PENGARUH BEBAN PAJAK TANGGUHAN TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN LQ 45

LABA PADA PERUSAHAAN LQ 45 SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh: EKA WIDAYATI CAHYANINGRUM

F0308042

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

commit to user

commit to user

commit to user

commit to user

MOTTO

“ Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah

commit to user

mengajarkan manusia segala yang belum diketahui” (Q.S Al-‘Alaq 1-5).

PERSEMBAHAN

commit to user

My Beloved Family: Bapak, Ibu, Akbar and Qodri

commit to user

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

nikmat-Nya, serta memberikan kemudahan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGARUH BEBAN PAJAK TANGGUHAN TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN LQ 45”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat guna memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Sebelas Maret.

Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah memberikan bimbingan dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini. Maka dari itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Eko Arief, Drs., M.Si., Ak., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu beliau dan membimbing penulis dalam menyusun skripsi ini.

2. Bapak Djoko Suharjanto, Drs., M.COM., Ak., selaku Pembimbing Akademik yang telah membimbing penulis selama studi di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

3. Bapak Drs. Santoso Tri H., M.Si., Ak. selaku Kepala Jurusan atas bimbingan, waktu, dan kebaikannya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

4. Bapak/Ibu Pimpinan dan Pembantu Pimpinan di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret atas segala kemudahan dan kebaikannya.

commit to user

Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuannya.

6. Bapak Sugiyarto dan Ibu Sri Mulyani, orangtuaku tercinta yang selalu mendoakan, sabar dalam mendidik serta memberikan kasih sayang, dukungan, serta doa kepada penulis agar terus maju serta tidak mudah menyerah.

7. Semua teman-teman akuntansi angkatan 2008, persahabatan yang luar biasa. Selamanya kita akan menjadi sahabat.

8. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan bantuan selama penyusunan skripsi ini.

Wassalammu’alaikum Wr. Wb.

Surakarta,

Juni 2012

Penulis

commit to user

DAFTAR PUSTAKA………………………………………… .. ………………...43 LAMPIRAN

commit to user

Halaman

Tabel 4.1 Sampel Penelitian .................................................................................... 31 Tabel 4.2 Statistik Deskriptif .................................................................................. 33 Tabel 4.3 Uji Normalitas .......................................................................................... 34 Tabel 4.4 Uji Multikoliniearitas………………………………............................. 34 Tabel 4.5 Uji Autokolerasi………………………...……………………...….….35 Tabel 4.6 Uji Heteroskedastisitas…………………………………………..…....36 Tabel 4.7 Hasil Analisis Regresi………………………………………………....36

commit to user

Gambar 2.1 Kerangka Pikir .................................................................................... 22

commit to user

Halaman Lampiran 1. HASIL OUTPUT SPSS

commit to user

PENGARUH BEBAN PAJAK TANGGUHAN TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN LQ 45

Disusun Oleh:

Eka Widayati Cahyaningrum

F 0308042

Pemilihan kebijakan akuntansi dalam praktik manajemen laba dapat

dilakukan dengan pendekatan pemilihan metode akuntansi maupun dengan pendekatan rekayasa discretionary accrual. Beberapa penelitian akuntansi positif juga menyatakan bahwa manajer melakukan manipulasi laba (earning management) dengan menggunakan strategi income smoothing dan strategi discetionary accrual. Sedangkan informasi yang digunakan dalam mendeteksi manajemen laba adalah beban pajak tangguhan yang merupakan komponen pembentuk beban pajak pada laporan laba/rugi perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris apakah pajak tangguhan berpengaruh terhadap manajemen laba.

Data penelitian diperoleh dari perusahaan LQ 45 yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode tahun 2006-2010. Jumlah sampel sebanyak 43 perusahaan dengan melewati tahap purposive sample. Teknik analisa yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah adalah regresi liear. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel, beban pajak tangguhan mempunyai koefisien regresi positif dan signifikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa beban pajak tangguhan berpengaruh terhadap manajemen laba pada perusahaan LQ 45. Hasil penelitian ini diharapkan bahwa variabel beban pajak tangguhan dapat dijadikan pedoman, baik oleh pihak manajemen perusahaan dalam pengelolaan perusahaan, maupun oleh para investor dalam menentukan strategi investasi.

Kata kunci : Beban Pajak Tangguhan, Akrual, Jenis Perusahaan dan Manajemen Laba.

commit to user

PENGARUH BEBAN PAJAK TANGGUHAN TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN LQ 45

Disusun Oleh:

Eka Widayati Cahyaningrum

F 0308042

The accounting policy selection in earning management practice can be done by both accounting method selection approach and discretionary accrual reengineering approach. Several positive accounting studies also state that the manager performs earning management using income smoothing and discretionary accrual strategies. Meanwhile the information used in detecting the profit management is the postponed tax constituting the tax deferred expense composing component in the company’s cost/profit report. This research aims to get an empirical evidence of whether or not the postponed tax enable the company probability of conducting earning management.

The data of research was obtained from LQ-45 company enlisted in Indonesia Stock Exchange (ISE) during 2006-2010 periods. The sample of research included 43 companies taken using purposive sampling technique. Technique of analyzing data used was linear regression. The result of research showed that variable, tax deferred expense obtained positive significant regression coefficient, so that it could be concluded that the tax deferred expense and accrual size could detect the earning management in LQ-45 companies. The result of research is expected to show that the tax deferred expense variable can be the guidelines for both the company management in managing the company, and the investor in determining the investment strategy.

