LAPORAN LENGKAP TEKNOLOGI BAHAN DAN PROD

LAPORAN LENGKAP TEKNOLOGI BAHAN DAN PRODUKSI PAKAN

Laporan Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk

Kelulusan Pada Mata Kuliah Teknologi Bahan Dan Produksi Pakan

OLEH : ARDANA KURNIAJI I1A2 10 097 PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pakan buatan adalah pakan yang dibuat dan disesuaikan dengan jenis ikan baik itu ukuran, kebutuhan protein dan kebiasaan ikan. Pakan buatan ini biasanya dinamakan pellet. Pakan buatan biasanya di produksi secara besar-besaran di pabrik pengolahan pellet dimana pada pembuatan pellet ini di produksi oleh para ahli dibidangnya. Namun pada dasarnya cara atau teknik pembuatan pekan ikan ini sangat sederhana.

Konversi yang efisien dalam memberi makan ikan sangat penting bagi pembudidaya ikan sebab pakan merupakan komponen yang cukup besar dari total biaya produksi. Bagi pembudidaya ikan, pengetahuan tentang gizi bahan baku dan pakan merupakan sesuatu yang sangat kritis sebab pakan menghabiskan biaya 40- 50% dari biaya produksi (Herry,2008)

Formula pakan harus tepat agar pakan yang diberikan pada ikan dapat memenuhi semua nutrien yang dibutuhkan ikan dan diperlukan data mengenai kebutuhan nutrien pakan ikan dan pengetahuan mengenai kemampuan ikan untuk mengasimilasi bahan pakan.

Dalam membuat pakan buatan langkah pertama yang harus dilakukan adalah melakukan perencanaan pembuatan pakan buatan. Perencanaan terhadap pembuatan pakan harus dibuat dengan seksama agar pakan yang dibuat sesuai dengan kebutuhan Dalam membuat pakan buatan langkah pertama yang harus dilakukan adalah melakukan perencanaan pembuatan pakan buatan. Perencanaan terhadap pembuatan pakan harus dibuat dengan seksama agar pakan yang dibuat sesuai dengan kebutuhan

Kandungan nutrisi yang terdapat didalam pakan buatan harus terdiri dari protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Komposisi nutrisi pakan yang terdapat pada pakan buatan sangat spesifik untuk setiap ukuran ikan. Kualitas pakan buatan ditentukan antara lain oleh kualitas bahan baku yang ada. Hal ini disebabkan selain nilai gizi yang dikandung bahan baku harus sesuai dengan kebutuhan ikan, juga pakan buatan ini disukai ikan baik rasa, aroma dan lain sebagainya yang dapat merangsang ikan untuk memakan pakan buatan ini.

Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan praktikum pembuatan pelet untuk mengetahui formulasi pakan yang sesuai dengan kebutuhan organisme target dalam hal ini adalah juvenil ikan bandeng, sehingga diperoleh konsep formulasi yang digunakan untuk meningkatkan stabilitas pakan.

1.2. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui menyusun formulasi pakan sesuai dengan kebutuhan ikan.

1. Mengetahui formulasi pakan ikan untuk juvenil ikan bandeng

2. Mengetahui Stabilitas pakan dari hasil formulasi

3. Mengetahui actractability pakan yang telah diformulasikan Sedangkan manfaat dari praktikum ini mahasiswa dapat mengatahui

bagaimana menformulasi pakan sesuai dengan kebutuhan ikan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bioekologi Organisme

2.1.1. Klasifikasi

Ikan Bandeng mempunyai ciri-ciri seperti badan memanjang, padat, kepala tanpa sisik, mulut kecil terletak di depan mata. Mata diselaputi oleh selaput bening ( subcutaneus ). Menurut Ghufron dalam Susanto (2010) Ikan Bandeng ( Chanos chanos Forsk) dapat tumbuh hingga mencapai 1,8 m, anak ikan Bandeng (

C. chanos ) yang biasa disebut nener yang biasa ditangkap di pantai panjangnya sekitar 1 -3 cm, sedangkan gelondongan berukuran 5-8 cm.

Menurut Saanin dalam Susanto (2010) Ikan Bandeng ( Chanos chanos) diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom

Ordo : Malacopterygii

Famili : Chanidae : Chanos Genus

Chanos chanos Spesies :

Gamabar 1. Ikan Bandeng ( Chanos chan (Sumber: Soewarto, 2011)

2.1.2. Morfologi dan Anatomi

C. chanos) merupakan ikan air payau. Bentuk tubuhnya seperti peluru torpedo, sirip ekor bercabang, mata bundar berwarna hitam dengan bulatan putih jernih ditengah-tengahnya, dan sisik berwarna putih keperak-perakan. Daging ikan berwarna putih susu sehingga disebut juga dengan milkfish (Saparianto, dkk. 2006).

Ikan Bandeng (

Ikan bandeng mempunyai ciri-ciri morfologi badan memanjang, agak pipih, tanpa skut pada bagian perutnya, mata diseliputi lendir mempunyai sisik besar pada sirip dada dan sirip perut, sirip ekor panjang dan bercagak, sisik kecil dengan tipe cycloid , tidak bergigi, sirip dubur jauh di belakang sirip punggung. Kulit ikan terdiri dari daerah punggung, perut dan ekor sesuai dengan bentuk badannya. Kulit ikan tersusun dari komponen kimia protein,lemak, air, dan mineral. Kulit ikan mengalami kemunduran mutu seperti bagian ikan yang lain ketika mati. Kadar protein yang tinggi pada kulit menyebabkan kulit mudah rusak pada suasana asam, basa, serta aktivitas mikroba sehingga kulit mudah busuk Enzim-enzim yang banyak berperan dalam kemunduran mutu kulit, seperti halnya pada ikan, adalah enzim-enzim proteolitik, yaitu enzim katepsin dan kolagenase (Rahmat et al. 2008).

Secara eksternal ikan bandeng mempunyai bentuk kepala mengecil dibandingkan lebar dan panjang badannya, matanya tertutup oleh selaput lendir (adipose). Sisik ikan banding yang masih hidup berwarna perak, mengkilap pada seluruh tubuhnya. Pada bagian punggungnya berwarna kehitaman atau hijau kekuningan atau kadang-kadang albino, dan bagian perutnya berwarna perak serta Secara eksternal ikan bandeng mempunyai bentuk kepala mengecil dibandingkan lebar dan panjang badannya, matanya tertutup oleh selaput lendir (adipose). Sisik ikan banding yang masih hidup berwarna perak, mengkilap pada seluruh tubuhnya. Pada bagian punggungnya berwarna kehitaman atau hijau kekuningan atau kadang-kadang albino, dan bagian perutnya berwarna perak serta

Ikan bandeng dikenal sebagai ikan petualang yang suka merantau. Ikan bandeng ini mempunyai bentuk tubuh langsing mirip terpedo, dengan moncong agak runcing, ekor bercabang dan sisiknya halus. Warnanya putih gemerlapan seperti perak pada tubuh bagian bawah dan agak gelap pada punggungnya (Mudjiman, 1998).

