MEMBANGUN EKONOMI YANG KUAT DAN MANDIRI

MEMBANGUN EKONOMI YANG KUAT DAN MANDIRI DENGAN
MENERAPKAN SISTEM EKONOMI KERAKYATAN DALAM UPAYA
MENGHADAPI MEA 2015

Dendy Faizal Amin
Departemen Ekonomi Pembangunan, Universitas Sam Ratulangi, INDONESIA
(E-mail: [email protected])

1.

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Dewasa ini kita sering sekali mendengar kalimat ASEAN Economic Community atau
(Masyarakat Ekonomi ASEAN) pada berita-berita yang membahas tentang perekonomian di
Indonesia, perlu diketahui bahwa MEA akan berlaku tidak lama lagi yaitu pada tahun 2015
nanti, tujuan dari MEA itu sendiri dibuat yaitu untuk mendorong efisiensi dan daya saing
ekonomi negara-negara di kawasan ASEAN, sehingga setiap negara yang berada dikawasan
ASEAN dituntut agar bisa menjadi lebih produktif dan efisien dari sisi output, dan untuk
mewujudkan hal tersebut seluruh negara yang tergabung dalam ASEAN harus melakukan

liberalisasi perdagangan barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil secara bebas, dan arus
modal yang lebih bebas.
Pada tahun 2013 produktivitas tenaga kerja Indonesia sebesar US $9500, dengan asumsi
Rp 11.000 per US$, produktivitas tenaga kerja Indonesia setara Rp 104,5 juta per pekerja per
tahun, masih berada jauh dibawah Singapura yang mencapai US $92.000, Malaysia US
$33.300, dan Thailand sebesar US $15.400. Bahkan produktivitas tenaga kerja Indonesia
berada dibawah rata-rata negara ASEAN yang sebesar US $10.700 (Asian Productivity
Organization).

Hal inilah yang nanti dikhawatirkan ketika era MEA sudah diberlakukan, negara kita
tidak akan mampu bersaing dengan negara lain, bahkan negara kita hanya akan dijadikan
sebagai pangsa pasar yang besar bagi negara lain yang tingkat produktivitasnya lebih tinggi.

1.2. POKOK PERMASALAHAN

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas yang menjadi pertanyaan adalah:
“Bagaimana Indonesia Bisa Menghadapi Era Masyarakat Ekonomi ASEAN, Jika
Produktivitas Kita Masih Rendah ?”
2.


ISI

Sebenarnya jika melihat kondisi yang terjadi pada saat ini, kita masih bisa dikatakan
belum siap untuk menghadapi MEA tahun 2015 nanti, namun mengingat waktu yang sudah
mulai semakin dekat dan para pemimpin kita yang telah menandatangani dokumen tersebut
yang begitu sangat optimis bahwa kita bisa menghadapi kondisi tersebut, maka untuk saat kita
harus bisa mempersiapkan diri untuk menghadapi MEA sebaik mungkin, agar nantinya kita
bisa mendapatkan keuntungan dari kebijakan tersebut dan bukan mendapatkan kerugian.

2.1. SOLUSI

Untuk menghadapi itu semua perlu adanya suatu sistem ekonomi yang tepat agar
ekonomi kita bisa kuat, mandiri sehingga kita siap untuk menghadapi era tersebut, dan sistem
ekonomi kerakyatan merupakan sistem ekonomi yang bisa dijadikan sebagai strategi yang
digunakan agar negara kita siap untuk menghadapi era MEA. Dalam TAP No. XVI/1998
ditegaskan perlunya penerapan sistem ekonomi kerakyatan yang berpihak pada upaya-upaya
pemberdayaan ekonomi rakyat dan amanat pasal 33 UUD 1945 ayat 1 yang berbunyi
Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.

Tabel 1. Perkembangan Jumlah penyerapan Tenaga Kerja Menurut Skala Usaha Tahun 20102011 (Dalam Orang)

2010
No

1

2

Skala Usaha

Usaha Miro, Kecil dan Menengah

Jumlah

2011
Pangsa
(%)

Jumlah

Pangsa

(%)

99.401.775

97,22 101.722.458

97,24

a. Usaha Mikro

93.014.759

90,98

94.957.797

90,77

b. Usaha Kecil


3.627.164

3,55

3.919.992

3,75

c. Usaha Menengah

2.759.852

2,70

2.844.669

2,72

2.839.711


2,78

2.891.224

2,76

Usaha Besar
TOTAL

102.241.486

104.613.682

Sumber: Kementrian UMKM (2012)

Berdasarkan data diatas dapat kita amati bahwa, sistem ekonomi kerakyatan melalui
pemberdayaan sektor UMKM, bisa dijadikan strategi agar negara kita siap untuk
mengahadapi MEA, karena dengan menerapkan sistem ini, akan mengakibatkan cukup
banyak tenaga kerja yang akan terserap dan dengan begitu diharapkan agar produktivitas kita
bisa meningkat sehingga kita mampu bersaing dengan negara lain

Ekonomi rakyat berbeda dengan ekonomi konglomerat dalam sifatnya yang tidak
kapitalistik, dimana ekonomi konglomerat yang kapitalistik mengedepankan pengejaran
keuntungan tanpa batas dengan cara bersaing, kalau perlu bahkan saling mematikan (free fight
competition). Sebaliknya dalam ekonomi rakyat semangat yang lebih menonjol adalah

kerjasama, karena hanya denga kerja sama berdasarkan asas kekeluargaan tujuan usaha dapat
dicapai (Mubyarto, 1998: 40-46 dalam Hamid, 2006: 33-34)

3.

PENUTUP

3.1.

KESIMPULAN

Dengan demikian, dengan diterapkannya sistem ekonomi kerakyatan yang demokratis
dan benar-benar sesuai dengan sistem nilai bangsa indonesia (sistem ekonomi atau aturan
main yang kita buat sendiri) tentunya memberikan peluang bahwa sistem itu lebih sesuai dan
lebih tepat bagi bangsa Indonesia dalam upaya mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh

rakyat Indonesia.

Selain itu kemampuan ekonomi rakyat dalam mengurangi dampak ekonomi dari
kegagalan kebijakan pemerintah dapat dilihat dari peran ekonomi rakyat dalam mengurangi
penduduk miskin. Melalui unit-unit usaha ekonomi rakyatlah, tenaga kerja tak terdidik
ditanah air dapat diserap lebih banyak sehingga angkanya tidak terlalu membengkak dan
dampak sosial yang mungkin ditimbulkan dapat direduksi secara optimal dan hal ini sesuai
dengan penjelasan pasal 33 UUD 1945 dan ketentuan pasal 27 ayat 2 yang mengatakan bahwa
tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik, (Juli 2014) Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi
Departemen Perdagangan Republik Indonesia, Buku Menuju ASEAN ECONOMIC
COMMUNITY 2015

Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia 2012 Data UMKM
Mubyarto, (2010) Membangun sistem ekonomi, Penerbit BPFE UGM
Prof. Dr. H. Edy S. Hamid, M.Ec (2012), Dinamika Ekonomi Indonesia, Penerbit UII Press