Keywords: Tax Deferred Expense, Accrual and Earning Management

commit to user

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu ukuran kinerja perusahaan yang sering digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan bisnis adalah laba yang dihasilkan perusahaan. Informasi laba merupakan komponen laporan keuangan yang digunakan untuk menilai kinerja manajemen, membantu mengestimasi kemampuan laba yang representatif dalam jangka panjang, meramalkan laba, serta untuk menaksir risiko dalam mengamb il keputusan berinvestasi para pelaku pasar modal. Informasi yang diperlukan tersebut diantaranya berupa laporan keuangan yang dipublikasikan.

Informasi tentang laba (earnings) mempunyai peran sangat penting bagi pihak yang berkepentingan terhadap suatu perusahaan. Pihak internal dan eksternal perusahaan sering menggunakan laba sebagai dasar pengambilan keputusan seperti pemberian kompensasi dan pembagian bonus kepada manajer, pengukur prestasi atau kinerja manajemen, dan dasar penentuan besarnya pengenaan pajak. Oleh karena itu kualitas laba menjadi pusat perhatian bagi investor, kreditor, pembuat kebijakan akuntansi, dan pemerintah. Akibatnya, manajemen akan berusaha memanipulasi laporan kinerja perusahaan untuk kepentingannya sendiri misalnya mendapatkan dana atau modal baik yang diperoleh dari investor maupun kreditur (Morris, 1987).

Manajemen laba dapat diartikan sebagai suatu tindakan manajemen laba yang mempengaruhi laba yang dilaporkan dan memberikan manfaat ekonomi yang keliru kepada perusahaan untuk kepentingan manajemen. Dalam mendapatkan dana dari

commit to user

kredibilitas laporan keuangan sangat kurang apabila digunakan untuk pengambilan keputusan, karena earning management merupakan suatu bentuk manipulasi atas laporan keuangan yang menjadi sasaran komunikasi antara manajer dan pihak eksternal perusahaan.

Laporan keuangan dibedakan dua laporan yaitu untuk kepentingan pajak dan untuk kepentingan komersial. Penghasilan Kena Pajak dihitung berdasarkan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan sedangkan Penghasilan Sebelum Pajak dihitung berdasarkan standar yang disusun oleh profesi yang dikenal sebagai Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Menurut Worthty 1984, upaya untuk merekayasa atau memanipulasi laba dapat terjadi karena metode akuntansi memberi peluang bagi manajemen untuk melibatkan unsur subyektifitas dalam membuat estimasi-estimasi. Oleh karena itu manajemen berharap untuk mengelola laba agar tercapai beberapa tujuan yang dikehendaki. Selain itu, manajemen lebih menyukai mengatur laba akuntansi cenderung meningkat, meskipun tanpa adanya peningkatan laba kena pajak.

Sedangkan informasi yang digunakan dalam mendeteksi manajemen laba adalah beban pajak tangguhan yang merupakan komponen pembentuk beban pajak pada laporan laba/rugi perusahaan. Berdasarkan PSAK No. 46, beban pajak tangguhan adalah selisih antara beban pajak kini dan dan beban pajak komersil. Beban pajak tangguhan timbul akibat perbedaan temporer antara laba akuntansi dengan laba fiskal. Jika laporan keuangan perusahaan menunjukkan bahwa laba akuntansi lebih tinggi dibanding laba fiskal, berarti perusahaan cenderung menaikkan kewajiban pajak tangguhan bersih, dan sebaliknya, kewajiban pajak tangguhan bersih (yang tercermin dalam beban pajak

commit to user

menurun. Alasan mereplikasi penelitian tentang pengaruh beban pajak tangguhan terhadap manajemen laba karena diharapkan memberi manfaat informasi berkaitan dengan bidang pembahasan di atas terutama bagi investor dan calon investor yang melakukan investasi di pasar modal, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan untuk membuat keputusan investasi, terutama yang terkait dengan pengaruh manajemen laba. Informasi akuntansi yang digunakan secara luas oleh investor dan analis keuangan untuk menilai saham dapat memunculkan keinginan manajemen melakukan manajemen laba dengan maksud mempengaruhi harga saham jangka pendek. Manajemen laba dapat dideteksi atau diproxy dengan menggunakan beban pajak tangguhan (deferred tax expense) dan akrual. Beban pajak tangguhan ini mencerminkan besarnya beda waktu yang telah dikalikan dengan suatu tarif pajak marginal. Beda waktu timbul karena adanya kebijakan akrual (discretionary accruals) tertentu yang diterapkan sehingga terdapat suatu perbedaan waktu pengakuan penghasilan atau biaya antara akuntansi dengan pajak. Mengingat bahwa kebijakan akrual tersebut merupakan cara manajer melakukan manajemen laba dan beban pajak tangguhan ini merefleksikan kebijakan akrual tersebut dengan besaran beda waktu yang dihasilkan, dengan demikian investor dapat melakukan antisipasi dengan baik.

Dalam penelitian Phillips et al. (2003) tentang earning management, bertujuan untuk menguji kegunaan dari beban pajak tangguhan dalam mengidentifikasi manajemen laba untuk memenuhi tiga sasaran laba: (1) untuk menghindari melaporkan penurunan laba, (2) untuk menghindari pelaporan kerugian, dan (3) untuk menghindari gagal untuk

commit to user

Amerika Serikat dengan membandingkan antara beban pajak tangguhan (scale earning changes , scaled earning, dan analysts forecast) dengan tiga model yang dipakai untuk memprediksi manajemen laba yaitu model accrual, modified jones, dan forward looking mode .

Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Phillips et al. (2003) ditemukan bahwa beban pajak tangguhan berguna dalam mendeteksi manajemen laba untuk menghindari penurunan laba, beban pajak tangguhan adalah bertahap berguna melampaui total accrual dalam mengidentifikasi manajemen laba untuk menghindari kerugian, hanya akrual total berguna dalam mendeteksi laba manajemen untuk menghindari gagal memenuhi perkiraan analis. Didalam temuan Phillips et al. (2003) juga disebutkan bahwa beban pajak tangguhan lebih superior dibandingkan model akrual untuk menghindari penurunan pendapatan dan untuk menghindari kerugian namun perhitungan akrual dapat melengkapi beban pajak tangguhan dalam mendeteksi manajemen laba.

