HUKUM BENDA DAN HUKUM PERIKATAN

HUKUM BENDA DAN HUKUM
PERIKATAN

Oleh :
1.
2.
3.
4.

A’isy Salmaa P.
(165030201111038)
Abdurrahman A. (
Lut Fiadefi
(165030201111036)
Mutia Prameysti E. (165030201111052)

ILMU ADMINISTRASI BISNIS
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016


DAFTAR ISI
Kata Pengantar. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i
Daftar isi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii
BAB I PENDAHULUAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.1
1.2
1.3

Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
Tujuan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
Ruang Lingkup Materi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

BAB II LANDASAN TEORI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
BAB III PEMBAHASAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
3.1

Pengertian dan Pembagian Benda. . . . . . . . . . . . . . . . . . 3

3.2


Hak Kebendaan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .4

3.3

Pengertian Hukum Perikatan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .5

3.4

Sumber-Sumber Perikatan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5

3.5

Macam-Macam Perikatan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6

3.6

Resiko Wanprestasi dan Keadaan Memaksa. . . . . . . . . . 7

3.7


Hapusnya Perikatan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .8

BAB IV PENUTUP
4.1

Kesimpulan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang

1.2

Tujuan
1.2.1 Mengenai hukum benda :
1. Mengetahui pengertian dari hukum benda beserta pembagiannya
2. Mengetahui hak kebendaan

3. Mengethaui macam-macam hak kebendaan
1.2.2 Mengenai hukum perikatan :
1. Mengetahui pengertian dari hukum perikatan
2. Mengetahui sumber-sumber perikatan
3. Mengethaui macam-macam perikatan
4. Mengetahui resiko, wanprestasi, dan keadaan memaksa
5. Mengetahui hapusnya perikatan

1.3

Ruang Lingkup Materi

BAB II
LANDASAN TEORI
 Istilah benda merupakan terjemahan dari kata zaak (Belanda) , Benda dalam
arti ilmu pengetahuan hukum adalah segala sesuatu yang dapat menjadi
objek hukum , yaitu sebagai lawan dari subjek hukum. Objek hukum adalah
segala sesuatu yang berguna bagi subjek hukum (Manusia atau badan
hukum) dan yang dapat menjadi pokok (objek) suatu hubungan hukum,
Karena sesuatu itu dapat dikuasai oleh objek hukum. Pengertian benda

adalah pertama tama tertuju pada barang yang berwujud yang dapat
ditangkap dengan panca indera tetapi barang yang tidak berwujud termasuk
panca indea juga (Sofwan, 1980, hlm. 13).

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian dan Pembagian Benda
 Yang dimaksud dengan Benda dalam konteks hukum perdata adalah segala

sesuatu yang dapat diberikan/diletakkan suatu Hak diatasnya, utamanya yang
berupa hak milik. Dengan demikian, yang dapat memiliki sesuatu hak tersebut
adalah SubyekHukum, sedangkan sesuatu yang dibebani hak itu
adalah Obyek Hukum..
Pengaturan tentang hukum benda ini mempergunakan system tertutup,
artinya orang tidak diperbolehkan mengadakan hak hak kebendaan selain
dari yang telah diatur dalam undang-undang ini. Selain itu, hukum benda
bersifat memaksa (dwingend recht), artinya harus dipatuhi,tidak boleh
disimpangi, termasuk membuat peraturan baru yang menyimpang dari
yangtelah ditetapkan .
Lebih lanjut dalam hukum perdata, yang namanya benda itu bukanlah segala

sesuatu yang berwujud atau dapat diraba oleh pancaindera saja, melainkan
termasuk juga pengertian benda yang tidak berwujud. Pendek kata
pengertian daripada benda sendiri secara yuridis ialah segala sesuatu yang
dapat menjadi okbjek eigendom (hak milik) pasal 499 KUH Perdata.
 Macam- macam pembagian benda:

1. Benda berwujud dan benda tidak berwujud
Kebendaan berwujud adalah kebendaan yang bisa diraba atau dilihat,
sedangkan kebendaan tidak terwujud adalah sebaliknya, seperti berupa hakhak atau tagihan-tagihan.arti penting pembedaan ini adalah pada saat
pemindah tanganan benda dimaksud, yaitu :
a). Kalau benda berwujud itu benda bergerak, pemindah tanganannya harus
secara nyata dari tangan ke tangan.
b). Kalau benda berwujud itu benda tidak bergerak, pemindah tanganannya
harus dilakukan dengan balik nama. Contohnya jual beli rumah .
2. Benda Bergerak dan Benda Tidak Bergerak
Benda bergerak adalah benda yang menurut sifatnya dapat
dipindahkan. Benda bergerak karena ketentuan undang undang adalah hak
hak yang melekat pada benda bergerak, misalnya hak memungut hasil atas
benda bergerak, hak memakai atas benda bergerak, saham saham
perusahaan.

