MENGIDENTIFIKASI DAN PERILAKU DAN KAREKTERIS

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap siswa dapat dipastikan memiliki perilaku dan karakteristik yang sangat
heterogen. Sebagian siswa sudah banyak tahu, sebagian lagi belum tahu sama sekali tentang
materi yang diajarkan di kelas. Bila pengajar mengikuti kelompok siswa yang pertama,
kelompok yang kedua merasa ketinggalan kereta, yaitu tidak dapat menangkap pelajaran
yang diberikan. Sebaliknya, bila pengajar mengikuti kelompok yang kedua, yaitu mulai dari
bawah, kelompok pertama akan merasa tidak belajar apa-apa dan bosan.1
Untuk mengatasi hal ini, menurut Suparman ada dua pendekatan yang dapat dipilih.
Pertama, siswa menyesuaikan dengan materi pelajaran dan kedua, sebaiknya materi pelajaran
disesuaikan dengan siswa.2
Pendekatan pertama, siswa menyesuaikan dengan materi pelajaran, dapat dilakukan
sebagai berikut:
1. Seleksi Penerimaan Siswa
a. Pada saat pendaftaran, siswa diwajibkan memiliki latar belakang pendidikan yang
relevan dengan program pendidikan yang akan diambilnya;
b. Setelah memenuhi syarat-syarat pendaftaran di atas, siswa mengikuti tes masuk dalam
pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan program pendidikan yang akan
ditempuhnya. Proses seleksi ini sering dilakukan oleh lembaga-lembaga pendidikan
formal seperti sekolah dalam menyeleksi calon siswa untuk memasuki sekolahsekolah menengah negeri yang ingin memilih calon siswa yang baik.

2. Tes dan Pengelompokan Siswa
Setelah melalui seleksi seperti dijelaskan dalam butir 1, masih ada kemungkinan pengajar
menghadapi masalah heterogennya siswa yang mengambil mata pelajaran tertentu.
Karena itu, perlu dilakukan tes sebelum mengikuti pelajaran untuk mengelompokkan
siswa yang boleh mengikuti mata pelajaran tersebut. Selanjutnya atas dasar hasil tes
setiap kelompok tersebut mengikuti tingkat pelajaran tertentu. Tes dan pengelompokan
ini biasa dilakukan oleh lembaga-lembaga pengelola kursus bahasa Inggris.
3. Lulus Mata Pelajaran Prasyarat
1Atwi Suparman, Desain Instruksional Modern; Panduan Para Pengajar dan Inovator Pendidikan,
(Jakarta: Erlangga, 2012), h. 178.
2Ibid.

Kelompok 1: Mengidentifikaii erilkiuidkniKkrkiteriatiiiAwkli eaertkiDidii

1

Alternatif lain untuk butir 2 di atas adalah mengharuskan siswa lulus mata pelajaran yang
mempunyai prasyarat. Dalam suatu program pendidikan seperti di sekolah menengah
pertama terdapat sebagian kecil mata pelajaran yang seperti itu.
Pendekatan kedua, materi pelajaran disesuaikan dengan siswa. Pendekatan ini hampir

tidak memerlukan seleksi penerimaan siswa. Pada dasarnya, siapa saja boleh masuk dan
mengikuti pelajaran tersebut.
Kedua pendekatan di atas bila dilakukan secara ekstrem, tidak ada yang sesuai untuk
mengatasi masalah heterogennya siswa dalam sistem pendidikan biasa. Karena itu, marilah
kita lihat pendekatan ketiga yang mengombinasikan kedua pendekatan di atas. Pendekatan
ketiga ini mempunyai ciri sebagai berikut:
a. Menyeleksi penerimaan siswa atas dasar latar belakang pendidikan atau ijazah.
Seleksi ini biasanya lebih bersifat administratif.
b. Melaksanakan tes untuk mengetahui kemampuan dan karakteristik awal siswa. Tes ini
tidak digunakan sebagai alat menyeleksi siswa, tetapi untuk dijadikan dasar
penyusunan bahan pelajaran.
c. Menyusun bahan instruksional yang sesuai dengan kemampuan dan karakteristik awal
siswa.
d. Menggunakan sistem instruksional yang memungkinkan siswa maju menurut
kecepatan dan kemampuan masing-masing.
e. Memberikan supervisi kepada siswa secara individual.
Dari uraian singkat tersebut diperoleh gambaran bahwa perilaku dan karakteristik
awal siswa penting karena mempunyai implikasi terhadap penyusunan bahan belajar dan
sistem instruksional.
B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apakah yang dimaksud dengan mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal
siswa ?
2. Apakah manfaat mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa ?
3. Bagaimana teknik mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa ?
4. Bagaimana langkah-langkah mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa ?

C. Tujuan Pembahasan
Kelompok 1: Mengidentifikaii erilkiuidkniKkrkiteriatiiiAwkli eaertkiDidii

2

Adapun tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah untuk mengetahui:
1. Hakikat mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa.
2. Manfaat mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa.
3. Teknik mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa.
4. Langkah-langkah mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa.
D. Manfaat Pembahasan
Penyusunan makalah ini diharapkan dapat memberi manfaat secara:
1. Teoretis, yaitu untuk menambah pemahaman mengenai kegiatan mengidentifikasi

perilaku

dan

karakteristik

awal

siswa,

manfaatnya,

dan

bagaimana

cara

mengidentifikasinya.
2. Praktis, dapat bermanfaat bagi mahasiswa agar mendapatkan pemahaman mengenai

kegiatan mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa, dan agar dapat
memanfaatkannya dalam penerapan sebagai seorang perancang instruksional.