B. Perumusan Masalah

Penelitian yang dilakukan oleh Phillips et al. (2003) didasarkan pada peraturan pajak yang berlaku di Amerika Serikat yaitu SFAS No.109. Di Indonesia sendiri mulai tahun 1999 efektif menggunakan PSAK No. 46 terkait dengan pajak tangguhan. Walaupun PSAK No. 46 tentang Akuntansi PPh diadopsi dari SFAS No. 109 yang diterapkan di Amerika Serikat, namun adanya perbedaan beberapa ketentuan dalam perpajakan antara Indonesia dengan Amerika Serikat membuat beberapa hal disajikan berbeda pula. Ketentuan perpajakan Indonesia tidak memperkenankan penerapan

commit to user

tersebut juga tidak selama 10 tahun sebagaimana di Amerika Serikat, tetapi 5 tahun saja. Adanya perbedaan peraturan pajak antar negara di dunia mendorong penelitian ini untuk membuktikan apakah hasil penelitian akan berbeda di negara lain di luar Amerika Serikat terutama di Indonesia.

Dalam penelitian ini menggunakan total accrual, karena model ini lebih baik daripada modified jones, dan forward looking mode yang sudah dibuktikan dalam penelitian Phillips et al. (2003) bahwa total akrual lebih berguna dalam meneliti manajemen laba. Penelitian Phillips et al. (2003) tidak memisahkan jenis industri baik manufaktur atau non manufaktur sehingga tidak bisa dibedakan apakah jenis industri juga berpengaruh terhadap manajemen laba, sedangkan model dalam penelitian ini memasukan jenis industri terhadap manajemen laba sehingga akan diketahui apakah jenis industri berpengaruh terhadap manajemen laba. Penelitian ini hendak menguji pengaruh beban pajak tangguhan perusahaan terhadap manajemen laba tahun 2006 sampai dengan 2010 dengan mengambil sampel perusahaan LQ 45 karena terkait dengan pengawasan perusahaan LQ 45 selalu menjadi sorotan umum sehingga perusahaan yang terdaftar dalam LQ 45 selalu berusaha untuk menjaga kredibilitasnya. Oleh karena itu perusahaan cenderung melakukan manajemen laba untuk menaikkan atau memaksimalkan laba perusahaan.

Dengan adanya gap penelitian di atas penelitian ini bermaksud untuk menguji pengaruh beban pajak tangguhan terhadap manajemen laba di Indonesia. Pertanyaan penelitian yang hendak dijawab melalui penelitian ini adalah:

commit to user

2. Apakah jenis perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan utama dilakukannya penelitian ini adalah:

1. Untuk mendapatkan bukti empiris bahwa beban pajak berpengaruh terhadap manajemen laba.

2. Untuk mendapatkan bukti empiris bahwa jenis perusahaan berpegaruh terhadap manajemen laba.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

1. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan studi dengan memberikan bukti empiris terkait dengan earning management.

2. Bagi peneliti lain, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk kajian penelitian selanjutnya, khususnya penelitian di bidang akuntansi keuangan dan earning management.

3. Bagi investor dan calon investor yang melakukan investasi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan untuk membuat keputusan investasi, terutama yang terkait dengan pengaruh manajemen laba.

commit to user

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Laba Akuntansi

Laba akuntansi (accounting income) merupakan salah satu informasi yang menurut AICPA yang dikutip Harahap (2007), laba akuntansi (accounting income) adalah perubahan dalam ekuitas (net asset) dari suatu entitas selama satu periode tertentu yang diakibatkan oleh transaksi dan kejadian atau peristiwa yang berasal bukan dari pemilik. Sedangkan IAI mendefinisikan income sebagai kenaikan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.

Menurut Belkaoui yang dikutip Harahap (2007) yang dimaksud dengan laba akuntansi adalah perbedaan antara revenue yang direalisasi yang timbul dari transaksi pada periode tertentu dihadapkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tersebut. Definisi tentang laba tersebut mengandung lima sifat, yaitu:

a. laba akuntansi didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi, yaitu timbulnya hasil dan biaya untuk mendapatkan hasil tersebut,

b. laba akuntansi didasarkan pada postulat periodik laba itu, artinya merupakan prestasi perusahaan itu pada periode tertentu,

c. laba akuntansi didasarkan pada prinsip revenue yang memerlukan batasan tersendiri tentang apa yang termasuk hasil,

commit to user

yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan hasil tertentu,

e. laba akuntansi didasarkan pada prinsip maching artinya hasil dikurangi biaya yang diterima/dikeluarkan dalam periode yang sama.

2. Laba Fiskal

Adanya perbedaan antara prinsip akuntansi dengan aturan perpajakan mengharuskan manajer untuk membuat dua jenis laporan laba rugi, yaitu laporan laba rugi komersil dan laporan laba rugi fiskal. Laporan laba rugi komersil disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan, sedangkan laporan laba rugi fiskal disusun berdasarkan aturan perpajakan. Penghasilan kena pajak yang merupakan dasar perhitungan pajak penghasilan merupakan output dari rekonsiliasi fiskal antara laporan laba rugi komersil dengan ketentuan pembukuan pajak menurut Undang-Undang Perpajakan. Hal ini menimbulkan dua jenis penghasilan, yaitu laba sebelum pajak (menurut perhitungan laba rugi berdasarkan standar akuntansi) dan penghasilan kena pajak (menurut perhitungan laba rugi fiskal). Terjadinya fenomena book tax gap ini yaitu perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal (book tax gap) dapat menimbulkan peluang terjadinya manajemen laba dan kualitas laba perusahaan.

