicapai oleh BPBD
Kabupaten Purworejo telah sesuai dengan
RPJMD Kabupaten Purworejo sehingga
proses penanggulangan bencana dapat
semakin optimal pencapaiannya (Badan
Penanggulangan
Bencana
Daerah
Kabupaten Purworejo, 2016). Selain itu,
memperoleh dukungan dari BNPB dan
BPBD Propinsi Jawa Tengah pada sisi
pendanaan, peralatan, dan logistik.
Kapasitas dukungan dari masyarakat lokal
yang besar juga menjadi peluang bagi
BPBD Kabupaten Purworejo untuk
melaksanakan tugas pelayanana dalam
bidang kebencanaan daerah secara
paripurna.
Di sisi lain, BPBD Kabupaten
Purworejo masih memiliki beberapa
tantangan yang kemungkinan besar dapat
menghambat strategi organisasi (Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Kabupaten Purworejo, 2016). Tantangan
tersebut adalah tantangan pengembangan
pelayanan BPBD yang meliputi macam
8
pelayanan dan besarnya kebutuhan
pelayanan. Pelayanan dalam bidang
penanggulangan
bencana
mencakup
kegiatan koordinasi layanan baik pada
masa pra bencana, saat bencana serta pasca
bencana. Pada masa pra bencana, perlu
upaya untuk mengkoordinir semua elemen
masyarakat agar mampu melaksanakan
mitigasi bencana. Pada saat bencana, perlu
koordinasi antara pemerintah dan relawan
untuk melaksanakan kegiatan tanggap
darurat bencana. Sedangkan pada masa
pasca bencana, perlu koordinasi antara
masyarakat, pemerintah dan swasta dalam
mendistribusikan sumber-sumber daya
baik dana maupun tenaga. Tantangan
lainnya adalah mengenai arahan lokasi
pengembangan
pelayanan
yang
dibutuhkan. Hal ini perlu diperhatikan
karena seluruh kecamatan di wilayah
Kabupaten Purworejo memiliki potensi
rawan bencana terutama bencana alam.
B. Perencanaan Strategik (Strategic
Planning)
Dokumen rencana strategis BPBD
Kabupaten Purworejo sudah dibentuk
berdasarkan aspek – aspek perencanaan
strategis, yaitu struktur organisasi yang
mencakup political will dan sumbersumber daya organisasi serta strategi
organisasi.
1. Struktur Organisasi
1.1 Political will
Political will merupakan landasan
hukum yang digunakan sebagai pedoman
bagi suatu organisasi untuk menentukan
tugas pokok dan fungsinya. Berdasarkan
dokumen
rencana
strategis
BPBD
Kabupaten Purworejo, dapat diketahui
bahwa tugas pokok dan fungsi BPBD
Kabupaten Purworejo Tahun 2013-2018
mengacu pada RPJMD Kabupaten
Purworejo Tahun 2009-2015. Selain itu,
rencana strategis BPBD Kabupaten
Purworejo juga mengacu pada Peraturan
Daerah (Perda) Kabupaten Purworejo
Nomor 18 Tahun
2012 tentang
Pembentukan BPBD Kabupaten. Dengan
demikian,
rencana
strategis
dapat
dikatakan telah sesuai dengan konsep yang
karena unsur political will telah terpenuhi.
1.2 Sumber Daya BPBD
BPBD
Kabupaten
Purworejo
sebagai lembaga pemerintah memiliki
sumber – sumber daya seperti sumber daya
manusia, asset organisasi dan sumber daya
modal (Badan Penanggulangan Bencana
Daerah Kabupaten Purworejo, 2016).
Berikut masing-masing penjelasannya.
a. Sumber daya manusia BPBD
Kabupaten Purworejo terdiri dari 15
orang pejabat struktural. Jabatan
struktural tersebut meliputi Kepala
Badan, Kepala Pelaksana, Kepala
Sekretariat
(yang
membawahi
Kasubag Perencanaan Evaluasi dan
Pelaporan, Kasubag Keuangan serta
Kasubag Umum dan Kepegawaian),
Kepala Bidang Pencegahan dan
Kesiapsiagaan (yang membawahi
Kasi
Pencegahan
dan
Kasi
Kesiapsiagaan), Kepala Bidang
Kedaruratan dan Logistik (yang
membawahi Kasi Kedaruratan dan
Kasi Logistik) serta Kepala Bidang
Rehabilitasi dan Rekonstruksi (yang
membawahi Kasi Rehabilitasi dan
Kasi Rekonstruksi). Selain itu, SDM
BPBD Kabupaten Purworejo juga
terdiri atas 19 orang staf fungsional
umum dan 9 orang tenaga kontrak.
b. Asset organisasi terdiri atas berbagai
infrastruktur yang dimiliki oleh
BPBD Kabupaten Purworejo dalam
melaksanakan
tanggungjawabnya
terkait dengan penanggulangan
bencana. Adapun asset organisasi
yang masih operasional adalah meja
(meja komputer, meja struktural,
meja kerja staf, meja rapat panjang
dan meja kursi tamu), kursi (kursi
struktural, kursi staf dan kursi rapat),
filling kabinet, almari arsip, mesin
ketik manual, LCD Projector,
Komputer/PC,
printer,
laptop,
scanner, telepon, mesin fax, HT,
tenda (tenda darurat/terpal, tenda
posko, tenda pengungsi, tenda
keluarga), motor boat, fire hose
9
rubber, baju tahan panas, perahu
karet, mesin perahu karet, lampu
penerangan, solar handle lamp,
velbed, RIG, SSB, lampu senter hid
search light, genset, kompor gas dan
selang regulator, tabung gas isi 12
kg, wajan serta mobil pemadam
kebakaran.
c. Sumber daya modal mencakup
anggaran dana yang dimiliki oleh
BPBD Kabupaten Purworejo untuk
menyelenggarakan tugas pokok dan
fungsinya. Anggaran dana BPBD
Kabupaten Purworejo bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) Kabupaten
Purworejo, dana hibah dari BNPB
dan BPBD Provinsi Jawa Tengah.
2. Strategi Organisasi
Menurut Chandler (dalam Rangkuti
2004), strategi merupakan alat yang
dirumuskan
oleh
para
pimpinan
organisasi untuk mencapai tujuan dan
sasaran jangka panjang yang ingin
diwujudkan oleh organisasi. Penyusunan
strategi biasanya disertai langkah-langkah
sistematis yang menggambarkan upaya
atau kegiatan untuk mencapai visi
organisasi. Strategi organiasi oleh Steiss
(2003:80-81) dibagi menjadi tiga level,
yaitu:
a. Organizational strategies, yaitu
strategi yang dibuat mencerminkan
visi organisasi meliputi inisiatif
program baru, kerjasama dan
kolaborasi, akuisisi, penggabungan
dan ekspansi.
b. Programmatic
strategies,
yaitu
strategi dirancang sebagai alat untuk
melaksanakan tujuan yang yang
telah ada, cara-cara mengembangkan
tujuan,
mengelola
serta
melaksanakan tujuan-tujuan baru.
c. Functional strategis, yaitu strategi
yang dibuat difokuskan pada
kebutuhan
administratif
dalam
rangka mewujudkan efisiensi dan
efektivitas organisasi.
Pembentukan BPBD di Kabupaten
Purworejo dilakukan untuk menggantikan
peran Lembaga Kesatuan Bangsa dan
Politik
(Kesbangpol)
Kabupaten
Purworejo dalam bidang peningkatan
kesiagaan masyarakat dan pemerintah
dalam hal penanggulangan dan mitigasi
bencana (Badan Penanggulangan Bencana
Daerah Kabupaten Purworejo, 2016). Oleh
karena itu, target yang akan dicapai oleh
BPBD Kabupaten Purworejo bersifat
melanjutkan target-target dari Kesbangpol.
Untuk itu, BPBD merumuskan beberapa
program
kegiatan
yaitu
program
pencegahan dini dan penggulangan korban
bencana alam, perencanaan pembangunan
daerah
rawan
bencana,
perbaikan
perumahan akibat bencana alam atau
sosial, peningkatan kesiagaan pencegahan
bahaya kebakaran, program pelayanan
administrasi
perkantoran,
program
peningkatan sarana dan prasarana aparatur,
program
peningkatan
kapasitas
sumberdaya aparatur serta program
pengembangan sistem pelaporan capaian
kinerja dan keuangan. Program-program
tersebut kemudian dijabarkan dalam
berbagai
kegiatan.
Apabila dilihat
berdasarkan level strategi dari Steiss, maka
strategi yang dibuat oleh BPBD Kabupaten
Purworejo
termasuk
ke
level
programmatic
strategies.
Hal
ini
dikarenakan BPBD Kabupaten Purworejo
tidak merumuskan target baru dan hanya
berupaya mencapai target yang sudah
ditetapkan oleh SKPD sebelumnya. Selain
itu, program kegiatan yang dirumuskan
digunakan untuk mendukung pencapaian
sasaran organisasi yakni peningkatan
kesiapsiagaan pemerintah kabupaten dan
masyarakat
dalam
mitigasi
dan
penanggulangan bencana.
C. Penganggaran (Budgeting)
Anggaran dana BPBD Kabupaten
Purworejo terdiri atas pos penerimaan dan
pos
pengeluaran.
