PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING PADA TA

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)

PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING PADA
TARIF JASA RAWAT INAP RUMAH SAKIT
(Studi Pada Rumah Sakit Wiyung Sejahtera Surabaya)
Neni Jayanti
nenyjayanti_20@yahoo.com
Titik Mildawati
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT
The purpose of this research is to find out how the determination of inpatient tariff has been done by
using activity based costing at Wiyung Sejahtera Hospital Surabaya and to find out the great
comparison of the inpatient tariff by using accounting based costing and traditional cost accounting.
Qualitative method is used as the research method. The data which have been obtained from the
hospital only include the 2012 data and the determination of inpatient tariff which is going to be
studied is the general treatment type for room tariff only. The result of the research shows that
inpatient service tariff which has been done by using activity based costing system has been performed
through two stages. On the first stage, the cost is traced to the activities which generate costs and on
the second stage the hospital charges activity costs to product. The calculation of inpatient service
tariff which has been done by using ABC (Accounting Based Costing) has found the amount of room
tariff for VVIP class is Rp 550,000; VIP class is Rp 500,000; 1st class is Rp 400,000; 2nd class is Rp

350,000; and 3rd class is Rp 325,000.
Keywords:

Tariff, Inpatient, Activity Based Costing System
ABSTRAK

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penentuan tarif rawat inap
dengan menggunakan activity based costing pada RS Wiyung Sejahtera Surabaya dan
mengetahui besarnya perbandingan tarif rawat inap dengan menggunakan akuntansi biaya
tradisional dan activity based costing system. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode kualitatif. Data-data yang digunakan dari rumah sakit hanya mencakup data
tahun 2012 dan penentuan tarif rawat inap yang akan diteliti adalah jenis perawatan umum
untuk tarif kamarnya saja. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tarif jasa rawat inap
dengan menggunakan activity based costing system, dilakukan melalui dua tahap. Tahap
pertama biaya ditelusuri ke aktivitas yang menimbulkan biaya dan kemudian tahap kedua
membebankan biaya aktivitas ke produk. Dari perhitungan tarif jasa rawat inap dengan
menggunakan metode ABC diketahui besarnya tarif untuk Kelas VVIP Rp 550.000,-, Kelas
VIP Rp 500.000, kelas I Rp 400.000, Kelas II Rp 350.000 dan Kelas III Rp 325.000.
Kata Kunci : tarif, rawat inap, activity based costing


Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)

2

PENDAHULUAN
Pada organisasi yang berorientasi profit atau yang bertujuan mencari laba, penjualan
adalah sumber utama yang menghasilkan laba. Organisasi seperti itu akan berusaha
menekan jumlah biaya yang dikeluarkan. Begitu pula dengan organisasi yang berorientasi
nonprofit juga tetap berusaha akan meningkatkan penjualan dengan tujuan menjaga
kelangsungan operasional organisasi dan memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya demi
kepuasan konsumen.
Rumah sakit adalah salah satu contoh organisasi yang berorientasi nonprofit. Tugas
utama rumah sakit adalah memberikan jasa pengobatan, perawatan, dan pelayanan
kesehatan. Dalam memberikan jasa pelayanan kesehatan, rumah sakit memperoleh
penghasilan dari pendapatan jasa dan fasilitas yang diberikan, salah satunya adalah jasa
rawat inap, di mana pendapatan dari jasa tersebut didapat dari tarif yang harus dibayar
oleh pemakai jasa rawat inap. Penentuan tarif jasa rawat inap merupakan suatu keputusan
yang sangat penting, karena dapat mempengaruhi profitabilitas suatu rumah sakit.
Berdasarkan kondisi diatas, maka rumah sakit dituntut untuk dapat memanfaatkan
teknologi dan tenaga-tenaga ahli di bidang kesehatan, bidang komunikasi, informasi, dan

bidang transportasi yang dapat mendukung jasa pelayanan kesehatan sehingga rumah sakit
mampu memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik. Pemanfaatan berbagai teknologi
dan tenaga-tenaga ahli membuat biaya operasional yang dikeluarkan rumah sakit menjadi
besar yang akan berdampak pada tarif rawat inap yang tinggi. Untuk mengendalikan biaya,
pihak rumah sakit memerlukan sistem akuntansi yang tepat, khususnya metode
penghitungan penentuan biaya guna menghasilkan informasi biaya yang akurat berkenaan
dengan biaya aktivitas pelayanannya. Selama ini pihak rumah sakit dalam menentukan
harga pokoknya hanya menggunakan sistem biaya tradisional yang penentuan harga
pokoknya tidak lagi mencerminkan aktivitas yang spesifik karena banyaknya kategori yang
bersifat tidak langsung dan cenderung tetap.
Perhitungan harga pokok pada awalnya diterapkan dalam perusahaan manufaktur,
akan tetapi dalam perkembangannya perhitungan harga pokok telah diadaptasi oleh
perusahaan jasa, perusahaan dagang, dan sektor nirlaba. Dalam pasal 3 Surat Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 560/MENKES/SK/IV/2003 tentang Pola Tarif Perjan Rumah
Sakit diperhitungkan atas dasar unit cost dari setiap jenis pelayanan dan kelas perawatan,
yang perhitungannya memperhatikan kemampuan ekonomi masyarakat, standar biaya dan
atau benchmarking dari rumah sakit yang tidak komersil. Kenyataan ini menunjukkan
bahwa pemerintah telah menyadari pentingnya perhitungan harga pokok termasuk dalam
sektor pelayanan kesehatan. Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan pada awal 1900-an
lahirlah suatu sistem penentuan harga pokok berdasarkan aktivitas yang dirancang untuk

mengatasi distorsi biaya. Sistem akuntansi ini disebut Activity based costing (ABC). Dalam
metode ABC, timbulnya biaya disebabkan oleh adanya aktivitas 3 yang dihasilkan produk.
Pendekatan ini menggunakan cost driver yang berdasar pada aktivitas yang menimbulkan
biaya dan akan lebih baik bila diterapkan pada perusahaan yang menghasilkan
keanekaragaman produk.
Rumah Sakit Wiyung Sejahtera (RSWS) Surabaya adalah obyek yang dijadikan sebagai
fokus penelitian. Rumah sakit ini berlokasi di Jl. Kranggan PDAM 1-3, Wiyung Surabaya.
RSWS Surabaya menawarkan berbagai macam pelayanan, yaitu: Pelayanan ICU, Pelayanan
Rawat Inap, IGD, Poliklinik Spesialis, Medical Check Up, Bedah Sentral, Kamar Bersalin,
dan Ruang Isolasi. Untuk pelayanan rawat inap, RSWS Surabaya mempunyai tipe-tipe
kamar yang ditawarkan sesuai dengan tingkat pasien yang ada, yaitu: Kelas III, Kelas II,
Kelas I, VIP, dan VVIP.
Rumah Sakit Wiyung Sejahtera Surabaya menghitung tarif kamar rawat inapnya atas
dasar unit cost. Perhitungan unit cost dilakukan secara terpisah untuk setiap jenis kelas
rawat inap. Cara perhitungannya yaitu dengan menjumlahkan biaya tetap, biaya semi

