Hubungan Kondisi Sanitasi Dasar dan Kualitas Air Sungai dengan Keluhan Kesehatan Diare Pada Pengguna Air Sungai Di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun Kota Medan Tahun 2012

(1)

HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR DENGAN KELUHAN KESEHATAN DIARE SERTA KUALITAS AIR SUNGAI PADA PENGGUNA

AIR SUNGAI DELI DI KELURAHAN SUKARAJA KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN TAHUN 2012

SKRIPSI

OLEH:

NIM. 091000276 YUKI LAURA ANGELINE

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR DENGAN KELUHAN KESEHATAN DIARE SERTA KUALITAS AIR SUNGAI PADA PENGGUNA

AIR SUNGAI DELI DI KELURAHAN SUKARAJA KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN TAHUN 2012

SKRIPSI

Diajukan Sebagai salah satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH:

NIM. 091000276 YUKI LAURA ANGELINE

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(3)

(4)

ABSTRAK

Keluhan diare pada masyarakat pengguna air sungai Deli masih cukup tinggi. Penyebabnya diduga karena sanitasi dasar yang belum memenuhi syarat dan kebiasaan masyarakat yang masih menggunakan air sungai sebagai sumber air bersih.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa hubungan antara kondisi sanitasi dasar dengan keluhan diare penggunaair sungai dan mengetahui kualitas air sungai Deli.

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan desain cross sectional. Penelitian ini dilakukan di sepanjang aliran sungai Deli Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun dengan sampel sebanyak 59 ibu rumah tangga.

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan bermakna antara sanitasi sarana air bersih (p=0,024), jamban keluarga (p=0,016), dan pembuangan sampah (p=0,045) dengan keluhan diare, dan tidak ada hubungan antara sarana pembuangan air limbah (p=0,050) dengan keluhan diare. Dari hasil pemeriksaan laboratorium, air sungai Deli pada daerah hulu tidak melebihi baku mutu untuk parameter fisik (suhu), kimia (nitrat dan selenium), danbiologi (E.coli) berdasarkan PP no. 82 tahun 2001, sedangkan daerah tengah dan hilir ditemukan jumlah E.Coli

(tengah kanan = 110ml/l, tengah kiri = 130ml/l, hilir kanan = 130ml/l, hilir Kiri = 140ml/l) yang telah melebihi baku mutu yang diizinkan (100ml/l).

Berdasarkan hasil penelitian ini, air sungai Deli daerah tengah dan hilir telah tercemar tinja dan terdapat hubungan antara kondisi sanitasi dasar dengan keluhan diare. Disarankan kepada masyarakat agar lebih menjaga kebersihan air sungai sebagai sumber air bersih dan memperhatikan hygiene perorangan dan kepada Pemda Medan agar dapat meningkatkan program penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan.


(5)

ABSTRACT

Diarrhea on Deli river users was fairly high. The cause of the problem was suspected by the unhealthy basic sanitation and people’s habits in using river water as water source.

The study aimed to analyze the association between condition of basic sanitation and diarrheaon Deli river users and to know Deli water riverquality.

The study was conducted by descriptive method with cross sectional study design. This research conducted along the riverside area of Deli on Sukaraja village Medan Maimun Sub District with 59 housewives sample.

The result showed there wascorrelation between sanitation of water resources (p=0,024), family latrines (p=0,016), garbage disposal (p=0,045) and diarrhea, and there was no correlation between sanitation of waste water treatment (p=0,050) and diarrhea. From the results of laboratory tests, river waterquality in upstream area did not exceed the the specified threshold value, such as temperature, nitrate, selenium, and E. coli. according to PP no. 82 tahun 2001, while in middle and downstream area number of E. Coli was found (middle right =110ml/l, middle left =130ml/l, downstreamright =130ml/l, downstream left = 140ml/l) had exceededthe specified threshold value (100ml/l).

