BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan 2.1.1 Pengertian Pengetahuan - Tingkat Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Tentang Penggunaan Tetes Mata yang Baik dan Benar

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pengetahuan

  2.1.1 Pengertian Pengetahuan

  Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan pedoman dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior) (Heri, 2009).

  2.1.2 Fungsi Pengetahuan Setiap kegiatan yang dilakukan umumnya memberi manfaat.

  Pengetahuan merupakan upaya manusia yang secara khusus dengan objek tertentu, terstruktur, tersistematis, menggunakan seluruh potensi kemanusiaan dan dengan menggunakan metode tertentu. Pengetahuan merupakan sublimasi atau intisari dan berfungsi sebagai pengendali moral daripada pluralitas keberadaan ilmu pengetahuan (Watloly, 2005).

  2.1.3 Sumber-sumber Pengetahuan

  Sumber pengetahuan dapat dibedakan atas dua bagian besar yaitu bersumber pada daya inderawi, dan budi (intelektual) manusia. Pengetahuan inderawi dimiliki oleh manusia melalui kemampuan inderanya tetapi bersifat relasional. Pengetahuan diperoleh manusia juga karena ia juga mengandung kekuatan psikis, daya indera memiliki kemampuan menghubungkan hal-hal konkret material dalam ketunggalannya. Pengetahuan inderawi bersifat parsial disebabkan oleh adanya perbedaan kemampuan tiap indera. Pengetahuan intelektual adalah pengetahuan yang hanya dicapai oleh manusia, melalui rasio intelegensia. Pengetahuan intelektual mampu menangkap bentuk atau kodrat objek dan tetap menyimpannya di dalam dirinya (Watloly, 2005). Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkat, yaitu: tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

  1. Tahu (know). Tahu berarti mengingat suatu materi yang telah dipelajari atau rangsangan yang telah diterima sebelumnya. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa seseorang itu tahu adalah ia dapat menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, dan mengatakan.

  2. Memahami (comprehension). Memahami berarti kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang paham harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan meramalkan.

  3. Aplikasi / penerapan (application). Aplikasi berarti kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai penggunaan hukum- hukum, rumus, metode, dan prinsip dalam konteks atau situasi nyata.

  4. Analisis (analysis). Analisis adalah kemampuan menjabarkan materi atau objek ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil, tetapi masih dalam satu struktur organisasi dan ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membuat bagan, membedakan, memisahkan, dan mengelompokkan.

  5. Sintesis (synthesis). Sintesis merupakan kemampuan meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan menyusun formulasi baru dari formulasi yang sudah ada. Sebagai contoh, dapat menyusun, merencanakan, dapat meringkas, dan dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.

  6. Evaluasi. Evaluasi berkaitan dengan kemampuan melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan kriteria atau kriteria yang telah ada (Heri, 2009).

  1. Pendidikan Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah menerima informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki.

  Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan.

  2. Pekerjaan Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang, dan banyak tantangan. Semakin lama seseorang bekerja semakin banyak pengetahuan yang diperoleh.

  3. Umur Umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin bertambah umur seseorang semakin banyak pengetahuan yang didapat.

  4. Sumber informasi Data yang merupakan kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata apa air, apa alam, apa manusia dan sebagainya (Notoatmodjo, 2005).

2.1.6 Cara Memperoleh Pengetahuan

  a. Cara tradisional untuk memperoleh pengetahuan

1. Cara coba salah (Trial dan Error)

  Cara yang paling tradisional, yang pernah digunakan oleh manusia dalam memperoleh pengetahuan adalah cara coba salah “trial and error”. Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban.

  2. Cara kekuasaan atau otoritas Dalam kehidupan sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan itu baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya diwariskan turun temurun dari generasi-generasi berikutnya.

  Pengalaman itu adalah guru yang baik, demikianlah bunyi pepatah. Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan.