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)

3


variabel, dan biaya variabel sehingga dihasilkan biaya total. Kemudian biaya total dibagi
dengan jumlah hari rawat inap. Penentuan tarif dengan menggunakan cara tersebut akan
menghasilkan informasi yang kurang akurat dalam menentukan tarif yang harus dibayar
oleh pemakai jasa rawat inap. Berdasarkan latar belakang di atas penelitian ini diberi judul
“Penerapan Activity based costing pada Tarif Jasa Rawat Inap Rumah Sakit Wiyung Sejahtera
Surabaya”.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis mengemukakan rumusan
masalah sbb: (1) Bagaimana penentuan tarif rawat inap pada RS Wiyung Sejahtera Surabaya
dengan menggunakan activity based costing ? (2) Berapa besarnya perbedaan tarif rawat inap
pada RS Wiyung Sejahtera Surabaya dengan menggunakan perhitungan akuntansi biaya
tradisional dan activity based costing?
TINJAUAN TEORETIS
Mulyadi (2007: 10) menjelaskan bahwa definisi biaya adalah pengorbanan sumber
ekonomi yang dihitung dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan
terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Istilah cost atau biaya dapat dinyatakan sebagai kas
atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk memperoleh barang dan jasa yang diharapkan
akan membawa manfaat sekarang atau masa yang akan datang. Hansen dan Mowen (2006:
40) mengatakan biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk
mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau di masa
yang akan datang bagi organisasi. Biaya juga dapat dikatakan sebagai pengorbanan

ekonomis yang dikeluarkan oleh perusahaan yang menghasilkan barang atau jasa, dimana
biaya tersebut dinyatakan dalam bentuk uang (Rangkuti, 2009: 56). Krismiaji (2011:17)
menyatakan bahwa cost atau biaya adalah kas atau ekuivalen kas yang dikorbankan untuk
membeli barang atau jasa yang diharapkan akan memberikan manfaat bagi perusahaan saat
sekarang ataupun yang akan datang.
Biaya dapat digolongkan ke dalam beberapa macam kategori. Penggolongan adalah
proses mengelompokkan secara sistematis atas seluruh elemen yang ada kedalam golongangolongan tertentu yang lebih ringkas untuk memberikan informasi penting. Berikut ini akan
diuraikan jenis biaya berdasarkan penggolongannya. Menurut Mulyadi (2010: 13) biaya
dapat digolongkan menurut:
Pertama Penggolongan biaya menurut objek pengeluaran, Merupakan dasar
penggolongan biaya yang terdiri dari: (a) Biaya bahan baku merupakan bahan yang
membentuk bagian menyeluruh produk jadi. Bahan baku yang digunakan dalam suatu
proses produksi biasanya dikelompokkan atas bahan baku langsung dan bahan baku tidak
langsung atau bahan penolong. Pertimbangan utama dalam pengelompokkan bahan baku
ini adalah kemudahan penelusuran bahan tersebut sampai menjadi barang jadi. (1) Bahan
baku langsung merupakan keseluruhan bahan baku yang diolah menjadi barang jadi dan
dapat ditetapkan langsung pada harga pokok dari barang jadi, atau dengan kata lain
merupakan komponen biaya yang jumlahnya relatif besar dalam menghasilkan output dan
biasanya merupakan bagian integral dari output tersebut. Biaya bahan baku langsung ini
biasanya dianggap sebagai biaya variabel, yaitu biaya yang bergerak secara proporsional

sesuai dengan perubahan volume kegiatan. Berdasarkan teori, biaya bahan baku langsung
terdiri dari harga pokok pembelian bahan baku langsung ditambah semua biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh dan menyiapkannya untuk memasuki proses produksi,
misalnya biaya pengangkutan, biaya bongkar muat, biaya gudang dan biaya asuransi.
Syarat jual beli dan potongan pembelian juga harus diperhatikan. (2) Bahan baku tidak
langsung disebut juga biaya bahan penolong, yaitu bahan baku yang jumlahnya relatif kecil untuk
menghasilkan produk. Penggunaan bahan ini relatif kecil tetapi merupakan bagian dari barang jadi.
(b) Biaya tenaga kerja langsung, Biaya tenaga kerja adalah harga yang dibebankan untuk

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)

4

penggunaan tenaga kerja manusia tersebut. Biaya tenaga kerja pada fungsi produksi
diklasifikasikan atas biaya tenaga kerja langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung.
Biaya tenaga kerja langsung adalah jumlah upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja yang
secara langsung menangani pengolahan bahan baku menjadi produk jadi, sedangkan biaya
tenaga kerja tidak langsung adalah jumlah gaji yang dibayarkan kepada tenaga kerja yang
secara tidak langsung menangani pengolahan bahan. Pada umumnya biaya tenaga kerja
langsung terdiri dari: (1) Gaji dan upah, yaitu uang yang harus dibayarkan kepada setiap

buruh sesuai dengan kontrak kerja, yang dapat dibayar secara harian, mingguan atau
bulanan. (2) Insentif, yaitu yang yang dibayarkan kepada karyawan agar karyawan dapat
bekerja dengan lebih baik. Insentif dapat didasarkan pada waktu kerja, hasil yang
diproduksi, atau kombinasi diantara keduanya. (3) Premi lembur, yaitu upah tambahan
yang diberikan kepada pekerja yang melaksanakan pekerjaan melebihi jam kerja yang
ditentukan. (c) Biaya overhead adalah keseluruhan biaya yang terjadi pada departemen
produksi selain biaya bahan langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Adapun yang
termasuk biaya tidak langsung ialah : (1) Biaya bahan penolong bahan yang bersifat sebagai
bahan pembantu untuk proses pembuatan barang jadi, nilainya relatif kecil dibanding biaya
produksi. (2) Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah biaya untuk tenaga kerja yang
menangani produksi secara tidak langsung dan tidak dapat diidentifikasikan dengan
produk selesai. Biaya ini tidak dikeluarkan secara langsung dalam produksi barang atau
jasa tertentu. (3) Biaya reparasi dan pemeliharaan adalah biaya yang dikeluarkan dalam
rangka untuk menjaga bangunan pabrik dan mesin-mesin agar selalu siap untuk digunakan
dalam proses produksi. Contoh biaya ini adalah suku cadang, pelumas, dan perlengkapan
pabrik lainnya untuk menjaga pabrik dan peralatannya agar dalam kondisi siap pakai. (4)
Biaya yang timbul atas penilaian aktiva tetap Biaya ini sering disebut juga dengan
penyusutan. Contoh biaya ini adalah penyusutan mesin dan penyusutan kendaraan. (5)
Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu adalah biaya yang diperhitungkan pada
akhir periode. Contoh biaya ini adalah biaya asuransi bangunan pabrik, biaya asuransi

