LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP ASUHAN KE (1)

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP ASUHAN
KEPERAWATAN ANEMIA
(MIKROSITIK HIPOKROM, DEFISIENSI BESI, DAN
DEFISIENSI ASAM FOLAT)

Oleh :
1. Hartini Tosafin

(201301129)

2. Ari Dwi W

(201301142)

3. Retty Dewi

(201301163)

STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
Program S1 Keperawatan
Jl.Raya jabon Km 06 Mojokerto 61364 Telp/Fax:(0321)3902203

Website:stikes-ppni.ac.id Email:stikes [email protected]
2014

BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
1.1. Anemia Mikrositik Hipokrom
1. Pengertian
Anemia mikrositik adalah jenis anemia yang ditandai dengan keberadaan sel-sel darah
merah abnormal kecil. Ini adalah salah satu masalah paling umum, yang bagi kebanyakan
orang disebut anemia defisiensi besi. Memang, kebanyakan anemia mikrositik disebabkan
oleh kekurangan zat besi, meskipun juga dapat disebabkan oleh kondisi lain.
2. Manifestasi
Anemia mikrositik hipokrom dapat disebabkan karena
a. Kehilangan besi (perdarahan menahun)
b. Asupan yang tidak adekuat / absorbsi besi yang kurang
c. Kebutuhan besi yang meningkat (pada masa kehamilan dan prematuritas)
Kemungkinan yang terjadi pada anemia mikrositik hipokrom adalah
a. anemia defisiensi besi (gangguan besi)
b. anemia pada penyakit kronik (gangguan besi)
c. thalasemia (gangguan globin)

d. anemia sideroblastik (gangguan protoporfirin)
3. Patofisiologi
Anemia Mikrositik
Hipokrom

Cadangan besi
sumsum tulang ↓

Cadangan besi
sumsum tulang ↑

Elektroforesa
HB normal

Elektroforesa
HB abnormal

Anemia defsiensi
besi


hemonoglobinopat
i

Elektroforesa HB
normal
Ringed sideroblast

normal
Anemia sideroblastik

4. Pemeriksaan Laboratorium
Untuk anemia mikrositik hipokrom, dilakukan pemeriksaan NER (Nilai eritrosit rata-rata)
yang terdiri dari VER, HER, KHER
1. VER (Volume Eritrosit Rata-rata). Yaitu perbandingan nilai hematokrit dengan jumlah
eritrosit (dalam juta) x 10. Satuannya fL. Nilai normalnya 80-98 fL. Jika lebih besar
dari pada normal : eritrositnya makrositer. Jika lebih kecil dari pada normal :
eritrositnya mikrositer.
2. HER (Hemoglobin Eritrosit Rata-rata). Yaitu perbandingan nilai hemoglobin dengan
jumlah eritrosit (dalam juta ) x 10 . Satuannya pg. Nilai normalnya 27-32 pg. Jika
lebih kecil dari normal biasanya eritrosit hipokrom

3. KHER (Konsentrasi Hemoglobin Eritrosit Rata-rata). Yaitu perbandingan nilai
hemoglobin dengan nilai hematokrit x 100. Satuannya g/dL. Nilai normalnya 31-35 g/
dL. Jika lebih kecil dari normal biasanya eritrosit hipokrom. Kalau perhitungan sudah
menunjukan bahwa eritrosit mikrositik hipokrom, maka dilanjutkan dengan
pemeriksaan apus darah tepi untuk melihat morfologi darah tepi.
Pemeriksaan lanjutan yang dapat dilakukan ialah SI, TIBC, Saturasi transferin, feritin
serum dan elektroforesis Hb.
Biasanya elektroforesis Hb lebih menunjukan untuk sindrom talasemia.
5. Penatalaksanaan Medis
1. Anemia defisiensi besi
a. terapi besi oral
Ferro sulfat, mengandung 67mg besi
Ferro glukonat, mengandung 37 mg besi.
b. terapi besi parenteral
biasa digunakan untuk pasien yang tidak bisa mentoleransi penggunaan besi oral.
Besi-sorbitol-sitrat diberikan secara injeksi intramuskular
Ferri hidroksida-sukrosa diberikan secara injeksi intravena lambat atau infus
c. Pengobatan Lain
Diet, diberikan makanan bergizi tinggi protein terutama yang berasal dari protein hewani
Vitamin C diberikan 3 x 100mg per hari untuk meningkatkan absorpsi besi