Laba yang dilaporkan juga menjadi dasar dalam penetapan pajak. Sering kali terjadi perbedaan antara laba akuntansi dengan laba fiskal. Perbedaan ini disebabkan perbedaan tujuan masing-masing dalam pelaporan laba. Perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal (book-tax differences) dapat memberikan informasi mengenai kualitas laba. Logika

commit to user

pengukuran laba fiskal.

Beberapa peneliti kualitas laba telah memusatkan perhatiannya pada selisih antara laba akuntansi dan laba fiskal (Mills et al., 2002 dalam Nissim et al., 2004). Mereka berpendapat bahwa perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal (book-tax differences) dapat memberikan informasi mengenai kualitas laba. Logika yang mendasarinya adalah adanya sedikit kebebasan akuntansi yang diperbolehkan dalam pengukuran laba fiskal sehingga perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal (book-tax differences) dapat memberikan informasi tentang management discretion dalam proses akrual. Seida (2003) dalam Hanlon (2005) juga menyatakan bahwa laba fiskal dapat digunakan sebagai benchmark untuk mengevaluasi laba akuntansi. Apabila angka laba diduga oleh publik sebagai hasil rekayasa manajemen, maka angka laba tersebut dinilai mempunyai kualitas rendah, dan konsekuensinya adalah publik akan merespon negatif angka laba yang dilaporkan tersebut.

Selain itu beberapa literatur analisis keuangan menegaskan peranan book-tax differences untuk menilai kualitas laba yang dilaporkan oleh manajemen. Contohnya, Revsine et al. (1999, 633) menyatakan:

“A widening excess of book income over taxable income represents a potential danger signal that should be investigated, because... it might be an indication of deteriorating earnings quality ”

Palepu et al (2000) Dalam Hanlon (2005) menyatakan bahwa semakin besar perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal menunjukkan red flag bagi pengguna laporan keuangan, dan Penman (2001, 612) juga menyatakan bahwa book-tax differences

commit to user

suatu perusahaan.

Salah satu kewajiban perusahaan kepada negara adalah menyetor dan melaporkan pajak penghasilan. Untuk menghitung besarnya pajak penghasilan yang harus dibayar kepada negara, terlebih dahulu harus diketahui besarnya laba fiskal.

Menurut IAI dalam PSAK No. 46, laba fiskal (taxable profit) adalah laba selama satu periode yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan yang menjadi dasar penghitungan pajak penghasilan.

Pengelompokan penghasilan dan beban oleh peraturan perpajakan mengakibatkan laba akuntansi berbeda dengan laba fiskal. Dalam rangka menghitung laba fiskal perlu dilakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap laba akuntansi sebelum pajak penghasilan berdasarkan ketentuan peraturan Undang-Undang Pajak Penghasilan beserta peraturan pelaksanaannya yang lebih dikenal dengan istilah rekonsiliasi fiskal.

3. Akrual Terdapat dua jenis basis pencatatan yaitu basis kas (cash basis) dan basis akrual (accrual basis). Menurut akuntansi basis kas, pendapatan dicatat hanya pada saat kas diterima dan beban dicatat pada saat kas dikeluarkan. Akuntansi berbasis akrual, transaksi-transaksi yang mempengaruhi laporan keuangan perusahaan dicatat pada periode di mana transaksi tersebut terjadi bukan pada saat kas diterima atau dikeluarkan. Informasi yang disajikan pada basis akrual mengungkapkan hubungan yang mungkin penting dalam memprediksi masa depan sehingga dapat lebih bermanfaat untuk tujuan

commit to user

dengan prinsip akuntansi.

Satwika dan Damayanti (2005) menyatakan bahwa akrual merupakan jumlah penyesuaian akuntansi yang dibutuhkan untuk mengubah arus kas operasi menjadi laba bersih. Akrual kemudian dibagi menjadi dua jenis, antara lain:

a. nondiscretionary accrual (normal accruals) yaitu pengakuan akrual yang wajar dan tunduk pada saat standar atau peraturan akuntansi yang berlaku umum,

b. discretionary accrual (abnormal accruals) yaitu pengakuan akrual yang bebas, tidak diatur, dan merupakan pilihan kebijakan manajemen.

Dengan basis akrual akan menyediakan banyak keleluasaan bagi manajer dalam hal pengakuan pendapatan dan beban. Manajemen perusahaan kemudian dapat melakukan manipulasi dengan menggunakan discretionary accrual.

Pendapat lain yang dinyatakan oleh Sulistyanto (2008) menyatakan bahwa discretionary accrual merupakan komponen akrual hasil rekayasa manajerial dengan memanfaatkan kebebasan dan keleluasaan dalam estimasi dan pemakaian standar akuntansi. Terdapat beberapa metode yang bisa dipakai manajer perusahaan untuk merekayasa besar kecilnya discretionary accrual ini sesuai dengan tujuan yang ingin dicapainya, misalkan kebebasan menentukan estimasi dan memilih metode depresiasi aktiva tetap, menentukan estimasi prosentase jumlah piutang tak tertagih, memilih metode penentuan jumlah persediaan, dan sebagainya. Sementara itu, Sulistyanto (2008) juga menyatakan bahwa pengertian non-discretionary accrual merupakan komponen akrual yang diperoleh secara alamiah dari dasar pencatatan akrual dengan mengikuti standar

commit to user

dipilih harus mengikuti metode yang diakui dalam prinsip akuntansi.

4. Konsep Akrual

Dalam akuntansi terdapat basis akrual (accrual basis) dan basis kas (cash basis ). Basis akrual mengakui penghasilan (revenue) pada saat diperoleh dan mengakui beban yang terkait dengan penghasilan tersebut pada periode yang sama, tanpa memperhatikan saat penerimaan kas dari penghasilan yang bersangkutan. Dengan dasar akrual, pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian dan dicatat dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan (PSAK, 2002). Sedangkan basis kas mengakui penghasilan dan beban atas dasar kas tunai yang diterima.