  4. Melalui jalan pikiran Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berfikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan, dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya.

  b. Cara moderen dalam memperoleh pengetahuan Cara moderen dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah (Notoatmodjo, 2005).

2.2 Sikap

  Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Newcomb salah seorang ahli psikologi sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu (Notoatmodjo, 2003).

  Sikap juga dikatakan sebagai suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan, perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada suatu objek. Dan merupakan kesiapan untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon (Azwar, 2005).

  Sikap mempunyai beberapa ciri-ciri, yaitu:

1. Sikap bukan dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objek.

  2. Sikap dapat berubah-ubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang memudahkan sikap orang itu.

  3. Sikap tidak berdiri sendiri, senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek.

  4. Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari data-data tersebut.

  5. Sikap mempunyai segi motivasi dan segi-segi perasaan.

  Selain itu, Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3 komponen pokok, antara lain:

  1. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.

  2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

  3. Kecenderungan untuk bertindak.

  Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting (Natoatmodjo, 2003).

  Seperti halnya pengetahuan, sikap juga terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu:

  1. Menerima (receiving). Diartikan bahwa orang mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan.

  2. Merespon (responding). Memberikan jawaban bila ditanya, mengerjakan atau menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi atau sikap.

  3. Menghargai (valuing). Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi tingkat tiga.

  4. Bertanggung jawab (responsibility). Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala resiko adalah sikap yang paling tinggi. Sikap mempunyai banyak fungsi dalam kehidupan sehari-hari, yakni sebagai fungsi instrumental, fungsi penyesuaian, atau fungsi manfaat, pertahanan ego, pernyataan nilai, pengetahuan, dan fungsi penyesuaian.

  1. Fungsi instrumental, fungsi penyesuaian atau fungsi manfaat yakni fungsi yang menyatakan bahwa individu dengan sikapnya berusaha untuk memaksimalkan hal-hal yang diinginkan dan meminimalkan hal-hal yang tidak diinginkan. Dengan demikian, individu akan membentuk sikap positif terhadap hal-hal yang dirasakannnya akan mendatangkan keuntungan dan membentuk sikap negatif terhadap hal-hal yang dirasakan akan merugikan dirinya.

  2. Fungsi pertahanan ego yakni sewaktu individu mengalami hal yang tidak menyenangkan dan dirasa mengancam egonya maka sikapnya dapat berfungsi sebagai mekanisme pertahanan ego yang akan melindunginya.

  3. Pengaruh kebudayaan. Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila kita hidup dalam budaya sosial yang sangat mengutamakan kehidupan berkelompok, maka sangat mungkin kita akan mempunyai sikap negatif terhadap kehidupan individualisme yang mengutamakan kepentingan perorangan.

  4. Media masa. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media masa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain. Mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media masa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.

  5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama. Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.

  6. Pengaruh faktor emosional. Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang, berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego (Azwar, 2005).

2.3 Masyarakat

  Masyarakat menurut batasan bebas adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerjasama, sehingga mereka dapat mengorganisasikan dirinya dan berfikir tentang dirinya sebagai suatu kesatuan sosial dengan batasan-batasan tertentu. Sekelompok manusia yang cukup lama hidup dan bekerjasama, seringkali berakibat untuk beberapa masalah tertentu akan menimbulkan persepsi yang sama dan diyakini oleh masyarakat tersebut. Misalnya persepsi masyarakat yang berbeda antara daerah X dan daerah Y tentang penyakit karena kebudayaan yang ada dan berkembang dalam masyarakat tersebut (Adnani, 2011).

  Dalam buku Sosiologi, Kelompok dan Masalah Sosial (Syani, 1987), dijelaskan bahwa diduga perkataan masyarakat mendapat pengaruh dari bahasa Arab. Dalam bahasa Arab, masyarakat asal mulanya dari kata musayarak yang kemudian berubah menjadi musyarakat dan selanjutnya mendapatkan kesepakatan dalam bahasa Indonesia, yaitu Masyarakat". Musyarak artinya bersama-sama, lalu musyarakat artinya berkumpul bersama, hidup bersama dengan saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Sedangkan pemakaiannya dalam bahasa Indonesia telah disepakati dengan sebutan Masyarakat.

