Presiden Wanita dalam Perspektif Media

Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

Presiden Wanita dalam Perspektif Media

Aning Sofyan Sadikin

ABSTRACT

This controversy looks like never ending: Did Islam permitt a woman to become a president? Before SI 2001, the polemic of that problem still happened, even more strict. It is not strange if mass media gave bigger covering on that issue. This research tries to describe news covering on two ideological different national newspapers, Republika and Kompas, periode June until July 2001.

Kata kunci: presiden wanita, republika, kompas

1. Pendahuluan

Lemhanas, sebagaimana dikutip Republika (10 Juli 2001) bahwa “kita sudah pilih orang” untuk

Dikeluarkannya memorandum II yang menjadi presiden. berlanjut dengan digelarnya Sidang Istimewa (SI)

Sebenarnya, kesiapan Megawati menjadi MPR RI untuk meminta pertanggungjawaban Presiden RI, bukanlah kali ini saja. Tetapi, juga Presiden KH. Abdurrahman Wahid merupakan sudah mengemuka sejak Kongres PDIP yang suatu peristiwa atau event yang menjadi sumber mengantarkan Megawati kembali menjadi Ketua daya (resources) bagi isi berita media massa, antara Umum PDIP dan mengamanatkan bahwa calon bulan Mei sampai menjelang 01Agustus 2001. Presiden RI dari PDIP pasca Pemilu 1999 adalah Akan tetapi, karena sesuatu hal, SI diselenggarakan Megawati Soekarnoputri. Ini dibuktikan dengan pada 21 Juli 2001.

walk out-nya perjuangan F-PDIP pada Sidang Menarik untuk dicermati dalam kurun waktu Umum MPR RI tahun 2000. Sebagai peraih suara tersebut, pemberitaan tentang Wapres Megawati terbanyak Pemilu 1999, dengan kursi yang paling Soekarnoputri menjadi Presiden RI, menyusul banyak di parlemen, sebetulnya F-PDIP berpeluang ditolaknya pertanggungjawaban Presiden KH. besar menjadikan Megawati Soekarnoputri menjadi Abdurrahman Wahid pada SI MPR RI. Hal ini sudah Presiden RI, ketika itu. Tetapi, akibat skenario terlaksana, mengingat sikap Wapres Megawati dan kelompok poros tengah, yang kurang menghendaki juga sikap partainya (PDIP) yang sudah tidak mau Megawati Soekarnoputri menjadi Presiden RI, kompromi lagi dengan presiden. Inisiatif Gus Dur dengan alasan wanita menjadi Presiden masih gagal mengadakan pertemuan pimpinan parpol di menjadi perdebatan di antara para ulama, terlebih Istana Bogor, 9 Juli 2001, hanya dihadiri oleh Ketua di negara kita, maka jadilah, ketika itu, KH. PKB, Matori Abdul Jalil, antara lain, disebabkan Abdurahman Wahid menjadi Presiden RI yang ke- oleh pernyataan wapres yang juga Ketua Umum empat. DPP PDIP, Megawati Soekarnoputri, di sela acara

Hal-hal yang dikemukakan tersebut, tidak

Aning Sofyan Sadikin. Presiden Wanita dalam Perspektif Media

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum

dia massa (surat kabar) memegang peranan

wanita, karena Allah telah melebihkan sebagian dari

penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain, dan

di manapun mereka berada.

karena mereka (laki-laki) telah menafkah sebagian

Runtuhnya rezim Orde Baru dan munculnya

dari harta mereka. Sebab itu, maka wanita yang

sosok Megawati, telah menumbuhkan kepercayaan

saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara

di kalangan masyarakat Indonesia bahwa Mega

diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah

layak tampil sebagai presiden. Selain itu, Mega

telah memelihara (mereka) wanita yang kamu

yang sering di cap mewarisi kharisma bapaknya,

kuatirkan nusuz-nya, maka nasihatilah mereka dan

Proklamator RI, Ir. Soekarno, yang kemudian pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan

pukullah mereka. Kemudian, jika mereka

menjadi salah satu pemimpin partai politik (PDIP)

menaatimu, maka janganlah mencari-cari jalan untuk

dan membawa PDIP sebagai pemenang pada

menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha

Pemilu 1999. Selain berita kemenangan partainya,

Tinggi lagi Maha Besar.”

sejarah tampilnya megawati ke pentas politikpun, Kandungan ayat di atas, menerangkan bahwa tidak luput mendapat perhatian serius dari media. keberadaan laki-laki atas perempuan adalah Hadirnya putri sulung Bung Karno ke pentas politik pemimpin. Ayat di atas merupakan suatu dalil yang bermula dari perlawanannya menghadapi terhadap penolakan kepemimpinan wanita. Selain tirani Orde Baru yang secara logika sulit itu, secara tegas Persatuan Islam (Persis), sebagai ditumbangkan, merupakan nilai plus yang meraih organisasi kemasyarakatan Islam, mengeluarkan simpati rakyat, seperti kasus 27 Juli 1996. fatwa tentang hukum wanita menjadi seorang Polemik tentang presiden wanita (pro-kontra pemimpin, yang secara tegas menyatakan presiden wanita), menjadikan media massa sebagai penolakannya. Di lain pihak, NU terbagi dua, yaitu ajang perebutan pengaruh, sekaligus juga ada yang menolak dan mendukung kepemimpinan komoditas politik dalam menyikapi kemungkinan

wanita.

Megawati menjadi presiden wanita pertama di Dalam Hadis Nabi Muhammad Saw yang negeri ini. Perlombaan pembentukan opini tentang diriwayatkan Imam Bukhari, menegaskan, “Tidak sah tidaknya wanita menjadi pemimpin negara akan sukses suatu kaum yang mengangkat seorang dalam pandangan Islam yang dilakukan oleh wanita sebagai pemimpin”. beberapa media massa, mengakibatkan langkah Dari hadis tersebut di atas, sangat tegas dan Mega, pasca Pemilu 1999, sesaat tertahan menjadi jelas bahwa kalau wanita diangkat menjadi Presiden, meskipun PDIP sebagai pemenang pemimpin, tunggulah saat kehancuran kaum Pemilu 1999. Tetapi, setelah dikeluarkannya memo- tersebut. Di sisi lain, pandangan yang mengatakan randum II yang berlanjut pada rekomendasi Sidang tidak ada larangan bagi wanita untuk memimpin Istimewa MPR RI, peluang Megawati untuk naik negara, juga merujuk kepada dalil bahwa laki-laki menjadi Presiden RI terbuka kembali, walaupun dan wanita adalah makhluk Tuhan yang masih ada yang mempersoalkan sah atau tidaknya mempunyai kedudukan dan hak yang sama, wanita menjadi Presiden di sebuah negara dengan sehingga tidak masalah apabila kaum perempuan mayoritas rakyatnya beragama Islam. turut berperan dalam perpolitikan dan Pandangan terhadap presiden wanita, banyak pemerintahan baik eksekutif maupun legislatif. dilakukan oleh kalangan umat beragama, Perbedaan pandangan tersebut dijadikan khususnya agama Islam. Hal ini mengingat masih wacana dalam proses demokratisasi di Indonesia terdapatnya perbedaan yang cukup tajam terhadap saat ini. Perbedaan-perbedaan ini sesuatu yang fiqih tentang kemungkinan wanita menjadi biasa dalam iklim berdemokrasi. Dengan perbedaan pemimpin negara. Dalam sudut pandang syariah,

366 M EDIA T OR, Vol. 9 No.2 Desember 2008

Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

ini, kalangan politisi ternyata tidak tinggal diam. Pemberitaan surat kabar pada dekade ini, Mereka berupaya merekayasa sedemikian rupa, bagaikan kuda lepas dari kandangnya; meloncat- sehingga hal tersebut dijadikan komoditas politik loncat berlari tanpa arah dan mendengus-dengus yang mengarah kepada kemenangan politik kemana saja (Kompas, 9 Februari 1999) dalam Alex tertentu.