Transfusi darah, pada anemia def. Besi dan sideroblastik jarang dilakukan (untuk
menghindari penumpukan besi pada eritrosit)

2. Anemia pada penyakit kronik
Tidak ada pengobatan khusus yang mengobati penyakit ini, sehingga pengobatan
ditujukan untuk penyakit yang mendasarinya. Jika anemia menjadi berat, dapat dilakukan
transfusi darah dan pemberian eritropoietin.
3. Anemia sideroblastik
Penatalaksanaan anemia ini dapat dilakukan dengan veneseksi dan pemberian vit b6
(pyridoxal fosfat). Setiap unit darah yang hilang pada veneseksi mengandung 200-250 mg
besi.
4. Thalasemia
Transfusi darah dapat dilakukan untuk mempertahankan kadar Hb >10 g/dL.
Tetapi transfusi darah yang berulang kadang mengakibatkan penimbunan besi, sehingga
perlu dilakukan terapi kelasi besi
1.2. Anemia Defisiensi Besi
1. Pengertian
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat kosongnya cadangan besi tubuh,
sehingga penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang yang pada akhirnya pembentukan
hemoglobin berkurang. Anemia jenis ini merupakan anemia yang paling sering dijumpai

terutama di negara tropis
Defisiensi besi merupakan penyebab terpenting suatu anemia mikrositik hipokrom, dengan
ketiga indeks eritrosit (MCV, MCH, DAN MCHC- volumeeritrosit rata-rata, hemoglobin
eritrosit rata-rata dan kadar hemoglobin) berkurang dan sediaan apus darah menunjukkan
eritrosit yang kecil (mikrositik) dan pucat (hipokrom)
2. Etiologi
Anemia defisiensi besi disebabkan oleh rendahnya masukan besi, gangguan absorpsi,
kehilangan besi akibat pendarahan menahun
1. Kehilanagn besi sebagai akibat perdarahan menahun yang berasal dari :
 Saluran cerna → akibat dari tukak peptik kanker lambung, kanker kolon,
divertikulosis, hemoroid, dan infeksi cacing tambang.
 Saluran genetalia wanita → menoragiatau metroragi
 Saluran kemih → hematuria

 Saluran nafas → hematoe
2. Faktor nutrisi → akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan atau kualitas besi
yang tidak baik (makanan banyak mengandung serat, rendah vitamin c dan rendah
daging )
3. Kebutuhan besi meningkat → seperti pada prematuritas anak dalam masa
pertumbuhan dan kehamilan

4. Gangguan absorpsi besi → gastretomi, politis kronis
3. Patofisiologis
Gangguan absorbsi
Kehilangan besi → perdarahan
menahun
Factor nutrisi
Masukan besi ↓
Anemia defesiensi besi

Cadangan besi kosong

↓ kadar feritin / simpanan besi ↓ / tahap
prelaten
Feritin dan saturasi transferin ↓ , Hb normal /
tahap laten
(Feritin, saturasi, Hb) ↓ / tahap
defsiensi besi
Eritrosit berkurang

Timbul anemia mikrositik hipokrom (iron deficiency

anemia.)
Timbul gejala pada kuku, epitel mulut dan
faring, dll

4. Manifestasi Klinis
Gejala anemia defisiensi dapat digolongkan menjadi tiga golongan besar yaitu
a. Gejala umum anemia.

Gejala umum anemia disebut juga sindrom anemia dijumpai pada anemia defisiensi jika kadar
hemoglobin menurun di bwah 7-8 g/dl. Gejala ini berupa badan lemah, lesuh, cepat lelah,
mata berkunang kunang serta telinga mendenging. Pada anemia defisiensi besi, karena terjadi
penurunan kadar hemoglobin secara perlahan lahan, sering kali sindrom anemia tidak terlalu
mencolok di bandingkan anemia lain yang penurunan kadar hemoglobinnya lebih cepat:
b. Gejala khas akibat defisiensi besi
Gejala yang khas di jumpai pada defisiensi besi dan tidak dijumpai pada anemia jenis lain
adalah sebagai berikut:
 Koilorikia → kuku sendok (spoon nail) kukumenjadi rapuh bergaris–garis vertrikal, dan
menjadi cekung sehingga mirip seperti sendok.