  Menurut Soleman B. Taneko (1984), secara sosiologis masyarakat tidak dipandang sebagai suatu kumpulan individu atau sebagai penjumlahan dari individu-individu semata. Masyarakat merupakan suatu pergaulan hidup, oleh karena manusia itu hidup bersama. Masyarakat merupakan suatu sistem yang terbentuk karena hubungan dari anggotanya. Ringkasnya,masyarakat adalah suatu sistem yang terwujud dari kehidupan bersama manusia, yang lazim disebut sebagai sistem kemasyarakatan.

  2.4.1 Pengertian Obat

  Obat adalah sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi (Kebijakan Obat Nasional, 2005).

  2.4.2 Penggolongan Obat

  Obat dapat dibagi menjadi 4 golongan, yaitu:

  1. Obat bebas. Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh : Parasetamol. Tanda khusus obat bebas:

  2. Obat Bebas Terbatas. Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh : CTM. Tanda khusus obat terbatas:

  3. Obat Keras dan Psikotropika. Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam.Contoh : Asam Mefenamat. Sedangkan obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Contoh : Diazepam, Phenobarbital. Tanda khusus obat keras dan psikotropika:

  4. Obat narkotika. Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan. Contoh : Morfin, Petidin.

  Tanda khusus obat narkotika: Selain tanda khusus obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras dan psikotropika, dan obat narkotika, terdapat pula tanda peringatan. Tanda peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas, berupa empat persegi panjang berwarna hitam berukuran panjang 5 (lima) sentimeter, lebar 2 (dua) sentimeter dan memuat pemberitahuan berwarna putih sebagai berikut

  :

  Sebelum menggunakan obat, termasuk obat bebas dan bebas terbatas harus diketahui sifat dan cara pemakaiannya agar penggunaannya tepat dan aman. Informasi tersebut dapat diperbolehkan dari etiket atau brosur pada kemasan obat

  P. No. 1 Awas! Obat keras bacalah aturan memakainya P. No. 2

  Awas! Obat keras Hanya untuk kumur jangan ditelan P. No. 4 Awas! Obat keras

  Hanya untuk luka bakar P. No. 3 Awas! Obat keras Hanya untuk bagian luar badan

  P. No. 5 Awas! Obat keras Tidak boleh ditelan P. No. 6

  Awas! Obat keras Obat wasir, jangan ditelan atau kemasan obat selalu dicantumkan:

  • Nama obat
  • Komposisi • Indikasi • Informasi cara kerja obat
  • Aturan pakai
  • Peringatan (khusus untuk obat bebas terbatas)
  • Perhatian • Nama produsen
  • Nomor batch/lot
  • Nomor registrasi. Nomor registrasi dicantumkan sebagai tanda izin edar absah yang diberikan oleh pemerintah pada setiap kemasan obat.
  • Tanggal kadaluarsa (Muchid, 2006).

2.4.3. Cara penggunaan obat • Penggunaan obat tidak untuk pemakaian secara terus menerus.

  • Gunakan obat sesuai dengan anjuran yang tertera pada etiket atau brosur.
  • Bila obat yang digunakan menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan, hentikan penggunaan dan tanyakan kepada Apoteker dan dokter.
  • Hindarkan menggunakan obat orang lain walaupun gejala penyakit sama.
  • Untuk mendapatkan informasi penggunaan obat yang lebih lengkap, tanyakan kepada Apoteker (Muchid, 2006).

  Cara penggunaan obat tetes mata yang benar adalah sebagai berikut: 1. Posisikan kepala pasien mendongkak ke atas.

