DAMPAK RELOKASI TERHADAP LINGKUNGAN SOSI
DAMPAK RELOKASI TERHADAP LINGKUNGAN SOSIAL PEDAGANG
KAKI LIMA DI PUSAT KULINER PRATISTHA HARSA PURWOKERTO
Rochmat Aldy Purnomo1
1
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Ponorogo
rochmataldy93@gmail.com
ABSTRACT
This study aimed to analyze aspects of the social environment of street vendors
between before and after relocating to Pratistha Harsa. Collecting data using the
techniques of interview, observation and literature. The respondents were selected
is Pratistha Harsa Chief Manager, Chairman of the Society Pratistha Harsha, traders
culinary Pratistha Harsa. The population of merchants who relocated to Pratistha
Harsa number of 65 traders and a sample of 40 traders. Selection of the sample
using simple random sampling. This study uses Wilxocon analysis test. The results
showed that an increase in the average of the perception of traders about the safety,
cleanliness, lighting and ease of relocation time before and after the relocation.
Keyword: five feets relocation, informal sector, pratistha harsa.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis aspek lingkungan sosial dari pedagang
kaki lima antara sebelum dan sesudah relokasi ke Pratistha Harsa. Pengumpulan
data menggunakan teknik wawancara, observasi dan studi pustaka. Adapun
responden yang dipilih yaitu Kepala Pengelola Pratistha Harsa, Ketua Paguyuban
Pratistha Harsa, pedagang kuliner Pratistha Harsa. Populasi pedagang yang
direlokasi ke Pratistha Harsa sejumlah 65 orang pedagang dan sampel sebanyak 40
pedagang. Pemilihan sampel menggunakan simple random sampling. Penelitian ini
menggunakan analisis Wilxocon test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi
kenaikan rata-rata dari persepsi pedagang tentang keamanan, kebersihan,
penerangan dan kemudahan saat sebelum relokasi dan sesudah relokasi.
Kata Kunci : relokasi pedagang kaki lima, sektor informal, pratistha harsa
PENDAHULUAN
Statistik (BPS) mendefinisikan bahwa
Rencana tata ruang wilayah erat
kaitannya
dengan
sektor informal adalah unit usaha
pembangunan
berskala kecil yang menghasilkan dan
daerah yang mencakup seluruh sektor
mendistribusikan barang dan jasa
suatu daerah dan memiliki potensi
dengan tujuan utama menciptakan
untuk dibangun, baik itu sektor formal
kesempatan kerja dan penghasilan
maupun
bagi dirinya sendiri, meskipun mereka
informal.
Badan
Pusat
Jurnal Ekuilibrium, Volume 11, Nomor 1, Maret 2016
1
menghadapi
maupun
kendala
baik
sumberdaya
modal
fisik
dan
memakan
ruas
jalan
mengelarkan
dalam
dagangannya,
manusia. Sektor informal merupakan
khususnya di Kota Purwokerto. Hal
urat nadi kehidupan ekonomi jutaan
ini terjadi karena pedagang kaki lima
rakyat kecil, terutama di kota. Oleh
sering menggunakan ruang publik,
karena itu, sektor ini bukan saja
yang
sumber
berjualan tetapi
mata
pencaharian
yang
seharusnya
bukan
untuk
digunakan untuk
menyangkut rakyat miskin tetapi juga
melakukan
memberikan
untuk
Para penguna jalan juga dirugikan
bagi
dengan menyempitnya ruas jalan,
kesempatan
menciptakan
lapangan
kerja
mereka yang tidak memiliki pekerjaan
sehingga
formal. Dengan demikian, sektor ini
terhambat
mempunyai peranan
bergerak
yang
sangat
aktivitas
lalu
perdagangan.
lintas
karena
dan
menjadi
tidak
leluasa
pada
akhirnya
dapat
dihindari
strategis dalam upaya meningkatkan
kemacetan
pendapatan rakyat kecil.
(pengamatan peneliti, 13 April 2015).
Pedagang kaki lima merupakan
sebuah
fenomena
yang
tidak
terpisahkan
dari perekonomian
Indonesia.
Sebagian
dari
di
para
tidak
Permasalahan pedagang kaki
lima
merupakan
permasalahan
prioritas
suatu
di
Kota
Purwokerto. Pertumbuhan pedagang
pedagang kaki lima melaksanakan
kaki
pekerjaannya sesudah jam kerja (ada
semakin pesat dan tidak terkendali.
yang
Jumlah pedagang kaki lima di seluruh
pagi
pegawai,
hari
ada
bekerja
yang
sebagai
bekerja
lima
dari
tahun ketahun
di
kota Purwokerto pada tahun 2009
lingkungan perusahaan swasta) atau
hanya terdapat 769 PKL, dan tahun
pada waktu senggang. Ada yang
2014 meningkat menjadi 998 PKL.
melaksanakan
Meskipun
aktivitas
sebagai
sudah
dilakukan
pedagang kaki lima untuk mencapai
penertiban
pendapatan tambahan, tetapi ada
membuat pedagang kaki lima yang
pula
berdagang
yang
mengandalkan
hidup
mereka pada kegiatan tersebut.
berkurang
Seiring berjalannya waktu para
pedagang kaki lima ini tetap ada
tapi
hal
ini
tidak
di sepanjang bahu jalan
secara
(Dinperindagkop
signifikan
Kabupaten
Banyumas, 2015).
hingga sekarang. Para pedagang ini
Saat ini Pemerintah Kabupaten
dianggap menganggu para penguna
Banyumas sudah membuat peraturan
jalan
untuk mengatur pedagang kaki lima,
karena
pedagang
telah
Jurnal Ekuilibrium, Volume 11, Nomor 1, Maret 2016
2
yaitu Peraturan Daerah Kabupaten
Banyumas Nomor 4 Tahun 2011
Tentang
Penataan
Pada Pasal 6 berbunyi :
orang
melaksanakan
dilarang
kegiatan PKL di
ruang milik publik, kecuali pada
lokasi yang ditetapkan oleh Bupati;
2. Pada
lokasi
sebagaimana
ayat
(1),
kegiatan
PKL
dimaksud
pada
Bupati menetapkan
waktu, ukuran dan bentuk sarana
PKL
dalam
melaksanakan
kegiatannya;
3. Bupati dalam menetapkan lokasi
kegiatan
PKL
dimaksud
sebagaimana
pada
ayat
(1),
memberitahukan kepada Pimpinan
DPRD dan akan memperhatikan
saran dan masukan dari Pimpinan
DPRD.
