2014 waktu tanam.pdf 2014 waktu tanam.pdf

Hasibuan, et al.
Pengendalian Gulma Tanpa Bahan Kimia...

JURNAL AGROQUA
Vol. 12 No. 2, Desember 2014

PENGENDALIAN GULMA TANPA BAHAN KIMIA DENGAN MODIFIKASI
POLA PENANAMAN DAN PENGATURAN WAKTU TANAM
TANAMAN JAGUNG
(No-Chemical Weed Controlling by Using Crop Planting Patterns and
Sowing Days of Corn)
Ikhsan Hasibuan, Eka Suzanna dan Andri Syaputra
Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Prof. Dr. Hazairin, SH Bengkulu
Koresponden: Ikhsanhasibuan.org@gmail.com
ABSTRACT
Traditionally, corns are growth in row planting pattern, However, this pattern accidentally
gives free space for weeds to growth between rows. In addition, the pattern also increases
intra specific competition among corn plants. To solve this problems, the row planting
pattern could be modified to square planting pattern. This research aimed to evaluate the
effectiveness of square planting pattern and corn sowing days on weed suppression and
corn yield. A split plot research was design to reach the aim. The main result of this

research showed that the square planting pattern reduced weed biomass to 15% at 30 days
after planting (DAP) and 27% at DAP relative to the row one. So that the corn yield in
square planting pattern increased by 14% compared to the other pattern. Sowing corn seed
at 0 days after soil cultivation (DASC) successfully controlled weeds by 44% compared to
sowing at 15 DASC. The highest corn yield 12,29 ton per hectar was reached at 5 DASC or
35% higher than at 15 DASC.
Keywords: planting pattern, square, row, sowing time, corn, weed.
ABSTRAK
Penanaman jagung dengan pola penanaman barisan secara tidak sengaja telah memberikan
ruang tumbuh yang cukup luas bagi gulma diantara barisan tanaman. Selain itu pola ini
juga menyebabkan kompetisi sesama tanaman jagung menjadi tinggi karena jarak yang
dekat antar sesama tanaman dalam barisan. Pola penanaman segiempat diyakini bisa
mengatasi kelemahan tersebut. Disamping itu mengatur waktu tanam juga dipercaya akan
meningkatkan efektifitas pola penanaman segiempat dalam mengendalikan gulma.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat kemampuan pola penanaman segiempat dan waktu
tanam dalam mengendalikan gulma dan meningkatkan produksi tanaman. Untuk itu,
rancangan split plot dan uji lanjut DMRT telah digunakan untuk mengevaluasi kedua faktor
tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pola penanaman segiempat mampu menekan
biomassa gulma sebesar 15% pada 30 HST dan 27% pada saat panen dibandingkan dengan
pola penanaman barisan. Akibatnya, pola penanaman segi empat meningkatkan produksi

jagung 14% lebih tinggi dibanding pola penanaman barisan. Selanjutnya, waktu penanaman
O HSOT mampu mengendalikan gulma sebesar 44% dibanding waktu penanaman 15
HSOT. Selain itu, waktu penanaman 5 HSOT memberikan produksi jagung tertinggi yaitu
12,29 ton per hektar atau 35% lebih tinggi dibanding penanaman pada 15 HSOT.
Kata kunci: Pola penanaman, segiempat, barisan, waktu penanaman. Jagung, gulma

54

Hasibuan, et al.
Pengendalian Gulma Tanpa Bahan Kimia...

PENDAHULUAN

JURNAL AGROQUA
Vol. 12 No. 2, Desember 2014

untuk tumbuh dan berkembang sehingga
akan terjadi persaingan antar sesama
tanaman jagung (intraspesifik competition).
Mempertimbangkan kelemahan-kelemahan

dari pola penanaman barisan diatas, maka
perlu diuji pola penanaman yang
mempersempit ruang di antara barisan
tanaman dan memperluas ruang di dalam
barisan tanaman.