Ciri umum ikan bandeng adalah tubuh memanjang agak gepeng, mata tertutup lapisan lemak (adipase eyelid), pangkal sirip punggung dan dubur tertutup sisik, tipe sisik cycloid lunak, warna hitam kehijauan dan keperakan bagian sisi, terdapat sisik tambahan yang besar pada sirip dada dan sirip perut. Bandeng jantan memiliki ciri- ciri warna sisik tubuh cerah dan mengkilap keperakan serta memiliki dua lubang kecil di bagian anus yang tampak jelas pada jantan dewasa (Hadie, 2000).

Menurut Ghufron & Kardi (1997), ikan bandeng mempunyai badan yang memanjang seperti torpedo dengan sirip ekor bercabang sebagai tanda bahwa ikan bandeng tergolong sebagai perenang cepat. Kepala ikan bandeng tidak bersisik, mulut kecil terletak di ujung rahang tanpa gigi, lubang hidung terletak di depan mata. Mata diliputi oleh selaput bening (subcutaneus). Warna badan putih keperak-perakan dan punggung putih kehitaman.

2.1.3. Habitat dan Penyebaran

Ikan bandeng hidup diperairan pantai, muara sungai,hamparan hutan bakau, lagoon, daerah genangan pasang surut dan sungai. Ikan bandeng dewasa biasanya berada diperairan littoral. Pada musim pemijaham induk ikan bandeng sering dijumpai berkelompok pada jarak tidak terlalu jauh dari pantai dengan karakteristik habitat perairan jernih, dasar perairan berpasir dan berkarang dengan kedalaman antara 10-30 m Kematangan kelaminDaerah penyebaran ikan Bandeng yaitu di laut tropik Indo Pasifik dan dominan didaerah Asia. Di Asia Tenggara ikan bandeng berada didaerah perairan pantai Burma, Thailand, Vietnam, Philipina, Malalysia dan Indonesia. Secara umum penyebaran ikan bandeng tercatat berada di sebagian besar laut Hindia dan laut Pasifik kira-kira dari 40 BT-100 BB dan antara 40 LU - 40 LS. Penyebarannya sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti phase bulan ,pasang surut,arus air dan kelimpahan plankton (Novianto, 2001).

Ikan bandeng memerlukan temperatur atau suhu air optimal antara 15-40 o C. apabila temperatur air kurang, ikan bandeng bisa stres dan akhirnya mati. Namun

demikian ikan ini memiliki sifat euryhalien, artinya dapat mudah dan cepat beradaptasi ke arah air payau bahkan ia mampu melawan arus hingga ia mendapatkan air tawar. Sehingga tidak heran jika ikan bandeng mudah dijumpai di daerah rawa, sungai, maupun danau (Purnomowati dkk. 2007).

2.1.4. Reproduksi dan Daur Hidup

Pemijahan bandeng berlangsung parsial, yaitu telur matang dikeluarkan sedangkan yang belum matang terus berkembang didalam tubuh untuk pemijahan berikutnya. Dalam setahun, 1 ekor induk bandeng dapat memijah lebih dari satu kali.. Jumlah telur yang dihasilkan dalam satu kali pemijahan berkisar antara 300.000- 1.000.000 butir telur (Murtidjo, 1989).

Indikator bandeng memijah adalah bandeng jantan dan bandeng betina berenang beriringan dengan posisi jantan dibelakang betina. Pemijahan lebih sering terjadi pada pasang rendah dan fase bulan seperempat. Menurut Ahmad (1998), dalam siklus hidupnya, bandeng berpindah dari satu ekosistem ke ekosistem lainnya mulai dari laut sampai ke sungai dan bahkan danau. Hal ini disebabkan karena bandeng memiliki kisaran adaptasi yang tinggi terhadap salinitas.

2.1.5. Makanan dan Kebiasaan Makan

Ikan Bandeng mempunyai kebiasaan makan pada siang hari. Di habitat aslinya ikan bandeng mempunyai kebiasaan mengambil makanan dari lapisan atas dasar laut, berupa tumbuhan mikroskopis seperti plankton, udang renik, jasad renik, foraminifera, famenbran-chiopoda, copepoda, dan tanaman multiseluler lainnya. Makanan ikan bandeng disesuaikan dengan ukuran mulutnya, ikan ini tidak mampu menelan makanan yang berukuran besar dan keras. Ia akan menyukai jenis makanan yang berupa unsur tumbuh-tumbuhan yang membusuk, plankton dan klekap atau sekumpulan ganggang biru yang tumbuh di dasar perairan (Purnomowati dkk. 2007).

Bandeng termasuk herbivora (pemakan tumbuh-tumbuhan). Ikan ini memakan klekap, yang tumbuh di pelataran kolam. Bila sudah terlepas dari permukaan tanah, klekap ini sering disebut sebagai tahi air. Pakan bandeng terutama terdiri dari plankton (Chlorophyceae dan Diatomae), lumut dasar (Cyanophyceae), dan pucuk tanaman ganggang (Nanas dan Ruppia). Tumbuh-tumbuhan yang berbentuk benang dan yang lebih kasar lagi akan lebih mudah dimakan oleh ikan bandeng bila mulai membusuk (Liviawaty, 1991).

Menurut Ahmad et al , (1993), larva bandeng merupakan bagian dari komunitas plankton di laut lepas yang kemudian hidup dan berkembang, hidup di perairan pantai berpasir, berair jernih dan banyak mengandung plankton, serta

bersalinitas 25-35 o/oo . Tahapan larva berlangsung sampai sekitar 30 hari setelah menetas. Larva mulai makan plankton 72 jam setelah ditetaskan. Benih yaitu larva

berumur lebih dari 25 hari atau disebut juga nener, hidup di perairan pantai berkarang atau pantai berlumpur, berair jernih yang kadang-kadang ditumbuhi vegetasi

campuran atau mangrove, namun subur dan bersalinitas 25-35 o/oo .

2.2. Bahan Pakan

2.2.1. Pakan Buatan

Manajemen pakan ikan merupakan salah satu faktor menentukan keberhasilan usaha budidaya ikan. Pakan merupakan unsur terpenting dalam menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. Pakan buatan adalah pakan yang sengaja dibuat dari beberapa jenis bahan baku. Pakan buatan yang baik adalah pakan yang Manajemen pakan ikan merupakan salah satu faktor menentukan keberhasilan usaha budidaya ikan. Pakan merupakan unsur terpenting dalam menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. Pakan buatan adalah pakan yang sengaja dibuat dari beberapa jenis bahan baku. Pakan buatan yang baik adalah pakan yang

Menurut Rizal (2005), pellet adalah bentuk ransum yang berasal dari berbagai bahan pakan dengan perbandingan komposisi yang telah dihitung dan ditentukan. Kemudian bahan-bahan tersebut diolah menggunakan mesin pellet (pelletizer). Tujuan ransum dibuat menjadi pellet untuk mengurangi loss nutrisi dan dalam bentuk yang lebih utuh.