Salah satu upaya pemerintah
untuk memberikan fasilitas kepada
PKL
ialah
menerapkan
kebijakan
tentang relokasi atau penempatan
yang
tepat
lima
untuk pedagang
yaitu,
dengan
kaki
cara
menyediakan lahan strategis untuk
pemasaran barang dagangan para
pedagang
kaki
lima
tersebut.
Dalam hal ini kepentingan pedagang
kaki
lima
dapat
tentunya
terpenuhi
pemerintah
dan
dapat
mempertimbangkan juga bahwa lahan
tersebut tidak menganggu ketertiban
dan
kenyamanan
kota
sehingga
diharapkan kepentingan pemerintah
dan pedagang
kaki
terpenuhi sehingga
lima dapat
dapat tercipta
suatu format penyelesaian kebijakan
yang berarti kebersihan, keindahan
Kebijakan
menjadi
pemberdayaan PKL.
Dan
Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima.
1. Setiap
3. Memperoleh fasilitas dalam rangka
dasar
tersebut
dapat
dan kerapihan kota dapat terwujud,
hukum
dalam
kesejahteraan rakyat pedagang kaki
pengaturan,
penataan,
pemberdayaan,
pengawasan
pembinaan
kegiatan
PKL.
Sebagai wujud dari komitmen
dan
Pada
Pemerintah
untuk
Pasal 4, setiap PKL berhak :
1. Melaksanakan
lima pun dapat terwujud.
kegiatan
PKL
Kabupaten
Banyumas
mengembangkan
meningkatkan
sesuai dengan Surat Penempatan
pelaku
PKL;
Banyumas
kesejahteraan
pedagang
informal
khususnya
dan
para
di
Kota
dalam
Purwokerto, dan agar lebih bergairah
rangka mengembangkan kegiatan
dalam berusaha dan meningkatkan
PKL
produksinya
2. Memperoleh
pembinaan
menjadi
kegiatan
perekonomian sektor formal;
menambah
Jurnal Ekuilibrium, Volume 11, Nomor 1, Maret 2016
sehingga
pendapatannya,
akan
maka
3
pemerintah membuat strategi relokasi
dan
pedagang.
pedagang.
Salah
satunya
ialah
relokasi para pedagang informal dari
meningkatkan
kesejahteraan
Pratistha Harsa juga merupakan
beberapa tempat seperti alun-alun
salah
Purwokerto, trotoar Pereng dan Jalan
strategis, karena berada di pusat kota.
Jenderal
Para pedagang yang berjualan di
Soedirman
ke
Pratistha
Harsa.
satu
tempat
yang
sangat
tempat tersebut dapat memasarkan
Pratistha
Harsa terletak
di
produknya
dengan
lebih
optimis.
sebelah barat alun-alun Purwokerto,
Namun, terdapat persaingan antar
kurang lebih 100 meter dari alun-alun.
pusat kuliner di Kota Purwokerto. Hal
Pada
Drs.
ini mengakibatkan adanya persaingan
Mardjoko, M.M. periode 2008-2013.
antar pusat kuliner, dan Pratistha
Pratistha
Harsa
pemerintahan
Harsa
Bupati
didirikan
untuk
membutuhkan
strategi
mengganti sementara para penjual
pengembangan agar semakin dikenal
makanan yang berada di alun-alun
masyarakat
Purwokerto,
renovasi
sekitarnya.
jangka panjang alun-alun pada tahun
Pada
karena
ada
Purwokerto
dasarnya
dan
kegiatan
2009. Namun pada pemerintahan Ir.
relokasi memiliki dampak positif dan
Achmad
negatif baik dilihat dari sisi lingkungan
Husein,
Pratistha
tahun
Harsa
dikembangkan
2013,
semakin
dengan
menambah
sosial
yaitu
persepsi
kebersihan,
keamanan,
penerangan
dan
bangunan baru untuk produk UKM.
kemudahan terhadap para pedagang
Pada tahun 2014, Bupati Banyumas
di Pratistha Harsa dan juga bagi
secara
peraturan
pelaku ekonomi lainnya (konsumen
tentang
dan pemerintah). Mengingat berbagai
resmi
Bupati
Banyumas
Pengelolaan
Kuliner
membuat
Pusat
Usaha
Produk
Kecil
dan
Menengah
Pratistha Harsa.
kemungkinan dampak yang dapat
ditimbulkan
dari kegiatan
relokasi
pedagang di Pratistha Harsa, maka
Relokasi pedagang ke Pratistha
peneliti
tertarik
untuk
melakukan
Harsa memiliki tujuan diantaranya
penelitian Dampak Relokasi Terhadap
dapat
Lingkungan Sosial Pedagang Kaki
meningkatkan
pelayanan
diharapkan
pedagang.
dapat
kualitas
Selain
itu,
membantu
Lima Di Pusat Kuliner Pratistha Harsa
Purwokerto.
pedagang di Pratistha Harsa agar
dapat
mengembangkan
usahanya
Jurnal Ekuilibrium, Volume 11, Nomor 1, Maret 2016
4
KAJIAN LITERATUR
b. Jaringan
Relokasi bukan hanya suatu
sosial
merupakan
informal
bagian
dari
sistem
kehidupan
sehari-
proses pemindahan orang-orang dari
pemeliharaan
suatu
hari menjadi rusak,
lokasi,
akan
tetapi
juga
memindahkan perilaku dan identitas
dari
pedagang
tersebut.
c. Organisasi
yang
setempat
dan
Dampak
perkumpulan formal dan informal
lingkungan sosial adalah perubahan
lenyap karena berubahnya anggota
dalam kondisi kehidupan orang-orang
mereka. Masyarakat dan otoritas
yang terjadi bersama dengan suatu
tradisional
kebijakan yang baru, program atau
pemimpin mereka,
proyek.
dapat
kehilangan
Menurut Wet (2002), hasil yang
Permasalahan inti dari relokasi
diharapkan
dari
proses
relokasi
adalah kehilangan masyarakat atas
adalah agar kondisi masyarakat yang
mata pencaharian serta penurunan
direlokasi menjadi lebih baik dari
kemampuan potensial mereka akibat
kondisi
dari
Kondisi yang
pemindahan
tersebut.