 Ada 2 golongan benda bergerak yaitu :

a.Benda yang menurut “sifatnya” bergerak dalam arti benda itu dapat
dipindah atau dipindahkan dari suatu tempat ke tempat lain seperti sepeda
motor, mobil dan lain-lain.
b.Benda yang menurut penetapan undang-undang sebagai benda
bergerak ialah segala hak atas benda-benda bergerak. Seperti hak memetik

hasil dan hak memakai, hak atas bunga yang harus dibayar selama hidup
seseorang.
 Benda tidak bergerak adalah benda yang menurut sifatnya tidak dapat

dipindahpindahkan, seperti tanah dan segala bangunan yang berdiri melekat
diatasnya. Benda tidak bergerak karenatujuannya adalah benda yang
dilekatkan pada benda tidak bergerak sebagai benda pokoknya, untuk tujuan
tertentu, seperti mesin mesin yang dipasang pada pabrik.Tujuannya adalah
untuk dipakai secara tetap dan tidak untuk dipindah-pindah.
 Ada 3 golongan benda tidak bergerak yaitu :
1. Benda yang menurut sifatnya tidak bergerak, dan dapat
dibagimenjadi 3 :

a. Tanah
b. Tumbuhan.
c. Bangunan
2. Benda tak bergerak yang menurut tujuan pemakaianya supaya
bersatu dengan benda tak bergerak seperti mesin-mesin di pabrik.
3. Benda tak bergerak yang menurut ketetapan undang-undang
seperti:
a. Hak hak atau penagihan mengenai suatu benda yang tak
bergerak ( hak opstal, hak hipotek, hak tanggungan dan
sebagainya ).
b. Kapal-kapal yang berukuran 20 meter kubik keatas.
 Arti penting pembedaan benda sebagai bergerak dan tidak bergerak terletak
pada :
o penguasaannya (bezit), dimana terhadap benda bergerak maka
orang yang menguasai benda tersebut dianggap sebagai pemiliknya,
azas ini tidak berlaku bagi benda tidak bergerak.
o penyerahannya (levering), yaitu pasal 612 BW terhadap benda
bergerak harus dilakukan secara nyata, sedangkan pasal 616 BW
pada benda tidak bergerak dilakukan dengan balik nama.
o kadaluwarsa (verjaaring), yaitu pada benda bergerak tidak dikenal

daluwarsa, sedangkan pada benda tidak bergerak terdapat
kadaluwarsa.
o pembebanannya (bezwaring), dimana untuk benda bergerak
digunakan dengan lembaga jaminan gadai(pand), sedangkan untuk
benda tidak bergerak dengan hipotik. ( pasal 1150 dan pasal 1162
BW ) kusus mengenai penyerahan hak milik tanah, setelah berlakunya
undang-undang pokok agraria ( UUPA ), sudah merupakan
yurisprudensi tetap, bahwa pemindahan hak milik terjadi pada saat
dibuatnya akta jual beli dimuka PPAT, jadi bukan setelah adanya balik
nama.
o dalam hal pensitaan (beslag), dimana revindicatoir beslag (penyitaan
untuk menuntut kembali barangnya),hanya dapat dilakukan terhadap
barang barang bergerak. Atau penyitaan untuk menuntut kembali suatu
benda bergerak milik pemohon sendiri yang berada dikekuasaan orang
lain. Hal ini tidak munkin dilakukan kepada benda tak
bergerak. executior beslag adalah penyitaan yang dilakukan atas
putusan pengadilan.