Bahan baku adalah bahan yang akan digunakan untuk membuat pakan buatan. Bahan baku yang akan digunakan dapat disesuaikan dengan jenis ikan yang akan mengkonsumsi pakan buatan tersebut. Jenis-jenis bahan baku yang dapat digunakan untuk membuat pakan buatan untuk induk, larva dan benih ikan dapat dikelompokkan menjadi bahan baku hewani, nabati dan bahan tambahan. Jenis bahan baku yang akan digunakan untuk pembuatan pakan ikan laut biasanya berasal dari sumber hewani. Persyaratan teknis yang harus diperhatikan dalam memilih bahan baku untuk pembuatan pakan buatan adalah mempunyai nilai gizi tinggi, dengan bahan baku yang bergizi tinggi akan diperoleh pakan yang dapat dicerna oleh ikan dan dapat menjadi daging ikan lebih besar dari 50%. Tidak mengandung racun, bahan baku yang mengandung racun akan menghambat pertumbuhan ikan dan dapat membuat ikan mati dan sesuai dengan kebiasaan makan ikan, bahan baku yang digunakan sebaiknya disesuaikan dengan kebiasaan makan ikan dialam, hal ini dapat meningkatkan selera makan dan daya cerna ikan.Seperti diketahui bahwa berdasarkan kebiasaan makannya jenis pakan dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu herbivor, Bahan baku adalah bahan yang akan digunakan untuk membuat pakan buatan. Bahan baku yang akan digunakan dapat disesuaikan dengan jenis ikan yang akan mengkonsumsi pakan buatan tersebut. Jenis-jenis bahan baku yang dapat digunakan untuk membuat pakan buatan untuk induk, larva dan benih ikan dapat dikelompokkan menjadi bahan baku hewani, nabati dan bahan tambahan. Jenis bahan baku yang akan digunakan untuk pembuatan pakan ikan laut biasanya berasal dari sumber hewani. Persyaratan teknis yang harus diperhatikan dalam memilih bahan baku untuk pembuatan pakan buatan adalah mempunyai nilai gizi tinggi, dengan bahan baku yang bergizi tinggi akan diperoleh pakan yang dapat dicerna oleh ikan dan dapat menjadi daging ikan lebih besar dari 50%. Tidak mengandung racun, bahan baku yang mengandung racun akan menghambat pertumbuhan ikan dan dapat membuat ikan mati dan sesuai dengan kebiasaan makan ikan, bahan baku yang digunakan sebaiknya disesuaikan dengan kebiasaan makan ikan dialam, hal ini dapat meningkatkan selera makan dan daya cerna ikan.Seperti diketahui bahwa berdasarkan kebiasaan makannya jenis pakan dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu herbivor,

2.2.2. Tepung Ikan

Ikan memiliki kandungan gizi yang baik, terutama protein dan lemak yang memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai bahan fortifikasi pada berbagai produk makanan. Protein ikan dapat difortifikasikan dalam bentuk daging lumat atau tepung ikan mutu pangan, dan protein hidrolisat. Sedangkan lemak dapat ditambahkan dalam bentuk minyak ikan, konsentrat asam lemak omega-3 dan tepung minyak ikanbBerasal dari ikan sisa atau buangan yang tidak dikonsumsi oleh manusia, atau sisa pengolahan industri makanan ikan, sehingga kandungan nutrisinya beragam, tapi pada umumnya berkisar antara 60 – 70%. Tepung ikan merupakan pemasok lysin dan metionin yang baik, di mana hal ini tidak terdapat pada kebanyakan bahan baku nabati. Mineral kalsium dan fosfornya pun sangat tinggi, dan karena berbagai keunggulan inilah maka harga tepung ikan menjadi mahal (Irianto, 2007)..

Kandungan nutrisi tepung ikan adalah Protein kasar 60 – 70 %, Serat kasar 1,0 %, Kalsium 5,0 % dan Fosfor 3,0 %. Menurut Mudjiman (2004) ikan membutuhkan energi untuk pertumbuhan, aktivitas hidup dan perkembangbiakan. Ikan menggunakan protein sebagai sumber energi yang utama, sumber energi kedua yang digunakan adalah lemak sedangkan karbohidrat menjadi sumber energi yang ketiga.

Tepung ikan adalah produk berkadar air rendah yang diperoleh dari penggilingan ikan. Produk yang kaya dengan protein dan mineral ini digunakan sebagai bahan baku pakan (Tarwiyah dkk. , 2001).

2.2.3. Tepung Kedelai

Kandungan gizi kacang kedelai yaitu, Mineral 3261 mg, Mineral Kalium 1835 mg, Magnesium 225 mg, Protein 2,8 g, Lemak 1,5 g, Karbohidrat 3,6 g, Serat 0,1 g, Vitamin A 110 mcg, Vitamin B 407 mcg, Kalori 331 g, Hidrat arang 34,8 g, Fosfor 585 g, dan sebagian besar didalam kandungan ini memiliki nilai gizi yang sangat diperlukan oleh tubuh (Junaedi, 2009)

Sugiyono (2007) mengatakan, untuk menentukan nilai gizi suatu makanan sebaiknya diukur dengan kadar kandungan tertentu, misalnya kadar protein, kadar lemak, kadar vitamin tertentu, kadar serat, dan lain-lain. Produk-produk yang dibuat dari kedelai umumnya memiliki kadar protein relatif tinggi.

Kedelai mengandung protein 35 % bahkan pada varitas unggul kadar proteinnya dapat mencapai 40 - 43 %. Dibandingkan dengan beras, jagung, tepung singkong, kacang hijau, daging, ikan segar, dan telur ayam, kedelai mempunyai kandungan protein yang lebih tinggi, hampir menyamai kadar protein susu skim kering (Agustono dkk. , 2007).

2.3. Kualitas Pakan

Pakan buatan adalah pakan yang dibuat oleh manusia untuk ikan peliharaan yang berasal dari berbagai macam bahan baku yang mempunyai kandungan gizi yang Pakan buatan adalah pakan yang dibuat oleh manusia untuk ikan peliharaan yang berasal dari berbagai macam bahan baku yang mempunyai kandungan gizi yang

Pakan selain sebagai kebutuhan pertumbuhan bagi ikan, juga merupakan biaya variable terbesar dalam proses produksi sekitar 60 % dari biaya produksi. Kenaikan harga pakan akan menurunkan laba dan meningkatkan biaya produksi. Oleh karena itu harus dikembangkan formulasi pakan yang memiliki efisiensi pakan yang tinggi dengan biaya produksi pakan yang serendah mungkin tetapi tidak mengurangi kandungan nutrient yang ada pada pakan (Arie, 2009). Salah satu cara untuk menekan biaya produksi adalah mengunakan sumber bahan pakan yang dalam penggunaannya tidak bersaing dengan bahan pokok makanan manusia, ketersediaan berkesinambungan, mempunyai nilai gizi tinggi dan harganya relatif murah (Murtidjo, 2001).

