ANALISIS PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MULTIPLE INTELIGENCES SYSTEM (MIS) di SMP YAYASAN ISLAM MALIK IBRAHIM GRESIK “Full Day School” SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam

  !"## $"

  % % &

  ' ( ) * * &

  ( + + ## (

  ! " #$%&'( % ) *+, -,

  './ 012 12 34

  ( + ## , - & .

  / / 1 0 & 0 & & 0 &

  % ( (

  2 /3

  !"## $ "## $"

  2 % % . /

  4 &

  1

  

'./ 012 12 34 ( + ##

  , - & .

  / / 1 0 & 0 & & 0 &

  % ( (

  2 /3

  !"## $ "## $"

  2 % % . /

  4 &

  1

  2 /

  • 6

  7

  8 /3

  !"## $" 7 -

  8& % #9& 6

  6

  • 7 8( +9& 6
  • 6 7 8( !9& 6 :5
  • 6

  7 8&

  • & /

  & * ( 5 (

  ( % % ) ; & & 5 ( 5 %

  5 & < % = 7 -

  8 ) & ) (

  5 & $# +

  Ž£z ŽÇ

(#θ|¹#uθs?uρ M≈ys=≈Á9$# (#θ=ϑtãuρ (#θΖtΒ#u t $# āω) ∩⊄∪ ’∀s9 z≈|¡ΣM}$# β) ∩⊇∪ yè9$#uρ

∩⊂∪ Ž9Á9$$/ (#θ|¹#uθs?uρ ,ys9$$/

  ! "

#$ % % & ' ()

  6 ( 1 ( * ( (

  ' ( ) & ( 6 ' ) > %

  9 ( ( ( 5 (

  & ' &

  , ( ( (

  5 (

  • ) ( &

  , ? (

  % ' % &

  ) ( ) % ( / 0 (

  & % ) /0( ( ( '

  ' & ( %

  ( ) &

  ( ) &

  #& & 1 ( &: &( . / &

  • & & 0 ( & &( . /

  & !& 6 ( & &( & )&( , 6 . 3 ( &/ &(

  & $&

  6

  6 A ( & )&( ( & )&( - ? % ( & )&( ( & &( B

  1 A 1( & )& ' &

  • & 3 ( & &( ( C 3 /
    • "& C ( & ( & & ( -

  • 3 (

  & D& C 3 , , 4( & &( C 3 . A ( & &( C

  3 B ( & &( ) * * ? 34 ( & &( '

  & & C 3 & ( , C - '

  & 2 &

  E& 6 &' / / '/ &

  ' & F& / %

  & # & , ' < ( ( ( & 5 * & ##& 6 ,<& & * ( ,<& / , ( B)&( C

  3 G ( & &( < &

  ( ( 5 (

  ? & #+& , ?

  & #!& , % ' % B :

  % ) '% ) & ( &

  #$& ? ' < / ,/ 0 ) &

  #"& &

  ( ) 1 ( / 0 & / &

  & / & ( + + ##

  /

  • (

  ! " #$%&'( % ) *+, -,

  < </B/ /

  2C CB HHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH& </B/ / :? -/ // ,:/ B / &HHHHHHHHHHHHHHH&&&& </B/ / : : /</ HHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH&&& </B/ / / : 6

  6 HHHHHHHHHHHHHHHHHH&&& 5 </B/ / /6 ?/, HHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH&&&& 5 </B/ / HHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH&&&&& & 5 </B/ / :? : 6/</ HHHHHHHHHHHHHHHHHHHH& 5 </B/ / ,/ / : / /? HHHHHH&&HHHHHHHHHHHH 5 </B/ / /. /? &&HHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH&H @ </B/ / /. /? B/ ?/ &&HHHHHHHHHHHHHHHHHH @

  ) HHHHHHHHHHHHHHHHHHH #

  /& B

  6 HHHHHHHHHHHHHHHHHHH&&& # 6& ? HHHHHHHHHHHHHHHHHH&& E A& HHHHHHHHHHHHHHHHHH&&& E

  HHHHHHHHHHHHHHHHHH& E * &

  ) HHHHHHHHHHHHHHHHH&&& #

  /& , HHHHHHHHHHHHHHHHHHH&& # 6& , &HHHHHHHHHHHHHHHHH&&& #

  #& / HHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH& #

  • & HHHHHHHHHHHHHHH&& &#+ !& HHHHHHHHHHHHHH #$ $& >

  9 HHHHHHHHHH& + "& 6 *+$

  & ) ' )

  6 HHHHHHHH&& +$ & B '

  6

  • & 0 HHHHHHHHHHHHHHHHH&HH&&H !D A& HHHHHHHHHHHHHHH&HH& !D
  • & HHHHHHHHHHH&&H& !E .& / HHHHHHHHHHHHHHHH&&HHH !F

  • & / B HHHHHHHHHHHHHH&H&& $ & , HHHHHHHHHHHHHH $#
  • & B * HHHHHHHHHHHHHH& $$ !& I -

  HHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH&& $" 6& < HHHHHHHHHHHHHHHHH&HH& $D

  8 HH&&H $$ $& ( ,

  7

  6 HHHHHHHHHHHHH& $!

  8 HHHHHHHHHHHHHHH&&HHH $! #&

  7

  9

  HHHHHHH&& $! /& , C - >-

  5 )

  #& / HHHHHHHHHHHHHHH& $

  HHHHHHHH& ! #& HHHHHHHHHHHHHHH& !

