Kitik 2 titrasi asam basa

Siti Hanifah Nurjanah
20210130122
IV.

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Cara untuk mengetahui atau mengukur jumlah yang pasti dari suatu larutan

lainnya yaitu menggunakan metode titrasi. Titrasi adalah proses penambahan larutan
standar sampai reaksi tepat lengkap. Titik (saat) mana reaksi itu tepat lengkap,
disebut titik ekuivalen (setara) atau titik akhir teoritis. Titrasi lazimnya harus
terdeteksi oleh suatu perubahan yang dihasilkan oleh larutan standar (biasanya
ditambahkan dari dalam sebuah buret) itu sendiri, atau lebih lazim lagi, oleh
penambahan suatu reagen pembantu yang dikenal sebagai indikator (Basset dkk,
1994).
Pada praktikum kali ini dilakukan titrasi asam basa. Pada titrasi asam basa,
larutan uji ditambahkan sedikit demi sedikit, biasanya dalam buret, dalam bentuk
larutan yang sudah diketahui konsentrasinya. Penambahan ini diteruskan sampai
mencapai kesetaraan dengan larutan yang diuji. Cara untuk mengetahui kapan
penambahan larutan standar harus dihentikan, digunakan suatu zat yang disebut
sebagai larutan indikator yang ditambahkan dalam larutan yang diuji sebelum
penetesan larutan uji dilakukan. Larutan indikator ini menanggapi munculnya

kelebihan larutan uji dengan perubahan warna. Perubahan warna dapat atau tidak
dapat tepat pada titik ekuivalen. Titik dalam titrasi asam basa pada saat indikator
berubah warna disebut titik akhir. Berbagai indikator mempunyai tetapan ionisasi
yang berbeda dan akibatnya mereka menunjukkan warna pada range pH yang berbeda
(Keenan dkk, 2002).
Titrasi asam basa juga disebut sebagai reaksi asidi-alkalimetri. Asidimetri
adalah penentuan kadar suatu larutan basa dengan larutan asam. Alkalimetri adalah
penetapan kadar asam dengan standar basa. Asidi dan alkalimetri ini melibatkan
titrasi basa yang terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah
(basa bebas) dengan suatu asam standar (asidimetri), dan titrasi asam yang terbentuk
dari hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah (asam bebas) dengan suatu basa
standar (alkalimetri). Bersenyawanya ion hidrogen dan ion hidroksida untuk
membentuk air merupakan akibat reaksi-reaksi tersebut (Basset dkk, 1994).

Siti Hanifah Nurjanah
20210130122
Titrasi asam basa bertujuan menetapkan kadar sampel asam dengan
mentitrasinya dengan larutan baku (alkalimeteri) atau sampel basa dengan larutan
baku asam (asidimetri). Reaksi didasarkan pada netralisasi proton, H + atau H3O+,
asam oleh ion hidroksi, asam oleh ion hidroksi, OH - (basa) atau sebaliknya. Titrasi

asam-basa bila titik ekivalen suatu titrasi telah tercapai, berlaku :
Grek Asam

=

Grek Basa

( V.N ) Asam = ( V.N ) Basa
Langkah-langkah untuk melakukan titrasi asam-basa adalah pembuatan
pereaksi, menyiapkan indikator dan menyusun peralatan titrasi yaitu buret, statif, dan
klem. Pada praktikum kali ini larutan pereaksi yang digunakan adalah larutan asam
klorida (HCl) 0,1 N dan larutan natrium karbonat (Na2CO3) anhidrous 0,1 N.
Pembuatan larutan HCl 0,1 N dilakukan dengan cara dipipet sebanyak x ml HCl
pekat 12 N lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 250 ml yang sudah diisi akuades 100
ml. Perlu diingat bahwa dalam mencampurkan asam dengan aquades tidak boleh
ditambahkan air ke asam tetapi harus asam ke air. Setelah itu ditambahkan lagi
akuades sampai tanda batas lalu dikocok larutan sampai homogen.
Pembuatan Na2CO3 anhidrous 0,1 N dilakukan dengan cara ditimbang Na2CO3
sebanyak 0,53 gram dalam beaker glass menggunakan neraca analitik. Setelah itu
dipindahkan secara kuantitatif ke dalam labu ukur dengan cara melarutkan Na 2CO3