mesin dan biaya lain-lain. (1) Biaya yang memerlukan pengeluaran tunai lainnya Biaya
overhead pabrik yang masuk dalam biaya ini ialah biaya listrik, biaya air dan biaya telepon.
Secara umum biaya overhead dibedakan atas: (2) Biaya overhead tetap yaitu biaya overhead
pabrik yang jumlahnya tetap walaupun volume produksinya bervariasi. (3) Biaya overhead
variabel yaitu biaya overhead pabrik yang jumlahnya berubah secara proporsional sesuai
dengan perubahan volume produksi.(4) Penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam
perusahaan: (a) Biaya Produksi, yaitu semua biaya yang berhubungan dengan fungsi
produksi atau kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk selesai. Biaya produksi
dapat digolongkan ke dalam biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead
pabrik. (b) Biaya Pemasaran, adalah biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan
pemasaran produk, contohnya biaya iklan, biaya promosi, dan biaya sampel. (c) Biaya
Administrasi dan Umum, yaitu biaya-biaya untuk mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan
produksi dan pemasaran produk, contohnya gaji bagian akuntansi, dan gaji personalia.
Kedua Penggolongan biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayainya:
(a)Biaya langsung. Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya
adalah karena adanya sesuatu yang dibiayainya. Jika sesuatu yang dibiayainya tersebut
tidak ada, maka biaya langsung ini tidak akan terjadi. (b) Biaya tidak langsung. Biaya tidak
langsung adalah biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang
dibiayainya. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut dengan
istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik (factory overhead costs).

Ketiga Penggolongan biaya menurut perilakunya dalam hubungannya dengan
perubahan volume aktivitas: (a) Biaya variabel. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah
totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. (b) Biaya semivariabel.

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)

5

Biaya semivariabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume
kegiatan.
(c) Biaya semifixed. Biaya semifixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan
tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu. (d)
Biaya tetap. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume
kegiatan tertentu.
Keempat Penggolongan biaya atas dasar jangka waktu manfaatnya: (a) Pengeluaran
modal (capital expenditure). Pengeluaran modal adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih
dari satu periode akuntansi (biasanya periode akuntansi adalah satu tahun kalender). (b)
Pengeluaran pendapatan (revenue expenditure). Pengeluaran pendapatan adalah biaya yang
hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut.
Sistem Akuntansi Biaya Tradisional (Traditional Costing)

Perusahaan penggerak aktivitas tingkat unit (unit activity cost drivers). "Penggerak
aktivitas tingkat unit adalah faktor yang menyebabkan perubahan dalam biaya seiring
dengan perubahan jumlah unit yang diproduksi" (Hansen dan Mowen, 2006:142).
Contoh penggerak aktivitas tingkat unit yang pada umumnya digunakan untuk
membebankan overhead meliputi: unit yang diproduksi, jam tenaga kerja langsung,
biaya tenaga kerja langsung, jam mesin, dan biaya bahan baku langsung. Unit activity
drivers ini membebankan biaya overhead melalui tarif keseluruhan perusahaan dan tarif
departemen.
Tarif keseluruhan perusahaan adalah tarif biaya overhead yang berlaku diseluruh
perusahaan menggunakan satu tarif untuk seluruh operasi untuk membebankan biaya dari
sumber daya tidak langsung pada produk atau jasa. Langkah-langkah yang perlu dilakukan
untuk tarif keseluruhan perusahaan adalah dengan mengakumulasikan biaya overhead
pada satu kesatuan untuk keseluruhan perusahaan yang besar. Setelah biaya-biaya
diakumulasikan ke dalam satu kesatuan untuk keseluruhan perusahaan kemudian tarif
keseluruhan perusahaan dihitung dengan menggunakan driver tunggal yang biasanya
adalah jam kerja langsung. Hasil produksi dianggap menggunakan biaya overhead sesuai
dengan jam kerja langsung yang digunakan.
Tarif departemen adalah metode tarif biaya overhead perdepartemen menggunakan
penggerak berdasarkan volume yang terpisah-pisah untuk menentukan tarif biaya overhead
pada setiap departemen. Untuk tarif departemen, biaya overhead ditransfer ke setiap
departemen dengan menggunakan beberapa metode, yaitu: (a) Direct tracing, biaya
dibebankan secara langsung ke aktivitas. (b) Driver tracing, biaya dibebankan ke aktivitas
melalui resource driver, yaitu basis yang menunjukkan hubungan sebab akibat antara
konsumsi sumber daya denganaktivitas. (c) Allocation, biaya dibebankan ke aktivitas melalui
basis yang bersifat sembarang. Setelah biaya ditransfer ke tiap departemen dengan
menggunakan penggerak aktivitas tingkat unit seperti jam kerja langsung atau jam mesin.
Langkah terakhir yang perlu dilakukan adalah membebankan biaya overhead pada hasil
produksi dengan mengalikan tarif departemen dengan jumlah driver yang digunakan per
departemen.
Pengertian Activity Based Costing
Garrison dan Norren (2000: 148) mendefenisikan “activity based costing adalah system
perhitungan harga pokok produksi yang dirancang untuk menyediakan informasi biaya
bagi manajer untuk pembuatan keputusan strategi dan keputusan lain yang mempengaruhi
kapasitas dan biaya tetap. Menurut Blocher (2005: 222) menyatakan bahwa activity based
costing adalah Perhitungan biaya berdasarkan aktivitas (activity based costing-ABC) adalah
pendekatan perhitungan biaya yang membebankan biaya sumber daya ke objek seperti

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)