Ketika
pedagang
terpaksa
untuk
suatu
sebelum
meliputi:
terjadi
lebih
relokasi.
baik
tingkat
tersebut
pendapatan,
pindah maka sistem produksi yang
keberagaman
sudah
status dan jaminan di lokasi yang
ada
menjadi
berkurang.
sumber
pendapatan,
Banyak aset pendapatan yang hilang
baru,
seperti hilangnya pelanggan karena
infrastruktur dasar. Ada 5 kategori
berpindahnya
nilai-nilai
tempat
dagang,
akses
terhadap
yang
pelayanan
didapatkan
oleh
adaptasi terhadap pesaing baru, dan
pedagang yang direlokasi, antara lain:
berkutat
a. Kemakmuran
pada
peraturan-peraturan
baru.
berisikan
Selain hal itu, kita dapat melihat
(wealth)
banyak
yang
faktor
yang
berkaitan dengan capaian ekonom
dampak negatif lain yang mungkin
individu.
timbul bagi pedagang yang direlokasi,
terdapat dalam berbagai bentuk,
antara lain :
antara lain upah yang lebih tinggi,
a. Kehidupan
tersebut
dapat
pendapatan yang lebih baik, biaya
terkena akibat atau dampak yang
hidup yang rendah, retribusi yang
mengakibatkan penderitaan. Mata
efisien, stabilitas perdagangan,
rantai
pedagang
faktor-faktor
antara
produsen
konsumen dapat terputus,
dan
b. Kenyamanan
dilihat
(comfort),
sebagai
tujuan
dapat
untuk
mencapai kondisi hidup maupun
Jurnal Ekuilibrium, Volume 11, Nomor 1, Maret 2016
5
yang lebih nyaman, termasuk di
HIPOTESIS
dalamnya adalah tempat dagang
Salah satu konsep peningkatan
yang lebih baik, lingkungan tempat
dan pengembangan sektor informal
dagang
yang
teman
yang
kerja
menyenangkan,
yang
lebih
baik,
keadaan tempat yang lebih sehat,
c. Stimulasi,
berkaitan
kegiatan
yang
dengan
menyenangkan,
dilakukan
oleh
pemerintah
daerah di Kabupaten Banyumas ialah
program
relokasi
PKL.
Relokasi
pedagang pada hakikatnya bertujuan
untuk
memberikan
suasana
yang
seperti adanya paguyuban baru
lebih nyaman kepada para pedagang
dan membentuk berbagai kegiatan
walaupun harus mengeluarkan biaya
seperti rekreasi dimana sebagai
retribusi
bentuk kegiatan yang yang dapat
dibandingkan
mengurangi
sebelumnya. Dengan biaya retribusi
kejenuhan
memperoleh
dan
pengalaman-
dengan
pada
dalam
orang
hubungannya
besar
berjualan
lokasi
pedagang
mengacu
seseorang
lebih
tersebut,
pengalaman baru,
d. Afiliasi,
yang
juga
sudah
nilai
mendapatkan keamanan yang lebih
berinteraksi
baik. Pada sisi lingkungan sosial,
lain.
Dalam
dengan
relokasi
pedagang diharapkan dapat merasa
lebih
aman,
bersih
mudah
dan
tersebut. Berafiliasi dengan pihak
pencahayaan
lain dapat pula menjadi faktor yang
karena itu, dapat dijabarkan dalam
menfasilitasi
bentuk hipotesis, bahwa :
pencapaian
tujuan
personal dalam migrasi,
keyakinan
yang
sosial
pedagang
sesudah
maupun
buruk,
seperti
norma
Pratistha Harsa.
agama.
Nilai
moral
dapat
perilaku
masyarakat,
pengaruh
seseorang
tergantung
komitmen dari individu.
Oleh
persepsi dari aspek lingkungan
menentukan cara hidup yang baik
memberikan
terang.
1) Ho : Tidak Terdapat perbedaan
e. Moralitas, terkait dengan nilai serta
sistem
lebih
terhadap
maupun
tingkat
relokasi
sebelum
ke
dan
kawasan
2) Ha : Terdapat perbedaan persepsi
dari
aspek
lingkungan
sosial
pedagang sebelum dan sesudah
relokasi
ke
kawasan
Pratistha
Harsa.
Jurnal Ekuilibrium, Volume 11, Nomor 1, Maret 2016
6
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini
menggunakan
metode survei. Data yang digunakan
dalam
penelitian
ini adalah
data
primer (wawancara dan kuesioner)
dan sekunder (menelaah catatan,
referensi maupun data yang terkait
dengan
menganalisis
kebersihan,
penelitian).
Peneliti
persepsi
keamanan,
penerangan
dan
Tabel 1: Analisis Wilcoxon Pada
Lingkungan Sosial Pedagang Kuliner
Pratistha Harsa
No
Variabel
1
2
3
4
Keamanan
Kebersihan
Penerangan
Kemudahan
Zvalue
4,918
5,501
5,449
5,209
Sumber : data primer, diolah.