Atrofi pipa lidah→ permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil lidah
menghilang.

 Stomatitis angularis → adanya peradangan pada sudut mulut, sehingga tampak sebagai
bercak berwarna pucat keputihan
 Disfagia → nyeri menelan karena kerusakan hipofaring.
 Atrofi mukosa gaster sehingga menimbulkan aklorida
c. Gejala penyakit dasar
Pada anemia defisiensi besi dapat dijumpai gejala-gejala penyakit yang menjadi penyebab
anemia defisiensi. Misalnya pada anemia akibat cacing tambang dijumpai dispepsia, parotis
membengkak, dan kulit telapak tangan berwarna kuning.
5. Pemeriksaan Laboratorium
Kelainan laboratorium pada kasus anemia defisiensi besi yang dapat dijumpai sebagai berikut:
a.

Kadar hemoglobin dan indeks eritrosit. Didapatkan anemia mikrositer hipokromik
denganpenurunan kadar HB mulai dari ringan sampai berat, RDW meningkat yang
menunjukkan adanya anisositosis. Indeks eritrosit sudah dapat mengalami perubahan
sebelum kadar HB menurun. Apusan darah menunjukkan anemia mikrositer
hipokromik, anisositosis, poikilositosis anulosit, leukosit dan trombosit normal,

retrikulosit.

b.

Kadar besi serum menurun ≤ 50 mg/dl, total iron binding capaciti (TIBC) meningkat
≥ 350 mg/dl, dan saturasi transfelin ≤ 15%.

c.

Kadar serum feritin. Jika terdapat inflamasi, maka feritin serum sampai dengan 60 Ug/
dl

d.

Protoforfirin eritrosit meningkat ( ≥ 100 Ug/dl).

e.

Sumsum tulang. Menunjukkan hiperplasi normoblastik dengan hormoblast kecil-kecil
dominan.


6. Penatalaksanaan Medis
a. Terapi kausal
Terapi kausal bergantung pada penyebabnya, misalnya pengobatan cacing tambang,
memoroid, dan menoragi.
Pemberian preparat besi untuk pengganti kekurangan besi dalam tubuh
Pemberian preparat besi biasanya diberikan secara peroral parenteral
b. Besi peroral
Pengobatan melalui oral jelas aman dan murah dibandingkan dengan paran enteral besi
melalui oral harus melalui oral bahwa setiap tablet atau kapsul berisi 50-100 mg besi
elemental yang mudah dilepaskan dalam lingkungan asam, mudah diabsorpsi dalam bentuk
vero, dan kurang efek samping. Ada 4 bentuk garam besi yang dapat diberikan melalui oral,
yaitu sulfat, glukonat, fumarat, dan suksinat. Efek samping yang terjadi biasanya pirosis dan
konstipasi. Pengobatan diberikan sampai 6 bulan setelah kadar HB normal untuk mengisi
cadangan besi dalam tubuh.
Fero-sulfat paling baik 200 mg, 67 mg besi per tablet sebelum makan tiga kali sehari
c. Besi parenteral
Diberikan bila ada indikasi seperti malabsorpsi, kurang toleransi melalui oral, klien kurang
kooperatif, dan memerlukan peningkatan HB secara cepat (pre oprasi, hamil trimester
terakhir).
Preparat yang tersedia iron dextran complex dan iron sorbitol citic acid complex yang dapat
diberiakan secara IM dalam atau IV . efek samping pada pemberian IM biasanya sakit pada
bekas suntikan sedangkan pemberian IV bisa terjadi renjatan atau trombopletis .
d. Pengobatan lain
2. Diet → sebaiknya diberikan makanan bergizi yang tinggi protein terutama protein hewani
3. Vitamin C → diberikan 3x 100 mg/ hari untuk meningkatkan absorpsi besi .
4. Transfusi darah→ indikasi pemberian transfusi darah pada anemia kekurangan besi
adalah:
 Adanya penyakit jantung anemik
 Anemia yang simtomatik
 Penderita memerlukan peningkatan kadar Hb yang cepat .