BAB II
PEMBAHASAN
Kelompok 1: Mengidentifikaii erilkiuidkniKkrkiteriatiiiAwkli eaertkiDidii

3

A. Hakikat Mengidentifikasi Perilaku dan Karakteristik Awal Siswa.
Langkah-langkah dalam desain instruksional ini mengacu kepada langkah-langkah
desain instruksional yang diungkapkan oleh Suparman sebagai berikut:

Menyusun
alat penilaian
hasil belajar

Melakukan
analisis
instruksional

Mengidentifikasi
kebutuhan
instruksional
dan menulis
tujuan
instruksional

Menulis
tujuan
instruksi
onal
khusus

Mengidentifikasi
perilaku dan
karakteristik
awal peserta
didik

Mengem

bangkan
bahan
instruksi
onal

Menyusun
strategi
instruksional

Menyusun
desain dan
melaksanakan
evaluasi
formatif

Sistem
instruksional

Implementasi,
evaluasi

sumatif dan
difusi inovasi

Gambar. 1
Model Desain Instruksional3
Kegiatan mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa dalam pengembangan
instruksional merupakan pendekatan yang menerima siswa apa adanya dan untuk menyusun
sistem instruksional atas dasar keadaan siswa tersebut. Konsekuensi dari digunakannya cara
ini adalah: titik mulai suatu kegiatan pembelajaran tergantung kepada perilaku awal siswa.
Mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa bertujuan untuk menentukan materi
apa yang harus diajarkan dan yang tidak perlu diajarkan dalam instruksional yang akan
dilaksanakan. Dengan kata lain, kegiatan mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal
siswa merupakan proses untuk mengetahui perilaku yang dikuasai siswa sebelum mengikuti
instruksional, bukan untuk menentukan perilaku prasyarat dalam rangka menyeleksi siswa
sebelum mengikuti instruksional. Perilaku yang akan diajarkan ini kemudian dirumuskan
dalam bentuk tujuan instruksional khusus atau TIK itu.
Karakteristik siswa merupakan salah satu variabel yang berpengaruh terhadap
keberhasilan sistem instruksional.4 Variabel ini didefinisikan sebagai aspek-aspek atau
kualitas individu siswa. Aspek-aspek berkaitan dapat berupa bakat, minat, sikap, motivasi
3Ibid.

4Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, cet. 5, (Jakarta: Kencana Prenada
Media, 2012), h. 17.

Kelompok 1: Mengidentifikaii erilkiuidkniKkrkiteriatiiiAwkli eaertkiDidii

4

belajar, gaya belajar, kemampuan berpikir dan kemampuan awal (hasil belajar) yang telah
dimilikinya.5 Karakteristik siswa akan amat berpengaruh dalam pemilihan strategi
pengelolaan, yang berkaitan dengan bagaimana menata pembelajaran, khususnya komponenkomponen strategi pembelajaran, agar sesuai dengan karakteristik individu siswa.6
Untuk melakukan kegiatan identifikasi perilaku dan karakteristik awal si belajar, maka
menurut Suparman kita harus mengetahui sumber yang dapat memberikan informasi kepada
pendesain instruksional yang antara lain adalah:
1. Siswa atau calon siswa;
2. Orang yang mengetahui kemampuan siswa atau calon siswa dari dekat seperti guru
atau atasannya;
3. Pengelola program pendidikan yang biasa mengajar mata pelajaran tersebut.7
Berawal dari informasi-informasi tersebut, maka tingkat kemampuan populasi sasaran
dalam perilaku-perilaku khusus yang diperoleh dari analisis instruksional, itu perlu
diidentifikasi agar pengembang instruksional dapat menentukan mana perilaku khusus yang

sudah dikuasai si belajar untuk diajarkan. Dengan demikian pengembang instruksional dapat
pula menentukan titik berangkat yang sesuai bagi si belajar yaitu: aspek-aspek analisis pada
kegiatan identifikasi perilaku dan karakterisitk awal siswa. Dalam hal ini, menurut Sanjaya
ada tiga aspek kepribadian si belajar yang tergolong pada kegiatan identifikasi perilaku dan
karakteristik awal si belajar, yaitu:
1. Aspek latar belakang siswa (pupil formative experiences);
2. Sifat yang dimiliki siswa (pupil properties).
3. Sikap dan penampilan siswa.8
Aspek latar belakang meliputi jenis kelamin siswa, tempat kelahiran, dan tempat
tinggal siswa, tingkat sosial ekonomi siswa, dari keluarga yang bagaimana siswa berasal dan
lain sebagainya; sedangkan dilihat dari sifat yang dimiliki siswa meliputi kemampuan dasar,
pengetahuan dan sikap. Tidak dapat disangkal bahwa setiap siswa memiliki kemampuan yang
berbeda yang dapat dikelompokkan pada siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
Siswa yang termasuk berkemampuan tinggi biasanya ditunjukkan oleh motivasi yang tinggi
dalam belajar, perhatian dan keseriusan dalam mengikuti pelajaran dan lain sebagainya.
Sebaliknya siswa yang tergolong pada kemampuan rendah ditandai dengan kurangnya
5Hamzah B. Uno, Desain Pembelajaran; Referensi Penting Untuk Guru, Dosen, Mahasiswa, Tutor
Kursus, dan Trainer Pelatihan, (Bandung: MQS Publishing, 2010), h. 107. (Lihat juga: Sutardjo Atmowijoyo,
Perencanaan Sistem Instruksional, (Jakarta: Universitas Islam Jakarta, 2008), h. 95.)
6Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, cet. 5, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 58.

7Suparman, Desain Instruksional, h. 181-182.
8Sanjaya, Perencanaan, h. 17.

Kelompok 1: Mengidentifikaii erilkiuidkniKkrkiteriatiiiAwkli eaertkiDidii

5

motivasi belajar, tidak adanya keseriusan dalam mengikuti pelajaran termasuk menyelesaikan
tugas dan lain sebagainya.9
Perbedaan-perbedaan semacam itu menuntut perlakuan yang berbeda pula baik dalam
penempatan atau pengelompokan siswa maupun dalam perlakuan guru dalam menyesuaikan
gaya belajar. Demikian juga halnya dengan tingkat pengetahuan siswa. Siswa yang memiliki
pengetahuan yang memadai tentang penggunaan bahasa standar, misalnya akan memengaruhi
proses pembelajaran mereka dibandingkan dengan siswa yang tidak memiliki tentang hal
itu.10
Sikap dan penampilan siswa dalam proses pembelajaran, juga merupakan aspek lain
yang dapat memengaruhi sistem pembelajaran. Adakalanya ditemukan siswa yang sangat
aktif (hyperkinetic) dan adapula siswa yang pendiam, tidak sedikit juga ditemukan siswa
yang memiliki motivasi yang rendah dalam belajar. 11 Semua itu akan memengaruhi proses
pembelajaran di dalam kelas. Sebab, bagaimanapun perilaku dan karakteristik siswa
merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan dalam interaksi pembelajaran,
sehingga guru sebagai pendesain mampu memilih bahan pembelajaran yang baik untuk
diajarkan kepada siswa sebagai pembelajar.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan mengidentifikasi
perilaku dan karakteristik awal siswa bertujuan untuk menentukan materi apa yang harus
diajarkan dan yang tidak perlu diajarkan dalam instruksional yang akan dilaksanakan.
Dengan kata lain, kegiatan mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa merupakan
proses untuk mengetahui perilaku yang dikuasai siswa sebelum mengikuti instruksional,
bukan untuk menentukan perilaku prasyarat dalam rangka menyeleksi siswa sebelum
mengikuti instruksional.
B. Manfaat Mengidentifikasi Perilaku dan Karakteristik Awal Siswa
Mengidentifikasi perilaku awal dan karakteristik siswa dalam pengembangan program
pembelajaran sangat perlu dilakukan, yaitu untuk mengetahui kualitas perseorangan sehingga
dapat dijadikan petunjuk dalam mendeskripsikan strategi pengelolaan pembelajaran. Aspekaspek yang diungkap dalam kegiatan ini bisa berupa bakat, motivasi belajar, gaya belajar,
kemampuan berfikir, minat, atau kemampuan awal.