6

produk, jasa, atau pelanggan berdasarkan aktivitas yang dilakukan untuk objek biaya
tersebut. Menurut Hansen Mowen (2006:153) sistem biaya berdasarkan aktivitas (activity
based cost – ABC) Pertama tama menelusur biaya aktivitas dan kemudian produk asumsi
yang mendasari adalah bahwa aktivitas aktivitas memakai sumber sumber daya dan
produk sebagai gantinya memakai aktivitas akan tetapi dalam sistem biaya ABC
menekankan penelusuran langsung dan penelusuran penggerak (menekankan hubungan
sebab akibat).
Berikut ini merupakan prosedur-prosedur yang perlu dilakukan dalam penerapan activity
based costing (a) Prosedur tahap pertama. Pada tahap pertama penentuan harga pokok
berdasarkan aktivitas meliputi empat langkah sebagai berikut: (1) Penggolongan berbagai
aktivitas. (2) Menghubungkan biaya dengan aktivitas. (3) Penentuan kelompok-kelompok
biaya (cost pools) yang homogen, dan (4) Penentuan tarif kelompok (pool rate). Langkah
pertama dalam prosedur tahap pertama ABC adalah penggolongan berbagai aktivitas.
Berbagai aktivitas diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok yang mempunyai suatu
interpretasi fisik yang mudah dan jelas serta cocok dengan segmen-segmen proses produksi
yang dapat dikelola. Setelah menggolongkan berbagai aktivitas, maka langkah kedua
adalah menghubungkan berbagai biaya dengan setiap aktivitas. Setelah itu, langkah ketiga
adalah penentuan kelompok-kelompok biaya yang homogen yang ditentukan. Kelompok
biaya homogen (homogenous cost pool) adalah sekumpulan biaya overhead yang
terhubungkan secara logis dengan tugas-tugas yang dilaksanakan dan berbagai macam
biaya tersebut dapat diterangkan oleh cost driver tunggal. Dengan kata lain suatu kelompok
biaya dapat dikatakan homogen apabila aktivitas-aktivitas overhead dapat dihubungkan
secara logis dan mempunyai rasio konsumsi yang sama untuk semua produk. Rasio
konsumsi yang sama menunjukkan eksistensi dari sebuah cost driver. Cost driver yang dipilih
harus mudah dipahami berhubungan langsung dengan aktivitas yang dikerjakan dan
memadai untuk ukuran kinerja. Jika kelompok-kelompok biaya yang homogen telah
ditentukan, maka langkah terakhir adalah penetuan tarif kelompok. Tarif kelompok (pool
rates) adalah tarif biaya overhead per unit cost driver yang dihitung untuk suatu kelompok
aktivitas biaya per unit suatu produk dihitung dengan menjumlahkan total biaya utama
produk ke biaya overhead yang dibebankan dan kemudian membagi biaya total dengan
unit yang diproduksi.
Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan penentuan cost driver adalah
pengidentifikasian aktivitas pada berbagai tingkat. Pada proses ini aktivitas yang luas
dikelompokkan ke dalam empat kategori aktivitas, yaitu: (1) Aktivitas-aktivitas berlevel unit
(unit level activities). Aktivitas yang dilakukan setiap satu kali unit produk diproduksi, besar
kecilnya aktivitas ini dipengaruhi oleh jumlah unit produk yang diproduksi. untuk masingmasing output yang diproduksi. (2) Aktivitas-aktivitas berlevel batch (batch level activities)
Aktivitas yang dilakukan setiap kali suatu batch produk diproduksi,besar kecilnya aktivitas
ini dipengaruhi oleh jumlah batch produk yang diproduksi. (3) Aktivitas-aktivitas berlevel
produk (product level activities) Aktivitas yang dilakukan untuk mendukung berbagai
produk yang diproduksi oleh perusahaan. Aktivitas ini menggunakan masukan (input)
yang bertujuan untuk mengembangkan dan atau memproduksi produk untuk dijual. Biaya
dari aktivitas jenis ini cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah produk
yang berbeda. (4) Aktivitas-aktivitas berlevel fasilitas (facility level activities) Aktivitasaktivitas yang dilakukan untuk mempertahankan proses produksi secara keseluruhan.
Aktivitas ini tidak berhubungan dengan volume atau bauran produk yang diproduksi dan
dimanfaatkan secara bersama oleh berbagai jenis produk yang berbeda. Aktivitas ini
memberikan keuntungan bagi organisasi sampai tingkat tertentu, akan tetapi tidak
memberikan keuntungan untuk satu spesifik produk. (b) Prosedur tahap kedua. Di dalam
tahap yang kedua, biaya-biaya dari setiap overhead pool ditelusuri kembali ke hasil produksi.

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)

7

Ini dilakukan dengan menggunakan pool rates yang dihitung dalam tahap pertama dan
dengan mengukur jumlah sumbersumber yang digunakan oleh setiap hasil produksi.
Pengukuran ini hanyalah jumlah dari activity driver yang digunakan oleh setiap hasil
produksi. Dapat dihitung sebagai berikut:
“Overhead yang dibebankan = tarif kelompok x unit-unit cost driver yang digunakan”.

Pembebanan Biaya ke Aktivitas
Pembebanan biaya pada aktivitas melengkapi tahap awal perhitungan biaya
berdasarkan aktivitas. Pada tahap berikutnya aktivitas diklasifikasikan sebagai primer dan
skunder. Jika terdapat aktivitas skunder, maka tahap berikutnya muncul pada tahap
selanjutnya biaya aktivitas skunder dibebankan pada aktivitas-aktivitas yang memakai

outputnya.
Pembebanan Biaya Pada Produk
Setelah biaya dari aktivitas ditentukan maka biaya tersebut dapat dibebankan pada
produk dalam suatu proporsi sesuai dengan aktivitas penggunaannya, seperti dengan yang
diukur oleh penggerak aktivitas. Pembebanan ini diselesaikan dengan perhitungan suatu
tarif aktivitas yang ditentukan terlebih dahulu dan mengkalikan tarif dengan penggunaan
aktual aktivitas.
Syarat Penerapan Activity Based Costing
Menurut Supriyono (2001: 246), dalam penerapannya penentuan harga pokok dengan
menggunakan sistem Activity based costing (ABC) menyaratkan tiga hal: (1) Perusahaan
mempunyai tingkat diversifikasi yang tinggi. Sistem ABC menyaratkan bahwa perusahaan
memproduksi beberapa macam produk atau lini produk yang diproses dengan
menggunakan fasilitas yang sama. Kondisi yang demikian tentunya akan menimbulkan
masalah dalam membebankan biaya ke masing-masing produk. (2) Tingkat persaingan
industri yang tinggi, yaitu terdapat beberapa perusahaan yang menghasilkan produk yang
sama atau sejenis, maka perusahaan akan semakin meningkatkan persaingan untuk
memperbesar pasarnya. Semakin besar tingkat persaingan maka semakin penting peran
informasi tentang harga pokok dalam mendukung pengambilan keputusan manajemen. (3)
Biaya overhead lebih dominan dibandingkan biaya tenaga kerja langsung. Sistem ABC akan
kehilangan relevansinya bila biaya tenaga kerja langsung lebih dominan dibandingkan
dengan biaya overhead, karena penggunaan akuntansi biaya tradisionalpun akan lebih
akurat.
Perbandingan Biaya Produk Tradisional dan Activity Based Costing
Sistem penentuan harga pokok produk dengan metode konvensional yang berdasarkan
pada volume sangat bermanfaat jika tenaga kerja langsung dan bahan baku merupakan
faktor yang dominan dalam produksi. Sistem penentuan harga pokok produk dengan
metode konvensional mengasumsikan bahwa semua biaya diklasifikasikan sebagai biaya
tetap atau biaya variabel berkaitan dengan perubahan unit atau volume produk yang
diproduksi, maka unit produk atau pendorong lainnya sangat berhubungan dengan unit
yang diproduksi seperti jam tenaga kerja langsung atau jam mesin. Hal ini merupakan satusatunya pendorong yang dianggap penting karena pendorong kegiatan berdasarkan unit
bukan satu-satunya pendorong yang menjelaskan hubungan penyebab. Oleh karena itu
banyak pembebanan biaya produk harus diklasifikasikan sebagai alokasi.
Berdasarkan penjelasan di atas biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung
disebut juga dengan biaya utama (prime cost), sedangkan biaya tenaga kerja langsung dan

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)