Dari
Tabel Analisis Wilcoxon
Pada Lingkungan Sosial Pedagang
kemudahan terhadap para pedagang
Kuliner
di Pratistha Harsa antara sebelum
dapat
dan sesudah relokasi. Analisis data
kenaikan
yang digunakan dalam penelitian ini
pedagang
ialah analisis Wilxocon.
kebersihan,
Pratistha Harsa
disimpulkan
rata-rata
bahwa
dari
tentang
terjadi
persepsi
keamanan,
penerangan
kemudahan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Rata-rata
Sebelum Sesudah
5,63
7,35
5,75
8,00
6,15
7,70
5,80
7,93
antara
dan
sebelum
dan
sesudah relokasi. Berdasarkan hasil
Salah satu alasan pemerintah
dari perhitungan Wilcoxon Signed
Kabupaten Banyumas mengadakan
Rank Test, maka nilai Z yang didapat
relokasi ialah memberikan keamanan,
pada variabel keamanan, kebersihan,
kebersihan,
dan
penerangan dan kemudahan bernilai
kemudahan yang lebih baik bagi para
positif dengan Probability of Error
pedagang. Hal itulah yang menjadi
sebesar 0,000 di mana kurang dari
salah satu alasan pedagang informal
batas
tidak menolak ketika direlokasi ke
sehingga keputusan hipotesis adalah
Pratistha Harsa. Hasil uji Wilcoxon
menerima
pada
terdapat
penerangan
keamanan,
kebersihan,
kritis
penelitian
Ha
atau
yaitu
yang
perbedaan
0,05
berarti
persepsi
penerangan dan kemudahan dengan
keamanan, kebersihan, penerangan
metode SPSS dapat dijabarkan pada
dan kemudahan dari pedagang antara
Tabel 1.
sebelum
relokasi
dan
sesudah
relokasi.
Jurnal Ekuilibrium, Volume 11, Nomor 1, Maret 2016
7
dilaksanakan
Pembahasan
Pada pinsipnya, sektor informal
merupakan katup pengaman bagi
masyarakat
yang
tidak
memiliki
kemampuan untuk masuk kedalam
untuk
mencari
pendapatan
bagi
masyarakat yang tidak dapat masuk
kedalam
sektor
formal
dan
juga
sebagai penopang untuk kehidupan
masyarakat, namun pedagang kaki
lima
sering
menggunakan
ruang
publik, yang seharusnya bukan untuk
berjualan tetapi
melakukan
digunakan
aktivitas
untuk
perdagangan.
Para penguna jalan juga dirugikan
dengan menyempitnya ruas jalan,
sehingga
lalu
terhambat
bergerak
lintas
karena
dan
menjadi
tidak
pada
leluasa
akhirnya
kemacetan tidak dapat dihindari.
Sebagai
bentuk
komitmen
Kabupaten
Banyumas,
mengaplikasikan
peraturan
pemerintah
dan
daerah Kabupaten Banyumas No 4
tahun 2011 Tentang Penataan Dan
Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima.
Dibuatlah sebuah langkah nyata yaitu
adanya relokasi pedagang kaki lima
dimana salah satu tempatnya ialah
Pratistha Harsa. Relokasi pada suatu
setelah
dilaksanakan relokasi. Penelitian ini
dilakukan karena ketertarikan peneliti
mengenai
dampak
relokasi
pada
lingkungan sosial.
Dengan adanya relokasi dan
sektor formal. Sektor informal seperti
pedagang kaki lima menjadi lahan
maupun
peningkatan
sarana,
berpengaruh
terhadap
Pratistha
Harsa
hal
ini
fasilitas
yang
dinikmati
pedagang menjadi lebih baik, seperti
adanya los untuk tempat berjualan
pedagang,
penerangan,
keamanan
untuk
dagangan
seksi
mengamankan
pedagang,
akses
jalan
untuk memudahkan pedagang dalam
menjangkau Pratistha Harsa serta
adanya seksi kebersihan untuk tetap
menjaga kebersihan Pratistha Hasa.
Karena itulah, pedagang merasa lebih
aman, bersih, terang dan mudah saat
sesudah relokasi. Hal ini mendukung
penelitian Heriyanto (2012) tentang
dampak
sosial
pedagang
kaki
ekonomi
lima
relokasi
di
kawasan
Simpanglima dan jalan pahlawan Kota
Semarang, bahwa dengan adanya
relokasi, akan berdampak positif pada
segi
sosial
meningkatkan
dan
ekonomi
hubungan
serta
sosial
diantara pedagang.
KESIMPULAN
Setelah
dilakukan
penelitian
daerah selalu memberikan tantangan
pada sisi persepsi lingkungan sosial
bagi pemerintah maupun pedagang
pedagang yang diukur dari kemanan,
yang hendak direlokasi baik sebelum
kebersihan,
Jurnal Ekuilibrium, Volume 11, Nomor 1, Maret 2016
kemudahan
dan
8
penerangan
terdapat
kenaikan
setelah relokasi ke Pratistha Harsa.
Pedagang merasa lebih aman, lebih
mudah, lebih terang, dan lebih bersih.
Hal ini akan lebih baik lagi apabila
tercipta
pemerintah
kerjasama
untuk
dengan
mengadakan
pelatihan dalam hal mengembangkan
kemampuan pedagang dengan tema
pelatihan penjualan, penganggaran,
pelatihan
makanan
pembuatan
yang
Prasetyo,
Priyo.
2008.
Pengembangan
Strategi
Pemasaran
Rumah
Sakit
Berdasarkan Analisis SWOT
dan Matrik QSP (Studi Kasus di
RSU
PKU
Muhammadiyah
Merden Banjarnegara). Tesis.
Purwokerto:
Universitas
Jenderal Soedirman.
inovatif
Riduwan. 2010. Belajar Mudah
Penelitian
Untuk
Guru,
Karyawan dan Peneliti Pemula.
Bandung : CV. ALFABETA.
produk
dan
sebagainya. Dengan begitu pedagang
dapat tetap menyesuaikan diri dengan
perubahan lingkungan, sesuai dengan
apa yang diinginkan masyarakat atau
konsumen yang datang.
DAFTAR PUSTAKA
De Wet, Chris. 2002.The Experience
with Dams and Resettlement
in Africa. World Commission
on Dams. South Africa :
Cape Town.
Dinperindagkop
Kabupaten
Banyumas
2015.
Data
Pedagang Pratistha Harsa.
Arsip
Daerah:
Tidak
Dipublikasikan.
Heriyanto, Aji Wahyu. 2012. Dampak
Sosial
Ekonomi
Relokasi
Pedagang
Kaki
Lima
Di
Kawasan Simpang Lima Dan
Jalan
Pahlawan
Kota
Semarang.
Economics
Development Analysis Journal :
Vol.1, No.2.