9Ibid.
10Ibid., h. 18.
11Ibid.

Kelompok 1: Mengidentifikaii erilkiuidkniKkrkiteriatiiiAwkli eaertkiDidii

6

Hasil kegiatan mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa merupakan
salah satu dasar dalam mengembangkan sistem instruksional yang sesuai untuk siswa.
Dengan melaksanakan kegiatan tersebut, masalah heterogen siswa dalam kelas dapat diatasi,
setidak-tidaknya banyak dikurangi.
Dick dan Carey mengemukakan bahwa manfaat mengidentifikasi perilaku dan
karakteristik awal peserta didik diantaranya yaitu membantu perancang pembelajaran (guru)
mengidentifikasi dengan tepat apa yang sudah diketahui maupun yang belum diketahui
peserta didik sebelum mereka memulai kegiatan instruksional.12
Menurut penulis sendiri, setidaknya ada enam manfaat dari mengidentifikasi perilaku
dan karakteristik awal peserta didik, yaitu:
1. Untuk memperoleh informasi yang lengkap dan akurat berkenaan dengan kemampuan
serta karakteristik awal siswa sebelum mengikuti program pembelajaran tertentu.
2. Menyeleksi tuntutan, bakat, minat, kemampuan, serta kecenderungan peserta didik
berkaitan dengan pemilihan program-program pembelajaran tertentu yang akan diikuti
mereka.
3. Menentukan desain program pembelajaran dan atau pelatihan tertentu yang perlu
dikembangkan sesuai dengan kemampuan awal peserta didik.
4. Mengetahui tentang luas dan jenis pengalaman belajar siswa, hal ini berpengaruh
terhadap daya serap siswa terhadap materi baru yang akan disampaikan.
5. Mengetahui latar belakang siswa dan keluarga siswa. Meliputi tingkat pendidikan
orang tua, sosial ekonomi, emosional dan mental sehingga guru dapat menyajikan
bahan serta metode belajar yang lebih variatif, serasi, efektif dan efisien.
6. Mengetahui tingkat pertumbuhan, perkembangan, aspirasi dan kebutuhan siswa serta
mengetahui tingkat penguasaan yang telah diperoleh siswa sebelum mengikuti proses
instruksional.
C. Teknik Mengidentifikasi Perilaku dan Karakteristik Awal Siswa
1. Perilaku Awal Siswa
Entry behavior adalah pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki siswa
sebelum ia melanjutkan ke jenjang berikutnya. Menurut De Cecco dalam H. Nashir, perilaku
awal mempunyai karakteristik, yaitu merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mengikuti
pelajaran berikutnya, mempunyai hubungan yang relevan dengan tujuan hasil belajar yang
12Walter Dick, et. al., The Systematic Design of Instruction, 6th Edition, (Boston: Pearson, 2005), h.
73.

Kelompok 1: Mengidentifikaii erilkiuidkniKkrkiteriatiiiAwkli eaertkiDidii

7

dicapai.13 Di sisi lain Abdul Ghafur dalam Nopita Windasari mendefinisikan perilaku awal
adalah pengetahuan dan keterampilan yang relevan yang telah dimiliki siswa pada saat
memulai kegiatan belajarnya telah memiliki berbagai pengalaman, pengetahuan, sikap dan
keterampilan serta potensi yang dimiliki dapat dijadikan tolak ukur instruksional dan
perencanaan kegiatan belajar lebih lanjut.14
Perilaku awal merupakan modal bagi siswa dalam aktivitas pembelajaran, karena
aktivitas pembelajaran adalah wahana terjadinya negosiasi makna antara guru dan siswa
berkenaan dengan materi pembelajaran.15
Siapa kelompok sasaran, populasi sasaran, atau sasaran didik kegiatan instruksional
itu? Istilah itu digunakan untuk menanyakan dua hal tentang perilaku siswa: Pertama,
menanyakan siswa yang mana atau siswa sekolah apa. Kedua, menanyakan sejauh mana
pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka miliki sehingga dapat mengikuti pelajaran
tersebut.16
Pertanyaaan di atas sangat penting dijawab oleh pengembang instruksional sehingga
sejak permulaan kegiatan instruksional telah dapat disesuaikan dengan siswa yang akan
mengikutinya. Jawaban itu merupakan pula suatu batasan bagi siswa yang bermaksud
mengikuti pelajaran tersebut, sehingga bila mempunyai perilaku awal tersebut, siswa
sebaiknya tidak mengikuti pelajaran tersebut.17
Populasi sasaran dirumuskan secara spesifik seperti contoh di bawah ini:
1. Mata pelajaran ini disediakan bagi siswa yang memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Terdaftar pada sekolah ini pada tahun ajaran atau semester ini;
b. Setelah lulus mata pelajaran A.
2. Pelajaran ini disusun bagi siswa kelas dua MA yang mempunyai minat dalam kelompok
bidang studi Agama.
3. Kursus ini disediakan bagi karyawan pemerintah atau perusahaan swasta yang memenuhi
syarat sebagai berikut:
a. Mempunyai ijazah minimal sarjana muda dalam bidang X atau setaraf;
b. Telah pernah mengikuti dan lulus dalam kursus Y;

13H. Nashir, Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal, (Jakarta: Delia Press, 2004), h. 64.
14Nopita Windasari, Pengaruh Strategi Pembelajaran Modeling dan Ekspositori Terhadap Hasil
Belajar Alquran Hadis Ditinjau Dari Kemampuan Awal Siswa, (Medan: Tesis PPS IAIN SU, 2010), h. 43.
15H. Gardner, The Unschooled mind; How Children Think and School Should Teach, (New York:
Basic Books, 1991), h. 27.
16Suparman, Desain, h. 181.
17Ibid.

