BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPS Kelas IV Melalui Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Think Talk Write SD Negeri Bringin 02 Kecamatan Brin

  7

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

  Kajian teori ini merupakan uraian pendapat dari para ahli yang mendukung penelitian

2.1.1. Hakikat IPS

  Istilah “Ilmu Pengetahun Sosial” , disingkat IPS , merupakan nama mata pelajaran di tingkat sekolah dasar dan menengah atau nama program studi di perguruan tiggi yang identik dengan istilah “soial studies”. Menurut Sapriya (2009:20) “Istilah IPS di sekolah dasar merupakan nama mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai interaksi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial,human iora,sains bahkan berbagai isu dan masalah kehidupan”.Gunawan (2011:36) mengatakan bahwa “ untuk tingkat pendidikan dasar dan menengah pendidikan IPS merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi, dan modifikasi dari disiplin akademis ilmu – ilmu dan pedagogis-psikologis untuk tujuan institusional pendidikan dasar dan menengah dalam kerangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional berdasarkan pancasila”. Sedangkan menurut Soewarso dan Widiarto (2010:3)“IPS merupakan kajian tentang manusia dan dunia sekelilingnya”.Yang menjadi kajian IPS ialah tentang hubungan antar manusia.

  IPS juga mempunyai tujuan yang baik bagi siswa. Menurut Gunawan (2011:26) Tujuan pendidikan IPS adalah untuk membantu tumbuhnya pola berpikir ilmuwan sosial, mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis peserta didik terhadap kondisi sosial masyarakat dalam rangka membantu tumbuhnya warga negara yang baik”. hal tersebut juga hampir sama yang dikemukakan oleh Sapriya (2009:12) “IPS di tingkat sekolah pada dasrnya bertujuan untuk mempersiapkan para peserta didik sebagi warga negara yang menguasai pengetahuan (Knowledge),ketrampilan (skills),sikap dan nilai (attitudes

  

dan values) yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk memcahkan maslah

  pribadi atau maslah sosial serta kemampuan mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik”.

  Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka hakikat IPS adalah sejumlah konsep disiplin ilmu – ilmu sosial yang disederhanakan , diseleksi, dan di modifikasi. IPS bukan hanya mengajarkan tentang ilmu

  • – ilmu saja tetapi IPS juga mengajarkan bagaimna menelaah, menganalisis gejala sosial yang ada di masyarakat. Selain itu IPS mengkaji tentang manusia dan dunia sekililingnya. IPS juga mempunyai tujuan untuk meningkatkan kemampuan menganalisis terhadap kondisi sosial dalam masyarakat dan menguasai pengetahuan, keterampilan dan sikap sebagai bekal berpartisipasi dalam lingkungan sosial dan menghadapi masalah sosial yang ada. Oleh sebab itu IPS sanagt penting diajarkan di jenjang SD
  • – supaya sejak dini siswa dapat memiliki jiwa sosial, mampu menganalisis gejala gejala sosial dengan benar dan kritis untuk menanggapi kondisi dan masalah sosial dalam masyarakat. Di Indonesia pelajaran ilmu pengetauan sosial disesuaikan dengan berbagai prespektif sosial yang berkembang di masyarakat. Kajian tentang masyarakat dalam IPS dapat dilakukan dalam lingkungan yang terbatas, yaitu lingkungan sekitar sekolah atau siswa dan siswi atau dalam lingkungan yang luas, yaitu lingkungan negara lain, baik yang ada di masa sekarang maupun di masa lampau. Dengan demikian siswa dan siswi yang mempelajari IPS dapat menghayati masa sekarang dengan dibekali pengetahuan tentang masa lampau umat manusia.

2.1.2. Hasil Belajar

  Hasil belajar merupakan suatu proses yang dilakukan guru pada akhir kegiatan pembelajaran atau akhir program untuk menentukan angka hasil belajar peserta didik. Hasil belajar harus diidentifikasi melalui informasi hasil pengukuran penguasaan bidang/materi dan aspek perilaku baik melalui teknik tes dan nontes. Penguasaan materi yang dimaksud adalah derajat pencapaian kompetensi hasil belajar seperti yang dikehendaki dalam standar proses dan dinyatakan dalam aspek perilaku yang terbagi dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor (Wardani Naniek Sulistya, dkk: 2012: 109).

  Menurut Kusnandar (2011: 277) hasil belajar merupakan setiap kegiatan akan menghasilkan sesuatu, begitupula dalam kegiatan belajar akan menghasilkan hasil, yaitu hasil belajar. Penguasaan hasil belajar dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik.

  Menurut Purwanto (2011:46) hasil belajar adalah perubahan perilaku peserta didik akibat belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Lebih lanjut lagi ia mengatakan bahwa hasil belajar dapat berupa perubahan dalam aspekkognitif, afektif dan psikomotorik.

  Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil hasil pengukuran yang diperoleh saat proses belajar berlangsung yang mencangkup penguasaan pengetahuan (kognitif), keterampilan sikap (afektif) maupun keterampilan (psikomotor). Pengukuran hasil dari aspek kognitif dapat diukur melalui teknik tes, sedangkan pengukuran proses belajar dapat diukur melalui aspek afektif, dan psikomotorik.

  Ranah afektif, kognitif, psikomotor di namakan dengan taksonomi tujuan belajar kognitif. Taksonomi tujuan belajar domain kognitif menurut Benyamin S. Bloom yang telah disempurnakan David Krathwohl serta Norman E. Gronlund dan R.W. De Maclay ds (Wardani, Naniek Sulistya, dkk, 2012:55) adalah menghafal

  ), memahami (Understand), mengaplikasikan (Aply), menganalisis

  (Remember (Analize), mengevaluasi (Evaluate), dan membuat (Create).