Jurnal Ekuilibrium, Volume 11, Nomor 1, Maret 2016
9
KAKI LIMA DI PUSAT KULINER PRATISTHA HARSA PURWOKERTO
Rochmat Aldy Purnomo1
1
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Ponorogo
rochmataldy93@gmail.com
ABSTRACT
This study aimed to analyze aspects of the social environment of street vendors
between before and after relocating to Pratistha Harsa. Collecting data using the
techniques of interview, observation and literature. The respondents were selected
is Pratistha Harsa Chief Manager, Chairman of the Society Pratistha Harsha, traders
culinary Pratistha Harsa. The population of merchants who relocated to Pratistha
Harsa number of 65 traders and a sample of 40 traders. Selection of the sample
using simple random sampling. This study uses Wilxocon analysis test. The results
showed that an increase in the average of the perception of traders about the safety,
cleanliness, lighting and ease of relocation time before and after the relocation.
Keyword: five feets relocation, informal sector, pratistha harsa.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis aspek lingkungan sosial dari pedagang
kaki lima antara sebelum dan sesudah relokasi ke Pratistha Harsa. Pengumpulan
data menggunakan teknik wawancara, observasi dan studi pustaka. Adapun
responden yang dipilih yaitu Kepala Pengelola Pratistha Harsa, Ketua Paguyuban
Pratistha Harsa, pedagang kuliner Pratistha Harsa. Populasi pedagang yang
direlokasi ke Pratistha Harsa sejumlah 65 orang pedagang dan sampel sebanyak 40
pedagang. Pemilihan sampel menggunakan simple random sampling. Penelitian ini
menggunakan analisis Wilxocon test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi
kenaikan rata-rata dari persepsi pedagang tentang keamanan, kebersihan,
penerangan dan kemudahan saat sebelum relokasi dan sesudah relokasi.
Kata Kunci : relokasi pedagang kaki lima, sektor informal, pratistha harsa
PENDAHULUAN
Statistik (BPS) mendefinisikan bahwa
Rencana tata ruang wilayah erat
kaitannya
dengan
sektor informal adalah unit usaha
pembangunan
berskala kecil yang menghasilkan dan
daerah yang mencakup seluruh sektor
mendistribusikan barang dan jasa
suatu daerah dan memiliki potensi
dengan tujuan utama menciptakan
untuk dibangun, baik itu sektor formal
kesempatan kerja dan penghasilan
maupun
bagi dirinya sendiri, meskipun mereka
informal.
Badan
Pusat
Jurnal Ekuilibrium, Volume 11, Nomor 1, Maret 2016
1
menghadapi
maupun
kendala
baik
sumberdaya
modal
fisik
dan
memakan
ruas
jalan
mengelarkan
dalam
dagangannya,
manusia. Sektor informal merupakan
khususnya di Kota Purwokerto. Hal
urat nadi kehidupan ekonomi jutaan
ini terjadi karena pedagang kaki lima
rakyat kecil, terutama di kota. Oleh
sering menggunakan ruang publik,
karena itu, sektor ini bukan saja
yang
sumber
berjualan tetapi
mata
pencaharian
yang
seharusnya
bukan
untuk
digunakan untuk
menyangkut rakyat miskin tetapi juga
melakukan
memberikan
untuk
Para penguna jalan juga dirugikan
bagi
dengan menyempitnya ruas jalan,
kesempatan
menciptakan
lapangan
kerja
mereka yang tidak memiliki pekerjaan
sehingga
formal. Dengan demikian, sektor ini
terhambat
mempunyai peranan
bergerak
yang
sangat
aktivitas
lalu
perdagangan.
lintas
karena
dan
menjadi
tidak
leluasa
pada
akhirnya
dapat
dihindari
strategis dalam upaya meningkatkan
kemacetan
pendapatan rakyat kecil.
(pengamatan peneliti, 13 April 2015).
Pedagang kaki lima merupakan
sebuah
fenomena
yang
tidak
terpisahkan
dari perekonomian
Indonesia.
Sebagian
dari
di
para
tidak
Permasalahan pedagang kaki
lima
merupakan
permasalahan
prioritas
suatu
di
Kota
Purwokerto. Pertumbuhan pedagang
pedagang kaki lima melaksanakan
kaki
pekerjaannya sesudah jam kerja (ada
semakin pesat dan tidak terkendali.
yang
Jumlah pedagang kaki lima di seluruh
pagi
pegawai,
hari
ada
bekerja
yang
sebagai
bekerja
lima
dari
tahun ketahun
di
kota Purwokerto pada tahun 2009
lingkungan perusahaan swasta) atau
hanya terdapat 769 PKL, dan tahun
pada waktu senggang. Ada yang
2014 meningkat menjadi 998 PKL.
melaksanakan
Meskipun
aktivitas
sebagai
sudah
dilakukan
pedagang kaki lima untuk mencapai
penertiban
pendapatan tambahan, tetapi ada
membuat pedagang kaki lima yang
pula
berdagang
yang
mengandalkan
hidup
mereka pada kegiatan tersebut.
berkurang
Seiring berjalannya waktu para
pedagang kaki lima ini tetap ada
tapi
hal
ini
tidak
di sepanjang bahu jalan
secara
(Dinperindagkop
signifikan
Kabupaten
Banyumas, 2015).
hingga sekarang. Para pedagang ini
Saat ini Pemerintah Kabupaten
dianggap menganggu para penguna
Banyumas sudah membuat peraturan
jalan
untuk mengatur pedagang kaki lima,
karena
pedagang
telah
Jurnal Ekuilibrium, Volume 11, Nomor 1, Maret 2016
2
yaitu Peraturan Daerah Kabupaten
Banyumas Nomor 4 Tahun 2011
Tentang
Penataan
Pada Pasal 6 berbunyi :
orang
melaksanakan
dilarang
kegiatan PKL di
ruang milik publik, kecuali pada
lokasi yang ditetapkan oleh Bupati;
2. Pada
lokasi
sebagaimana
ayat
(1),
kegiatan
PKL
dimaksud
pada
Bupati menetapkan
waktu, ukuran dan bentuk sarana
PKL
dalam
melaksanakan
kegiatannya;
3. Bupati dalam menetapkan lokasi
kegiatan
PKL
dimaksud
sebagaimana
pada
ayat
(1),
memberitahukan kepada Pimpinan
DPRD dan akan memperhatikan
saran dan masukan dari Pimpinan
DPRD.