dengan akuades di beaker glass lalu dipindahkan ke dalam labu ukur 100 ml. Jika
langkah tersebut telah selesai dilanjutkan dengan menambahkan akuades sampai
tanda batas lalu dikocok larutan sampai homogen.
Selain menyiapkan larutan pereaksi, untuk melakukan titrasi dibutuhkan
larutan indikator. Larutan indikator ini menanggapi munculnya kelebihan larutan uji
dengan perubahan warna. Perubahan warna ini dapat atau tidak dapat tepat pada titik
kesetaraan (ekuivalensi). Titik dalam titrasi asam-basa pada saat indikator berubah
warna disebut titik akhir. Tentu saja diinginkan agar titik akhir ini sedekat mungkin
ke titik kesetaraan. Larutan indikator yang digunakan pada praktikum kali ini adalah
metil orange. Larutan metil orange dapat digunakan sebagai larutan indikator karena

Siti Hanifah Nurjanah
20210130122
metil orange mempunyai range pH dr 3,1-4,4, yang menunjukkan larutan tersebut
bersifat asam.
Titrasi asam kuat dengan basa lemah yaitu HCl dengan Na 2CO3, dilakukan
dengan cara dipipet 10 ml Na2CO 0,1 N ke dalam erlenmeyer lalu ditambahkan
kurang lebih tiga tetes indikator metil orange lalu diimasukkan HCl ke dalam buret
sebanyak 50 ml dengan posisi keran buret tertutup. Erlenmeyer dibawah keran buret
lalu dilakukan titrasi. Titrasi dilakukan sampai Na2CO3 yang telah ditetesi metil

orange berubah warna dari jingga menjadi merah. Reaksi yang terjadi :
2 HCl + Na2CO3 → 2 NaCl + H2O + CO2
Rangkaian alat untuk titrasi dapat dijelaskan melalui gambar berikut.

Gambar 1. Set Alat Titrasi
(Sriyani, 2008)
Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan didapatkan data sebagai
berikut.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Perhitungan Berdasarkan Titrasi Asam-Basa
Kel
N Na2CO3
V HCl
N HCl
Rata-rata N HCl
.
6
0,1002 N
9,00 ml
0,1113 N
7

0,1002 N
9,00 ml
0,1113 N
8
0,1006 N
9,05 ml
0,1111 N
0,1105 N
9
0,1006 N
9,00 ml
0,1112 N
10
0,1006 N
9,4 ml
0,1070 N

Siti Hanifah Nurjanah
20210130122
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014

1. Perhitungan massa Na2CO3 yang digunakan
Massa = N x V (l) x BE
106
= 0,1 x 0,1 x 2
= 0,1 x 0,1 x 53
= 0,53 gram
2. Perhitungan normalitas Na2CO3
Massa 1000
a. [Na2CO3] = BE x v (ml)
0 ,5335 1000
x
= 53
100
= 0,1006 N
Massa 1000
b. [Na2CO3] = BE x v (ml)
0 ,5311 1000
x
= 53
100

= 0,1002 N
3. Perhitungan hasil standarisasi HCl 0,1 N


Kelompok 6

V HCl x N HCl = V Na₂ CO₃ x N Na₂ CO₃
9,00 x N HCl = 10 x 0,1002
N HCl = 0,1113 N


Kelompok 7
V HCl x N HCl = V Na₂ CO₃ x N Na₂ CO₃
9,00 x N HCl = 10 x 0,1002
N HCl = 0,1113 N



Kelompok 8


V HCl x N HCl = V Na₂ CO₃ x N Na₂ CO₃
9,05 x N HCl = 10 x 0,1006
N HCl = 0,1111 N