  Hasil belajar digunakan oleh guru sebagai ukuran atau kriteria dalam mencapai satu tujuan pendidikan. Ukuran hasil belajar dapat diperoleh dari aktivitas pengukuran. Menurut (Wardani Naniek Sulistya, Slameto:2012) pengukuran dapat diartikan sebagai kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka- angka pada suatu peristiwa, atau benda sehingga pengukuran tersebut akan berupa angka. Arikunto dan Jabar dalam Wulan (2010) menyatakan pengertian pengukuran sebagai kegiatan membandingkan suatu hal dengan satuan ukuran tertentu sehingga data yang di hasilkan adalah data kuantitatif. Jadi pengukuran memiliki arti suatu kegiatan yang dilkukan dengan cara membandingkan sesuatu dengan satuan ukuran tertentu sehingga data yang dihasilkan adalah data kuantutatif atau data angka. Untuk menetapkan angka dalam pengukuran, perlu sebuah alat ukur yang disebut dengan instrumen.

  Ketercapaian tujuan pembelajaran akan diketahui melalui teknik atau cara pengukuran yang sistematis melalui tes, observasi, skala sikap, atau penilaian portofolio. Alat yang dipergunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran disebut instrumen. Instrumen sendiri terdiri atas butir-butir soal apabila pengukuran dilakukan dengan cara menggunakan tes, dan apabila pengukuran dilakukan menggunakan cara observasi atau pengamatan dapat menggunakan instrumen lembar pengamatan atau observasi, pengukuran dengan skala sikap dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen butir-butir pernyataan. Menurut Wardani Naniek Sulistya (2012:50) asesmen adalah proses pengambilan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.

  Ketercapaian tujuan pembelajaran akan diketahui dengan teknik atau cara pengukuran yang sistematis melalui tes, observasi, skala sikap, atau portofolio. (Balitbang Depdiknas, 2006). Secara umum tehnik asesmen dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni tehnik tes dan non tes.

  a.

  Tes Tes adalah seperangkat pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang trait atau sifat atau atribut pendidikan yang setiap butir pertanyaan tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar (Suryanto Adi, dkk., 2009 dalam buku evaluasi tahun 2012). Tes minimal mempunyai dua fungsi, yaitu untuk: a) mengukur tingkat penguasaan terhadap seperangkat materi atau tingkat pencapaian terhadap seperangkat tujuan tertentu. b) menentukan kedudukan atau seperangkat peserta didik dalam kelompok tentang penguasaan materi atau pencapaian tujuan pembelajaran tertentu.

  Tes sangat bermacam-macam bentuk dan jenisnya. Menurut Endang Poerwanti, dkk (2008: 4-5) terdapat 3 jenis tes salah satunya adalah jenis tes berdasarkan bentuk jawabanya, yaitu: a)

  Tes Uraian adalah tes yang menuntut siswa mengorganisasikan gagasan tentang apa yang telah dipelajarinya dengan cara mengemukakan dalam bentuk tulisan.

  b) Tes Jawaban Pendek adalah tes bisa digolongkan ke dalam tes jawaban pendek jika peserta tes diminta menuangkan jawabanya bukan dalam bentuk esei, tetapi dengan memberikan jawaban pendek, dalam bentuk rangkaian kata pendek, kata lepas maupun angka.

  c) Tes Objektif adalah tes yang keseluruhan informasi yang diperlukan untuk menjawab tes telah tersedia.

  b.

  Non Tes Teknik non tes berisi pertanyaan atau pernyataan yang tidak berisi jawaban benar atau salah. Instrumen non tes bisa berbentuk kuisioner atau inventori.

  Kuisioner berisi sejumlah pertanyaan atau penyataan, peserta didik diminta menjawab atau memberikan pendapat terhadap pernyataan. Inventori merupakan instrumen yang berisi tentang laporan Wardani Naniek Sulistya (2012:73-74) mengemukakan beberapa macam tehnik non tes yaitu sebagai berikut: a)

  Unjuk kerja adalah suatu penilaian/ pengukuran yang dilakukan melalui pengamatan aktivitas peserta didik dalam melakukan sesuatu yang berupa tingkah laku atau interaksinya seperti berbicara, berpidato, membaca puisi dan berdiskusi b)

  Penugasan adalah penilaian yang berbentuk pemberian tugas yang mengandung penyelidikan (investigasi) yang harus selesai dalam waktu tertentu. Penyelidikan ini dilakukan secara bertahap yakni perencanaan, pengumpulan data, pengolahan data dan penyajian data. c) Tugas individu adalah penilaian yang berbentuk pemberian tugas kepada peserta didik yang dilakukan secara individu. Tugas ini dapat diberikan pada waktu pembuatan kliping, makalah dan lain sejenisnya.

  d) Tugas kelompok adalah tugas ini dikerjakan secara berkelompok. Bentuk instrument yang digunakan salah satunya adalah tertulis dengan menjawab uraian secara bebas dengan tingkat berfikir tinggi yaitu aplikasi sampai evaluasi.

  e) Laporan adalah penilaian yang berbentuk laporan atas tugas atau pekerjaan yang diberikan seperti laporan diskusi, laporan kerja praktik, laporan praktikum dan laporan Pemantapan Praktik Lapangan (PPL).

  f) Response atau ujian praktik adalah suatu penilaian yang dipakai untuk mata pelajaran yang ada kegiatan praktikumnya seperti mata kuliah PPL.

  g) Portofolio adalah penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjuk perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu.