8

biaya overhead perusahaan sering pula disebut sebagai biaya konversi (convertion cost), yang
merupakan biaya untuk mengkonversi atau mengubah bahan baku menjadi produk jadi.
Overhead perusahaan (factory overhead) adalah biaya bahan tidak langsung, pekerja tidak
langsung dan semua biaya perusahaanasi lainnya yang tidak dapat dibebankan langsung ke
produk tertentu. Secara sederhana dapat dinyatakan bahwa overhead perusahaan mencakup
semua biaya perusahaanasi kecuali semua yang dicatat sebagai biaya langsung, yaitu bahan
langsung dan pekerja langsung.
Bahan langsung adalah semua bahan yang membentuk bagian integral dari barang jadi
dan yang dapat dimasukkan langsung dalam kalkulasi biaya produk. Pertimbangan utama
dalam mengelompokkan bahan ke dalam bahan langsung adalah kemudahan penelusuran
proses pengubahan bahan tersebut sampai menjadi barang jadi. Tenaga kerja langsung
adalah karyawan yang dikerahkan untuk mengubah bahan langsung menjadi produk jadi.
Biaya ini meliputi gaji para karyawan perusahaan yang dapat dibebankan kepada produk
tertentu. Akuntansi biaya konvensional (tradisional) memiliki kelebihan dan kekurangan.
Adapun kelebihan dari akuntansi biaya konvensional ini adalah sebagai berikut.
Pertama Mudah diterapkan, sistem akuntansi biaya konvensional tidak banyak
menggunakan cost driver, dalam mengalokasikan biaya produksi tidak langsung sehingga
memudahkan manajemen dalam melakukan perhitungan.
Kedua Mudah diaudit. Biaya produksi tidak langsung dialokasikan berdasarkan volume
based measured, sehingga memudahkan auditor dalam melakukan proses audit.
Kekurangan dari sistem akuntansi biaya tradisional ini adalah sebagai berikut.
Ketiga Dapat mendistorsi biaya produk. Beberapa penyebab distorsi biaya adalah
sebagai berikut. (a) Biaya overhead tidak ditelusuri ke produk secara individual. (b) Total
komponen biaya overhead dalam suatu biaya produksi senantiasa terus menigkat. Pada saat
persentase biaya overhead semakin besar, maka distorsi biaya produk pun menjadi besar. (c)
Banyak kegiatan yang termasuk dalam biaya administrasi dan penjualan yang sebenarnya
dapat ditelusuri ke produk.
Keempat Berorientasi fungsional. Biaya diakumulasikan berdasarkan item lini,
kemungkinan berdasarkan fungsi seperti perekayasaan dalam setiap item lini. Orientasi
fungsi ini tidak cocok dengan realitas fungsional silang yang sering digunakan pada
perusahaan manufaktur. Beberapa faktor yang mengakibatkan suatu sistem biaya menjadi
usang adalah adanya otomatisasi, yaitu perkembangan teknologi pemanufakturan,
kompetisi yang intensif, penyederahanaan proses manufaktur (product just in time). Activity
based costing system adalah sistem yang terdiri atas dua tahap, yaitu tahap pertama melacak
biaya pada berbagai aktivitas, dan tahap kedua membebankannya ke berbagai produk.
Penentuan harga pokok produk secara konvensional juga melibatkan dua tahap, namun
pada tahap pertama biaya-biaya tidak dilacak ke aktivitas melainkan ke suatu unit
organisasi misalnya perusahaan, atau departemen-departemen. Baik pada sistem
konvensional maupun activity based costing, tahap kedua meliputi pelacakan biaya ke
berbagai produk. Perbedaan prinsip perhitungan dari kedua metode tersebut adalah jumlah
cost driver yang digunakan. Sistem penentuan harga pokok dengan ABC menggunakan cost
driver yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan sistem konvensional yang hanya
menggunakan satu atau dua cost driver berdasarkan unit.
Pengertian Biaya Overhead Perusahaan
Menurut Armanto (2006: 47) definisi biaya overhead perusahaan adalah semua biaya
perusahaanasi selain dari bahan baku dan buruh langsung (biaya pemeliharaan, biaya
penyusutan gedung, dsb).
Biaya overhead perusahaan memiliki dua ciri khas yang harus dipertimbangkan dalam
pembebanannya pada hasil produksi secara layak. Ciri-ciri ini menyangkut hubungan
khusus antara overhead perusahaan dengan (1) produk itu sendiri dan (2) jumlah volume

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)

9

produksi. Berbeda dengan bahan langsung dan upah (buruh) langsung, biaya overhead
perusahaan merupakan bagian yang tidak berwujud dari barang jadi. Ciri kedua
menyangkut perubahan sebagian unsur biaya overhead karena adanya perubahan volume
produksi, yaitu overhead bisa bersifat tetap, variabel atau semivariabel.
Biaya overhead perusahaan diklasifikasikan menjadi tiga kelompok berdasarkan
karakteristiknya dalam hubungannya dengan produksi. Tiga kelompok tersebut adalah: (1)
Biaya Overhead Variabel (Variabel Factory Overhead Cost). Total biaya overhead variabel
berubah-ubah sebanding dengan unit yang diproduksi, yaitu semakin besar unit yang
diproduksi, semakin tinggi total biaya variabelnya. Biaya variabel per unit konstan
walaupun produksi berubah. (2) Biaya Overhead Tetap (Fixed Factory Overhead Cost). Total
biaya overhead perusahaan tetap adalah konstan dalam tingkat hasil tertentu, tanpa
dipengaruhi oleh adanya perubahan tingkat produksi sampai suatu tingkat hasil tertentu
(relevan range). Contoh biaya overhead perusahaan tetap adalah sewa gedung perusahaan. (3)
Biaya Overhead Semivariabel. Biaya overhead semivariabel adalah biaya yang sifatnya tidak
semuanya tetap dan juga tidak semuanya variabel, tetapi mempunyai karakteristik
keduanya. Biaya overhead perusahaan semivariabel akhirnya harus dipisahkan ke komponen
biaya tetap atau biaya variabel untuk keperluan perencanaan dan pengendalian.
Activity Based Costing untuk Perusahaan Jasa
Departemen jasa menurut Garrison (2000: 206) adalah “Semua yang meliputi
departemen-departemen yang tidak langsung berkaitan dengan aktivitas operasi suatu
organisasi.” Departemen jasa berfungsi sebagai penyedia jasa atau membantu penyediaan
aktivitas-aktivitas yang diperlukan dalam operasi organisasi. Prinsip utama penerapan
activity based costing system baik untuk departemen jasa maupun untuk perusahaan jasa
tidak berbeda. Kedua organisasi tersebut (departemen jasa dan perusahaan jasa) sama-sama
menghasilkan produk yang sulit untuk diidentifikasikan.
Penerapan activity based costing system pada perusahaan jasa disebabkan karena
perusahaan jasa menghasilkan produk yang tidak berwujud (intangible) dan bervariasi
sehingga menimbulkan kesulitan dalam menentukan biaya aktivitas. dalam menghasilkan
jasa tersebut. Menggunakan activity based costing system dalam organisasi jasa pada dasarnya
merupakan tindakan untuk mengatur aktivitas yang berhubungan dengan jasa. Manajemen
aktivitas ini berdasarkan prinsip bahwa proses aktivitas atau usaha akan mengkonsumsi
sumber daya sedangkan service costing ditentukn dengan cara menelusuri secara lebih
spesifik terhadap support cost (biaya pendukung) yang secara tradisional dialokasikan ke
semua produk jasa melalui direct basis, misalkan tenaga kerja langsung, pemakaian peralatan
atau persediaan. Sedangkan dalam activity based costing system, diperlukan penelusuranpenelusuran aktivitas pembantu ke masing-masing produk jasa.
Cost Driver
Landasan penting untuk menghitung biaya berdasarkan aktivitas adalah dengan
mengidentifikasi pemicu biaya atau cost driver untuk setiap aktivitas. Pemahaman yang
tidak tepat mengenai pemicu akan mengakibatkan ketidaktepatan pada pengklasifikasian
biaya, sehingga menimbulkan dampak bagi manajemen dalam mengambil keputusan.
Jika perusahaan memiliki beberapa jenis produk maka biaya overhead yang terjadi
ditimbulkan secara bersamaan oleh seluruh produk. Hal ini menyebabkan jumlah overhead
yang ditimbulkan oleh masing-masing jenis produk harus diidentifikasi melalui cost driver.
Cost driver adalah kejadian atau aktivitas yang menyebabkan atau berakibat keluarnya
biaya. Dalam ABC sistem, hal terpenting adalah mengidentifikasikan cost driver. Terdapat
tiga faktor penting dalam memilih cost driver yang tepat. (1) Degree of correlation (tingkat
korelasi). Konsep dasar ABC adalah membebankan biaya-biaya dari setiap aktivitas ke lini
produk, berdasarkan pada bagaimana setiap lini produk mengkonsumsi cost driver. Oleh