Kebutuhan protein untuk ikan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti ukuran ikan, temperatur air, rata-rata pemberian pakan ( feeding rate ), ketersediaan dan kandungan gizi pakan, keseluruhan kandungan energi yang dapat dicerna oleh ikan dan mutu protein tersebut. Mutu protein tergantung pada kuantitas dan kualitas asam amino esensial yang terkandung di dalamnya serta daya serapnya ( bioavailability ). Protein yang dicerna oleh ikan digunakan sebagai sumber energi untuk pembaruan/mengganti jaringan yang rusak dan pertumbuhan ikan. Oleh karena Kebutuhan protein untuk ikan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti ukuran ikan, temperatur air, rata-rata pemberian pakan ( feeding rate ), ketersediaan dan kandungan gizi pakan, keseluruhan kandungan energi yang dapat dicerna oleh ikan dan mutu protein tersebut. Mutu protein tergantung pada kuantitas dan kualitas asam amino esensial yang terkandung di dalamnya serta daya serapnya ( bioavailability ). Protein yang dicerna oleh ikan digunakan sebagai sumber energi untuk pembaruan/mengganti jaringan yang rusak dan pertumbuhan ikan. Oleh karena

2.4. Pengujian Pakan

Dalam pembuatan pakan ikan, analisis proksimat beberapa bahan baku dan pakan buatan pelet sangat diperlukan untuk menjaga kualitasnya, demikian halnya untuk kebutuhan ikan baik itu kandungan protein, lemak, serat, ekstraksi bebas nitrogen dan abu (Darsudi, dkk., 2008).

Hasil analisis proksimat bahan baku pakan berupa kandungan protein, lemak, abu, dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN). Tepung ikan, tepung bungkil kedelai, dan DDGS memiliki kandungan protein di atas 20%, sehingga dijadikan sebagai sumber protein pakan. Sedangkan pollard menjadi sumber karbohidrat pakan. DDGS dan tepung bungkil kedelai selain sebagai sumber protein juga menjadi sumber karbohidrat. Kemudian sumber lemak pakan berasal dari DDGS dan tepung ikan (Hadadi, 2007).

Analisis proksimat merupakan analisis kandungan makro zat dalam suatu bahan makanan Analisis proksimat adalah analisis yang dapat dikatakan berdasarkan perkiraan saja, tetapi sudah dapat menggambarkan komposisi bahan yang dimaksud. Analisis proksimat yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi analisis kadar air, abu, protein, lemak, karbohidrat, serat, dan mineral (Endra, 2006).

III. METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum pembuatan pakan formulasi untuk juvenil bandeng yaitu persiapan bahan baku pakan dan pembuatan tepung dilaksanakan pada tanggal 25 Mei 2013; analisis protein bahan baku dilaksanakan pada tanggal 4 - 11 Juni 2013; formulasi dan pembuatan pakan dilaksanakan pada tanggal 9 Juni 2013, uji fisik pakan dilaksanankan pada tanggal 16 Juni 2013 dan uji biologis pakan dilaksanankan pada tanggal 23 Juni 2013. Bertempat di gedung Laboratorium Umum Universitas Haluoleo, Kendari.

3.2. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini dapat dilihat pada tabel berikut:

3.2.1. Pembuatan Tepung

Tabel 1. Alat dan bahan pembuatan tepung

No. Alat dan Bahan Kegunaan

1. Alat

- Kantung plastik

Wadah bahan baku tepung

- Karung Wadah sampel saat dikeringkan - Baskom

Wadah sampel saat dicuci

- Pisau Pemotong tulang-tulang sampel tepung - Panci

Mengkukus sampel tepung

- Wajan Wadah unutk menyangrai kedelai - Kompor

Wadah memasak sampel tepung ikan, kedelai dan udang

- Talenan Wadah menghancurkan sampel tepung - Saringan terigu

Penyaring sampel tepung Wadah sampel saat

- Toples

menjadi tepung

- Mesin Penggiling

Penghalus sampel tepung

- Kantong saringan/ kain Menyaring serta memeras kandungan air pada

bahan

2. Bahan

- Ikan rucah

Bahan tepung

- Udang

Bahan tepung

- Jagung

Bahan tepung

- Kedelai

Bahan tepung

- Aquades

Mencuci sampel

3.2.2. Pembuatan Pelet

Tabel 2. Alat dan bahan pembuatan pelet

No. Alat dan Bahan

Kegunaan

1. Alat

- Kantung plastik Wadah penimbangan tepung - Baskom

Wadah tepung saat diramu

- Gelas

Wadah aquades

- Timbangan Menimbang sampel tepung dan aquades - Karung

Menjemur pelet

- Mesin pencetak

Mencetak pelet

2. Bahan

- Tepung ikan

Bahan pakan

- Tepung udang

Bahan pakan

- Tepung jagung

Bahan pakan

- Tepung Kedelai

Bahan pakan

- Terigu kompas

Bahan pakan

- Agar

Bahan pakan

- Mineral mix

Bahan pakan

- Tepung spirulina

Bahan pakan

- Aquades

Pelumat bahan

- Kertas label

Memberi label pada sampel

3.2.3. Uji pakan

Tabel 3. Alat dan bahan uji

No. Alat dan Bahan

Kegunaan

1. Alat

- Kantung plastik

Wadah penyimpanan pelet

- Nyiru

Wadah menyaring pelet

- Mangkuk

Wadah uji biologis

- Toples sampel

Wadah sampel saat kering

- Piring kaca

Wadah menjemur pelet

- Sendok Mengambil pelet yang telah dikeringkan ke dalam toples

- Karung

Mencetak pelet

- Timbangan Menimbang pelet yang akan diuji

2. Bahan

- Pelet

Bahan amatan

- Kertas label

Memberi label pada sampel

- Aquades

Larutan wadah uji sampel

3.3. Prosedur Kerja

3.3.1. Pembuatan Tepung

a) Tepung Ikan dan Tepung Udang

Prosedur kerja pada pembuatan tepung ikan dan tepung udang sebagai berikut :

1. Mengumpulkan bahan baku ikan rucah dan udang yang masing-masing sebesar 3,5 kg basa.

2. Mencuci masing-masing bahan secara terpisah sampai bersih dan mengkukusnya.

3. Setelah pengukusan, mendinginkan bahan, memeras dan mencincangnya secara terpisah pula.

4. Menjemur bahan yang habis terperas tadi sampai kering dengan perkiraan 10% air yang masih tersisa.

5. Melakukan penggilingan dan penyaringan tepung tersebut sampai memperoleh tepung sedemikian halus.

6. Menyimpannya dalam toples masing-masing yang telah diberi label.

b) Tepung Jagung

Prosedur kerja pada pembuatan tepung jagung sebagai berikut :

