2.1.2. Ciri-ciri Motivasi Belajar - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model Cooperative Script Berbantuan Permainan Pelangi Tac Tic Toe Siswa Kelas II SDN 1 Kemloko

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Motivasi Belajar

  2.1.1. Pengertian Motivasi Belajar

  Motivasi merupakan suatu kekuatan potensial yang ada pada diri seseorang manusia, yang dapat dikembangkannya sendiri, atau dikembangkan oleh sejumlah kekuatan luar (Winardi, 2001).

  Purwanto (2003), motivasi adalah pendorong suatu usaha yang didasari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak kontinyu untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.

  Mc. Donald dalam Djamarah (2008) mengatakan, motivasi merupakan suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Hal tersebut senada dengan pendapat Djamarah (2008), bahwa motivasi belajar adalah seluruh daya pendorong yang mampu mengubah energi dari dalam diri seseorang kedalam suatu bentuk nyata untuk mencapai keberhasilan dalam belajar.

  Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu usaha yang didasari untuk merubah energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai keberhasilan dalam belajar.

  2.1.2. Ciri-ciri Motivasi Belajar

  Sardiman (2012) mengemukakan ciri-ciri motivasi sebagai berikut: 1.

  Tekun menghadapi tugas (bekerja keras dalam usaha belajar dalam waktu yang lama,tidak pernah menunda atau berhenti sebelum selesai).

2. Ulet menghadapi kesulitan (tidak mudah cepat putus asa).

  3. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah “untuk orang dewasa (misalnya masalah pembangunan agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan pada setiap tindakan kriminal, amoral dan sebagainya).

  4. Lebih senang bekerja mandiri (tidak senang mengandalkan orang lain).

  5. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).

  6. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin pada sesuatu).

  7. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.

  8. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal. Siswa yang telah memenuhi ciri-ciri tersebut maka menurut Sardiman

  (2012) berarti siswa tersebut telah memiliki motivasi yang cukup kuat. Ciri-ciri motivasi seperti itu akan sangat penting dalam kegiatan belajar-mengajar. Dalam kegiatan belajar-mengajar akan berhasil baik, bila siswa tekun mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan berbagai masalah dan hambatan yang dialaminya secara mandiri. Siswa juga harus lebih peka dan responsif dalam menyikapi berbagai permasalahan umum yang dihadapi serta bagaimana memikirkan pemecahannya. Guru harus mampu memahami benar mengenai hal-hal diatas, agar dalam berinteraksi dengan siswanya dapat memberikan motivasi yang tepat dan optimal.

2.1.3. Faktor – Faktor Motivasi Belajar

  Ghiselli dan Brown (Handoko, 1996), motivasi dipengaruhi oleh dua faktor,faktor yang pertama adalah faktor internal dan faktor yang kedua adalah faktor eksternal.

  1. Faktor individu atau internal Faktor individu adalah faktor pendorong motivator yan berasal dari dalam diri individu, meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, sifat fisik, intelegensi dan lain-lain.

  2. Faktor situasional atau eksternal Faktor eksternal adalah faktor pendorong motivasi belajar yan dengan teman sekelas, metode mengajar, kebijakan sekolah, sarana dan prasarana belajar, hubungan dengan pengajar dan lain-lain.

2.1.4. Macam – Macam Motivasi Belajar

  Menurut Djamarah (2008) dalam perkembangannya motivasi belajar dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: 1)

  Motivasi ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Motivasi belajar dikatakan ekstrinsik bila anak didik menempatkan tujuan berlajarnya diluar faktor-faktor situasi belajar anak didik belajar karena hendak mencapai tujuan yang terletak diluar hal yang dipelajarinya. Misalnya untuk mencapai angka tertinggi, diploma, gelar, kehormatan dan sebagainya.

  2) Motivasi intrinsik

  Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Salah satu motif yang mendorong dalam motivasi intrinsik adalah motivasi berprestasi. Djamarah (2008), pada umumnya motivasi hanya terbagi dari dua sudut pandang, yakni motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena didalam individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi ekstrinsik menurutnya adalah motif- motif yang aktif dan berfungsi karena ada rangsangan dari luar.

  Pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam diri siswa. Motivasi ini muncul dari dalam diri siswa tanpa adanya rangsangan dari luar.

  2.1.5. Unsur – Unsur yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

  Banyak unsur yang mempengaruhi motivasi belajar yaitu : 1)

  Cita-cita atau aspirasi siswa 2)

  Kemampuan siswa 3)

  Kondisi lingkungan siswa 4)

  Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran 5)

  Upaya guru dalam membelajarkan siswa Motivasi belajar memang diperlukan oleh siapa saja yang memiliki keinginan untuk maju dan berhasil. Tanpa keinginan yang disertai motivasi yang kuat maka cita-cita yang diharapkan tidak akan berhasil, karena kurangnya motivasi yang didapat seseorang akan menurunkan semangat.

  2.1.6. Aspek – Aspek Motivasi Belajar

  Fikrotur Rofiah dalam www.eurekapendidikan.com, Menurut Sadirman (2000) memberikan motivasi kepada seorang siswa, berarti menggerakkan siswa untuk melakukan suatu atau ingin melakukan sesuatu. Untuk membangkitkan motivasi belajar siswa, guru sebaiknya menjelaskan materi pelajaran dengan cara yang sistematis, bahasa yang sederhana dan mudah simengerti siswa. Seorang siswa melakukan aktivitas belajar dengan senang apabila materi yang disampaikan guru menarik perhatian dan minatnya serta didasarkan pada kebutuhan siswa, misalnya untuk meraih prestasi yang baik.