  2. Pegang palpebra inferior dibawah bulu mata dan tarik palpebra menjauhi mata dengan hati-hati (Gambar 1).

  3. Berikan 1 tetes obat ke dalam cul-de-sac inferior yang paling dekat dengan daerah yang “sakit.” Usahakan jangan sampai ujung botol penetes

  2).

  4. Agar cul-de-sac inferior menjadi lebih dalam, tarik palpebra inferior dengan hati-hati ditarik ke atas sampai menyentuh palpebra superior sambil mata melihat ke bawah (Gambar 3).

5. Palpebra harus tetap ditutup selama 3 menit agar tidak berkedip, yang akan memompa obat ke dalam hidung dan meningkatkan absorpsi sistemik.

  Kepada pasien diperagakan cara menutup sistem drainase lakrimal dengan menekan kuat sudut-dalam palpebra yang sedang ditutup; bahkan tindakan ini lebih penting dibandingkan penutupan palpebra (Gambar 4).

  6. Kelebihan obat di kantus medialis harus dihapus sebelum penekanan dihentikan atau palpebra dibuka. Pasien yang mendapatkan beberapa macam obat tetes mata harus menunggu 10 menit antar-dosis sehingga obat pertama tidak terbilas keluar oleh obat yang kedua (Vaughan & Ashbury, 2010).

  Gambar 1. Kepala pasien didorongkan ke atas; pegang palpebra inferior di bawah bulu mata dan tarik menjauhi mata dengan hati-hati.

  

Gambar 2. Pasien harus melihat ke atas untuk mencegah obat

  langsung menetes tepat ke kornea, yang akan merangsang pengeluaran air mata dan menyebabkan delusi obat. Satu tetes larutan diletakkan di

  

cul-de-sac inferior, tanpa menyentuhkan botol ke bulu mata atau

palpebra (untuk mencegah kontaminasi).

  

Gambar 3. Pasien diminta ke bawah, tarik palpebra inferior dengan

hati-hati sampai menyetuh palpebra superior.

  Gambar 4. Selama 2 menit atau lebih, tekan kuat sudut dalam

  palpebra yang tertutup dengan jari telunjuk dan ibu jari. Penekanan saccus lacrimalis lebih penting daripada penutupan palpebra dalam mengurangi absorpsi sistemik. Kelebihan obat yang ada harus diusap sebelum penekanan dilepaskan atau sebelum membuka mata (Vaughan & Ashbury, 2010). Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan tetes mata:

  • Ujung alat penetes jangan tersentuh oleh benda apapun (termasuk mata) dan selalu ditutup rapat setelah digunakan.
  • Untuk glaukoma atau inflamasi, petunjuk penggunaan yang tertera pada kemasan harus diikuti dengan benar.
  • Cucilah tangan sebelum dan sesudah pemberian tetes mata untuk menghilangkan obat yang mungkin terpapar pada tangan.
  • Obat yang telah terbuka dan dipakai tidak boleh disimpan >30 hari untuk digunakan lagi, karena mungkin sudah terkontaminasi dengan kuman.
  • Sebelum menggunakannya perhatikan tanggal kadaluarsa obat.

  Tanggal kadaluarsa menunjukkan bahwa sampai dengan tanggal yang dimaksud, mutu dan kemurnian obat dijamin masih tetap memenuhi syarat. Tanggal kadaluarsa biasanya dinyatakan dalam bulan dan cairan menjadi keruh atau timbul endapan, konsistensi berubah, warna atau rasa berubah, botol plastik rusak atau bocor.

  • Jika terlupa memakai atau minum obat, maka gunakanlah dosis yang terlupa segera setelah ingat, tetapi jika hampir mendekati dosis berikutnya, maka abaikan dosis yang terlupa dan kembali ke jadwal sesuai aturan. Jangan menggunakan dua dosis sekaligus atau dalam waktu yang berdekatan.
  • Mengetahui kontraindikasinya, bila ragu tanyakan kepada apoteker bila sakit berlanjut hubungi dokter (Badan Fom, 2004).