Gulma merupakan salah satu kendala
utama dalam produksi pertanian. Kehadiran
gulma tidak hanya berdampak mengurangi
kuantitas produksi tanaman, tetapi juga
berpengaruh negatif terhadap kualitas
tanaman, dan dapat menjadi inang hama dan
penyakit.
Pengendalian
gulma
membutuhkan biaya yang tidak sedikit baik
dari segi jumlah tenaga kerja yang
Pola penanaman yang layak diuji dan
dibutuhkan maupun dana untuk membeli memenuhi kriteria diatas adalah pola
herbisida kimia.

penanaman segiempat. Menurut Mohler
Pada saat ini, pengendalian gulma (2001), pola penanaman segiempat dapat
kemampuan
tanaman
secara
kimia
merupakan
metode meningkatkan
pengendalian yang paling populer bagi berkompetisi dengan gulma dan dapat
petani. Metode ini memberikan kemudahan diandalkan untuk mengendalikan gulma
dalam sistem pertanian tanpa bahan kimia.
bagi petani dalam aplikasinya dan
Hasil penelitian Weiner et al. (2001),
memberikan hasil efikasi yang sangat baik.
menyimpulkan bahwa penggunaan pola
Namun seiring dengan meningkatnya
penanaman segiempat mampu mengurangi
kesadaran masyarakat terhadap makanan
biomassa gulma hingga 30% dibandingkan
sehat dan lingkungan bersih yang ditandai

dengan pola penanaman barisan.
dengan makin berkembangnya pertanian
organik, penggunaan herbisida kimia tidak
Faktor lain yang diyakini dapat
bisa dipergunakan sehingga perlu dikaji digunakan dalam pengendalian gulma tanpa
alternatif pengendalian gulma yang efektif bahan kimia adalah dengan mengatur waktu
dan efisin mengendalikan gulma.
penanaman jagung. Fakta di lapangan
menunjukkan bahwa gulma memiliki
Kristensen et al. (2008) menyatakan
kecepatan tumbuh lebih baik daripada
bahwa salah satu alternatif untuk
tanaman. Bila tanaman dan gulma ditanam
mengendalikan gulma secara non-kimia
pada saat yang bersamaan, maka gulma
adalah
dengan
memodifikasi
pola
akan tumbuh lebih baik daripada tanaman.

penanaman. Jagung biasanya ditanam
Tetapi bila tanaman ditanam lebih awal
dengan jarak tanam 75 x 25 cm, dimana
daripada waktu tumbuhnya gulma, maka
jagung ditanam secara berbaris dengan jarak
tanaman
akan
mampu
menekan
antar barisan 75 cm dan jarak tanam dalam
pertumbuhan gulma dan memenangkan
barisan 25 cm. Dengan pola penanaman
persaingan. Sebaliknya bila gulma tumbuh
barisan ini, terdapat ruang kosong di antara
barisan tanaman yang cukup luas yaitu 75 lebih awal daripada tanaman, maka hampir
cm yang dapat menjadi ruang tumbuh bagi dapat dipastikan tanaman akan mengalami
gulma sehingga
memacu terjadinya tekanan pertumbuhan karena kalah bersaing
persaingan antara jagung dan gulma dengan gulma (Weiner, 1985; Blackshaw et
(interspesific competition). Sedangkan di al. 2007; van Baalen et al. 1984; Ibrahim et

al. 1986).
dalam barisan dimana jagung ditanam
dengan jarak 25 cm memberikan ruang
Menyokong pendapat peneliti diatas,
tumbuh yang sempit bagi tanaman jagung hasil penelitian Hasibuan (2011) pada
55

Hasibuan, et al.
Pengendalian Gulma Tanpa Bahan Kimia...