  Motivasi belajar siswa dapat dilihat melalui sikap yang ditunjukkan siswa pada saat pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Menurut Sudjana (2005) motivasi belajar siswa dapat dilihat dalam hal : a.

  Minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran.

  Slameto (1995), minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seserorang, diperhatikan terus menerus yang disertai rasa senang. Sedangkan menurut Pasaribu dan Simanjuntak (1986) minat merupakan gejala kejiwaan yang berhubungan dengan sifat subjek terhadap objek. merupakan rasa suka yang dimiliki seseorang terhadap suatu objek sehingga rasa suka tersebut menimbulkan suatu aktivitas yang positif tanpa ada yang menyuruh. Indikator dalam aspek ini antara lain : senang

  • – terhadap pelajaran, senang terhadap guru, dan senang mengerjakan soal soal.

  b.

  Semangat siswa untuk melaksanakan tugas – tugas belajarnya.

  Siswa diharapkan mempunyai semangat belajar yang tinggi baik di rumah maupun di sekolah karena semangat belajar siswa memegang peranan penting dalam belajar. Sesuai dengan pendapat Rohani dan Ahmadi (1995) salah satu fungsi motivasi adalah untuk memberi semangat dan mengaktifkan peserta didik supaya tetap berminat belajar. Siswa yang memiliki semangat belajar yang tinggi ditunjukkan dalam berbagai aktivitas yang positif. Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999) siswa yang memiliki semangat belajar yang tinggi akan aktif bertanya kepada guru atau siswa lain apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya. Indikator dalam aspek ini antaralain : kesadaran siswa untuk belajar dan kesadaran siswa untuk mendalami materi pelajaran.

  c.

  Tanggung jawab siswa untuk melaksanakan tugas-tugas belajarnya.

  Pendapat Dimyati dan Mudjiono (1999), kemauan merupakan tindakan mencapai tujuan belajar. Siswa dikatakan memiliki tanggung jawab dalam mengerjakan tugas-tugas belajarnya bila mendapat tugas untuk mengerjakan soal-soal dari guru, siswa tersebut mengerjakan sendiri tugasnya tanpa mencontoh pekerjaan kawannya. Menurut Djamarah (2000) ketika guru memberikan tugas maka siswa langsung mengerjakan tugas tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa siswa tersebut mempunyai tanggung jawab yang tinggi terhadap tugas yang diberikan oleh guru karena siswa merasa tugas tersebut merupakan suatu kewajiban yang harus diselesaikan tanpa menunda waktu. Indikator dalam aspek ini antaralain : kemauan siswa dalam mengerjakan soal

  • – soal, kemauan siswa dalam mengerjakan PR, dan kemauan siswa untuk memperoleh nilai baik.
d.

  Rasa senang dalam mengerjakan tugas dari guru.

  Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999) rasa senang siswa terhadap tugas yang diberikan oleh guru dapat diwujudkan melalui partisipasi dalam mengerjakan tugas tersebut. Apabila guru membentuk siswa dalam suatu kelompok belajar siswa langsung bergabung dalam kelompok belajarnya dan bersama-sama mengerjakan tugas dari guru. Dalam kelompok belajar tersebut siswa tidak menggantungkan diri pada orang lain. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Djamarah (2000) yang menyatakan bahwa semua anggota kelompok seharusnya memiliki kesempatan untuk berpartisipasi memberikan sumbangan pemikirannya. Indikator dalam aspek ini adalah kesadaran siswa untuk tidak mencontek.

  e.

  Reaksi yang ditunjukkan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru.

  Proses interaksi antara guru dengan siswa dalam proses belajar mengajar dapat terjadi karena guru memberikan stimulus pada siswa dan siswa memberikan reaksi terhadap stimulus yang diberikan oleh guru. Menurut Rohani dan Ahmadi (1995) salah satu cara untuk menumbuhkan motivasi adalah memberikan stimulus baru, misalnya melalui pertanyaan- pertanyaan kepada peserta didik. Sudjana (1992) berpendapat bahwa interaksi antara guru dengan siswa dapat dilihat dalam tanya jawab yang dilakukan oleh guru pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Dorongan untuk berprestasi merupakan indikator dalam aspek ini.

2.1.7. Fungsi Motivasi Belajar dalam Pembelajaran

  Menurut Djamarah (2008), terdapat tiga fungsi motivasi dalam belajar yaitu :

  1. Motivasi sebagai pendorong perbuatan, jadi motivasi merupakan suatu pendorong yang mampu mempengaruhi sikap apa ynag seharusnya siswa ambil dalam rangka belajar.

  2. Motivasi sebagai penggerak perbuatan, jadi motivasi merupakan suatu dorongan psikologis yang melahirkan sikap terhadap anak didik itu yang merupakan suatu kekuatan tak terbendung, kemudian menjelma dalam bentuk gerakan psikofisik.

3. Motivasi sebagai pengarah perbuatan, ke arah tujuan yang hendak dicapai.

  Jadi motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan dan tujuannya.

2.1.8. Prinsip – Prinsip Motivasi Belajar

  Keller (Sugihartono, 2007) telah menyusun seperangkat prinsip-prinsip motivasi yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran, yaitu: 1)

  Attention (Perhatian) Perhatian peserta didik muncul karena didorong rasa ingin tahu.