3.2 Hak Kebendaan
3.2.1 Pengertian hak kebendaan

Yang dimaksud dengan hak kebendaan (Zakelijkrecht) ialah hak
mutlak atas sesuatu benda di mana hak itu memberikan kekuasaan langsung atas
sesuatu benda dan dapat dipertahankan terhadap siapapun juga.
Jadi, hak kebendaan yakni hak mutlak (hak absolut), lawannya
ialah hak yang nisbi (hak persoonlijk) atau hak relatif. Keduanya merupakan bagian
dari hak perdata. Hak perdata diperinci menjadi 2 hal :
a.) Hak mutlak yang terdiri atas :
 Hak kepribadian, misalnya : hak atas namanya, kehormatannya,
hidup, dll.
 Hak-hak yang terletak dalam hukum keluarga, yaitu hak-hak
yang timbul karena adanya hubungan antara suami istri, karena
adanya hubungan antara dua orang tua dan anak.
 Hak mutlak atas sesuatu benda, inilah yang disebut hak
kebendaan.
b.) Hak nisbi (hak relatif) atau hak persooniljk, yaitu semua hak yang timbul
karena adanya hubungan perutangan sedangkan perutangan itu timbul
dari perjanjian, undang-undang dan lain-lain.

3.3 Macam-macam hak kebendaan
(1)

(2)

Pada dasarnya hak kebendaan dapat dibagi menjadi 2, yakni:
Hak kebendaan yang memberikan kenikmatan (zakelijk genotsrecht)
Hak kebendaa yang memberikan jaminan (zakelijk zakerheidsrecht).

a. Hak kebendaan yang memberikan kenikmatan (zakelijk genotsrecht)
Hak kebendaan yang memberikan kenikmatan, yaitu hak dari subyek hukum
untuk menikmati suatu benda secara penuh. Hak kebendaan ini dibagi
menjadi dua,yaitu:
1.) Hak kebendaan yang memberika kenikmatan atas bendanya sendiri,
contoh: hak eig eigendom (hak milik), hak bezit (hak menguasai).
(2) Hak kebendaan yang memberikan kenikmatan atas benda milik orang lain,
contoh: postal, hak erfpacht, hak pengabdian pekarangan, hak memungut.
b. Hak kebendaan yang memberikan jaminan (zakelijk zakerheidsrecht)
Hak kebendan yang memberikan jaminan yaitu hak yang member kepada
yang berhak (kredito) hak didahulukan untuk mengambil pelunasan dari hasil
penjualan barang yang dibebani. Contoh: hak tanggungan atas tanah dan hak
fiducia; Sedangkan menurut KUHPer. Contoh: hak gadai sebagai jaminan
adalah benda bergerak , hipotek sebagai jaminan adalah benda-benda tetap.

3.3 Pengertian hukum perikatan
Istilah perikatan berasal dari bahasa Belanda ‘Verbintenis’. Perikatan artinya
hal yang mengikat orang yang satu terhadap orang yang lain. Perikatan adalah
hubungan hukum yang terjadi antara orang yang satu dengan urang yang lain
karena perbuatan,peristiwa, atau keadaan. Perikatan mempunyai arti luas yaitu jika
terdapat dalam beberapa bidang hukum, sedangkan perikatan mempunnyai arti luas
yaitu hanya terdapat dalam bidang hukum harta kekayaan saja.
Hukum perikatan sendiri diatur dalam Bab III KUHPer. Namun demikian dalam Bab
III KUHPer tersebut tidak ada satu pasalpun yang merumuskan makna tentang
perikatan. Menurut Subekti, perkataan perikatan dalam Buku III KUHPer mempunyai
arti yang lebih luas dari perkataan “Perjanjian”. Karena dalam buku III itu, diatur juga
perihal hubungan hukum yang sama sekali tidak bersumber pada suatu persetujuan
atau perjanjian, yaitu perihal perikatan yang timbul dari perbuatan yang melanggar
hukum (onrechtmatige daad) dan perihal perikatan yang timbul dari pengurusan
kepentingan orang lain yang tidak berdasarkan perstujuan (zaakwaarneming).
Dalam Ilmu Pengetahuan Hukum Perdata, Perikatan diartikan sebagai hubungan
hukum yang terjadi diantara 2 (dua) orang atau lebih ,yang terletak di dalam
lapangan harta kekayaan, dimanapihak yang satu berhak atas prestasi dan piah
lainnya wajib memenuhi prestasi itu.