Konsep akrual memenuhi konsep dasar akuntansi yaitu matching of cost with revenue (membandingkan penghasilan dengan beban/biaya). Menurut konsep ini, pengakuan beban atau pendapatan harus diakui sesuai dengan hak yang diukur dalam satu periode akuntansi tanpa mempertimbangkan adanya penerimaan kas tunai. Dengan demikian, aktiva, kewajiban, ekuitas, penghasilan dan beban diakui pada saat kejadian, bukan pada saat kas atau setara kas diterima dan dicatat serta disajikan dalam laporan keuangan pada periode terjadinya. Beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar hubungan langsung antara biaya yang timbul dengan pos penghasilan tertentu yang diperoleh (PSAK, 2002). Dengan demikian, pengakuan pendapatan dan beban menurut standar akuntansi yang diterima umum menggunakan konsep akrual, dan laba bersih operasi yang didasarkan pada perhitungan akrual disebut laba akrual.

commit to user

management oleh manajer untuk menaikkan atau menurunkan angka akrual dalam laporan laba rugi (Hidayati & Zulaikha, 2003). Perekayasaan laba juga dapat dilakukan dengan mendistorsi laba dengan cara menggeser periode pengakuan biaya dan pendapatan (Fischer & Rozenzweig, 1995).

Konsep akrual terdiri atas akrual diskresioner (discretionary accrual) dan akrual non diskresioner (nondiscretionary accrual). Discretionary accrual adalah pengakuan laba akrual atau beban yang bebas, tidak diatur, dan merupakan pilihan kebijakan manajemen, sedangkan nondiscretionary accrual adalah pengakuan laba akrual yang wajar, tidak dipengaruhi kebijakan manajemen, serta tunduk pada suatu standar atau prinsip akuntansi yang berlaku umum, dan jika standar tersebut dilanggar akan mempengaruhi kualitas laporan keuangan (Hidayati & Zulaikha, 2003). Hasil penelitian Subramanyam pada tahun 1996 menunjukkan bahwa komponen laba berupa akrual diskresioner dan akrual nondiskresioner tersebut akan direspon oleh pasar saham.

Untuk melakukan penelitian mengenai manajemen laba digunakan discretionary accrual yang merupakan akrual tidak normal dan merupakan pilihan kebijakan manajemen. Selain itu, akrual diskresioner mencerminkan informasi privat yang diberikan oleh manajer untuk mencerminkan kondisi atau nilai ekonomis suatu perusahaan, sehingga memungkinkan manajer terlibat dalam pelaporan yang oportunistik untuk memaksimalkan kemakmuran mereka (Subramanyam, 1996).

commit to user

Manajemen laba adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh pihak manajemen yang menaikkan atau menurunkan laba yang dilaporkan dari unit yang menjadi tanggung jawabnya yang tidak mempunyai hubungan dengan kenaikkan atau penurunan profitabilitas perusahaan untuk jangka panjang. Dengan demikian, manajemen laba dapat diartikan sebagai suatu tindakan manajemen laba yang mempengaruhi laba yang dilaporkan dan memberikan manfaat ekonomi yang keliru kepada perusahaan, sehingga dalam jangka panjang hal tersebut akan sangat menggangu bahkan membahayakan perusahaan. Setiawati dan Na’im (2000) dalam Wisnumurti (2010) menyatakan bahwa manajemen laba merupakan campur tangan dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri. Manajemen laba sendiri dapat mengakibatkan berkurangnya kredibilitas laporan keuangan, menambah bias dalam laporan keuangan dan dapat membuat pemakai laporan keuangan mempercayai angka laba hasil rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa rekayasa. Sugiri (1998) dalam Widyaningdyah (2001) menyatakan bahwa membagi definisi earnings management menjadi dua, yaitu:

a. definisi sempit, earnings management dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan metode akuntansi. Earnings management dalam artian sempit ini didefinisikan sebagai perilaku manajemen untuk mengubah komponen discretionary accruals dalam menentukan besarnya earnings,

b. definisi luas, earnings management merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan (mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit dimana

commit to user

profitabilitas ekonomi jangka panjang unit tersebut.

Manajemen laba sebagai suatu intervensi dengan maksud tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja memperoleh beberapa keuntungan pribadi. Manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan judgment dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk merubah laporan keuangan, sehingga menyesatkan stakeholder tentang kinerja ekonomi perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil yang berhubungan dengan kontrak yang tergantung pada angka akuntansi yang dilaporkan. Manajemen laba merupakan pemilihan kebijakan akuntansi untuk mencapai tujuan khusus.

Schipper (1989) mendefinisikan manajemen laba sebagai suatu intervensi dengan maksud tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja memperoleh beberapa keuntungan pribadi. Healy dan Wahlen (1999) menyatakan bahwa manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan judgement dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk merubah laporan keuangan, sehingga menyesatkan stakeholder tentang kinerja ekonomi perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil yang berhubungan dengan kontrak yang tergantung pada angka akuntansi yang dilaporkan. Manajemen laba merupakan pemilihan kebijakan akuntansi untuk mencapai tujuan khusus (Scott 2000: 351).

Secara umum, manajemen laba dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi, mengubah serta memilih metode akuntansi, dan merekayasa saat transaksi dengan menggeser periode biaya atau pendapatan. Estimasi

commit to user

waktu depresiasi aktiva tetap atau amortisasi aktiva tak berwujud, dan lain-lain. Manajemen juga dapat mengubah meode akuntansi dengan syarat alasan serta dampak dari perubahan tersebut dijelaskan. Manajemen dapat memilih berbagai metode akuntansi yang dianggap paling baik bagi manajemen. Selain itu manajemen juga dapat menggeser periode biaya dan pendapatan. Sebagai contoh, manajemen dapat mempercepat atau menunda pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan, biaya promosi dan lain-lain.