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)

10

karena itu, keakurataan pengalokasian setiap biaya tergantung pada tingkat korelasi antara
konsumsi aktivitas dan konsumsi cost driver. (2) Cost measurement. Perancangan sistem
informasi memerlukan cost benefit trade offs. Jumlah activity cost pool yang terdapat dalam
suatu sistem ABC yang lebih banyak memerlukan cost driver, menyebabkan biaya
implementasi menjadi lebih besar. Namun demikian, korelasi yang tinggi antara cost driver
dan konsumsi sesungguhnya dari setiap aktivitas menyebabkan perhitungan harga pokok
semakin akurat.
Rumah Sakit
Rumah sakit adalah sebuah institusi yang bertugas untuk memberikan layanan jasa
kesehatan. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
menyebutkan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perseorangan secara paripurna, meliputi promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif, yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
dan gawat darurat. Rumah sakit merupakan salah satu institusi penting dalam rangka
mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.
Rerangka Pemikiran
Industri yang akan diteliti pada penelitian ini adalah industri jasa. Industri jasa adalah
suatu jenis usaha yang outputnya berupa pelayanan kepada pelanggan. Obyek yang diteliti
untuk industri jasa adalah tarif kamar rawat inap pada sebuah rumah sakit. Berdasarkan
kajian teoritis, maka dapat diajukan kerangka berfikir tentang bagaimana penerapan sistem
Activity based costing (ABC) dalam penghitungan tarif rawat inap pada rumah sakit dan
membandingkan perbedaan antara tarif rumah sakit yang dihitung menggunakan metode
konvensional dengan tarif rumah sakit yang dihitung menggunakan metode ABC.
Proporsisi Penelitian
Menurut Sony Sumarsono (2004: 27) proporsisi adalah pernyataan tentang sifat dari
realitas yang dapat diuji kebenarannya. Jika proporsisi sudah dirumuskan sedemikian rupa
dan sementara diterima untuk diuji kebenarannya proporsisi tersebut dinamakan hipotesa.
Melalui proporsisi inilah dapat disusun suatu teori dan sekaligus dapat dilakukan formulasi
hipotesa:
Berdasarkan permasalahan proporsisi yang diajukan adalah: (1) Membandingkan harga
rawat inap dengan metode ABC dengan metode tradisional. (2) Penerapan ABC berfungsi
sebagai ukuran layaknya harga tersebut di tentukan sebagai tarif yang tepat. (3) Pemilihan
metode dan prosedur yang digunakan untuk kegiatan ABC dapat menghasilkan
perencanaan dan untuk membantu masyarakat mendapatkan harga yang lebih akurat dan
optimal untuk tarif rumah sakit
METODE PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah jenis penelitian ini merupakan penelitian yang
menggunakan metode kualitatif, melalui studi kasus penelitian kualitatif dapat di
definisikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
(menggambarkan sifat sesuatu yang telah berlangsung pada saat study) berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari narasumber dan perilaku yang diamati. Rumah Sakit Wiyung
Sejahtera (RSWS) Surabaya adalah obyek yang dijadikan sebagai fokus penelitian. Rumah
sakit ini berlokasi di Jl. Karangan PDAM 1-3, Wiyung Surabaya

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)