1. Mengumpulkan bahan baku biji jagung sebesar 1,5 kg kering.

2. Mencuci bahan tersebut sampai bersih dan mengeringkannya.

3. Melakukan penggilingan dan penyaringan tepung tersebut sampai memperoleh tepung sedemikian halus.

4. Menyimpannya dalam toples yang telah diberi label.

c) Tepung Kedelai

Prosedur kerja pada pembuatan tepung kedelai sebagai berikut :

1. Mengumpulkan bahan baku biji kedelai sebesar 2,5 kg kering.

2. Mencuci bahan tersebut sampai bersih dan mengeringkannya.

3. Menyangrai kedelai sampai kulit kedelai terbuka.

4. Mendinginkan hasil sangrai tersebut.

5. Melakukan penggilingan dan penyaringan tepung tersebut sampai memperoleh tepung sedemikian halus.

6. Menyimpannya dalam toples yang telah diberi label.

3.3.2. Pembuatan Pelet

Prosedur kerja pada pembuatan pelet sebagai berikut :

1. Menentukan target protein yang diinginkan sesuai dengan organisme yang ditentukan dengan menggunakan metode person square.

2. Menimbang bahan pembuatan pelet serta memberikan label pada masing-masing bahan tersebut dengan jumlah yang telah ditentukan sesuai hasil metode person square.

3. Mencampurkan semua bahan yang berbentuk tepung ke dalam baskom serta mengaduknya sampai merata.

4. Memasukan sedikit demi sedikit aquades sambil memperkirakan kadar air sebesar 10% dalam pakan pelet tersebut serta mengaduknya sampai merata.

5. Melakukan pengukusan adonan selama ±15 menit.

6. Mencetak adonan pakan dengan mesin pencetak manual.

7. Memotong pelet hasil cetakan.

8. Mengeringkan pakan yang sudah tercetak.

3.3.3. Uji Pakan

Prosedur kerja pada uji pakan sebagai berikut :

1. Menyediakan wadah uji pakan dengan label masing-masing sesuai peruntukannya dengan perbedaan waktu 1 jam (rendaman 1 jam, 2 jam, 3 jam dan 4 jam).

2. Menimbang pelet sebesar ±500 gr sebanyak 4 kali.

3. Memasukan hasil timbangan dalam mangkuk dengan menambahkan air secukupnya.

4. Setelah 1 jam perendama, melakukan penyaringan pelet dengan nyiru serta memasukannya dalam plastik yang telah diberi label masing-masing.

5. Secara berturut-turut setiap jamnya dilakukan penyaringan seperti langkah pada no 4.

6. Mengeringkan pelet hasil saringan tersebut

3.4. Formulasi Pakan (Person Square)

1. Mengelompokkan bahan baku sumber protein : = T. Ikan + T. Udang + T. Kedelai

2. Bahan baku yang di gunakan setiap 100 gram pakan adalah :

a. tepung terigu

b. agar

c. mineral mix

Jumlah bahan baku yang akan dialokasikan untuk sumber protein dan sumber energi dalam setiap 100% pakan yang akan di buat adalah : 100 % - 18 % = 82 %

3. Kandungan protein pakan yang akan di buat 24 % Sumber protein

Sumber energi

Tepung Ikan

14,38 x 82 = 48,60 24,26

Tepung kedelai

9,88 x 82 = 33,39 24,26

Digunakan perbandingan 2/4 untuk tepung ikan sedangkan untuk tepung udang dan kedelai 1/3. sehingga didapatkan hasil : T. Ikan

= 48,60 x 2

T. Kedelai dan udang = 48,60 x 1

Nilai jagung tadinya 33, 39 diambil sebanyak 8,39 sehinga menjadi 25 kemudian sisanya ditambahkan pada tepung ikan sehingga tepung ikan menjadi 24,3 + 8,39 = 32,69, sehingga didaptkan hasil protein : Ikan = 32,69 x 36,75 = 12,01 Udang = 12,15 x 30.62 = 3,72 Kedelai= 12,15 x 34,26 = 4, 16 Jagung = 25 x 9,62 = 2, 40

Terigu = 0, 87 x 10% = 0,087 100

Sehingga total protein yang didapatkan adalah 23, 71 % = 24 %. (sesuai kebutuhan Protein Ikan Bandeng ( Chanos chanos)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan praktikum pembuatan pakan formulasi untuk juvenil bandeng ( Chanos chanos ) adalah sebagai berikut:

4.1.1. Kandungan nutrisi bahan

Kandungan nutrisi bahan-bahan yang digunakan dapat dilihat pada tabel 4 Tabel 4. Presentase kandungan protein bahan

No. Bahan pakan Kandungan Protein (%)

1. Tepung ikan 36,75

2. Tepung udang 30,62

3. Tepung kedelai 34,26

4. Tepung jangung 9,62

5. Tepung terigu 0,87

6. Tepung spirulina

4.1.2. Formulasi pakan

Hasil pengamatan formulasi pakan dapat di lihat pada Tabel 5 berikut ini: Tabel 5. Hasil pengamatan Formulasi pakan

Formulasi Bahan Pakan

No. Bahan Pakan

Presentase (%)

1. Tepung ikan 30,7

2. Tepung udang 12,15

3. Tepung jagung

4. Tepung kedelai 12,15

7. Mineral mix

8. Tepung spirulina

4.1.3. Uji Fisik

Hasil pengamatan uji fisik pakan formulasi dapat di lihat pada Tabel 6 berikut ini: Tabel 6. Hasil pengamatan uji fisik pakan formulasi

Berat awal

Berat akhir

Lama

Jumlah yang

Keterangan perendaman

B. Pembahasan

Pakan yang baik memenuhi nutrisi ikan. Mengenal kebutuhan nutrisi ikan merupakan landasan dalam pembuatan pakan ikan sendiri, setiap ikan membutuhkan nilai gizi yang berbeda, kebutuhan protein, lemak dan serat ikan. Pakan yang memiliki keseimbangan protein, lemak, dan serat untuk kebutuhan ikan tertentu akan memacu pertumbuhan ikan yang cepat besar, akan tetapi bila nutrisi yang dibutuhkan ikan kurang maka pertumbuhan ikan akan lambat berakibat pada biaya dan waktu panen yang cukup lama.