JURNAL AGROQUA
Vol. 12 No. 2, Desember 2014

tanaman gandum membuktikan bahwa
biomassa gulma berhasil ditekan hingga
25% dengan menanam tanaman satu minggu
lebih awal daripada waktu tumbuhnya
gulma.

perlakuan

pola
penanaman
barisan
menggunakan jarak tanam 70x20 cm dan
jarak tanam pada pola penanaman segiempat
adalah 35x35 cm. Pemupukan diberikan
sesuai anjuran dengan dosis urea 200 kg/ha,
Berdasarkan uraian diatas perlu SP36 100 kg/ha dan KCl 100 kg/ha.
Pengendalian gulma dilakukan secara
dilakukan penelitian untuk mengetahui
manual pada 30 hari setelah tanam (HST)
efektifitas pola penanaman segiempat dan
yaitu sesudah dilakukan pengambilan
pengaturan waktu tanam dalam menekan
sample gulma yang pertama.
biomassa gulma.
Parameter
yang
diamati
adalah

biomassa gulma (g/petak contoh) dan berat
METODOLOGI PENELITIAN
kering pipilan per hektar. Pengambilan
Penelitian telah dilaksanakan di Kota sample gulma dilakukan pada 30 HST dan
Bengkulu dengan menggunakan Rancangan saat panen dengan mengambil semua gulma
Petak Terbagi (split plot) dalam 4 ulangan. yang berada dalam petak contoh 50x50 cm
Uji lanjut menggunakan DMRT. Sebagai sebanyak 2 petak contoh per petak,
petak utama adalah pola penanaman dan kemudian diambil rata-ratanya.
sebagai anak petak adalah waktu penanaman.
Petak Utama terdiri dari 2 taraf yaitu Pola HASIL DAN PEMBAHASAN
Penanaman Barisan dan Pola Penanaman
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Segiempat.. Sedangkan anak petak terdiri
pola penanaman berpengaruh nyata terhadap
dari 4 taraf yaitu Penanaman Jagung pada 0
biomassa gulma pada 30 HST tetapi tidak
Hari Setelah Olah Tanah/HSOT, Penanaman
berpengaruh nyata terhadap biomassa gulma
Jagung pada 5 HSOT, Penanaman Jagung
pada saat panen. Sedangkan faktor waktu

pada 10 HSOT, dan Penanaman Jagung
penanaman berpengaruh sangat nyata
pada 15 HSOT.
terhadap biomassa gulma baik pada umur
Benih jagung yang digunakan adalah jagung 30 HST dan saat panen. Namun
varietas hibrida Pioneer P21. Tiap plot tidak ditemukan interaksi dari kedua
berukur 1.5x1.5 m. Jarak tanam disesuaikan perlakuan yang diuji (tabel 1).
dengan perlakuan pola penanaman. Untuk
Tabel 1. Analisis sidik ragam pengaruh pola penanaman dan waktu penanaman terhadap
biomassa gulma (g/petak contoh).
Parameter
Pola Penanaman
Waktu tanam
Interaksi
Biomassa gulma 30 HST

23,63 n

66,06 sn


1,00 tn

Biomassa gulma saat panen

0,30 n

7,84 sn

1,87 tn

Berat kering pipilan per hektar
3,91 tn
5,31 sn
2,61 tn
Keterangan:
n : berpengaruh nyata;
sn : berpengaruh sangat nyata
tn: berpengaruh tidak
nyata
56

Hasibuan, et al.
Pengendalian Gulma Tanpa Bahan Kimia...