  Dalam membuat alat ukur yang akan digunakan haruslah membuat kisi-kisi (test blue print atau table of spesification) adalah format atau matriks pemetaan soal yang menggambarkan distribusi item untuk berbagai topik atau pokok bahasan berdasarkan kompetensi dasar, indikator dan jenjang kemampuan tertentu. Penyusunan kisi-kisi ini digunakan untuk pedoman munyusun atau menulis soal menjadi perangkat tes. Hasil dari pengukuran tersebut digunakan sebagai dasar penilaian atau evaluasi. Evaluasi berasal dari kata evaluation. Wardani, Naniek Sulistya dkk, (2010,2.8) mengartikanya, bahwa evaluasi itu merupakan proses untuk memberi makna atau menetapkan kualitas hasil pengukuran, dengan cara membandingkan angka hasil pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu. Kriteria sebagai pembanding dari proses dan hasil pembelajaran tersebut dapat ditentukan sebelum proses pengukuran atau setelah pengukuran. Kriteria ini dapat berupa proses atau kemampuan minimal yang dipersyaratkan seperti KKM, atau batas keberhasilan, dapat pula berupa kemampuan rata-rata unjuk kerja kelompok atau berbagai patokan yang lain. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan menyatakan bahwa Kriteria ketuntasan minimal (KKM) adalah kriteria ketuntasan belajar (KKB) yang ditentukan oleh satuan pendidikan. KKM pada akhir jenjang satuan pendidikann untuk kelompok mata pelajaran selain ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan nilai batas ambang kompetensi. Prinsip penilaian menurut Permendiknas No 66 tahun 2013 yaitu sebagai berikut: 1.

  Objektif, berarti penilaian berbasis pada standar dan tidak dipengaruhi faktor subjektivitas penilai.

  2. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana, menyatu dengan kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan.

  3. Ekonomis,berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporanya.

  4. Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak.

  5. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggung jawabkan kepada pihak internal sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur, dan hasilnya.

  6. Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.

2.1.3. Pendekatan Saintifik

  Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum dan prinsip melalui mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisa data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”( Hosnan,2014: 34). Dalam pembelajaran saintifik diharapkan tercipta kondisi pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk mencari tahu informasi dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu.

  Menurut Sani (2014: 51) pendekatan saintifik merupakan metode ilmiah pada umumnya dilandasi dengan pemaparan data yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan. Oleh sebab itu, percobaan dapat diganti dengan kegiatan memperoleh informasi dari berbagai sumber. Dalam melakukan kegiatan tersebut, bantuan atau bimbingan guru tetap dibutuhkan.

  Menurut Mushlihatun Syarifah (2013: 54) pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang terdiri atas kegiatan mengamati (untuk mengidentifikasi hal-hal yang ingin diketahui), merumuskan pertanyaan (dan merumuskan hipotesis), mencoba/mengumpulkan data (informasi) dengan berbagai teknik, mengasosiasi/ menganalisis/mengolah data (informasi) dan menarik kesimpulan serta mengkomunikasikan hasil yang terdiri dari kesimpulan untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap.

  Menurut beberapa pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang terdiri atas kegiatan mengamati (untuk mengidentifikasi hal-hal yang ingin diketahui), merumuskan pertanyaan (dan merumuskan hipotesis), mencoba/mengumpulkan data (informasi) dengan berbagai teknik, mengasosiasi/ menganalisis/mengolah data (informasi) dan menarik kesimpulan serta mengkomunikasikan

  Dalam proses pembelajaran ada beberapa langkah-langkah yang akan di implemntasikan sangat penting diperhatikan agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan dapat mencapai tujuanyang diinginkan. Oleh sebab itu guru harus mengerti lamgah-langkah yang akan di gunakan. Berikut langkah langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik Menurut Sani (2014: 56) 1.

  Mengamati atau observai adalah membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat). Kompetensi yang dikembangkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, mencari informasi yang dilakukan oleh siswa.

  2. Menanya merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati

  3. Mengekplorasi/ mengumpulkan informasi merupakan kegiatan pembelajaran yang berupa eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/kejadian/aktivitas, dan wawancara dengan narasumber.

  4. Mengasosiasi atau mengolah informasi adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi.

  5. Mengkomunikasikan merupakan kegiatan pembelajaran yang berupa menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya

  Menurut Mushlihatun Syarifah (2013: 60) langkah-langkah pendekatan saintifik

  1. Mengamati: membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat) untuk mengidentifikasi hal-hal yang ingin diketahui

  • – Mengamati dengan indra (membaca, mendengar, menyimak, melihat, menonton, dan sebagainya) dengan atau tanpa alat.

  2. Menanya: mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati – Membuat dan mengajukan pertanyaan, tanya jawab, berdiskusi tentang informasi yang belum dipahami, informasi tambahan yang ingin diketahui, atau sebagai klarifikasi.

  3. Mencoba/mengumpulkan data (informasi): melakukan eksperimen, membaca sumber lain dan buku teks, mengamati objek/kejadian/aktivitas, wawancara dengan narasumber, Mengeksplorasi, mencoba, berdiskusi, mendemonstrasikan, meniru bentuk/gerak, melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengumpulkan data dari nara sumber melalui angket, wawancara, dan memodifikasi/ menambahi/mengembangkan.

  4. Mengasosiasikan/mengolah informasi: Siswa mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen mau

  • – pun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi
mengolah informasi yang sudah dikumpulkan, menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, mengasosiasi atau menghubungkan fenomena/informasi yang terkait dalam rangka menemukan suatu pola, dan menyimpulkan.

  5. Mengkomunikasikan: Siswa menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya

  • – menyajikan laporan dalam bentuk bagan, diagram, atau grafik; menyusun laporan tertulis; dan menyajikan laporan meliputi proses, hasil, dan kesimpulan secara lisan.

  6.

  (Dapat dilanjutkan dengan) Mencipta: SISWA menginovasi, mencipta, mendisain model, rancangan, produk (karya) berdasarkan pengetahuan yang dipelajari.