Based on the result of study, Deli river in middle and downstream area had contaminated by feces and there was a significant association between basic sanitation and diarrhea. Suggested for Local Government Medan District to be more intensive on water supply and environmental health program and people to care about their basic sanitation.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : YUKI LAURA ANGELINE PASARIBU

Tempat/ Tanggal Lahir : Medan, 17 Oktober 1985 Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Kawin

Anak : Pertama dari 3 bersaudara

Alamat Rumah : Komplek Proyek Sei.Ular no. 10 Lubuk Pakam

Riwayat Pendidikan

TK Nusantara Lubuk Pakam : (1990 - 1991) SD Nusantara Lubuk Pakam : (1991 - 1997) SLTP Negeri 1 Lubuk Pakam : (1997 - 2000) SMU Negeri 1 Lubuk Pakam : (2000 - 2003) Akbid Santa Elisabeth Medan : (2003 - 2006) Fakultas Kesehatan Masyarakat USU : (2009 - 2013)


(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan termulia karena atas kasih dan karunia-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Kondisi Sanitasi Dasar dan Kualitas Air Sungai dengan Keluhan Kesehatan Diare Pada Pengguna Air Sungai Di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun Kota Medan Tahun 2012”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak hingga akhirnya skripsi ini dapat selesai tepat pada waktunya. Karena itu sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ir. Evi Naria, M.Kes selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan dan Dosen Penasehat Akademik sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah memberikan arahan, nasehat dan saran kepada penulis hingga skripsi ini dapat berjalan dengan lebih baik dan berkualitas.

3. Prof.Dr.Dra. Irnawati Marsaulina,MS selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis hingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan lebih baik dan berkualitas.


(8)

4. Seluruh Dosen dan staff Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, serta kak dian kesling, kak juli dan kak anggi perpustakaan yang memberi perhatian dan membantu memperlancar skripsiku.

5. Pegawai BTKL Noviandi, M. Kes, Hendra Ketaren, SKM dan Maida Silalahi, SKM yang telah membantu memberi saran dan masukkan dalam penelitian ini 6. Ayahanda tercinta Ir. D. Pasaribu dan ibunda tersayang L. Hutapea, SPd yang

mencurahkan kasih sayangnya sepanjang waktu hidupku dalam membimbing membantu dan membimbing skripsiku baik secara moril dan materil.

7. Adikku terkasih Natalie Grace Pasaribu, Amd dan Andrew Maxwell Pasaribu. 8. Sahabat-sahabatku Arnold Hutabarat, Erwin Saleh, Shinta Sinaga dan Merry

Tobing yang banyak memberikan arahan dan masukan dan teman-temanku lainya Risda Manik, Christian Sitepu, Fadhil Munthe serta sahabatku yang lainya yang memberikan arahan secara moril.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi semua pihak.

Medan, Januari 2013 Penulis,


(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3.Tujuan Penelitian ... . 4

1.3.1.Tujuan Umum ... 4

1.3.2. Tujuan Khusus ... 4

1.4. Manfaat Penelitan ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Air ... 6

2.1.1. Pengertian Air ... 6

2.1.2. Perbedaan Air Bersih dengan Air Minum ... . 6

2.1.3. Jenis-jenis Sumber Air Bersih ... 7

2.1.3.1. Perusahaan Air Minum (PAM) ... 7

2.1.3.2. Sumur Gali dan Bor ... 7

2.1.3.3. Sungai (Air Permukaan) ... 8

2.2. Morfologi Sungai ... 9

2.3. Daerah Aliran Sungai (DAS) ... . 9

2.4. Kualitas Air Bersih ... 10

2.4.1. Kualitas Fisik ... 10

2.4.2. Kualitas Kimia. ... 12

2.4.3. Parameter Radioaktifitas ... 13

2.4.4. Kualitas Biologi ... 13

2.5. Pencemaran Air ... 13

2.5.1. Indikator Pencemaran Limbah dalam Air ... 14

2.5.1.1. Suhu ... 14

2.5.1.2. Nitrat ... 14

2.5.1.3. Selenium ... 15

2.5.2. Indikator Pencemaran Tinja dalam Air ... 15

2.5.2.1. Essecheria coli ... 15

2.6. Hubungan antara Pencemaran Air dengan Keluhan Kesehatan. ... 16


(10)

2.7.1. Sarana Air Bersih ... 18

2.7.2. Sarana Jamban Keluarga ... 18

2.7.2.1. Syarat Jamban Sehat ... 19

2.7.2.2. Transmisi Penyakit dari Tinja ... 20

2.7.3. Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) ... 20

2.7.3.1. Syarat Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) .. 20

2.7.4. Sarana Pembuangan Sampah ... 20

2.7.4.1. Syarat-syarat Tempat Sampah yang Memenuhi Syarat Kesehatan ... 21

2.8. Diare ... 21

2.8.1. Klasifikasi Diare ... 22

2.8.2. Gejala Tanda Diare ... 24

2.9. Kerangka Konsep ... 30

2.10. Hipotesis ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

3.1. Jenis Penelitian ... 32

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 32

3.2.2. Waktu Penelitian ... 32

3.3. Populasi dan Sampel ... 32

3.3.1. Populasi ... 32

3.3.2. Sampel ... 32

3.4. Objek Penelitian ... 33

3.5. Teknik Pengumpulan Data ... 33

3.5.1. Data Primer ... 33

3.5.2. Data Sekunder ... 34

3.6. Defenisi Operasional ... 34

3.7. Aspek Pengukuran ... 36

3.8. Metode Analisa Data Hasil Pemeriksaan Kualitas Air ... 38


(11)