Banyak penelitian yang dilakukan oleh para peneliti untuk membahas mengenai manajemen laba. Salah satu diantaranya adalah penelitian yang dilakukan Schipper (1989) dalam Belkaoui (2004) melihat manajemen laba sebagai suatu intervensi yang disengaja pada proses pelaporan eksternal dengan maksud untuk mendapatkan beberapa keuntungan pribadi, yang dapat dilakukan melalui pemilihan metode-metode akuntansi dalam GAAP (General Accepteccounting Principles) ataupun dengan cara menerapkan metode-metode yang telah ditentukan dengan cara tertentu. Healy dan Wahlen (1999) dalam Sutrisno (2002: 164) menyatakan bahwa manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan pertimbangan dalam pelaporan keuangan dan membentuk transaksi untuk mengubah laporan keuangan dengan tujuan untuk memanipulasi besaran laba kepada stakeholders tentang kinerja ekonomi yang mendasari perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil perjanjian yang tergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan. Copeland (1968) dalam Utami (2005) mendefinisikan manajemen laba sebagai suatu usaha manajemen untuk memaksimumkan atau meminimumkan laba, termasuk perataan laba sesuai dengan keinginan manajemen. Perbedaan pemahaman

commit to user

digunakan untuk mengidentifikasi akivitas rekayasa manajerial ini. Secara umum ada 3 kelompok model empiris manajemen laba yang diklasifikasikan atas dasar basis pengukuran yang digunakan, yaitu (Sulistyanto, 2008):

a. model berbasis akrual merupakan model yang menggunakan discretionary accruals sebagai proksi manajemen laba. Model manajemen laba ini dikembangkan oleh Healy (1985), De Angelo (1986), Jones (1991), serta Dechow et al. (1995),

b. model yang berbasis specific accruals, yaitu pendekatan yang menghitung akrual sebagai proksi manajemen laba dengan menggunakan item laporan keuangan tertentu dari industri tertentu pula. Model ini dikembangkan oleh Mc Nichols dan Wilson (1988) Petroni (1992), Beaver dan Engel (1996), Beneish (1997), serta Beaver dan Mc Nichols (1998),

c. model distribution of earnings dikembangkan oleh Burgatler dan Dichey (1997), Degeorge et al. (1999), serta Myers dan Skinner (1999).

Sejauh ini hanya model berbasis agregate accruals yang diterima secara umum sebagai model yang memberikan hasil paling kuat dalam mendeteksi manajemen laba karena (Sulistyanto, 2008):

a. model empiris ini sejalan dengan akuntansi berbasis akrual yang selama ini digunakan dalam pencatatan transaksi. Model akuntansi akrual dapat memunculkan akun akrual yang mudah untuk dipermainkan nominalnya karena akun ini berasal dari transaksi-transaksi yang tidak disertai penerimaan dan pengeluaran kas,

b. model aggregate accruals menggunakan semua komponen laporan keuangan untuk mendeteksi rekayasa keuangan.

commit to user

dikembangkan oleh Dechow et al. (1995). Komponen total accruals dalam Healy dapat dipisahkan menjadi dua, yaitu discretionary accruals dan non discretionary accruals . Discretionary accruals merupakan komponen total accruals yang berasal dari rekayasa manajerial dengan memanfaatkan kebebasan dan fleksibelitas dalam menentukan nilai estimasi pada metode akuntansi. Misalnya, kebebasan dalam menentukan estimasi nilai residu dalam penyusutan aktiva tetap dan estimasi nilai persentase piutang tidak tertagih. Sementara itu, non discretionary accruals merupakan komponen total accruals yang diperoleh secara alami dari pencatatan akuntansi dengan mengikuti standar akuntansi yang diterima secara umum.

6. Beban Pajak Tangguhan

Beban pajak tangguhan ini mencerminkan besarnya beda waktu yang telah dikalikan dengan suatu tarif pajak marginal. Beda waktu timbul karena adanya kebijakan akrual (discretionary accruals) tertentu yang diterapkan sehingga terdapat suatu perbedaan waktu pengakuan penghasilan atau biaya antara akuntansi dengan pajak. Mengingat bahwa kebijakan akrual tersebut merupakan cara manajer melakukan manajemen laba dan beban pajak tangguhan ini merefleksikan kebijakan akrual tersebut dengan besaran beda waktu yang dihasilkan, maka beban pajak tangguhan ini dijadikan suatu ukuran dalam mendeteksi manajemen laba pada penelitian ini. Beban pajak tangguhan yang dijadikan variabel dalam penelitian ini diperoleh dari beban pajak tangguhan pada periode laporan keuangan dibagi dengan total aktiva pada periode sebelumnya.

commit to user

(yaitu laba dalam laporan keuangan untuk kepentingan pihak eksternal) dengan laba fiskal (laba yang digunakan sebagai dasar perhitungan pajak). Perbedaan antara laporan keuangan akuntansi dan fiskal disebabkan dalam penyusunan laporan keuangan, standar akuntansi lebih memberikan keleluasaan bagi manajemen dalam menentukan prinsip dan asumsi akuntansi dibandingkan yang diperbolehkan menurut peraturan pajak. Palepu et al. (2000) menyatakan bahwa semakin besar perbedaan antara laba yang dilaporkan perusahaan (laba komersial) dengan laba fiskal menunjukkan bendera merah bagi pengguna laporan keuangan. Semakin besar persentase beban pajak tangguhan terhadap total beban pajak perusahaan menunjukkan pemakaian standar akuntansi yang semakin liberal (Hawkins, 1998).