Kelompok 9

Siti Hanifah Nurjanah
20210130122
V HCl x N HCl = V Na₂ CO₃ x N Na₂ CO₃
9,00 x N HCl = 10 x 0,1006
N HCl = 0,1112 N


Kelompok 10
V HCl x N HCl = V Na₂ CO₃ x N Na₂ CO₃
9,4 x N HCl = 10 x 0,1006
N HCl = 0,1070 N

Faktor yang paling sering menyebabkan ketidaktepatan data pada proses

titrasi adalah dalam melihat larutan yang berada di erlenmeyer sudah mencapai titik
ekivalen atau belum. Titik ekivalen pada percobaan ini dicapai ketika Na2CO3 sudah
mulai berwarna merah dan tidak kembali orange. Seringkali penetesan HCL kurang
terkontrol dan kurang hati hati sehingga Na2CO3 menjadi berwarna sangat merah,
sedangkan titik ekivalen dicapai pada saat Na2CO3 tepat berwarna merah. Hal tersebut
menyebabkan volume HCl yang didapat akan berlebih dan menyebabkan hasil
normalitas yang kurang dari seharusnya. Sebaliknya apabila volume HCl yang
didapat terlalu kecil (kurang pas) maka akan mengakibatkan normalitas yang didapat
lebih dari yang seharusnya. Perlu ditekankan kembali bahwa dalam pengamatan
perubahan Na2CO3 menjadi merah haruslah hati-hati, karena apabila Na 2CO3 tersebut
sudah berwarna merah dan setelah di kocok kembali lagi menjadi orange, maka
belum mencapai titik ekivalen.
Titrasi atau titrimetri mengacu pada analisa kimia kuantitatif yang dilakukan
dengan menetapkan volume suatu larutan yang konsentrasinya diketahui dengan
tepat, yang diperlukan untuk bereaksi secara kuantitatif dengan larutan dari zat yang
akan dianalisis. Larutan dengan konsentrasi yang diketahui tersebut disebut larutan
standar. Bobot zat yang hendak dianalisis dihitung dari volume larutan standar yang
digunakan serta hukum stoikiometri yang diketahui.
Larutan standar diperoleh melalui proses standarisasi sebelum melakukan
analisa konsentrasi larutan yang ingin dianalisa. Secara umum, larutan standar ada

dua jenis. Pertama, larutan standar primer yang menjadi acuan dalam proses
standarisasi. Kedua, larutan standar sekunder, yaitu larutan standar yang akan

Siti Hanifah Nurjanah
20210130122
distandarisasi dan lebih lanjutnya akan digunakan untuk proses analisis sampel.
Standarisasi perlu dilakukan, karena larutan standar sekunder biasanya bersifat tidak
stabil jika disimpan dalam waktu yang lama. Sedangkan larutan standar primer yang
dipilih biasanya memiliki sifat stabil jika disimpan dalam waktu yang lama, misalnya
saja tidak higroskopis sehingga konsentrasinya tidak mudah berubah.
Syarat larutan baku primer yaitu :
1. Memiliki kemurnian 100%
2. Bersifat stabil pada suhu kamar dan stabil pada suhu pemanasan
(pengeringan) disebabkan standar primer biasanya dipanaskan dahulu sebelum
ditimbang.
3. Mudah didapatkan (tersedia diaman-mana).
4. Memiliki berat molekul yang tinggi (MR), hal ini untuk menghindari
kesalahan relative pada saat menimbang. Menimbang dengan berat yang besar
akan lebih mudah dan memiliki kesalahan yang kecil dibandingkan dengan
menimbang sejumlah kecil zat tertentu.