1.3. Anemia Defisiensi Asam Folat
1. Pengertian
Depresiensi asam folat adalah anemia kekurangan asam folat teritama terdapat dalam daging,
susu dan daun-daunan yang hijau
2. Manifestasi Klinis (Mansjoer 2001)
Difisiensi asam folat
-

Neurologi

-

Hilangnya daya ingat

-

Gangguan kepribadian

Berkurangnya asam folat dapat terjadi karena :
1) Makanan/diet kurang asam folat
Hal ini banyak dijumpai di daerah tropik dan sering ditemukan di klinik. Faktor-faktor yang
berpengaruh antara lain : pecandu alkohol, penyakit kronik, usia tua, gangguan mental, “food
faddism”, kemiskinan.
2) Kebutuhan yang meningkat
Dijumpai misalnya pada : kehamilan, bayi, hipertiroidisma,keganasan dan sirosis hati.
3) Malabsorpsi folat
a. Karena penyakit : coeliac pada anak, steatorrhoe idiopatik, seriawan tropik. Pada seriawan
tropik, yang merupakan penyakit endemik di Indonesia, lesi dapat dijumpai di seluruh
bagian usus halus.
b. Karena kerja antagonistik obat, misalnya :
-

Antikonvulsan : fenobarbital, dilantin

-

Kontrasepsi oral : Pirimidone

-

Anti kanker : Methotrexate

4) Reseksi Usus
Reseksi Usus yang luas.
Metabolisme asam folat
Jumlah asam folat yang tersedia dalam diet rata-rata adalah lebih dari jumlah yang
dibutuhkan, asal makanan tersebut disiapkan dengan cara yang benar. Bila makanan dimask
lama dan banyak mengandung air maka 50 – 90% asam folat dapat hilang. Kebutuhan tubuh
minimal adalah sekitar 50 g/hari yang dapat diperoleh dari hati, ginjal dan sayuran berdaun
hijau yang segar. Folat diserap di doedenum dan bagian proksimal jejunum, diangkut oleh

protein plasma dalam ikatan yang lemah dan disimpan di hati. Bila tak ada pemasukan folat
maka persediaan folat akan habis dalam 2 – 4 bulan.
3. Patofisiologi

Makanan/diet kurang asam folat
Kebutuhan asam folat ↑
Malabsorbsi folat
Reseksi usus

Asam folat berkurang

Pembentukan / sintesis DNA
terhalang

Menghalangi pematangan inti
sel

Komponen sitoplasma
(terutama Hb) disentesa dalam
jumlah banyak

Ketidakseimbangan dalam
proses pertumbuhan eritrosit

4. Pemeriksaan Laboratorium
a. VER dan HER lebih dari normal; KHER tetap normal
b. Jumlah leukosit berkurang atau tetap normal. Bila anemia lebih berat, jumlah leukosit
berkurang dan bisa terjadi netropenia absolut.
c. Jumlah trombosit kurang dari normal, masa perdarahan memanjang
d. Sediaan apus darah tepi :
-

Gejala yang penting adalah : makroovalositosis dan hipersegmentasi

-

Umumnya eritrosit berupa makroovalositosit dengan ukuran sel yang tak sama
(anisositosis) dan akromia sentral yang sempit dan tidak ada. Variasi lain adalah :
”hand mirror cell”,”basophilic stippling”, “diffusely polychromatic cells”. Pada
anemia yang lanjut bisa dijumpai “Orthochromic/ Polychromatophilic/Basophilic
normoblasts”, Howell Jolly body” dan “Cabot’s ring”.

-

Leukosit : Hipersegmentasi netrofil, inti mempunyai lebih dari 5 lobi, bisa mencapai 6
– 10.

-

Trombosit : berukuran besar (“giant platelets”)

e. Makroretikulosit cenderung lebih bulat.
f. Kadar asam folat dalam serum menurun.
5. Penatalaksanaan medis
Meliputi

pengobatan

terhadap

penyebabnya

dan

dapat

dilakukan

pula

dengan

pemberian/suplementasi asam folat oral 5 mg / hari selama 4 bulan, kemudian diputuskan
apakah asam folat diteruskan, misalnya 5 mg asam folat sekali seminggu atau 400 µg setiap
hari untuk waktu yang tidak ditentukan. Terapi folat memperbaiki anemia tetapi tidak
memperbaiki neuropati

BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN ANEMIA
2.1. Pengkajian Data Dasar
1. Riwayat atau adanya faktor-faktor penyebab
 Kehilangan darah kronis
 Riwayat urkus grastis kronis
 Penggunaan kemoterapi
 Gagal ginjal
 Penggunaan antibiotik yang lama
 Defisiensi nutrisi
 Luka bakar yang luas
2. Pemeriksaan fisik
Gejala umum:
 Keletihan, fatigue, kelemahan umum (menunjukan hipoksemia jaringan).
 Kulit dan membrane mukosa pucat
 Lidah merah dan ada lesi pada defisiensi besi
 Ulserasi mulut pada megaloblastik dan defisiensi besi
 Kuku cekung, bergerigi, memutih pada defisiensi besi
 Sakit kepala ringan , peka rangsang (menunjukan hipoksemia serebral)
Status kardiologi
 Kadar Hb yang rendah memacu jantung untuk memompa lebih cepat dan
kuat. Gejala: takikardi, palpitasi (menunjukan kepekaan miokard karena
hipoksemia), diespnea, pusing, ortopnea.
 Tanda: Kardiomegali, hepatomegali, edema perifer
Sistem perncernaan
 Keluhan : mual atau muntah, melena, diare, anoreksia, glositis
 Pemeriksaan feses : ditemukan darah
 Kaji periode dan jumlah menstruasi pada wanita
 Kaji penggunaan suplemen zat besi pada kehamilan
System neurologi
 Parestesia, ataksia, koordinasi buruk, bingung,

3. Pemeriksaan diagnostik
 Jumlah darah lengkap dibawah nilai normal (hemoglobin , hematokrit ,
trombosit dan sel darah merah ): pada mikrostik hipokrom hematokrit
kurang dari 27 %, kadar Hb kurang dari 9 g/dl.
 Feritin dan kadar besi serum rendah pada anemia defisiensi zat besi
(normal : 70-180 mg/dl)
 Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin
 Masa perdarahan memanjang
 Aspirasi sumsum tulang : sel mungkin tampak berubah dalam jumlah ,
ukuran dan bentuk
4. Kaji pemahaman klien tentang kondisi dan rencana pengobatan

2.2. Diagnosis Keperawatan
Berdasarkan pada data pengkajian , diagnosis keperaatan yang muncul pada klien sbb
1. Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk
mengirimkan oksigen / nutrisi ke sel
2. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai oksigen dengan kebutuhan
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d kegagalan untuk mencerna
4. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d tidak adekuatnya pertahanan sekunder
.3

Intervensi

Diagnosis Keperawatan 1 : Perubahan perkusi jaringan b/d komponen seluler yang diperlukan
untuk pngiriman oksigen atau nutrisi ke sel.
Tujuan: perfusi jaringan klien berada pada keadaan normal
Kriteria evaluasi : Klien menunjukkan perkusi jaringan yang adekuat sebagai berikut
1) Tanda vital stabil
2) Membran mukosa warna merah muda
3) Pengisian kapiler baik
4) Urin output adekuat
5) Status mental normal

Intervensi keperawatan
Intervensi
Mandiri
1.

Rasional

awasi tanda vital, kaj pengisian Memberikan informasi tentang derajad /
kapiler,

warna

kulit,

membran keadekuatan perfusi jaringan dan membantu

mukosa, dan dasar kuku
1. Tinggikan tempat tidur

menentukan kebutuhan intervensi
sesuai Meningkatkan
ekspansi
paru

toleransi

memaksimalkan

oksigenasi

kebutuhan seluler
2. Awasi upaya pernafasan : auskultasi Dipsnea gemericik
bunyi nafas

dan
untuk

menunjukan

gagal

jantung kanan regangan jantung lama /

3. Selidiki peluhan nyeri dada, palpitasi

peningkatan konpensasi curah jantung
Iskemia seluler memengaruhi jaringan

miokardial
4. Kaji adanya respon verbal yang Dapat mengindikasikan gangguan fungsi
melambat, mudah terangsang, agitasi, serebral karna hipoksia atau defisiensi vit
ganguan memori dan bingung
B12
5. Catat
keluhan
rasa
dingin, Vasokontriksi menurunkan sirkulasi perifer.
pertahankan suhu lingkungan dan kenyamanan klien atau kebutuhan rasa
tubu hangat sesuai indikasi

