PENDEKATAN DAN MODEL KURIKULUM (6)

PENDEKATAN DAN MODEL KURIKULUM
Ana Nurjanah, Ayu Shinta Yuliani, Mumu Muhammad Rifa’i
Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI
[email protected]
Dra. Hj. Muthia Alinawati, M.Pd. Ence Surahman M.Pd

A. Pendahuluan
Dunia pendidikan dipastikan mengalami perkembangan, karena pada
dasarnya pendidikan haruslah mengikuti perkembangan zaman. Perubahan
pola hidup masyarakat, serta perkembangan teknologi menjadi faktor utama
diharuskannya

pengembangan

pendidikan

ini.

Karena

semakin


berkembangnya zaman bukannya semakin mudah untuk mendidik malah
semakin sulit, oleh karena itu perencanaan pengembangan pendidikan harus
di laksanakan dengan teliti agar semakin berkembangnya zaman, pendidikan
pun bisa mengikuti perkembangan tersebut.
Pengembangan pendidikan tak jauh dari pengembangan kurikulum,
karena pada dasarnya pendidikan diawali dengan penyusunan kurikulum agar
proses pendidikan dapat berjalan sesuai dengan rencana, dan mencapai tujuan
pendidikan nasional. Pengembangan kurikulum adalah istilah

yang

komperhensif, dimana didalamnya mencakup beberapa hal diantaranya
adalah: perencanaan, penerapan, dan evaluasi (Sukaya 2010:100). Makalah
ini

akan

membahas


mengembangkan

bagaimana

kurikulum,

dan

juga

pendekatan-pendekatan
mengenai

model-model

untuk
dari

pengembangan kurikulum tersebut.
Tujuan dibuatnya makalah ini diantaranya untuk menambah wawasan

dan keilmuan kita mengenai kurikulum yang didalamnya terdapat pendekatan-

pendekatan dan juga model-model dalam pengembangannya. Penulis berharap
agar makalah ini memberikan manfaat baik penulis maupun para pembaca.

B. Pembahasan
1. Pendekatan Kurikulum
Untuk mencapai tujuan pendidikan yang kita harapkan maka kita
membutuhkan usaha untuk mengembangkan kurikulum itu sendiri melalui
pendekatan-pendekatan kurikulum. Pendekatan disini dapat diartikan sebagai
cara kerja dengan menerapkan strategi dan metode yang tepat dengan
mengikuti langkah-langkah pengembangan yang sistematis agar memperoleh
kurikulum yang lebih baik. Pendekatan-pendekatan ini bisa dijadikan titik
tolak atau sudut pandang seseorang terhadap suatu proses tertentu. Istilah
pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang
sifatnya masih sangat umum. Dengan demikian, pendekatan pengembangan
kurikulum menunjuk pada titik tolak atau sudut pandang secara umum
tentang proses pengembangan kurikulum.
Para ahli kurikulum selama ini telah mendapatkan sejumlah
pendekatan umum dalam pengembangan kurikulum berdasarkan masingmasing fokus utama tertentu. Pendekatan utamanya diantara lain :

1. Pendekatan Top-Down
Pendekatan

Top-Down

atau

biasa

disebut

pendekatan

administratif, yaitu pendekatan dengan sistem komando dari atas ke bawah.
Maksud dari atas ke bawah disebabkan karena pengembangan kurikulum
disini muncul atas inisiatif para pejabat pendidikan atau para administrator,
dan menggunakan garis komando dari atas ke bawah.
Jika dilihat dari cakupan pengembangannya, pendekatan top down
bisa dilakukan baik untuk menyusun kurikulum yang benar-benar baru
(curriculum constraction) maupun untuk penyempurnaan kurikulum yang

sudah ada (curriculum improvement).
Prosedur kerja atau proses pengembangan kurikulum model ini
dilakukan kira-kira sebagai berikut:

Langkah pertama, dimulai dengan pembentukan tim pengarah oleh
pejabat pendidikan. Anggota tim biasanya terdiri dari pejabat yang ada di
bawahnya, seperti para pengawas pendidikan, ahli kurikulum, ahli disiplin
ilmu, dan bisa juga ditambah dengan para tokoh dari dunia kerja. Tugas tim
pengarah ini adalah merumuskan konsep dasar, garis-garis besar kebijakan,
menyiapkan rumusan falsafah, dan tujuan umum pendidikan.
Langkah kedua, adalah menyusun tim atau kelompok kerja untuk
menjabarkan kebijakan atau rumusan-rumusan yang telah disusun oleh tim
pengarah. Anggota kelompok kerja ini adalah para ahli kurikulum, para ahli
disiplin ilmu dari perguruan tinggi, ditambah dengan guru-guru senior yang
dianggap sudah berpengalaman. Tugas pokok tim ini adalah merumuskan
tujuan-tujuan yang lebih operasional dari tujuan-tujuan umum, memilih dan
menyusun sequence bahan pelajaran, memilih strategi pengajaran, dan alat
atau petunjuk evaluasi, serta menyusun pedoman-pedoman pelaksanaan
kurikulum bagi guru.
Langkah ketiga, apabila kurikulum sudah selesai disusun oleh tim atau

kelompok kerja, selanjutnya hasilnya diserahkan kepada tim perumus untuk
dikaji dan diberi catatan-catatan atau direvisi. Bila dianggap perlu, kurikulum
itu di uji cobakan dan dievaluasi kelayakannya, oleh suatu tim yang ditunjuk
oleh para administrator. Hasil uji coba itu digunakan sebagai bahan
penyempurnaan.
Langkah keempat, para administrator selanjutnya memerintahkan
kepada setiap sekolah untuk mengimplementasikan kurikulum yang telah
tersusun itu.
Dari langkah-langkah pengembangan seperti yang telah dikemukakan
di atas, maka tampak jelas bahwa inisiatif penyempurnaan atau perubahan
kurikulum dimulai oleh pemegang kebijakan kurikulum, atau para pejabat
yang berhubungan dengan pendidikan; sedangkan tugas guru didalam
pendekatan kurikulum ini hanya sebagai pelaksana kurikulum yang telah
ditentukan oleh para pemegang kebijakan.

2. Pendekatan Grass-Roots
Pendekatan Grass-Roots, yaitu inisiatif pengembangan kurikulum
dimulai dari lapangan atau dari guru-guru sebagai implementator, kemudian
menyebar pada lingkungan yang lebih luas, makanya pengembangan
kurikulum ini disebut juga pengembangan kurikulum dari bawah ke atas.

Oleh karena sifatnya yang demikian, maka pendekatan ini lebih banyak
digunakan dalam penyempurnaan kurikulum (curriculum improvement),
walaupun dalam skala yang terbatas mungkin juga digunakan dalam
pengembangan kurikulum baru (curriculum constraction).
Berikut adalah langkah-langkah penyempurnaan kurikulum tersebut
sebagai berikut:
1. Menyadari adanya masalah.
2. Mengadakan refleksi.
3. Mengajukan hipotesis atau jawaban sementara.
4. Menentukan hipotesis yang sangat mungkin dekat dan dapat dilakukan
sesuai dengan situasi dan kondisi lapangan.
5. Mengimplementasikan perencanaan dan mengevaluasinya secara terusmenerus hingga terpechkan masalah yang dihadapi.
6. Membuat dan menyusun laporan hasil pelaksanaan pengembangan melalui
grass roots.

2. Model Kurikulum
Pengembangan kurikulum tidak lepas dari berbagai aspek yang ada di
antaranya pengembangan model kurikulum. Pendekatan kurikulum adalah
sebuah pendekatan yang dilakukan melalui mata pelajaran dasar seperti IPA,
IPS, dan sebagainya. Dalam pendekatan ini peserta didik diharapkan dapat

menguasai pembelajaran dan disiplin pembelajaran itu. pendekatan kurikulum
dari tahun ke tahun semakin berkembang baik dari segi humanistik,
sistematika maupun pada pendekatan modern sekalipun.
Model pengembangan kurikulum merupakan suatu alternatif prosedur
dalam rangka mendesain (designing), menerapkan (implementation), dan
mengevaluasi (evaluation) suatu kurikulum. Oleh karena itu, model

pengembangan kurikulum harus dapat menggambarkan suatu proses sistem
perencanaan pembelajaran yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan
standar keberhasilan pendidikan. (Ruhimat, T. Dkk 2009: 74).
Dalam buku Kurikulum dan Pembelajaran oleh tim pengembang
MKDP Kurikulum dan pembelajaran halam 78: Yang dimaksud dengan
model pengembangan kurikulum yaitu langkah atau prosedur yang sistematis
dalam proses penyusunan suatu kurikulum.
dengan adanya model kurikulum ini diharapkan akan memahami
esensi dari kurikulum tersebut agar bisa bekerja lebih baik, sistematis dan
optimal untuk mewujudkan kurikulum yang akomodatif dengan berbagai
kepentingan, teori dan praktik.
Dalam makalah ini akan menjelaskan beberapa model, diantara:
1. Model Ralph Tyler

Model pengembangan kurikulum yang dikemukakan Tyler (1949)
diajukan berdasarkan pada beberapa pertanyaan yang mengarah pada
langkah-langkah dalam pengembangan kurikulum. Pertanyaan-pertanyaan
tersebut adalah:
a. Tujuan pendidikan apa yang seharusnya dicapai oleh sekolah?
b. Pengalaman-pengalaman pendidikan apakah yang semestinya
diberikan untuk
mencapai tujuan pendidikan?
c. Bagaimanakah pengalaman-pengalaman pendidikan sebaiknya
diorganisasikan?
d. Bagaimanakah menentukan bahwa tujuan telah tercapai?
Dari berbagai pertanyaan tersebut tyler mengungkapkan bahwa ada
empat tahap yang harus dilakukan dalam pengembanagan kurikulum, yaitu:
1) Menentukan Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan merupakan suatu arah atau sasaran akhir yang
harus dicapai dari tujuan yang sudah ditetapkan dalam program pendidikan
dan pembelajaran.

Menurut tyler ada tiga aspek yang harus dipertimbangkan untuk
mencapai tujuan, yaitu: a) Hakikat peserta didik. b) kehidupan masyarakat

masa kini (modern). c) pandangan para ahli bidang study.
Ada lima faktor yang menjadi arah tujuan pendidikan, yaitu:
pengembangan kemampuan berpikir, membantu memperoleh informasi,
pengembangan sikap kemasyarakatan, pengembangan minat peserta didik,
dan pengembangan sikap sosial.
2) Menentukan proses pembelajaran
Setelah menentukan tujuan apa yang akan di jalani selanjutnya
menentukan proses pembelajaran apa yang paling cocok dan sesuai yang
dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut dan mengubahnya menjadi sebuah
keberhasilan. Salah satu aspek yang harus di pertimbangkan pada saat proses
pembelajaran adalah pengalaman dan kemampuan (skill) dari peserta didik.
Kedua hal tersebut akan menentukan bagaimana proses pembelajaran
berlangsung nantinya. Dalam proses pembelajaran peserta didik tidak hanya
berinteraksi dengan pengajar tapi juga lingkungan. Pada lingkungan dan
proses belajar tersebut peserta didik akan banyak memperoleh karakter dari
orang di sekitar nya yang akan membentuk sikap serta sifat dari peserta didik,
maka dari itu pemilihan proses pembelajaran sangatlah penting untuk
menentukan segala sesuatu untuk tujuan yang baik.
3) Menentukan organisasi pengalaman belajar
Mengorganisasi atau mengelompokkan pengalaman belajar ini untuk

memilih materi dan pembelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik.
4)

Menentukan evaluasi belajar

Tahap terakhir menurut tyler ini jenis penilaian yang diberikan harus
sesuai dengan jenis dan sifat dari tujuan pendidikan atau pembelajaran.
2. Model Administratif
Model administratif diistilahkan juga model top down, dari atas ke
bawah. Pengembangan kurikulum dilaksanakan sebagai berikut:
a. Atasan membentuk tim yang terdiri atas para pejabat teras yang
berwenang (pengawas pendidikan, kepala sekolah, dan pengajar ini).

b. Tim merencanakan konsep rumusan tujuan umum dan rumusan
falsafah yang diikuti
c. Dibentuk beberapa kelompok kerja yang anggotanya terdiri atas para
spesialis

kurikulum

dan

staf

pengajar

yang

bertugas

untuk

merumuskan tujuan khusus, GBPP, dan kegiatan belajar.
d. Hasil kerjja dari butir 3 direvisi oleh tim atas dasar pengalaman atau
hasil dari try out.
e. Setelah try out yang dilakukan oleh beberapa kepala sekolah, dan telah
direvisi seperlunya, baru kurikulum tersebut diimplementasikan,
3. Model dari Bawah (Grass-Roots)
Pengembangan kurikulum ini kebalikannya dari model administrasi,
yang langkah langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Inisiatif pengembangan datangnya dari bawah (para pengajar)
b. Tim pengajar dari beberapa sekolah ditambah narasumber lain dari
orangtua peserta didik atau masyarakat luas yang relevan.
c. Pihak atasan memberikan bimbingan dan dorongan
d. Untuk pemantapan konsep pengembangan yang telah dirintisnya diadakan
lokakarya untuk mencari input yang diperlukan.
4. Model Demonstrasi
Dalam model ini adalah pengembangan kurikulum idenya datang dari
bawah (grass-roots), semula merupakan suatu upaya inovasi kurikulum dalam
skala kecil yang selanjutnya digunakan dalam skala yang lebih luas. Dalam
model ini ada beberapa langkah yang dilakukan :
a. Sekelompok dari sekolah yang diorganisasi dan ditunjuk untuk
melaksanakan suatu uji coba atau eksperimen kurikulum.
b. Unit-unit ini lalu menemukan suatu ide pengembangan dan ternyata
hasilnya dinilai baik.
c. Jika ada yang belum puas dengan hasil nya diadakanlah uji
coba/eksperimen yang diadakan pengembangan secara mandiri
d. Kemudian disebarluaskan di sekolah sekitar.
5. Model Miller-Seller
Pengembangan ini berbeda dari model model sebelumnya. Model ini
merupakan pengembangan kurikulum kombinasi dari model transmisi
(gagne) dan model transaksi (Taba’s & Robinson), dengan tahapan sebagai
berikut:

1) Klarifikasi orientasi, tahap ini adalah tahap yang paling penting adalah
menguji

orientasi.

Orientasi

ini

mengklasifikasika

pandangan

filosofis,psikologi, dan sosiologis terhadap kurikulum yang seharusnya
dikembangkan.
2) Pengembangan tujuan, tujuan umum dalam konteks ini adalah
merefleksikan

pandangan

orang

(person)

dan

pandangan

(image)

kemasyarakata. Tujuannya masih relative umum
3) Identifikasi model mengajar, ada beberapa hal yang diperhatikan dalam
menentukan model belajar antara lain: a) disesuaikan dengan tujuan umum
maupun tujuan khusus. b) strukturnya harus sesuai dengan kebutuhan peserta
didik. c) guru yang menerapkan kurikulum ini harus sudah memahami secara
utuh, sudah dilatih, dan mendukung model. d) tersedia sumber-sumber yang
esensial dalam pengembangan model.
4) Implemenasi, langkah ini merupakan penerapan kurikulum berdasarkan
langkah langkah sebelumnya. Implementasi sebaiknya dilaksanakan dengan
memperhatikan komponen-komponen program study, identifikasi sumber,
peranan, pengembangan profesionalpenetapan waktu, komunikasi, dan
system monitoring.

6. Model Beauchamp
Model ini dikembangkan oleh G. A Beauchamp (1964), langkahlangkahnya sebagai berikut:
1) Suatu gagasan pengembanagan kurikulum yang telah dikalsanakan di
kelas, diperluas di sekolah, disebarluaskan di sekolah-sekolah di daerah
tertentu baik berskala regional maupun nasional yang disebut arena.
2) Membentuk tim pengembang yang terdiri atas ahli kirkulum, para ekdpert,
staf pengajar, petugas bimbingan dan narasumber lain.
3) Tim menyusun tujuan pengajaran, materi, dan pelaksanaan proses belajar
mengajar. Untuk tugas tersebut perlu dibentuk: dewan kurikulum sebagai
penilaian pelaksanaan kurikulum, memilih materi pelajaran baru, menentukan
berbagai kriteria untuk memilih kurikulum mana yang akan dipakai dan
menulis secara menyeluruh mengenai kurikulum yang akan dikembangkan.
4) Melaksanakan kurikulum di sekolah

5) Mengevaluasi kurikulum yang berlaku.
7. Model terbalik Hilda Taba
Model terbalik ini dikembangkan oleh Hilda Taba atas dasar data
induktif yang didebut model terbalik, karena biasanya pengembangan
kurikulum didahului oleh konsep-konsep yang datangnya dari atas secara
deduktif. Sebelum melaksanakan langkah-langkah lebih lanjut, terlebih
dahulu mencari data dari lapangan dengan cara mengadakan percobaan,
kemudian disusun teori atas dasar hasil nyata, baru diadakan pelaksanaan.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Mendiagnosis kebutuhan, merumuskan tujuan, menentukan materi,
menentukan penilaian, memerhatikan antara luas dan dalamanya bahan,
kemudian disusunlah suatu unit kurikulum.
b. Mengadakan try out
c. Mengadakan revisi atas dasar try out.
d. Menyusun kerangka kerja teori
e. Mengemukakan adanya kurikulum baru yang akan didesiminasikan

C. Kesimpulan
Kurikulum adalah seperangkat alat untuk dapat mencapai tujuan
pendidikan, oleh karena itu harus dikembangkan dengan beberapa
pendekatan, untuk mengetahui dan supaya kedepannya kita dapat
mengembangkan kurikulum itu sendiri, maka kita harus melakukan
pendekatan-pendekatan diantaranya terdapat Pendekatan Top-Down dan
Pendekatan Grass-Roots.
Begitupun model kurikulum seperti Model Ralph Tyler, Model
Administratif, Model dari Bawah (Grass-Roots), Model Demonstrasi, Model
Miller-Seller, Model Beauchamp, dan Model terbalik Hilda Taba yang
diharapkan dengan adanya model kurikulum ini, akan memahami esensi dari
kurikulum tersebut agar bisa bekerja lebih baik, sistematis dan optimal untuk
mewujudkan kurikulum yang akomodatif dengan berbagai kepentingan, teori
dan praktik.
Daftar Pustaka

Dakir. (2010). Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: PT Asdi
Mahasatya.
Hamalik, Oemar. (2010). Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya Offset.
Nasution, S. (1989). Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: Bina Aksara.
Ornstein, C.Allan, Hunkins, P.Francis. (2009). Curriculum: Foundations,
Principles, and Issues. United States of America: Pearson Education, Inc.
Sukaya. (2010). Pengembangan Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi. Jurnal
Teknologi Informasi dan Pendidikan, 100.
Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. (2016). Kurikulum dan
Pembelajran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.