JURNAL AGROQUA
Vol. 12 No. 2, Desember 2014

Hasil uji lanjut DMRT terhadap faktor
biomassa gulma 30 HST
pola penanaman pada parameter biomassa
Biomassa gulma saat panen
gulma 30 HST menunjukkan bahwa Pola 40
35,08
penanaman segiempat lebih baik daripada 35
29,75
24,5
pola penanaman barisan dimana biomassa 30
25
18
gulma lebih rendah dibanding pola 20
penanaman barisan (gambar 1). Pola 15
penanaman segiempat mampu menekan 10
5
biomassa gulma hingga 15% pada umur
0
jagung 30 HST dan mencapai 27% pada saat
Barisan
Segiempat
panen
dibandingkan
dengan
pola
penanaman barisan. Hasil ini menunjukkan Gambar 2. Berat kering pipilan jagung pada
bahwa pola penanaman segiempat lebih 2 pola penanaman
efektif dalam pengendalian gulma dan
berpotensi diterapkan untuk pengendalian
dalam sistem pertanian organik. Temuan ini
Berat kering pipilan (ton/ha)
mendukung hasil penelitian sebelumnya
12
11,19
yang dilakukan oleh Hasibuan (2011) dan 11
10,24
Weiner et al. (2001).
10
Para ahli berpendapat bahwa dengan
mengatur tanaman dalam pola segiempat
akan mengurangi ruang tumbuh bagi gulma
yang biasanya tumbuh pada ruang kosong
diantara barisan tanaman. Selain itu juga
membuat tanaman jagung tumbuh lebih kuat
karena persaingan antar sesama tanaman
jagung menjadi lebih rendah karena jarak
tanam dalam barisan menjadi jauh lebih
lebar dibanding pada pola tanam barisan.
Penekanan terhadap gulma akan berdampak
positif
bagi
tanaman.
Gambar
2.
Memperlihatkan dengan jelas bahwa pola
penanaman segiempat mampu menghasilkan
produksi jagung pipilan kering yang lebih
tinggi dibanding pola penanaman barisan.
Peningkatan produksi mencapai 14%. Hal
ini membuktikan bahwa dengan mengatur
jarak tanam menjadi pola tanam segiempat,
tanaman memiliki ruang yang lebih luas
dalam mengeksplorasi sumberdaya yang ada
disekitarnya termasuk unsur hara, air dan
cahaya.
Gambar 1. Biomassa gulma pada 2 pola
penanaman

9
8
7
6
5
Barisan

Segiempat

Penelitian ini juga membuktikan bahwa
biomassa gulma dapat ditekan secara
signifikan
dengan
mengatur
waktu
penanaman (Gambar 3). Penanaman jagung
pada hari yang sama dengan pengolahan
tanah (0 HSOT) ternyata mampu menekan
biomassa gulma hingga 44%. Sedangkan
penanaman jagung pada 5 dan 10 HSOT
berturut-turut mampu menekan biomassa
gulma sebesar 30% dan 21%. Penelitian ini
senada dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Hasibuan (2011), Hasibuan
(2012), Weiner (1985), Van Baalen et al.
(1984), Ross and Harper (1972)
dan
Ibrahim et al. (1986).
Kesuksesan
manajemen
waktu
penanaman dalam menekan gulma terjadi
karena tanaman akan tumbuh lebih dulu
dibanding gulma. Tanaman jagung biasanya
57

Hasibuan, et al.
Pengendalian Gulma Tanpa Bahan Kimia...

akan tumbuh dalam waktu 3-4 hari setelah
tanam, sedangkan gulma akan tumbuh
dalam waktu 2-5 hari setelah olah tanah.
Dengan menanam tanaman pada saat
pengolahan tanah maka tanaman memiliki
kesempatan untuk tumbuh lebih dulu atau
serentak dengan tumbuhnya gulma. Hal ini
berdampak positif bagi tanaman karena
tanaman jagung memiliki ukuran biji yang
lebih besar dibanding gulma sehingga
pertumbuhan awalnya menjadi lebih cepat.
Pertumbuhan awal tanaman yang cepat
merupakan kunci keberhasilan dalam
kompetisi antara tanaman dan gulma. Hasil
penelitian sebelumnya yang dilakukan
Hasibuan (2011) membuktikan bahwa
menanam tanaman pada hari yang sama
dengan menanam gulma (penelitian
modelling) menunjukkan bahwa biomassa
gulma mampu ditekan hingga 17%
dibandingkan ketika tanaman ditanam 7 hari
lebih lambat dibanding gulma. Penelitian
inipun menghasilkan temuan serupa dimana
bila tanaman ditanam serentak dengan
gulma (0 HSOT) mampu menekan gulma
sebesar 20% dibanding bila tanaman
ditanam lebih lambat 5 hari dibanding
gulma (5 HSOT). Penelitian ini menekankan
kembali pentingya manajemen waktu
penanaman tanaman dalam hubungannya
dengan kompetisi dengan gulma.