  & . HHHHHHHHHHHHHHHHHH& !D :&

  #& B HHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH !D

  HHHHHHHHHHHHHHHH !" /& 2 HHHHHHHHHHHHHHHH&HH&&& !" 6& B HHHHHHHHHH&&HHH !D

  )

  HHHHHHHHHHHH +D

  #& ) HHHHHHHHH&&H& $

  • & HHHHHHHHH&&H& "! !& :5 HHHHHHHHHHHH& "
A& HHHHHHHHHHHHHHHHHHH&HH D# #& / ) HHHHHHHHHH D+

  • & / HHHHHHHHH&H& D$ !& / :5 HHHHHHHHHHHH DE

  HHHHHH&&HH& #

  5 )

  6

  /& HHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH& # 6& ' HHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH& + A& HHHHHHHHHHHHHHHHHHHH&HH&& !

  /. /? C /,/ /. /? B/ ?/

  ? 0/-/ < C

  B #

  5 B + 0 % ) B !& < 0 % ) # >,

  9 B !& < 0 % ) + >, &C & ,

  9 B !&) < 0 % ) ! >

  9 B $ B " B D B ? ;B B E .

  B F

  2 B # . ? B ## + >

  9 B #+

  5 B #! , B #$

  2 Pendidikan merupakan salah satu komponen yang selalu dijadikan tolak ukur kemajuan suatu bangsa. Kualitas pendidikan suatu bangsa seringkali menjadi indikator maju mundurnya sebuah Negara. Oleh karenanya berbagai upaya peningkatan mutu pendidikan sudah selayaknya terus ditingkatkan.

  Baik atau buruknya mutu lembaga pendidikan sendiri salah satunya ditentukan oleh proses pembelajaran yang berlangsung di dalamnya. Oleh karenanya untuk menciptakan proses pembelajaran yang brkualitas, pemerintah melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 41 Tahun 2007 telah menetapakan beberapa point terkait standar proses pembelajaran yang harus diperhatikan oleh para pemangku lembaga pendidikan. Dalam Permendiknas No. 41 Tahun 2007, telah dijelaskan bahwa proses pembelajaran setidaknya memuat tiga tahapan: perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Ketiga tahapan ini harus dilakukan oleh setiap guru dalam proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran berjalan optimal.

  Di samping itu, dalam pelaksanaan pembelajaran agar memperoleh hasil yang optimal guru juga harus menerapkan strategi pembelajaran yang tepat. Strategi pembelajaran merupakan sebuah cara atau trik untuk mempermudah peserta didik dalam memahami materi yang akan disampaikan. Menurut Hamdani, strategi pembelajaran (belajar mengajar) terdiri atas semua komponen dan prosedur yang digunakan untuk membantu peserta didik

  1

  mencapai tujuan pengajaran. Dengan demikian tepat atau tidaknya suatu strategi pembelajaran sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pembelajaran yang diinginkan. Dalam hal ini, guru memegang andil yang sangat besar dalam menentukan strategi yang paling sesuai untuk mengoptimalkan kemampuan setiap peserta didik demi mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pengertian pendidikan sebagaimana

1 Hamdani, , ( Bandung: CV. Pustaka Setia, 2011), hlm. 19

  tercantum dalam Undang undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas), BAB I pasal 1(1) .

  “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

2 Negara.

  Dari kutipan UU Sisdiknas tersebut diketahui bahwa penyelenggaraan pendidikan hendaknya mampu memfasilitasi setiap individu (peserta didik) untuk mengembangkan kemampuannya secara optimal. Setiap peserta didik tentunya telah memiliki modal dasar pengetahuan yang berbeda beda. Oleh karenanya, dalam merencanakan pembelajaran sudah seharusnya guru mengetahui kemampuan atau potensi dasar yang telah dimiliki oleh peserta didiknya. Pengetahuan tentang kompetensi awal peserta didik ini yang selanjutnya dijadikan pedoman dalam usaha melejitkan kemampuan individual setiap peserta didik. Kemampuan yang tersimpan dalam diri seseorang ini, kemudian sering disebut sebagai kecerdasan ( ).

  Abdul Halim Fathani menyatakan bahwa, dalam dunia pendidikan kecerdasan memiliki tempat yang sangat penting, namun seringkali kecerdasan

  3

  ini dipahami secara parsial oleh sebagian kaum pendidik. Kebanyakan proses pembelajaran yang telah berjalan di dalam kelas, hanya memakai satu strategi atau metode sedangkan gaya belajar dan daya tangkap peserta didik sangat beragam. Dalam sebuah kelas yang besar (30 40 anak) dan heterogen, hendaknya guru melakukan variasi pembelajaran, sehingga tidak dengan satu model pembelajaran saja.

  2 ! "

" # $ " % " & ' (Bandung:

  Citra Umbara, 2010), hlm. 2

3 Abdul Halim Fathani, " # #

  • + ( #, )** % + #* $ * ,* -*$.* di akses 15

  Oktober 2011

  Hal serupa dijelaskan pula oleh Suryosubroto dalam bukunya “Proses Belajar Mengajar di Sekolah”. Pada umumnya proses pendidikan dan pengajaran di sekolah masih berjalan klasikal, artinya seorang guru di dalam kelas menghadapi sebagian besar peserta didik (30 40 anak) dalam waktu yang sama, bahan pelajaran yang sama, bahkan metode yang dipakai untuk semua anak sama. Dalam pengajaran klasikal seperti ini guru beranggapan bahwa seluruh siswa satu kelas itu mempunyai kemampuan (

  %), kesiapan

  4 (# %), dan kecepatan belajar yang sama.