hangat harus seimbang dengan kebutuhan
untuk

6. Hindari

menghindari

panas

berlebihan

pencetus vasodilatasi
bantalan Termoreseptor jaringan dermal dangkal

penggunaan

penghangat atau botol air panas. ukur karna gangguan oksigen.
suhu air mandi dengan termometer
Kolaborasi
7. Awasi

pemeriksaan

laboratorium Mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan

(Hb, ht, jumlah sel darah merah ,dan pengobatan atau respon terhadao terapi
AGD)
8. Berikan sel darah merah lengkap/ Meningkatkan
packed, produk darah sesuai indikasi, oksigen,
dan

awasi

secara

ketat

jumlah

memperbaiki

sel

pembawah

defisiensi

untuk

untuk menurunkan resiko perdarahan

komplikasi transfusi
9. Berikan oksigen tambahan sesuai Memaksimalkan
indikasi

jaringan

transpor

oksigen

ke

10. Siapkan intrvensi pembedahan sesuai Transplantasi sumsum tulang dilakukan
indikasi

pada kegagalan sumsum tulang / anemia
aplastik

Diagnosa Keperawatan 2 : Intoleransi aktifitas b/d ketidakseimbangan suplai oksigen dan
kebutuhan
Tujuan : agar klien dapat beraktifitas kembali.
Kriteria evaluasi : pada klien dengan masalah keterbatasan aktifitas sebagai berikut :
1. Klien melaporkan peningkatan toleransi aktifitas
2. Klien menunujukkan penurunan fisiologis intoleransi, yaitu nadi,
pernafasan dan tekanan darah masih dalam rentan normal klien.
Inrervensi keperawatan
Intervensi
Mandiri

Rasional

1. Kaji kemampuan klien untuk melakukan Mempengaruhi pemilihan inervensi
tugas/aktifitas sehari-hari normal, catat
laporan

kelelahan,

keletihan,

dan

kelihan menyelesaikan tugas.
2. Kaji
kehilangan/
gangguan Menunjukkan
keseimbangan gaya jalan, kelemahan karena

perubahan

defisiensi

neurologis

vitamin

B

12

otot.
memengaruhi keamanan klien
3. Awasi tekanan darah, nadi, pernafasan Manifestasi kardio pulmonal dari upaya
selama dan sesudah aktifitas, serta catat jantung dan paru untuk membawa jumlah
respon terhadap tingkat aktifitas
oksigen ke jaringan
4. Berikan lingkungan yang tenang, Meningkatkan
istirahat
pertahankan

tira

diindikasikan.

Pantau

pengunjung,
berulang

telfon,
tindakan

untuk

baring

bila menurunkan kebutuhan oksigen tubuh

dan

batasi dan menurunkan regangan jantung dan

dan

gangguan paruh

yang

tidak

direncanakan
5. Ubah posisi klien dengan perlahan dan Hipotensi postural/ hipotensi serebral
pantau terhadap pusing
dapat menyebabkan pusing
6. Prioritaskan jadwal asuhan keperawatan Mempertahankan tingkat energi
untuk meningkatkan istirahat

meningkatkan

regangan

pada

dan

sistem

jantung dan pernafasan
7. Berikan bantuan dalam aktifitas bila .membantu aktifitas pasien untuk melatih
perlu
kebiasaannya bila perlu
8. Anjurkan klien untuk menghentikan Stres kardio pulmonal berlebihan dapat
aktifitas bila palpitasi, nyeri dada, nafas menimbulkan kegagalan/deskompensasi
pendek, dan kelemahan/pusing jika
terjadi

Diagnosis Keperawatan 3 : Peruabahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna makanan
Tujuan : agar kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi dan tidak terdapat penurunan berat
badan pada klien.
Kriteria Hasil :
1. Menunjukkan peningkatan berat badan atau berat badan stabil dengan nilai
laboratorium normal.
2. Memakan makanan tinggi protein, kalori, dan vitamin.
3. Menghindari makanan yang menyebabkan iritasi lambung
4. Mengembangkan rencana makan yang memperbaiki nutrisi optimal.
5. Tidak mengalami tanda malnutrisi
6. Menunjukkan perilaku perubahan pola hidup untuk mempertahankan berat badan yang
sesuai.
Intervensi Keperawatan
Intervensi
Mandiri

Rasional

1. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan Mengidentifikasi

defisiensi

dan

yang disukai.
menentukan intervensi.
2. Observasi dan catat masukan makanan Mengawasi masukan kalori.
klien.
3. Timbang berat badan tiap hari.