  Berdasarkan langkah-langkah pendekatan saintifik dari beberapa ahli, makan dapat disimpulkan langkah-langkah pendekatan saintifik sebagai berikut :

  1. Mengamati 2.

  Menanya 3. Mengumpulkan Informasi 4. Mengolah Informasi 5. Mengkomunikasikan

  Dalam pendekatan santifik terdapat kelebihan. Berikut kelebihan pendekatan santifik, Menurut Hosnan (2014: 36) Pendekatan saintifik memiliki beberapa kelebihan sebagaiik berikut: 1.

  Proses pembelajaran lebih terpusat pada siswa sehingga memungkinkan siswa aktif dan kreaktif dalam pembelajaran.

  2. Langkah-langkah pembelajarannya sistematis sehingga memudahkan guru untuk memanajemen pelaksanaan pembelajaran.

  3. Memberi peluang guru untuk lebih kreatif dan mengajak siswa untuk aktif dengan berbagai sumber belajar.

  4. Langkah-langkah pembelajaran melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep hukum atau prinsip.

  5. Proses pembelajarannya melibatkan proses-proses kognitif yang potensi dalam merangsang perkembangan intelek khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.

  6. Dapat mengembangkan karakter siswa.

  7. Penilaiannya mencakup semua aspek.

  Menurut Mushlihatun Syarifah (2013: 58) kelebihan pendekatan saintifik sebagai berikut:

  1. Siswa harus aktif dan kreatif karena tidak seperti kurikulum sebelumya materi di kurikulum terbaru ini lebih ke pemecahan masalah.

  2. Jadi siswa untuk aktif mencari informasi agar tidak ketinggalan materi pembelajar. Penilaian di dapat dari semua aspek.

  3. Pengambilan nilai siswa bukan hanya di dapat dari nilai ujianya saja tetapi juga di dapat dari nilai kesopanan, religi, praktek, sikap dan lain Selain kelebihan dalam pendekatan santifik terdapat juga kekurangan. Berikut kekurangan pendekatan santifik. Menurut Hosnan (2014: 36) Pendekatan saintifik memiliki beberapa kelemahan yaitu sebagai berikut:

  1. Dibutuhkan kreatifitas tinggi dari guru untuk menciptakan lingkungan belajar dengan menggunakan pendekatan saintifik sehingga apabila guru tidak mau kreatif maka pembelajaran tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan pembelajaran.

  2. Guru jarang menjelaskan materi pelajaran karena guru banyak yang beranggapan bahwa dengan kurikulum terbaru ini guru tidak perlu menjelaskan materinya.

  Menurut Syarif (2013:89) kekurangan pendekatan saintifik adalah sebagai berikut:

  1. Membutuhkan waktu yang lebih lama, 2.

  Membutuhka persiapan mengajar yang lebih banyak, 3. Penilaian siswa menjadi lebih rumit, 4. Siswa berprestasi rendah akan mengalami kesulitan belajar,

5. Pendekatan Saintifik kurang cocok untuk materi yang sukar, 6.

  Siswa merasa tugasnya (PR) lebih banyak, 7. Perlu waktu untuk mengubah kebiasaan siswa bersikap ilmiah.

2.1.4. Penerapan HOTS (Higher Order Thinking Skill) dengan Pendekatan Saintifik

  Higher Order Thinking Skill (HOTS) dalam pembelajaran mengintegerasikan

  level berfikir tingkat tinggi alam proses belajar dan evaluasi. Keterampilan berfikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skill (HOTS) merupakan kegiatan berfikir yang melibatkan level kognitif hirarki tingkat tinggi dari blooms taxonomy (itc:2013) yang terdiri dari 6 level yaitu sebagai berikut : 1.

   Design Acting like an inventor, experiencing “light bulb” moments to generate new products, ideals or ways of doing things 2. Evalute Acting like the scales of jusctice to

  “weigh up” the evidence to make and justify a decision

  3. Analyse Acting like a magnifying glass to identify the component parts of an issue, situation or object 4. Apply Acting to apply new skills, rules and concepts to related and new situations

  5. Understand Acting like an expert, showing understanding of words, concepts, cause and affect and “reasons for” 6. Remember

Acting like an internet databese to recall information, facts and data?

  Didalam penjelasan diatas berfikir tingkat tinggi dalam taksonomi bloom dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Desain

  Mengalami untuk menghasilkan produk, ide atau cara baru 2. Evaluasi

  Menimbang/ bukti untuk membuat dan membenarkan keputusan 3. Menganalisis

  Mengindentifikasi bagian komponen dari sebuah isu, situasi atau objek 4. Menerapkan

  Menerapkan keterampilan baru, aturan dan konsep terkait dan situasi baru 5. Memahami

  Memahami kata-kata, konsep, sebab dan akibat 6. Mengingat

  Mengingat data, fakta dan informasi Dalam hal ini hubungan Higher Order Thinking Skill (HOTS) dengan pendekatan saintifik saling berkaitan, karena pendekatan saintifik penerapan (5M) yang meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar, dan mengomunikasikan diharapkan juga mampu mengubah iklim pembelajaran menjadi lebih aktif, kolaboratif, dan partisipatif, serta mampu merangsang HOTS (Higher Order Thinking Skill) atau kemampuan berpikir kritis dan analitis siswa, bahkan sampai membuat siswa menghasilkan sebuah karya. Dengan kata lain, pembelajaran diharapkan berada pada level yang lebih tinggi baik pada aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.

2.1.5. Model Pembelajaran Think Talk Write (TTW)

  Secara etimologi, think diartikan dengan “berpikir”, talk diartikan “berbicara”, sedangkan write diartikan sebagai “menulis”. Jadi think talk write bisa diartikan sebagai berpikir, berbicara, dan menulis.