5. Harus memenuhi kriteria syarat-syarat titrasi.
Contoh senyawa yang dapat dipakai untuk standar primer adalah :
 Arsen trioksida (As2O3) dipakai untuk membuat larutan natrium arsenit
NaASO2 yang dipakai untuk menstandarisasi larutan natrium periodat NaIO4,
larutan iodin I2, dan cerium (IV) sulfat Ce(SO4)2.
 Asam bensoat dipakai untuk menstandarisasi larutan natrium etanolat,
isopropanol atau DMF.
 Kalium bromat KBrO3 untuk menstandarisasi larutan natrium tiosulfat
Na2S2O3.
 Kalium hydrogen phtalat (KHP) dipakai untuk menstandarisasi larutan asam
perklorat dan asam asetat.
 Natrium Karbonat dipakai untuk standarisasi larutan H2SO4, HCl dan HNO3.
 Natrium klorida (NaCl) untuk menstandarisasi larutan AgNO3

Siti Hanifah Nurjanah
20210130122
 Asam sulfanilik (4-aminobenzene sulfonic acid) dipakai untuk standarisasi
larutan natrium nitrit.
Adapun syarat – syarat larutan baku sekunder :
1. Derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer
2. Berat ekivalennya tinggi
3. Larutan relatif stabil di dalam penyimpanan
Setelah proses standarisasi, dilanjutkan dengan proses analisa larutan sampel.
Larutan standar tersebut akan dialirkan dari buret ke larutan sampel yang biasanya
berada di labu erlenmeyer. Syarat terjadinya reaksi titrasi dengan baik adalah :
1. Reaksinya berlangsung cepat, bila perlu dapat digunakan katalis untuk
mempercepat reaksi
2. Reaksi berlangsung sederhana dan persamaan stoikiometrinya jelas
3. Tidak terjadi reaksi sampingan yang dapat mengganggu jalannya reaksi utama
4. Harus ada indikator yang dapat menunjukkan kapan titrasi dihentikan
Masalah kapan titrasi harus dihentikan, ada dua istilah yang lazim digunakan
pada titrasi. Titik ekuivalen yaitu titik saat jumlah mol larutan standar tepat bereaksi
dengan jumlah mol larutan sampel. Sehingga dengan persamaan N1.V1 = N2.V2
(keterangan: N = normalitas; V = volume), dapat ditentukan konsentrasi larutan
sampel. Sedangkan titik akhir titrasi adalah titik saat indikator menunjukkan gejala
yang menandai bahwa titik ekuivalen telah tercapai. Titik ekuivalen adalah hitungan
teoritis, sedangkan yang dapat diamati oleh praktikan adalah titik akhir titrasi. Oleh
karena itu pemilihan indikator hendaknya disesuaikan dengan kondisi titik ekuivalen
agar perubahan atau gejala yang ditunjukkan indikator tersebut benar-benar
merepresentasikan titik ekuivalen dengan error yang seminimal mungkin.
Menurut Sriyani (2008), ada dua cara umum untuk menentukan titik
ekuivalen pada titrasi asam basa, antara lain :
1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan,
kemudian membuat plot antara pH dengan volume titran untuk memperoleh
kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah “titik ekuivalen”.

Siti Hanifah Nurjanah
20210130122
2. Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan dua hingga tiga tetes
(sedikit mungkin) pada titran sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini
akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi
dihentikan. Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indikator
yang perubahan warnanya dipengaruhi oleh pH.
Indikator asam basa adalah senyawa khusus yang ditambahkan pada larutan,
dengan tujuan mengetahui kisaran pH dalam larutan tersebut. Indikator asam basa
biasanya adalah asam atau basa organik lemah. Senyawa indikator yang tak
terdisosiasi akan mempunyai warna berbeda dibanding dengan indikator yang
terionisasi. Sebuah indikator asam basa tidak mengubah warna dari larutan murni
asam ke murni basa pada konsentrasi ion hidrogen yang spesifik, melainkan hanya
pada kisaran konsentrasi ion hidrogen. Kisaran ini merupakan suatu interval
perubahan warna, yang menandakan kisaran pH (Winarto, 2012). Indikator asam basa
dijelaskan pada tabel 2.
Tabel 2. Daftar Indikator Asam-Basa
Indikator