Kelompok 1: Mengidentifikaii erilkiuidkniKkrkiteriatiiiAwkli eaertkiDidii

8

c. Menguasai bahasa Inggris minimal secara pasif untuk membaca dan mendengarkan
kuliah dalam bahasa Inggris.18
Perumusan populasi sasaran seperti contoh tersebut di atas memang dapat membantu
kelancaran penyelenggaraan kegiatan instruksional. Perumusan populasi ini biasanya
diterapkan oleh lembaga pendidikan yang menyelenggarakan program pendidikan. Tetapi
seorang pengembang instruksional masih perlu mencari informasi lebih jauh tentang
kemampuan populasi sasaran yang dimaksud dalam menguasai setiap perilaku khusus yang
telah dirumuskan dalam analisis instruksional. Perilaku-perilaku khusus itu tersusun secara
hierarkikal, prosedural, pengelompokan, atau kombinasi kegiatannya atau dua di antaranya
tingkat kemampuan populasi sasaran dalam perilaku-perilaku khusus itu perlu diidentifikasi
agar pengembang instruksional dapat menentukan mana perilaku khusus yang sudah dikuasai
siswa sehingga perlu diajarkan kembali, dan mana yang belum dikuasai siswa untuk
diajarkan. Dengan demikian, pengembang instruksional dapat pula menentukan titik
berangkat yang sesuai bagi siswa.19
Menurut Suparman teknik yang digunakan dalam mengidentifikasi kebutuhan
instruksional yaitu kuesioner, interviu dan observasi, serta tes. Teknik tersebut dapat pula
digunakan untuk mengidentifikasi perilaku awal siswa. Subjek yang memberikan informasi
diminta untuk mengidentifikasi seberapa jauh tingkat penguasaan siswa atau calon siswa
dalam setiap perilaku khusus melalui skala penilaian (rating scales).20
Perilaku awal siswa dapat dukur melalui tes awal, interviu atau cara-cara lain yang
cukup sederhana seperti melontarkan pertanyaan-pertanyaan secara acak dengan distribusi
perwakilan siswa yang representatif. Selanjutnya Gardner mengemukakan bahwa identifikasi
perilaku siswa dilakukan dengan memberikan pree-testing yakni tes awal yang dilakukan
sebelum dimulai pembelajaran, yang dimaksudkan untuk menguji

entry-behavior

(kemampuan awal) peserta didik berkenaan dengan tujuan pembelajaran tertentu yang harus
dikuasai peserta didik. Identifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa juga dilakukan
berkenaan dengan program pembelajaran sebuah mata pelajaran atau sebuah lembaga
pendidikan tertentu.21
Teknik yang dapat menghasilkan data yang lebih keras adalah tes penampilan siswa
dan observasi terhadap pelaksanaan pekerjaan siswa serta tes tertulis untuk mengetahui
tingkat pengetahuan siswa. Tetapi, bila tes seperti itu tidak tepat dilakukan karena dirasakan
18Ibid.
19Ibid.
20Ibid., h. 182.
21Gardner, The Unschooled, h. 28.

Kelompok 1: Mengidentifikaii erilkiuidkniKkrkiteriatiiiAwkli eaertkiDidii

9

kurang etis, kesulitan teknik pelaksanaan, atau tidak mungkin dilakukan karena sebab yang
lain, penggunaan skala penilaian cukup memadai. Skala penilaian tersebut diisi oleh orangorang yang tahu secara dekat terhadap kemampuan siswa dan diisi oleh siswa sebagai selfreport.22
Berdasarkan masukan ini, dapat ditetapkan. Titik berangkat atau permulaaan
perjalanan yang harus diberikan pada siswa. Titik itu adalah perilaku khusus di atas garis
batas yang telah dikuasi siswa atau calon siswa. Apa beda kegiatan ini dengan proses
mengidentifikasi kebutuhan instruksional? Pertama, kebutuhan instruksional untuk
mengidentifikasi benar tidaknya masalah yang dihadapi harus diselesaikan dengan
menyelenggarakan kegiatan instruksional. Sedangkan mengidentifikasi perilaku awal tidak
berhubungan dengan masalah tersebut. Kedua, kebutuhan intruksional untuk mengidentifikasi
perilaku umum yang akan dijadikan tujuan instruksional umum. Sedangkan kegiatan
mengidentifikasi perilaku awal untuk mengidentifikasi perilaku khusus yang telah dikuasai
siswa. Hasil akhir dari kegiatan mengidentifikasi perilaku awal ini akan dijadikan pedoman
untuk menetapkan perilaku-perilaku khusus yang tidak perlu diajarkan lagi dan perilakuperilaku khusus yang masih harus diajarkan. Dengan demikian hasil kegiatan tersebut dapat
pula digunakan untuk menetapkan titik berangkat dalam mengajar.23
2. Karakteristik Awal Siswa
Di samping mengidentifikasi perilaku awal siswa, pengembang instruksional harus
pula

mengidentifikasi

karakteristik

siswa

yang

berhubungan

dengan

keperluan

pengembangan instruksional. Minat siswa pada umumnya, misalnya pada olahraga, karena
sebagian besar siswa adalah penggemar olahraga, dapat dijadikan bahan dalam memberikan
contoh dalam rangka penjelasan materi pelajaran. Kemampuan siswa yang kurang dalam
membaca bahasa Inggris merupakan masukan pula bagi pengembang instruksional untuk
memilih bahan-bahan pelajaran yang tidak berbahasa Inggris atau menerjemahkannya
terlebih dahulu ke dalam bahasa Indonesia.24
Demikian pula bila siswa senang dengan lelucon, pendesain instruksional sebaiknya
mempertimbangkan penggunaan lelucon dalam strategi instruksionalnya. Bila siswa sebagian
besar tidak mempunyai video di rumah, pendesain instruksional tidak dapat membuat
program video untuk dipelajari siswa di rumah. Informasi di atas perlu dicari oleh
22Suparman, Desain, h. 182.
23Ibid., h. 182-183.
24Ibid., h. 183.