Pada praktikum yang dilakukan, bahan-bahan yang digunakan terlebih dahulu diketahui kandungan proteinnya, sebagaimana diketahui bahwa protein adalah zat organik yang mengandung karbon, hydrogen, nitrogen, oksigen, sulfur dan fosfor. Zat tersebut merupakan zat makanan utama yang mengandung nitrogen. Berdasarkan sumbernya, protein dibagi menjadi dua golongan yaitu protein hewani (protein yang Pada praktikum yang dilakukan, bahan-bahan yang digunakan terlebih dahulu diketahui kandungan proteinnya, sebagaimana diketahui bahwa protein adalah zat organik yang mengandung karbon, hydrogen, nitrogen, oksigen, sulfur dan fosfor. Zat tersebut merupakan zat makanan utama yang mengandung nitrogen. Berdasarkan sumbernya, protein dibagi menjadi dua golongan yaitu protein hewani (protein yang

Pada praktikum ini, bahan yang digunakan berasal dari bahan nabati dan hewani serta mikronutrien lainnya. Bahan-bahan yang digunakan kemudian akan diformulasikan sesuai dengan kebutuhan Protein target yakni 24%. Dalam memformulasikan bahan perlu dilakukan metode khusus yang dapat digunakan untuk menghitung komposisi bahan agar sesuai dengan kebutuhan ikan target. Metode ini

adalah metode person’s square, sesuai dengan pernyataan Sutardi (2013) bahwa formula yang dibuat harus seimbang dengan kebutuhan nutrien yang diperlukan tidak

berlebih atau kurang. Perlu dicermati apabila terjadi kesalahan pada penyusunan formula maka akan dapat mempengaruhi kualitas pellet dan itu juga akan mempengaruhi metabolisme dalam ikan yang mengkonsumsinya.

Dari metode person’s square diformulasikan bahan yang berasal dari tepung ikan dengan kandungan protein 36,75 %, kemudian tepung udang dengan kandungan

protein 30,62 %, dan untuk sumber protein nabati diperoleh dari Tepung kedelai dengan kandungan protein 34,26 %, Tepung jagung dengan kandungan protein 9,62%, tepung terigu 0,87 % dan tepung spirulina 65%.

Berdasarkan análisis kandungan protein dari setiap bahan, maka diperoleh komposisi formulasi pakan juvenil bandeng dengan kebutuhan protein 24% yang terdiri dari tepung Jagung 25%, tepung udang 12,15%, tepung ikan dengan 30,7%, Berdasarkan análisis kandungan protein dari setiap bahan, maka diperoleh komposisi formulasi pakan juvenil bandeng dengan kebutuhan protein 24% yang terdiri dari tepung Jagung 25%, tepung udang 12,15%, tepung ikan dengan 30,7%,

Pengujian pakan yang telah diformulasikan dilakukan dengan dua metode yakni, uji fisik yang bertujuan untuk mengetahui stabilitas pakan dan uji biologi untuk mengetahui actractability pakan yang telah diformulasikan terhadap ikan. setelah dilakukan pengujian fisik, diperoleh kesimpulan bahwa pakan memiliki stabilitas yang baik karena dapat bertahan selama 1 jam pertama, yakni dari 20 gram perendaman awal hingga tetap 20 gram pada perendaman akhir, sehingga cocok digunakan untuk pakan juvenil ikan bandeng. Selanjutnya dilakukan uji biologi dengan pemberian pakan secara langsung kepada ikan, diperoleh kesimpulan bahwa pakan memiliki atractability yang baik karena langsung dimakan oleh ikan yang ada dikolam. Berdasarkan hasil pengujian ini, maka dapat disimpulkan bahwa pakan yang diformulasikan memiliki stabilitas yang baik untuk digunakan dan atractability yang baik untuk juvenil ikan bandeng.

V. PENUTUP

A. Simpulan

Dari hasil pengamatan praktikum dan pembahasan di atas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Formulasi pakan ikan bandeng dengan kandungan protein sebanyak 24% dapat dilakukan dengan komposisi yang terdiri dari tepung ikan dengan 30,7%, tepung

jagung 25%, tepung udang 12,15%, tepung kedelai 12,15 %, tepung terigu 10 %

dan tepung spirulina 2%, agar 5 % , mineral mix 3%.

2. Pakan memiliki stabilitas yang baik dengan ketahanan pakan selama 1 jam di air, sehingga pakan stabil dan dapat diberikan kepada juvenil ikan bandeng.

3. Pakan memiliki atractability yang cocok untuk menarik konsumsi ikan terhadap pakan itu sendiri.

B. Saran

Saran yang bisa saya sampaikan pada praktikum ini adalah agar para praktikan melakukan pembuatan pellet yang baik dan benar sesuai prosedur agar mendapatkan hasil pellet yang berkualitas baik.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sumberdaya perikanan Indonesia memiliki potensi yang sangat baik untuk berkontribusi di dalam pemenuhan gizi, yaitu baik sumberdaya perikanan tangkap maupun perikanan budidaya. Pada umumnya ikan memiliki kandungan gizi yang baik, yaitu protein yang tersusun atas asam amino esensial yang lengkap dan lemak yang tersususun sebagian besar oleh asam lemak tak jenuh omega-3 yang berkhasiat terhadap berbagai penyakit dan membantu perkembangan otak.

Pakan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan ikan budidaya.Pakan buatan adalah pakan yang dibuat dan disaesuaikan dengan jenis ikan baik itu ukuran, kebutuhan protein dan kebiasaan ikan.

Tujuan pemberian pakan pada ikan adalah menyediakan kebutuhan gizi untuk kesehatan yang baik, pertumbuhan dan hasil panenan yang optimum, produksi limbah yang minimum dengan biaya yang masuk akal demi keuntungan yang maksimum (Herry, 2008).

Bahan baku pakan berasal dari bahan nabati. Selain bahan baku yang berasal dari tumbuhan, pembuatan pakan ikan juga dapat menggunakan bahan baku hewani. Bahan baku hewani ini mempunyai keunggulan yaitu memiliki kandungan protein yang tinggi.

Tepung ikan merupakan salah satu bahan baku sumber protein hewani dan mineral yang dibutuhkan dalam komposisi makanan ternak. Tepung ikan adalah Tepung ikan merupakan salah satu bahan baku sumber protein hewani dan mineral yang dibutuhkan dalam komposisi makanan ternak. Tepung ikan adalah

Proses pengolahan dilakukan untuk modifikasi properti fisik dan nutrisional bahan baku pakan dan produk akhir pakan, untuk memastikan konsistensi kualitas produk pakan. Baiknya proses pembuatan pakan dapat mempengaruhi kualitas pakan yang akan dihasilkan, sehingga dalam pembuatan pakan sebaiknya memperhatikan aspek-aspek tersebut.

Praktikum pembuatan tepung ikan sangat penting untuk dilakukan agar mahasiswa mengetahui bagaimana cara, proses, metode dalam membuat tepung ikan. Diharapkan para mahasiswa mengikutinya dengan baik dan ilmu yang didapatkan dapat diterapkan dan dapat dipraktekkan dalam masyarakat.

B. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat mengetahui cara dan proses pembuatan tepung ikan yang baik. Sedangkan manfaatnya adalah mahasiswa mengetahui bagaimana cara dan proses pembuatan tepung ikan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Usaha budidaya ikan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan pakan yang cukup dalam jumlah dan kualitasnya untuk mendukung kualitas yang maksimal. Faktor pakanmenentukan biaya produksi mencapai 60% - 70% dalam usaha budidaya ikan. Sehinggaperlu pengelolaan yang efektif dan efisien. Beberapa syarat bhan yang baik untuk diberikan adalah memenuhi kandungan gizi (protein, lemak, karbohidrat, vitamin danmineral) yang tinggi, tidak beracun, mudah diperoleh, mudah diolah dan bukan sebagaimakanan pokok manusia (Anonim, 2011).