Mengawasi penurunan berat badan dan

efektivitas intervensi nutrisi.
4. Berikan makan sedikit-sedikit namun Makan sedikit-sedikit dapat menurunkan
frekuensinya sering.

kelemahan dan meningkatkan pemasuka,
juga mencegah distensi gaster.

5. Observasi dan cata kejadian mual Gejala GI dapat menunjukkan efek anemia

muntah, flatus dan gejala lain yang (hipoksia) pada organ.
berhubungan.
6. Berikan dan bantu hygiene mulut yang Meningkatkan
baik sebelum dan sesudah makan.

nafsu

makan

dan

pemasukan oral, menurunkan pertumbuhan
bakteri, dan meminimalkan kemungkinan
infeksi.

Kolaborasi
7. Konsul dengan ahli gizi.

Membantu dalam membuat rencana dari

untuk memenuhi kebutuhann individual.
8. Pantau pemeriksaan laboratorium: Hb/ Meningkatkan
efektivitas
program
Ht, BUN, albumin, protein, transferin, pengobatan.
besi serum, B12, asam folat.
9. Berikan obat sesuai indikasi:

Kebutuhan penggantian bergantung pada

 Vitamin dan suplemen mineral;

tipe anemia atau adanya masukan oral yang

 Tambahan besi oral

buruk.

 Berguna pada anemia defisiensi besi.
10. Beriken diet halus; rendah serat; Bila ada lesi oral, nyeri dapat membatasi
menghindari makanan panas, pedas, tipe makanan yang dapat ditoleransi klien.
atau terlalu asam.
11. Berikan suplemen nutrisi

Meningkatkan masukan protein dan kalori

Diagnosa keperawatan 4 : Resiko tinggi infeksi b/d pertahanan sekunder yang tidak adekuat
Tujuan : Pada klien ini bertujuan agar klien tidak mengalami penyebaran infeksi.
Kriteria evaluasi : pada klien dengan masalah infeksi sebagai berikut :
1. Meningkatnya penyembuhan luka
2. Bebas drainase purulen
3. Tidak ada eritema

4. Tidak demam
Intervensi keperwatan
Intervensi
Mandiri

Rasional

1. Tingkatkan cuci tangan yang baik Mencegah kontaminasi silang
oleh pemberi perawat dan klien
2. Pertahankan teknik dan aseptik ketat Menurunkan resiko infeksi
pada prosedur/perawatan luka
3. Pantau tanda vital dengan ketat
4. Tingkatkan masukan nutrisi adekuat
5. Batasi pengunjung sesuai indikasi

Deteksi dini adanya tanda-tanda infeksi
Meningkatkan pertahanan alamiah
Menurunkan
pemajangan
terhadap
patogen infeksi lain

2.4 Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien dengan
tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan
pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Lynda Juall Capenito, 1999:28)
Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah :
1) Infeksi tidak terjadi.
2) Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
3) Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
4) Peningkatan perfusi jaringan.
5) Dapat mempertahankan integritas kulit.
6) Membuat/kembali pola normal dari fungsi usus.
7) Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana
pengobatan.

BAB III
PENUTUP

3.1.

Kesimpulan

Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah
merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit dibawah normal. Anemia
mempunyai macam-macam jenisnya menurut penyebab, salah satunya anemia
mikrositik, defisiensi besi, dan asam folat.
3.2.

Saran

a. Dalm merencanakn tindakan keperawatan dilakukan dengan prosedur
keperawatan dan kode etik keperawatan
b. Perencanaan harus sesuai dengan kebutuhan utama pasien, sehingga
pelaksanaan keperawatan akan sesuai dengan kebutuhan untuk proses
penyembuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Handayani,Wiwik, Andis Sulistiyo Hari Bowo. 2008. Buku Ajar Asuahan Keperawatan Pada
Klien Dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta : Salemba Mediaka
A.Victor, Hoffbrend, dkk.2005. Kapita Selekta Hematologi Edisi 4. Jakarta : EGC
Arif, Mansjoer. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: EGC
Nurarif, Amin Huda. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction
http://kamuskesehatan.com/arti2014/anemia-mikrositik/ , diakses tanggal 24
November 2014, pukul 14.35 WIB