  Oleh sebab itu, rasa ingin tahu ini perlu mendapat rangsangan, sehingga peserta didik akan memberikan perhatian selama proses belajar. 2)

  Relevance (Relevansi) Relevansi menunjukkan adanya hubungan materi pembelajaran dengan kebutuhan dan kondisi peserta didik. Motivasi peserta didik akan terpelihara apabila mereka menganggap bahwa apa yang dipelajari memenuhi kebutuhan pribadi atau bermanfaat dan sesuai dengan nilai yang dipegang. 3)

  Confidence (Percaya diri) Merasa diri kompeten atau mampu, merupakan potensi untuk dapat berinteraksi secara positif dengan lingkungan. Prinsip yang berlaku dalam hal ini adalah bahwa motivasi akan meningkat sejalan dengan meningkatnya harapan untuk berhasil. Motivasi dapat memberikan ketekunan untuk membawa keberhasilan (prestasi), dan selanjutnya pengalaman sukses tersebut akan memotivasi untuk mengerjakan tugas berikutnya. 4)

  Satisfaction (Kepuasan) Keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan akan menghasilkan kepuasan. Kepuasan karena mencapai tujuan dipengaruhi oleh individu. Untuk meningkatkan dan memelihara motivasi peserta didik, dapat menggunakan pemberian penguatan berupa pujian, pemberian kesempatan, dsb.

2.1.9. Cara Menumbuhkan Motivasi

  Menurut Djamarah (2008), terdapat sepuluh cara untuk munumbuhkan motivasi dalam belajar, yaitu : 1)

  Memberi Angka Angka dimaksud adalah sebagai simbol atau nilai dari hasil aktifitas belajar anak didik yang diberikan ssesuai hasil ulangan yang telah mereka peroleh dari hasil penilaian guru yang biasanya terdapat didalam buku raport sesuai jumlah mapel yang diprogramkan.

  2) Hadiah

  Hadiah adalah memberikan sesuatu kepada anak didik yang berprestasi yang berupa uang beasiswa, buku tulis, alat tulis atau buku bacaan lainya yang dikumpulkan dalam sebuah kotak terbungkus dengan rapi, untuk memotivasi anak didik agar senantiasa mempertahankan prestasi belajar selama berstudi. 3)

  Kompetisi Kompetisi adalah persaingan yang digunakan sebagi alat motivasi untuk mendorong anak didik agar mereka bergairah belajar, baik dalam bentuk undividu maupun kelompok untuk menjadikan proses belajar mengajar yang kondusis.

  4) Ego-Involvement

  Menumbuhkan kesadaran kepada anak didik agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai suatu tantangan sehingga menimbulkan perilaku pekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri dan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya.

  5) Memberikan Ulangan

  Ulangan merupakan strategi yang cukup baik untuk memotivasi anak didik agar lebih giat lagi dalam belajar. Namun ulangan hendaknya tidak dilakukan setiap hari dengan tak terprogram, hanya karena selera, karena hal itu akan menjadi hal yang membosankan bagi anak didik serta dapat menyebabkan perubahan sikap anak didik kurang baik, serta ulangan dianggap sebagai momok yang menakutkan oleh anak didik. Ulangan yang terprogram dan akurat dengan teknik dan strategi yang sistematis dan terencana akan mampu menjadi alat motivasi yang baik. 6)

  Mengetahui Hasil Anak didik akan terdorong untuk belajar lebih giat dengan mengetahui hasil. Apalagi bila hasil belajar tersebut mengalami kemajuan, anak didik berusaha untuk mempertahankannya atau bahkan meningkatkan intensitas belajarnya guna mendapatkan prestasi belajar yang lebih baik di kemudian hari. 7)

  Pujian Pujian yang diucapkan pada waktu yang tepat dapat dijadikan sebagai alat motivasi. Dengan pujian yang diberikan akan memberikan jiwa anak didik lebih bergairah belajar jika hasil pekerjaannya dipuji dan diperhatikan, tetapi

  8) Hukuman

  Meskipun hukuman sebagai reinforcement yang negatif, tetapi bila dilakukan dengan tepat dan bijak akan menjadialat motifasi yang baik dan efektif. Hukuman mendidik dan bebertujuan memperbaiki sikap dan perbuatan anak didik yang dianggap salah dapat berupa sangsi yang diberikan kepada anak didik sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan, sehingga anak didik tidak akan mengulangi kesalahan atau pelanggaran dihari mendatang. 9)

  Hasrat untuk Belajar Dalam diri anak didik memang ada motivasi untuk belajar didik yang tak berhasrat untuk belajar. Hasrat untuk belajar merupakan suatu potensi yang tersedia di dalam diri anak didik. Potensi itu harus ditumbuhsuburkan dengan menyediakan lingkungan belajar yang kreatif sebagai pendukung utamanya. Motivasi ekstinsik sangat diperlukan disini, agar hasrat untuk belajar menjelma perilaku belajar. 10)

  Minat Minat merupakan kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap suatu aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang. Jadi minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.

2.2. Pengertian Hasil Belajar

  Hasil belajar menurut Gagne dan Briggs (Suprihatiningrum, 2013) adalah kemampuan-kemampuan yang di miliki siswa sebagai akibat perbuatan belajar yang di amati melalui penampilan siswa (

  learn’s performance). Sudjana (2005)

  mengatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan

  • – kemampuan yang di miliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Purwanto (2013) mengungkapkan bahwa makna hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa baik yang menyangkut aspek koginif, afektif dan psikomotorik sebagai hasil dari kegiatan belajar.

  Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah melakukan kegiatan belajar yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

2.2.1. Macam – Macam Hasil Belajar

  Menurut Purwanto (2013) macam-macam belajar meliputi pemahaman konsep (aspek kogintif), keterampilan proses (aspek psikomotorik) dan sikap

  1. Pemahaman Konsep Pemahaman menurut Bloom (Purwanto, 2013) adalah seberapa besar siswa mampu menerima, menyerap dan memahami pelajaran yang di berikan oleh guru kepada siswa atau sejauh mana siswa dapat memahami serta mengerti apa yang ia baca, yang dilihat, yang dialami atau yang ia rasakan berupa hasil penelitian atau observasi langsung yang ia lakukan. Sedangkan konsep menurut Dorothy J. Skeel (dalam Nursid, 2005), konsep merupakan sesuatu yang tergambar dalam pikiran, suatu pemikiran, gagasan atau pengertian. Dari dua pengertian tersebut dapat di simpulkan bahwa pengertian pemahaman konsep adalah mengerti dan memahami suatu pelajaran yang tergambar dalam pikiran atau gagasan.

  2. Keterampilan Proses Menurut Usman dan Setiawati (Purwanto, 2013) keterampilan proses merupakan keterampilan yang mengarah kepada pembangunan kemampuan mental, fisik dan social yang mendasar sebagi penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu siswa. Keterampilan yang di maksud disini meliputi kemampuan menggunakan nalar dan pikiran termasuk kreativitas.

  3. Sikap Sikap tidak hanya mencakup aspek mental semata, melainkan mencakup pula respon aspek fisik, jadi harus ada kekompakan antara mental dan fisik. Jika hanya mental saja yang dimunculkan, maka belum tampak jelas sikap seseorang yang ditunjukkannya.

  Berdasarkan uraian diatas dapat di simpulkan bahwa hasil belajar adalah adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya yang meliputi tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Aspek kogitif berupa pemahaman konsep konsep, aspek afektif di tunjukan dengan perubahan secara mental dan fisik sedangkan aspek psikomotik mencakup keterampilan dalam menggunakan pikiran nalar serta kreativitasnya.

2.2.2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

  b.

  1. Kecerdasan Anak Kemampuan merupakan potensi dasar bagi pencapaian hasil

  Menurut Purwanto (2013) mengemukakan ada sepuluh macam faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, sebagai berikut:

  Faktor lingkungan spiritual keagamaan. Berdasarkan kedua faktor tersebut, terdapat faktor yang dapat dikatakan hampir seluruhnya tergantung pada siswa yaitu faktor internal. Sedangkan faktor eksternal hampir sepenuhnya berasla dari luar siswa tersebut.

  d.

  Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah dan fasilitas belajar.

  c.

  Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.

  Moh. Uzer umar dan Lilis setyowati (1993) mengemukakan faktor-faktor yang menentukan pencapaian hasil belajar sebagai berikut:

  1. Faktor Internal a.

  2. Faktor Eksternal a.

  Faktor kematangan fisik maupun psikis.

  c.

  Faktor intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi dan penyesuaian diri.

  Faktor intelektif yang meliputi faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat serta faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang dimiliki. 2)

  Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun diperoleh yaitu sebagai berikut: 1)

  b.

  Faktor jasmani yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, yaitu panca indra yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya seperti mengalami sakit cacat tubuh atau perkembangan tidak sempurna.

  Faktor sosial yang terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, masyarakat dan lingkungan kelompok. lambatnya seorang siswa dalam menerima informasi serta memecahkan suatu permasalah.

  2. Kesiapan dan Kematangan Kesiapan dan kematangan individu ini, erat kaitannya dengan masalah minat dan kebutuhan anak. Hasil belajar yang maksimal juga dipengaruhi oleh tingkat kematangan organ-organ yang sudah berfungsi sebagaimana mestinya.

  3. Bakat Anak Menurut Chaplin yang dimaksud dengan bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki sesorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Kemampuan potensial inilah yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar.

  4. Kemauan Belajar Kemauan belajar menjadi salah satu penentu terhadap keberhasilan belajar. Dengan adanya kemauan belajar maka akan berdampak positif terhadap kegiatan belajar dan selanjutnya akan berpengaruh pada hasil belajar.

  5. Minat Minat diartikan sebagai kecenderungan atau kegairahan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat siswa akan berpengaruh terhadap pemusatan perhatian pada materi yang akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan.

  6. Model Penyajian Materi Pelajaran Penyajian materi pembelajaran harus didesain dengan menarik, agar materi mudah di mengerti dan siswa tidak bosan. Dengan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa, maka akan berpengaruh terhadap keberhasilan belajarnya.

  7. Pribadi dan Sikap Guru Kepriadian dan sikap guru yang kreatif dan penuhh inovatif akan memunculkan perhatian dan tanggapan siswa yang poistif, sehingga dengan adanya hal ini akan meningkatkan semangat belajar yang tinggi

  8. Suasana Pengajaran Guru harus mampu menciptakan suasana pengajaran yang membuat siswa aktif dan dapat berpikir kritis dalam pembelajaran. Dengan suasana pengajaran yang melibatkan partisipasi aktif siswa akan berpengaruh terhadap hasil belajar yang maksimal, karena siswa akan memebrikan nilai yang lebih terhadap proses pembelajaran.

  9. Kompetensi Guru Kompetensi yang dimiliki guru dapat membantu siswa dalam belajar. Guru yang berkompeten dalam bidangnya akan mampu memilih model dan metode pembalajaran yang tepat sesuai dengan karakteristik siswanya, sehingga penyampaian materi akan lebih mudah di serap dan di pahami siswa.

