BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Defenisi Pengetahuan - Sikap dan Pengetahuan Remaja Tentang Tindakan Penyalahgunaan Narkoba : (Studi Deskriptif Pada Siswa/Siswi SMP SWASTA Jambi Di Kelurahan Bantan Kecamatan Medan Tembung)
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1.1 Defenisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah pengakuan terhadap sesuatu yang menghasilkan keputusan. Keputusan ini mengutarakan pengetahuan, sehingga untuk berlakunya keputusan ini, pengetahuan dibagi dua yakni pengetahuan khusus yang mengenai satu hal dan pengetahuan umum yang berlaku bagi keseluruhan hal (Poedjawijatna, 2004).
Pengetahuan merupakan keseluruhan gagasan, ide, konsep, dan pemahaman, yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya, termasuk manusia dan kehidupannya, pengetahuan mencakup penalaran, penjelasan, dan pemahaman, manusia menjalani segala sesuatu. Pengetahuan juga mencakup praktek atau kemampuan dalam memecahkan berbagai persoalan hidup yang belum di bekukan sistematis dan metode (Keraf A.S, 2001).
Pengetahuan merupakan hasil dari penginderaan manusia yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengalaman manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Penglihatan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting dalam bentuk tindakan seseorang (Soekidjo, 2003).
2.1.2 Tingkatan Pengetahuan
Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat (Notoatmodjo, 2003), yaitu:
1. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau ransangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyipulakan, mermalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau pengunaan hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisa (analysis) Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu stu,ktur organisasi tersebut, dan masih dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
5. Sintesa (synthesis) Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau kata lain, sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi- formulasi yang ada.
6. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang di tentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyakan isi materi yang ingin diukur dari objek penelitian atau responden ke dalam pengetahuan yang ingin kita ketahui dapat disesuaikan dengan tingkat tersebut di atas.
2.1.3 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
1. Faktor Internal
a. Pendidikan Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat.
b. Persepsi Persepsi, mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan di ambil. c. Motivasi motivasi merupakan dorongan, keinginan dan tenaga penggerak yang menyampingkan hal-hal yang di anggap kurang bermanfaat. Dalam mencapai tujuan dan munculnya motivasi memerlukan rangsangan dari dalam diri individu (biasanya timbul dari perilaku yang dapat memenuhi kebutuhan sehingga menjadi puas) maupun dari luar (merupakan pengaruh dari orang lain/lingkungan). Motivasi murni adalah yang betul-betul disadari akan penyingmya suatu perilaku dan dirasakan suatu kebutuhan.
d. Pengalaman Pengalaman adalah sesuatu yang dirasakan (diketahui, dikerjakan), juga merupakan kesadaran akan tertangkap oleh indera manusia. Pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman yang berulang-ulang dapat menyebabkan terbentuknya pengetahuan. Pengalaman masa laludan aspirasinya untuk masa yang akan datang menentukan perilaku masa kini.
2. Faktor Eksternal
a. Lingkungan Lingkungan sebagai faktor yang berpengaruh bagi pengembangan sifat dan perilaku individu.
b. Sosial Ekonomi Penghasilan sering dilihat untuk menilai hubungan antara tingkat penghasilan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. c. Kebudayaan kebudayaan adalah perilaku normal, kebiasaan, nilai, dan penggunan hidup.
d. Informasi Informasi adalah penerangan, keterangan, pemberitahuan yang dapat menimbulkan kesadaran dan mempengaruhi perilaku (Notoatmodjo, 2003).
2.1.4 Pengetahuan siswa mengenai penyalahgunaan narkoba Narkoba kini mengintai setiap generasi muda khususnya para pelajar.