Kelompok 1: Mengidentifikaii erilkiuidkniKkrkiteriatiiiAwkli eaertkiDidii

10

pengembang instruksional sehingga ia dapat mengembangkan sistem instruksional yang
sesuai dengan karakteristik siswa tersebut.
Teknik yang dapat digunakan dalam mengidentifikasi karakteristik awal siswa sama
dengan teknik yang digunakan dalam mengidentifikasi perilaku awal, yaitu kuesioner,
interviu, observasi, dan tes.25 Tujuan untuk mengetahui karakteristik awal siswa adalah untuk
mengukur apakah siswa akan mampu mencapai tujuan belajarnya atau tidak; sampai dimana
minat siswa terhadap pelajaran yang akan dipelajari. Bila si belajar mampu, hal-hal apa yang
memperkuat, dan bila tidak mampu, hal-hal apa yang menjadi penghambat. Hal-hal yang
perlu diketahui dari si pelajar bukan hanya dilihat faktor-faktor akademisnya, akan tetapi juga
dilihat faktor-faktor sosialnya, sebab kedua hal tersebut sangat mempengaruhi proses belajar
si pelajar. Informasi yang dikumpulkan dibatasi kepada karakteristik siswa sehingga ada
manfaatnya dalam proses pengembangan instruksional.
D. Langkah-Langkah dan Hasil Identifikasi Perilaku dan Karakteristik Awal Siswa
Berikut ini latihan dalam mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa.
Latihan ini akan memakan waktu yang cukup panjang, karena harus mengumpulkan data dari
lapangan. Ikutilah latihan ini dengan tekun.26
1. Kumpulkanlah data perilaku awal siswa dari orang-orang yang dekat dan dapat menilai
kemampuan populasi sasaran dengan cara:
a. Tulislah kembali daftar perilaku khusus yang telah berhasil Anda buat dalam kegiatan
analisis intruksional;
b. Atas dasar perilaku khusus tersebut, buatlah skala penilaian sebagai berikut:
No

Perilaku Khusus

Baik

Buruk

.
Keterangan:
Kolom 1

: Nomor urut

Kolom 2

:Perilaku khusus yang telah dihasilkan dalam analisis instruksional

Kolom 3 dan 4: Skala penilaian.
c. Berilah pengantar cara mengisi skala penilaian tersebut dan perbanyak secukupnya;
d. Berikan skala penilaian tersebut kepada orang-orang yang dekat dan dapat menilai
kemampuan populasi sasaran seperti atasan dan guru mereka. Jumlah penilai tergantung kepada besarnya populasi sasaran. Untuk siswa dalam jumlah kecil, sekitar

25Ibid., h. 184.
26Langkah-langkah ini dikemukakan oleh Atwi Suparman, Desain Instruksional Modern, h. 184-187.

Kelompok 1: Mengidentifikaii erilkiuidkniKkrkiteriatiiiAwkli eaertkiDidii

11

10–20 responden sudah cukup memadai. Untuk siswa dalam jumlah besar dan ruang
lingkup nasional misalnya, diperlukan sekitar 30 sampai 50 responden;
e. Kumpulkan hasil isian tersebut.
2. Kumpulkanlah data perilaku awal siswa dari sampel siswa. Di samping data dari orangorang yang dekat dengan sasaran, diperlukan pula data dari sampel sasaran itu sendiri
dengan bentuk self-report. Ikutilah langkah-langkah sebagai berikut:
a. Tulislah kembali perilaku khusus yang telah berhasil Anda buat dalam analisis
intruksional;
b. Atas dasar perilaku khusus tersebut, buatlah skala penilaian dalam bentuk skala Likert
(sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, dan sangat tidak setuju);
c. Berilah pengantar cara mengisi skala penilaian tersebut dan perbanyak secukupnya;
d. Berikan skala penilaian tersebut kepada sejumlah orang yang dapat mewakili populasi
sasaran. Jumlahnya juga tergantung dari besarnya populasi sasaran. Yang paling
penting diperhatikan adalah orang-orang tersebut memang memiliki ciri-ciri seperti
populasi sasaran, sehingga dapat dipandang sebagai sampel yang representatif;
e. Kumpulkan hasil isian tersebut.
3. Kumpulkan data perilaku awal siswa dengan menggunakan observasi dan tes.
Dibandingkan dengan dua cara mengumpulkan data perilaku awal siswa yang telah
dikemukakan sebelumnya, observasi dan tes adalah cara yang lebih mantap, karena dapat
mengumpulkan data yang lebih tegas. Observasi dilakukan untuk menilai kemampuan
yang bersifat pelaksanaan kegiatan atau pekerjaan atau keterampilan. Skala penilaian
seperti butir 1 di atas dapat digunakan dalam observasi tersebut. Bedanya adalah: skala
penilaian yang digunakan dalam observasi diisi oleh orang yang mengobservasi
(mengamati) kegiatan yang sedang dilakukan siswa. Sedangkan dalam butir 1 di atas diisi
oleh atasan atau guru atas dasar pendapat mereka tanpa mengamati langsung kegiatan
siswa yang sedang dinilai. Tes digunakan untuk menilai kemampuan yang bersifat
kognitif. Bila Anda dapat menggunakan observasi dan tes, cara dalam butir 1 dan 2 di
atas tidak diperlukan lagi.
4. Kumpulkanlah data karakteristik awal siswa dengan mengikuti langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Buatlah daftar pertanyaan atau kuisioner tentang karakteristik siswa seperti:
1) Tempat kelahiran dan tempat dibesarkan;
2) Pekerjaan atau bidang pengetahuan yang menjadi keahliannya atau dicita-citakan
untuk menjadi bidang keahliannya;
Kelompok 1: Mengidentifikaii erilkiuidkniKkrkiteriatiiiAwkli eaertkiDidii

12

3) Kesenangan (hobi);
4) Bahasa sehari-hari dan bahasa asing yang dikuasai;
5) Alat-alat audio-visual yang dimiliki di rumah atau biasa digunakan sehari-hari;
6) dan lain-lain yang dianggap penting bagi pengembangan desain instruksional.
b. Berikanlah kuesioner tersebut kepada sejumlah sampel yang dapat mewakili populasi
sasaran;
c. Kumpulkan hasilnya.
5. Analisislah hasil pengumpulan data butir 1 dan 2 atau butir 3 saja untuk menentukan
perilaku awal yang telah dikuasai populasi sasaran. Kelompokkan perilaku yang
mendapat nilai cukup dan di atasnya. Pisahkan dari perilaku yang masih sedang, kurang
atau buruk.
6. Buatlah garis batas antara kedua kelompok perilaku tersebut pada bagan hasil analisis
instruksional untuk menunjukkan dua hal sebagai berikut:
a.