  Menurut Jumanta Hamdayana (2014: 217) Think Talk Write adalah sebuah pembelajaran yang dimulai dengan berpikir melalui bahan bacaan (menyimak, mengkritisi, dan alternative solusi), hasil bacaannya dikomunikasikan dengan presentasi, diskusi, dan kemudian membuat laporan hasil presentasi.

  Menurut Yamin dan Ansari (2012: 84) pembelajaran Think Talk Write (TTW) dapat menumbuh kembangkan kemampuan pemecahan masalah. Alur kemajuan pembelajaran TTW dimulai dari keterlibatan siswa dalam berpikir atau berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca, selanjutnya berbicara dan membagi ide dengan temannya sebelum menulis.

  Menurut beberapa pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran TTW adalah model pembelajaran yang dimulai dengan berpikir melalui bahan bacaan (menyimak, mengkritisi, dan alternative solusi), hasil bacaan dari kelompok @ 5 orang yang dikomunikasikan dengan presentasi, diskusi, dan kemudian membuat laporan hasil presentasi.

  Menurut Jumanta Hamdayana (2014: 217-218) Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pembelajaran menggunakan tipe ini adalah berpikir (Think), berbicara (Talk), dan menulis (Write).

  1. Berpikir (Think) Aktivitas berpikir dalam pembelajaran, terdapat dalam kegiatan yang dapat memancing siswa untuk memikirkan sebuah permasalahan baik dalam eksperimen, kegiatan demonstrasi yang dilakukan oleh guru atau siswa, pengamatan gejala fisiska atau berbagai peristiwa dalam kehidupan sehari-hari. Proses membaca buku paket atau handout fisika serta berbagai macam artikel yang berhubungan dengan pokok bahasan. Setelah itu siswa mulai memikirkan solusi dari permasalahan tersebut dengan cara menuliskannya di buku catatan atau handout atau pun mengingat bagian yang dipahami serta yang tidak dipahaminya.

  2. Bicara (Talk) Siswa melakukan komunikasi dengan teman menggunakan kata-kata dan bahasa yang mereka pahami. Siswa menggunakan bahasa untuk menyajikan ide kepada temannya, membangun teori bersama, sharing strategi solusi dan membuat definisi.

  Talking membantu guru mengetahui tingkat pemahaman siswa dalam belajar sehingga dapat mempersiapkan perlengkapan pembelajaran yang dibutuhkan. Fase berkomunikasi (talk) ini juga memungkinkan siswa untuk terampil berbicara. Secara alami dan mudah proses komunikasi dapat dibangun di kelas dan dimanfaatkan sebagai alat sebelum menulis.

  Selain itu, berkomunikasi dalam suatu diskusi dapat membantu kolaborasi dan meningkatkan aktivitas belajar dalam kelas. Selanjutnya, berbicara baik antar siswa maupun dengan guru dapat meningkatkan pemahaman. Hal ini bisa terjadi karena saat siswa diberi kesempatan untuk berbicara atau berdialog, sekaligus merekonstruksi berbagai ide untuk dikemukakan melalui dialog.

  3. Menulis (Write) Siswa menuliskan hasil diskusi atau dialog pada lembar kerja yang disediakan. Aktivitas menulis berarti merekonstruksi ide, karena setelah berdiskusi atau berdialog antar teman dan kemudian mengungkapkannya melalui tulisan. Aktivitas menulis akan membantu siswa dalam membuat hubungan dan juga memungkinkan guru melihat pengembangan konsep siswa.

  Dalam proses pembelajaran langkah

  • – langkah yang akan di implementasikan sangat penting untuk diperhatikan agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Oleh sebab itu guru harus mengerti langkah
  • – langkah yang akan digunakan. Menurut Jumanta Hamdayana (2014: 219) langkah-langkah pembelajaran dengan model Think Talk Write (TTW) yaitu : 1.

  Guru membagikan teks bacaan.

  2. Peserta didik membaca masalah yang ada di dalam teks bacaan dan membuat catatan kecil secara indivivu tentang apa yang diketahui dan apa yang tidak di ketahui dalam masalah tersebut. Ketika peserta didik membuat catatan kecil inilah akan menjadi proses berpikir (think).

  3. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok kecil (3-5 siswa).

  4. Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman stu grup untuk membahas isi catatan dari hasil catatan (talk)

  5. Dari hasil diskusi, peserta didik secara individual merumuskan pengetahuan berupa jawaban atas soal (berisi landasan dan keterkaitan konsep, metode, dan solusi) dalam bentuk tulisan (write) dengan bahasanya sendiri.

  6. Perwakilan dari setiap kelompok menyajikan hasil diskusi kelompok, sedangkan kelompok lain diminta memberikan tanggapan.

  7. Kegiatan akhir pembelajaran adalah membuat refleksi dan kesimpulan atas materi yang telah dipelajari.

  Langkah

  • –langkah metode pembelajaran Think Talk Write (TTW) menurut Martinis Yamin dan Bansu I. Antasari (2010: 23 ) adalah: 1.

  Guru membagi teks bacaan berupa lembar aktivitas siswa yang memuat situasi masalah yang bersifat open - ended serta memberikan petunjuk dan prosedur pelaksanaannya.

  2. Siswa membaca teks dan membuat catatan hasil bacaan serta individual, untuk dibawa ke forum diskusi (Think)

  3. Siswa berinteraksi dan berkelaborasi dengan teman untuk membahas isi catatan (Talk). Guru berperan sebagaimediator dalam lingkungan belajar.

  4. Siswa mengkontruksikan sendiri pengetahuan sebagai hasil kolaborasi (Write).

  Guru memantau dan mengevaluasi tingkat pemahaman siswa.

  Berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran TTW dari beberapa ahli, makan dapat disimpulkan langkah-langkah model pembelajaran TTW sebagai berikut : 1.

  Menerima lembar aktivitas siswa (LAS) 2. Membaca teks dalam lembar aktivitas siswa (LAS) 3. Membuat catatan kecil tentang apa yang diketahui dan apa yang tidak diketahui.(think)

  4. Membentuk kelompok kecil @5 siswa.

  5. Membahasa isi catatan dalam kolaborasi diskusi. (talk)

  6. Secara individu menuliskan jawaban dengan bahasa sendiri. (write) 7.

  Perwakilan setiap kelompok untuk menyajikan hasil diskusi.

  8. Kelompok yang lain memberikan tanggapan 9.

  Membuat kesimpulan 10.

  Melakukan refleksi Dalam model pembelajaran Think Talk Write (TTW) terdapat kelebihan.

  Berikut kelebihan model pembelajaran Think Talk Write (TTW), Menurut Suyatno (2009: 25) kelebihan model pembelajaran Think Talk Write diantaranya sebagai berikut:

  1. Dapat membantu siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri sehingga pemahaman konsep siswa menjadi lebih baik,

  2. Siswa dapat mengkomunikasikan atau mendiskusikan pemikirannya dengan temannya sehingga siswa saling membantu dan saling bertukar pikiran.

  3. Hal ini akan membantu siswa dalam memahami materi yang diajarkan.

  4. Dapat melatih siswa untuk menuliskan hasil diskusinya ke bentuk tulisan secara sistematis sehingga siswa akan lebih memahami materi dan membantu siswa untuk mengkomunikasikan ide-idenya dalam bentuk tulisan.

  Menurut Suseli (2010:39), kelebihan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) yaitu sebagai berikut: 1.

  Membentuk kerjasama tim, 2. Melatih berfikir, 3. Berbicara dan membuat catatan sendiri, 4. Bertukar informasi antar kelompok/siswa, 5. Melatih siswa untuk menulis

  Selain kelebihan dalam model pembelajaran Think Talk Write (TTW) terdapat juga kekurangan. Berikut kekurangan model pembelajaran Think Talk

  Write (TTW).

  Menurut Suyatno (2009: 52) kekurangan model pembelajaran Think Talk

  Write diantaranya sebagai berikut:

  1. Model TTW adalah model pembelajaran baru di sekolah sehingga siswa belum terbiasa belajar dengan langkah-langkah pada model TTW oleh karena itu cenderung kaku dan pasif, 2. Kesulitan dalam mengembangkan lingkungan sosial siswa.

  Silver & Smith (dalam Risaldiyan, 2011) kekurangan model pembelajaran

  Think Talk Write diantaranya sebagai berikut: 1.

  Penilaian yang diberikan didasarkan kepada hasil kerja kelompok.

  2. Namun demikian, guru perlu menyadari, bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa,

  3. Keberhasilan model pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang,

  4. Walaupun kemampuan bekerjasama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan secara individual.

  5. Oleh karena itu idealnya melalui model pembelajaran kooperatif selain siswa belajar bekerja sama, siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri.

  Penerapan pendekatan Saintifik dan model Think Talk Write (TTW) melalui Langkah-langkah kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut: 1.

  Menerima lembar aktivitas siswa (LAS) 2. Membaca lembar aktivitas siswa (LAS) 3. Menanya tentang materi.(think) 4. Membuat penalaran pada catatan kecil 5. Membuat kelompok @5 siswa 6. Mengumpulkan informasi 7. Berdiskusi dalam kelompok (Think) 8. Setiap kelompok mengomunikasikan hasil diskusi di depan kelas.

9. Kelompok lain memberikan tanggapan 10.

  Menulis kesimpulan (write)

2.1.6. Penerapan HOTS (Higher Order Thinking Skill) dengan Model Pembelajaran Think Talk Write (TTW)

  Higher Order Thinking Skill (HOTS) dalam pembelajaran mengintegerasikan

  level berfikir tingkat tinggi alam proses belajar dan evaluasi. Keterampilan berfikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skill (HOTS) merupakan kegiatan berfikir yang melibatkan level kognitif hirarki tingkat tinggi dari blooms taxonomy (itc:2013) yang terdiri dari 6 level yaitu sebagai berikut : 1.

   Design Acting like an inventor, experiencing “light bulb” moments to generate new products, ideals or ways of doing things 2. Evalute Acting like the scales of jusctice to “weigh up” the evidence to make and justify a decision 3. Analyse Acting like a magnifying glass to identify the component parts of an issue, situation or object 4. Apply Acting to apply new skills, rules and concepts to related and new situations

  5. Understand Acting like an expert, showing understanding of words, concepts, cause and affect and “reasons for” 6. Remember

Acting like an internet databese to recall information, facts and data?

  Didalam penjelasan diatas berfikir tingkat tinggi dalam taksonomi bloom dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Desain

  Mengalami untuk menghasilkan produk, ide atau cara baru 2. Evaluasi

  Menimbang/ bukti untuk membuat dan membenarkan keputusan

3. Menganalisis

  Mengindentifikasi bagian komponen dari sebuah isu, situasi atau objek 4. Menerapkan

  Menerapkan keterampilan baru, aturan dan konsep terkait dan situasi baru 5. Memahami

  Memahami kata-kata, konsep, sebab dan akibat 6. Mengingat

  Mengingat data, fakta dan informasi Dalam hal ini hubungan Higher Order Thinking Skill (HOTS) dengan model pembelajaran Think Talk Write, karena Alur model pembelajaran Think Talk Write dimulai dari keterlibatan siswa dalam berpikir kritis atau berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca, selanjutnya berbicara dan membagi ide dengan temannya kemudian menulis hasil diskusi. keterampilan berfikit pada taraf yang lebih tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS) membuat siswa mampu menyampaikan gagasan secara argumentatif, logis, dan percaya diri, baik secara tertulis, lisan, dan tindakan. HOTS dalam pembelajaran yaitu dengan mengintegrasikan level berfikir pada tarap yang lebih tinggi dalam proses belajar dan evaluasi. Berfikir kritis dan berfikir pada tarap yang lebih tinggi adalah berfikir kritsi setelah membaca dan membagikan ide dengan teman dan kemudian menulis hasil diskusi, karena model pembelajaran Think Talk Write menuntut siswa untuk berfikir, berbicara dan menulis. Jadi berfikir kritis perlu dilatihkan sejak usia sekolah dasar agar siswa terbiasa dengan cara berpikir tingkat tinggi yang akan menjadi modal pada jenjang pendidikan berikutnya.

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan

  Penelitian dilakukan oleh Faiqoh, Bekti Putri di tahun 2016 variable x Model Pembelajaran Think Talk And Write variable y Kreativitas belajar IPS.

  Penelitian ini membuktikkan bahwa dengan model Model Pembelajaran Think Talk And Write kreativitas belajar IPS dapat meningkat. Memperoleh Persentase Generalisasi Secara Umum Tingkat Kreativitas Belajar Siswa Sebesar 62,49%, Mengalami Peningkatan Persentase Generalisasi Secara Umum Tingkat Kreativitas

  Belajar Siswa Sebesar 77,06%. Dengan ini membuktikan bahwa Penerapan Model Pembelajaran Think Talk And Write (TTW) Dapat Meningkatkan Kreativitas Belajar Siswa Serta Meningkatkan Keterampilan Mengajar Guru Pada Pembelajaran IPS Khususnya Pada Materi Jasa Dan Peranan Tokoh Perjuangan Dalam Mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia Di Kelas IV SDN 1 Tedunan Jepara.

  Penelitian dilakukan oleh Misykah, Zulvia di tahun 2015 dengan variable

  x Model Think Talk Write (TTW), dan variable y Hasil belajar mata pelajaran IPS Kelas IV SD Negeri 101772 Tanjung Selamat ,peneltian membuktikkan bahwa pre tes dari 25 jumlah siswa tedapat 4 orang (16%) siswa yang mencapai tingkat ketuntasan belajar dengan nilai rata-rata kelas sebesar 36,30 dan sebanyak 21 orang (84%) siswa yang tidak tuntas dalam belajar, selanjutnya pada siklus I, 15 orang (60%) siswa yang mencapai tingkat ketuntasan belajar dengan nilai rata-rata 66,68 sedangkan siswa yang tidak tuntas sebanyak 10 orang (40%). Pada siklus II sebanyak 22 orang (92%) siswa yang mencapai tingkat ketuntasan belajar dengan nilai rata 89,33 dan 2 orang (4%) siswa yang tidak tuntas. Siklus I hasil observasi terhadap guru mencapai 78,88 hasil ini masih tergolong dalam kategori cukup, sedangkan hasil observasi pada siswa dalam aspek afektif dan psikomotorik mencapai 71,1 hasil ini juga tergolong dalam kategori cukup. Pada siklus II hasil observasi terhadap guru mengalami peningkatan yaitu nilai yang diperoleh sebesar 88,46 begitu juga pada hasil observasi siswa sudah mengalami peningkatan yaitu 82,6 hasil ini termasuk dalam kategori baik, sehingga secara klasikal kelas tersebut dinyatakan telah tuntas belajar karena telah memenuhi standar minimal 80% dari jumlah keseluruhan siswa yang mencapai ketuntasan belajar secara individual.

  Penelitian dilakukan oleh Silviana, Nisriyah di tahun 2014 dengan

  variable X Model Cooperative Learning Tipe Think-Talk-Write Berbasis Portofolio , dan variable Hasil Belajar IPS Kelas IV Semester II SD 1 Sidorekso Kudus, Hasil penelitian ini mencapai semua indikator keberhasilan ketuntasan klasikal minimal 75% dengan persentase keberhasilan individu minimal 65% atau kualifikasi minimal baik, (1) ketuntasan hasil belajar psikomotor siklus I sebesar 21,88% meningkat menjadi 100% pada siklus II dengan kualifikasi sangat baik, (2) ketuntasan hasil belajar kognitif siklus I sebesar 71,87% meningkat menjadi 87,5% pada siklus II, (3) ketuntasan hasil belajar afektif siklus I sebesar 34,37% meningkat menjadi 78,12% pada siklus II dengan kualifikasi baik. dan (4) kinerja guru melalui keterampilan pengelolaan kelas siklus I memperoleh persentase 63,85% meningkat menjadi 80,77%, dengan kualifikasi baik, serta aktivitas klasikal siswa siklus I sebesar 53,85% meningkat menjadi 79,23% dengan kualifikasi baik.

2.3 Kerangka Pikir

  Pembelajaran IPS SD terpadu dengan memuat Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Dalam proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila hasil belajar sisa mencapai KKM Kriteria Ketuntasan Minimal. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa kurang meningkat bahkan tidak meningkat. Salah satu faktor yaitu model pembelajaran yang digunakan guru pada saat proses pembelajaran. Penggunaan model yang tepat dapat mempermudah guru untuk menyampaikan informasi dan siswa dapat terlibat langsung atau aktif dalam proses pembelajaran, serta proses pembelajaran menjadi menyenangkan. Tetapi di lapangan pembelajaran IPS belum terlaksana secara maksimal. Pembelajaran masih berpusat kepada guru, siswa cenderung kurang aktif, atau bisa dikatakan pasif, siswa kurang terlibat langsung dalam proses pembelajaran, selain itu guru belum dapat mengoptimalkan media pembelajaran. Sehingga hasil belajar siswa kurang meningkat.

  Salah satunya dengan menggunakan pendekatan dan model yang dapat meningkatkan hasil belajar yaitu pendekatan santifik dan model pembelajaran think

  

talk write. Penerapan pendekatan santifik dan model pembelajaran think talk write

  dirasa cocok dalam pembelajarajn IPS, karena pendekatan santifik dan model pembelajaran think talk write mengajak siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran, selain itu model ini mengajarkan kepada siswa untuk berlatih untuk mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah informasi, mengkomunikasikan, berpikir, berbicara dan menulis. Pendekatan dan model ini juga mengajarkan siswa untuk bisa belajar bekerja sama dengan kelompok, belajar untuk mengemukakan pendapat sehingga ketrampilan siswa dan sikap siswa dapat terbentuk, dalam menerima materi pembelajaran siswa akan lebih memamhami, terlebih pendekatan santifik dan model pembelajaran think talk write siswa dapat belajar dengan menyenangkan, bisa dikatakan belajar sambil bermain. Siswa tidak akan merasa bosa, minta belajar pun akan bertambah, sehingga hasil belajar IPS dapat meningkat, serta siswa dapat menguasai kompetensi pengetahuan,sikap, dan ketarmpilan dengan baik.

  Adapun kerangka berpikir mengenai penerapan pendekatan santifik dan model pembelajaran think talk write pada mata pelajaran IPS yang ditunjukan melalui peta konsep sebagai berikut:

  Pembelajaran masih berpusat kepada guru

  • Siswa kurang aktif, cenderung pasif, dan masih sibuk
  • Kondisi dengan dirinya sendiri awal
  • pendekatan saintifik dan Model pembelajaran Think-

  Kurang dalam mengeksplor materi

  Talk-Write adalah Pembelajaran yang terdiri atas kegiatan

  mengamati, merumuskan pertanyaan, mencoba/mengumpulkan data, mengasosiasi/ menganalisis/mengolah data dan menarik kesimpulan serta mengkomunikasikan hasil yang terdiri dari kesimpulan untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan

  Tindakan dan sikap. Kegiatan pembelajaran yaitu melalui berpikir, bertukar pendapat dan menuliskan hasil diskusi agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Pembelajaran lebih aktfi dan lebih melibatkan berfikir kritis dan berpikir di tarap atau tingkat yang lebih tinggi dengan Higher Order Thinking

  Skills (HOTS). Proses belajar dalam tindakan ini

  menrapkan pendekatan saintifik dan model pembelajaran

  Think Talk-Write

  Kondisi Proses belajar berpusat pada siswa

  • Akhir Hasil belajar siswa meningkat
  • Gambar 2.1 sekma peningkatan hasil belajar IPS dengan pendekatan saintifik dan model pembelajaran Think-Talk-Write

2.4 Hipotesis penelitian

  Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan maka dapat dirumuskan hipotesis proses dan hasil tindakan sebagai beriku: a)

  Penerapan pendekatan santifik dan model pembelajaran think talk write (TTW) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Bringin 01 semester I tahun ajaran 2017/2018

  b) Penerapan pendekatan santifik dan model pembelajaran think talk write (TTW) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Bringin 01 semester I tahun ajaran 2017/2018. Melalui langkah-langkah: menerima lembar aktivitas siswa (LAS), membaca lembar aktivitas siswa (LAS), menanya tentang materi.(think), membuat penalaran pada catatan kecil, membuat kelompok @5 siswa, mengumpulkan informasi dari buku-buku penunjang, berdiskusi dalam kelompok (Talk), setiap kelompok mengomunikasikan hasil diskusi di depan kelas, kelompok lain memberikan tanggapan, menulis kesimpulan (write), refleksi

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Pembelajaran Mind Mapping untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa Kelas V SD Negeri Klero 02 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Semester II Tahun Ajaran 2017/2018

0 0 30

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Pembelajaran Mind Mapping untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa Kelas V SD Negeri Klero 02 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Semester II Tahun Ajaran 2017/2018

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Pembelajaran Mind Mapping untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa Kelas V SD Negeri Klero 02 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Semester II Tahun Ajaran 2017/2018

0 0 54

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Hasil Belajar Tema 3 Siswa Kelas 4 SD Negeri 2 Tuksongo Menggunakan Metode Pembelajaran Guided Discovery Learning dalam Kurikulum 201

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Hasil Belajar Tema 3 Siswa Kelas 4 SD Negeri 2 Tuksongo Menggunakan Metode Pembelajaran Guided Discovery Learning dalam Kurikulum 2013 Tahun Pelajaran 2017/2018

1 2 35

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Hasil Belajar Tema 3 Siswa Kelas 4 SD Negeri 2 Tuksongo Menggunakan Metode Pembelajaran Guided Discovery

0 0 21

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Hasil Belajar Tema 3 Siswa Kelas 4 SD Negeri 2 Tuksongo Menggunakan Metode Pembelajaran Guided Discovery Learnin

0 1 29

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Hasil Belajar Tema 3 Siswa Kelas 4 SD Negeri 2 Tuksongo Menggunakan Metode Pembelajaran Guided Discovery Learning dalam Kurikulum 2013 Tahun Pelajaran 2017/2018

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Hasil Belajar Tema 3 Siswa Kelas 4 SD Negeri 2 Tuksongo Menggunakan Metode Pembelajaran Guided Discovery Learning dalam Kurikulum 2013 Tahun Pelajaran 2017/2018

1 2 72

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPS Kelas IV Melalui Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Think Talk Write SD Negeri Bringin 02 Kecamatan Bringin Kabupaten Semaran

0 0 6