Masyarakat, keluarga, dan sekolah memikul tanggung jawab untuk menjaga para pelajar dari ancaman narkoba. Tempat bermain, rumah dan sekolah harus aman bagi para pelajar. Para pelajar harus dibekali pegetahuan, sekaligus kecakapan untuk menghindari penyalahgunaan narkoba. Informasi mengenai bahaya penyalahgunaan narkoba harus tersampaikan dengan sangat jelas kepada sekuruh remaja khususnya para pelajar, bahkan ketika mereka tidak dengan sengaja bermaksud mencari informasi tersebut. Mereka harus mendapatkan informasi yang benar, mudah dipahami, serta mudah diakses. Mereka harus dipersiapkan untuk menolak setiap tawaran menggunakan narkoba. Mampu berkata tidak, memiliki alasan yang tegas dan lugas untuk menolak, dan dapat mengalihkan pembicaraanjika ia dalam situasi tersudutkan. Disinilah peran sekolah turut mengambil bagian dalam membasmi penyalahgunaan narkoba oleh pelajar.
Kurangnya pengetahuan remaja mengenai penyalahgunaan narkoba dikarenakan pelajar mengangap sepele tentang pengetahuan narkoba. Oleh karena itu peran sekolah sangat diutamakan sebagai contoh pada tingkat SD dapat disampaikan pendidikan kesehatan tentang cara menolak ajakan menggunakan narkoba, kesehatan tentang analisis bahaya penggunaan narkoba serta berbagai peraturan perundang-undangan tentang narkoba. Selain itu, pihak sekolah dapat menggiatkan kegiatan ekstra kurikuler yang berkaitan dengan pendidikan bahaya penyalahgunaan narkoba, seperti melalui kegiatan perkemahan, ceramah, dan diskusi.
2.2 Sikap
2.2.1 Defenisi Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap stimulus atau objek. Menurut Newcomb (1999) seorang ahli psikologi, bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau perilaku.
Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup bukan merupakan reaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu pernyataan terhadap objek. Sikap adalah pandangan atau perasaan yang di sertai dengan sikap objek tadi. Jadi sikap senantiasa terarah terhadap suatu hal objek, tidak ada sikap tanpa objek.
Sikap dikatakan sebagai suatu responden evaluatif. Respon hanya akan timbul apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi individual. Respon evaluatif berarti bahwa reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberikan kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik-buruk, positif- negatif, menyenangkan, tidak menyenangkan, yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap (Azwar, 2005).
Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu:
1. Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan sti ulus yang diberikan (objek).
2. Merespon (responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas pekerjaan itu benar atau salah, adalah bahwa orang menerima ide tersebut.
3. Menghargai (valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4. Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi (Notoatmodjo, 2003).
2.2.3 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Sikap
1. Pengalaman Pribadi Pengalaman pribadi merupakan apa yang telah dan sedang dialami ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatannya terhadap stimulus sosial.
Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek. Penghayatan tersebut
2. Pengaruh Orang Lain Pengaruh orang lain yang di anggap penting merupakan komponen sosial yang mempengaruhi sikap.
3. Media Massa Media massa sebagai sarana komunikasi yang mempunyai pengaruh yang besar dalam membentuk opini dan kepercayaan orang. Walaupun pengaruh media massa tidaklah sebesar pengaruh interaksi individu secara langsung, namun dalampembentukan sikap, media massa juga berperan karena merupakan suatu bentuk informasi sugestif.
4. Faktor Emosi Pengaruh faktor emosi, yang berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap sementara dan segera berlalu begitu frustasi hilang, akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama (Azwar, 2005).
2.2.4 Sikap siswa mengenai penyalahgunaan narkoba
Untuk menghadapi perubahan pada masa remaja khususnya yang berkaitan pergaulan dan kesehatannya agar remaja dapat terhindar dari pengaruh negativ lingkungan dan menjadi remaja yang sehat serta menerima kedewasaannya secara bertanggung jawab. Sikap remaja cenderung untuk bertindak sesuai dengan sikap objek terssebut atau lebih tepatnya kesediaan untuk beraksi terhadap suatu hal (Gerungan, 2004 : 161). Remaja pada umunya ingin memulai atau mencoba sesuatu yang belum pernah dia ketahui.