  Kebiasaan lama yang sering dilakukan guru semacam itu hendaknya segera ditinggalkan. Memperlakukan anak dalam kelas heterogen dengan pendekatan yang sejenis tentu kurang baik bagi perkembangan individual. Menurut Rasyid Dimas, salah satu kesalahan yang terjadi dalam mendidik anak

  5

  adalah tidak memperhatikan perbedaan perbedaan individual. Perbedaan tersebut bermacam macam, mulai dari perbedaan fisik, pola berpikir, dan cara cara merespon atau mempelajari hal hal baru. Demikian pula dalam hal belajar, masing masing individu memiliki kelebihan dan kekurangan dalam menyerap pelajaran yang diberikan.

  Kenyataan di atas menuntut agar peserta didik dapat dilayani sesuai perkembangan individual masing masing. Oleh karenanya menurut Anang, dalam bukunya “/ ”, bahwa pembelajaran yang berlangsung perlu melayani peserta didik secara individual untuk menghasilkan

  6

  perkembangan yang sempurna pada setiap peserta didik. Sebagian peserta didik lebih suka terhadap guru mereka yang mengajar dengan cara menuliskan materi pelajaran di papan tulis. Dengan begitu mereka dapat membaca dan kemudian memahaminya. Akan tetapi, tidak demikian untuk sebagian peserta didik yang lain. Di antara mereka ada yang lebih suka guru mereka mengajar dengan lisan dan mereka mendengarkan agar bisa memahaminya. Sementara

  4 Suryosubroto, " , (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009), Cet. II, hlm.69.

  5 M. Rasyid Dimas, 1 # 2 , terj. Abdurrahman Kasdi, (Pustaka Al Kautsar, 2006), Cet. 3, hlm. 127

  6 Anang, / ' (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 49 itu, ada pula sebagian kelompok peserta didik yang lebih suka membentuk kelompok kecil untuk mendiskusikan permasalahan permasalahan terkait mata pelajaran tersebut.

  Dari penjelasan di atas diketahui bahwa setiap orang memiliki gaya belajar yang unik. Tidak ada suatu gaya belajar yang lebih baik atau lebih buruk daripada gaya belajar yang lain. Tidak ada individu yang berbakat atau tidak berbakat. Setiap individu secara potensial pasti berbakat, tetapi bakat itu terwujud dengan cara yang berbeda beda. Singkat kata, tidak ada individu yang bodoh (atau setiap individu adalah cerdas). Ada individu yang cerdas secara logika matematika, namun ada juga individu yang cerdas dibidang kesenian.

  Pandangan pandangan baru yang terkait keragaman potensi setiap individu ini bertolak dari teori Howard Gardner yang sering pula disebut sebagai teori kecerdasan majemuk ( ). Teori mengenai intelligensi ini telah membangkitkan gerakan baru pembelajaran, antara lain dalam hal melayani keberbedaan gaya belajar peserta didik. Suatu cara pandang baru inilah yang mengakui keunikan setiap individu manusia.

  Esensi teori # menurut Gardner adalah menghargai keunikan setiap individu, berbagai variasi cara belajar, mewujudkan sejumlah model untuk menilai mereka, dan cara yang hampir tak terbatas untuk mengaktualisasikan diri di dunia ini. Sesungguhnya # muncul dalam diri setiap individu, tetapi masing masing individu akan memiliki satu atau lebih # yang memiliki tingkat # teratas. Dalam praktik pembelajaran di sekolah, sudah selayaknya seorang guru memiliki data tentang tingkat kecenderungan # setiap siswa yang diperoleh melalui (MIR). Dryen dan Vos (sebagaimana dikutip Dewi Salma) menyatakan, paradigma belajar berprinsip bahwa belajar sebagai faktor internal dalam diri peserta didik, karenanya penyelenggaraannya perlu melibatkan peserta didik itu sendiri. Penyelenggaraan pendidikan mengacu pada penemuan diri peserta didik, kemandirian dalam berfikir dan bersikap, serta menentukan minatnya. Teori # mendukung adanya kemampuan ganda dalam diri

  7 peserta didik untuk dikembangkan potensinya melalui berbagai proses.

  Matematika merupakan mata pelajaran yang erat sekali berkaitan dengan kehidupan di masyarakat. Berbagai sisi kehidupan sosial maupun ekonomi berhubungan langsung dengan nilai nilai matematika. Oleh karena itu tidak salah jika pemerintah menetapkan matematika sebagai salah satu mata pelajaran wajib di sekolah, sejak di tingkat Taman Kanak kanak (TK) sampai Perguruan Tinggi (PT).

  Akan tetapi, realita yang muncul di masyarakat, Matematika justru merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat ditakuti oleh peserta didik. Paradigma yang sering muncul didalam benak anak didik, bahwa matematika itu sulit, guru matematika yang kiler, bahkan muncul konotasi matematika = matematian. Munculnya paradigma semacam ini salah satunya disebabkan oleh materi yang relatif abstrak sehingga butuh ketelitian dalam menyelesaikan permasalahan matematika. Di samping itu, dalam proses pembelajaran masih banyak dijumpai guru yang memakai model konvensional, sehingga peserta didik cenderung bersikap pasif bahkan kesulitan dalam memahami materi pelajaran. Hal ini menyebabkan sulit tercapainya tujuan pembelajaran, yang salahsatu indikatornya kebanyakan prestasi peserta didik cenderung masih di bawah rata rata.