Perilaku-perilaku yang ada di bawah garis batas adalah perilaku yang telah dikuasai
oleh populasi sasaran sampai tingkat cukup dan baik. Perilaku-perilaku ini tidak akan
diajarkan kembali kepada siswa;

b.

Perilaku-perilaku yang ada di atas garis batas adalah perilaku yang belum dikuasai
oleh populasi sasaran atau baru dikuasai sampai tingkat sedang, kurang, dan buruk.
Perilaku-perilaku tersebut akan diajarkan kepada siswa.

7. Susunlah urutan perilaku yang ada di atas garis batas untuk dijadikan pedoman dalam
menentukan urutan materi pelajaran.
8. Tafsirkanlah data tentang karakteristik siswa untuk menggambarkan hal sebagai berikut:
a. Lingkungan budaya;
b. Pekerjaan atau bidang pengetahuan yang menjadi keahlian;
c. Kesenangan (hobi);
d. Bahasa yang dikuasai;
e. Alat audio visual yang dimiliki atau yang biasa digunakan sehari-hari;
f.

dan lain-lain.
Berikut ini merupakan hasil identifikasi perilaku dan karakteristik awal terhadap

siswa kelas X Jurusan Bisnis Manajemen (BM) di SMK Persiapan Kota Binjai. Identifikasi
dilakukan pada siswa kelas X A-B secara acak sebanyak 20 siswa, dengan rincian: (X A: 10
siswa, dan X B: 10 siswa).
Adapun identifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa dalam rencana pemberian
materi pembelajaran dari Kompetensi Dasar (KD) ke-5 Pelajaran Pendidikan Agama Islam
Kelompok 1: Mengidentifikaii erilkiuidkniKkrkiteriatiiiAwkli eaertkiDidii

13

semester 1, yaitu: “Mendeskripsikan Tentang Puasa dan Hikmahnya serta Mampu
Menerapkan Nilai-Nilainya dalam Kehidupan Sehari-Hari”. Langkah yang dilakukan adalah
mengumpulkan data perilaku awal siswa dari hasil tes dengan cara:
1. Menuliskan kembali daftar perilaku khusus (kompetensi dasar) yang telah berhasil dibuat
dalam kegiatan analisis instruksional, yakni:
a. Menjelaskan pengertian puasa.
b. Mengidentifikasi ayat Alquran yang mewajibkan puasa.
c. Menjelaskan syarat wajib puasa.
d. Menjelaskan rukun puasa.
e. Menjelaskan syarat sah puasa.
f. Menjelaskan hal-hal yang membatalkan puasa.
g. Menjelaskan sunah-sunah puasa.
h. Melafalkan niat berpuasa.
i. Menjelaskan fungsi-fungsi puasa bagi manusia.
j. Mendeskripsikan kaitan puasa dengan kesehatan.
k. Mengidentifikasi siapa saja yang dibolehkan untuk tidak berpuasa.
l. Menyebutkan puasa-puasa yang wajib dilaksanakan.
m. Menyebutkan puasa-puasa yang disunahkan untuk dilaksanakan.
2. Membuat penilaian tes awal, yakni sebagai berikut:
Petunjuk penilaian
a. Untuk membantu mengembangkan desain instruksional, maka Anda diharapkan agar
menjawab pertanyaan dengan yang sebenarnya.
b. Jawablah pertanyaan-pertanyaan dengan menjawabnya sesuai kemampuan Anda!
Tabel 1.
Tes Awal yang Disesuaikan dengan Perilaku Khusus
No.
1.
2.

Perilaku Khusus
Menjelaskan pengertian puasa.
Mengidentifikasi ayat Alquran

Tes Awal
Jelaskan pengertian puasa?
Coba Anda identifikasi ayat

3.

yang mewajibkan puasa.
Menjelaskan syarat wajib

Alquran yang mewajibkan puasa!
Jelaskan syarat wajib puasa?

4.
5.
6.

puasa.
Menjelaskan rukun puasa.
Menjelaskan syarat sah puasa.
Menjelaskan hal-hal yang

Jelaskan rukun puasa?
Jelaskan syarat sah puasa?
Jelaskan hal-hal yang

membatalkan puasa.

membatalkan puasa?

Kelompok 1: Mengidentifikaii erilkiuidkniKkrkiteriatiiiAwkli eaertkiDidii

14

7.

Menjelaskan sunah-sunah

Jelaskan sunah-sunah puasa?

8.
9.

puasa.
Melafalkan niat berpuasa.
Menjelaskan fungsi-fungsi

lafalkan niat berpuasa! (Praktik)
Jelaskan fungsi-fungsi puasa bagi

10.

puasa bagi manusia.
Mendeskripsikan kaitan puasa

manusia?
Deskripsikan kaitan puasa dengan

11.

dengan kesehatan.
Mengidentifikasi siapa saja

kesehatan?
Coba Anda identifikasi siapa saja

yang dibolehkan untuk tidak

yang dibolehkan untuk tidak

berpuasa.
Menyebutkan puasa-puasa

berpuasa?
Sebutkan puasa-puasa yang wajib

yang wajib dilaksanakan.

dilaksanakan?

Menyebutkan puasa-puasa

Sebutkan puasa-puasa yang

yang disunahkan untuk

disunahkan untuk dilaksanakan?