Pos
penerimaan
mencakup anggaran pendapatan dana yang
diperoleh BPBD Kabupaten Purworejo
yaitu sebesar Rp5.265.300.200,- (BPBD
10
Kabupaten Purworejo, 2016). Dana
tersebut
berasal
dari
Anggaran
Perencanaan dan Belanja Daerah (APBD)
Kabupaten Purworejo, Dana Hibah dari
BNPB serta BPBD Provinsi Jawa Tengah.
Sementara pos pengeluaran berisi rincian
penggunaan atau realisasi anggaran.
Realisasi anggaran BPBD Kabupaten
Purworejo digunakan untuk membiayai
program-program prioritas terkait mitigasi
dan penanggulangan bencana. Berikut
disajikan rincian anggaran dana per
program dalam Tabel 2.
Tabel 2. Anggaran Dana per Program
(dalam ribuan rupiah)
Program
Program Pelayanan
Administrasi Perkantoran
Program Peningkatan Sarana
dan Prasarana Aparatur
Program Peningkatan
Kapasitas SD Aparatur
Peningkatan Pengembangan
Sistem Pelaporan Capaian
Kinerja dan Keuangan
Program Perbaikan
Perumahan Akibat Bencana
Alam/Sosial
Program Peningkatan
Kesiapsiagaan dan
Pencegahan Bahaya
Kebakaran
Program Pencegahan Dini
dan Penanggulangan Korban
Bencana Alam
Total Anggaran
Anggaran
151.006,9
137.175,8
16.560
55.000
500.000
1.130.222,3
3.275.335,2
5.265.300,2
Sumber: BPBD Kabupaten Purworejo, 2016
Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui
bahwa
setiap
program
terkait
penanggulangan dan mitigasi bencana dari
BPBD Kabupaten Purworejo memiliki
jumlah anggaran yang berbeda (BPBD
Kabupaten Purworejo, 2016). Hal ini
dipengaruhi oleh bentuk kegiatan yang
dilakukan pada masing-masing program
tersebut. Selain itu, volume pelaksanaa
kegiatan juga memiliki pengaruh terhadap
jumlah dana yang dianggarakan. Dengan
demikian,
dapat
diketahui
bahwa
penganggaran untuk program-program
prioritas
pada
BPBD
Kabupaten
Purworejo telah disusun sesuai dengan
konsep yang ada serta berpedoman pada
RPJMD Kabupaten Purworejo.
D. Penilaian Kinerja (Performance
Assessment)
Penilaian kinerja dilakukan untuk
memastikan rumusan strategi organisasi
dapat mewujudkan target dan sasaran yang
telah
ditetapkan.
Apabila
dilihat
berdasarkan konsep perencanaan strategis,
maka BPBD Kabupaten Purworejo telah
memenuhi unsur penilaian kinerja karena
telah merumuskan indikator kinerja
sebagai alat kontrol atas kinerja organisasi
(Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Kabupaten Purworejo, 2016). Berkaitan
dengan hal tersebut, BPBD Kabupaten
Purworejo
sebenarnya
menggunakan
rumusan indikator kinerja yang telah
disusun oleh Kesbangpol pada tahun 2009.
Penggunaan indikator ini menunjukkan
secara langsung mengenai kinerja yang
akan dicapai oleh BPBD. Indikator ini juga
merupakan
komitmen
dari
BPBD
Kabupaten Purworejo untuk mendukung
pencapaian tujuan dan sasaran RPJMD
Tahun 2009-2015. Indikator kinerja
tersebut disusun berdasarkan program
prioritas pembangunan yaitu sebagai
berikut.
a. Untuk program pencegahan dini dan
penggulangan korban bencana alam,
penilaian kinerja dilakukan dengan
menggunakan dua indikator, yaitu:
1. Jumlah desa rawan bencaa yang
masuk dalam sistem
penanggulangan korban bencana
alam.
2. Ketersediaan early warning
system/pernyataan dini bencana
tsunami.
b. Untuk
program
perencanaan
pembangunan daerah rawan bencana,
indikator penilaian yang digunakan
adalah:
1. Tingkat ketersediaan dokumen
perencanaan pembangunan
daerah rawan bencana.
11
2. Tingkat implementasi dokumen
perencanaan pembangunan
daerah rawan bencana.
c. Untuk program perbaikan perumahan
akibat bencana alam atau sosial,
BPBD menggunakan indikator berupa
tingkat
pelayanan
perbaikan
perumahan akibat bencana alam atau
sosial.
d. Untuk
program
peningkatan
kesiagaan
pencegahan
bahaya
kebakaran, BPBD menggunakan
indikator berupa tingkat kesiagaan
dan pencegahan bahaya kebakaran.
Sejak beridiri, BPBD Kabupaten
Purworejo berupaya melakukan mitigasi
dan penanggulangan bencana di 274 titik
kejadian bencana pada tahun 2013 dan di
200 titik kejadian pada tahun 2014 (BPBD
Kabupaten Purworejo, 2016). Upaya
tersebut dilakukan untuk menangani
kerusakan-kerusakan dan korban akibat
bencana di lokasi desa terdampak.
Meskipun telah merencakana berbagai
program mitigasi dan penanggulangan
bencana, BPBD Kabupaten Purworejo
masih
menemui
hambatan
dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya.
Hambatan tersebut adalah jumlah sumber
daya manusia yang terbatas yakni 33 orang
belum mampu menangani berbagai
dampak bencana yang terjadi secara
bersamaan. Kondisi itu mengakibatkan
kinerja BPBD menjadi belum optimal.
Hambatan lainnya adalah kebutuhan
sarana
dan
prasarana
untuk
menyelenggarakan
penanggulangan
bencana belum terpenuhi serta adanya
dokumen dan kajian terkait bencana yang
belum disusun.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan,
diperoleh kesimpulan bahwa rencana
strategis BPBD Kabupaten Purworejo
pada tahap perencanaan dapat dilihat
berdasarkan empat komponen yaitu
perumusan strategi (strategy formulation),
perencanaan strategik (strategic planning),
penganggaran (budgeting) serta penilaian
kinerja (performance assessment). Pada
tahap ini, masing-masing komponen
rencana strategis dari BPBD Kabupaten
Purworejo telah sesuai dengan konsep
yang ada. Di sisi lain, rencana strategis
BPBD Kabupaten Purworejo juga telah
sesuai dengan RPJMD Kabupaten
Purworejo. Meskipun begitu, masih
terdapat beberapa permasalahan yang
dapat
menghambat
kinerja
BPBD
Kabupaten Purworejo, yaitu keterbatasan
jumlah aparat BPBD yang hanya
berjumlah 33 orang membuat kinerja
organisasi
belum
optimal,
belum
terpenuhinya kebutuhan sarana prasarana
penanggulangan bencana serta masih
banyak dokumen dan kajian terkait
mitigasi bencana yang belum disusun.
DAFTAR PUSTAKA
Admin. (12 April 2013). Jateng Peringkat
Pertama Rawan Bencana Nasional.
http://m.beritasatu.com/nasional/1076
05-jateng-peringkat-pertama-rawanbencana.html. Diakses pada 6
Desember 2016.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB). (2014). Indeks Risiko
Bencana Indonesia (IRBI) Tahun
2013. Sentul: Direktorat Pengurangan
Risiko Bencana Deputi Bidang
Pencegahan dan Kesiapsiagaan.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB). (2016). Definisi dan Jenis
Bencana.
http://www.bnpb.go.id/pengetahuanbencana/definisi-dan-jenis-bencana.
Diakses pada 6 Desember 2016.
BPBD Kabupaten Purworejo. (2016).
Laporan Kinerja Penyelenggaraan
Pemerintahan. Purworejo: Pemerintah
Kabupaten Purworejo.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD)
Kabupaten
Purworejo.
(2016). Rencana Strategis. Purworejo:
Pemerintah Kabupaten Purworejo.
12
BPBD Kabupaten Purworejo. (2016).
Rencana Kerja SKPD. Purworejo:
Pemerintah Kabupaten Purworejo.
Bryson, John M. (2004). Strategic
Planning for Public and Nonprofit
Organizations:
A
Guide
to
Strengthening
and
Sustaining
Organizational Achievement 3rd Ed.
USA: Jossey-Bass.
Creswell, John W.. 2009. Research
Design: Quantitative, Qualitative and,
Mixed Methods. California: Sage
Publications.
David, Fred R.. (2002). Manajemen
Strategis: Konsep. Jakarta: Penerbit
Salemba Empat.
Imam, Ahmad Nas. (14 Maret 2015). Usia
Dua Tahun, BPBD Purworejo Sabet
Juara
Nasional.
http://www.sorotpurworejo.com/berita
-purworejo-264-usia-dua-tahun-bpbdpurworejo-sabet-juara-nasional.html.
Diakses pada 6 Desember 2016.
Neuman, W. (2007). Basics of Social
Research:
Qualitative
and
Quantitative Approaches (2nd ed,).
Boston: Pearson Education, Inc.
Nugroho, Retno Ari. (22 Desember 2012).
Budi Minta BPBD Purworejo Segera
Dibentuk.
http://jogja.tribunnews.com/2012/12/2
2/budi-minta-bpbd-purworejo-segeradibentuk. Diakses pada 6 Desember
2016.
Rangkuti, Freddy. (2004). Analisis SWOT:
Teknik Membedah Kasus Bisnis.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Republik Indonesia. Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2007 Tentang
Penanggulangan Bencana.
Republik Indonesia. Peraturan Daerah No.
18 Tahun 2010 Tentang Pembentukan
BPBD Kabupaten.
Robbins, Stephen P. and Mary Coulter.
(2003). Management (7 th ed.). New
Jersey: Prentice Hall.
Sandra, Rosalia. (18 Maret 2015).
Purworejo Rawan Bencana Kedua SeJawa
Tengah.
http://www.sorotpurworejo.com/berita
-purworejo-292-purworejo-rawanbencana-kedua-sejawa-tengah.html.
Diakses pada 6 Desember 2016.
Steiss, Alan Walter. (2003). Strategic
Management for Public and Nonprofit
Organizations. New York: Marcel
Dekker, Inc..
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. (2014).
Kabupaten
Purworejo.
http://www.jatengprov
.go.id/id/profil/kabupaten-purworejo.
Diakses pada 6 Desember 2016.
Widiadi, Prasasta. (21 Desember 2013).
Banjir Disertai Longsor Gerus
Puluhan Desa dan Kecamatan di
Purworejo.
http://www.satuharapan.com/readdetail/read/banjir-disertai-longsorgerus-puluhan-desa-dan-kecamatandi-purworejo.
Diakses
pada 6
Desember 2016.
13
LAMPIRAN
Tabel 3. Indikator Kinerja
Program Prioritas Pembangunan
Indikator Kinerja Program
Jumlah desa rawan bencaa yang masuk dalam
sistem penanggulangan korban bencana alam
Ketersediaan early warning
system/pernyataan dini bencana tsunami
Tingkat ketersediaan dokumen perencanaan
pembangunan Daerah Rawan Bencana
Perencanaan Pembangunan Daerah
Rawan Bencana
Tingkat implementasi dokumen perencanaan
pembangunan Daerah Rawan Bencana
Perbaikan Perumahan Akibat Bencana Tingkat pelayanan Perbaikan Perumahan
Alam atau Sosial
Akibat Bencana Alam atau Sosial
Peningkatan Kesiagaan Pencegahan
Tingkat kesiagaan dan pencegahan bahaya
Bahaya Kebakaran
kebakaran
Pencegahan Dini dan Penggulangan
Korban Bencana Alam
Sumber: Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Purworejo, 2016.
Kondisi
Kondisi
Kinerja
Kinerja
pd awal Target Capaian Setiap Tahun
pada akhir
periode
periode
RPJMD
RPJMD
2009
2011 2012 2013 2014 2015
288
1 unit
288
288
288
288
288
288
3 unit 6 unit 6 unit 6 unit 6 unit
6 unit
0%
10% 20%
30%
40%
50%
50%
10%
10%
15%
20%
25%
30%
30%
60%
65%
70% 75%
77%
80%
80%
100%
100% 100% 100% 100% 100%
100%
PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD) KABUPATEN PURWOREJO
TAHUN 2013 – 2018
Imas Qurhothul Ainiyah
NPM. 1306383155
Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Indonesia
email: [email protected]
Abstract
Disaster is an event that can threaten, disrupt, destroy the environment and destroying various living beings in
it. Disasters can cause environmental damage, loss of life, loss of property and psychological impact. One
disaster-prone area is Purworejo. Therefore, the government of Purworejo establishes Regional Disaster
Management Agency (BPBD). Then, the Regional Disaster Management Agency formulate a strategic plan to
guide the performance in order to achieve the organization's vision. Strategic planning also serves as a
reference for member organizations in carrying out their duties and functions. The result is that the strategic
planning component includes strategy formulation, strategic planning, budgeting, and performance assessment.
Keywords: disaster, disaster mitigation, Regional Disaster Management Agency, strategic planning, strategy
formulation
PENDAHULUAN
Bencana adalah peristiwa atau
rangkaian
peristiwa
yang
dapat
mengancam, mengganggu serta merusak
lingkungan hidup dan kehidupan yang ada
di
dalamnya
(Badan
Nasional
Penanggulangan Bencana, 2016). Menurut
Undang-Undang No. 24 Tahun 2007
tentang
Penanggulangan
Bencana,
peristiwa bencana biasanya disebabkan
oleh faktor alam, faktor nonalam, dan
faktor manusia. Berdasarkan faktor
penyebabnya, maka bencana dikategorikan
menjadi tiga macam yaitu bencana alam,
bencana non alam, dan bencana sosial
(Badan
Nasional
Penanggulangan
Bencana, 2016). Bencana dapat terjadi
secara tiba-tiba atau melalui proses yang
berlangsung secara perlahan sehingga
dapat menimbulkan kerugian material dan
immaterial bagi kehidupan masyarakat
(Badan
Nasional
Penanggulangan
Bencana, 2016). Suatu kejadian atau
peristiwa
bencana
akan
dicatat
berdasarkan tanggal kejadian, lokasi dan
jenis bencana, serta korban atau dampak
kerusakan yang ditimbulkan. Kejadian
bencana
biasanya
mengakibatkan
timbulnya kerusakan lingkungan, korban
jiwa manusia, kerugian harta benda dan
dampak psikologis.
Apabila dilihat dari sisi geologis,
geografis, dan hidrologis, Indonesia
termasuk Negara yang rawan bencana
alam. Hal ini disebabkan oleh faktor alam,
antara lain Indonesia terletak di antara
pertemuan lempeng-lempeng tektonik
yang rawan patah, dilalui sekitar 140
gunung api aktif, dan memiliki iklim
tropis. Akibatnya sering terjadi gempa
bumi, kondisi tanah tidak stabil dan tanah
longsor, serta mudah terjadi pelapukan
batuan.
Bencana
alam
tersebut
menimbulkan kerusakan sarana dan
prasarana, kerugian harta benda, dan
memakan korban jiwa. Selain itu, bencana
alam juga disebabkan oleh faktor-faktor
non alam dan sosial seperti rendahnya
kesadaran masyarakat mengenai informasi
tentang bencana, adanya kegagalan inovasi
teknologi, dan masalah ketergantungan.
Bencana alam hampir terjadi di semua
provinsi di Indonesia. Pada tahun 2012,
Badan Nasional Penanggulangan Bencana
membuat peta indeks rawan bencana di
Indonesia, seperti yang disajikan dalam
Gambar 1.
1
Gambar 1. Peta Indeks Rawan Bencana
Indonesia Tahun 2012
Sumber: BNPB, 2016.
Berdasarkan gambar 1.1, dapat
diketahui bahwa daerah yang memiliki
kerawanan tinggi terhadap bencana adalah
daerah yang berwarna merah. Sementara
untuk daerah yang menempati peringkat
pertama rawan bencana alam adalah
Provinsi Jawa Tengah (m.beritasatu.com,
2013). Menurut Sarwa Pramana selaku
Kepala Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Tengah,
provinsi ini dapat dijuluki sebaga
“supermarket” bencana (m.beritasatu.com,
2013). Artinya, daerah-daerah di Jawa
Tengah berpotensi besar mengalami
kejadian bencana alam. Beberapa bencana
alam yang pernah terjadi di Provinsi Jawa
Tengah yaitu gempa bumi, tanah longsor,
tsunami, banjir, angin puting beliung,
kebakaran hutan, dan abrasi. Adapun
Indeks rawan Bencana di Provinsi Jawa
Tengah dapat dilihat dalam Tabel 1.1
berikut.
Tabel 1.1 Indeks 5 Besar Risiko Bencana
per Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah
No
1.
2.
3.
4.
5.
Daerah
Cilacap
Purworejo
Tegal
Brebes
Banyumas
Skor
215
215
213
211
207
Kelas Risiko
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Sumber: Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB), 2014.
Salah satu daerah di Provinsi Jawa
Tengah yang memiliki intensitas rawan
bencana
tinggi
adalah
Kabupaten
Purworejo (Sandra, 2015). Kabupaten
Purworejo menempati urutan kedua daerah
rawan bencana setelah Kabupaten Cilacap.
Menurut Salman selaku bagian pusat
pengendali operasi Badan Pengendalian
Bencana Daerah (BPBD) Purworejo,
penyebab indeks risiko Kabupaten
Purworejo tinggi adalah karena letak
geografis wilayah yang berdekatan dengan
Lempeng Euroasia dan dilalui jalur
gunung berapi yang ada di bawah laut
(Sandra, 2015). Hal itu berpotensi
mengakibatkan gempa bumi, tsunami,
banjir dan tanah longsor di Kabupaten
Purworejo dan sekitarnya.
Pada tahun 2013 telah terjadi
bencana alam tanah longsor dan banjir
pada 53 desa dari 11 kecamatan di
Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa
Tengah (Widiadi, 2013). Bencana banjir
terjadi akibat hujan deras yang mengguyur
sebelas kecamatan yakni Kecamatan
Purworejo, Kecamatan Butuh, Kecamatan
Pituruh,
Kecamatan
Purwodadi,
Kecamatan Kutoarjo, Kecamatan Kemiri,
Kecamatan Bagelen, Kecamatan Grabag,
Kecamatan Bruno, Kecamatan Ngombol,
dan Kecamatan Bayan. Volume air yang
tinggi akibat hujan lebat tersebut juga
mengakibatkan tanggul Sungai Bogowonto
di Desa Kemiri, Bayan, dan Butuh jebol
sehingga airnya meluap. Banjir tersebut
mengakibatkan satu korban jiwa akibat
terserat arus air sungai dan dua korban
jiwa akibat tanah longsor. Selain itu,
bencana tersebut juga mengakibatkan
puluhan rumah rusak berat, ribuan hektare
sawah terendam air dan lebih dari 600
keluarga mengungsi.
Meskipun menempati urutan kedua
sebagai daerah rawan bencana, hingga
tahun 2012 Kabupaten Purworejo belum
memiliki Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) sebagai SKPD yang
bertanggungjawab menangani bencana
alam.
Kabupaten
Purworejo
baru
membentuk
Badan
Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) pada akhir tahun
2012 dan baru aktif bekerja pada tahun
2013. Pembentukan BPBD di Kabupaten
Purworejo dilatarbelakangi karena 16
wilayah kecamatan yang ada di Purworejo
merupakan daerah rawan bencana banjir
dan tanah longsor (Nugroho, 2012). BPBD
2
dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah
No. 14 Tahun 2012 tentang Pembentukan
BPBD Kabupaten. Proses pembentukan
BPBD Kabupaten tersebut difasilitasi oleh
anggota Komisi VIII DPR RI yang
membawahi
Kementerian
Sosial,
Kementerian
Agama,
BNPB
dan
Kementerian Pemberdayaan Perempuan
dan Anak. BPBD dianggap perlu dibentuk
karena memiliki peran penting dalam
upaya penanggulangan bencana terutama
di daerah yang rawan bencana seperti
Kabupaten Purworejo (Nugroho, 2012).
Meski baru berdiri selama 2 tahun, BPBD
Purworejo telah dinilai cukup cekatan
dalam melakukan penanganan terhadap
korban atau terdampak dan segala aspek
tentang kebencanaan (Imam, 2015). Hal
ini dibuktikan dengan diraihnya predikat
juara pertama nasional bidang rehabilitasi
dan rekonstruksi bencana pada tahun 2015.
Sebagai salah satu SKPD yang
memiliki peran penting dalam upaya
penanggulangan bencana daerah, tentunya
BPBD Kabupaten Purworejo perlu
merancang suatu rencana strategis di
lingkungan
organisasinya.
Menurut
Roobins dan Coulter (2003), perencanaan
adalah suatu proses yang dilakukan oleh
organisasi dalam rangka mendefinisikan
tujuan dan sasaran organisasi, menentukan
alternatif strategi untuk mencapai tujuan
yang ingin diwujudkan dan menetapkan
rencana
kerja
organisasi.
Proses
perencanaan memiliki tiga tujuan utama
yaitu a) memberikan pengarahan bagi
manajer dan karyawan nonmanajerial
mengenai tujuan organisasi, siapa yang
terlibat dalam mewujudkan tujuan
organisasi dan strategi apasaja yang akan
digunakan untuk mencapai tujuan tersebut;
b) proses perencanaan dilakukan untuk
meminimalisir risiko ketidakpastian; c)
kegiatan perencanaan berfungsi untuk
meminimalisir
hal-hal
yang
dapat
menimbulkan
inefesiensi
organisasi
sehingga efisiensi dan efektifitas pekerjaan
dapat diwujudkan (Roobin dan Coulter,
2003). Oleh karena itu, perencanaan perlu
dilakukan untuk merumuskan strategi
alternatif oleh organisasi dalam hal ini
BPBD Kabupaten Purworejo agar tujuan
organisasi
dapat
diwujudkan
dan
memberikan hasil yang dapat diukur sesuai
standar yang ada.
Sementara itu, Allison (1997)
menyebutkan bahwa perencanaan strategis
berfungsi sebagai alat manajemen atau
pedoman
bagi
organisasi
dalam
menetapkan tujuan dan sasaran tertentu di
lingkungan yang dinamis dan terus
berubah. Menurut David (2002) proses
perencanaan strategis dilaksanakan melalui
tiga tahap, yaitu tahap perumusan strategi
(strategy
formulation),
tahap
implementasi, dan tahap evaluasi. Tahap
formulasi meliputi kegiatan menetapkan
visi dan misi organisasi, identifikasi
kekuatan dan kelemahan organisasi,
identifikasi peluang dan tantangan
organisasi, menyusun rencana kerja, serta
menetapkan strategi-strategi alternatif
untuk mencapai visi organisasi. Tahap
implementasi
merupakan
proses
pelaksanaan strategi atau cara yang dipilih
oleh organisasi dalam rangka mencapai
visinya melalui kerjasama dengan para
stakeholder . Tahap evaluasi merupakan
kegiatan untuk mengetahui strategi-strategi
yang tidak berjalan sesuai dengan rencana.
Tahap ini dilakukan oleh para manajer
organisasi dengan melakukan tiga aktifitas
yaitu mereview faktor-faktor internal dan
eksternal yang menyebabkan strategi tidak
berjalan sesuai dengan rencana, mengukur
kinerja organisasi dan mengambil tindakan
korektif.
Pada tulisan ini, pembahasan akan
difokuskan pada tahap perencanaan
(formulation) strategi organisasi. Tahap
perencanaan strategi organisasi sektor
publik meliputi (David, 2002):
1. Perumusan Strategi (Strategy
Formulation)
Perumusan
strategi
merupakan
proses penentuan visi, misi, tujuan,
sasaran, target, arah dan kebijakan, serta
strategi organisasi (Bryson, 1995). Pihak
yang bertanggungjawab dalam perumusan
strategi adalah manajemen puncak (top
3
management). Menurut Bryson (1995:55),
proses perumusan strategi terdiri atas
sepuluh langkah yaitu a) memprakarsai
dan menyetujui proses perencanaan
strategic; b) mengidentifikasi apa yang
menjadi
mandat
organisasi;
c)
memperjelas
misi
dan
nilai-nilai
organisasi; d) menilai lingkungan eksternal
(peluang dan ancaman) serta lingkungan
internal (kekuatan dan kelemahan); e)
mengidentifikasi isu-isu strategis; f)
merumuskan strategi untuk mengelola isu;
g) mereview strategi; h) menyusun visi
sukses organisasi; i) mengembangkan
implementasi efektif; dan j) menilai
kembali strategi.
2. Perencanaan Strategik (Strategic
Planning)
Perencanaan strategik merupakan
proses menurunkan strategi ke dalam
program-program, aktivitas, atau proyek
yang akan dilaksanakan oleh suatu
organisasi dan menentukan jumlah alokasi
sumber daya yang dibutuhkan (Bryson,
1995). Dengan kata lain, perencanaan
strategik adalah proses menentukan
bagaimana mengimplementasikan strategi.
Manfaat perencanaan strategik adalah
memfasilitasi terciptanya anggaran yang
efektif, mengarahkan manajer dalam
memahami strategi organisasi secara lebih
jelas, memfasilitasi pengalokasian sumber
daya yang optimal, kerangka untuk
melaksanakan tindakan jangka pendek
(short term action), dan sebagai alat untuk
memperkecil rentang alternatif strategi.
Proses perencanaan strategik harus
memperhatikan beberapa hal yaitu struktur
pendukung, baik secara majerial maupun
political will, proses dan praktik
implementasi di lapangan serta kultur
organisasi. Selain itu, pada perencanaan
strategik
perlu
adanya
kejelasan
wewenang dan tanggung jawab serta
pendelegasian wewenang dan tugas. Di
samping itu, harus didukung dengan
adanya regulasi keuangan, pengendalian
personel, dan manajemen kompensasi
yang jelas dan fair.
3. Penganggaran
Steiss (2003:217-247) menyatakan
bahwa manajemen strategis melibatkan
pemeliharaan layanan fiskal melalui suatu
proses anggaran yang efektif. Berkaitan
dengan hal tersebut, maka penganggaran
dapat didefinisikan sebagai suatu proses
pengambilan
keputusan
untuk
mengalokasikan sumber keuangan yang
terbatas sesuai dengan berbagai kebutuhan
yang saling berkompetisi dalam rangka
mencapai tujuan dan prioritas organisasi.
Penganggaran keuangan adalah metode
untuk menentukan apa yang harus
dilakukan untuk mengimplementasikan
strategi yang berhasil.
4. Peniliaian Kinerja
Penilaian kinerja adalah proses
pengendalian manajemen yang dapat
digunakan sebagai alat kontrol organisasi.
Sistem penilaian kinerja dapat dilakukan
dengan cara menciptakan mekanisme
reward and punishment sebagai pendorong
bagi pencapaian strategi.
Berdasarkan
uraian
tersebut,
diperlukan suatu kajian yang komprehensif
terhadap
rencana
strategis
Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Kabupaten Purworejo. Hal ini diperlukan
guna mengetahui kesesuain rencana
strategis yang dibuat oleh Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Kabupaten Purworejo dengan konsep
rencana strategis serta dengan RPJMD
Kabupaten Purworejo. Tujuan penulisan
ini adalah 1) mengidentifikasi perumusan
strategi atau strategy formulation yang
meliputi komponen visi, misi, analisis
SWOT, dan profil internal organisasi; 2)
menganalisis perencanaan strategik atau
strategic planning; 3) mengidentifikasi
penganggaran dan operasional atau
pelaksanaan anggaran; serta 4) melakukan
penilaian kinerja terhadap rencana
strategis Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) Kabupaten Purworejo.
METODE PENULISAN
Fokus kajian dari tulisan ini adalah
membahas mengenai perencanaan strategis
4
pada Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) Kabupaten Purworejo
yang baru dibentuk pada tahun 2013 dan
telah memperoleh predikat juara pertama
nasional
bidang
rehabilitasi
dan
rekonstruksi bencana pada tahun 2015. Hal
ini dikarenakan
BPBD Kabupaten
Purworejo dinilai cukup cekatan dalam
melakukan penanganan terhadap korban
atau terdampak dan segala aspek tentang
kebencanaan selama dua tahun beroperasi.
Metode yang digunakan dalam penulisan
ini adalah metode kualitatif deskriptif.
Metode kualitatif menurut Creswell
(2009:173) adalah suatu teknik untuk
memahami berbagai masalah yang
dihadapi oleh manusia dalam kehidupan
sehari-hari dengan menggunakan prosedur
yang sistematis dan menggunakan datadata
ilmiah.
Sedangkan
penulisan
deskriptif oleh Neuman (2007:16)
didefinisikan sebagai proses sistematis
untuk menggambarkan kondisi antar
variabel secara sistemik dan detail melalui
proses deskripsi informasi mengenai
variabel yang dikaji. Tujuan penggunaan
metode ini adalah untuk menggambarkan
situasi, pengaturan sosial, dan hubungan
antar variabel yang dikaji secara detail dan
spesifik.
Tahapan
penulisan
deskriptif
meliputi proses pengumpulan data, analisis
data, dan interpretasi data. Pengumpulan
data pada penulisan ini dilakukan dengan
teknik pengumpulan data kualitatif. Teknik
pengumpulan data kualitatif merupakan
proses
pengumpulan
data
dengan
melakukan studi terhadap dokumendokumen atau data sekunder yang relevan
dengan topik studi (Creswell, 2009).
Dokumen atau data sekunder yang
digunakan dalam penulisan ini diperoleh
dari buku, jurnal, publikasi online dan
sumber literatur lainnya yang berhubungan
dengan fokus bahasan yaitu rencana
strategi Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) Kabupaten Purworejo.
Penulisan diawali dengan memahami
rumusan strategi BPBD Kabupaten
Purworejo yang memuat pernyataan visi,
misi, dan profil internal organisasi. BPBD
Kabupaten Purworejo memiliki visi yakni
“Kesiapsiagaan dan Ketangguhan Daerah
Menghadapi Bencana”. Sementara misi
yang dirumuskan untuk mendukung
terwujudnya visi BPBD Kabupaten
Purworejo yaitu:
1. Koordinasi pelaksanaan
penanggulangan bencana yang terpadu
dan menyeluruh;
2. Pencegahan dan kesiapsiagaan menuju
pengurangan resiko bencana;
3. Penyediaan logistik dan penanganan
tanggap darurat yang cepat dan tepat
sasaran;
4. Rehabilitasi dan rekonstruksi menuju
pemulihan pasca bencana yang lebih
baik;
5. Penanganan kebakaran yang cepat dan
berkualitas.
Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) Kabupaten Purworejo
resmi beroperasi sejak tanggal 2 Januari
2013 (Badan Penanggulangan Bencana
Daerah Kabupaten Purworejo, 2016).
Pembentukan BPBD didasarkan pada
amanat Undang-Undang No. 24 Tahun
2007 tentang Penanggulangan Bencana
Bab IV Pasal 18 dan Peraturan Daerah No.
18 Tahun 2012 tentang Pembentukan
BPBD Kabupaten. Tugas utama dari
BPBD Kabupaten Purworejo adalah
memberikan pedoman dan pengarahan
mengenai
penanggulangan
bencana.
BPBD dibentuk melalui koordinasi dengan
Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB) dan BPBD Provinsi Jawa Tengah.
Hal ini dilatarbelakangi terjadinya
berbagai bencana alam di daerah
kabupaten Purworejo yang mengakibatkan
jatuhnya korban jiwa dan harta benda.
Adapun peran yang dilakukan oleh BPBD
meliputi tiga tahap yaitu tahap pra
bencana, tahap tanggap darurat, dan tahap
pemulihan atau tahap pasca bencana.
Struktr organisasi BPBD Kabupaten
Purworejo
meliputi
kepala
badan
penanggulangan bencana daerah, unsur
pengarah yang terdiri atas instansi dan
5
professional atau ahli serta unsur
pelaksana. Unsur pelaksana terbagai atas
kepala pelaksana, sekretariat, kelompok
jabatan fungsional, bidang pencegahan dan
kesiapsiagaan, bidang kedaruratan dan
logistik serta bidang rehabilitasi dan
rekonstruksi.
Setelah memahami rumusan strategis
dari BPBD Kabupaten Purworejo,
penulisan dilanjutkan dengan identifikasi
perencanaan strategik. Rencana strategi
BPBD Kabupaten Purworejo bersifat
melanjutkan pencapaian target-target
RPJMD Kabupaten Purworejo yang telah
ditetapkan pada tahun 2011 (Badan
Penanggulangan
Bencana
Daerah
Kabupaten Purworejo, 2016). Oleh karena
itu, tujuan dan sasaran yang akan dicapai
bersifat jangka menengah. Adapun tujuan
yang akan dicapai adalah meningkatkan
kerjasama masyarakat dan pemerintah
untuk menjaga keamanan dan ketertiban
dalam kehidupan berbangsa bernegara dan
bermasyarakat. Sedangkan sasaran yang
ingin diwujudkan adalah meningkatan
kesiapsiagaan pemerintah kabupaten dan
masyarakat
dalam
mitigasi
dan
penanggulangan bencana.
Tahap selanjutnya adalah analisis
data dan interpretasi data. Teknik analisis
data yang digunakan adalah teknik analisis
data kualitatif ideal type. Teknik analisis
ideal type adalah model atau abstraksi dari
sebuah relasi sosial atau proses-prosesnya.
Analisis ideal type dilakukan dengan cara
menyandingkan konsep dengan realitas
(Neuman, 2007:336). Pada penulisan ini,
analisis dilakukan dengan menyandingkan
fakta-fakta mengenai rencana strategis
BPBD Kabupaten Purworejo dengan
konsep perencanaan strategis. Secara lebih
ringkas, tahapan penulisan dapat dilihat
dalam Gambar 2. berikut ini.
Gambar 2. Tahap Penulisan
Sumber: Data Diolah, 2016.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Perumusan
Strategi
(Strategy
Formulation)
Perumusan strategi merupakan tahap
awal yang dilakukan oleh organisasi untuk
menentukan visi, misi dan melakukan
penilaian situasional. Berkaitan dengan hal
tersebut, proses perumusan strategi BPBD
Kabupaten Purworejo melibatkan pihak
manajemen puncak yaitu Kepala pelaksana
harian BPBD Kabupaten Purworejo. Oleh
karena itu, tahap perumusan strategi pada
BPBD Kabpaten Purworejo telah sesuai
dengan konsep perumusan strategi dari
Bryson. Berikut penjelasan dari masingmasing proses awal perumusan strategi.
1. Visi
Visi merupakan pernyataan yang
memuat tujuan organisasi dan gambaran
perubahan yang ingin dicapai oleh
organisasi di masa yang akan datang
(Steiss,
2003:63).
Menurut
Steiss
(2003:63), sebuah visi yang ideal biasanya
memuat misi organisasi, nilai dan norma
organisasi, bersifat realistis dan kredibel,
responsif terhadap perubahan, serta jelas
dan mudah dipahami. Di samping itu, visi
juga dapat digunakan untuk memotivasi
para anggota organisasi, memberikan
kontrol bagi anggota organisasi dan
6
memuat hal-hal yang diinginkan oleh
anggota organisasi. Dengan demikian, visi
organisasi dapat dikatakan ideal apabila
memenuhi unsur-unsur tersebut.
Apabila dikaitkan dengan konsep
visi dari Steiss, maka visi dari BPBD
Kabupaten Purworejo yang berbunyi
“Kesiapsiagaan dan Ketangguhan Daerah
Menghadapi Bencana,” telah memenuhi
beberapa unsur visi yang ideal yaitu
pertama , memuat misi organisasi, nilai dan
norma organisasi. Unsur ini terpenuhi
karena visi yang dirumuskan oleh bPBD
Kabupaten Purworejo memiliki unsure
misi yakni menjadikan BPBD Kabupaten
Purworejo selalu siap siaga dan tanggap
ketika terjadi bencana di daerah-daerah
terutama di wilayah Kabupaten Purworejo.
Sementara unsur nilai yang diusung dalam
visi tersebut adalah ketangguhan. Artinya,
BPBD Kabupaten Purworejo akan
berupaya melaksanakan tugas dan
tanggungjawabnya
sesuai
dengan
kemampuan yang dimiliki oleh organisasi.
Kedua , responsif terhadap perubahan. Hal
ini berarti bahwa BPBD Kabupaten
Purworejo berupaya melakukan adaptasi
terhadap perubahan lingkungan terutama
ketika terjadi bencana. Selain itu, BPBD
Kabupaten Purworejo juga berusaha
mengembangkan dirinya terutama dalam
hal mitigasi dan penanggulangan bencana
yang dibuktikan dengan peroleh juara
pertama nasional bidang rehabilitasi dan
rekonstruksi bencana pada tahun 2015
(Imam, 2015).
Ketiga ,
bersifat realistis dan
kredibel. Visi yang diusung oleh BPBD
Kabupaten Purworejo disesuaikan dengan
situasi lingkungan yan mana Kabupaten
Purworejo merupakan daerah paling rawan
bencana kedua di Provinsi Jawa Tengah.
Keempat, jelas dan mudah dipahami. Hal
ini terlihat pada sasaran yang ingin dicapai
dari visi tersebut yaitu menjadi organisasi
yang siap siaga dan tangguh ketika
menghadapi bencana. Kelima , memotivasi
para anggota organisasi. Pernyataan siap
siaga dan tangguh pada visi BPBD
Kabupaten Purworejo merupakan acuan
bagi
anggota
organisasi
untuk
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya
secara efektif dan efisien. Keenam,
memberikan
kontrol
bagi
anggota
organisasi dan memuat hal-hal yang
diinginkan oleh anggota organisasi. Di sisi
lain, visi dari BPBD Kabupaten Purworejo
untuk rencana strategis tahun 2013-2018
dapat dikatakan telah sesuai dengan
RPJMD Kabupaten Purworejo tahun 20092015. Hal ini dikarenakan visi tersebut
bersifat melanjutkan visi dari SKPD yang
bertugas dalam menangani hal-hal terkait
mitigasi dan penanggulangan bencana
sebelumnya yaitu Lembaga Kesatuan
Bangsa dan Politik dalam negeri
Kabupaten Purworejo.
2. Misi
Misi merupakan deskripsi mengenai
latar belakang dibentuknya organisasi,
tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi,
cara yang akan digunakan oleh organisasi
dalam mewujudkan visinya serta memuat
nilai yang diyakini oleh para anggota
organisasi dalam menyelenggarakan tugas
pokok dan fungsinya (Steiss, 2003).
Berkaitan dengan hal itu, maka misi BPBD
Kabupaten Purworejo dapat dikatakan
telah memenuhi unsur-unsur misi yang
disebutkan oleh Steiss. Setiap misi yang
dirumuskan oleh BPBD Kabupaten
Purworejo mencakup tujuan yang ingin
dicapai oleh organisasi yaitu menjadi aktor
dalam menangani hal-hal terkait pra
bencana, bencana dan pasca bencana.
BPBD berupaya melakukan koordinasi
dengan lembaga lainnya baik pemerintah
maupun non pemerintah untuk melakukan
mitigasi bencana dan penanggulan risiko
bencana di Kabupaten Purworejo. Cara
yang digunakan oleh BPBD Kabupaten
Purworejo bersifat preventif dan persuasif.
Hal ini dapat dilihat pada setiap
pernyataan misi. Tindakan preventif
dilakukan guna meminimalisir dampak
yang mungkin ditimbulkan akibat bencana.
Sementara tindakan persuasive dilakukan
guna
memulihkan
keadaan
akibat
terjadinya bencana.
7
Pada pernyataan misi organisasi,
dapat dilihat nilai-nilai dasar yang menjadi
pedoman BPBD Kabupaten Purworejo
diantaranya terpadu, menyeluruh, siap
siaga, cepat, tepat sasaran dan berkualitas.
Nilai-nilai tersebut menunjukkan bahwa
para anggota BPBD memiliki komitmen
untuk melakukan penanggulangan dan
mitigasi bencana secara terpadu yang
melibatkan peran pemerintah, swasta dan
masyarakat.
Poin
menyeluruh
menitikberatkan bahwa kegiatan tanggap
darurat akan dilakukan pada masa pra
bencana, bencana dan pasca bencana.
BPBD Kabupaten Purworejo juga
berupaya bertindak sigap terutama dalam
memberikan pelayanan kebencanaan.
Sementara untuk poin cepat, tepat sasaran
dan berkualitas merupakan orientasi hasil
yang ingin dicapai atas berbagai pelayanan
terkait mitigasi dan penanggulangan
bencana.
3. Analisis SWOT
Analisis SWOT atau penilaian
situasional merupakan penilaian terhadap
kemampuan internal organisasi (kekuatan/
strengths dan kelemahan/ weaknesses) dan
penilaian terhadap situasi eksternal
organisasi (peluang/ opportunities dan
ancaman/ threats). Kegunaan dari SWOT
analisis adalah untuk membantu organisasi
dalam menentukan strategi atau tindakan
untuk mewujudkan visi yang telah
direncanakan. Penilaian SWOT pada
BPBD Kabupaten Purworejo digunakan
sebagai
dasar
untuk
mendukung
penyelenggaraan tugas pelayanana dalam
bidang kebencanaan daerah secara
paripurna
(Badan
Penanggulangan
Bencana Daerah Kabupaten Purworejo,
2016). Adapun kekuatan yang dimiliki
BPBD Kabupaten Purworejo yaitu
kekuatan kelembagaan yang sudah
definitive sejak berdiri pada 2 Januari
2013. Selain itu, BPBD Kabupaten
Purworejo
memperoleh
dukungan
kelembagaan dan dukungan pendanaan
dari BNPB dan BPBD Propinsi. BPBD
Kabupaten Purworejo juga memperoleh
dukungan
partisipasi
swasta
dan
masyarakat baik berupa relawan maupun
bantuan logistik.
Sementara kelemahan dari BPBD
Kabupaten Purworejo yaitu keterbatasan
kapasitas SDM secara kuantitas dan
kualitas (Badan Penanggulangan Bencana
Daerah Kabupaten Purworejo, 2016).
Hingga tahun 2015, jumlah SDM BPBD
Kabupaten Purworejo hanya terdiri dari 33
orang, sementara bencana yang terjadi
sering tidak terduga dan terjadi secara
bersamaan. Di samping itu, implementasi
program pengelolaan kebencanaan belum
sepenuhnya terintegrasi di BPBD. Hal ini
dikarenakan BPBD Kabupaten Purworejo
masih dalam masa transisi. Selain itu,
BPBD masih menghadapi kendala dalam
hal keberlanjutan penanganan bencana
pada masa pasca bencana.
Berdasarkan analisis strengths dan
weaknesses tersebut, BPBD Kabupaten
Purworejo dapat menerapkan strategi
untuk mengembangkan pelayanan dalam
bidang penanggulangan bencana. Peluang
dari pengembangan strategi ini adalah
sasaran yang ingin dicapai oleh BPBD
Kabupaten Purworejo telah sesuai dengan
RPJMD Kabupaten Purworejo sehingga
proses penanggulangan bencana dapat
semakin optimal pencapaiannya (Badan
Penanggulangan
Bencana
Daerah
Kabupaten Purworejo, 2016). Selain itu,
memperoleh dukungan dari BNPB dan
BPBD Propinsi Jawa Tengah pada sisi
pendanaan, peralatan, dan logistik.
Kapasitas dukungan dari masyarakat lokal
yang besar juga menjadi peluang bagi
BPBD Kabupaten Purworejo untuk
melaksanakan tugas pelayanana dalam
bidang kebencanaan daerah secara
paripurna.
Di sisi lain, BPBD Kabupaten
Purworejo masih memiliki beberapa
tantangan yang kemungkinan besar dapat
menghambat strategi organisasi (Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Kabupaten Purworejo, 2016). Tantangan
tersebut adalah tantangan pengembangan
pelayanan BPBD yang meliputi macam
8
pelayanan dan besarnya kebutuhan
pelayanan. Pelayanan dalam bidang
penanggulangan
bencana
mencakup
kegiatan koordinasi layanan baik pada
masa pra bencana, saat bencana serta pasca
bencana. Pada masa pra bencana, perlu
upaya untuk mengkoordinir semua elemen
masyarakat agar mampu melaksanakan
mitigasi bencana. Pada saat bencana, perlu
koordinasi antara pemerintah dan relawan
untuk melaksanakan kegiatan tanggap
darurat bencana. Sedangkan pada masa
pasca bencana, perlu koordinasi antara
masyarakat, pemerintah dan swasta dalam
mendistribusikan sumber-sumber daya
baik dana maupun tenaga. Tantangan
lainnya adalah mengenai arahan lokasi
pengembangan
pelayanan
yang
dibutuhkan. Hal ini perlu diperhatikan
karena seluruh kecamatan di wilayah
Kabupaten Purworejo memiliki potensi
rawan bencana terutama bencana alam.
B. Perencanaan Strategik (Strategic
Planning)
Dokumen rencana strategis BPBD
Kabupaten Purworejo sudah dibentuk
berdasarkan aspek – aspek perencanaan
strategis, yaitu struktur organisasi yang
mencakup political will dan sumbersumber daya organisasi serta strategi
organisasi.
1. Struktur Organisasi
1.1 Political will
Political will merupakan landasan
hukum yang digunakan sebagai pedoman
bagi suatu organisasi untuk menentukan
tugas pokok dan fungsinya. Berdasarkan
dokumen
rencana
strategis
BPBD
Kabupaten Purworejo, dapat diketahui
bahwa tugas pokok dan fungsi BPBD
Kabupaten Purworejo Tahun 2013-2018
mengacu pada RPJMD Kabupaten
Purworejo Tahun 2009-2015. Selain itu,
rencana strategis BPBD Kabupaten
Purworejo juga mengacu pada Peraturan
Daerah (Perda) Kabupaten Purworejo
Nomor 18 Tahun
2012 tentang
Pembentukan BPBD Kabupaten. Dengan
demikian,
rencana
strategis
dapat
dikatakan telah sesuai dengan konsep yang
karena unsur political will telah terpenuhi.
1.2 Sumber Daya BPBD
BPBD
Kabupaten
Purworejo
sebagai lembaga pemerintah memiliki
sumber – sumber daya seperti sumber daya
manusia, asset organisasi dan sumber daya
modal (Badan Penanggulangan Bencana
Daerah Kabupaten Purworejo, 2016).
Berikut masing-masing penjelasannya.
a. Sumber daya manusia BPBD
Kabupaten Purworejo terdiri dari 15
orang pejabat struktural. Jabatan
struktural tersebut meliputi Kepala
Badan, Kepala Pelaksana, Kepala
Sekretariat
(yang
membawahi
Kasubag Perencanaan Evaluasi dan
Pelaporan, Kasubag Keuangan serta
Kasubag Umum dan Kepegawaian),
Kepala Bidang Pencegahan dan
Kesiapsiagaan (yang membawahi
Kasi
Pencegahan
dan
Kasi
Kesiapsiagaan), Kepala Bidang
Kedaruratan dan Logistik (yang
membawahi Kasi Kedaruratan dan
Kasi Logistik) serta Kepala Bidang
Rehabilitasi dan Rekonstruksi (yang
membawahi Kasi Rehabilitasi dan
Kasi Rekonstruksi). Selain itu, SDM
BPBD Kabupaten Purworejo juga
terdiri atas 19 orang staf fungsional
umum dan 9 orang tenaga kontrak.
b. Asset organisasi terdiri atas berbagai
infrastruktur yang dimiliki oleh
BPBD Kabupaten Purworejo dalam
melaksanakan
tanggungjawabnya
terkait dengan penanggulangan
bencana. Adapun asset organisasi
yang masih operasional adalah meja
(meja komputer, meja struktural,
meja kerja staf, meja rapat panjang
dan meja kursi tamu), kursi (kursi
struktural, kursi staf dan kursi rapat),
filling kabinet, almari arsip, mesin
ketik manual, LCD Projector,
Komputer/PC,
printer,
laptop,
scanner, telepon, mesin fax, HT,
tenda (tenda darurat/terpal, tenda
posko, tenda pengungsi, tenda
keluarga), motor boat, fire hose
9
rubber, baju tahan panas, perahu
karet, mesin perahu karet, lampu
penerangan, solar handle lamp,
velbed, RIG, SSB, lampu senter hid
search light, genset, kompor gas dan
selang regulator, tabung gas isi 12
kg, wajan serta mobil pemadam
kebakaran.
c. Sumber daya modal mencakup
anggaran dana yang dimiliki oleh
BPBD Kabupaten Purworejo untuk
menyelenggarakan tugas pokok dan
fungsinya. Anggaran dana BPBD
Kabupaten Purworejo bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) Kabupaten
Purworejo, dana hibah dari BNPB
dan BPBD Provinsi Jawa Tengah.
2. Strategi Organisasi
Menurut Chandler (dalam Rangkuti
2004), strategi merupakan alat yang
dirumuskan
oleh
para
pimpinan
organisasi untuk mencapai tujuan dan
sasaran jangka panjang yang ingin
diwujudkan oleh organisasi. Penyusunan
strategi biasanya disertai langkah-langkah
sistematis yang menggambarkan upaya
atau kegiatan untuk mencapai visi
organisasi. Strategi organiasi oleh Steiss
(2003:80-81) dibagi menjadi tiga level,
yaitu:
a. Organizational strategies, yaitu
strategi yang dibuat mencerminkan
visi organisasi meliputi inisiatif
program baru, kerjasama dan
kolaborasi, akuisisi, penggabungan
dan ekspansi.
b. Programmatic
strategies,
yaitu
strategi dirancang sebagai alat untuk
melaksanakan tujuan yang yang
telah ada, cara-cara mengembangkan
tujuan,
mengelola
serta
melaksanakan tujuan-tujuan baru.
c. Functional strategis, yaitu strategi
yang dibuat difokuskan pada
kebutuhan
administratif
dalam
rangka mewujudkan efisiensi dan
efektivitas organisasi.
Pembentukan BPBD di Kabupaten
Purworejo dilakukan untuk menggantikan
peran Lembaga Kesatuan Bangsa dan
Politik
(Kesbangpol)
Kabupaten
Purworejo dalam bidang peningkatan
kesiagaan masyarakat dan pemerintah
dalam hal penanggulangan dan mitigasi
bencana (Badan Penanggulangan Bencana
Daerah Kabupaten Purworejo, 2016). Oleh
karena itu, target yang akan dicapai oleh
BPBD Kabupaten Purworejo bersifat
melanjutkan target-target dari Kesbangpol.
Untuk itu, BPBD merumuskan beberapa
program
kegiatan
yaitu
program
pencegahan dini dan penggulangan korban
bencana alam, perencanaan pembangunan
daerah
rawan
bencana,
perbaikan
perumahan akibat bencana alam atau
sosial, peningkatan kesiagaan pencegahan
bahaya kebakaran, program pelayanan
administrasi
perkantoran,
program
peningkatan sarana dan prasarana aparatur,
program
peningkatan
kapasitas
sumberdaya aparatur serta program
pengembangan sistem pelaporan capaian
kinerja dan keuangan. Program-program
tersebut kemudian dijabarkan dalam
berbagai
kegiatan.
Apabila dilihat
berdasarkan level strategi dari Steiss, maka
strategi yang dibuat oleh BPBD Kabupaten
Purworejo
termasuk
ke
level
programmatic
strategies.
Hal
ini
dikarenakan BPBD Kabupaten Purworejo
tidak merumuskan target baru dan hanya
berupaya mencapai target yang sudah
ditetapkan oleh SKPD sebelumnya. Selain
itu, program kegiatan yang dirumuskan
digunakan untuk mendukung pencapaian
sasaran organisasi yakni peningkatan
kesiapsiagaan pemerintah kabupaten dan
masyarakat
dalam
mitigasi
dan
penanggulangan bencana.
C. Penganggaran (Budgeting)
Anggaran dana BPBD Kabupaten
Purworejo terdiri atas pos penerimaan dan
pos
pengeluaran.
Pos
penerimaan
mencakup anggaran pendapatan dana yang
diperoleh BPBD Kabupaten Purworejo
yaitu sebesar Rp5.265.300.200,- (BPBD
10
Kabupaten Purworejo, 2016). Dana
tersebut
berasal
dari
Anggaran
Perencanaan dan Belanja Daerah (APBD)
Kabupaten Purworejo, Dana Hibah dari
BNPB serta BPBD Provinsi Jawa Tengah.
Sementara pos pengeluaran berisi rincian
penggunaan atau realisasi anggaran.
Realisasi anggaran BPBD Kabupaten
Purworejo digunakan untuk membiayai
program-program prioritas terkait mitigasi
dan penanggulangan bencana. Berikut
disajikan rincian anggaran dana per
program dalam Tabel 2.
Tabel 2. Anggaran Dana per Program
(dalam ribuan rupiah)
Program
Program Pelayanan
Administrasi Perkantoran
Program Peningkatan Sarana
dan Prasarana Aparatur
Program Peningkatan
Kapasitas SD Aparatur
Peningkatan Pengembangan
Sistem Pelaporan Capaian
Kinerja dan Keuangan
Program Perbaikan
Perumahan Akibat Bencana
Alam/Sosial
Program Peningkatan
Kesiapsiagaan dan
Pencegahan Bahaya
Kebakaran
Program Pencegahan Dini
dan Penanggulangan Korban
Bencana Alam
Total Anggaran
Anggaran
151.006,9
137.175,8
16.560
55.000
500.000
1.130.222,3
3.275.335,2
5.265.300,2
Sumber: BPBD Kabupaten Purworejo, 2016
Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui
bahwa
setiap
program
terkait
penanggulangan dan mitigasi bencana dari
BPBD Kabupaten Purworejo memiliki
jumlah anggaran yang berbeda (BPBD
Kabupaten Purworejo, 2016). Hal ini
dipengaruhi oleh bentuk kegiatan yang
dilakukan pada masing-masing program
tersebut. Selain itu, volume pelaksanaa
kegiatan juga memiliki pengaruh terhadap
jumlah dana yang dianggarakan. Dengan
demikian,
dapat
diketahui
bahwa
penganggaran untuk program-program
prioritas
pada
BPBD
Kabupaten
Purworejo telah disusun sesuai dengan
konsep yang ada serta berpedoman pada
RPJMD Kabupaten Purworejo.
D. Penilaian Kinerja (Performance
Assessment)
Penilaian kinerja dilakukan untuk
memastikan rumusan strategi organisasi
dapat mewujudkan target dan sasaran yang
telah
ditetapkan.
Apabila
dilihat
berdasarkan konsep perencanaan strategis,
maka BPBD Kabupaten Purworejo telah
memenuhi unsur penilaian kinerja karena
telah merumuskan indikator kinerja
sebagai alat kontrol atas kinerja organisasi
(Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Kabupaten Purworejo, 2016). Berkaitan
dengan hal tersebut, BPBD Kabupaten
Purworejo
sebenarnya
menggunakan
rumusan indikator kinerja yang telah
disusun oleh Kesbangpol pada tahun 2009.