Ikan memiliki kandungan gizi yang baik, terutama protein dan lemak yang memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai bahan fortifikasi pada berbagai produk makanan. Protein ikan dapat difortifikasikan dalam bentuk daging lumat atau tepung ikan mutu pangan, dan protein hidrolisat. Sedangkan lemak dapat ditambahkan dalam bentuk minyak ikan, konsentrat asam lemak omega-3 dan tepung minyak ikanbBerasal dari ikan sisa atau buangan yang tidak dikonsumsi oleh manusia, atau sisa pengolahan industri makanan ikan, sehingga kandungan nutrisinya beragam, tapi pada umumnya berkisar antara 60 – 70%. Tepung ikan merupakan pemasok lysin dan metionin yang baik, di mana hal ini tidak terdapat pada kebanyakan bahan baku Ikan memiliki kandungan gizi yang baik, terutama protein dan lemak yang memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai bahan fortifikasi pada berbagai produk makanan. Protein ikan dapat difortifikasikan dalam bentuk daging lumat atau tepung ikan mutu pangan, dan protein hidrolisat. Sedangkan lemak dapat ditambahkan dalam bentuk minyak ikan, konsentrat asam lemak omega-3 dan tepung minyak ikanbBerasal dari ikan sisa atau buangan yang tidak dikonsumsi oleh manusia, atau sisa pengolahan industri makanan ikan, sehingga kandungan nutrisinya beragam, tapi pada umumnya berkisar antara 60 – 70%. Tepung ikan merupakan pemasok lysin dan metionin yang baik, di mana hal ini tidak terdapat pada kebanyakan bahan baku

Kandungan nutrisi tepung ikan adalah Protein kasar 60 – 70 %, Serat kasar 1,0 %, Kalsium 5,0 % dan Fosfor 3,0 %. Menurut Mudjiman (2004) ikan membutuhkan energi untuk pertumbuhan, aktivitas hidup dan perkembangbiakan. Ikan menggunakan protein sebagai sumber energi yang utama, sumber energi kedua yang digunakan adalah lemak sedangkan karbohidrat menjadi sumber energi yang ketiga.

Tepung ikan adalah produk berkadar air rendah yang diperoleh dari penggilingan ikan. Produk yang kaya dengan protein dan mineral ini digunakan sebagai bahan baku pakan (Tarwiyah dkk. , 2001).

III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Pratikum ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 13 dan 25 April 2012 Pukul 08.00-10.00 WITA dan bertempat di gedung Laboratorium Hama dan Penyakit Ikan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo, Kendari.

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada pratikum ini dapat dilihat pada tabel 1 berikut Tabel 1. Alat dan Bahan pada Praktikum Pembuatan Tepung Ikan serta

kegunaannya.

No. Alat

Satuan

Kegunaan

A. Alat

1. Timbangan Untuk menimbang bahan

2. Kompor

Untuk merebus dan mengukus bahan

3. Pisau

Untuk memotong bahan

4. Waskom

Untuk tempat menyimpan bahan

5. Panci

Tempat mengukus bahan

6. Sendok besar

Untuk mengaduk campuran

7. Blender

Untuk mengaluskan bahan

8. Ayakan

Untuk menyaring tepung

9. Talang plastic Untuk meletakkan bahan

10. Pengepres Ikan Untuk mengepres bahan

11. Toples Untuk menyimpan tepung ikan

B. Bahan

1. Ikan segar Sebagai bahan baku pakan

2. Air bersih

Untuk merebus

C. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum pembuatan tepung ikan adalah sebagai berikut:

1. Menimbang ikan

2. Membersihkan ikan dari sisik, insang dan seluruh isi perutnya dikeluarkan

3. Mencincang daging ikan sampai halus

4. Mencuci sampai bersih

5. Merebus ikan sampai matang

6. Mengepres ikan dengan menggunakan kain tipis sampai cairan dalam tubuh diperkirakan habis

7. Menyimpan diatas talang

8. Menjemur di bawah sinar matahari

9. Menghancurkan dengan belender kering

10. Mengayak ikan untuk mendapatkan tepung ikan yang halus

11. Menyimpan di dalam toples

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Hasil pada praktikum pada pembuatan tepung ikan dapat dilihat pada Tabel 2 Tabel 2 hasil pada Praktikum Pembuatan Tepung Ikan

Hasil Pengamatan

Berat Awal Ikan Persentase (%)

T. Halus

T. Kasar

B. Pembahasan

Ikan merupakan salah satu bahan yang sering digunakan dalam membuat pakan untuk hewan ternak maupun ikan yang dibudidaya. Tepung ikan merupakan produk padat dan kering yang diolah dengan cara mengeluarkan air cairan dan sebagian atau seluruh lemak yang terkandung dalam tubuh ikan.

Ikan, selain dikenal protein yang dikandungnya memiliki komposisi asam amino yang lengkap, juga diketahui mengandung lemak yang kaya akan asam lemak tak jenuh jamak atau polyunsaturated fatty acids (PUFA) yang berkhasiat bagi kesehatan. Minyak ikan lebih banyak mengandung asam lemak tak jenuh jamak atau polyunsaturated fatty acids (PUFA) (Irianto, 2007).

Vitamin yang ada dalam ikan juga bermacam-macam, yaitu vitamin A, D, Thiamin, Riboflavin, dan Niacin. Ikan juga mengandung mineral yang kurang lebih sama banyaknya dengan mineral yang ada dalam susu seperti kalsium, phosphor, akan lebih tinggi dibandingkan dengan susu. Ada dua kelompok vitamin dalam ikan yaitu larut dalam air dan larut minyak. Yang larut dalam minyak yaitu vitamin A dan

D, yaitu dalam minyak ikan. Tepung ikan yang baik adalah berasal dari jenis ikan yang kadar lemaknya rendah, sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya oksidasi lemak yang akan menyebabkan radibity atau ketengikan pada pakan.

Bahan tepung ikan berasal dari berbagai jenis ikan laut. Akan tetapi yang paling ekonomis adalah ikan-ikan kecil (rucah) yang kurang disukai untuk dikonsumsi dan harganya relative murah (Tarwiyah dkk, 2001).

Pada praktikum pembuatan tepung ikan, berat awal ikan sebelum di haluskan adalah 500 gr, setelah menjadi tepung berat halusnya adalah 73 gr dan berat tepung kasar 15gr. Hasil yang berbeda setelah dilakukan tahap pembuatan tepung ikan sampai menghasilkan tepung ikan halus yaitu sesuatu yang pasti akan terjadi, karena tepung halus melewati tahap pengepresan dan penggilingan atau penepungan.