Rentang pH

Timol biru

1,2-2,8

Pentametoksi
merah

1,2-2,3

Tropeolin OO

1,3-3,2

2,4-Dinitrofenol

2,4-4,0

Metil kuning

2,9-4,0

Metil oranye

3,1-4,4

Bromfenol biru

3,0-4,6

Tetrabromfenol
biru

3,0-4,6

Kuantitas
penggunaan
per 10 ml
1-2 tetes 0,1%
larutan
1 tetes 0,1%
dlm larutan
0% alkohol
1 tetes 1%
larutan
1-2 tetes 0,1%
larutan dlm
50% alkohol
1 tetes 0,1%
larutan dlm
90% alkohol
1 tetes 0,1%
larutan
1 tetes 0,1%
larutan
1 tetes 0,1%
larutan

Asam

Basa

merah

kuning

merah-ungu

tak berwarna

merah

kuning

tak berwarna

kuning

merah

kuning

merah

oranye

kuning

biru-ungu

kuning

biru

Siti Hanifah Nurjanah
20210130122

Indikator

Rentang pH

Alizarin natrium
sulfonat

3,7-5,2

α-Naftil merah

3,7-5,0

p-Etoksikrisoidin

3,5-5,5

Bromkresol hijau

4,0-5,6

Metil merah

4,4-6,2

Bromkresol ungu

5,2-6,8

Klorfenol merah

5,4-6,8

Bromfenol biru

6,2-7,6

p-Nitrofenol

5,0-7,0

Azolitmin

5,0-8,0

Fenol merah

6,4-8,0

Neutral merah

6,8-8,0

Rosolik acid

6,8-8,0

Kresol merah

7,2-8,8

α-Naftolftalein

7,3-8,7

Tropeolin OOO

7,6-8,9

Timol biru

8,0-9,6

Fenolftalein (pp)

8,0-10,0

Kuantitas
penggunaan
per 10 ml
1 tetes 0,1%
larutan
1 tetes 0,1%
larutan dlm
70% alkohol
1 tetes 0,1%
larutan
1 tetes 0,1%
larutan
1 tetes 0,1%
larutan
1 tetes 0,1%
larutan
1 tetes 0,1%
larutan
1 tetes 0,1%
larutan
1-5 tetes 0,1%
larutan
5 tetes 0,5%
larutan
1 tetes 0,1%
larutan
1 tetes 0,1%
larutan dlm
70% alkohol
1 tetes 0,1%
larutan dlm
90% alkohol
1 tetes 0,1%
larutan
1-5 tetes 0,1%
larutan dlm
70% alkohol
1 tetes 0,1%
larutan
1-5 tetes 0,1%
larutan
1-5 tetes 0,1%
larutan dlm
70% alkohol

Asam

Basa

kuning

ungu

merah

kuning

merah

kuning

kuning

biru

merah

kuning

kuning

ungu

kuning

merah

kuning

biru

tak berwarna

kuning

merah

biru

kuning

merah

merah

kuning

kuning

merah

kuning

merah

merah mawar

hijau

kuning

merah
mawar

kuning

biru

tak berwarna

merah

Siti Hanifah Nurjanah
20210130122

Indikator

Rentang pH

α-Naftolbenzein

9,0-11,0

Timolftalein

9,4-10,6

Nile biru

10,1-11,1

Alizarin kuning

10,0-12,0

Salisil kuning

10,0-12,0

Diazo ungu

10,1-12,0

Tropeolin O

11,0-13,0

Nitramin

11,0-13,0

Poirrier's biru

11,0-13,0

Asam
12,0-13,4
trinitrobenzoat
Sumber : Winarto, 2012

Kuantitas
penggunaan
per 10 ml
1-5 tetes 0,1%
larutan dlm
90% alkohol
1 tetes 0,1%
larutan dlm
90% alkohol
1 tetes 0,1%
larutan
1 tetes 0,1%
larutan
1-5 tetes 0,1%
larutan dlm
90% alkohol
1 tetes 0,1%
larutan
1 tetes 0,1%
larutan
1-2 tetes 0,1%
larutan dlm
70% alkohol
1 tetes 0,1%
larutan
1 tetes 0,1%
larutan