11

Teknik Pengumpulan Data
Studi lapangan dapat dilakukan dengan: (a) Survey pendahuluan Menurut Amin
Widjaja Tunggal (2000:16) survey pendahuluan harus dilakukan peneliti, selama fase ini
peneliti melakukan penilaian pendahuluan atas aktivitas yang akan diuji, pada fase ini juga
pertanyaan yang relevan dapat diajukan kepada manajemen operasi dan operasi aktual
yang diamati. Informasi yang harus diperoleh adalah rencana, anggaran, dan pengukuran
lain serta sistem yang dipercayai oleh manajemen untuk memonitor kinerja.(1) Studi
lapangan Penelitian ini melakukan pengumpulan data-data yang dibutuhkan dalam
penelitian dengan cara melakukan tinjauan secara langsung pada objek penelitian
pengumpulan data-data tersebut dilakukan dengan cara sebagai berikut: (2) Wawancara
Yaitu dengan cara mengadakan tanya jawab secara langsung staf rumah sakit yang bekerja
pada bagian akuntansi, yaitu Apri Sukmawati, SE. Pertanyaan yang disampaikan antara lain
terkait dengan: (a) Gambaran umum rumah sakit; (b) Jumlah pasien pengguna rumah sakit,
jumlah hari pasien, dan fasilitas yang digunakan; (c) Jenis-jenis layanan yang ada di rumah
sakit; (d) Prosedur pelayanan rumah sakit, khususnya untuk layanan rawat inap; (e)
Aktivitas yang dilakukan rumah sakit untuk memberikan layanan kepada pasien; (f)
Fasilitas yang ada untuk setiap layanan rumah sakit; (g) Biaya yang dibebankan untuk
setiap layanan yang ada di rumah sakit (3) Dokumentasi Teknik pengumpulan data dengan
cara melihat data-data rumah sakit seperti sejarah penelitian, profil yang akan diteliti, lokasi
penelitian visi dan misi rumah sakit, tujuan didirikan rumah sakit, struktur organisasi,
aktivitas rumah sakit. (4) Observasi Teknik pengumpulan data melalui pengamatan
langsung terhadap objek penelitian dapat membantu responden untuk menjawab
pertanyaan yang dirasakan tidak atau kurang mampu menjawabnya. Disini peneliti
mengamati secara langsung aktivitas rawat inap sampai dengan penggunaan fasilitas juga
mengambil data yang akan diteliti adapun data-data berikut : (a) Data pendukung jumlah
pasien tahun 2012; (b) Data pendukung lama hari pasien selama tahun 2012; (c) Data tarif
rawat inap kelas 1,2, 3, VIP, dan VVIP selama tahun 2012.
Satuan Kajian
Activity based costing adalah pendekatan perhitungan biaya yang membebankan biaya
sumber daya ke objek biaya berdasarkan aktivitas yang dilakukan untuk objek biaya
tersebut. Tarif pelayanan adalah jumlah biaya pelayanan yang akan dibayar oleh pasien
setelah selesai menjalani perawatan rawat inap dimana besarnya tarif pelayanan yang
berbeda-beda tergantung dari jenis kamar yang digunakan. Jasa pelayanan adalah
pelayanan rumah sakit termasuk sektor jasa pelayanan publik yang dimiliki tujuan
utamanya memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dari hasil penelitian didapatkan data
tarif dari rumah sakit adalah sbb : (1) Penentuan tarif jasa rawat inap RS. Wiyung Sejahtera.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis, diperoleh keterangan bahwa RS.
Wiyung Sejahtera menghitung tarif kamar rawat inapnya atas dasar unit cost. Perhitungan
unit cost dilakukan secara terpisah untuk setiap jenis kelas rawat inap. Cara perhitungannya
yaitu dengan menjumlahkan biaya tetap, biaya semi variabel, dan biaya variabel sehingga
dihasilkan biaya total. Kemudian biaya total dibagi dengan jumlah hari rawat inap. Dalam
penentuan tarif jasa rawat inap, pihak manajemen RS. Wiyung Sejahtera memiliki beberapa
pertimbangan antara lain, yaitu: (a) Survey harga pasar (tarif pesaing). Penyesuaian tarif ini
merupakan hal penting dalam penentuan tarif. (b) Keadaan sosial masyarakat. Dalam
penentuan tarif, rumah sakit harus memperhitungkan kemampuan ekonomi masyarakat
umum.

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)

12

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian didapatkan data internal fasilitas rawat inap dari rumah sakit
wiyung sejahtera seperti tabel 1 dibawah ini :

Kelas

VVIP

VIP

Kelas I

Kelas II

Tabel 1
Fasilitas Untuk Ruangan Rawat Inap RSWS
Kamar
Fasilitas
3 kali makan, 2 kali snack (2 orang)
Kamar mandi, shower bath
A-15
Ekstra bed penunggu
AC, TV, Kulkas, Lemari, Telepon
1 set kursi tunggu
3 kali makan, 2 kali snack (2 orang)
Kamar mandi, shower bath
A-9, B-6
Ekstra bed penunggu
AC, TV, Kulkas, Lemari, Telepon
1 set kursi tunggu
3 kali makan, 2 kali snack (2 orang)
Kamar mandi, shower bath
A-10
Ekstra bed penunggu
AC, TV, Kulkas, Lemari, Telepon
1 set kursi tunggu
3 kali makan, 1 kali snack
Kamar mandi
A-8, A-11
AC, TV, Lemari, Telepon
2 bed/kamar
3 kali makan, 1 kali snack
Kamar mandi
A-3
AC, TV, Lemari, Telepon
2 bed/kamar
3 kali makan, 1 kali snack
Kamar mandi
B-5
AC, TV, Lemari, Telepon
2 bed/kamar
3 kali makan, 1 kali snack
Kamar mandi
A-7, A-12, A-4
AC, lemari
3 bed/ kamar
3 kali makan, 1 kali snack
Kamar mandi
A-1, A-2
Kipas Angin, lemari
3 bed/ kamar
3 kali makan, 1 kali snack
B-1, B-2
Kamar mandi
AC, lemari

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)

13

B3

B-4, B7

Kelas III

A-5

A-6

A-4

3 bed/ kamar
3 kali makan, 1 kali snack
Kamar mandi
AC, lemari
2 bed/ kamar
3 kali makan, 1 kali snack
Kamar mandi
AC, lemari
3 bed/ kamar
3 kali makan, 1 kali snack
Kamar mandi
Kipas Angin, lemari
2 bed/ kamar
3 kali makan, 1 kali snack
Kamar mandi
AC, lemari
5 bed/ kamar
3 kali makan, 1 kali snack
Kamar mandi
AC, lemari
4 bed/ kamar

Sumber: Data Internal RSWS, 2013

Menjelaskan tentang fasilitas untuk masing-masing kelas yang ada di Rumah Sakit
Wiyung Surabaya. Setiap kelas terdiri dari beberapa kamar dengan fasilitas yang terkadang
berbeda antara kamar yang satu dengan kamar yang lain. Perbedaan fasilitas ini
mengakibatkan perbedaan tarif untuk masing-masing kamar.
Adapun besarnya tarif tiap kelas jasa yang ditetapkan untuk masing-masing kelas dan
kamar pada Rumah Sakit Wiyung Surabaya dapat dilihat pada Tabel 2 dibawah ini:
Tabel 2
Tarif Jasa Rawat Inap RS. Wiyung Sejahtera Surabaya Tahun 2012-2013
Kelas
Kamar
Tarif
Kamar (Rp500.000,-/hari)
VVIP
A-15
Dokter spesialis (Rp175.000,-/visit)
Kamar (Rp400.000,-/hari)
A-9, B-6
Dokter spesialis (Rp125.000,-/visit)
VIP
Kamar (Rp375.000,-/hari)
A-10
Dokter spesialis (Rp125.000,-/visit)
Kamar (Rp250.000,-/hari)
A-8, A-11
Dokter spesialis (Rp100.000,-/visit)
Kamar (Rp200.000,-/hari)
Kelas I
A-3
Dokter spesialis (Rp100.000,-/visit)
Kamar (Rp250.000,-/hari)
B-5
Dokter spesialis (Rp100.000,-/visit)
Kelas II
A-7, A-12, A-4 Kamar (Rp125.000,-/hari)

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)

14

Kelas

Kamar
A-1, A-2
B-1, B-2
B3
B-4, B7

Kelas III

A-5
A-6
A-4

Tarif
Dokter spesialis (Rp80.000,-/visit)
Kamar (Rp110.000,-/hari)
Dokter spesialis (Rp80.000,-/visit)
Kamar (Rp125.000,-/hari)
Dokter spesialis (Rp80.000,-/visit)
Kamar (Rp75.000,-/hari)
Dokter spesialis (Rp70.000,-/visit)
Kamar (Rp65.000,-/hari)
Dokter spesialis (Rp70.000,-/visit)
Kamar (Rp65.000,-/hari)
Dokter spesialis (Rp70.000,-/visit)
Kamar (Rp75.000,-/hari)
Dokter spesialis (Rp70.000,-/visit)
Kamar (Rp75.000,-/hari)
Dokter spesialis (Rp70.000,-/visit)