3.4. Sumber-sumber perikatan
(1) Perjanjian
Menurut ketentuan pasal 1233 KUHPer, perikatan dapat timbul baik karena
perjanjian maupun karena undang-undang. Dari ketentuan pasal ini dapat
diketahui bahwa sumber perikatan itu adalah perjanjian dan undang-undang.
Dalam perikatan yang timbul karena perjanjian ini, pihak-pihak dengan
sengaja dan bersepakat saling mengikatkan diri, dalam perikatan mana timbul
hak dan kewajiban pihak-pihak yang perlu diwujudkan. Hak dan kewajiban ini
berupa prestasi. Pihak debitur berkewajiban memenuhi prestasi dan pihak
kreditur berhak atas prestasi. Prestasi adalah tujuan pihak-pihak mengadaka
perikatan. Contoh; peranjian hibah.
(2) Undang-undang
Selain daripada perjanjian, perikatan itu dapat timbul karena undang-undang.
Perikatan yang timbul karena undang-undang ini dalam pasal 1352 KUHPer
diperinci menjadi dua, yaitu perikatan yang timbul semata-mata karena
ditentukan undang-undang, danperikatan yang timbul karena perbuatan
orang.
Selanjutnya lagi, dalam pasal 1353 KUHPer ditentukan bahwa perikatan yang
timbul karena undang-undang sebagai akibat perbuatan orang ini diperinci
lagi menjadi perikatan yang timbul dari perbuatan menurut hukum(legal act,
lawful act,rechtmatige daad) danperikatan yang timbul dari perbuatan
melawan hukum(illegal act, unlawful act, onrechtmatige daad).
Dalm perikatan yang timbul karena undan-undang, hak dan kewajiban pihakpihak itu ada, arena ditetapan oleh undang-undang.

(3) Kesusilaan
Mungkin juga terjadi perikatan bukan Karena diperjanjikn atau bukan karena
ketentuan undang-undang, melainkan perikemanusiaan atau
moral/kesusilaan, atau kepatutan. Sumber ini pada hakikatnya adalah sila
kedua Pancasila dasar dan falsafa negara kita. Contoh; kewajiban member
nafkah kepada anak yatim piatu yang terlantar dan belum dewasa.

3.5 Macam-macam perikatan
Adapun macam-macam perikatan adalah sebagai berikut :
(1) Perikatan untuk memberikan sesuatu
Pasal 1235 KUHPer, menyebutkan:
“Dalam tiap-tiap perikatan untuk memberikan sesuatu adalah termaktub
kewajiban diberi utang untuk menyerahkan kebendaan yang bersangkutan
dan untuk merawatnya sebagai seorang bapak rumah yang baik, sampai
pada saat penyerahan”
(2) Perikatan untuk berbuat sesuatu
Berbuat sesuatu artinya melakukan perbuatan seperti yang telah ditetapkan
dalam perikatan (perjanjian). Jadi wujud prestasi disini adalah melakukan
perbuatan tertentu, misalnya melakukan perbuatan membongkar tembok,
menggosongkan rumah, membuat lukisan atau patung dan sebagainya.
(3) Perikatan untuk tidak berbuat seuatu
Tidak berbuat sesuatu artinya tidak melakukan perbuatan sperti yang telah
tidak melakukan persaingan yang dapat diperjanjikan, tidak membuat pagar
tembok yang lebih tinggi sehingga menghalangi pemandangan tetangganya,
dan lain-lain.
(4) Perikatan bersyarat dan perikatan murni
Perikatan yang timbul dari perjanjian dapat berupa perikatan murni dan
perikatan bersyarat. Perikatan murni adalah perikatan yang pemenuhn
prestasinya tidak digantungkan pada suatu syarat (condition). Sedangkan
perikatan bersyarat (conditional obligation) adalah erikatan yang
digantungkan pada syarat, yang di maksud dengan syarat adalah peristiwa
yang masih akandatang dan belum tentu akan terjadi . Menurut ketentuan
Pasal 1253 tersebut, bahwa perikatan bersyarat dapat digolongkan menjadi
dua yaitu: (1) perikatan besyarat yang menangguhkan; dan (2) perikatan
bersyarat yang menghapuskan.
(5) Perikatan dengan ketetap waktu
Maksud syarat ‘ketetapan waktu’ adalah bahwa pelaksanaan perikatan itu
digantungkan pada waktu yang ditetapakan. Waktu yang dittapkan itu adalah
peristiwa yang masih akan terjadi dan terjadinya itu sudah pasti dapat berupa
tanggal yang sudah tetap.