JURNAL AGROQUA
Vol. 12 No. 2, Desember 2014
biomassa gulma 30 HST
Biomassa gulma saat panen

35
30
25
20

32

25,13

22,25
17,88

15
10
5

3,63

5,63

9,18

6

0
0 HSOT

5 HSOT

10 HSOT

15 HSOT

Gambar 4. Produksi jagung dengan waktu
penanaman yang berbeda.
Berat kering pipilan (ton/ha)
14
12

12,29
10,56

12

10

8,02

8
6
4
2
0
0 HSOT

5 HSOT

10 HSOT

15 HSOT

KESIMPULAN
Temuan penting dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Pola penanaman segiempat mampu
menekan biomassa gulma sebesar 15%
pada 30 HST dan 27% pada saat panen
dibandingkan dengan pola penanaman
Dampak positif dari kemampuan
barisan.
penekanan gulma dengan mengatur waktu 2. Pola
penanaman
segi
empat
penanaman adalah meningkatnya produksi
meningkatkan produksi jagung 14%
jagung. Gambar 4 menunjukkan bahwa
lebih tinggi dibanding pola penanaman
produksi jagung meningkat seiring dengan
barisan.
semakin cepat waktu penanaman terhadap 3. Waktu penanaman O HSOT mampu
pengolahan tanah. Penanaman pada 5 HSOT
mengendalikan gulma sebesar 44%
mencapai produksi tertinggi yaitu 12,29 ton
dibanding waktu penanaman 15 HSOT.
per hektar atau 35% lebih tinggi dibanding 4. Waktu
penanaman
5
HSOT
ketika jagung ditanam pada 15 HSOT.
memberikan produksi jagung tertinggi
yaitu 12,29 ton per hektar atau 35%
lebih tinggi dibanding penanaman pada
Gambar 3. Biomassa gulma akibat waktu
15 HSOT.
penanaman yang berbeda.
58

Hasibuan, et al.
Pengendalian Gulma Tanpa Bahan Kimia...

DAFTAR PUSTAKA

JURNAL AGROQUA
Vol. 12 No. 2, Desember 2014

Weed Suppression and Yield in Spring
Wheat. Weed Science Vol. 56 No. 1.

Hasibuan, I. 2011. Weed Suppression Mohler, C. L. 2001. Enhancing the
Ability of Crop as Influenced by
Competitive Ability of Crops. Dalam
Uniform Crop Spatial Arrangement.
Libman, M., Mohler, C.L. and Staper,
Jurnal Gulma dan Tumbuhan Invasif
C.P. 2002. Ecological Management of
Tropika Vol. 2 No.1, Januari 2011.
Agricultural
Weeds.
Cambridge
Hasibuan, I. 2012. Strategies to Reducing
University Press. Cambridge. London.
Herbicide Use by Increasing Crop
Ross, M.A. dan Harper, J.L. 1972.
Competitive Ability Against Weed.
Occupation of biological space during
Prosiding of the 3rd International
seedling establishment. Journal of
Seminar, Regional Network on Poverty
Ecology Vol. 60.
Eradication in Conjunction with
UNESCO International Days, Years, Van Baalen, J., Kuiter, A.T. dan Van Der
Decades. University of Bengkulu,
Woude, C.S.C. 1984. Interference of
Indonesia. October 15-17 2012.
Scrophularia nodosa and Digitalis
purpurea in mixed seedling cultures, as
Ibrahim, A.F., Kandil, A.A., El-Hattab, A.H.,
affected by the specific emergence date.
dan Eissa, A.K. 1986. Effect of sowing
Acta Oecologia. Vol. 5.
date and weed control on grain yield
Weiner, J. 1985. Size hierarchies in
and its components in some wheat
experimental populations of annual
cultivars. Agronomy and Crop Science.
plants. Ecology. Vol. 66.
Vol 157.
Weiner, J., Griepentrog, H.W. dan
Kristiensen, L., Olsen, J., and Weiner, J.
Kristensen, L. 2001. Suppression of
2008. Crop Density, Sowing Pattern,
Weeds by Spring Wheat Increases with
and Nitrogen Fertilisation Effects on
Crop Density and Spatial Uniformity.
Journal of Applied Ecology. Vol. 38.

59