  10. Masyarakat Faktor masyarakat juga salah satu yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Lingkungan masyarakat dengan latar belakang pendidikan yang baik akan mempengaruhi kepribadian siswa. Berdasarkan pernyatan di atas dapat disimpulkan keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar siswa. Faktor dalam diri siswa bersumber pada diri siswa yang akan mempengaruhi kemampuan belajarnya, faktor-faktor itu adalah faktor kecerdasan anak, kesiapan anak, kemauan dan minat belajar dan bakat anak. Sedangkan faktor yang berasal dari luar siswa berupa suasana belajar yang di ciptakan oleh guru, kompetensi guru, lingkungan sosial budaya, lingkungan fisik dan spiritual.

2.3. Pengertian Matematika

  Menurut Abraham S Lunchins dan Edith N Luchins (Erman Suherman, 2003), matematika dapat dijawab secara berbeda-beda tergantung pada bilamana pertanyaan itu dijawab, dimana dijawabnya, siapa yang menjawabnya, dan apa sajakah yang dipandang termasuk dalam matematika.

  Mustafa (Tri Wijayanti, 2011) menyebutkan bahwa matematika adalah dan proses untuk menemukan dengan konsep yang tepat dan lambang yang konsisten, sifat dan hubungan antara jumlah dan ukuran, baik secara abstrak, matematika murni atau dalam keterkaitan manfaat pada matematika terapan.

  Berdasarkan Elea Tinggih (Erman Suherman, 2003), matematika berarti ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar. Hal ini dimaksudkan bukan berarti ilmu lain diperoleh tidak melalui penalaran, akan tetapi dalam matematika lebih menekankan aktivitas dalam dunia rasio (penalaran), sedangkan dalam ilmu lain lebih menekankan hasil observasi atau eksperiment disamping penalaran.

  Definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat, representasinya dengan lambang- lambang atau simbol dan memiliki arti serta dapat digunakan dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan bilangan.

2.4. Pengertian Pembelajaran Matematika

  Pembelajaran adalah suatu kondisi yang dengan sengaja diciptakan oleh guru guna membelajarkan siswa (Djamarah, 2002). Erman Suherman (2003) mengartikan pembelajaran sebagai upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal.

  Menurut Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 (Benny Susetyo, 2005) pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Peserta didik yang dimaksud adalah siswa dan pendidik adalah guru.

  Menurut Sugihartono (2007), pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh guru untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisir, dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil yang optimal.

  Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika pola berfikir dan mengolah logika pada suatu lingkungan belajar yang sengaja diciptakan oleh guru dengan berbagai metode agar program belajar matematika tumbuh dan berkembang secara optimal dan siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien. Selain interaksi yang baik antara guru dan siswa tersebut, faktor lain yang menentukan keberhasilan pembelajaran matematika adalah bahan ajar yang digunakan dalam proses pembelajaran tersebut.

Tabel 2.1 SK dan KD Mata Pelajaran Matematika Kelas II Semester 2

  Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

  3. Melakukan perkalian dan pembagian

  3.1 Melakukan perkalian bilangan yang bilangan sampai dua angka hasilnya bilangan dua angka

  3.2 Melakukan pembagian bilangan dua angka

  3.3 Melakukan pengerjaan hitung campuran Berdasarkan tabel 2.1, peneliti akan memfokuskan penelitiannya pada SK

  3. Melakukan perkalian dan pembagian bilangan sampai dua angka KD 3.1 Melakukan perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka.

2.5. Pengertian Model Cooperative Script

  Pembelajaran cooperative script merupakan salah satu bentuk pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran cooperative script dalam perkembangannya mengalami banyak adaptasi sehingga melahirkan beberapa pengertian dan bentuk yang sedikit berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.

  Pengertian dari model pembelajaran cooperative script adalah strategi belajar dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki kemampuan yang berbeda. Model pembelajaran cooperative script menurut departemen nasional yaitu dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian materi yang dipelajari (Alit, 2002).

  Menurut Dansereau dalam Slavin (1994), Model pembelajaran cooperative

  

script adalah skenario pembelajaran kooperatif. Artinya setiap siswa mempunyai

  peran dalam saat diskusi berlangsung. Model pembelajran cooperative script merupakan model belajar kelompok dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi pelajaran. Dalam model pembelajaran ini, siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil menggunakan perencanaan, diskusi kelompok,

  inquiry kooperatif, dan proyek kooperatif.

  Menurut A’la, Miftahul (2011) menyatakan bahwa skrip kooperatif adalah model belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian materi yang dipelajarinya dalam ruangan kelas. Pada pembelajaran

  

cooperative script terjadi kesepakatan antara siswa tentang aturan-aturan dalam

  berkolaborasi, yaitu siswa satu dengan yang lainnya bersepakat untuk menjalankan peran masing-masing yaitu siswa yang berperan menjadi pembicara membacakan hasil pemecahan yang diperoleh beserta prosedurnya dan siswa yang menjadi pendengar menyimak dan mendengar penjelasan dari pembicara, mengingatkan pembicara jika ada kesalahan. Masalah dipecahkan bersama untuk kemudian disimpulkan bersama. Sedangkan kesepakan antara guru dan siswa yaitu peran guru sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan belajar. Selain itu, guru mengontrol selama pembelajaran berlangsung dan guru mengarahkan siswa jika merasa kesulitan. Pada interaksi siswa terjadi kesepakatan, diskusi, menyampaikan pendapat dari ide-ide pokok materi, saling mengingatkan dari kesalahan konsep yang disimpulkan, membuat kesimpulan bersama. Interaksi belajar yang terjadi benar-benar interaksi dominan siswa dengan siswa. Dalam aktivitas siswa selama pembelajaran cooperative script benar-benar memberdayakan potensi siswa untuk mengaktualisasikan pengetahuan dan keterampilannya, jadi benar-benar sangat sesuai dengan pendekatan konstruktivis yang dikembangkan saat ini.