Pengepresan adalah untuk mengurangi kadar air dalam pakan agar memudahkan dalam proses pengeringan dan penggilngan. Penggilingan atau penepungan adalah untuk memperkecil dan menghaluskan bahan baku yang semula masih berbentuk gumpalan atau bongkahan sehingga permukaannya menjadi lebih luas. Dengan demikian, nilai kandungan nutrisi persatuan berat pakan yang dimakan oleh ikan menjadi lebih tinggi.

Tidak sempurnanya penggilingan akan mengakibatkan tidak halusnya tepung yang dihasilkan, sehingga akan menyisahkan tepung yang masih kasar.

V. PENUTUP

A. Simpulan

Dari praktikum yang dilakukan maka dapat disimpulkan sabagai berikut:

1. Tepung ikan adalah bahan baku pakan yang kaya dengan protein dan mineral atau produk berkadar air rendah yang diperoleh dari penggilingan ikan.

2. Pembuatan tepung ikan melalui proses perebusan, pengepresan, pengeringan, penggilingan, dan pengayakan

B. Saran

Saran saya pada praktikum pembuatan tepung ikan adalah agar para praktikan memperhatikan dengan baik proses pembuatan tepung ikan, sehingga apabila terjadi kesalahan pada hasil akhir dapat diketahui penyebabnya.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pakan yang berkualitas dan bernilai nutrisi serta strategi pemberian pakan yang tepat dapat mencegah dan meminimalisasi resiko penyakit pada ikan, sehingga dalam pemilihan bahan baku pakan seharusnya menggunakan bahan-bahan yang bernilai gizi tinggi.

Pakan yang berkualitas kegizian dan fisik merupakan kunci untuk mencapai tujuan-tujuan produksi dan ekonomis budidaya ikan. Pengetahuan tentang gizi ikan dan pakan ikan berperan penting di dalam mendukung pengembangan budidaya ikan (aquaculture) dalam mencapai tujuan tersebut (Herry, 2008).

Pakan yang diberikan pada ikan hendaknya bermutu baik sesuai dengan kebutuhan ikan, tersedia setiap saat, dapat menjamin kesehatan dan harganya murah (Amri, 2002). Bahan baku pembuatan pakan ikan dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu bahan

baku nabati dan bahan baku hewani. Banyak sekali bahan baku nabati yang dapat diberikan kepada ikan, bahan baku nabati inilah yang menyebabkan harga pakan menjadi dapat ditekan.

Bahan baku nabati adalah bahan baku yang berasal dari tumbuhan atau bagian dari tumbuh-tumbuhan. Bahan nabati pada umumnya merupakan sumber karbohidrat, namun banyak juga yang kaya akan protein dan vitamin.

Kacang kedelai yang diolah menjadi tepung kedelai secara garis besar dapat dibagi menjadi 2 kelompok manfaat utama, yaitu olahan dalam bentuk protein kedelai dan minyak kedelai.

Kedelai banyak dipilih sebagai bahan pembuat makanan karena termasuk sumber protein tertinggi. Kedelai dapat diandalkan mengatasi kekurangan protein dalam menu makanan masyarakat kelas bawah. Disamping harganya yang murah, kedelai juga dapat menjadi olahan makanan yang enak. Namun, untuk dapat mengambil manfaat dari kedelai, harus melalui pengolahan terlebih dahulu. Hal ini karena pada kedelai terdapat zat antitrypsin menyebabkan protein yang terkandung di dalamnya tidak dapat dicerna langsung. Kedelai juga mengandung enzim lipoksidase yang menimbulkan bau dan rasa langu apalagi ditambah tektur kedelai yang keras sehingga orang enggan untuk mengkonsumsinya.

Oleh karena itu, praktikum mengenai pembuatan tepung kedelai penting untuk dilakukan, agar mahasiswa mengatahui bagaimana cara membuat tepung kedelai yang baik, agar kandungan gizi yang di dalamnya tidak rusak dan enzim yang termasuk antinutrisi dalam kedelai itu dapat diatasi.

B. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara dan proses pembuatan tepung kedelai. Sedangkan manfaat dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara dan proses membuat tepung kedelai.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Ada berbagai macam bahan yang dapat dijadikan bahan baku pembuatan pakan ikan buatan. Secara umum dibagi menjadi : bahan hewani (berasal dari hewan) serta bahan nabati (berasal dari tumbuh-tumbuhan. Disamping bahan baku utama pada umumnya diberikan bahan tambahan yang diperlukan sebagai penyempurna pakan buatan tersebut, diantaranya sebagai perasa dan bahan perekat.

Kandungan gizi kacang kedelai yaitu, Mineral 3261 mg, Mineral Kalium 1835 mg, Magnesium 225 mg, Protein 2,8 g, Lemak 1,5 g, Karbohidrat 3,6 g, Serat 0,1 g, Vitamin A 110 mcg, Vitamin B 407 mcg, Kalori 331 g, Hidrat arang 34,8 g, Fosfor 585 g, dan sebagian besar didalam kandungan ini memiliki nilai gizi yang sangat diperlukan oleh tubuh (Junaedi, 2009)

Sugiyono (2007) mengatakan, untuk menentukan nilai gizi suatu makanan sebaiknya diukur dengan kadar kandungan tertentu, misalnya kadar protein, kadar lemak, kadar vitamin tertentu, kadar serat, dan lain-lain. Produk-produk yang dibuat dari kedelai umumnya memiliki kadar protein relatif tinggi.

Kedelai mengandung protein 35 % bahkan pada varitas unggul kadar proteinnya dapat mencapai 40 - 43 %. Dibandingkan dengan beras, jagung, tepung singkong, kacang hijau, daging, ikan segar, dan telur ayam, kedelai mempunyai kandungan protein yang lebih tinggi, hampir menyamai kadar protein susu skim kering (Agustono dkk. , 2007).

III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Pratikum ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 13 dan 25 April 2012 Pukul 08.00-10.00 WITA dan bertempat di gedung Laboratorium Hama dan Penyakit Ikan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo, Kendari.

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada pratikum ini dapat dilihat pada tabel 3 berikut Tabel 3. Alat dan Bahan pada Praktikum Pembuatan Tepung Kedelai serta

kegunaannya.

No. Alat

Satuan

Kegunaan

A. Alat

1. Timbangan Untuk menimbang bahan

2. Kompor

Untuk merebus dan mengukus bahan

3. Waskom

Untuk tempat menyimpan bahan

4. Panci

Tempat mengukus bahan

5. Sendok besar

Untuk mengaduk campuran

6. Blender

Untuk mengaluskan bahan

7. Ayakan

Untuk menyaring tepung

8. Talang plastic Untuk meletakkan bahan

9. Kain Pengepres Untuk mengepres bahan

10. Toples Untuk menyimpan tepung kedelai

B. Bahan

1. Biji Kedelai Sebagai bahan baku tepung kedelai

2. Air bersih Untuk membersihkan kedelai

C. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum pembuatan tepung kedelai adalah sebagai berikut: