Belajar dari Pemikiran Ibnu Khaldun

Belajar dari Pemikiran Ibnu Khaldun
Abstrak
Paper ini membahas mengenai bab V dari buku Muqaddimah karya Ibnu Khaldun.
Pada bagian ini Ibnu Khaldun membahas mengenai bagaimana mencari nafkah
serta pemikiran lainnya yang banyak kaitannya dengan ekonomi. Ibn Khaldun
juga membahas mengenai karakteristik tenaga kerja pada beberapa sektor
ekonomi utama di masa hidupnya, serta disinggung juga mengenai beberapa
keahlian dasar yang diperlukan untuk membentuk sebuah peradaban. Secara
tersirat Ibnu Khaldun juga menyatakan bahwa ada tahapan tertentu dalam
membentuk sebuah peradaban yang memerlukan keahlian dasar yang semakin
lama semakin meningkat keperluannya.
Kata Kunci; Ibn Khaldun, ekonomi, peradaban., inflasi, pengangguran, tenaga
kerja.

Pendahuluan
Ibnu Khaldun adalah seorang pemikir muslim pada abad ke 14 yang lahir
di Tunisia pada tahun 1332 M dan wafat pada tahun 1406 M dengan nama
lengkap Abd-al-Rahman Abu Zayd bin Muhammad bin Muhammad bin
Khaldun(El-Ashker & Wilson, 2006:273). Ia merupakan seorang cendikiawan
muslim dengan pengetahuan multidisiplin (ibid). Ibnu Khaldun juga ditetapkan
sebagai “bapak sosiologi” dimana banyak idenya diserap dalam ilmu sosiologi

barat (Hodgson, 1974:482). Dalam hidupnya, banyak profesi yang pernah dijalani
oleh Ibnu Khaldun, diantaranya sebagai ahli hukum, negarawan, perdana menteri,
ilmuwan dan masih banyak lagi (El-Ashker & Wilson, 2006:273). Paper ini
membahas bagian dari Muqaddimah yang berada pada bab ke V yang
diterjemahkan oleh Willian Rosenthal pada tahun 1958 yang berhubungan dengan
kemampuan manusia dalam mencari nafkah, namun ternyata didalamnya juga
mengandung beberapa pernyataan penting yang mungkin dapat digunakan pada
masa kini.

Ibnu Khaldun dan Keuntungan
Salah satu disiplin yang dikuasai oleh Ibn Khaldun adalah mengenai
pemikiran ekonomi. Ibn Khaldun merupakan cendikiawan pertama yang
membahas ekonomi berdasarkan fungsinya serta bagaimana spesialisasi
dibutuhkan dalam pengembangan ekonomi, pentingnya perdagangan, peran
1

pemerintah serta kestabilan untuk meningkatkan produksi dan penyerapan tenaga
kerja (Karatas, 2006). Ia menyatakan bahwa manusia merupakan modal yang
berharga sebagai tenaga kerja yang mempunyai kecakapan tertentu (El-Ashker &
Wilson, 2006). Berdasarkan keahlian ini, manusia akan mendapatkan keuntungan

apabila

ia

memenuhi

syarat

yaitu,

mau

berusaha

dan

gigih

dalam


mendapatkannya. Keuntungan yang dimaksud disini adalah pendapatan yang
dimiliki dari hasil usaha manusia berdasarkan keahliannya, yaitu berupa tambahan
berdasarkan hasil kerjanya dan dapat berbentuk apa saja. Hal ini harus dilakukan,
karena menurut Ibn Khaldun, manusia secara alamiah memerlukan sesuatu untuk
makan dan menyediakan segala sesuatu yang diperlukan mulai dari lahir sampai
menuju dewasa dan akhirnya tua (ibid.). Hal yang diperlukan ini harus ditukar
dengan sesuatu yang lain yang sama berharganya,

karena orang lain

mendapatkannya dengan bersusah payah dan tidak boleh ada perampasan (Ibn
Khaldun, 1958:). Ibn Khaldun berpendapat bahwa tenaga kerja merupakan titik
awal untuk menciptakan kesejahteraan dan pembangunan ekonomi (El-Ashker &
Wilson, 2006). Hal ini tersurat dalam pernyataannya bahwa (Ibn Khaldun
1958:480):
“The effort to (obtain sustenance) depends on God's determination
and inspiration. Everything comes from God. But human labor is necessary for

every profit and capital accumulation.”
Disini Ibn Khaldun menyatakan dengan jelas bahwa Tuhan berperan besar

dalam memberikan rejeki kepada umat manusia tetapi bahwa usaha manusia
sangat diperlukan dalam mengumpulkan setiap pendapatan dan modal yang
diinginkan. Ibn Khaldun juga berpendapat bahwa manusia sudah memiliki
pendapatan secara otomatis atau tanpa usaha tertentu melalui siklus alam, yaitu
adanya hujan yang menumbuhkan tanaman di ladang (Ibid:479).
Keuntungan yang didapat oleh manusia akan berkembang dan terkumpul
menjadi akumulasi modal, jika keuntungan yang dimiliki lebih besar dari
kebutuhannya (ibid.). Satu hal yang menarik adalah pendapatnya bahwa jika
seseorang tidak menggunakan pendapatannya untuk memenuhi kebutuhannya,
berarti hal tersebut tidak bisa disebut sebagai rejeki (ibid.).

2

Ibn Khaldun juga berpendapat bahwa untuk menilai atau sebagai dasar
penilaian modal yang dimiliki oleh manusia sebaiknya menggunakan emas dan
perak, karena kedua benda ini tidak akan terkena fluktuasi nilai sementara benda
lainnya terkena fluktuasi nilai ( (Ibn Khaldun, 1958:480).
Sebagai tenaga kerja yang memiliki kemampuan, manusia harus dihargai
dengan baik sesuai dengan produk yang dihasilkan, nilai yang ada pada produk
tersebut harus mencakup nilai si manusia sebagai tenaga kerja. Dengan demikian

manusia yang memiliki kemampuan tertentu, dalam pandangan Ibn Khaldun,
merupakan sebuah modal yang sangat berharga dalam mengembangkan ekonomi.
Karena manusia dihargai keahliannya, maka semakin banyak manusia pada
sebuah kota atau peradaban berarti semakin besar modal yang ada pada kota atau
peradaban tersebut, yaitu modal manusia. (Ali, 2006).

Ibnu Khaldun dan Mencari Nafkah
Sebagai tenaga kerja yang memiliki keahlian, manusia dapat mencari
pendapatan pada beberapa bidang yaitu melalui perburuan termasuk didalamnya
memancing, pertanian, produksi barang, perdagangan serta bidang lainnya yang
tidak menghasilkan material yang spesifik dan juga melalui retribusi dan
perpajakan yang dikumpulkan oleh para penguasa pada saat itu. Pertanian,
perburuan, produksi barang serta perdagangan dianggap sebagai cara yang
alamiah untuk mendapatkan pendapatan, selain itu terdapat juga profesi yang
berhubungan dengan manusia lainnya.
Politik merupakan sebuah cara untuk mendapatkan keuntungan, karena
biasanya mereka yang memiliki jabatan lebih kaya dibandingkan dengan mereka
yang tidak memiliki jabatan (ibid.:490). Hal ini bisa terjadi karena banyaknya
orang yang ingin mendekati mereka yang memiliki jabatan yang berakibat pada
murahnya tenaga kerja atau pelayan yang bekerja pada mereka, bahkan juga tidak

perlu dibayar karena yang diinginkan adalah kedekatan dengan pejabat. Hal ini
akan menyebabkan meningkatnya kemakmuran para pejabat. Dapat dikatakan
bahwa para pejabat ini menjadi kaya tanpa perlu melakukan apa-apa, karena
sudah banyak orang yang memberikan kebutuhannya, seperti yang terjadi pada
ahli hukum atau pemuka agama dan orang-orang yang memiliki reputasi tertentu.
Hal ini bisa terjadi karena masyarakat percaya bahwa memberikan sesuatu kepada

3

mereka sama halnya dengan memberikan sesuatu kepada Tuhan (Ibn Khaldun,
1958:490).
Jabatan ini tersebar dikalangan masyarakat mulai dari yang paling tinggi
sampai ke jabatan yang paling rendah. Kemakmuran seorang pejabat, berkaitan
dengan jabatannya, ditentukan oleh penting tidaknya jabatan yang ia emban,
semakin penting jabatannya, maka seseorang bisa menjadi semakin makmur, dan
sebaliknya semakin tidak penting sebuah jabatan, maka keuntungan yang
diperoleh juga tidak besar. Jabatan berarti bahwa seseorang memiliki kekuasaan
untuk menguasai banyak orang dibawahnya sehingga si pejabat akan memiliki
banyak keuntungan dari superioritasnya tersebut. Hal ini bisa terjadi karena
adanya saling keterkaitan antara pejabat tinggkat lebih tinggi dengan pejabat yang

memiliki kelas lebih rendah, dimana para pejabat rendah akan mencari dukungan
dari pejabat diatasnya sementara pejabat diatasnya akan menguasai pejabat
dibawahnya (Ibn Khaldun, 1958:490-491). Satu hal yang perlu diperhatikan
bahwa, menurut Ibn Khaldun, seseorang yang patuh dan bisa menyanjung
mungkin bisa menduduki jabatan dengan porsi keuntungan yang tinggi (Ibid.).
Jabatan yang memiliki keuntungan yang kecil adalah jabatan yang berhubungan
dengan bidang agama, seperti guru, muadzin dan sebagainya.
Pertanian merupakan sebuah cara memperoleh nafkah karena ia
merupakan sesuatu yang sudah ada sebelum yang lainnya dan hanya memerlukan
sedikit keahlian. Termasuk didalam pertanian ini adalah mengumpulkan susu dari
hewan ternak, sutra dari ulat sutra serta memanen madu dari lebah. Selain itu juga
memanen buah dari pepohonan dianggap sebagai pendapatan dari pertanian. Satu
hal yang harus diperhatikan adalah bahwa para petani biasanya akan diikat oleh
pajak yang harus disetorkan kepada penguasa, sehingga jika penguasanya seorang
yang kejam maka pajak yang diberlakukan bisa semakin tinggi (ibid.:496).
Perdagangan juga disebut sebagai sebuah cara untuk mendapatkan
keuntungan, dimana modal yang dimiliki ditingkatkan dengan cara membeli
barang dagangan pada harga murah dan menjualnya dengan harga tinggi, yang
juga bisa dilakukan dengan cara menyimpan barang sampai harga barang tersebut
menjadi tinggi. Selisih harganya disebut dengan keuntungan. Cara lain adalah

dengan membawa barang dagangannya ke daerah yang jauh dan perjalanannya

4

berbahaya. Hal ini akan mengurangi saingan dagang karena tidak banyak
pedagang yang mampu melakukan hal tersebut dan jika pedagang sedikit, maka
barang akan menjadi sedikit dan langka dan hal ini akan menjamin harga tinggi di
tempat tujuan. Demikian juga sebaliknya, jika daerah yang dituju dekat dan
perjalanan aman, maka akan banyak pedagang dan barang dagangan akan menjadi
berlimpah sehingga harga akan menjadi murah ( (Ibn Khaldun, 1958:498). Satu
hal yang menarik adalah bahwa penimbunan barang dianggap sebagai sesuatu
yang merugikan karena akan mengakibatkan orang merasa terpaksa untuk
membeli barang tersebut dengan harga yang tinggi dan keterpaksaan ini akan
menyebabkan kesialan (ibid.:500).
Ibn Khaldun juga berpendapat bahwa harga yang murah bisa
menyebabkan hal yang berbahaya kepada para pedagang. Hal ini terjadi jika harga
dipasar murah maka para produsen pun akan terkena imbasnya sehingga pada
gilirannya akan merusak jaringan suplai barang dari satu produsen ke produsen
lainnya, dan pada gilirannya petani, jika yang dijajakan adalah hasil pertanian,
tidak akan mendapatkan kesempatanan untuk meningkatkan modalnya, sehingga

tidak bisa mengembangkan usahanya. Demikian juga dengan barang dagangan
yang lain (Ibn Khaldun, 1958:500).
Selanjutnya adalah kerajinan atau produksi barang atau pertukangan yang
memerlukan keahlian tertentu dan terdiri dari beberapa material yang berbeda.
Disini tenaga kerja dituntut untuk bisa duduk selama mungkin untuk bisa
menyelesaikan pekerjaannya, termasuk didalamnya adalah menulis kaligrafi,
pertukangan, menjahit baju, membuat karpet atau kain, serta keahlian dalam
menunggang kuda. Satu hal yang menjadi pusat perhatian disini adalah bahwa
pertukangan ini memerlukan guru yang bisa mengajarkan dengan baik secara teori
dan praktik (ibid.:505). Seseorang diharapkan untuk bisa menyerap keahlian
pertukangan ini dengan mata kepala sendiri dengan melihat langsung sang guru
mengerjakan hal tersebut dan kemudian mengulangnya dengan melakukan praktik
mandiri. Hal ini akan menjamin kualitas barang yang dihasilkan, jika instruksi
sang guru baik maka hasilnya akan baik, jika tidak, maka hasilnya akan kurang
baik (Ibid.).