Salah satu upaya pemerintah
untuk memberikan fasilitas kepada
PKL
ialah
menerapkan
kebijakan
tentang relokasi atau penempatan
yang
tepat
lima
untuk pedagang
yaitu,
dengan
kaki
cara
menyediakan lahan strategis untuk
pemasaran barang dagangan para
pedagang
kaki
lima
tersebut.
Dalam hal ini kepentingan pedagang
kaki
lima
dapat
tentunya
terpenuhi
pemerintah
dan
dapat
mempertimbangkan juga bahwa lahan
tersebut tidak menganggu ketertiban
dan
kenyamanan
kota
sehingga
diharapkan kepentingan pemerintah
dan pedagang
kaki
terpenuhi sehingga
lima dapat
dapat tercipta
suatu format penyelesaian kebijakan
yang berarti kebersihan, keindahan
Kebijakan
menjadi
pemberdayaan PKL.
Dan
Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima.
1. Setiap
3. Memperoleh fasilitas dalam rangka
dasar
tersebut
dapat
dan kerapihan kota dapat terwujud,
hukum
dalam
kesejahteraan rakyat pedagang kaki
pengaturan,
penataan,
pemberdayaan,
pengawasan
pembinaan
kegiatan
PKL.
Sebagai wujud dari komitmen
dan
Pada
Pemerintah
untuk
Pasal 4, setiap PKL berhak :
1. Melaksanakan
lima pun dapat terwujud.
kegiatan
PKL
Kabupaten
Banyumas
mengembangkan
meningkatkan
sesuai dengan Surat Penempatan
pelaku
PKL;
Banyumas
kesejahteraan
pedagang
informal
khususnya
dan
para
di
Kota
dalam
Purwokerto, dan agar lebih bergairah
rangka mengembangkan kegiatan
dalam berusaha dan meningkatkan
PKL
produksinya
2. Memperoleh
pembinaan
menjadi
kegiatan
perekonomian sektor formal;
menambah
Jurnal Ekuilibrium, Volume 11, Nomor 1, Maret 2016
sehingga
pendapatannya,
akan
maka
3
pemerintah membuat strategi relokasi
dan
pedagang.
pedagang.
Salah
satunya
ialah
relokasi para pedagang informal dari
meningkatkan
kesejahteraan
Pratistha Harsa juga merupakan
beberapa tempat seperti alun-alun
salah
Purwokerto, trotoar Pereng dan Jalan
strategis, karena berada di pusat kota.
Jenderal
Para pedagang yang berjualan di
Soedirman
ke
Pratistha
Harsa.
satu
tempat
yang
sangat
tempat tersebut dapat memasarkan
Pratistha
Harsa terletak
di
produknya
dengan
lebih
optimis.
sebelah barat alun-alun Purwokerto,
Namun, terdapat persaingan antar
kurang lebih 100 meter dari alun-alun.
pusat kuliner di Kota Purwokerto. Hal
Pada
Drs.
ini mengakibatkan adanya persaingan
Mardjoko, M.M. periode 2008-2013.
antar pusat kuliner, dan Pratistha
Pratistha
Harsa
pemerintahan
Harsa
Bupati
didirikan
untuk
membutuhkan
strategi
mengganti sementara para penjual
pengembangan agar semakin dikenal
makanan yang berada di alun-alun
masyarakat
Purwokerto,
renovasi
sekitarnya.
jangka panjang alun-alun pada tahun
Pada
karena
ada
Purwokerto
dasarnya
dan
kegiatan
2009. Namun pada pemerintahan Ir.
relokasi memiliki dampak positif dan
Achmad
negatif baik dilihat dari sisi lingkungan
Husein,
Pratistha
tahun
Harsa
dikembangkan
2013,
semakin
dengan
menambah
sosial
yaitu
persepsi
kebersihan,
keamanan,
penerangan
dan
bangunan baru untuk produk UKM.
kemudahan terhadap para pedagang
Pada tahun 2014, Bupati Banyumas
di Pratistha Harsa dan juga bagi
secara
peraturan
pelaku ekonomi lainnya (konsumen
tentang
dan pemerintah). Mengingat berbagai
resmi
Bupati
Banyumas
Pengelolaan
Kuliner
membuat
Pusat
Usaha
Produk
Kecil
dan
Menengah
Pratistha Harsa.
kemungkinan dampak yang dapat
ditimbulkan
dari kegiatan
relokasi
pedagang di Pratistha Harsa, maka
Relokasi pedagang ke Pratistha
peneliti
tertarik
untuk
melakukan
Harsa memiliki tujuan diantaranya
penelitian Dampak Relokasi Terhadap
dapat
Lingkungan Sosial Pedagang Kaki
meningkatkan
pelayanan
diharapkan
pedagang.
dapat
kualitas
Selain
itu,
membantu
Lima Di Pusat Kuliner Pratistha Harsa
Purwokerto.
pedagang di Pratistha Harsa agar
dapat
mengembangkan
usahanya
Jurnal Ekuilibrium, Volume 11, Nomor 1, Maret 2016
4
KAJIAN LITERATUR
b. Jaringan
Relokasi bukan hanya suatu
sosial
merupakan
informal
bagian
dari
sistem
kehidupan
sehari-
proses pemindahan orang-orang dari
pemeliharaan
suatu
hari menjadi rusak,
lokasi,
akan
tetapi
juga
memindahkan perilaku dan identitas
dari
pedagang
tersebut.
c. Organisasi
yang
setempat
dan
Dampak
perkumpulan formal dan informal
lingkungan sosial adalah perubahan
lenyap karena berubahnya anggota
dalam kondisi kehidupan orang-orang
mereka. Masyarakat dan otoritas
yang terjadi bersama dengan suatu
tradisional
kebijakan yang baru, program atau
pemimpin mereka,
proyek.
dapat
kehilangan
Menurut Wet (2002), hasil yang
Permasalahan inti dari relokasi
diharapkan
dari
proses
relokasi
adalah kehilangan masyarakat atas
adalah agar kondisi masyarakat yang
mata pencaharian serta penurunan
direlokasi menjadi lebih baik dari
kemampuan potensial mereka akibat
kondisi
dari
Kondisi yang
pemindahan
tersebut.