  Berdasarkan uraian pernyataan-pernyataan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa model pembelajaran cooperative script merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa terlibat secara langsung dalam menjelaskan berpasangan dan masing-masing siswa memiliki peran dalam mengikhtisarkan materi palajaran yang diberikan oleh guru. Model ini lebih menekankankan kepada proses kerja dalam kelompok. Masalah yang dipecahkan bersama akan disimpulkan bersama. Peran guru hanya sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan belajar.

  2.5.1. Keunggulan Model Pembelajaran Cooperative Script

  

2.5.2. Langkah-langkah untuk Menerapkan Model Pembelajaran

Cooperative Script

  c.

  Gurumembagikan wacana atau materi pelajaran dan lembar diskusi siswa untuk didiskusikan bersama kelompoknya.

  b.

  Guru membagi siswa untuk berpasangan.

  script menurut Kiranawati (2007) adalah sebagai berikut: a.

  Langkah-langkah untuk menerapkan model pembelajaran cooperative

  Meningkatkan keberanian untuk mengungkapkan kesalahan orang lain secara lisan dan menyampaikan pendapat kepada orang lain. Saling memahami adanya perbedaan individu, karena masing-masing siswa memiliki tingkat ketelitian dan pemahaman yang heterogen.

  Kiranawati (2007), pembelajaran kooperatif dengan model cooperative

  d.

  Setiap siswa akan mendapat peran masing-masing sehingga mempunyai kesempatan untuk menjelaskan suatu bagian materi atau bahan pelajaran pada teman satu kelompoknya.

  c.

  Memperdalam pemahaman terhadap materi atau bahan pelajaran.

  b.

  Meningkatkan ketelitian dan kecermatan siswa serta tanggung jawab perseorangan.

  script mempunyai keunggulan sebagai berikut : a.

  Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar. d.

  Pembicara menjelaskan materi yang telah diterima kepada pendengar.

  Sementara pendengar menyimak, mengoreksi, dan menanyakan bagian- bagian tertentu yang belum dipahami.

  e.

  Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Kemudian melakukan kegiatan yang sama seperti di atas.

  f.

  Guru memberikan kesimpulan.

2.6. Pengertian Permainan Pelangi Tac Tic Toe

  Tac tic toe adalah model permainan kompetisi satu lawan satu yang

  menggunakan petak

  • –petak permainan yang biasanya dimainkan dengan indikator pemenangnya adalah pemain yang dapat menguasai 3 petak berurutan baik secara horisontal, vertikal, maupun diagonal (Pujiati, 2004).

  Menurut Warsito (2013) sebagai pengembang media permainan pelangi

  

tac tic toe , istilah pelangi ini digunakan untuk membedakan tingkat-tingkatan

  (level) perkalian fakta dasar, yang dirancang menjadi tiga level dari level I sampai dengan level III. Dan karena setiap level menggunakan penanda nama warna maka digunakan istilah pelangi untuk menarik minat siswa untuk bermain sambil belajar menghapal fakta 8 dasar perkalian. Level pertama penulis beri nama level merah, level II dinamakan level kuning dan level III penulis beri nama level hijau. Karakteristik pada level merah adalah perkalian yang melibatkan angka 1, 2, 3, 4, 5 dan 6. Dan level kuning melibatkan angka 1, 2, 3, 7, 8, dan 9 sedangkan level hijau melibatkan angka 4, 5, 6, 7, 8, dan 9.

Gambar 2.1 : Papan permainan.Gambar 2.2 : Alat permainan (dadu dan bidak catur).

  Permainan pelangi tac tic toe dibuat dari bahan banner yang ditempel di

  2

  papan triplek, papan permainan berukuran 40 × 40 cm , petak permainan terdapat

  3

  6 × 6 petak satuan , ukuran dadu berukuran 4 × 4 × 4 cm . Bidak catur penanda hanya 5 bidak catur untuk setiap pemain.

2.6.1. Panduan Penggunaan Permainan Pelangi Tac Tic Toe

  Panduan penggunaan permainan permainan pelangi tac tic toe (Warsito, 2013).

  a.

  Kelengkapan Peralatan  Papan permainan level I (merah) dan dadu untuk level I (merah) bertuliskan angka 1, 2, 3, 4, 5, 6 sebanyak 2 buah.

   Papan permainan level II (kuning) dan dadu untuk level II (kuning) bertuliskan angka 1, 2, 3, 7, 8, 9 sebanyak 2 buah.  Papan permainan level III (hijau) dan dadu untuk level III (hijau) bertuliskan angka 4, 5, 6, 7, 8, 9 sebanyak 2 buah.  Bidak catur putih 5 biji dan bidak catur hitam 5 biji (untuk tiap papan permainan).

  b.

  Persiapan Permainan  Dimainkan dua anak (satu lawan satu).

   Pemain I dibekali 5 bidak catur putih dan Pemain II dibekali 5 bidak catur hitam. c.

  Langkah-Langkah Permainan Pemain I

  • Menggulirkan 2 dadu.