2.3 Defenisi Konsep
Dalam sebuah penelitian defenisi konsep sangat diperlukan dalam mempemudah dan memfokuskan penelitian. Konsep adalah kerangka acuan penelitian di dalam desain instrumen penelitian. Konsep digunakan agar masyarakat ilmiah maupun konsumen penelitian tahu pembaca laopran penelitian tentang apa yang dimaksud dengan variabel, indikator, parameter, maupun skala pengukuran yang dimaksud peneliti dalam penelitiannya (Burhan Bungin, 2001).
Adapun beberapa konsep penting dalam penelitian ini adalah:
1. Pengetahuan merupakan keseluruhan gagasan, ide, konsep, dan pemahaman,
yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya, termasuk manusia dan kehidupannya, pengetahuan mencakup penalaran, penjelasan, dan pemahaman, manusia menjalani segala sesuatu.
2. Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan merupakan pelaksanaan motif tertentu.
dewasa. Pada masa peralihan itulah terjadi perubahan yang cepat pada diri seseorang baik secara fisik, biologis maupun psikologis. Berbagai perubahan yang dialami remaja sering kali menimbulkan serangkaian konflik, baik dari dalam individu yang bersangkutan ataupun dalam berhubungan dengan orang lain disekitarnya. Keadaan tersebut dapat berakibat buruk pada kehidupan intelektual dan kesehatan remaja serta manimbulkan konflik dalam kehidupan (Sarlito, 2005).
4. Narkoba adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,
baik sintetis maupun semi seintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,hilang nya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
5. Institusi Pendidikan adalah badan usaha yang bergerak dan bertanggung jawab atas terselenggaranya penididikan terhadap anak didik.
2.4 Defenisi Operasional
Defenisi operasional adalah defenisi yang didasarkan pada karakteristik yang dapat diobservasi dari apa yang sedang di definisikan atau mengubah konsep-konsep yang berupa konstruk dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan dapat diuji dan ditentukan kebenarannya oleh orang lain (Burhan Bungin, 2001). Defenisi operasional dalam penelitian ini adalah :
1. Pengetahuan remaja terhadap tindakan penyalahgunaan narkoba adalah segala pengertian, penyebab, dampak, atau segala sesuatu yang diketahui para siswa penyalahgunaan obat-obatan terlarang.
2. Sikap remaja terhadap tindakan penyalahgunaan narkba adalah reaksi atau respon para siswa SMA Jambi Kelurahan Bantan Kecamatan Medan Tembung terhadap penyalahgunaan obat-obatan terlarang.
2.5 Keterbatasan Penelitian
1. Keterbatasan waktu dalam penyebaran kuesioner, kesibukan informan dalam melakukan proses belajar mengajar, harus membuat peneliti dapat mengatur waktu dalam penyebaran kuesioner penelitian. Terbatasnya waktu yang di sediakan responden membuat peneliti harus dapat memaksimalkan waktu, agar peyebaran dan pengisian kuesioner dapat berjalan dengan efisien.
2. Kendala teknis juga di alami selama penelitian, seperti : responden seolah bingung dengan pernyataan ataupun pertanyaan yang ada dalam kuesioner, sehingga tidak sedikit dari responden yang bertanya dan bingung, oleh karena itu peneliti harus dengan jelas menjelaskan isi dari kuesioner.
3. Peneliti juga belum menguasai secara menyeluruh teknik dan metode penelitian, sehingga dapat menjadi keterbatasan dalam menyajikan dan mengolah data. Teteapi kendala tersebut dapat diatasi melalui proses bimbingan skripsi, mencari informasi dari berbagai sumber yang mendukung proses penelitian ini. Walaupun terdapat keterebatasan dalam mengumpulkan informasi dari responden, serta informasi yang di peroleh