Ketika
pedagang
terpaksa
untuk
suatu
sebelum
meliputi:
terjadi
lebih
relokasi.
baik
tingkat
tersebut
pendapatan,
pindah maka sistem produksi yang
keberagaman
sudah
status dan jaminan di lokasi yang
ada
menjadi
berkurang.
sumber
pendapatan,
Banyak aset pendapatan yang hilang
baru,
seperti hilangnya pelanggan karena
infrastruktur dasar. Ada 5 kategori
berpindahnya
nilai-nilai
tempat
dagang,
akses
terhadap
yang
pelayanan
didapatkan
oleh
adaptasi terhadap pesaing baru, dan
pedagang yang direlokasi, antara lain:
berkutat
a. Kemakmuran
pada
peraturan-peraturan
baru.
berisikan
Selain hal itu, kita dapat melihat
(wealth)
banyak
yang
faktor
yang
berkaitan dengan capaian ekonom
dampak negatif lain yang mungkin
individu.
timbul bagi pedagang yang direlokasi,
terdapat dalam berbagai bentuk,
antara lain :
antara lain upah yang lebih tinggi,
a. Kehidupan
tersebut
dapat
pendapatan yang lebih baik, biaya
terkena akibat atau dampak yang
hidup yang rendah, retribusi yang
mengakibatkan penderitaan. Mata
efisien, stabilitas perdagangan,
rantai
pedagang
faktor-faktor
antara
produsen
konsumen dapat terputus,
dan
b. Kenyamanan
dilihat
(comfort),
sebagai
tujuan
dapat
untuk
mencapai kondisi hidup maupun
Jurnal Ekuilibrium, Volume 11, Nomor 1, Maret 2016
5
yang lebih nyaman, termasuk di
HIPOTESIS
dalamnya adalah tempat dagang
Salah satu konsep peningkatan
yang lebih baik, lingkungan tempat
dan pengembangan sektor informal
dagang
yang
teman
yang
kerja
menyenangkan,
yang
lebih
baik,
keadaan tempat yang lebih sehat,
c. Stimulasi,
berkaitan
kegiatan
yang
dengan
menyenangkan,
dilakukan
oleh
pemerintah
daerah di Kabupaten Banyumas ialah
program
relokasi
PKL.
Relokasi
pedagang pada hakikatnya bertujuan
untuk
memberikan
suasana
yang
seperti adanya paguyuban baru
lebih nyaman kepada para pedagang
dan membentuk berbagai kegiatan
walaupun harus mengeluarkan biaya
seperti rekreasi dimana sebagai
retribusi
bentuk kegiatan yang yang dapat
dibandingkan
mengurangi
sebelumnya. Dengan biaya retribusi
kejenuhan
memperoleh
dan
pengalaman-
dengan
pada
dalam
orang
hubungannya
besar
berjualan
lokasi
pedagang
mengacu
seseorang
lebih
tersebut,
pengalaman baru,
d. Afiliasi,
yang
juga
sudah
nilai
mendapatkan keamanan yang lebih
berinteraksi
baik. Pada sisi lingkungan sosial,
lain.
Dalam
dengan
relokasi
pedagang diharapkan dapat merasa
lebih
aman,
bersih
mudah
dan
tersebut. Berafiliasi dengan pihak
pencahayaan
lain dapat pula menjadi faktor yang
karena itu, dapat dijabarkan dalam
menfasilitasi
bentuk hipotesis, bahwa :
pencapaian
tujuan
personal dalam migrasi,
keyakinan
yang
sosial
pedagang
sesudah
maupun
buruk,
seperti
norma
Pratistha Harsa.
agama.
Nilai
moral
dapat
perilaku
masyarakat,
pengaruh
seseorang
tergantung
komitmen dari individu.
Oleh
persepsi dari aspek lingkungan
menentukan cara hidup yang baik
memberikan
terang.
1) Ho : Tidak Terdapat perbedaan
e. Moralitas, terkait dengan nilai serta
sistem
lebih
terhadap
maupun
tingkat
relokasi
sebelum
ke
dan
kawasan
2) Ha : Terdapat perbedaan persepsi
dari
aspek
lingkungan
sosial
pedagang sebelum dan sesudah
relokasi
ke
kawasan
Pratistha
Harsa.
Jurnal Ekuilibrium, Volume 11, Nomor 1, Maret 2016
6
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini
menggunakan
metode survei. Data yang digunakan
dalam
penelitian
ini adalah
data
primer (wawancara dan kuesioner)
dan sekunder (menelaah catatan,
referensi maupun data yang terkait
dengan
menganalisis
kebersihan,
penelitian).
Peneliti
persepsi
keamanan,
penerangan
dan
Tabel 1: Analisis Wilcoxon Pada
Lingkungan Sosial Pedagang Kuliner
Pratistha Harsa
No
Variabel
1
2
3
4
Keamanan
Kebersihan
Penerangan
Kemudahan
Zvalue
4,918
5,501
5,449
5,209
Sumber : data primer, diolah.
Dari
Tabel Analisis Wilcoxon
Pada Lingkungan Sosial Pedagang
kemudahan terhadap para pedagang
Kuliner
di Pratistha Harsa antara sebelum
dapat
dan sesudah relokasi. Analisis data
kenaikan
yang digunakan dalam penelitian ini
pedagang
ialah analisis Wilxocon.
kebersihan,
Pratistha Harsa
disimpulkan
rata-rata
bahwa
dari
tentang
terjadi
persepsi
keamanan,
penerangan
kemudahan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Rata-rata
Sebelum Sesudah
5,63
7,35
5,75
8,00
6,15
7,70
5,80
7,93
antara
dan
sebelum
dan
sesudah relokasi. Berdasarkan hasil
Salah satu alasan pemerintah
dari perhitungan Wilcoxon Signed
Kabupaten Banyumas mengadakan
Rank Test, maka nilai Z yang didapat
relokasi ialah memberikan keamanan,
pada variabel keamanan, kebersihan,
kebersihan,
dan
penerangan dan kemudahan bernilai
kemudahan yang lebih baik bagi para
positif dengan Probability of Error
pedagang. Hal itulah yang menjadi
sebesar 0,000 di mana kurang dari
salah satu alasan pedagang informal
batas
tidak menolak ketika direlokasi ke
sehingga keputusan hipotesis adalah
Pratistha Harsa. Hasil uji Wilcoxon
menerima
pada
terdapat
penerangan
keamanan,
kebersihan,
kritis
penelitian
Ha
atau
yaitu
yang
perbedaan
0,05
berarti
persepsi
penerangan dan kemudahan dengan
keamanan, kebersihan, penerangan
metode SPSS dapat dijabarkan pada
dan kemudahan dari pedagang antara
Tabel 1.
sebelum
relokasi
dan
sesudah
relokasi.
Jurnal Ekuilibrium, Volume 11, Nomor 1, Maret 2016
7
dilaksanakan
Pembahasan
Pada pinsipnya, sektor informal
merupakan katup pengaman bagi
masyarakat
yang
tidak
memiliki
kemampuan untuk masuk kedalam
untuk
mencari
pendapatan
bagi
masyarakat yang tidak dapat masuk
kedalam
sektor
formal
dan
juga
sebagai penopang untuk kehidupan
masyarakat, namun pedagang kaki
lima
sering
menggunakan
ruang
publik, yang seharusnya bukan untuk
berjualan tetapi
melakukan
digunakan
aktivitas
untuk
perdagangan.
Para penguna jalan juga dirugikan
dengan menyempitnya ruas jalan,
sehingga
lalu
terhambat
bergerak
lintas
karena
dan
menjadi
tidak
pada
leluasa
akhirnya
kemacetan tidak dapat dihindari.
Sebagai
bentuk
komitmen
Kabupaten
Banyumas,
mengaplikasikan
peraturan
pemerintah
dan
daerah Kabupaten Banyumas No 4
tahun 2011 Tentang Penataan Dan
Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima.
Dibuatlah sebuah langkah nyata yaitu
adanya relokasi pedagang kaki lima
dimana salah satu tempatnya ialah
Pratistha Harsa. Relokasi pada suatu
setelah
dilaksanakan relokasi. Penelitian ini
dilakukan karena ketertarikan peneliti
mengenai
dampak
relokasi
pada
lingkungan sosial.
Dengan adanya relokasi dan
sektor formal. Sektor informal seperti
pedagang kaki lima menjadi lahan
maupun
peningkatan
sarana,
berpengaruh
terhadap
Pratistha
Harsa
hal
ini
fasilitas
yang
dinikmati
pedagang menjadi lebih baik, seperti
adanya los untuk tempat berjualan
pedagang,
penerangan,
keamanan
untuk
dagangan
seksi
mengamankan
pedagang,
akses
jalan
untuk memudahkan pedagang dalam
menjangkau Pratistha Harsa serta
adanya seksi kebersihan untuk tetap
menjaga kebersihan Pratistha Hasa.
Karena itulah, pedagang merasa lebih
aman, bersih, terang dan mudah saat
sesudah relokasi. Hal ini mendukung
penelitian Heriyanto (2012) tentang
dampak
sosial
pedagang
kaki
ekonomi
lima
relokasi
di
kawasan
Simpanglima dan jalan pahlawan Kota
Semarang, bahwa dengan adanya
relokasi, akan berdampak positif pada
segi
sosial
meningkatkan
dan
ekonomi
hubungan
serta
sosial
diantara pedagang.
KESIMPULAN
Setelah
dilakukan
penelitian
daerah selalu memberikan tantangan
pada sisi persepsi lingkungan sosial
bagi pemerintah maupun pedagang
pedagang yang diukur dari kemanan,
yang hendak direlokasi baik sebelum
kebersihan,
Jurnal Ekuilibrium, Volume 11, Nomor 1, Maret 2016
kemudahan
dan
8
penerangan
terdapat
kenaikan
setelah relokasi ke Pratistha Harsa.
Pedagang merasa lebih aman, lebih
mudah, lebih terang, dan lebih bersih.
Hal ini akan lebih baik lagi apabila
tercipta
pemerintah
kerjasama
untuk
dengan
mengadakan
pelatihan dalam hal mengembangkan
kemampuan pedagang dengan tema
pelatihan penjualan, penganggaran,
pelatihan
makanan
pembuatan
yang
Prasetyo,
Priyo.
2008.
Pengembangan
Strategi
Pemasaran
Rumah
Sakit
Berdasarkan Analisis SWOT
dan Matrik QSP (Studi Kasus di
RSU
PKU
Muhammadiyah
Merden Banjarnegara). Tesis.
Purwokerto:
Universitas
Jenderal Soedirman.
inovatif
Riduwan. 2010. Belajar Mudah
Penelitian
Untuk
Guru,
Karyawan dan Peneliti Pemula.
Bandung : CV. ALFABETA.
produk
dan
sebagainya. Dengan begitu pedagang
dapat tetap menyesuaikan diri dengan
perubahan lingkungan, sesuai dengan
apa yang diinginkan masyarakat atau
konsumen yang datang.
DAFTAR PUSTAKA
De Wet, Chris. 2002.The Experience
with Dams and Resettlement
in Africa. World Commission
on Dams. South Africa :
Cape Town.
Dinperindagkop
Kabupaten
Banyumas
2015.
Data
Pedagang Pratistha Harsa.
Arsip
Daerah:
Tidak
Dipublikasikan.
Heriyanto, Aji Wahyu. 2012. Dampak
Sosial
Ekonomi
Relokasi
Pedagang
Kaki
Lima
Di
Kawasan Simpang Lima Dan
Jalan
Pahlawan
Kota
Semarang.
Economics
Development Analysis Journal :
Vol.1, No.2.
Jurnal Ekuilibrium, Volume 11, Nomor 1, Maret 2016
9