B. Pengembangan Hipotesis

1. Model Manajemen Laba

Burgstahler dan Dichev (1997), Holland dan Ramsay (2003), Dechow et al. (2003) menggunakan distribusi laba untuk mendeteksi manajemen laba dalam perusahaan dan menganggap terpatahnya distribusi frekuensi perusahaan di sekitar ambang batas pelaporan laba dapat dijadikan proksi dilakukannya manajemen laba. Burgstahler dan Dichev (1997) dalam Yulianti (2004) menjelaskan bahwa penyimpangan yang terjadi di sekitar titik nol (ambang batas pelaporan laba) disebabkan keinginan manajemen menggeser laba dari nilai negatif ke nilai positif. Mereka juga menganggap manajemen laba yang dilakukan perusahaan adalah untuk memenuhi dua tujuan, yaitu menghindari pelaporan kerugian dan menghindari penurunan laba. Penelitian ini bermaksud

commit to user

perusahaan yang terdaftar di BEI melakukan manajemen laba untuk menghindari kerugian dan menghindari penurunan laba.

2. Pengaruh Beban Pajak Tangguhan terhadap Manajemen Laba

Hanlon and Shevlin (2004) dalam Atwood et al. (2007) mengatakan bahwa secara spesifik sistem perpajakan dirancang untuk meningkatkan pendapatan negara, sebaliknya sistem akuntansi dirancang untuk menyediakan informasi tentang kinerja perusahaan dan diharapkan dapat menekan asimetris informasi yang mungkin terjadi antara manajemen sebagai pihak internal dan pengguna laporan keuangan sebagai pihak eksternal. Perbedaan yang timbul antara akuntansi pajak dan komersial dapat menyediakan informasi tambahan bagi pengguna laporan keuangan untuk menilai kualitas current earnings (Philips et al. 2003 dan Tang, 2005). Alasannya karena peraturan perpajakan lebih membatasi keleluasaan penggunaan diskresi dalam menghitung penghasilan kena pajak, itulah sebabnya selisih laba komersial dan laba fiskal (book-tax gap) dapat menginformasikan tentang diskresi manajemen dalam proses akrual (Hanlon, 2005).

Nugraheni (2008) yang menganalisis beban pajak tangguhan dan akrual dalam mendeteksi manajemen laba, menemukan bahwa beban pajak tangguhan tidak dapat menjadi prediktor manajemen laba yang lebih baik dalam menghindari melaporkan penuruan laba dibandingkan dengan akrual (modified Jones, forward looking model, Rangan model ) dalam laporan keuangan. Selain itu, baik ukuran akrual ataupun beban pajak tangguhan kurang sesuai digunakan sebagai dasar yang baik dalam mendeteksi manajemen laba. Lain halnya dengan penelitian Yulianti (2005) dan Philips et al. (2003)

commit to user

manajemen laba. Penelitian-peneltian ini menemukan bahwa perusahaan yang termasuk dalam kategori small profit firm memiliki rata-rata beban pajak tangguhan lebih tinggi daripada small loss firm. Yulianti (2005) dan Philips et al. (2003) menduga perusahaan yang tergolong small profit firm melakukan manajemen laba dengan tujuan melewati batas pelaporan laba agar tidak melaporkan angka rugi.

Phillips et al. (2003) juga membandingkan antara beban pajak tangguhan dengan model yang selama ini dipakai untuk memprediksi manajemen laba, yaitu model akrual, dan menemukan bahwa beban pajak tangguhan dapat memprediksi manajemen laba secara lebih baik dibandingkan model modified jones, dan dapat dijadikan pelengkap untuk model total accruals dan forward looking model. Sementara untuk tujuan menghindari kerugian, beban pajak tangguhan dianggap lebih superior dibandingkan model akrual dalam memprediksi manajemen laba yang dilakukan perusahaan.

Berdasarkan penelitian di atas, penelitian ini menghipotesiskan:

H1: Beban pajak tangguhan berpengaruh terhadap manajemen laba.

3. Pengaruh Jenis Industri terhadap Manajemen Laba

Yulianti (2004) menunjukkan bahwa manajemen laba untuk menghindari kerugian terjadi pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEJ antara tahun 1999–2002. Hal ini ditunjukkan oleh terpatahnya distribusi laba sebagai akibat terlalu sedikitnya jumlah small loss firms dan terlalu banyaknya jumlah small profit firms. Sementara

commit to user

perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEJ antara tahun 1999–2002. Yuliati (2005) menyebutkan bahwa jenis perusahaan juga memiliki pengaruh terhadap manajemen laba yang dilakukan perusahaan dimana perusahaan-perusahaan yang berada dalam industri non manufaktur memiliki probabilitas yang lebih tinggi untuk melakukan manajemen laba dibanding dengan perusahaan manufaktur. Berdasarkan penelitian tersebut, penelitian ini menghipotesiskan:

H2: Jenis industri berpengaruh terhadap manajemen laba.

C. Kerangka Pikir

Berdasarkan uraian yang telah dibahas sebelumnya untuk lebih jelasnya maka dapat dilihat pada bagan kerangka pikir sebagai berikut:

Gambar 2.1. Kerangka Pikir.