   Mengalikan angka yang muncul (disisi atas) misal yang muncul angka 4 dan 5 , maka hasil kalinya 20.  Meletakkan bidak catur sebagai penanda pada petak yang bertuliskan bilangan 20 (hasil langkah ke-2). Pemain II

  • Melanjutkan permainan.

   langkah permainan seperti pada langkah pemain I.

  d.

  Akhir Permainan Permainan 1 babak berakhir jika salah satu pemain telah berhasil menguasai 3 petak berurutan horizontal atau vertical atau diagonal pada papan permainan, seperti contoh gambar di bawah ini.

Gambar 2.3 : Kondisi akhir permainan pelangi tac tic toe.

  Bidak catur merah sudah menguasai 3 petak vertical berurutan. Dan permainan dapat dilanjutkan ke babak II ke III dan seterusnya.

  e.

  Catatan Jika sampai 5 bidak catur sudah diletakkan pada papan permainan, belum ada yang menang, maka dilanjutkan seperti langkah permainan hanya yang tertera hasil kali angka yang muncul. Jika terjadi hasil perkalian mendapatkan bilangan yang petaknya sudah ditempati koin/dikuasai, maka pemain tersebut mengulang menggulirkan dadu sampai mendapat petak yang masih belum ditandai (belum dikuasai).

2.7. Langkah Pembelajaran Model Cooperative Script Berbantuan Permainan Pelangi Tac Tic Toe

  Langkah-langkah model cooperative script berbantuan permainan pelangi

  tac tic toe adalah sebagai berikut :

Tabel 2.2 Langkah-langkah Pembelajaran Model Cooperative Script Berbantuan

  

Permainan Pelangi Tac Tic Toe

Permainan Model Cooperative Script Model Cooperative Script. Pelangi Tac Tic Berbantuan Permainan (Kiranawati, 2007) Toe. Pelangi Tac Tic Toe.

  (Warsito, 2013) Guru membagi siswa untuk Guru menyiapkan Guru menyiapkan berkelompok. Masing- kelengkapan kelengkapan peralatan masing kelompok peralatan permainan dan membagi beranggotakan 2 anak permainan. kelompok untuk (berpasangan). melakukan permainan

  (misalnya kelompok 1 melawan kelompok 2, kelompok 3 melawan kelompok 4, dst). Guru membagikan wacana Guru membagikan Guru membagikan atau materi pelajaran dan kelengkapan kelengkapan peralatan lembar diskusi siswa untuk peralatan permainan dan didiskusikan bersama permainan. membacakan panduan kelompoknya. permainan. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.

  Pembagian peran pada tiap-tiap kelompok.

  Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama menggulirkan dadu dan siapa yang menentukan hasil kali pada angka yang keluar dari dua buah dadu, kemudian meletakkan bidak catur dalam papan permainan pada setiap kelompok. Pembicara menjelaskan materi yang telah diterima kepada pendengar. Sementara pendengar menyimak, mengoreksi, dan menanyakan bagian- bagian tertentu yang belum dipahami.

  Setiap anggota kelompok bekerja sama dalam menentukan hasil kali pada angka yang keluar dari dua buah dadu.

  Setiap anggota kelompok bekerja sama (menyimak dan mengoreksi) dalam menentukan hasil kali pada angka yang keluar dari dua buah dadu agar tidak salah menghitung. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya.

  Bertukar peran, antara penggulir dadu dengan penentu hasil kali dan sebaliknya.

  Bertukar peran, semula sebagai penggulir dadu ditukar menjadi penentu hasil kali dan sebaliknya.

  Guru memberikan kesimpulan.

  Guru bersama siswa memberikan kesimpulan.

  Guru dan siswa memberikan kesimpulan.

2.8. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

  Masitah Damanik (2014) juga melakukan penelitian dengan judul “Upaya Materi Teorema Pythagoras di Kelas VIII SMP Al-Hidayah Medan t.a 2013- 2014

  ”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan motivasi dan hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan Model Cooperative Script. Subjek dalam penelitian ini adalah kelas VIII dengan jumlah siswa 32 orang dan objek dalam penelitian ini adalah meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran Cooperative Script pada materi teorema Pythagoras di kelas

  VIII SMP Al-Hidayah Medan Tahun Ajaran 2013/2014. Dari hasil analisis data diperoleh peningkatan motivasi dan hasil belajar pada materi teorema Pythagoras di kelas VIII SMP Al-hidayah Medan mulai dari tes awal, angket motivasi siklus I, angket motivasi siklus II, serta tes hasil belajar siklus I dan II setelah pembelajaran Cooperative Script. Berdasarkan hasil observasi untuk motivasi siswa mengalami peningkatan, dimana pada hasil observasi sebelum penelitian siswa masih dalam kategori rendah. Pada siklus I terjadi peningkatan rata-rata skor angket motivasi tapi belum memenuhi persentase tingkat motivasi kelas mencapai 80% siswa yang memiliki tingkat motivasi lebih tinggi atau sama dengan sedang. Tetapi pada siklus II rata-rata skor motivasi siswa dan persentase tingkat motivasi kelas terpenuhi karena berada pada katagori baik. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa pendekatan pembelajaran Cooperative Script dapat meningkatkan hasil belajar siswa, dimana pada sebelum penelitian siswa yang tuntas hanya 12 siswa (37,5%). Pada siklus I mengalami peningkatan menjadi 19 siswa (59,38%) dan pada siklus II telah memenuhi Persentase Ketuntasan Klasikal (PKK) dimana siswa yang tuntas 28 siswa (87,5%). Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

  

Cooperative Script dapat meningkatkan motivasi siswa dan hasil belajar siswa

kelas VIII SMP Al-Hidayah Medan.