Asam

Basa

kuning

biru

tak berwarna

biru

biru

merah

kuning

lilac

kuning

oranyecoklat

kuning

ungu

kuning

oranyecoklat

tak berwarna

oranyecoklat

biru

ungu-pink

tak berwarna

oranyemerah

Tabel 3. Daftar Indikator Asam-Basa Alami
Warna
Bunga

Nama
Bunga

Warna Air
Bunga

Warna Air
Bunga
Keadaan
Asam

Warna Air
Bunga
Keadaan Basa

Merah

Kembang
sepatu

Ungu muda

Merah

Hijau tua

Kuning

Terompet

Kuning
keemasan

Emas muda

Emas tua

Ungu

Anggrek

Ungu tua

Pink tua

Merah

Asoka

Coklat muda

Oranye muda

Kuning

Kunyit

Oranye

Oranye cerah

Ungu

Bougenville

Pink tua

Pink muda

Hijau
kemerahan
Coklat
Coklat
kehitaman
Coklat teh

Siti Hanifah Nurjanah
20210130122
Pink

Euphorbia

Pink keputihputihan

Pink muda

Hijau lumut

Merah

Kamboja

Coklat tua

Coklat oranye

Coklat
kehitaman

Sumber : Winarto, 2012
Menurut Winarto (2012), senyawa alam banyak yang digunakan sebagai
indikator asam basa alami. Beberapa tumbuhan yang bisa dijadikan sebagai bahan
pembuatan indikator asam basa alami antara lain adalah kubis ungu, sirih, kunyit, dan
bunga yang mempunyai warna (anggrek, kamboja jepang, bunga sepatu, asoka, bunga
kertas). Cara membuat indikator asam basa alami adalah :
1. Menumbuk bagian bunga yang berwarna pada mortar.
2. Menambahkan sedikit akuades pada hasil tumbukan sehingga didapatkan
ekstrak cair.
3. Ekstrak diambil dengan pipet tetes dan dan diteteskan dalam keramik.
4. Menguji dengan meneteskan larutan asam dan basa pada ekstrak, sehingga
ekstrak dapat berubah warna.

Siti Hanifah Nurjanah
20210130122

V.

KESIMPULAN


HCl

merupakan

larutan

baku

sekunder

karena

akan

dicari

konsentrasinya sedangkan Na2CO3 merupakan larutan baku primer karena
konsentrasinya sudah diketahui dengan tepat.


HCl dapat distandarisasi menggunakan larutan Na2CO3.



Titrasi HCl dengan Na2CO3 memerlukan indicator yaitu metil orange.



Indikator metil orange jika digunakan pada larutan basa maka warna

larutan akan berubah warna menjadi kuning, namun jika digunakan pada
larutan basa maka warna larutan akan berubah warna menjadi merah.


Perubahan warna pada larutan yang dititrasi disebabkan oleh resonansi

isomer elektron.

Siti Hanifah Nurjanah
20210130122

DAFTAR PUSTAKA
Basset, J., R.C., Denney, G.H. Jeffery, dan J. Mendham. 1994. Buku Ajar Vogel :
Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Edisi 4. EGC. Jakarta
Keenan, C.W., Kleinfelter, D.C., dan Wood, J.H. 2002. Ilmu Kimia untuk Universitas
: Edisi Keenam. Erlangga. Jakarta
Sriyani.

Winarto,

2008.
Materi
titrasi
asam
basa.
Terdapat
http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2008/SRIYANI
%28050679%29/materi_3.html (diakses pada 16 September 2014)
Dwi.
2012.
Indicator
Asam
http://www.ilmukimia.org/2013/01/indikator-asam-basa.html

di

Basa.