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 39

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 39

4.1.1. Kecamatan Medan Maimun ... 39

4.1.2. Kelurahan SukaRaja ... 39

4.1.2.1. Geografis ... 39

4.1.2.2. Demografi ... 39

4.2. Analisis Univariat ... 40

4.2.1. Karakteristik Responden Pengguna Air Sungai Deli di Kelurahan SukaRajaKecamatan Medan Maimun ... 40

4.2.2. Kondisi Sanitasi Dasar Pengguna Air Sungai Deli di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun ... 41

4.2.3. Keluhan Kesehatan Diare Pengguna Air Sungai Deli di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun ... 45

4.3. Analisisis Bivariat ... 46

4.3.1. Hubungan Kondisi Sanitasi Dasar Dengan Keluhan Kesehatan Diare ... 46

4.4. Kualitas Air Sungai Deli ... 48

BAB V PEMBAHASAN ... 49

5.1. Karakteristik Responden ... 49

5.2. Kondisi Sanitasi Dasar Responden ... 49

5.3. Keluhan kesehatan Diare Responden ... 52

5.4. Hubungan Kondisi Sanitasi dasar dengan Keluhan Kesehatan Diare Sumber Air bersih yang digunakan ... 52

5.5. Hubungan Kondisi Sarana Jamban Keluarga dengan Dengan keluhan Kesehatan Diare ... 53


(12)

5.6. Hubungan Kondisi Sarana Saluran Pembuangan Air

Limbah dengan dasar dengan Keluhan Kesehatan Diare ... 55

5.7. Hubungan Kondisi Sarana Pembuangan Sampah dengan Keluhan kesehatan Diare ... 55

5.8. Hasil pemeriksaan Kualitas Sungai Deli ... 56

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 58

6.1. Kesimpulann ... 58

6.2.Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 2.1. Parameter Kualitas Fisik Air Bersih………... 12 Tabel 2.2. Parameter Kualitas Kimia Air Bersih………. 12

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Pengguna Air Sungai Deli di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun Berdasarkan Umur, dan

Tingkat Pendidikan Pada Tahun 2012……….. 35 Tabel 4.2. Kondisi Sanitasi Dasar Pengguna Air Sungai Deli di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun Berdasarkan Sarana Air Bersih, Sarana Jamban Keluarga, Sarana Pembuangan Air

limbah, dan Sarana Pembuangan Sampah……….. 37 Tabel 4.3. Kondisi Sanitasi Sarana Jamban Keluarga Pengguna

Air Sungai Deli di Kelurahan Sukaraja Kecamatan

Medan Maimun Tahun 2012... 38 Tabel 4.4. Kondisi Sanitasi Sarana Pembuangan Air Limbah

Pengguna Air Sungai Deli di Kelurahan Sukaraja

Kecamatan Medan Maimun Tahun 2012... 39 Tabel 4.5. Kondisi Sanitasi Sarana Pembuangan Sampah Pengguna Air

Sungai Deli di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun Tahun 2012………...……….. 40 Tabel 4.6. Keluhan Kesehatan Diare Pengguna Air Sungai Deli di

Kelurahan Sukaraja Kecamatan

Medan Maimun………... 41 Tabel 4.7. Hubungan Kondisi Sanitasi Dasar Dengan Keluhan Kesehatan

Diare Berdasarkan Sarana Air Bersih, Sarana Jamban Keluarga, Sarana Pembuangan Air Limbah,

dan Sarana Pembuangan Sampah... 43 Tabel 4.8. Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Sungai Deli berdasarkan

Parameter PP Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan


(14)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner penelitian

Lampiran 2 Peta sungai Deli Lampiran 3 Tabel Frekuensi

Lampiran 4 Gambar pada saat penelitian Lampiran 5 PP 82 Tahun 2001

Lampiran 6 Hasil Laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) Lampiran 7 Survei Pendahuluan Penelitian

Lampiran 8 Surat permohonan izin melakukan penelitian

Lampiran 9 Surat keterangan telah selesai melakukan penelitian


(15)

ABSTRAK

Keluhan diare pada masyarakat pengguna air sungai Deli masih cukup tinggi. Penyebabnya diduga karena sanitasi dasar yang belum memenuhi syarat dan kebiasaan masyarakat yang masih menggunakan air sungai sebagai sumber air bersih.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa hubungan antara kondisi sanitasi dasar dengan keluhan diare penggunaair sungai dan mengetahui kualitas air sungai Deli.