  Melihat realita tersebut, pelaksanaan pembelajaran yang telah berjalan perlu segera di evaluasi mengingat peran matematika dalam kehidupan demikian besar. Sesulit sulitnya permasalahan (termasuk pembelajaran matematika) yang dihadapi oleh seseorang pasti ada jalan keluarnya. Hal ini sebagaimana sabda rasulullah SAW:

  JSTB Lا UTV Lا ل R Pر ن أ , JKB Lا HNر , ةEFEه HI أ AB و JI Jb Lا cdP Z\TB JSe [\]TF Z^FE_ `TP Aa و : ل YZ ,

  XTPو ٨

  (

  XT ia j ا ور ) gKhbا Ub إ Z^F E_

  7 Dewi Salma Prawiradilaga, " 3 " # , (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), Cet. 7, hlm. 7

  43

  2 5 2' % 2& ) # # # # ' # 2 # # % # 6 75 #8

  Hal ini telah diterangkan pula dalam Al Qur’an Surat Al Baqarah ayat 286 berikut:

  …… M $ $ M $ $ $ $¡ #= t6|¡tF.$## tΒ pκŽn=tãuρ t6|¡x. tΒ yγs9 yγyè™ρ āω) tΡ ª!$# s3ƒ Ÿω

  42 # # # % # 7 8 % % #

  7 8 % % 79 2 : ) ,;8

  Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik ( ) merupakan salah satu solusi atas permasalahan tersebut. Salah satu system pembelajaran ini adalah pembelajaran berbasis .

  Strategi pembelajaran berbasis

  % # (MIS) merupakan

  sebuah sebuah strategi pembelajaran yang mengacu pada teori Strategi pembelajaran ini mengacu pada keberagaman kompetensi individual peserta didik, selanjutnya dikembangkan untuk mencapai kemampuan yang optimal. Penerapan % # (MIS) dalam dunia pendidikan sangat membantu dalam menentukan strategi pembelajaran paling tepat untuk setiap anak.

  Untuk menerapkan strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences, guru atau sekolah terlebih dahulu melakukan (MIR). MIR biasanya berbentuk kuisioner yang dibuat untuk mengetahui kecenderungan kecerdasan peserta didik. Dari hasil MIR akan diketahui gaya belajar setiap anak dan dipakai sebagai referensi dalam meilih strategi paling efektif. Strategi pembelajaran merupakan salah satu variabel yang

8 Imam Zakariya Yahya bin Syaraf An Nawawi, % , (Libanon, Darul Kutub Al Ilmiah, 676 Hijriah). Hlm. 370.

  mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Dengan pemakaian strategi pembelajaran yang disesuaikan dengan gaya belajar anak, akan mempermudah pemahaman anak terhadap materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Dengan demikian tujuan pembelajaran akan mudah dicapai dan prestasi peserta didik dapat di atas rata rata.

  Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti penerapan strategi pembelajaran matematika berbasis

  % # (MIS).

  Sebagai sebuah strategi pembelajaran, % # hendaknya melekat dengan sistem pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu keberhasilan penerapan strategi pembelajaran ini sangat ditentukan oleh sistem yang dipakai lembaga pendidikan tersebut.

  SMP Yayasan Islam Malik Ibrahim (YIMI) Gresik “< 3 % ” merupakan salah satu sekolah yang menjadi pelopor pelaksanaan

  % # 7 8 dalam proses pembelajaran di sekolah. Sebagaimana

  dipaparkan oleh Munif Chatib, mantan direktur sekolah YIMI, pada awalnya SMP YIMI Gresik “< 3 % ” merupakan salah satu sekolah yang terpinggirkan karena kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga ini.

  Hal ini terjadi tidak bisa lepas dari problem keterbatasan fasilitas maupun tenaga pendidik, lantaran harus berbagi dengan Madrasah Ibtidaiyah. Akibatnya sekolah ini hanya diminati oleh peserta didik dari kalangan bawah, tentunya dengan kompetensi apa adanya.

  Menyadari problematika tersebut, akhirnya segenap pengurus yayasan sepakat untuk melakukan perombakan sistem. Mereka sepakat untuk memilih

  % # (MIS) karena keunikan dan kelebihanya.

  Akhirnya upaya tersebut berhasil, melalui penerapan MIS diintegrasikan dengan sistem “< 3 % ”, sekolah yang awalnya terbelakang ini akhirnya mampu menjadi salah satu sekolah unggulan meski dengan input peserta didik yang biasa biasa saja. Prestasi nilai rata rata Ujian Nasional peserta didiknya mampu bersaing dengan sekolah sekolah unggulan (termasuk SMP RSBI) lainnya di kabupaten Gresik.

  3. Bagaimana Sistem Evaluasi dalam Strategi Pembelajaran Matematika berbasis % # di SMP YIMI Gresik “< 3 % ”?

  3. Mengetahui Sistem Evaluasi dalam Strategi Pembelajaran berbasis % # di SMP YIMI Gresik “< 3 % ”.

   ! " # $ % &' '

  Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut diatas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan, antara lain:

  1. Bagaimana Perencanaan Strategi Pembelajaran Matematika berbasis

  % # di SMP YIMI Gresik “< 3 % ”?

  2. Bagaimana Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Matematika berbasis

  % # di SMP YIMI Gresik “< 3 % ”?

  Berdasarkan uraian tentang keunikan % # (MIS) dan pemanfaatanya tersebut, penulis merasa perlu melakukan penelitian terkait

  ( )' '

  Penelitian ini akan dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut:

  1. Mengetahui Perencanaan Strategi Pembelajaran Matematika berbasis

  % # yang berjalan di SMP YIMI Gresik “< 3 % ”.

  2. Mengetahui Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Matematika berbasis

  % # di SMP YIMI Gresik “< 3 % ”.

  • * Penelitian ini diharapkan setidaknya memiliki dua manfaat, yakni:

1. Manfaat teoritis

  a. Memperkaya khazanah keilmuan tentang penyelenggaraan strategi pembelajaran matematika berbasis % #

b. Memenuhi salah satu persyaratan untun memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

2. Manfaat praktis

  a. Sebagai informasi berharga bagi para praktisi pendidikan maupun lembaga lembaga terkait dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.

b. Sebagai referensi baru dalam penerapan sistem pembelajaran matematika yang lebih baik.

  Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lestari Indriana Puji (Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta) yang berjudul “

  

! ! "#" $ % &'(')&'((* menunjukkan bahwa

  hasil belajar peserta didik dapat meningkat secara aktif dan menikmati proses pembelajaran. Selain itu, dalam kedua buku Munif Chatib, “Sekolahnya Manusia” dan “Gurunya Manusia” dipaparkan tentang keberhasilan strategi

  # (MIS) untuk meningkatkan prestasi peserta didik di beberapa sekolah yang menerapkannya.

  Berangkat dari beberapa referensi tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan kajian serupa, namun dengan fokus yang berbeda. Adapun fokus yang menjadi penekanan pada penelitian kali ini mengacu pada rumusan masalah yakni untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran matematika berbasis # (MIS) di SMP YIMI Gresik “+ , #

  "" ”. Adapun analisis ditekankan untuk mengidentifikasi kelebihan* kekurangan dan problematika yang muncul dalam penerapan pembelajarannya.

  Analisis merupakan kata serapan berasal dari kata bahasa Inggris

  #- yang berarti memisah*misahkan. Dalam Kamus Besar Bahasa

  Indonesia, analisis diartikan sebagai bentuk penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan

  1 yang sebenarnya (sebab musabab, duduk perkara dan sebagainya).

  Dari kedua definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan analisis meliputi: a) Analisis Pendahuluan

  Analisis persiapan atau pendahuluan ini merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui hal*hal yang diperlukan ketika melakukan tindakan di lapangan. Hal yang perlu diperhatikan pada tahap ini mencakup latar belakang sekolah, alasan pemakaian system, penyusunan rencana pembelajaran, maupun latar belakang kompetensi peserta didik.

  b) Analisis Proses atau Tindakan Analisis tindakan dilakukan saat praktik pembelajaran dilaksanakan. Hal*hal yang diamati dalam proses ini adalah respon peserta didik saat pembelajaran berlangsung. Pedoman dalam melakukan analisis proses atau tindakan ini adalah rencana pembelajaran yang telah dibuat oleh guru.

  c) Analisis Akhir Analisis akhir dilakukan setelah pelaksanaan pembelajaran dan merupakan simpulan terhadap proses perencanaan sampai pelaksaan pembelajaran yang berlangsung. Analisis akhir ini bertujuan untuk memberikan masukan atau solusi terhadap proses pembelajaran yang telah berlangsung. Selanjutnya hal ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam penyususnan rencana pembelajaran berikutnya. Adapun analisis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan pengamatan lapangan dengan mengidentifikasi permasalahan*permasalahan

1 Suharso dan Ana Retnoningsih, ." , (Semarang: CV. Widya

  Karya, 2010), hlm. 37 yang muncul dalam penerapan pembelajaran Matematika berbasis # (MIS) di SMP YIMI Gresik “+ , # "" ”.

  Hamdani menyatakan secara umum strategi dapat diartikan sebagai suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang atau organisasi untuk sampai pada

  2

  tujuan. Tujuan pembelajaran sendiri terangkum dalam standar kompetensi yang telah ditentukan oleh guru sebelum melakukan kegiatan belajar megajar. Upaya yang dilakukan dalam mencapai tujuan ini tentunya mencakup segala aktivitas yang akan dilakukan terkait perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi tindakan.

  Sementara itu, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesa, disebutkan bahwa strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk

  3

  mencapai sasaran khusus (yang diinginkan). Sebagai sebuah sistem perencanaan, strategi memiliki peranan penting dalam menentukan tercapainya tujuan pembelajaran. Karenanya pemilihan strategi pembelajaran yang tepat oleh setiap guru menjadi hal yang mutlak untuk dilaksanakan.

  Adapun ciri*ciri strategi menurut Stoner dan Sirait (sebagaimana dikutip Hamdani), adalah sebagai berikut.

  a. / meliputi cakrawala waktu yang jauh ke depan, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan tersebut dan waktu yang diperlukan untuk mengamati dampaknya.

  b. , . Walupun hasil akhir dengan mengikuti strategi tertentu tidak langsung terlihat untuk jangka waktu yang lama, dampak akhir akan sangat berarti.

  2 Hamdani, , hlm. 18

  3 Suharso dan Ana Retnoningsih, ." , hlm. 500

c. Sebuah strategi yang efektif biasanya # .

  mengharuskan pemusatan kegiatan, upaya, atau perhatian terhadap rentang sasaran yang sempit.

  d. " . Kebanyakan strategi mensyaratkan bahwa sederetan keputusan tertentu harus diambil sepanjang waktu. Keputusan* keputusan tersebut harus saling menunjang, artinya mengikuti pola yang konsisten.

  e. . Sebuah strategi mencakup suatu spektrum kegiatan yang luas mulai dari proses alokasi sumber daya sampai dengan kegiatan operasi harian. Selain itu, adanya konsistensi sepanjang waktu dalam kegiatan*kegiatan ini mengharuskan semua tingkatan organisasi bertindak secara naluri dengan cara*cara yang akan memperkuat

  4 strategi.

  Menurut Dick dan Carey (sebagaimana dikutib Hamzah B. Uno) menyebutkan bahwa terdapat 5 komponen strategi pembelajaran,

  5

  yaitu:

a. Kegiatan Pendahuluan

  Kegiatan pendahuluan yang disampaikan secara menarik akan dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Cara guru memperkenalkan materi pelajaran hendaknya melalui contoh ilustrasi penerapannya dalam kehidupan sehari*hari. Hal ini akan menumbuhkan kesadaran pada diri peserta didik mengenai manfaat belajar. Dalam kegiatan ini setidaknya guru menyampaikan dua hal penting. , tujuan pembelajaran khusus yang diharapkan.

  . / apersepsi berupa kegiatan yang menunjukkan keterkaitan antara materi sebelumnya dengan materi baru yang akan dipelajari.

  4 1 . , / hlm. 18*19

5 Hamzah B. Uno, ". % " #

  . , (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), Cet. IV, hlm. 3*7 b. Penyampaian Informasi Penyampaian materi merupakan kegiatan inti dalam proses pembelajaran. Dalam penyampaian materi ini, guru berpedoman pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai peserta didik.

  c. Partisipasi Peserta Didik Berdasarkan prinsip . ./peserta didik merupakan pusat dari suatu kegiatan belajar. Dalam hal ini dikenal istilah CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), yang maknanya bahwa proses pembelajaran akan lebih berhasil apabila peserta didik secara aktif melakukan latihan secara langsung dan relevan dengan tujuan yang telah ditetapkan.

  d. Tes Pelaksanaan tes biasanya dilakukan di akhir kegiatan pembelajaran.

  Serangkaian tes umum yang dilakukan oleh guru ini bertujuan untuk mengetahui pencapaian tujuan pembelajaran dan tingkat penguasaan ketrampilan belajar peserta didik.

  e. Kegiatan Lanjutan Kegiatan lanjutan atau sering yang disebut dengan " hendaknya dilakukan oleh setiap guru. Tindak lanjut ini bisa berupa remedial bagi peserta didik yang belum tuntas, atau pengayaan setelah semuanya dinyatakan tuntas.

  ! "

  Pembelajaran sebagaimana didefinisikan oleh Oemar Hamalik merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur*unsur manusiawi, internal material fasilitas dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk

  6 mencapai tujuan pembelajaran.

  Pembelajaran secara umum adalah suatu proses belajar mengajar. Sama halnya dengan belajar, mengajar pada hakikatnya juga suatu proses yakni proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar peserta didik sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong peserta didik melakukan proses belajar. Pada tahap berikutnya mengajar adalah proses memberikan

  7 bimbingan/bantuan kepada peserta didik dalam melakukan proses belajar.

  Perlu dipahami pula bahwa aktivitas belajar ditekankan pada terjadinya perubahan tingkah laku manusia, sehingga belajar cenderung melakukan aktivitas. Belajar berdasar aktifitas secara umum jauh lebih efektif daripada yang didasarkan presentasi atau ceramah karena peserta didik tidak sepenuhnya terlibat dalam pelaksanaan pembelajaran.

  Menurut Dave Maler, gerakan fisik dapat meningkatkan proses mental peserta didik sebab otak manusia yang terlibat dalam dalam gerakan tubuh ( " " " ) terletak tepat di sebelah bagian otak yang digunakan untuk berpikir dan memecahkan masalah. Oleh karena itu, menghalangi gerakan tubuh berarti menghalangi pikiran untuk berfungsi secara maksimal,

  8

  sebab melibatkan kecerdasan terpadu manusia sepenuhnya. Kegiatan belajar dalam proses pembelajaran merupakan subsistem yang saling berkaitan antara satu dengan yang lain secara fungsional,sebagaimana firman Allah dalam Al* qur’an surat An*Nahl ayat 78 berikut:

  6 Oemar Hamalik, . , (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001), hlm. 57

  7 Nana Sudjana, , 0, " / cet. 3 (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1995)/ hlm. 29.

  8 Dave Maier, $ . 2 1 . "" , terj. Rahmani Astuti, (Bandung: Kaifa, 2003), cet. III, hlm. 90*91 yìϑ¡9$# Ν3s9 Ÿ≅yèy_uρ $↔‹x© šχθϑn=ès? Ÿω Ν3F≈yγΒ& βθÜ/ .Β Ν3y_tzr& ª!$#uρ šχρ3±s? € nοy‰↔ùF{$#uρ t≈|Á/F{$#uρ ∩∠∇∪ Ν3=yès9

3, $ . . . .

  4 , . . / . . # # 45 64 $ 0! % 78*

  Definisi lain terkait belajar menurut Sholeh Abdul Aziz:

  KNOP ث RST UVW KX ةZ[\ ]G^ اZ_T FGHI`Jا aهذ cP ZOOde Dه FGHIJKLا ٩

  ا RT Rf اZOOde 3 . . . " # / . . #

  45 Menurut Amin Suyitno, pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim

  dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan

  10 peserta didik serta antara peserta didik dengan peserta didik.

  Sementara itu Ismail SM dalam bukunya “PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenagkan)”, menyebutkan bahwa istilah pembelajaran merupakan perubahan istilah yang sebelumnya dikenal dengan istilah Proses Belajar Mengajar (PBM) atau Kegiatan Belajar

  11 Mengajar (KBM). Dalam proses pembelajaran melibatkan dua pihak, yaitu

  9 Sholeh Abdul Aziz, Abdul Majid, $ # 9 $ 0 . / Juz 1, (Mekka : Darul Ma’arif, t.th), hlm. 169

  10 Amin Suyitno, ". 0 ". . # .

  , (Makalah Bahan Penelitian Bagi Guru*Guru Pelajaran Matematika SMP se Jawa Tengah di Semarang tahun 2006), hlm. 1.

  11 Ismail SM, $ $ : , (Semarang: Rasail Media Grup, 2008), hlm. 9 guru dan peserta didik yang di dalamnya mengandung dua proses sekaligus, yaitu mengajar dan belajar ( . ).

  Dari penjelasan di atas dapat didefinisikan kembali bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan di dalam tingkah laku yang tampak sebagai hasil dari pengalamannya.

  Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan, bahwa dimaksud dengan pembelajaran matematika adalah suatu proses interaksi dalam kegiatan belajar mengajar yang terjadi antara guru, peserta didik dan lingkungan sekitar dalam menguasai beberapa kompetensi terkait matematika.

  Mengenai pengertian matematika sendiri, ada beberapa pendapat yang telah dikemukakan oleh beberapa tokoh. Menurut Abdul Halim Fathani, “matematika adalah cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisasi secara sistematik. Selain itu, matematika merupakan ilmu pengetahuan tentang penalaran yang logika dan masalah yang berhubungan dengan

  12

  bilangan.” Sementara itu munurut Johnson dan Myklebust (sebagimana dikutip oleh Mulyono Abdurrahman), matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan*hubungan kuantitatif dan keruangan, sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir.

  Lerner juga mengemukakan bahwa matematika di samping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan

  13 kuantitas.

  12 Abdul Halim Fathani, . 2" / (Jogjakarta: Ar*ruzz Media, 2009), hlm. 19

  13 Mulyono Abdurrahman, . . $ ,(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999), hlm. 252

  Dari beberapa definisi tentang matematika di atas, dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu yang berkaitan dengan angka, struktur dan hubungan*hubunganya yang diatur secara terorganisasi menurut urutan yang logis dan matematis.

  Dari berbagai sudut pandang ilmuwan dalam mendefinisikan matematika, menurut R. Soedjadi, ada beberapa karakteristik matematika sebagai berikut:

  14

  a. Memiliki objek yang abstrak

  b. Bertumpu pada kesepakatan

  c. Berpola pikir deduktif

  d. Memiliki simbol yang kosong dari arti

  e. Memerhatikan semesta pembicaraan f. Konsisten dalam sistemnya.

  Ada beberapa teori yang mendukung pembelajaran matematika di atas, diantaranya sebagai berikut:

a. Teori Metakognitif

  Arends, mengemukakan pengetahuan metakognitif merupakan pengetahuan seseorang tentang pembelajaran diri sendiri atau kemampuan untuk menggunakan strategi*strategi belajar tertentu dengan benar. Sementara itu Howard, menyatakan keterampilan metakognitif diyakini memegang peranan penting pada banyak tipe aktivitas kognitif termasuk pemahaman, komunikasi, perhatian (attention), ingatan (memory), dan pemecahan masalah.

  15

14 R. Soedjadi, . . . ." / (Jakarta: Direktorat Jenderal

  Perguruan Tinggi, Departement Pendidikan Nasional, 1990), hlm. 13

  15 " . ; " 0 " ; " 0 " " ; " 0 " " ; $4 / diunduh, 25 September 2011.

  Teori metakognitif ini merekomendasikan agar guru mengakui keragaman kompetensi yang dimiliki setiap individu. Dengan demikian peserta didik hendaknya diberikan kemerdekaan untuk memahami pembelajaran sesuai kompetensinya masing*masing yang cenderung bervariasi.

  b. Teori L. Cronbach dan R. Snow Konsep (ATI) menurut

  $ . "

  Cronbach dan Snow bahwa beberapa strategi instruksional berefek dan berfungsi berbeda*beda pada setiap individu tergantung pada kemampuan*kemampuan khusus dari individu tersebut. ATI menyarankan bahwa hasil pembelajaran yang optimal dapat terjadi apabila metode pengajarannya sesuai dan cocok dengan kemampuan

  . dari si anak (individu yang belajar). Hal ini merupakan

  kerangka acuan bagi strategi pengajaran yang menggunakan

  16 pendekatan individu.

  c. Teori Spiro, P. Feltovitch dan R. Coulson Teori ini berpendapat bahwa setiap orang memiliki fleksibilitas kognitif, yaitu kemampuan untu menyusun pengetahuan yang dimilikinya ke dalam berbagai hal yang dilakukan pada proses adaptasi serta merupakan reaksi dari situasi*situasi yang menuntutnya untuk berubah. Aplikasi teori ini banyak digunakan di dalam metode pendidikan dan pengajaran yang menekankan pada “cara pemberian/mempresentasikan” konsep dan informasi dari berbagai

16 Agnes Tri Harjaningrum, dkk., < ,

  

$ " , . . , (Jakarta: Prenada, 2007), hlm.14*15 sudut pandang untuk memberikan pemahaman yang baik dalam proses belajar.

  17

d. Teori Multiple Inteligences Howard Gardner

  Teori ini menjelaskan adanya delapan tipe kecerdasan manusia yang dapat dijadikan sebagai pedoman untuk memilih strategi pembelajaran yang tepat. Metode tersebut mendeteksi gaya belajar peserta didik, yang memahami apa yang peserta didik mau, dan memanusiakan manusi.