  Pujianto (2012) melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Matematika dengan Model Pembelajaran Cooperative Script Bagi Siswa Kelas IV Semester 2 SD Negeri Kambangan 01 Kecamatan Blado Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2011/2012”. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas ini adalah meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil Penelitian menunjukkan Penerapan Model ruang dapat meningkatkan hasil belajar siswa, kenaikan skor rata-rata maupun ketuntasan belajar yang signifikan. Kenaikan skor rata-rata yaitu : siklus I 66,42 dan siklus II 75,36. Ketuntasan belajar siswa yaitu: siklus I 17 siswa (60,72 %) dan siklus II 25 siswa (89,29 %) karena itu 25 siswa telah mendapat skor 62 keatas dan sudah memenuhi KKM Sekolah. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Script dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri Kambangan 01, sehingga model pembelajaran ini dapat dijadikan alternative pilihan pada pembelajaran matematika.

  Muhanikmah, Fita (2014) dengan penelitiannya yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Matematika melalui Model Cooperative Script Siswa Kelas I SD Negeri Kedalon 01 Kabupaten Pati Semester 1 Tahun 2013/2014”.

  Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan terdiri dari dua siklus dan masing- masing siklus terdiri atas empat tahapan yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan tindakan, dan refleksi hasil pengamatan. Hasil refleksi siklus I digunakan sebagai pedoman untuk memberikan tindakan pada siklus II. Teknik pengumpulan data menggunakan tes, terdiri atas kondisi awal, nilai siklus I, dan nilai siklus II. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis deskripsi komparatif yaitu membandingkan nilai kondisi awal, nilai siklus I, dan siklus II. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan Model Pembelajaran

  

Cooperative Script dapat meningkatkan hasil belajar Matematika siswa kelas I

  SDN Kedalon 01. Hasil penelitian pada penggunaan Model Pembelajaran

  

Cooperative Script , aktivitas siswa ternyata mempunyai relevansi yang baik untuk

  menunjang peningkatan hasil belajar Matematika. Ketuntasan belajar pra siklus sebanyak 4 siswa (23%), siklus I sebanyak 7 siswa (41%) dan siklus II sebanyak 14 siswa (82%). Rata-rata tes hasil belajar Matematika pada kondisi awal 60, pada siklus I adalah 67, dan siklus II adalah 79. Skor minimal pra siklus 65, siklus I 65 dan siklus II juga 65. Skor maksimal pra siklus 82,5 siklus 1 96 dan siklus 2 97,5. Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Cooperative Script dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 1

  Mengacu pada penelitian sebelumnya, maka peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran yang sama. Meskipun demikian terdapat perbedaan dengan penelitian terdahulu yaitu pada subjek penelitian, karena peneliti berasumsi bahwa perbedaan subjek penelitian merupakan faktor lain yang akan mempengaruhi motivasi dan hasil belajar, selain itu fokus penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penggunaan model cooperative script berbantuan permainan pelangi tac tic toe terhadap motivasi dan hasil belajar siswa kelas II SDN 1 Kemloko Kabupaten Temanggung pada mata pelajaran matematika.

2.9. Kerangka Berfikir

  Keberhasilan hasil pembelajaran juga didukung oleh penggunaan sebuah model dan media pembelajaran yang tepat, sesuai mata pelajaran, materi dan kondisi siswa secara keseluruhan, selain oleh kemampuan siswa itu sendiri. Salah satu bentuk pembelajaran yang menekankan keberhasilan hasil belajar peserta didik yaitu menggunakan model cooperative script berbantuan permainan pelangi tac tic toe.

  Suprijono (2010) menjelaskan bahwa Cooperative Script merupakan model belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.

2.9.1. Skema Kerangka Pemikiran

Dokumen yang terkait

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Hasil Belajar Tema 3 Siswa Kelas 4 SD Negeri 2 Tuksongo Menggunakan Metode Pembelajaran Guided Discovery

0 0 21

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Hasil Belajar Tema 3 Siswa Kelas 4 SD Negeri 2 Tuksongo Menggunakan Metode Pembelajaran Guided Discovery Learnin

0 1 29

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Hasil Belajar Tema 3 Siswa Kelas 4 SD Negeri 2 Tuksongo Menggunakan Metode Pembelajaran Guided Discovery Learning dalam Kurikulum 2013 Tahun Pelajaran 2017/2018

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Hasil Belajar Tema 3 Siswa Kelas 4 SD Negeri 2 Tuksongo Menggunakan Metode Pembelajaran Guided Discovery Learning dalam Kurikulum 2013 Tahun Pelajaran 2017/2018

1 2 72

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPS Kelas IV Melalui Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Think Talk Write SD Negeri Bringin 02 Kecamatan Bringin Kabupaten Semaran

0 0 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPS Kelas IV Melalui Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Think Talk Write SD Negeri Bringin 02 Kecamatan Brin

0 0 25

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Subjek Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPS Kelas IV Melalui Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Think Talk Write SD Negeri Brin

0 0 19

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPS Kelas IV Melalui Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Think Talk Write SD Negeri Brin

0 0 21

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPS Kelas IV Melalui Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Think Talk Write SD Negeri Bringin 02 Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Semester I Tahun P

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model Cooperative Script Berbantuan Permainan Pelangi Tac Tic Toe Siswa Kelas II SDN 1 Kemloko Kabupaten Temanggung Semester 2 Tahu

0 0 8