12.
13.

dilaksanakan.
Tes penilaian awal ini diberikan langsung oleh guru bidang studi yang mengajar siswa
tersebut. Selanjutnya melihat hasil penilaian tes, dan ini dilakukan langsung oleh guru bidang
studi mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu memberi tanda centang (√) pada kolom
skala penilaian (kolom 3 dan 4) sesuai dengan hasil tes awal siswa.
Tabel 2.
Hasil Penilaian Tes Awal
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Perilaku Khusus

Dimiliki

Belum
Dimiliki

Menjelaskan pengertian puasa.
Mengidentifikasi ayat Alquran yang mewajibkan puasa.
Menjelaskan syarat wajib puasa.
Menjelaskan rukun puasa.
Menjelaskan syarat sah puasa.
Menjelaskan hal-hal yang membatalkan puasa.
Menjelaskan sunah-sunah puasa.
Melafalkan niat berpuasa.
Menjelaskan fungsi-fungsi puasa bagi manusia.
Mendeskripsikan kaitan puasa dengan kesehatan.
Mengidentifikasi siapa saja yang dibolehkan untuk tidak
berpuasa.
Menyebutkan puasa-puasa yang wajib dilaksanakan.
Menyebutkan puasa-puasa yang disunahkan untuk

13.

dilaksanakan.

Kelompok 1: Mengidentifikaii erilkiuidkniKkrkiteriatiiiAwkli eaertkiDidii

15

3. Untuk mendapatkan data karakteristik awal siswa maka para siswa diharapkan
mengisi/menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:
a. Nama

:

b. Tempat tanggal lahir

:

c. Tempat tinggal

:

d. Pekerjaan yang dicita-citakan

:

e. Hobi

:

f. Bahasa

:

g. Alat-alat audio visual yang dimiliki :
h. Apakah kamu sering menunaikan ibadah puasa?
1. Sangat sering 2. Sering 3. Jarang 4. Tidak Pernah
i. Apakah kamu bisa mendeskripsikan puasa?
1. Sangat bisa 2. Bisa 3. Kurang bisa 4. Tidak bisa
j. Apakah kamu mampu melafalkan dalil diwajibkannya berpuasa?
1. Sangat mampu 2. Mampu 3. Kurang mampu 4. Tidak mampu
4. Pengelompokan perilaku awal yang telah dikuasai oleh siswa. Perilaku yang didapat
yaitu nilai baik dan buruk. Perilaku yang mendapat nilai baik berarti siswa dianggap
sudah memiliki penguasaan akan materi yang akan diajarkan tersebut. Sebaliknya siswa
yang mendapat nilai buruk, berarti dianggap belum memiliki penguasaan akan
materi/perilaku tersebut.
5. Berdasarkan data dan pengamatan penulis tentang karakteristik siswa, dapat diketahui
bahwa:
a. Lingkungan Budaya;
Lingkungan budaya yang berkembang di daerah ini adalah budaya Padang dan Jawa.
b. Pekerjaan;
Pekerjaan yang dicita-citakan: guru, POLWAN, pengusaha, akuntan, dan sekretaris.
c. Hobi dan kesenangan;
Hobi, kesenangan para siswa sangat beragam, namun sebagian besar hobi mereka
adalah olahraga, musik, dan membaca.
d. Bahasa yang digunakan; Bahasa Indonesia.
e. Alat-alat audio visual yang dimiliki: HP, televisi, laptop, tape recorder, dan DVD.
Untuk pertanyaan kuesioner bagian h, 4 siswa menyatakan sangat sering menunaikan
ibadah puasa, 6 siswa menyatakan sering menunaikan ibadah puasa, dan 10 siswa
menyatakan jarang menunaikan ibadah puasa, dan tidak ada yang menyatakan tidak pernah
Kelompok 1: Mengidentifikaii erilkiuidkniKkrkiteriatiiiAwkli eaertkiDidii

16

menunaikan ibadah puasa. Pada bagian i, tidak ada yang sangat bisa mendeskripsikan puasa,
2 siswa menyatakan bisa mendeskripsikan puasa, 9 siswa menyatakan kurang bisa
mendeskripsikan puasa, dan 9 siswa menyatakan tidak bisa mendeskripsikan puasa. Dan
bagian j, hanya ada 5 siswa yang mampu melafalkan dalil diwajibkannya puasa, selebihnya
tidak mampu.
Tabel 3.
Daftar Siswa yang Diidentifikasi dan Hasil Penilaian
No
.
1.
2.
3.

Nama
Annisa
Fitriani
Dea Indah
Pratiwi
Desi Indra
Yani

Perilaku No.

Keterangan

Kela
s

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1
0

11 12 13

XA

√ √ x x x x x √ x

x

x

x x

XA

√ √ x x x x x √ x

x

x

x x

XA

√ √ x x x x x √ x

x

x

x x

4.

Dinda Hakim

XA

√ √ x x x x x √ x

x

x

x x

5.

Fitrizia

XA

√ √ x x x x x √ x

x

x

x x

XA

√ x x x x x x √ x

x

x

x x

XA

√ x x x x x x √ x

x

x

x x

XA

√ x x x x x x √ x

x

x

x x

XA

√ x x x x x x √ x

x

x

x x

XA

x x x x x x x √ x

x

x

x x

XB

√ x x x x x x √ x

x

x

x x

XB

√ x x x x x x √ x

x

x

x x

6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Hendri Ari
Setiawan
Imanda
Wardani
Lia Atika
Puteri Rezeki
Harahap
Septian Dwi
Cahyo
Siti
Rahmawati
Abibah
Miranda

13.

Anisa Pertiwi

XB

√ √ x x x x x √ x

x

x

x x

14.

Annisa
Anitia

XB

√ √ x x x x x √ x

x

x

x x

15.

Cut Intan

XB

√ x x x x x x √ x

x

x

x x

XB

√ x x x x x x √ x

x

x

x x

XB

x x x x x x x √ x

x

x

x x

XB

√ √ x x x x x √ x

x

x

x x

17.

Dessy
Yulhana
Gita Ayumi

18.

Iramayda

16.

1, 2 dan 8
dimiliki
1, 2 dan 8
dimiliki
1, 2 dan 8
dimiliki
1, 2 dan 8
dimiliki
1, 2 dan 8
dimiliki
1 dan 8
dimiliki
1 dan 8
dimiliki
1 dan 8
dimiliki
1 dan 8
dimiliki
8 dimiliki
1 dan 8
dimiliki
1 dan 8
dimiliki
1, 2 dan 8
dimiliki
1, 2 dan 8
dimiliki
1 dan 8
dimiliki
1 dan 8
dimiliki
8 dimiliki
1, 2 dan 8
dimiliki

Kelompok 1: Mengidentifikaii erilkiuidkniKkrkiteriatiiiAwkli eaertkiDidii

17

Miranda
8 dimiliki
XB x x x x x x x √ x x x x x
Lestari
Mutia
1, 2 dan 8
20.
XB √ √ x x x x x √ x x x x x
Mawarni
dimiliki
Kesimpulan: perilaku 1 dan 8 rata-rata sudah dimiliki oleh siswa dan sebagian perilaku 2
sudah dimiliki oleh siswa
19.

Dari data hasil tes awal perilaku khusus dan analisis karakteristik siswa di atas dapat
disimpulkan bahwa ada dua perilaku yang sudah dimiliki oleh siswa dan tidak perlu diberikan
lagi untuk materi pembelajaran Kompetensi Dasar (KD) ke-5 Pelajaran Pendidikan Agama
Islam semester 1, yaitu: “Mendeskripsikan Tentang Puasa dan Hikmahnya serta Mampu
Menerapkan Nilai-Nilainya dalam Kehidupan Sehari-Hari”, dan perilaku 2 telah dimiliki oleh
sebagian siswa namun tetap diberikan sebagai materi pelajaran bagi yang belum memiliki
perilaku ini dan sebagai pengayaan bagi siswa yang telah memiliki perilaku ini. Secara
lengkap daftar perilaku khusus yang sudah dimiliki dan belum dimiliki oleh siswa SMK
Persiapan Kota Binjai adalah sebagai berikut.
Tabel 4
Daftar Perilaku Khusus yang Dimiliki dan Belum Dimiliki
Siswa Kelas X (Sepuluh) SMK Persiapan Kota Binjai
No
.
1.
2.
3.

Menjelaskan pengertian puasa.

1.

Perilaku Khusus yang Belum
Dimiliki
Menjelaskan syarat wajib puasa.

Mengidentifikasi ayat Alquran
yang mewajibkan puasa.
Melafalkan niat berpuasa.

2.

Menjelaskan rukun puasa.

3.
4.

Menjelaskan syarat sah puasa.
Menjelaskan hal-hal yang
membatalkan puasa.
Menjelaskan sunah-sunah puasa.
Menjelaskan fungsi-fungsi puasa
bagi manusia.
Mendeskripsikan kaitan puasa
dengan kesehatan.
Mengidentifikasi siapa saja yang
dibolehkan untuk tidak berpuasa.
Menyebutkan puasa-puasa yang
wajib dilaksanakan.
Menyebutkan puasa-puasa yang
disunahkan untuk dilaksanakan.

Perilaku Khusus yang Dimiliki

No.

5.
6.
7.
8.
9.
10.

Kelompok 1: Mengidentifikaii erilkiuidkniKkrkiteriatiiiAwkli eaertkiDidii

18

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasar kepada pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa mengidentifikasi
perilaku dan karakteristik awal siswa merupakan pendekatan yang menerima siswa apa
adanya dan menyusun sistem pembelajaran atas dasar keadaan siswa tersebut yang bertujuan
untuk menentukan garis batas antara perilaku yang tidak perlu diajarkan dan perilaku yang
harus diajarkan kepada siswa/peserta didik. Perilaku yang akan diajarkan ini kemudian
Kelompok 1: Mengidentifikaii erilkiuidkniKkrkiteriatiiiAwkli eaertkiDidii

19

dirumuskan dalam bentuk tujuan instruksional khusus atau TIK itu. Kegiatan ini memberi
manfaat untuk mengetahui kualitas perseorangan sehingga dapat dijadikan petunjuk dalam
mendeskripsikan strategi pengelolaan pembelajaran. Hasil kegiatan mengidentifikasi perilaku
dan karakteristik awal siswa ini merupakan salah satu dasar dalam mengembangkan sistem
instruksional yang sesuai untuk siswa. Sementara cara melaksanakan kegiatan ini adalah
dilakukan di waktu awal sebelum menyusun instruksional pengajaran, teknik yang digunakan
dapat dengan tes, interviu, observasi, dan kuisioner, dan dapat dilakukan oleh guru mata
pelajaran atau orang-orang yang dianggap paham dengan kemampuan siswa.
B. Implikasi
Implikasi guru dalam mengidentifikasi perilaku dan karakteristik siswa sangat
diharapkan, agar pengelolaan instruksional tidak hanya asal jadi. Bisa kita bayangkan jika
pengelolaan sistem instruksional yang asal jadi oleh guru, bagaimana mau menghasilkan
SDM yang mampu bersaing secara global. Oleh karena itu, sebagai seorang pendidik harus
menguasai dasar desain instruksional khususnya dalam mengidentifikasi perilaku dan
karakteristik awal peserta didik.
C. Saran
Sebagai perancang kegiatan instruksional, guru hendaknya dapat mengidentifikasi
perilaku dan karakteristik awal siswa, karena kegiatan ini dapat dijadikan sebagai petunjuk
guru dalam mengelola sistem instruksional yang sesuai dengan perilaku dan krakteristik
siswa.

DAFTAR PUSTAKA
Atmowijoyo, Sutardjo, Perencanaan Sistem Instruksional, (Jakarta: Universitas Islam
Jakarta, 2008.
Dick, Walter, et. al., The Systematic Design of Instruction, 6th Edition, (Boston: Pearson,
2005).
H. Gardner, The Unschooled mind; How Children Think and School Should Teach, (New
York: Basic Books, 1991).
H. Nashir, Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal, (Jakarta: Delia Press, 2004).
Kelompok 1: Mengidentifikaii erilkiuidkniKkrkiteriatiiiAwkli eaertkiDidii

20

Sanjaya, Wina, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, cet. 5, (Jakarta: Kencana
Prenada Media, 2012).
Suparman, Atwi, Desain Instruksional Modern; Panduan Para Pengajar dan Inovator
Pendidikan, (Jakarta: Erlangga, 2012).
Uno, Hamzah B., Desain Pembelajaran; Referensi Penting Untuk Guru, Dosen, Mahasiswa,
Tutor Kursus, dan Trainer Pelatihan, (Bandung: MQS Publishing, 2010).
______________, Perencanaan Pembelajaran, cet. 5, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009).
Windasari, Nopita, Pengaruh Strategi Pembelajaran Modeling dan Ekspositori Terhadap
Hasil Belajar Alquran Hadis Ditinjau Dari Kemampuan Awal Siswa, (Medan: Tesis
PPS IAIN SU, 2010).

Kelompok 1: Mengidentifikaii erilkiuidkniKkrkiteriatiiiAwkli eaertkiDidii

21