2.4.4 Cara Pemilihan Obat

  Untuk menetapkan jenis obat yang dibutuhkan perlu diperhatikan : 1. Gejala atau keluhan penyakit.

  2. Kondisi khusus misalnya hamil, menyusui, bayi, lanjut usia, diabetes melitus dan lain-lain.

  3. Pengalaman alergi atau reaksi yang tidak diinginkan terhadap obat tertentu.

  4. Nama obat, zat berkhasiat, kegunaan, cara pemakaian, efek samping, dan interaksi obat yang dapat dibaca pada etiket atau brosur obat.

  5. Pilihlah obat yang sesuai dengan gejala penyakit dan tidak ada interaksi obat dengan obat yang sedang diminum.

  6. Untuk pemilihan obat yang tepat dan informasi yang lengkap, tanyakan kepada apoteker (Muchid, 2006).

2.4.5. Efek Samping

  Efek samping obat adalah setiap respons obat yang merugikan dan tidak diharapkan yang terjadi karena penggunaan obat dengan dosis atau takaran normal pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis, dan terapi.

  • Baca dengan seksama kemasan atau brosur obat, efek samping yang mungkin timbul
  • Untuk mendapatkan informasi tentang efek samping yang lebih lengkap dan apa yang harus dilakukan bila mengalaminya, tanyakan pada Apoteker.
  • Efek samping yang mungkin timbul antara lain reaksi alergi gatal-gatal, ruam, mengantuk, mual dan lain-lain.
  • Penggunaan obat pada kondisi tertentu seperti pada ibu hamil, menyusui, lanjut usia, gagal ginjal dan lain-lain dapat menimbulkan efek samping yang fatal, penggunaan obat harus di bawah pengawasan dokter-apoteker (Muchid, 2006).

2.4.6. Cara Penyimpanan Obat 1. Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat.

  2. Simpan obat pada suhu kamar dan terhindar dari sinar matahari langsung atau seperti yang tertera pada kemasan.

  3. Simpan obat ditempat yang tidak panas atau tidak lembab karena dapat menimbulkan kerusakan.

  4. Jangan menyimpan obat bentuk cair dalam lemari pendingin agar tidak beku, kecuali jika tertulis pada etiket obat.

  5. Jangan menyimpan obat yang telah kadaluarsa atau rusak.

  6. Jauhkan dari jangkauan anak-anak (Muchid, 2006).

Dokumen yang terkait

Tingkat Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Tentang Penggunaan Tetes Mata yang Baik dan Benar

51 229 90

Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Cara Menyusui yang Baik dan Benar di Medan

1 47 47

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Definisi Pengetahuan - Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU Stambuk 2013/2014 tentang Akne Vulgaris

0 1 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan - Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa Tentang Seksual Remaja di SMK Pencawan Medan Tahun 2014

0 0 22

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Definisi Pengetahuan - Tingkat Pengetahuan tentang Penanganan Awal Kegawatdaruratan pada Perawat dan Bidan di RSUP Haji Adam Malik Medan

0 2 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Pengertian Pengetahuan - Pengetahuan dan Perilaku Lansia Terhadap Perawatan Diri di Desa Narumonda V Kecamatan Siantar Narumonda

0 0 19

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Pengertian Pengetahuan - Efektivitas KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) Metode ceramah dan Pemutaran Film terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil tentang Zat Besi di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Tah

0 0 32

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Pengetahuan 2.1.1 Pengertian Pengetahuan - Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Tentang Kanker Payudara di SMA N.1 Singkohor Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2012

0 0 19

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.2 2.1.1. Pengertian Pengetahuan - Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Pada Bayi di Puskesmas Pembantu Naga Timbul Tanjung Morawa Tahun 2012

0 0 14

Tingkat Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Tentang Penggunaan Tetes Mata yang Baik dan Benar

0 0 33