5

Hasil pertukangan ini dibagi menjadi dua, yaitu yang sederhana dan yang
terdiri dari paduan beberapa material. Hasil kerajinan sederhana biasanya

berhubungan dengan kebutuhan sehari-hari dan diperlukan dalam jumlah besar,
sementara yang lain berhubungan dengan kemewahan. Barang hasil kerajinan
yang berhubungan dengan kemewahan tidak akan berkembang jika peradaban
yang ada belum menetap atau baru pada taraf awal pembentukan. Kerajinan ini
akan berkembang jika peradaban yang ada sudah berlangsung lama dan sudah
bisa memenuhi semua kebutuhan dasar dan modal yang ada masih berlebih maka
akan timbul permintaan untuk barang dengan tingkat kerumitan dan keindahan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan barang untuk keperluan sehari-hari. Pada
saat ini kerajinan akan barang mewah akan terlaksana (Ibn Khaldun, 1958:5085011).
Selain hal yang termasuk cara alamiah untuk memperoleh pendapatan, ada
beberapa bidang yang tidak dianggap sebagai bidang yang alamiah untuk
memperoleh pendapatan yaitu melalui penggalian harta karun atau harta lainnya
serta menjadi pelayan dari penguasa.
Profesi pelayan timbul karena adanya kemalasan dari orang-orang yang
berkecukupan yang sudah terbiasa dalam kesenangan dan kewewahan sehingga
tidak ingin lagi mengerjakan hal-hal biasa untuk dirinya sendiri tetapi harus
dibantu oleh orang lain, yaitu pelayan, yang diberi upah oleh kaum yang
berkecukupan tersebut (Ibn Khaldun, 1958:484). Terdapat dua jenis pelayan, yaitu
pelayan yang memiliki kemampuan dan dapat dipercaya serta pelayan yang tidak
memiliki kemampuan dan tidak dapat dipercaya. Jenis pelayan yang pertama akan

sulit

untuk

mempertahankannya

karena

akan

banyak

orang

yang

menginginkannya dan sang pelayan pun akan menuntut upah yang tinggi sehingga
tidak semua orang bisa mempekerjakannya. Sementara untuk jenis kedua dapat
dipastikan tidak ada orang yang akan mau mempekerjakannya karena sifatnya
tersebut. Untuk itu sebaiknya dicari pelayan yang berkemampuan walaupun tidak
dapat dipercaya, karena masih dapat ditanggulangi dengan menempatkan
penjaga(ibid.:485).
Menjadi pemburu harta karun juga tidak dapat dikatakan sebagai cara
hidup yang alami. Menurut Ibn Khaldun munculnya profesi ini terjadi karena

6

orang- orang tersebut memiliki penalaran yang lemah yang hanya ingin mencari
harta secara cepat dan motif utamanya adalah karena ketidakmampuan mereka
untuk mencari penghidupan atau pendapatan di bidang yang lain atau yang
alamiah dengan mengandalkan kepada keahlian masing-masing. Jika memang
terdapat pemunculan harta karun, maka hal tersebut tidak dapat dikatakan sebagai
sebuah hal yang pasti terjadi tetapi hanya merupakan sebuah kebetulan (Ibn
Khaldun, 1958:489).

Ibn Khaldun dan Keahlian Tenaga Kerja
Pada bagian lain Ibn Khaldun menyatakan bahwa tenaga kerja pada sektor
pertanian merupakan tenaga kerja dengan tingkat keahlian paling rendah dari
semua sektor lainnya pada saat itu. Hal ini terjadi karena kesederhanaan prosedur
yang diterapkan serta sifat alamiah dari pertanian itu sendiri dan mereka
digolongkan dengan kelompok yang berciri kesederhanaan.
Tenaga kerja pada sektor perdagangan diharapkan untuk berani, cerdik,
bersedia menghadapi sengketa, cerdas, bisa bertahan dalam perselisihan
berkepanjangan, dan memiliki ketekunan yang hebat, atau memiliki pelindung di
lingkungan pejabat. Dengan kata lain bahwa tenaga kerja pada sektor ini memiliki
keahlian yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang berprofesi sebagai
petani. Jika seseorang tidak memiliki kualifikasi seperti yang disebutkan diatas,
maka sebaiknya ia menghindari diri untuk menjadi pedagang (Ibn Khaldun,
1958:502).
Para pengrajin, yang menghasilkan berbagai macam produk kerajinan,
merupakan kumpulan tenaga kerja yang memiliki keahlian yang tertinggi
dibandingkan dengan dua sektor lainnya. Hal ini karena mereka diharapkan untuk
bisa memenuhi kebutuhan dasar produk pada kota mereka sendiri serta diharapkan
untuk bisa membuat barang dengan polesan kemewahan sehingga bisa
menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi. Dalam menghasilkan produknya,
para pengrajin ini tidak bisa mendapatkan pengetahuan secara alami melainkan
harus mendapatkan pengarahan dari seorang guru atau mentor. Hal ini terjadi
karena pengerjaan kerajinan memerlukan ketelitian dan kerapihan serta diperlukan
jam praktik yang tinggi. Dalam masa ini diperlukan pengawasan dari mentor
sampai mereka bisa menguasai keahlian tersebut. Pada akhirnya nanti, akan

7

terjadi spesialisasi perajin untuk jenis produk yang berbeda, sehingga mereka
yang sudah menjadi spesialis ini nantinya yang diharapkan untuk bisa
menghasilkan barang dengan nilai kemewahan yang tinggi (Ibn Khaldun,
1958:512).