Sobur (2001:viii). Bingkai demokratisasi yang lepas K.H. Ilyas Ruchiat dalam wawancara dengan dari peraturan yang berlaku ini, tercermin dari Majalah Forum, bertajuk “Ulama yang Menolak bebasnya orang berpendapat yang cenderung Lebih Banyak”, walaupun terkesan malu-malu, mengabaikan koridor tata budaya yang berlaku. pada hakikatnya wanita tidak bisa jadi pemimpin.

Kontroversi tentang presiden wanita menjadi Ini ditunjukkan jumlah besaran yang mendukung pemimpin negara pada masyarakat yang mayoritas lebih kecil dan jumlah yang menolak lebih besar.

Islam, merupakan suguhan media massa, sekaligus Kontroversi mengenai presiden wanita kebutuhan masyarakat yang haus akan kebenaran. tersebut menjadi suatu isu publik, membesar

Pemilihan surat kabar Republika dan Kompas ataupun mengecil, akan sangat tergantung pada dalam penelitian ini berdasarkan pandangan bahwa agenda dari tiap-tiap institusi media massa itu Republika sebagai media representasi umat Islam sendiri. Hal ini tidak terlepas dari adanya gejala dengan membawa misi dan visi dakwah pemihakan dari suatu media massa terhadap (berdasarkan sejarah lahirnya berasal dari ICMI). organisasi politik. Penelitian yang dilakukan Sedangkan Kompas adalah media representasi Hamdan (1995) mengisyaratkan terdapat gejala kaum nasionalis yang membawa misi, visi, dan pemihakan dari surat kabar terhadap organisasi kepentingan nasional serta bisnis, sehingga tidak politik tertentu baik pada aspek berita maupun mempermasalahkan kepemimpinan wanita. opininya.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, Keberadaan surat kabar juga tidak luput dari rumusan masalah yang diajukan adalah pendekatan misi dan visi, dan yang sering kali “Sejauhmana media massa memberikan persepsi dijadikan subjek visi dan misi itu sendiri adalah terhadap presiden wanita di Indonesia”. Untuk hal-hal yang berkaitan dengan agama, ideologi, mengkaji lebih mendalam, fokus penelitiannya dan politik. Keberadaan surat kabar yang adalah mencari perbedaan yang signifikan surat seharusnya netral, sering disalahtafsirkan oleh kabar nasional, yaitu surat kabar Republika dan orang-orang yang mempunyai kepentingan Kompas dalam mengangkat isu persiden wanita di tertentu, terutama dalam dimensi kekuasaan. tengah kontroversi sah-tidaknya wanita menjadi Keberpihakan pada kelompok kepentingan tertentu pemimpin negara dalam konsepsi Islam. Identifikasi dalam membidik pembaca, merupakan sasaran masalah meliputi: frekuensi, volume, aspek berita, strategis dalam komunikasi poltik. Tetapi secara aspek tajuk rencana, dan aspek artikel atau opini. ideal, keberadaan surat kabar seharusnya berlaku

Berita surat kabar yang berkaitan dengan objektif dan hal inilah yang menyebabkan tinggi- polemik atau pro-kontra presiden wanita di Indo- rendahnya tingkat kepercayaan masyarakat nesia menjadi objek yang menarik untuk diteliti. informasi terhadap keberadaan surat kabar sampai Dengan demikian, tujuan penelitian ini adalah sekarang.

untuk mengetahui, memahami, dan menjelaskan Keberadaan pers di suatu negara biasanya netralitas atau objektivitas surat kabar terhadap mengikuti sistem politik yang berlaku secara presiden wanita di Indonesia, yang tercermin pada konstitusional. Kehadiran pers di Indonesia harus surat kabar Republika dan Kompas. mengacu pada UU yang berlaku, yaitu UUD 1945. Kenyataan politik pada dekade tahun 2000-an,

2. Kedudukan Media Massa

menunjukkan bahwa kebebasan pers telah masuk

dalam Pendekatan Teori

ke wilayah liberalisme atau sebuah kebebasan Keberadaan organisasi tidak terlepas dari dengan menggunakan tafsir demokrasi.

pendekatan structural-fungsional, yaitu: (1) adakah

Aning Sofyan Sadikin. Presiden Wanita dalam Perspektif Media

4. Kedudukan Wanita

berfungsi; dan (3) mengapa sesuatu itu berfungsi

dalam Perspektif Islam

(Garna, 1993:55). Lebih jauh, Garna mengungkapkan bahwa hakikat keberadaan

Islam memandang wanita dari sudut pandang organisasi adalah berfungsinya seluruh unsur dan keimanan sebagai individu anggota umat yang

terjembataninya kebutuhan dan tuntutan anggota dikaitkan dengan individu lain dengan ikatan organisasi tersebut dan masyarakat di mana kaidah. Wanita pada hakikatnya adalah sesosok organisasi itu berada. Kaidah atau aturan dalam makhluk yang memiliki peran dalam perkembangan masyarakat adalah berkaitan tentang hubungan umat, khususnya dalam pendidikan di tingkat antara individu, individu dengan instansi sosial, keluarga, karena pendidikan yang didapatkan anak dan hubungan antara institusi sosial dengan manusia pertama kali adalah melalui sentuhan institusi sosial lainnya, sehingga sesuatu tangan wanita. masyarakat ialah sistem berkaitan dan memiliki pola

Keberadaan perempuan atas laki-laki dalam kepentingan pada masyarakat.

keluarga, sebagai bentuk miniatur pemerintahan Paradigma yang dikaji dalam tulisan ini terkecil, dapat dijadikan referensi dalam melihat

berkaitan dengan kedudukan dan fungsi media posisi serta tabiat dan perilaku wanita yang massa, sehingga pendekatan Fungsionalism sholehah. Dalam sudut pandang syariah, tafsiran Theory (Aguste Comte,1789-1837) dan Structural Al-Quran surah An-Nisa: 34, telah jelas Funksionalism Theory (Parson, 1937) dijadikan menerangkan bahwa keberadaan laki-laki atas sebagai “Grand Theory”. Selanjutnya, sebagai perempuan adalah pemimpin. Hal tersebut “Middle Range Theory” digunakan merupakan suatu dalil terhadap penolakan operasionalisasi fungsi dan tujuan media massa kepemimpinan wanita. (Mc Quail: 1987). Sedangkan “Applied Theory-

Tanggung jawab wanita sebagai seorang nya” adalah Agenda Setting Model (Cohen, 1963). pemimpin, lebih kental dengan keluarga sebagai

bagian terkecil dari kaum, dia memiliki tugas

3. Dampak Terpaan Media Massa

mendidik anak dan menjaga harta suaminya, urusan Terpaan media dapat menimbulkan efek keluarga menjadi bagian terpenting dari peran

terhadap khalayak, baik dari segi kognitif, afektif, wanita dalam usaha mewujudkan hak manusia maupun konatif. Hanya saja, seberapa besar yang mengedepankan kesamaan gender. dampak tersebut pada khalayak, masih menjadi

Apabila kita merujuk pada hadis Rasulullah, perdebatan di kalangan ahli komunikasi. “Wahai kaum wanita, bersedekahlah, karena

Pendukung Teori Peluru, misalnya, sangat sesungguhnya saya melihat kebanyakan kalian mempercayai kekuatan media dalam memengaruhi menjadi penduduk neraka. Mereka berkata: tanpa memperhitungkan aspek kemanusiaan ‘Mengapa wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab: khalayak yang memiliki kemampuan untuk memilih. ‘Kalian banyak melakukan laknat dan Sementara, di lain pihak, teori Uses and Gratifica- meninggalkan keluarga. saya tidak melihat orang tion justru mengecilkan kekuatan media dan yang kurang akal dan agamanya yang melebihi membesarkan persepsi selektif khalayak yang orang yang meningglakan suaminya daripada kamu secara aktif menyeleksi pesan sesuai sekalian.’ Mereka berkata: Apakah kekeurangan kebutuhannya. Tetapi, terlepas dari pokok agama dan akal kami wahai Rasulullah?’ Rasulullah perdebatan di atas, persoalan atau perdebatan Saw. menjawab: ‘Bukankah kesaksian wanita sama tersebut lahir karena di tataran praktis menunjukkan dengan setengah kesaksian lelaki?’ Mereka ada rentang efek suatu terpaan tertentu dengan berkata: ‘Ya, ‘Rasulullah Saw bersabda, ‘Itulah terpaan yang lain, karena ada faktor-faktor khas kekurangan akalnya. Bukankah apabila wanita dalam komponen komunikasi yang memengaruhi sedang haid dia tidak salat dan tidak berpuasa?’ arus pesan.

Mereka menjawab: ‘Ya.’ Rasulullah Saw besabda: 368

M EDIA T OR, Vol. 9 No.2 Desember 2008

Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

‘Itulah kekurangan agamanya.’ dengan taraf nyata = 0,05 dan derajat kebebasan Kemudian, sebagian ulama berbicara dk=2. Dimana perhitungannya jika X2 hitung < dari mengenai tabiat wanita yang kurang dan bengkok X2 tabel maka Ho diterima dan H1 ditolak. Dari moralitasnya, serta cenderung untuk mengikuti perhitungan didapat X2 hitung = 5,101 dan X2 tabel hawa nafsu. Mereka menganggap bahwa = 5,99. Maka kesimpulannya, Ho diterima untuk kekurangan itu merupakan sifat yang berkaitan kategori frekuensi pemberitaan dan H1 ditolak dengan kodratnya sebagai wanita. Yang berarti untuk frekuensi pemberitaan, yaitu tidak ada penggunaan rasio dan akal yang tidak seimbang perbedaan frekuensi di antara kedua surat kabar dengan hawa nafsu yang dapat menimbulkan dalam hal pemuatan berita, artikel, dan tajuk kurang objektifnya wanita dalam memandang suatu rencana dalam kategori frekuensi. permasalahan, ini dapat menimbulkan

Hipotesis 2 tentang volume pemberitaan. Dari kecenderungan terjadinya perpecahan yang pada uji hipotesis menunjukkan bahwa Ho ditolak akhirnya berarti wanita lebih mengedepankan dengan taraf nyata = 0,05 dan derajat kebebasan perasaan sesuai dengan kodratnya.

dk=2. Di mana perhitungannya, jika X2 hitung > Adapun polemik tentang kepemimpinan dari X2 tabel maka Ho ditolak dan H1 diterima. Dari wanita, dalam Hadis Nabi Muhammad Saw yang perhitungan didapat X2 hitung = 270,86 dan X2 diriwayatkan Imam Bukhari, yang artinya: “Tidak tabel = 5,99. Maka kesimpulannya, Ho ditolak untuk akan sukses suatu kaum yang mengangkat seorang kategori frekuensi pemberitaab dan H1 diterima wanita sebagai pemimpin”. Dari hadis tersebut untuk volume pemberitaan, yaitu ada perbedaan sangat tegas dan jelas bahwa kalau wanita diangkat dalam volume di antara kedua surat kabar dalam menjadi pemimpin, tunggulah saat kehancurannya hal pemuatan berita, artikel, dan tajuk rencana kaum tersebut.

dalam kategori volume.

Sedangkan bagi kalangan yang menganggap Hipotesis 3 tentang penempatan berita. Dari tidak ada larangan bagi wanita untuk menjadi uji hipotesis menunjukkan bahwa Ho diterima seorang pemimpin, juga merujuk kepada dalil bahwa dengan taraf nyata = 0,05 dan derajat kebebasan laki-laki dan wanita adalah makhluk Tuhan yang dk=2. Di mana perhitungannya, jika X2 hitung > mempunyai kedudukan dan hak yang sama dengan dari X2 tabel maka Ho diterima dan H1 ditolak. Dari kaum laki-laki, sehingga tidak masalah apabila kaum perhitungan didapat X2 hitung = 5,777 dan X2 tabel perempuan turut berperan dalam perpolitikan dan = 5,99. Maka kesimpulannya, Ho diterima untuk pemerintahan, baik eksekutif maupun legislatif.

kategori penempatan berita dan H1 ditolak untuk

5. Analisis Data Hasil Penelitian penempatan berita, yaitu tidak ada perbedaan

penempatan di antara kedua surat kabar dalam hal Sebelum pembahasan hasil penelitian, akan berita. terlebih dahulu disajikan uji hipotesis.

Hipotesis 4 tentang kecenderungan berita. Uji hipotesis ini menggunakan rumus chi- Dari uji hipotesis menunjukkan bahwa Ho diterima square:

dengan taraf nyata = 0,05 dan derajat kebebasan dk=2. Di mana perhitungannya jika X2 hitung > dari X2 tabel maka Ho ditolak dan H1 diterima. Dari perhitungan didapat X2 hitung = 22,63 dan X2 tabel = 5,99. Maka kesimpulannya, Ho ditolak untuk kategori kecenderungan berita dan H1 diterima

Dengan taraf nyata = 0,05 dan derajat untuk kecenderungan berita, yaitu ada perbedaan kebebasan (dk) untuk distribusi chi-kuadrat = (B- kecenderungan di antara kedua surat kabar dalam

1) (K-1). Hasil hipotesisnya, sebagai berikut:

hal berita.

Hipotesis 1 tentang frekuensi pemberitaan. Hipotesis 5 tentang kecenderungan tajuk Dari uji hipotesis menunjukkan bahwa Ho diterima rencana. Dari uji hipotesis menunjukkan bahwa Ho

Aning Sofyan Sadikin. Presiden Wanita dalam Perspektif Media

Lebih tegas lagi Hamka (1983: 59) menjelaskan ditolak. Dari perhitungan didapat X2 hitung = 2,64 posisi laki-laki sebagai pemimpin atas perempuan dan X2 tabel = 5,99. Maka kesimpulannya, Ho adalah soal kenyataan, “Mau tidak mau, laki-laki- diterima untuk kategori kecenderungan tajuk lah pemimpin perempuan. Mungkin sekali-sekali rencana dan H1 ditolak untuk kecenderungan tajuk kedapatan laki-laki tolol dan perempuan cerdik, rencana, yaitu tidak ada perbedaan kecenderungan sehingga terbalik, perempuan yang memimpin. tajuk rencana di antara kedua surat kabar.

Yang jarang terjadi adalah seumpama tidak. Tidak Hipotesis 6 tentang kecenderungan artikel. ada dalam dunia orang yang menjadikan hal yang Dari uji hipotesis menunjukkan bahwa Ho ditolak jarang terjadi menjadi pokok dan dalil hukum.” dengan taraf nyata = 0,05 dan derajat kebebasan Mungkin saja di Indonesia hal yang ‘jarang’ ini dk=2. Di mana perhitungannya jika X2 hitung > (perempuan lebih cerdik) ditemukan, sehingga dari X2 tabel maka Ho ditolak dan H1 diterima. Dari perempuan diangkat menjadi presiden. Namun, perhitungan didapat X2 hitung = 22,63 dan X2 tabel kalau mengacu kepada penafsiran Hamka, peristiwa = 5,99. Maka kesimpulannya Ho ditolak untuk yang ‘jarang’ terjadi ini tidak bisa dijadikan alasan kategori kecenderungan artikel dan H1 diterima pokok atau pun dalil hukum diperbolehkannya untuk kecenderungan artikel, yaitu ada perbedaan perempuan menjadi presiden. kecenderungan artikel di antara kedua surat kabar.

Analisis di atas bukan tidak ada pijakan. Di

6. Analisis Kualitatif dalam Islam, sumber pengambilan suatu hukum dari

Al-Quran, hadis. Kemudian dijelaskan dalam atsar Hamka dalam Tafsir Al-Azhar, Juz V (1983 : sahabat, qiyas, ijma, ulama, maslahatul mursalah 59), laki-laki jadi pemimpin atas perempuan adalah dan seterusnya. soal ‘kenyataan’, hal ini dijelaskan :

Islam memang memberi kemungkinan adanya “Siapa yang menghadapi, ketika di dalam penyesuaian dan keputusan rasional yang rumah seorang istri sedang menggugat masalah dilandasi oleh ijtihad (pertimbangan akal sehat), kepemimpinan suaminya, lalu datang orang jahat syura (musyawarah), dan ijma (konsensus/ yang akan merampok rumah itu. Dengan tidak ada kesepakatan). Semua itu tergambar dalam perintah terlebih dahulu yang bersiap menghadapi percakapan di atas. musuh itu ialah laki-laki (suami), dan yang disuruh

Namun, pada zaman kontemporer, oleh laki-laki bersembunyi ialah perempuan (istri) berhamburan berbagai sudut pandang lain yang dan anak-anaknya. Dan kalau pun sudah ada anak kadang hanya mengandalkan rasionalitas belaka, laki-laki yang besar-besar, mereka diperintah oleh tanpa sungguh-sungguh menempuh jalur tatacara bapaknya, untuk bersama-sama menghadapi pengambilan hukum (syar’i) – (lihat: Ahmed: musuh. Itu karena, laki-laki lebih kuat tenaganya, 1992:27) bahwa tidak ada larangan bagi wanita lebih cerdas pemikirannya, dan lebih tenang dalam untuk memimpin negara dengan merujuk dari dalil menghadapi situasi. Laki-laki lebih bahwa laki-laki dan wanita adalah makhluk Tuhan mengedepankan pikiran.”

yang mempunyai kedudukan dan hak yang sama. Lain lagi yang termaktub dalam hadis Nabi

Dengan melihat perbedaan pandangan Muhammad Saw yang diriwayatkan oleh Iman mengenai wanita, terutama menyangkut masalah Bukhari, yang artinya: “Tidak akan sukses suatu kepemimpinan wanita, maka penelitian tentang kaum yang mengangkat seorang wanita sebagai presiden wanita dari perspektif media yang diwakili pemimpin”. Dari hadis tersebut sangat tegas dan oleh dua surat kabar nasional, yaitu Republika jelas bahwa kalau wanita diangkat menjadi dan Kompas sebagai written and printed media, pemimpin, tunggulah saat kehancurannya kaum memegang peranan penting dalam kehidupan tersebut. Jika suatu negara memaksakan berbangsa dan bernegara di mana pun, karena

370 M EDIA T OR, Vol. 9 No.2 Desember 2008

Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

dapat menyampaikan suatu informasi kepada berada. Kompas sudah berusaha untuk netral masyarakat luas secara bebas, tanpa campur terhadap berita. Namun, ada loncatan ideologi tangan kekuasaan (negara), yang dituangkan ke dengan mengusung suksesi memanfaatkan mo- dalam bentuk berita, artikel, kolom, ilustrasi, foto, ment pasar demi meraup keuntungan besar. wawancara, dan tajuk rencana (editorial).

Keberpihakan yang profit oriented dengan strategi Realitas yang terjadi, ternyata media massa menjual informasi yang sangat dibutuhkan pasar tidak lagi berdiri di atas kepentingan masyarakat, (pembaca), adalah bagian operasionalisasi dan oleh karena kepentingan kapitalis dan faktor tujuan usahanya. kepemilikan media oleh konglomerasi,

Di sini, Kompas mempraktikkan pemanfaatan menyebabkan media massa mulai meninggalkan jurnalisme pasar, untuk sebesar mungkin meraih masyarakat sebagai objek informasi. Di sini, yang keuntungan. Kovach dan Rosenstiel (2003:31) bermain adalah uang. Dan siapa atau kelompok dalam bukunya Sembilan Elemen Jurnalisme, mana yang bisa membayar dengan nominal uang mengatakan: lebih tinggi, kelompok itulah yang akan

“Jurnalisme pasar adalah konglomerasi. Para

diuntungkan, tidak peduli masyarakat

kritikus sudah lama menentang munculnya

meninggalkannya. Dalam buku Sembilan Elemen

perusahaan-perusahaan media yang punya jaringan

Jurnalisme (Kovach dan Rosenstiel, 2003:28),

surat kabar atau media elektronik di daerah-daerah

ditegaskan, “Kita sedang melihat untuk pertama

atau komunitas-komunitas yang berbeda. A.J.

kali bangkitnya jurnalisme berbasis pasar yang kian

Liebling, kritikus terkemuka pertama terhadap

berjarak dari pemikiran tanggung jawab terhadap

media Amerika Serikat, mengeluhkan gejala

warga.”

konglomerasi ini di halaman-halaman majalah The

Kemudian, Kovach dan Rosenstiel (2003:175),

New Yorker pada tahun 1940-an. Kita sebelumnya

menegaskan, “Di zaman media baru, mereka yang sudah menyaksikan munculnya perusahaan-

perusahaan yang memiliki berbagai media yang

memasok kita dengan jurnalisme, wajib paham betul

berbeda.”

soal pelintiran dan argumentasi dusta yang dikomersialkan, pelobian, dan propaganda politik,”

Adapun berita-berita Republika edisi Juni dan sehingga media massa pun bisa dijadikan alat Juli tahun 2001, menunjukkan keberpihakan tersurat

kampanye dan proganda politik paling efektif untuk pada terselenggaranya SI MPR, dan itu wajar, melakukan lobi dan tawar-menawar politik kepada karena Gus Dur termasuk yang memperbolehkan publik. Tidak peduli dengan membesar-besarkan perempuan jadi pemimpin. Sekalipun pada awalnya fakta, bahkan membuat fakta sendiri, kemudian Republika termasuk yang mempermsalahkan memelintirnya untuk kepentingan politik. Di sini wanita jadi Presiden, namun akhirnya mendukung pun para pelaku politik dapat dengan mudah Megawati jadi Presiden, melalui Sidang Istimewa bekerjasama dengan media massa, tentunya MPR. dengan perjanjian komersial.

Pertimbangan yang dijadikan rujukan bertindak Republika, yakni melihat dan mencermati

a. Aspek Berita suhu dan suasana politik dalam negeri yang sudah Sikap Kompas sangat mendukung Megawati kalang-kabut. Maka, jika dalam suasana kalut,

jadi presiden, sekalipun tidak mengurangi rasa menurut Republika, Gus Dur tetap dipertahankan, hormat dan keberpihakannya kepada Gus Dur, yang diprediksi akan terjadi kudeta berdarah di bumi membuat Kompas terkesan mendua, yakni faktor Indonesia. Indikasi ke arah itu tampak dari hidupnya strategi politik bisnis Kompas yang selalu gerahnya kalangan militer terhadap sikap dan mengedepankan nasionalis sekuler.

perilaku Gus Dur. Pernyataan-pernyataannya yang Strategi yang digunakan Kompas untuk sering mengambinghitamkan militer, membuat

mendulang untung besar dijalankan sangat rapi, militer diam-diam berbalik memusuhi Gus Dur, walau sehingga sulit menentukan di pihak mana Kompas dalam koridor musuh dalam selimut. Maka, untuk

Aning Sofyan Sadikin. Presiden Wanita dalam Perspektif Media

mencurahkan rasa tidak sukanya terhadap pribadi Walau begitu, sikap Republika yang demikian dan pemikiran Gus Dur. Dengan menampilkan dipandang surat kabar cenderung emosional dan dukungan terhadap pelengseran Gus Dur dari kursi cepat patah hati (pesimis), dan mudah termakan presiden. isu, yang mungkin saja dihembuskan oleh pihak

Pada akhirnya, Republika lebih memilih yang berkepentingan untuk menakut-nakuti konsentrasi menurunkan berita-berita yang bisa mayoritas Islam. Berlandaskan hal tersebut, memengaruhi publik dan elit politik dalam suksesi walaupun gaya bahasa yang digunakan cukup SI MPR, sehingga Gus Dur turun dari kursi keras dan tegas, tetapi netralitasnya diragukan. presiden. Kenapa langkah itu diambil, karena Kenapa? Karena menurut Alex Sobur (dalam Johan: dengan dilengserkannya Gus Dur, keberadaan 2003:87), bahwa kalau berita berdasarkan pengaruh Gus Dur sendiri di masyarakat menjadi prasangka dan ketidak-sukaan terhadap lemah. Dan indikasi kudeta bisa dihindarkan, karena seseorang, jangan harap ada netralitas dan validitas kalau Megawati yang naik, otomatis si pemenang nilai beritanya.

pemilu berkuasa, dan kalangan yang akan

b. Penempatan Berita di Surat Kabar melakukan kudeta, niscaya berpikir ulang untuk melakukan pengambilalihan kekuasaan. Oleh

Di halaman muka (headline), Kompas hanya karena, jika Megawati naik, wakil rakyat akan memuat berita besar sebagai pengantarnya saja. tenang, karena tidak diganggu lagi oleh sang Akan tetapi memberikan pengaruh besar dalam presiden. ingatan atau benak pembaca. Contohnya Judul

c. Kecenderungan Sumber Berita headline Kompas, “Megawati: SI Satu-Satunya

Jalan Atasi Konflik.” Judul tersebut dimuat di Berita yang disajikan suatu media mengenai halaman depan dengan tipografi font Arial, cetak fenomena yang berkembang di masyarakat, baik tebal, dan ukurannya 40 point. Kemudian, pada masalah politik, agama, budaya, ekonomi, dan edisi 21 juli 2001, Kompas kembali menurunkan lainnya, tentu memberikan daya tawar tersendiri headline, dengan judul “Hari ini SI MPR”. Melihat bagi pembacanya. Hal tersebut tidak terlepas dari judul yang diangkat dan desain ukuran sangat suatu informasi yang diperoleh wartawan dari besar, jelas Kompas bemaksud menyosialisasikan pernyataan tokoh, pakar, dan sumber lainnya. Berita bahwa hari ini SI MPR. Dengan judul dari kutipan yang berisi pernyataan tersebut, tentu saja pernyataan tokoh berpengaruh, validitas beritanya membawa suatu kepentingan, baik bagi sumber itu akan dianggap kuat dan netral.

sendiri maupun bagi media tersebut, sehingga Kompas sangat profesional dalam mengemas mengakibatkan terjadinya kecenderungan sikap berita-berita mengenai kepemimpinan wanita yang sumber berita dalam menyampaikan sesuatu dengan sengaja disimpan di halaman dalam, namun mengenai fenomena yang terjadi. menjadi berita besar, karena dikaji dalam artikel

Dalam pandangan Islam, aspek kredibilitas berita, wawancara mendalam atau feature berita di (keterpercayaan, keahlian, kecerdasan, ketokohan) halaman dalam tersebut, sehingga hasilnya dan keterkenalan menjadi prasyarat yang sangat dianggap memberikan argumentasi kuat terhadap dijunjung tinggi (Johan, 2003 : 95). Ada satu ayat kebenaran masalah. Bahwa SI MPR akan dalam Al-Quran surat An-Nahl: 43, yang artinya, menyelesaikan nasib bangsa, tentunya jika “Maka bertanyalah kamu kepada orang yang Megawati pun mulus menjabat presiden RI ke-lima mempunyai pengetahuan jika kamu tidak -menurut historis dan konstitusi.

mengetahui.” Hal itu berarti, jika wartawan Akan tetapi, sangat disayangkan ketika menginginkan suatu informasi yang kemudian Republika hanya menyediakan ruang yang sedikit dijadikan bahan berita, hendaklah memikirkan

372 M EDIA T OR, Vol. 9 No.2 Desember 2008

Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

terlebih dahulu siapa yang akan dijadikan agar nanti dalam pemerintahannya lebih stabil, narasumber dan patut dipertimbangkan disiplin efektif, produktif, dan memulihkan kepercayaan ilmu dan kapasitasnya sebagai sumber informasi. rakyat yang selama ini sudah hilang dari Penjelasan mengenai aspek-aspek, untuk pemerintah yang ada sekarang.” kepatutan sumber atau narasumber berita/hadis/

Munculnya sumber berita Amin Rais kabar termaktub dalam ilmu ulumul hadis, bab ilmu memperkuat posisi Republika dalam jarih wa ta’dil (ilmu hadis yang mempelajari proses keberpihakan/mendukung terlaksananya SI pencacatan dan penguatan terhadap suatu berita/ MPR dengan anggapan kepemimpinan kabar). Aspek-aspeknya meliputi; kecerdasan Megawati dapat menyelesaikan permasalahan (dhobit), kepercayaan (amanah), terkenal bangsa. (masyhuriyah), pujian perihal keahliannya

Apa yang dilakukan Republika, sejalan (tazkiyah). Aspek-aspek tersebut sejalan dengan dengan pendapat Denis McQuail dalam buku etika komunikasi massa atau dalam kode etik Teori Komunikasi Massa, yang mengemukakan: jurnalistik.

“Suatu kenyataan bahwa beberapa orang tertentu

Namun, sangat disayangkan dalam praktik

dan institusi sebagai sumber berita mendapat

jurnalistik, masih ada wartawan yang menanyakan

lebih banyak perhatian dan keistimewaan. Setiap

persoalan kepada orang yang kurang atau bahkan

wartawan masing-masing memiliki sumber yang

tidak memahami masalahnya. Akibat kesalahan

mereka sukai dan berhubungan dengan para

wartawan dalam pemilihan sumber informasi,

tokoh penting melalui berbagai sarana

sedikitnya akan mengurangi derajat kepercayaan

institusional. Berita seringkali berupa apa yang

terhadap kebenaran suatu informasi tersebut (Alex

dikatakan oleh para tokoh penting menyangkut

Sobur dalam Johan, 2003: 96). Kalau sumber berita

peristiwa tertentu, bukannya laporan tentang

yang diputuskan oleh Republika dan Kompas, peristiwa itu sendiri. Pernyataan para tokoh

tersebut dalam kondisi tertentu bahkan bisa

dinilai kredibilitasnya apalagi si wartawannya salah

dianggap sebaga suatu berita tersendiri,

sasaran, kebenaran beritanya patut dipertanyakan.

khususnya jika para pembuat pernyataan itu

Berdasarkan hasil penelitian yang telah

memiliki kekuassan untuk mempengaruhi

dilakukan dengan menganalisis sumber berita

peristiwa di masa datang.” (McQuail, 1987:

yang mengemukakan suatu pernyataan, dapat

dilihat bahwa sumber yang mengemukakan opini dan menjadi berita di harian Republika dan

Kalau benar seperti itu, berarti Republika Kompas adalah: tokoh-tokoh Islam, di antaranya: cenderung lebih memikirkan kepada kesuksesan

dari PP Muhammadiyah yang memiliki pemikiran dalam meraih keuntungan bisnis, dengan moderat, PB NU yang memiliki konsep pemikiran harapan jumlah oplah naik drastis, akan tetapi yang cenderung modern, bahkan menjurus liberal, dengan selimut berita seimbangan (netral). aktivis Islam, pengamat politik, pengamat ekonomi, Memang kelihatan di muka, kehadiran para sosiolog, budayawan, seniman tokoh masyarakat, narasumber sekilas sudah bisa mewakili politisi di kalangan pemerintahan, dan lainnya.

permasalahan yang sedang dibahas, namun

Lebih jelas lagi, ketika Republika edisi 23 Juli kredibilitas mereka tersebut patut diragukan 2001 menampilkan pernyataan Amien Rais dalam dalam berijtihad menetapkan hukum Islam. judul berita, “Insya allah Megawati Jadi Presiden”

Kompas memilih Nurcholish Madjid-Cak mengatakan:

Nur- (edisi 26 Juli 2001, “Beri Kesempatan Pada

“Bahwa para pemimpin parpol sepakat untuk Megawati”), sudah tidak aneh, karena Cak Nur memberikan dukungan pada Ketua Umum DPP PDI- adalah binaan Kompas. Melambungnya nama P Megawati Soekarnoputri. Kami semua ini sudah Cak Nur, tidak terlepas dari peranan publikasi bersepakat memberikan dukungan, memberikan yang saling menguntungkan dari Kompas. moral support kepada Ibu Megawati Soekarnoputri Kepekaan Kompas selalu menampilkan Cak Nur

Aning Sofyan Sadikin. Presiden Wanita dalam Perspektif Media

d. Kecenderungan Berita kredibilitasnya dalam wilayah kajian Islam. Cak Nur

merupakan sosok kamus berjalan, gudangnya ilmu- Keputusan Republika, menampilkan lebih ilmu Islam. Begitu layak pasar, popularitasnya tidak banyak berita-berita yang cenderung berpihak diragukan lagi. Siapa yang tidak tahu nama Cak kepada terselenggaranya SI MPR dan Megawati Nur. Dengan tampilnya sosok Cak Nur, Kompas sebagai presiden, akan mengundang berbagai merasa jalan kepentingan ideologi atau pun pertanyaan, khususnya bagi kalangan umat Islam. politiknya semakin mudah tercapai.

Di antaranya, kenapa lebih banyak berita yang Kecenderungan para narasumber yang berpihak kepada kepemimpinan Megawati. ditampilkan Republika dan Kompas memiliki Kemudian, kenapa Kompas lebih banyak kemiripan. Bahkan, dalam satu edisi, banyak yang menampilkan berita yang cenderung memihak menampilkan sumber berita yang sama dalam angle kepada SI MPR dan Megawati sebagai presiden. berita yang sama pula, walau judul dan kemasan Hal tersebut sudah jelas sesuai dengan berita agak berbeda.

kepentingan yang dibawa media ini sebagai media Dari semua ungkapan yang dikeluarkan kelompok nasionalis. Begitu pun dengan Kompas, sumber dalam media di atas, media massa selain ruang surat kabarnya lebih banyak, juga (Republika dan Kompas) mengambil kesempatan Kompas sudah banyak yang menyebut sebagai dalam menuai pasar, karena popularitas yang surat kabar nasionalis-sekuler. dimiliki narasumber berita, ternyata sangat

Lalu, di mana letak perbedaannya. Republika menjanjikan meningkatnya pendapatan tampak, walaupun lebih banyak menampilkan perusahaan. Opini yang dimunculkan dapat berita-berita mendukung SI MPR, belum tentu menarik minat masyarakat dalam mengonsumsi sepenuh hati menerima Megawati sebagai Republika dan Kompas, ditambah para tokoh yang presiden. Bisa saja karena situasi politik yang berbicara memiliki massa tersendiri yang secara dengan terpaksa harus demikian, untuk tidak langsung ingin mengetahui ungkapan dari menyelamatkan negara, atau karena malu atas tokoh yang difigurkannya.

kegagalan Gus Dur, yang notabene didukung oleh Maka, pihak manajemen perusahaan surat umat Islam (melalui poros tengah). Ini bisa dilihat, kabar (Republika dan Kompas) memandang mo- berita-beritanya masih menuliskan beberapa mentum ini sebagai kesempatan untuk pertanyaan atas kesiapan Megawati sendiri. memunculkan sifat kapitalisme yang mengejar tar-

Bagaimana dengan Kompas? Jangan heran get ekonomi. Di mana kapitalisme sudah dengan bertebarannya berita-berita yang berpihak menjadikan saluran jasa informasi, menjadi kepada Megawati, oleh karena selama ini Kompas komoditas bisnis yang sangat menjanjikan akan sudah memiliki brand image penyalur aspirasi menuai keuntungan besar. Apalagi ditunjang kaum nasionalis, dan kebetulan Megawati dari dengan sistem kepemilikan penerbit atau media partai nasionalis, sehingga Kompas pun massa oleh konglomerat, bisa-bisa jurnalisme bersemangat untuk ikut serta berjuang merebut dikendalikan oleh kepentingan pemilik penerbit kekuasaan. Adapun jika bahasa atau kemasan atau media massanya. Dalam buku Sembilan beritanya terkesan lunak dan bijaksana, itulah Elemen Jurnalisme, dikatakan, “Ihwal penerbit kelebihan Kompas. modern yang menyokong kapitalisme tanpa

Akhirnya, Kompas menuai keuntungan dari demokrasi tak punya preseden yang berarti dalam berbagai sisi yang memang menjadi target sejarah jurnalisme Amerika. Namun kini ada daftar kepentingannya, yakni kepuasan politik panjang tentang bagaimana kepemilikan media kepentingannya dan teologi yang memakai menjadi ternyata menomorduakan jurnalisme di bawah misi utamanya serta membludaknya pembaca baru kepentingan komersial mereka (Kovach & yang diprediksi menciptakan keuntungan besar dari

374 M EDIA T OR, Vol. 9 No.2 Desember 2008

Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

aspek kepentingan bisnis. Organisasi Politik, mengemukakan: Sikap Republika menjauhi kepentingan Islam

“Faktor penyebab keberpihakan sebuah surat

mulai memperlihatkan wujudnya. Berita berjudul,

kabar bisa berbeda-beda. Bisa karena alasan historis,

“Megawati: Tak Ada Jalan Selain SI (Edisi 19 Juli

bisnis, rangkap jabatan di organisasi politik dan

2001”), seakan memberikan dukungan mutlak

surat kabar, bisa juga karena sebab-sebab lain.

kepada kubu nasionalis—–Megawati dan teman-

Kecenderungan berpihak surat kabar terhadap

temannya–untuk terus maju menyukseskan

organisasi politik tertentu relatif menetap. Tetapi

terselenggarakan SI MPR. Penulis yakin, Megawati

perubahan-perubahan faktor eksternal maupun in-

sangat senang karena merasa konstituen Islam–

ternal pada tubuh surat kabar yang bersangkutan

yang diwakili Republika sebagai suara media

dapat saja mengubah orientasi isi surat kabarnya.”

massa Islam-telah mendukung dan (Hamdan, 1995 : 23) memperbolehkan wanita menjadi presiden.

e. Aspek Artikel atau Opini Sikap yang ditampilkan Republika, bisa terjadi

Dimuatnya artikel atau kolom atau wawancara karena rasa emosional pribadi kepada Gus Dur yang bertema masalah kepemimpinan wanita,

yang berusaha menghadang suksesi politik boleh-tidaknya wanita menjadi presiden (dalam Islamnya–yang pendapat menolak presiden wanita, pandangan Islam), atau legal-tidaknya SI MPR sangat membingungkan konstituen Republika dan dilaksanakan, oleh Republika maupun Kompas, Republika sendiri–Atau, oleh karena sudah bukan tanpa alasan. Akan tetapi, dimuatnya artikel dirundung rasa pesimistis, karena melihat realitas atau kolom atau wawancara tersebut, salah satunya, politik yang terjadi tidak memungkinkan lagi untuk mengukur sejauh mana pandangan menggolkan kepentingan ideologi politik Islamnya, pendapat umum terhadap fenomena yang sedang dengan mencegah Megawati menjadi presiden. hangat menjadi pokok perhatian ruang publik Atau, karena situasi politik yang tidak menentu, (Hennessy, 1989:31). Harapan Republika maupun dan ketakutan terhadap situasi tersebut untuk Kompas adalah sama, yakni untuk mengetahui terjadinya kudeta berdarah. Namun bagaimanapun, berapa tiras eksemplar yang harus dicetak pada pada akhirnya, secara tidak sadar dengan bukti edisi berikutnya. Atau, untuk mengetahui pemikiran dan kebijakannya, Republika tidak lagi sejauhmana dan sudah sampai di mana, bersandar kepada nilai-nilai jurnalistik

kepentingan redaksi sampai di masyarakat. Yang terakhir, sampai di mana aspek netralitas

berita-berita yang diturunkan Kompas dan

f. Kecenderungan Memuat Artikel Republika dalam memberikan informasi kepada

Menurut hemat penulis, terdapat beberapa pembaca perihal masalah presiden wanita di detik- pertimbangan dimuat tidaknya sebuah artikel di

detik terakhir terselenggaranya SI MPR dan surat kabar. Yang pertama, tema artikel memiliki pelengseran Gus Dur dari kursi Presiden. Hemat nilai ilmiah kuat–normatif, empiris dan sistematis– penulis, yang terlihat adalah asas pemanfaatan Kedua, artikel bersifat aktual–sedang hangat perisiswa aktual-faktual-ideologis tersebut hanya diperbincangkan–Ketiga, Artikel tersebut harus dijadikan komoditas bisnis berita atau informasi memperkuat kepentingan opini publik yang dalam mengeruk keuntungan. Adapun kalau ada diharapkan redaksi. Adapun mengenai tata bahasa kepentingan yang dicapai, itu hanya efek samping dan gaya bahasa tulisan, sekarang ini bukan dari sikap dua muka yang memang sengaja menjadi pertimbangan utama, karena redaksi bisa ditampilkan. Muka netral tidak terjadi, yang terjadi memperbaikinya (fungsi editing). adalah muka kepentingan politik sesaat, serta tidak

Edisi 24 Juli 2001, melalui pinjaman tangan bisa dipungkiri sisi kapitalisme yang hanya artikel yang berjudul, “Akhir Presiden Wahid”,

memikirkan profit. yang ditulis oleh Fahri Hamzah, mantan Ketua Menurut Yusuf Hamdan dalam tesisnya yang Umum Komite Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia

berjudul “Gejala Pemihakan Surat Kabar terhadap (KAMMI), Republika sudah berketetapan hati

Aning Sofyan Sadikin. Presiden Wanita dalam Perspektif Media

375

M EDIA T OR, Vol. 9 No.2 Desember 2008 376 Vol. 9 No.2 Desember 2008

untuk mengucapkan selamat atas dilengserkannya Gus Dur, serta ucapan selamat bekerja kepada Megawati, yang sudah dilantik sebagai Presiden RI kelima–menurut konstitusi. Maka, berakhirlah masa perjuangan Republika dalam upaya menyisihkan kaum Islam-Liberal yang lebih suka memihak kepada kepentingan demokrasi- nasionalis-sekuler.

Berbeda dengan Kompas yang sudah jelas dari awal mendukung kepemimpinan Megawati karena Kompas merupakan koran nasioanalis. Kompas segera menampilkan artikel-artikel mana- mana saja yang, menurutnya, bisa dipinjam tangan–akan berpihak dan memuluskan jalan terhadap kepentingan redaksi–bisa juga stock- holder nya.

Sebagai contoh, harian Kompas di edisi 17 Juli 2001 menampilkan judul artikel “Megawati dan Soal Persiapan Jadi Presiden” Rizal Malarangeng, Ph.D, peneliti CSIS, Jakarta. Dalam artikel tersebut, ia mengemukakan peluang Megawati untuk menjadi presiden sudah mendekati absolut (kemutlakan), oleh karena itu, Megawati bersama kubunya (PDIP, nasionalis) tengah bersiap diri untuk mengambil langkah-langkah genius untuk Indonesia masa depan, minimalnya mengamankan Indonesia sampai 2004.

Sindiran-sindiran halus Kompas melalui pinjaman artikel, ternyata pengaruhnya dahsyat, sangat transparan para wakil rakyat memakai rujukan kritikan artikel Kompas tersebut. Kali ini, wakil rakyat mengakui bahwa begitu besar kekuatan realitas politik, yang di pimpin Megawati dan PDIP. Dalam artikel Kompas edisi 24 Juli 2001, yang berjudul, “Kesepakatan Buat Presiden Baru” mengakhiri perjuangan nasionalisme Gus Dur. Megawati benar-benar terpilih menggantikan Gus Dur, yang diturunkan paksa walaupun Gus Dur tidak hadir sehingga tidak menyampaikan pertanggungjawaban presiden. Sindiran artikel Kompas mengenai etika Gus Dur, tepat pula. Mana mungkin presiden tidak melaporkan pertanggungjawabannya. Soekarno saja, pada SI MPR 1967, masih hadir menyampaikan pertanggungjawaban dengan judul yang sangat terkenal “Nawaksara”.

Dengan tanpa memperlihatkan perbedaan sejarah lahirnya Republika maupun Kompas, dalam menyikapi fakta politik yang terjadi, mengenai presiden wanita dan SI MPR, kedua surat kabar nasional tersebut lebih memilih duduk di antara realitas kekuatan politik yang ada. Walaupun sangat dimungkinkan di antara keduanya ada perbedaan tujuan. Republika memuat artikel atau kolom yang lebih memihak dan mendukung SI MPR, karena situasi politik tidak dimungkinkan lagi mempertahankan Gus Dur yang sudah gagal total memimpin negara. Kalau Gus Dur tetap dipertahankan, ditakutkan terjadinya kudeta politik, untuk mengambil alih secara paksa kekuasaan, sehingga kontroversi presiden wanita yang tengah kencang-kencangnya diperdebatkan oleh kalangan Islam sendiri, perlu diabaikan dan penyelamatan negara lebih diutamakan.

g. Penulis Artikel atau Opini Penulis artikel dan kolumnis yang dimuat

tulisannya, bukan tanpa pertimbangan. Selain ukuran ketokohan, keilmuan, dan keahlianya, dan ada satu lagi yang menjadi posisi kritis jika Republika atau Kompas lalai dalam penilaian ukuran ini bisa berakibat fatal –segi bisnis, yakni unsur layak jual. Apakah penulis artikel atau kolom tersebut populer, memiliki pengaruh kuat dan atau berapa jumlah pengikutnya. Alasannya, karena orang-orang tersebut, merupakan opinion leader –pemuka opini, yang berfungsi sebagai pemuka pendapat, klaim, dan sebagainya- bagi masyarakat, tempat bertanya dan referensi ketidaksetujuan atau setuju, tidak sepakat-sepakat, dukung-tidak mendukung, dan sebagainya.

Dalam memilih siapa-siapa saja yang artikelnya akan tampilkan Republika sangat selektif. Namun saying, selektivitasnya hanya berdasarkan pertimbangan kepentingan politik sesaat. Tujuannya, hanya bagaimana artikel yang dimuat tersebut bisa memberikan pengaruh kepada kepentingan politik, yakni memilih artikel atau kolom yang bakal melemahkan kekuatan atau kredibilitas Gus Dur dalam strategi pembunuhan karakter. Artikel atau kolom, sering memperhatikan siapa yang menulisnya, apakah mendukung SI

Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

MPR atau tidak. Redaksi Republika juga sangat Islam yang notabene menolak presiden wanita, memperhatikan dan meneliti penulis artikel atau karena mungkin saja yang berpendapat demikian kolom, apakah diprediksi memihak dan mengerti lebih banyak dari kalangan Islam moderat, yang kepentingan redaksi. Atau mungkin saja redaksi karena alasan kemaslahatan umat dan untuk Republika, menyeleksi dari banyak kiriman tulisan, menyelamatkan negara, presiden wanita tidak mana yang sekiranya bakal memperkuat posisi dipermasalahkan lagi. bergaining Republika dalam menyalurkan opini

Sedangkan Kompas yang dari awal jelas publik mengenai dukungan terselenggaranya SI berpihak kepada Megawati, walaupun terkesan MPR.

malu-malu kucing, menampilkan penulis artikel atau Republika begitu selektif dalam pemilahan kolom, yang menurut Kompas bakal berpihak dan penulis artikel atau kolom yang mengisyaratkan memuluskan jalan terhadap kepentingan redaksi– dan diprediksi akan mendukung pelengseran Gus bisa juga stockholdernya–tanpa melihat Dur dari kursi presiden melalui suksesi SI MPR kredibilitas penulisnya sendiri terhadap masalah dan Megawati terpaksa disetujui sebagai kepemimpinan wanita menurut Islam (yang masih penggantinya. Hal tersebut bisa dilakukan dengan saling ngotot memperdebatkannya) yang berakibat mengkaji latar belakang, aspek ketokohan, pada ijtihad hukum. keterpercayaan, popularitas, pengaruh, kekuasaan,

Bisa dilihat pada edisi 17 Juli 2001, Kompas dan layak jual dari para penulis artikel atau kolom menampilkan Rizal Malarangeng, Ph.D, peneliti yang dimuat Republika.

CSIS, Jakarta, yang menulis artikel, “Megawati dan Dan sebagai bukti, Republika menjalankan Soal Persiapan Jadi Presiden”. Tampilnya Rizal strategi politik kepentingan SI MPR, bisa dilihat Malarangeng yang notabene ahli politik dan pada edisi Republika, 24 Juli 2001, melalui pinjaman kredibilitas intelektualnya tidak diragukan lagi oleh tangan artikel Fahri Hamzah, mantan Ketua Umum masyarakat, akan membawa dampak semakin Komite Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia menguatnya kepercayaan masyarakat untuk (KAMMI), yang berjudul, “Akhir Presiden menyakinkan dan menerima Megawati sebagai Wahid”. Jelas, dengan hadirnya tokoh muda Islam presiden wanita pertama RI, melalui SI MPR. yang moderat diakhir konflik, Republika lebih