Sumber: RS. Wiyung Sejahtera

Tabel 2 adalah tabel tarif ruangan ruangan rawat inap untuk berbagai jenis kelas
ruangan yang ada di Rumah Sakit Wiyung Surabaya. Terdapat lima jenis ruangan di RSWS,
yaitu VVIP, VIP, Kelas I, Kelas II, dan Kelas III. Tarif untuk kamar terkadang mengalami
perbedaan meskipun masih masuk dalam kategori satu kelas.
Data mengenai jumlah pasien rawat inap dan jumlah hari pasien rawat inap disajikan
pada Tabel 3 dan Tabel 4.
Tabel 3
Data Jumlah Pasien Rawat Inap Tahun 2012
Kelas
Bulan
Kelas I
Kelas II
Kelas III
VIP VVIP Total
Januari

38

56

54

14

2

164

Februari

33

47

72

9

3

164

Maret

36

63

70

4

2

175

April

32

60

97

13

4

206

Mei

30

65

69

9

3

176

Juni

18

58

52

20

4

152

Juli

16

58

60

19

4

157

Agustus

18

48

59

11

5

141

September

21

41

61

13

2

138

Oktober

17

54

53

13

3

140

November

20

33

42

28

4

127

Desember

14

50

59

14

5

142

Total

293

633

748

167

41

1882

Sumber: Rs. Wiyung Sejahtera

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)

15

Tabel 3 menunjukkan data pengunjung rumah sakit selama tahun 2012. Berdasarkan
data yang ada dapat dilihat bahwa jumlah pasien setiap bulannya berada di atas 100 orang
pasing. Jumlah terkecil pada bulan November 2012 dengan jumlah pasien sebesar 127 orang,
sementara itu jumlah terbanyak pada bulan April 2012 dengan jumlah pasien sebesar 206
orang.
Tabel 4
Data Jumlah Hari Menginap Pasien Tahun 2012
Bulan

Kelas
Kelas I

Kelas II

Kelas III

VIP

VVIP

Total

Januari

114

224

165

53

9

565

Februari

99

187

358

37

14

695

Maret

108

189

253

14

9

573

April

96

178

486

56

18

834

Mei

90

196

274

37

13

610

Juni

108

175

207

84

19

593

Juli

64

198

215

78

17

572

Agustus

72

186

236

47

21

562

September

28

163

185

52

9

437

Oktober

68

215

158

52

13

506

November

80

130

169

113

18

510

Desember

56

251

236

59

21

623

983

2292

2942

682

181

7080

Jumlah bed

8

21

19

3

1

52

Hari/tahun

365

365

365

365

365

365

2920

7665

6935

1095

365

18980

33,66%

29,90%

42,42%

62,28%

49,59%

37,30%

Total

Bedxhari
BOR

Sumber: RS. Wiyung sejahtera

Tabel 4 menunjukkan jumlah hari pasien menginap di rumah sakit. Jumlah hari pasien
menginap di rumah sakit paling sedikit adalah pada bulan September 2012 dengan jumlah
437, sementara itu jumlah hari meninap pasien paling banyak adalah pada bulan April 2012
dengan jumlah 834 hari perawatan. Rata-rata BOR (Bed Occupancy Rate) untuk tahun 2012
adalah sebesar 37,30%. Nilai masih rendah karena nilai BOR yang ideal adalah antara 60%80%.
Perhitungan Tarif Rawat Inap Dengan Activity Based Costing
Tahapan dalam melakukan perhitungan tarif tersebut adalah sebagai berikut: Pertama
mengidentifikasi aktivitas-aktivitas : (a) Aktivitas Pelayanan Administrasi Umum dilakukan
ketika pasien tersebut dinyatakan perlu untuk dirawat inap. Aktivitas ini seperti registrasi
nama, alamat, jenis penyakit, dan tipe kamar yang dipilih untuk rawat inap.( b) Aktivitas
Pelayanan Perawatan Pasien dilakukan oleh perawat, seperti mengantarkan pasien ke

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)

16

kamar rawat inap, mencatat perkembangan kesehatan pasien, melakukan tensi, dan
memberikan pertolongan pada pasien jika pasien membutuhkan bantuan. (c) Aktivitas
Visite Dokter ini adalah aktivitas kunjungan dokter setiap hari untuk mengontrol kesehatan
pasien rawat inap. (d) Aktivitas penginapan pasien adalah aktivitas pasien menggunakan
fasilitas yang ada pada kamar rawat inap. (e) Aktivitas Pelayanan Pencucian atau Laundry
adalah aktivitas pelayanan rumah sakit kepada pasien berupa pencucian seprei, selimut,
dan sarung bantal (f) Aktivitas Pelayanan Pembersihan Kamar atau Cleaning service
Aktivitas pelayanan adalah aktivitas pelayanan rumah sakit kepada pasien dengan
membersihkan kamar pasien, menyapu, dan mengepel lantai. (g) Aktivitas pelayanan
pemberian makan pasien adalah aktivitas pelayanan rumah sakit kepada pasien dengan
menyediakan makanan sebanyak 3 kali dalam sehari. (h) Aktivitas pemeliharaan bangunan
adalah aktivitas berupa pengecetan dan renovasi yang dilakukan tiap tahun secara rutin
oleh rumah sakit. Aktivitas pemeliharaan bangunan merupakan pengganti biaya
penyusutan karena rumah sakit tidak melakukan penyusutan pada bangunannya.
Kedua melakukan analisis tarif rawat inap rumah sakit dan mengidentifikasi aktivitas
dengan menggunakan rumus sebagai berikut : “Tarif per unit = Total Biaya Aktivitas /
Cost driver”; (b) Menghitung biaya overhead yang dibebankan pada masing-masing kelas
dengan cara: “BOP yang dibebankan = tarif cost driver per unit x driver yang digunakan
oleh masing-masing kelas rawat inap”; (c) Menjumlahkan seluruh biaya aktivitas yang
telah dikelompokkan. (d) Membaginya total biaya aktivitas masing-masing kelas rawat inap
dengan jumlah hari rawat inap di masing-masing kelas.
Dari rumus diatas maka dapat diperoleh hasil dari setiap kamar yang dihitung untuk
setiap kelas total biaya kelas Vvip, Vip, III, II, I seperti pada tabel 5-9 :
Tabel 5
Total Biaya Aktivitas Kelas VVIP
Tarif Per Unit
Driver
(cost driver)

Aktivitas
Aktivitas pelayanan
Administrasi umum
72.428,7
Aktivitas pelayanan
perawatan pasien
197.533,0
Aktivitas visit Dokter
37.781,0
Aktivitas penginapan
Pasien
Aktivitas pelayanan
pencucian/ laundry
36.270,0
Aktivitas pelayanan
pembersihan/ Cleaning
196.619,74
service
Aktivitas pelayanan
24.580,89
pemberian makan
Aktivitas pemeliharan
Bangunan
70.970,39
Total biaya aktivitas dibebankan ke kelas VVIP
Jumlah hari pakai
Tarif rawat inap

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25