(6) Perikatan Alternatif
Dalam perikatan alternative (Alternative Obligation), Obyek prestasinya ada
dua macm barang. Dikatakn alternative karena debitor boleh memenuhi
prestasinya dengan memlih salah satu dari dua barang yang dijadikan obyek
perikatan.
(7) Perikatan Tanggung Renteng
Perikatan tanggug renteng (Solidary obligation) dapat terjadi apabila seorang
debitor berhadapan dengan beberapaorang kreditor, atau seorang kreditor
berhadapan dengan beberapa orang debitor.
Pada dasarnya perikatan tanggung menanggung meliputi: (1) perikatan
tanggung menanngung aktif; dan (2) perikatan tanggung menanngung pasif.
Di atur dalam pasal 1278-1279 KUH Perdata.
(8) Perikatan yang Dapat Dibagi dan Tidak Dapat Dibagi
Suatu perikatan dikatakan dpat atau tidak dapat dibagi (divisible atau
indivisible) apabila barang yang menjadi obyek prestasi dapat atau tidak
dapat dibagi menurut imbangan, selain itu pembagian tidak boleh mengurangi
dari prestasi tersebut.
(9) Perikatan dengan Ancaman Hukuman
Pada dasarnya perikatan dengan ancaman hukuman memuat suatu ancaman
terhadap debitor apabila ia lalai , tidak memenuhi kewajibannya. Ancaman
hukuman dalam perikatan sebenarnya tidak lebih hanya sebagai pendorong
debitor untuk memenuhi kewajibannya berprestasi dan untuk membebaskn
kreditor dari pembuktian tentang besarnya ganti kerugian yang telah
dideritanya, hal ini dijelaska dalam Pasal 1304 KUH Perdata.

3.6 Resiko, wanprestasi, dan keadaan memaksa
 Risiko
Risiko adalah kewajiban untuk memikul kerugian jika terjadi keadaan
memaksa yaitu peristiwa bukan karena kesalahan debitur, yang menimpa
benda yang menjadi obyek perikatan atau menghalangi perbuatan debitur
memenuhi prestasi.
 Wanprestasi
Wanprestasi berasal dari istilah asliya dalam bahasa Belanda “wanprestatie”,
artinya tidak memenuhi kewajiban yang telah ditetapkan dalam perikatan ,
baik periktan yang timbul karena perjanjian maupun perikatan yang timbul
karena undang-undang. Tidak dipenuhinya kewajiban ituada dua
kemungkinan alasannya yaitu:
(a). Karena kesalahan debitur, baik karena kesengajaan maupun karena
kelalaian.
(b). Karena keadaan memaksa (force majeure), jadi diluar kemampuan
debitur, deitur tidak bersalah.

 Keadaan memaksa
Alasan kedua dari wanprestasi adalah keadaan memaksa (overmecht, force
majeur). Keadaan memaksa adalah keadaan tidak dapat dipenuhiya prestasi
oleh debitur karena terjadi suatu peristiwa bukan karena kesalahannya,
peristiwa tidak dapat diketahui atau tidak dapat diduga kapan akan terjadi dan
membuat perikatan.

3.7 Hapusnya Perikatan
Hapusnya atau berakhirnya suatu perikatan oleh undang-undang
ditentukan dalam pasal 1381 yang menetukan sepuluh cara berakhirnya
perikatan.
Dalam pasal 1381 KUHPer dinyatakan, hapusnya perikatan disebabkan oleh
hal-hal:
1. Pembayaran
2. Penawaran pembayaran tunai di ikuti dengan penyimpanan atau penitipan
3. Pembaruan utang
4. Kompensasi atau penjumpaan utang
5. Pencampuran utang
6. Pembebasan utang
7. Musnahnya barang yang terutang
8. Kebatalan atau pembatalan
9. Berlakunya syarat total
10. Terlaluinya waktu atau lampau waktu

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan tentang hukum benda dan hukum perikatan dapat
disimpulkan bahwa hukum benda merupakan hukum yang mengatur
hubungan hukum antara seseorang dengan benda. Macam-macam benda
antara lain benda berwujud dan tidak berwujud, benda bergerak dan benda
tidak bergerak, benda dipakai habs dan benda tidak dipakai habis, benda
sudah ada dan benda akan ada, benda dalam perdagangan dan luar
perdagangan, benda dapat dibagi dan benda todak dapat di bagi serta benda
terdaftar dan benda tidak terdaftar. Sedangkan hukum perikatan merupakan
hukum yang mengatur hubungan hukum antara seseorang dengan seseorang
yang lain.