Ibn Khaldun dan Keahlian Dasar yang Diperlukan Peradaban
Selain itu, terdapat beberapa keahlian dasar, menurut Ibn Khaldun, yang
diperlukan untuk berkembangnya sebuah peradaban. Berikut ini adalah keahlian
tersebut:
1. Ahli Pertanian, seseorang harus bisa mengolah tanah, menaburkan bibit,
mengolah tanaman, memberi air sampai mencapai tahap siap panen,
kemudian memanennya dan memisahkan gandum dari sekamnya. Pertanian
merupakan keahlian yang paling tua, karena diperlukan untuk menyediakan
makanan yang merupakan faktor utama dalam kehidupan manusia. Keahlian
ini muncul terutama di daerah gurun (Ibn Khaldun, 1958:514).
2. Ahli Arsitektur, merupakan keahlian yang pertama dan tertua pada peradaban
menetap. Arsitektur merupakan pengetahuan untuk membuat rumah yang
disesuaikan dengan kondisi tiap kota yang berbeda-beda keperluannya. Ia
juga diperlukan untuk membuat kota yang besar atau monumen yang tinggi,
terutama untuk membuat rencana yang bagus dan sempurna secara teknik
sehingga arsitektur dapat mencapai level tertingginya. Arsitektur mempunyai
beberapa divisi yaitu konstruksi, yang fungsi utamanya membangun rumah.
Divisi yang lain adalah dekorasi dan ornamentasi yang fungsinya adalah
menghias bagian dalam rumah dengan menggunakan bahan yang dikenal
dengan nama gipsum. Keahlian setiap orang yang berkecimpung dalam dunia
arsitektur bermacam-macam, ada yang superior, ada juga yang biasa-biasa
saja. Keahlian orang yang menguasai arsitektur juga diperlukan oleh pihak
yang berwenang, terutama untuk menilai persengketaan yang melibatkan
bangunan rumah dan bagian-bagiannya. Arsitek juga menggunakan
pendekatan teknologi, terutama untuk mengangkat beban berat dalam sebuah
pembangunan dan sejenisnya (Ibn Khaldun, 1958:515-518).
3. Ahli Kayu, merupakan ahli dengan bahan dasar kayu yang dibutuhkan dalam
sebuah peradaban. Kayu dibentuk menjadi papan kemudian diolah menjadi

8

barang yang bermanfaat seperti meja, kursi, pintu rumah, dan lain sebagainya.
Pertukangan kayu juga dibutuhkan dalam pembuatan perahu, selain itu juga,
sejalan dengan perkembangan peradaban sebuah kota atau negara, maka
kebutuhan akan tukang kayu dengan keahlian mengukir akan bertambah,
karena orang-orang tidak lagi puas dengan barang-barang yang standar,
melainkan juga ingin barang dengan nilai seni yang berwujud ukiran (Ibn
Khaldun, 1958:519-520).
4. Ahli Tenun dan Jahit, diperlukan oleh orang-orang yang tinggal didaerah
bersuhu sedang untuk membuat pakaian yang sesuai dari benang yang
ditenun menjadi kain dan kemudian kain tersebut dibentuk menjadi baju yang
dapat dipakai oleh orang-orang. Hal ini dilakukan untuk menjaga tubuh
mereka agar tetap hangat (Ibid:521).
5. Ahli Kebidanan, diperlukan untuk untuk membantu seseorang dalam
melahirkan anaknya dan mempersiapkan apa saja yang diperlukan untuk
kelahiran tersebut. Seorang ahli di bidang ini juga diharapkan untuk bisa
menolong kelahiran yang sulit dan berisiko tinggi. Ahli kebidanan ini
dikhususkan kepada wanita (ibid.:523).
6. Ahli Kesehatan, diperlukan didaerah perkotaan yang fungsinya adalah untuk
menjaga yang sehat tetap sehat dan menyembuhkan mereka yang sakit
dengan pertolongan pengobatan. Kebanyakan ahli kesehatan diperlukan di
perkotaan karena orang yang sakit kebanyakan ditemui di daerah menetap
dan perkotaan, dimana orang-orangnya hidup berkecukupan, tidak pantang
terhadap makanan, kurang olahraga dan kualitas udara yang kurang baik.
Asal dari penyakit adalah dari makanan dan udara berperan besar dalam
membantu badan mempertahankan panas yang dibutuhkan untuk mencerna
makanan. Kekurangan udara yang baik, olahraga yang juga jarang dilakukan
serta makanan yang berlimpah, membuat banyak orang menjadi sakit
sehingga diperlukan ahli kesehatan untuk memulihkan mereka yang sakit
melalui pengobatan (Ibn Khaldun, 1958:527-528).
7. Ahli Tulisan atau kaligrafi, merupakan keahlian yang dianggap mulia oleh
Ibn Khaldun, karena keahlian ini membedakan antara manusia dan binatang.
Tulisan bisa mengungkapkan apa yang ada dalam pikiran seseorang, sebuah

9

permintaan dapat ditulis dan dibawa ke tempat yang jauh dan dilaksanakan
apa permintaannya. Tulisan juga membuat seseorang bisa mempelajari ilmu
pengetahuan dengan mempelajari buku-buku kuno yang berisi pengetahuan
tersebut. Keahlian ini didapat dengan melalui instruksi atau pembelajaran
terlebih dahulu yang cara pembelajarannya berbeda-beda disetiap wilayah.
Kualitas sebuah tulisan berhubungan erat dengan organisasi sosial, peradaban
dan kompetisi untuk kemewahan dan juga permintaan untuk kesemua hal
tersebut diatas. Dengan tulisan dapat diketahui kejayaan bangsa Islam
terdahulu dan warisannya. Tulisan ada yang jelas dan ada juga yang hanya
bisa diartikan oleh kalangan orang tertentu dengan menggunakan kode
tertentu, biasanya digunakan oleh pegawai pemerintah dan kehakiman (Ibn
Khaldun, 1958:529-535).
8. Ahli Produksi Buku, keahlian ini terbatas hanya pada kota dengan peradaban
besar. Perhatian terhadap produksi buku dimulai dengan perhatian terhadap
tulisan para sarjana dan catata-catatan resmi yang di perbanyak, di jilid dan di
koreksi dengan tingkat akurasi tinggi. Alasannya adalah untuk kepentingan
dinasti yang memerintah dan keberadaan dari hal-hal yang tergantung pada
budaya menetap. Hal ini tergantung dari dinasti yang memerintah dan
permintaan terhadap buku yang ada. Pada masa ini banyak tulisan para
sarjana dan orang-orang berkeinginan untuk menyebarkannya kemana saja
sehingga produksi buku berkembang. Sebelum ditemukannya kertas, tulisantulisan penting tersebut dilakukan pada sebuah perkamen atau lembaran kulit
dan menginggat tidak banyaknya perkamen yang beredar, maka tidak semua
hal dicatat, kecuali yang dinilai sangat penting (Ibn Khaldun, 1958:536-537).
9. Ahli Menyanyi dan Musik, berhubungan dengan keahlian seseorang meramu
puisi menjadi musik yang dilakukan dengan menggunakan suara dengan
proporsi tertentu yang menghasilkan irama dalam ritmik tertentu. Yang di
dapat dari hal ini adalah kesenangan dalam mendengarkan harmoni nada dan
kualitas harmoni yang didapat dari suara pengiringnya. Banyak jenis alat
musik yang dikenal seperti alat musik yang disebut dengan shabbabah,
zulami, bug (sejenis terompet dari perunggu), kemudian ada juga alat musik

petik seperti ganun. Untuk bisa menghargai keahlian ini diperlukan keahlian

10

khusus dari pendengarnya, karena tidak semua orang memiliki kemampuan
yang sama untuk bisa mendengarkan harmoni nada yang disajikan. Khusus
untuk keahlian menyanyi, Ibn Khaldun menyatakan bahwa hal ini berasal dari
peradaban yang sudah berlimpah ruah dan manusia sudah mulai beralih dari
pemenuhan kehidupan sehari-hari ke pemenuhan kenyamanan hidup,
kemudian pemenuhan kemewahan dengan diversifikasi kemewahan yang luas
( (Ibn Khaldun, 1958:538-540).

Belajar Ekonomi dari Pemikiran Ibn Khaldun
Ekonomi Sektor Riil
Ibn Khaldun memandang bahwa keuntungan itu harus didapat dengan
jalan melakukan sebuah usaha dengan modal utama adalah tenaga kerja, dimana
hasil dari tenaga kerja ini disebut sebagai keuntungan. Ali (2006:2) berpendapat
bahwa hal ini bukan berarti bahwa Ibn Khaldun mengemukakan teori tentang nilai
tenaga kerja tetapi lebih kepada penekanan bahwa tenaga kerja merupakan faktor
primer dari produksi. Dengan kata lain bahwa keuntungan itu harus didapat
dengan cara usaha melalui sektor riil atau sektor yang langsung berhubungan
dengan penyerapan tenaga kerja. Dengan demikian maka secara tidak langsung
Ibn Khaldun juga telah menyarankan untuk menggalakkan perkembangan sektor
perekonomian melalui pembangunan sektor riil. Keuntungan yang didapat dari hal
ini adalah bahwa dengan pengembangan sektor riil akan banyak tenaga kerja yang
terserap dan akan mendapatkan pendapatan dari hasil usahanya yang disebut
dengan profit oleh Ibn Khaldun. Hasil keuntungan ini akan digunakan untuk
memenuhi kebutuhan tenaga kerja dan keluarganya, dan jika masih berlebih,
kelebihan tersebut bisa digunakan sebagai tabungan dan atau investasi.
Dengan demikian, pada saat sektor riil meningkat, konsumsi masyarakat
meningkat, jika konsumsi sudah terpenuhi sementara pendapatan masih berlebih,
maka akan turut meningkatkan sektor investasi melalui tabungan di bank syariah
yang pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara
keseluruhan. Jika hal ini bisa dilaksanakan, berarti bahwa pertumbuhan ekonomi
akan didasari dari pertumbuhan sektor rill dan tidak berdasarkan dari banyaknya

11

uang beredar atau utang yang harus diambil untuk memenuhi kebutuhan akan
uang.

Standar Nilai Alat Tukar dan Hukum Penawaran Permintaan
Salah satu hal yang menarik dari pemikiran Ibn Khaldun adalah pemikiran
untuk memberlakukan standar nilai untuk hasil kerja dengan menggunakan emas
dan perak. Alasan yang dikemukakan adalah bahwa kedua material ini tidak akan
terkena pengaruh turun naiknya harga. Pemikiran ini pun tampaknya bisa
dikembangkan pada masa kini, dimana saat ini banyak beredar uang kartal dan
uang giral yang tidak berdasarkan pada sebuah sistem penjaminan nilai uang
dengan menggunakan nilai standar, dalam hal ini emas atau benda lain yang setara
dengan emas, melainkan lebih kepada pemenuhan kebutuhan uang beredar sesuai
dengan proyeksi tingkat pertumbuhan yang dimunculkan oleh pemerintah. Hal ini
senada dengan yang dikemukakan oleh Meera (2011:73) bahwa ukuran yang
stabil

sangat

diperlukan untuk meningkatkan keadilan, kestabilan dan

keberlangsungan dalam ekonomi, terutama dalam perdagangan dan pertukaran
mata uang.
Pendapat dari Ibn Khaldun dan Meera diatas tidak berarti menganjurkan
penggunaan emas dan perak sebagai mata uang tetapi menganjurkan penggunaan
sebuah standar nilai yang memiliki ketetapan dari fisiknya yang tidak terkena
imbas dari fluktuasi yang dalam konteks pada masa kini adalah nilai tukar dari
mata uang yang dimiliki oleh sebuah negara, sehingga akan menjamin terjadinya
keadilan dalam bertransaksi, mengingat bahwa standar yang digunakan tidak
berubah dimanapun ia berada.
Selain itu juga, Ibn Khaldun juga sudah menyadari adanya kenaikan dan
penurunan harga berdasarkan banyak atau sedikitnya suplai barang disebuah
daerah. Jika barang berlimpah maka barang akan berharga murah dan jika barang
sedikit, harga barang akan naik. Pada masa ini juga Ibn Khaldun menyatakan
bahwa tindakan penimbunan tidak dilakukan karena dipercaya akan membawa
kesialan. Ibn Khaldun juga berpendapat, secara tersirat, bahwa harus ada batasan
harga minimum bagi barang yang diproduksi agar tidak merugikan para pedagang
dan pada gilirannya akan merugikan para produsen barang tersebut.

12

Jika dibandingkan dengan kondisi saat ini, khususnya di Indonesia, dapat
dikatakan bahwa pada praktiknya justru terdapat penimbunan barang yang
diperlukan oleh masyarakat. Apakah hal ini disengaja atau tidak, masyarakat tidak
pernah mengetahui dengan pasti. Kelangkaan barang ini justru membuat harga
barang menjadi meningkat yang akibatnya meningkatkan beban yang harus
dipikul oleh masyarakat. Hal yang perlu dilakukan, dalam hal ini oleh Pemerintah,
adalah memberikan semacam penyadaran atau pencegahan agar tidak terjadi
kenaikan harga untuk hal-hal yang termasuk barang kebutuhan sehari-hari.

Cara Mencari Nafkah
Banyak jalan untuk mencari nafkah, dengan kata lain banyak lapangan
pekerjaan yang dapat dibuka dan digunakan untuk menyerap tenaga kerja sesuai
dengan kebutuhan dari masing-masing kota.
Beberapa profesi ini dapat digunakan sebagai alat atau perantara untuk
mencari pendapatan, yaitu pejabat atau politisi, pertanian, perdagangan dan
produksi barang. Ke empat sektor tersebut dianggap sebagai sektor alamiah untuk
mencari pendapatan, sementara yang tidak alamiah adalah menjadi pelayan dan
menjadi pemburu harta karun.
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Ibn Khaldun
sudah menyelidiki kriteria tenaga kerja yang berkarya pada sektor ekonomi yang
disebutkan diatas terutama pada sektor pertanian, perdagangan dan kerajinan atau
produksi barang. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1 Karakteristik Tenaga Kerja pada Masa Ibn Khaldun

Profesi
Politik
Pertanian
Perdagangan
Kerajinan atau
Produksi Barang

Keahlian
Tenaga Kerja
Patuh dan Dapat
Menyanjung
Rendah
Lebih Tinggi
Tinggi

Pendidikan
Tidak
diketahui
Alamiah
Lingkungan
Formal

Karakter T.K
Loyal pada atasan
Sederhana
Cerdik dan tangguh
Menetap dan Tekun

Dapat dilihat pada tabel diatas bahwa diperlukan pendidikan yang cukup
untuk bisa memproduksi barang dengan kualitas tinggi, sementara untuk sektor
perdagangan diperlukan pendidikan, walaupun informal, terutama untuk bisa
13

menghitung keuntungan yang dihasilkan yang berasal dari perbedaan harga pada
saat barang dibeli dan barang dijual serta dibutuhkan pribadi yang cerdik dan
tangguh untuk bisa menjadi seorang pedagang yang sukses. Sektor pertanian,
mengingat karakteristik pekerjaannya yang bersifat alamiah dan sederhana, tidak
memerlukan banyak pendidikan, kecuali mungkin secara turun temurun, terutama
untuk menyemaikan bibit serta beternak dan untuk memanen hasilnya kelak.
Dalam konteks saat ini sektor ekonomi yang dimaksudkan oleh Ibn
Khaldun dapat dibandingkan sebagai berikut:
Tabel 2 Sektor Ekonomi Ibn Khaldun dan Sektor Ekonomi Modern
Sektor Ekonomi Ibn Khaldun
Politik
Pertanian
Perdagangan
Kerajinan atau Produksi Barang

Sektor Ekonomi Modern
Politik
Pertanian
Perdagangan Barang dan Jasa
Industri

Untuk sektor pertanian dan perdagangan tidak perlu disangsikan lagi
karena memang terdapat sektor demikian pada sektor ekonomi modern, tetapi
untuk sektor kerajinan atau produksi barang, dapat dikatakan mempunyai
kemiripan dengan sektor industri karena sifat sektor tersebut yang sama-sama
menghasilkan barang.
Sektor Politik merupakan sektor yang dapat dikatakan kurang tepat untuk
dikatakan sebagai salah satu cara untuk mencari pendapatan di masa kini,
khususnya di Indonesia, karena sifat politik saat ini bukanlah sebagai jabatan
seumur hidup tetapi lebih kepada pelimpahan tanggung jawab dari partai politik
pemenang kepada kader politiknya. Hal ini mungkin dapat diberlakukan kepada
para pejabat karir yang bekerja pada dinas tertentu yang memang merintis karir
dari awal sampai dengan masa pensiun.

Inflasi dan Pengangguran
Pada masa Ibn Khaldun, kenaikan atau penurunan harga sebuah barang
tidak mempengaruhi daya beli masyarakat secara drastis. Hal ini terjadi karena
pada masa itu, kenaikan atau penurunan harga barang terjadi karena kekurangan
atau kelebihan suplai barang di sebuah daerah. Dengan kata lain bahwa daya beli
masyarakat tetap, sementara barang yang dibeli bisa jadi kurang atau tidak

14

tersedia di pasaran. Hal ini tidak terjadi pada masa kini, dimana yang terjadi
adalah inflasi.
Inflasi dapat dikatakan sebagai sebuah kondisi dimana daya beli
masyarakat menurun yang diakibatkan oleh adanya kenaikan harga barang dan
jasa. Terdapat dua tipe inflasi yaitu demand pull inflation dan cost push inflation
(Parkin, 2012). Jika terjadi kelebihan suplai uang dan kelebihan permintaan
agregat, maka akan terjadi inflasi yang disebut dengan demand pull inflation ,
sedangkan cost push inflation terjadi jika terjadi kelebihan suplai barang serta
meningkatnya ongkos produksi.
Pada kondisi saat ini, meningkatnya jumlah uang beredar di masyarakat
diharapkan untuk dapat meningkatkan aktivitas ekonomi yang pada gilirannya
akan membutuhkan banyak tenaga kerja walaupun dengan banyaknya jumlah
uang beredar akan menurunkan nilai uang yang berarti inflasi. Hal yang mirip
terjadi ketika terjadi peningkatan ongkos produksi yang akan membuat suplai
agregat barang dan jasa menurun. Jika permintaan agregat barang dan jasa lebih
tinggi dibandingkan dengan suplai agregat barang dan jasa, hal ini akan
menyebabkan terjadinya penurunan output secara keseluruhan dan jika output
produksi barang dan jasa menurun, maka tidak akan dibutuhkan tenaga kerja
sebanyak sebelumnya, maka mungkin akan terjadi pengangguran berulang atau
bahkan pengangguran alami yang berarti meningkatnya jumlah pengangguran
dibandingkan dengan sebelumnya.
Meningkatnya jumlah pengangguran akan mengakibatkan masalah yang
besar, terutama di Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang dimana
kebanyakan pengangguran terbuka ini tidak memiliki pengalaman kerja yang
cukup dan berpendidikan menengah setingkat sekolah lanjutan tingkat atas
(Suryadarma, Suryahadi, & Sumarto, 2007). Peningkatan jumlah pengangguran
terbuka dengan latar belakang pendidikan menengah ini lebih terlihat di area
pedesaan yang, menurut Suryadarma et. al (2007), menunjukkan adanya indikasi
penghalang sistematis yang dihadapi oleh pekerja pada kelompok ini yang bisa
menjelaskan tentang tingginya tingkat urbanisasi. Mengutip pendapat dari Rao
(1992) dalam Suryadarma et.al (2007) bahwa terdapat tiga masalah besar dalam
pengangguran terdidik yaitu banyaknya lulusan yang mencari kerja, adanya

15

masalah kelebihan suplai tenaga kerja dan sektor jasa yang tampaknya banyak
menyerap tenaga kerja dengan jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Mengatasi Masalah Pengangguran
Satu hal

yang perlu dicatat dari pendapat Ibn Khaldun yaitu bahwa

banyaknya tenaga kerja dengan tingkat pendidikan tertentu dapat menjadi modal
kerja yang sangat besar, terutama dalam suplai tenaga kerja yang pada akhirnya
akan meningkatkan produksi suatu wilayah atau negara. Ibn Khaldun menyatakan
bahwa banyaknya suplai suatu barang disebuah daerah, dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan barang tersebut didaerah lain. Selain itu, tenaga kerja
dengan tingkat pendidikan tertentu hanya cocok digunakan untuk jenis pekerjaan
tertentu pula. Seperti halnya pada klasifikasi pekerja pada tabel 1 diatas, pekerjaan
yang berhubungan dengan pertanian tidak membutuhkan tenaga kerja dengan
tingkat pendidikan menengah atau tinggi, selama yang dijalankan adalah pertanian
yang bersifat alamiah dan dengan prosedur sederhana. Untuk sektor perdagangan
dibutuhkan kemampuan yang lebih tinggi, mengingat karakteristik pekerja yang
dibutuhkan adalah cerdik dan tangguh, maka yang cocok disini adalah pekerja
dengan tingkat pendidikan, paling tidak, mengenyam pendidikan menengah.
Sementara untuk produksi barang atau kerajinan, dibutuhkan tenaga kerja dengan
tingkat pendidikan tertinggi yang bisa dicapai, mengingat bahwa pada sektor ini
akan terjadi spesialisi dan harapan untuk bisa memenuhi kebutuhan barang, tidak
hanya pada wilayahnya sendiri tetapi juga pada wilayah lain atau bahkan negara
lain yang dapat dijangkau.
Suryadarma et.al (2007) menyatakan bahwa dari sektor ekonomi yang ada
di Indonesia, sektor pertanian pada daerah perkotaan memiliki pekerja yang paling
sedikit, sementara sektor industri pada daerah perkotaan menyerap pekerja yang
paling banyak, pertanian di daerah pedesaan mengalami penurunan tingkat
penyerapan tenaga kerja sementara sektor jasa pada daerah perkotaan mengalami
peningkatan penyerapan tenaga kerja. Selain itu ternyata bahwa kebanyakan
pekerja dengan pendidikan setingkat SMP dan SMA banyak terserap di industri
(Suryadarma, Suryahadi, & Sumarto, 2007).
Dalam hal pengembangan sektor industri, Suryadarma et.al (2007)
menyatakan bahwa perkembangan industri area pedesaan di segala bidang tidak

16

akan mempengaruhi tenaga kerja di area perkotaan, tetapi jika yang berkembang
adalah sektor industri di perkotaan, hal ini akan mempengaruhi peningkatan
tenaga kerja di daerah perkotaan dengan mengurangi pekerja yang ada di daerah
pedesaan.
Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat dimunculkan sebuah solusi
untuk mengatasi masalah pengangguran seperti berikut ini:
1. Berdasarkan penelitian dari Suryadarma et.al (2007) dapat diketahui
bahwa perkembangan industri di perkotaan akan mempengaruhi
tersedianya lapangan pekerjaan di daerah pedesaan, untuk itu
2. Sebaiknya pemerintah harus bisa menciptakan lapangan pekerjaan
sesuai dengan tingkat pendidikan yang dimiliki oleh tenaga kerja yang
ada di Indonesia.
3. Lapangan pekerjaan tersebut harus tersebar merata di seluruh wilayah
Indonesia sehingga tidak menarik pekerja ke wilayah perkotaan dan
sebaiknya tingkat pekerjaan.
Untuk itu pada tabel berikut ini dimunculkan sebuah alternatif penyebaran
lapangan pekerjaan berdasarkan tingkat pendidikan dan area penyebaran
berdasarkan karakteristik pekerja yang dibutuhkan menurut pendapat yang
disarikan dari pemikiran Ibn Khaldun:
Tabel 3 Pengembangan Lapangan Pekerjaan berdasarkan Pendapat Ibn Khaldun

Sektor Ekonomi Ibn Khaldun
Pertanian
Perdagangan
Kerajinan atau Produksi Barang

Sektor Ekonomi Modern
Pertanian
Perdagangan Barang dan Jasa
Industri

Daerah Pengembangan Tingkat Pendidikan
Pedesaan
Dasar - Menengah Pertama
Pedesaan dan Perkotaan Menengah
Perkotaan
Tinggi

Di daerah pedesaan, sebaiknya dikembangkan sektor ekonomi yang
berhubungan dengan pertanian, mengingat bahwa pertanian ini tidak memerlukan
tenaga kerja yang memiliki pendidikan yang tinggi sehingga karakteristik pekerja
yang dibutuhkan disini adalah pekerja yang memiliki tingkat pendidikan dasar
sampai ke pendidikan menengah pertama.
Untuk di daerah perkotaan, sebaiknya dimunculkan industri yang mengacu
kepada industri kreatif, mengingat bahwa karakteristik pekerja dibidang industri
perkotaan ini memerlukan mereka yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi,

17

baik formal maupun informal, yang nantinya diharapkan bisa membuat sebuah
spesialisasi produk sehingga akan dapat menyerap banyak pekerja dengan
keahlian yang spesifik. Dengan adanya pemisahan seperti ini, maka tidak akan
terjadi penyerapan tenaga kerja dari daerah pedesaan ke daerah perkotaan karena
karakteristik pekerjanya berbeda.
Untuk sektor perdagangan sebaiknya dikembangkan di dua daerah
tersebut, yaitu daerah perkotaan dan pedesaan, mengingat bahwa sifat dari
pekerjaan ini adalah selalu bergerak dari satu daerah ke daerah lain sehingga dapat
menjamin ketersediaan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat dari
kedua daerah tersebut.
Dengan demikian, apabila kondisi diatas diterapkan, diharapkan tidak akan
terjadi urbanisasi ke kota-kota, sekaligus juga menjamin terlaksananya
pembangunan di daerah yang nantinya akan meningkatkan produksi secara
keseluruhan baik di daerah pedesaan maupun didaerah perkotaan. Lebih lanjut
lagi, dalam konteks Indonesia, sebaiknya digalakkan pembangunan di provinsiprovinsi di luar Jawa sehingga tidak terjadi arus urbanisasi yang masif dari
provinsi di luar jawa ke pulau Jawa. Hal ini diharapkan akan mengurangi
kepadatan di pulau Jawa sekaligus meningkatkan kehidupan perekonomian
provinsi lainnya.

Peradaban
Syarat utama untuk membangun sebuah peradaban adalah budaya menetap
dan dari budaya ini dibutuhkan beberapa keahlian dasar yang diperlukan untuk
bisa meningkatkan peradaban tersebut. Dari beberapa keahlian yang disebutkan
oleh Ibn Khaldun, dapat disimpulkan, tidak harus semua keahlian harus tersedia
pada waktu yang sama, tetapi mengikuti siklus hidup sebuah peradaban.
Untuk peradaban tingkat awal, diperlukan setidaknya empat keahlian dasar
yaitu, pertanian, arsitektur, perkayuan, tenun dan jahit dan kebidanan. Pertanian
diperlukan untuk menyediakan makanan bagi penduduk, arsitektur untuk
menyediakan perumahan dan bangunan lainnya, perkayuan untuk melengkapi
rumah dan bangunan, serta tenun dan jahit diperlukan untuk membuat pakaian
yang menjaga masyarakat tetap hangat, terutama didaerah yang beriklim sedang.
Kebidanan berhubungan dengan tingkat kelahiran manusia.

18

Untuk peradaban tingkat selanjutnya, selain ke lima keahlian yang
disebutkan sebelumnya, diperlukan juga tenaga kesehatan, untuk menjaga
kesehatan dan menyembuhkan masyarakt yang sakit dengan teknik pengobatan,
serta ahli tulisan untuk mendokumentasikan segala sesuatu yang dianggap
penting.
Pada tahap peradaban selanjutnya, diperlukan bantuan dari ahli membuat
buku dan ahli musik dan penyanyi. Hal ini diperlukan untuk menyebarkan
pengetahuan serta memuaskan keinginan masyarakat untuk hiburan bersifat
rohaniah.
Jika kondisi diatas dibandingkan pada kondisi saat ini, maka dapat
dikatakan bahwa pada tahap awal pembangunan peradaban, diperlukan sektor
pertanian yang kuat, terutama untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat
dan juga pembangunan sarana dan prasarana untuk menunjang kehidupan
bermasyarakat serta adanya fasilitas untuk kesehatan ibu dan anak. Dalam konteks
ini, Indonesia sebagai negara agraris dan negara kepulauan seharusnya bisa
memiliki kondisi dasar peradaban yang kuat dan tidak bergantung dari negara
lain. Dengan kata lain, Indonesia seharusnya bisa berdiri sebagai negara agraris
yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakatnya dan sekaligus sebagai negara
pengekspor bahan makanan, bukan sebagai pengimnpor bahan makanan seperti
yang saat ini terjadi. Satu hal yang mungkin perlu menjadi pemikiran kita semua
adalah bagaimana kesiapan bangsa ini dalam menghadapi masyarakat ekonomi
ASEAN yang secara langsung maupun tidak langsung akan mengancam
keberadaan dan keberlangsungan produk lokal Indonesia.
Untuk tahap selanjutnya diperlukan sebuah institusi yang bertugas untuk
menjaga kesehatan masyarakat sebelum terkena penyakit dan menyembuhkan
orang yang sedang sakit dengan praktik pengobatan. Pada tahap ini juga
sebaiknya dimulai tahap riset untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat
tentang apa saja yang dianggap penting, dalam artian bahwa hasil riset tadi
digunakan untuk kesejahteraan masyarakat.
Tahap selanjutnya dari peradaban adalah diseminasi ilmu pengetahuan,
dimana sebuah peradaban mulai menyebarkan hasil tulisan atau hasil risetnya ke

19

negara atau wilayah yang lain, sementara kondisi masyarakat sendiri sudah
beralih ke kondisi yang lebih mementingkan kesejahteraan rohaniah.

Penutup
Berdasarkan pembahasan singkat diatas, dapat dikatakan bahwa banyak
pemikiran Ibn Khaldun yang dapat diterapkan di masa kini, di Indonesia
khususnya. Pemikiran Ibn Khaldun mengenai tenaga kerja dapat diterapkan
dengan mengembangkan sektor riil yang banyak menyerap tenaga kerja, demikian
juga halnya dengan pemikirannya mengenai nilai standar mata uang serta
bagaimana pengembangan sektor riil juga dapat digunakan untuk mengatasi
pengangguran dan inflasi. Dalam membahas peradaban dapat dikatakan bahwa
terdapat konsep pertumbuhan berjenjang dari peradaban itu sendiri, tahap awal
adalah membangun saran dan prasaran, tahap berikutnya adalah tahap riset dan
menjaga kesehatan dan tahap terakhir adalah tahap menyebarkan ilmu dan beralih
ke kesejahteraan rohaniah.

20

Daftar Pustaka
Ali, S. S. (2006). Economic Though of Ibn Khaldun. Jeddah: IRTI.
Badan Pusat Statistik. (2013, Mei 6). Berita Resmi Statistik. Keadaan
Ketenagakerjaan Februari 2013 , hal. 5.
El-Ashker, A., & Wilson, R. (2006). Islamic Economics: A Short History. Leiden:
Koninklijke Brill NV.
Hodgson, M. G. (1974). The Venture of Islam Volume 2. Boston: The University
of Chicago Press.
Ibn Khaldun, A. A. (1958, March 13). The Muqaddimah: An Introduction to
History. New York: Pantheon.
Kamimura, Y. (2010). Employment Structure and Unemployment Insurance in
East Asia A Strategy to Establish Social Protection for All Worker s.
Working Paper, 1-17.
Karatas, S. C. (2006). The Economic Theory of Ibn Khaldun and the Rise and fall
of Nations. Manchester: Foundation for Science Technology and
Civilisation.
Katria, S., Bhutto, N. A., Butt, F., Domki, A. A., Khawaja, H. A., & Khalid, J. (-).
TRADEOFF BETWEEN INFLATION AND UNEMPLOYMENT.
Proceedings of 2nd International Conference on Business Management
(hal. 1-18). -: -.
Meera, A. K. (2011). The Case For The Islamic Gold Dinar. International Journal
of Islamic Finance , 73-87.
Mouhammed, A. H. (-). On Ibn Khaldun's Contribution to Heterodox Political
Economy. History of Economic Review, 89-104.
Parkin, M. (2012). Macroeconomics 10th Edition. Boston: Pearson.
Suryadarma, D., Suryahadi, A., & Sumarto, S. (2007). Reducing Unemployment
in Indonesia: Result from a Growth-Employment Elasticity Model. Jakarta:
SMERU Research Institute.

21