Pajak Tangguhan

Manajemen Laba

Jenis Industri

commit to user

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatory, untuk memperoleh kejelasan fenomena yang terjadi di dunia empiris (real world) dan berusaha untuk mendapatkan jawaban (verificative), yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan kausalitas antara variabel-variabel melalui analisis data dalam rangka pengujian hipotesis.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi merupakan kelompok orang, kejadian atau peristiwa yang menjadi perhatian para peneliti untuk diteliti (Sekaran, 2003). Populasi yang digunakan sebagai sampel frame penelitian ini adalah perusahaan LQ 45 terdaftar di BEI dan mempublikasikan laporan keuangan auditan per 31 Desember secara konsisten dan lengkap dari tahun 2006–2010. Alasan peneliti mengambil perusahaan yang masuk dalam kategori LQ 45 karena terkait dengan pengawasan perusahaan LQ 45 selalu menjadi sorotan umum sehingga perusahaan yang terdaftar dalam LQ 45 selalu berusaha untuk menjaga kredibilitasnya. Oleh karena itu perusahaan cenderung melakukan manajemen laba untuk menaikkan atau memaksimalkan laba perusahaan.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian atau anggota dari populasi (Sekaran, 2003). Sampel merupakan beberapa anggota yang diambil dari populasi. Sampel yang diteliti tahun

commit to user

dan penilaian variabel. Cara pengambilan sampel (sample design) pada penelitian ini menggunakan metode non-probability sampling. Sebab, pengambilan sampel dengan probability akan membuat sampel memiliki outliers terlalu banyak. Sampling akan dilakukan secara purposive sampling; yaitu teknik penentuan sample dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2007) dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Kriteria yang ditentukan peneliti dalam mengambil sampel adalah:

a. perusahaan yang go public atau terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2010,

b. perusahaan mempublikasikan laporan keuangan tahunan untuk periode 31 Desember 2006-2010 yang dinyatakan dalam rupiah (Rp),

c. perusahaan yang memiliki kelengkapan laporan keuangan, yang dibutuhkan peneliti.

C. Data dan Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu informasi yang diperoleh dari pihak lain (Sekaran, 2000). Alasan menggunakan data sekunder dengan pertimbangan bahwa data ini mudah untuk diperoleh dan memiliki waktu yang lebih luas. Adapun pengumpulan data terdiri dari berikut ini:

a. data perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode penelitian,

b. website dan alamat website perusahaan yang terdaftar di BEI,

c. laporan keuangan tahunan perusahaan selama tahun 2006-2010.

commit to user

1. Variabel Dependen

Dalam mengukur manajemen laba pada penelitian ini, model yang digunakan adalah total accruals (Healy). Pengujian Healy untuk manajemen laba dengan cara membandingkan rata-rata total akrual dibagi total aktiva periode sebelumnya. Healy (1985) menganggap non discretionary accrual (NDA) tidak dapat diobservasi. Model untuk non discretionary accrual adalah sebagai berikut:

NDA= 0

sehingga TA= NDA

Dalam menghitung total accruals menggunakan metode Healy (1985) adalah: TAcc it = EBEI it – (CFO it – EIDO it )

Keterangan:

TAcc it =

Total Akrual perusahaan i pada tahun t

EBEI it = Income Before Extraordinary item perusahaan i pada tahun t CFO it =

Cash flow from operation perusahaan i pada tahun t

EIDO it = Extraordinary items and discountinued operations dari statement of cash flows perusahaan i pada tahun t.

Sedangkan untuk mengukur Non Dicretopnary Accrual adalah sebagai berikut: Σ TAt

NDAτ = ──── T

Keterangan:

NDA τ= Estimasi Non Discretionary Accruals TA =

Total Accrual diskala dengan lag Total Asset

commit to user

jumlah tahun yang mengindikasikan periode peristiwa

τ = tahun subscript yang menunjukkan suatu tahun dalam periode berjalan.

2. Variabel Independen

a. Beban pajak tangguhan

Beban pajak tangguhan ini mencerminkan besarnya beda waktu yang telah dikalikan dengan suatu tarif pajak marginal. Beda waktu timbul karena adanya kebijakan akrual tertentu yang diterapkan sehingga terdapat suatu perbedaan waktu pengakuan penghasilan atau biaya antara akuntansi dengan pajak. Mengingat bahwa kebijakan akrual tersebut merupakan cara manajer melakukan manajemen laba dan beban pajak tangguhan ini merefleksikan kebijakan akrual tersebut dengan besaran beda waktu yang dihasilkan, maka beban pajak tangguhan ini dijadikan suatu ukuran dalam mendeteksi manajemen laba pada penelitian ini. Beban pajak tangguhan yang dijadikan variabel dalam penelitian ini diperoleh dari beban pajak tangguhan (deffered tax asset ) pada periode laporan keuangan dibagi dengan total aktiva pada periode tahun sebelumnya.

E. Metode Analisis Data

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana cara menyajikan, menyusun, maupun mengukur nilai-nilai data yang tersedia atau terkumpul dari suatu penelitian dan akan diperoleh suatu gambaran yang jelas terhadap objek yang diteliti

commit to user

statistik yang cukup penting dalam mempelajari statistik induktif berikutnya (Saleh, 2004).

Berdasarkan penjelasan diatas, statistik deskriptif ini akan digunakan untuk meneliti variabel-variabel yang ada, dengan tujuan mengetahui rata-rata, median, standar deviasi, nilai minimum, dan nilai maksimum dari variabel-variabel yang diteliti.

2. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

Hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi linier berganda, maka terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik. Model regresi yang baik adalah model yang lolos dari semua uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik meliputi:

a. Uji Normalitas Menurut Ghozali (2005), uji normalitas data dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil telah memenuhi kriteria sebaran dan distribusi normal. Untuk menguji normalitas data, peneliti menggunakan uji Kormogolov-Smirnov. Dengan uji ini, diketahui apakah sampel terdistribusi secara normal. Kriteria pengujian dengan dua arah (two-tailed test) yaitu dengan membandingkan probabilitas dengan tingkat signifikansi 5%. Jika ρ > 0,05 maka data terdistribusi secara normal, dan jika ρ < 0,05 maka data tidak terdistribusi secara normal.

b. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui adanya keterkaitan hubungan antara variabel independen (spss). Penelitian yang mengandung multikolinearitas

commit to user