Penggunaan indikator ini menunjukkan
secara langsung mengenai kinerja yang
akan dicapai oleh BPBD. Indikator ini juga
merupakan
komitmen
dari
BPBD
Kabupaten Purworejo untuk mendukung
pencapaian tujuan dan sasaran RPJMD
Tahun 2009-2015. Indikator kinerja
tersebut disusun berdasarkan program
prioritas pembangunan yaitu sebagai
berikut.
a. Untuk program pencegahan dini dan
penggulangan korban bencana alam,
penilaian kinerja dilakukan dengan
menggunakan dua indikator, yaitu:
1. Jumlah desa rawan bencaa yang
masuk dalam sistem
penanggulangan korban bencana
alam.
2. Ketersediaan early warning
system/pernyataan dini bencana
tsunami.
b. Untuk
program
perencanaan
pembangunan daerah rawan bencana,
indikator penilaian yang digunakan
adalah:
1. Tingkat ketersediaan dokumen
perencanaan pembangunan
daerah rawan bencana.
11
2. Tingkat implementasi dokumen
perencanaan pembangunan
daerah rawan bencana.
c. Untuk program perbaikan perumahan
akibat bencana alam atau sosial,
BPBD menggunakan indikator berupa
tingkat
pelayanan
perbaikan
perumahan akibat bencana alam atau
sosial.
d. Untuk
program
peningkatan
kesiagaan
pencegahan
bahaya
kebakaran, BPBD menggunakan
indikator berupa tingkat kesiagaan
dan pencegahan bahaya kebakaran.
Sejak beridiri, BPBD Kabupaten
Purworejo berupaya melakukan mitigasi
dan penanggulangan bencana di 274 titik
kejadian bencana pada tahun 2013 dan di
200 titik kejadian pada tahun 2014 (BPBD
Kabupaten Purworejo, 2016). Upaya
tersebut dilakukan untuk menangani
kerusakan-kerusakan dan korban akibat
bencana di lokasi desa terdampak.
Meskipun telah merencakana berbagai
program mitigasi dan penanggulangan
bencana, BPBD Kabupaten Purworejo
masih
menemui
hambatan
dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya.
Hambatan tersebut adalah jumlah sumber
daya manusia yang terbatas yakni 33 orang
belum mampu menangani berbagai
dampak bencana yang terjadi secara
bersamaan. Kondisi itu mengakibatkan
kinerja BPBD menjadi belum optimal.
Hambatan lainnya adalah kebutuhan
sarana
dan
prasarana
untuk
menyelenggarakan
penanggulangan
bencana belum terpenuhi serta adanya
dokumen dan kajian terkait bencana yang
belum disusun.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan,
diperoleh kesimpulan bahwa rencana
strategis BPBD Kabupaten Purworejo
pada tahap perencanaan dapat dilihat
berdasarkan empat komponen yaitu
perumusan strategi (strategy formulation),
perencanaan strategik (strategic planning),
penganggaran (budgeting) serta penilaian
kinerja (performance assessment). Pada
tahap ini, masing-masing komponen
rencana strategis dari BPBD Kabupaten
Purworejo telah sesuai dengan konsep
yang ada. Di sisi lain, rencana strategis
BPBD Kabupaten Purworejo juga telah
sesuai dengan RPJMD Kabupaten
Purworejo. Meskipun begitu, masih
terdapat beberapa permasalahan yang
dapat
menghambat
kinerja
BPBD
Kabupaten Purworejo, yaitu keterbatasan
jumlah aparat BPBD yang hanya
berjumlah 33 orang membuat kinerja
organisasi
belum
optimal,
belum
terpenuhinya kebutuhan sarana prasarana
penanggulangan bencana serta masih
banyak dokumen dan kajian terkait
mitigasi bencana yang belum disusun.
DAFTAR PUSTAKA
Admin. (12 April 2013). Jateng Peringkat
Pertama Rawan Bencana Nasional.
http://m.beritasatu.com/nasional/1076
05-jateng-peringkat-pertama-rawanbencana.html. Diakses pada 6
Desember 2016.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB). (2014). Indeks Risiko
Bencana Indonesia (IRBI) Tahun
2013. Sentul: Direktorat Pengurangan
Risiko Bencana Deputi Bidang
Pencegahan dan Kesiapsiagaan.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB). (2016). Definisi dan Jenis
Bencana.
http://www.bnpb.go.id/pengetahuanbencana/definisi-dan-jenis-bencana.
Diakses pada 6 Desember 2016.
BPBD Kabupaten Purworejo. (2016).
Laporan Kinerja Penyelenggaraan
Pemerintahan. Purworejo: Pemerintah
Kabupaten Purworejo.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD)
Kabupaten
Purworejo.
(2016). Rencana Strategis. Purworejo:
Pemerintah Kabupaten Purworejo.
12
BPBD Kabupaten Purworejo. (2016).
Rencana Kerja SKPD. Purworejo:
Pemerintah Kabupaten Purworejo.
Bryson, John M. (2004). Strategic
Planning for Public and Nonprofit
Organizations:
A
Guide
to
Strengthening
and
Sustaining
Organizational Achievement 3rd Ed.
USA: Jossey-Bass.
Creswell, John W.. 2009. Research
Design: Quantitative, Qualitative and,
Mixed Methods. California: Sage
Publications.
David, Fred R.. (2002). Manajemen
Strategis: Konsep. Jakarta: Penerbit
Salemba Empat.
Imam, Ahmad Nas. (14 Maret 2015). Usia
Dua Tahun, BPBD Purworejo Sabet
Juara
Nasional.
http://www.sorotpurworejo.com/berita
-purworejo-264-usia-dua-tahun-bpbdpurworejo-sabet-juara-nasional.html.
Diakses pada 6 Desember 2016.
Neuman, W. (2007). Basics of Social
Research:
Qualitative
and
Quantitative Approaches (2nd ed,).
Boston: Pearson Education, Inc.
Nugroho, Retno Ari. (22 Desember 2012).
Budi Minta BPBD Purworejo Segera
Dibentuk.
http://jogja.tribunnews.com/2012/12/2
2/budi-minta-bpbd-purworejo-segeradibentuk. Diakses pada 6 Desember
2016.
Rangkuti, Freddy. (2004). Analisis SWOT:
Teknik Membedah Kasus Bisnis.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Republik Indonesia. Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2007 Tentang
Penanggulangan Bencana.
Republik Indonesia. Peraturan Daerah No.
18 Tahun 2010 Tentang Pembentukan
BPBD Kabupaten.
Robbins, Stephen P. and Mary Coulter.
(2003). Management (7 th ed.). New
Jersey: Prentice Hall.
Sandra, Rosalia. (18 Maret 2015).
Purworejo Rawan Bencana Kedua SeJawa
Tengah.
http://www.sorotpurworejo.com/berita
-purworejo-292-purworejo-rawanbencana-kedua-sejawa-tengah.html.
Diakses pada 6 Desember 2016.
Steiss, Alan Walter. (2003). Strategic
Management for Public and Nonprofit
Organizations. New York: Marcel
Dekker, Inc..
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. (2014).
Kabupaten
Purworejo.
http://www.jatengprov
.go.id/id/profil/kabupaten-purworejo.
Diakses pada 6 Desember 2016.
Widiadi, Prasasta. (21 Desember 2013).
Banjir Disertai Longsor Gerus
Puluhan Desa dan Kecamatan di
Purworejo.
http://www.satuharapan.com/readdetail/read/banjir-disertai-longsorgerus-puluhan-desa-dan-kecamatandi-purworejo.
Diakses
pada 6
Desember 2016.
13
LAMPIRAN
Tabel 3. Indikator Kinerja
Program Prioritas Pembangunan
Indikator Kinerja Program
Jumlah desa rawan bencaa yang masuk dalam
sistem penanggulangan korban bencana alam
Ketersediaan early warning
system/pernyataan dini bencana tsunami
Tingkat ketersediaan dokumen perencanaan
pembangunan Daerah Rawan Bencana
Perencanaan Pembangunan Daerah
Rawan Bencana
Tingkat implementasi dokumen perencanaan
pembangunan Daerah Rawan Bencana
Perbaikan Perumahan Akibat Bencana Tingkat pelayanan Perbaikan Perumahan
Alam atau Sosial
Akibat Bencana Alam atau Sosial
Peningkatan Kesiagaan Pencegahan
Tingkat kesiagaan dan pencegahan bahaya
Bahaya Kebakaran
kebakaran
Pencegahan Dini dan Penggulangan
Korban Bencana Alam
Sumber: Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Purworejo, 2016.
Kondisi
Kondisi
Kinerja
Kinerja
pd awal Target Capaian Setiap Tahun
pada akhir
periode
periode
RPJMD
RPJMD
2009
2011 2012 2013 2014 2015
288
1 unit
288
288
288
288
288
288
3 unit 6 unit 6 unit 6 unit 6 unit
6 unit
0%
10% 20%
30%
40%
50%
50%
10%
10%
15%
20%
25%
30%
30%
60%
65%
70% 75%
77%
80%
80%
100%
100% 100% 100% 100% 100%
100%