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan desain cross sectional. Penelitian ini dilakukan di sepanjang aliran sungai Deli Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun dengan sampel sebanyak 59 ibu rumah tangga.

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan bermakna antara sanitasi sarana air bersih (p=0,024), jamban keluarga (p=0,016), dan pembuangan sampah (p=0,045) dengan keluhan diare, dan tidak ada hubungan antara sarana pembuangan air limbah (p=0,050) dengan keluhan diare. Dari hasil pemeriksaan laboratorium, air sungai Deli pada daerah hulu tidak melebihi baku mutu untuk parameter fisik (suhu), kimia (nitrat dan selenium), danbiologi (E.coli) berdasarkan PP no. 82 tahun 2001, sedangkan daerah tengah dan hilir ditemukan jumlah E.Coli

(tengah kanan = 110ml/l, tengah kiri = 130ml/l, hilir kanan = 130ml/l, hilir Kiri = 140ml/l) yang telah melebihi baku mutu yang diizinkan (100ml/l).

Berdasarkan hasil penelitian ini, air sungai Deli daerah tengah dan hilir telah tercemar tinja dan terdapat hubungan antara kondisi sanitasi dasar dengan keluhan diare. Disarankan kepada masyarakat agar lebih menjaga kebersihan air sungai sebagai sumber air bersih dan memperhatikan hygiene perorangan dan kepada Pemda Medan agar dapat meningkatkan program penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan.


(16)

ABSTRACT

Diarrhea on Deli river users was fairly high. The cause of the problem was suspected by the unhealthy basic sanitation and people’s habits in using river water as water source.

The study aimed to analyze the association between condition of basic sanitation and diarrheaon Deli river users and to know Deli water riverquality.

The study was conducted by descriptive method with cross sectional study design. This research conducted along the riverside area of Deli on Sukaraja village Medan Maimun Sub District with 59 housewives sample.

The result showed there wascorrelation between sanitation of water resources (p=0,024), family latrines (p=0,016), garbage disposal (p=0,045) and diarrhea, and there was no correlation between sanitation of waste water treatment (p=0,050) and diarrhea. From the results of laboratory tests, river waterquality in upstream area did not exceed the the specified threshold value, such as temperature, nitrate, selenium, and E. coli. according to PP no. 82 tahun 2001, while in middle and downstream area number of E. Coli was found (middle right =110ml/l, middle left =130ml/l, downstreamright =130ml/l, downstream left = 140ml/l) had exceededthe specified threshold value (100ml/l).

Based on the result of study, Deli river in middle and downstream area had contaminated by feces and there was a significant association between basic sanitation and diarrhea. Suggested for Local Government Medan District to be more intensive on water supply and environmental health program and people to care about their basic sanitation.


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Acuan pembangunan kesehatan saat ini adalah konsep “ Paradigma Sehat“ yaitu pembangunan kesehatan yang memberikan prioritas utama pada upaya pelayanan peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit (preventive).

Paradigma sehat menjadi orientasi baru dalam pembangunan kesehatan di dunia termasuk Indonesia. Perumusan visi Indonesia sehat 2010, melalui empat strategi pembangunan kesehatan merupakan wujud dari perubahan paradigma yang kita anut. Kebijaksaanan pembangunan lebih ditekankan pada upaya promotif dan

preventive dengan meningkatkan, melindungi orang sehat agar menjadi lebih sehat dan produktif serta tidak jauh dari sakit dapat pula disembuhkan agar menjadi sehat.

Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Faktor-faktor risiko yang menimbulkan diare antara lain sarana air bersih yang tidak memenuhi syarat, pembuangan tinja (termasuk tinja bayi) yang tidak memenuhi syarat serta penggelolaan sampah yang merupakan tempat hidup mikroorganisme pathogen. Faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula yaitu melalui makanan dan minuman maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare (DirjenPPMN-PLP, 2000).

Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia karena morbiditas dan mortalitas-nya yang masih


(18)

tinggi. Berdasarkan hasil survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare (Depkes RI, 2010), terlihat adanya kecenderungan insidens naik dari tahun 2003 sampai 2010. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi dengan CFR yang masih tinggi. Tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74 %).

Angka prevalensi diare pada tahun 2007 di Provinsi Sumatera Utara adalah sebesar 8,8%, dimana angka prevalensi nasional adalah 9%. Sekarang diperkirakan ada 60 % penduduk di kota Medan ini sulit untuk mendapat akses air bersih dan kebanyakan dari masyarakat berpenghasilan rendah. Meski ini masih berupa

persentasi perkiraan, paling tidak pemerintah harus memberikan perhatian serius pada persoalan air bersih. Sulitnya penduduk memperoleh air bersih dapat menimbulkan persoalan baru salah satunya buruknya kesehatan masyarakat.

Sungai Deli adalah salah satu sungai yang membelah kota Medan melewati beberapa Kecamatan yaitu Kecamatan Medan Maimun, Medan Polonia, Medan sunggal, Medan selayang, Medan kota, Medan denai, dan Medan Petisah. Beberapa anak sungainya berada disepanjang Kecamatan Medan Maimun dan melintasi pertokoan, perdagangan, dan pemukiman domestik.

Setiap manusia dimanapun berada membutuhkan tempat untuk tinggal yang disebut rumah. Rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan


(19)

sosialnya baik untuk kesehatan keluarga dan individu (Komisi WHO Mengenai Kesehatan dan Lingkungan, 2001).

Perumahan yang sehat tidak lepas dari ketersediaan prasarana dan sarana yang terkait, seperti penyediaan air bersih, sanitasi pembuangan sampah, transportasi, dan tersedianya pelayanan sosial (Krieger, 2002). Permukiman kumuh di bantaran sungai Deli dan Faktor manusia yang menggunakan bantaran sungai untuk mendirikan rumah tinggal dan tempat buangan sampah telah menyempitkan alur sungai. Penyumbatan-penyumbatan sampah di alur-alur riol dan anak-anak sungai telah memperburuk keadaan lingkungan Sungai Deli.

Selain itu, sarana pembuangan air limbah rumah tangga memiliki kondisi yang tidak memenuhi syarat kesehatan, dimana terlihat air limbah rumah tangga yang dihasilkan langsung dibuang ke badan sungai. Kondisi ini jelas sangat berpengaruh pada kualitas sumber air bersih karena dapat mengandung senyawa kimia dan mikroorganisme berbahaya.

Berdasarkan data dari Puskesmas Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun tahun 2011, diare merupakan penyakit terbesar ketiga (879 kasus) setelah ISPA (7405 kasus) dan Gastritis (2536 kasus).

Berdasarkan survei awal yang telah dilakukan, ternyata sungai Deli di kelurahan Sukaraja terlihat keruh, berwarna coklat kekuningan, dan terlihat adanya buangan limbah industri domestik sementara di hilir sungai, sebagian besar masyarakat menggunakan air sungai deli untuk Mandi Cuci Kakus (MCK).


(20)

1.2. Perumusan Masalah

Secara statistik angka kesakitan diare masyarakat di sepanjang aliran sungai tercatat cukup tinggi. Sanitasi dasar, khususnya sanitasi penyediaan air bersih, menjadi penting bagi kesehatan masyarakat di sepanjang aliran sungai karena kebiasaan sebagian besar masyarakat di sana yang masih menggunakan sungai Deli sebagai sumber air bersih. Padahal secara fisik, air sungai Deli terlihat keruh dan kuning kecoklatan. Dari beberapa wilayah penduduk yang berada di sepanjang bantaran sungai, terlihat rumah dengan sarana pembuangan tinja (jamban) yang langsung dibuang ke aliran sungai tanpa ditampung melalui septic tank. Kondisi sanitasi dasar yang buruk dikuatirkan dapat menjadi media penularan penyakit bagi masyarakat pengguna air sungai Deli, yaitu diare.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan kondisi sanitasi dasar sungai dengan keluhan kesehatan diare serta kualitas air pada pengguna air sungai deli di kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun, kota Medan 2012.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan kondisi sanitasi air bersih dengan keluhan kesehatan diare.