18 Relevansi teori multiple intelligences dengan

  pembelajaran matematika adalah penyajian konsep*konsep matematika akan lebih mengena jika dikaitkan dengan karakter (tipikal) masing* masing anak. Hal ini sangat penting untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan.

  #

  atau yang sering dikatakan dengan sistem kecerdasan majemuk ditemukan pertama kali oleh Howard Gardner, psikolog dari Harvard University. Gardner menyatakan bahwa, kecerdasan seseorang dapat dikelompokkan menjadi delapan jenis, yaitu kecerdasan linguistik, kecerdasan logika*matematika, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan musikal, kecerdasan visual*spasial, kecerdasan kinestetik dan kecerdasan naturalis.

  

19

Teori bertujuan untuk mentransformasikan

  sekolah kelak sekolah dapat mengakomodasi setiap peserta didik dengan berbagai macam pola pikirnya yang unik. Metode tersebut mendeteksi gaya belajar peserta didik, yang memahami apa yang mereka mau dan 17 Agnes Tri Harjaningrum, dkk.,

  &lt; , $ " , . . , hlm. 15

  18 Munif Chatif, " # , (Bandung: Kaifa, 2010), Cet. VII hlm. 10.

  19 Adi Gunawan, " " / (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003), Hlm. 106 memanusiakan manusia. Penjelasan lebih lanjut Setidaknya ada 8 macam

  20

  kecerdasan yang ditemukan oleh Gardner, yaitu: 1) Kecerdasan Linguistik

  Kecerdaran ini mencakup ranah kemampuan seseorang dalam mendeskripsikan kejadian, membangun kepercayaan dan kedekatan, mengembangkan argumen, atau mengungkapkan ekspresi. 2) Kecerdasan Logis*Matematis

  Kemampuan untuk menggunakan angka*angka untuk menghitung dan mendeskripsikan sesuatu dengan konsep matematis, menganalisa berbagai permasalahan secara logis, menerapkan matematika dalam kehidupan sehari*hari, serta menelaah berbagai permasalahan secara ilmiah. 3) Kecerdasan Musikal

  Kemampuan untuk mengerti dan mengembangkan teknik musical, merespon terhadap music, menggunakan music sebagai sarana berkomunikasi, atau menginterpretasikan bentuk dan ide musical. 4) Kecerdasan Spasial

  Kemamapuan untuk mengenali pola ruang secara akurat, menginterpretasikan ide grafis dan spasial serta menerjemahkan pola ruang secara tepat. 5) Kecerdasan Kinestetik

  Kemampuan untuk menggunakan seluruh atau sebagian anggota tubuh untuk melakukan sesuatu, membangun kedekatan untuk mengkonsolidasikan orang lain, dan menggunakannya untuk menciptakan bentuk ekspresi baru.

  20

  • , 2 #= $ .

  2 , (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 2003), hlm. 231*241

  6) Kecerdasan Intrapersonal Kemampuan untuk menilai kekuata kelemahan, bakat, ketertarikan diri sendiri serta menggunakannya untuk menentukan tujuan, menyusun dan mengembangkan konsep dan teori berdasarkan pemeriksaan ke dalam diri sendiri, memahami perasaan, intuisi, temperamen, dan menggunakannya untuk mengekspresikan pandangan pribadi. 7) Kecerdasan Interpersonal

  Kemampuan untuk mengorganisasikan orang lain dan mengkomunikasikan secara jelas apa yang perlu dilakukan, berempati kepada orang lain, membedakan dan menginterpretasikan berbagai jenis komunikasi dengan orang lain, dan memahami intense, hasrat, dan motivasi orang lain. 8) Kecerdasan Naturalis

  Kemampuan untuk mengenali, mengelompokkan dan menggambarkan berbagai macam keistimewaan yang ada di lingkungannya. Temuan terakhir terkait konsep oleh Gardner adalah munculnya kecerdasan eksistensial. Intelgensi ini menyangkut kepekaan dan kemampuan seseorang dalam menjawab persoalan*persoalan terdalam mengenai eksistensi manusia. Pertanyaan*pertanyaan yang sering muncul kaitannya dengan kecerdasan ini adalah mengapa aku ada, mengapa

  21 aku mati, apa makna hidup, bagaimana manusia sampai pada tujuan hidup.

  Beberapa poin penting dalam teori kecerdasan berganda Gardner yaitu

  22

  sebagai berikut: 1) Setiap orang memiliki tiap*tiap tipe kecerdasan tersebut 2) Kebanyakan orang bisa mengembangkan tiap kecerdasan itu sampai pada tingkat kompetensi yang mencukupi

  21 Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, " . , (Jogjakarta: Ar*ruzz Media, 2010), Cet. IV, hlm. 152.

  22 Diane Ronis, &gt; &lt; , terj. Herlina, (Jakarta: PT.

  Indeks, 2009), hlm.49

3) Kecerdasan biasanya bekerja bersama dengan cara yang rumit 4) Ada banyak cara untuk menjadi cerdas dalam setiap kategori.

  Beberapa poin penting yang termuat dalam pembelajaran berbasis

  # tersebut menunjukkan bahwa strategi ini

  mengedepankan prinsip*prinsip . " 4 Pendidikan harus memanusiakan manusia, artinya proses pendidikan harus memperhatikan keragaman potensi setiap individu.

  Haggerty (sebagaimana dikutib oleh Baharudin) mengungkapkan ada

  23