2. Untuk mengetahui hubungan kondisi sanitasi jamban keluarga dengan keluhan kesehatan diare.


(21)

4. Untuk mengetahui hubungan kondisi sanitasi pembuangan sampah dengan keluhan kesehatan diare.

5. Untuk mengetahui kualitas air sungai Deli yang terdiri dari suhu, selenium, Nitrat,

e. Coli.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Memberi masukan bagi Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Medan tentang kualitas air Sungai Deli sehingga dapat digunakan dalam implementasi pengelolaan sumber daya air.

2. Sebagai bahan informasi mengenai pentingnya sanitasi dasar bagi masyarakat yang bermukim di daerah aliran sungai.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Air

Air merupakan senyawa yang disusun oleh unsur Hidrogen dan Oksigen dengan rumus molekulnya H2O, di dalam kondisi suhu sekitar (250C) dan tekanan 1 atmosfir

yang berupa fluida cair. Air menutupi sekitar 70% permukaan bumi dengan jumlah sekitar 1.368 juta ��3 (Angel dan Wolseley, 1992 dalam Effendi, 2001).

2.1.1. Pengertian Air

Menurut PP No. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air bahwa yang dimaksud dengan air adalah semua air yang terdapat pada, diatas ataupun dibawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, air laut yang berada didarat. Air adalah salah satu diantara pembawa penyakit yang berasal dari tinja untuk sampai kepada manusia. Supaya air yang masuk ketubuh manusia baik berupa makanan dan minuman tidak menyebabkan penyakit maka pengolahan air baik berasal dari sumber, jaringan transmisi atau distribusi adalah mutlak diperlukan untuk mencegah

terjadinya kontak antara kotoran sebagai sumber penyakit. 2.1.2. Perbedaan Air Bersih dengan Air Minum

Berdasarkan Permenkes RI no.416/Menkes/IX/1990, air bersih adalah adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Sedangkan air minum adalah air


(23)

yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum tanpa dilakukan pengolahan.

2.1.3. Jenis – jenis Sumber Air Bersih

Pemilihan sumber air bersih dan pemanfaatannya tergantung dari jumlah anggota keluarga, sistem perpipaan, musim, jarak ke sumber air bersih, biaya, pendidikan, tipe rumah, ukuran tempat pengangkut air, tenaga yang dibutuhkan, penggunaan, tempat mencuci pakaian, agama/adat-istiadat. Menurut Sanropie (1986) Jenis sarana sumber air bersih ada beberapa macam yaitu mata air, sumur gali dan bor dan air permukaan (sungai).

2.1.3.1. Perusahaan Air Minum (PAM)

PAM adalah perusahaan yang menangani air bersih dengan sistim perpipaan. Menurut Biro Pusat Statistik (1995), status perusahaan air minum di Indonesia terdiri dari: Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) adalah perusahaan yang merupakan prasarana air bersih (air minum) untuk kebutuhan lebih dari 60 liter/orang/hari yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Air dari PAM dianggap memenuhi syarat sebagai sumber air bersih.

2.1.3.2. Sumur Gali dan Bor

Menurut Depkes RI tahun 1990, sumur gali adalah sarana air bersih yang mengambil/memanfaatkan air tanah dengan cara menggali lubang di tanah dengan menggunakan tangan sampai mendapatkan air. Lubang kemudian diberi dinding, bibir, tutup, dan lantai serta Saluran Penbuangan Air Limbah (SPAL). Sedangkan sumur bor adalah sarana air bersih yang sama seperti sumur gali, letak perbedaannya


(24)

adalah terletak dari cara menggali lubang, sumur bor menggali lubang dengan menggunakan bor, keuntungan yang di dapat adalah sumur bor dapat mencapai kedalaman 40 meter, untuk mendapatkan air, sumur bor dilengkapi dengan alat penghisap air.

2.1.3.3. Sungai (Air Permukaan)

Berdasarkan PP RI No.35 Tahun 1991 tentang Sungai, sungai adalah tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya serta sepanjang pengaliranya oleh garis sempadan.

Sungai yaitu saluran pengaliran air yang terbentuk mulai dari hulu di daerah pegunungan/tinggi sampai bermuara di laut/danau. Sebagian besar air hujan yang turun ke permukaan tanah, mengalir ke tempat-tempat yang lebih rendah dan setelah mengalami bermacam-macam perlawanan akibat gaya berat, akhirnya melimpah ke danau atau laut. Suatu alur yang panjang di atas permukaan bumi tempat mengalirnya air yang berasal dari hujan disebut alur sunga dan perpaduan antara alur sungai dan aliran air di dalamnya disebut sungai ( Gayo, 1994).

Dari sudut pandang ekologi, secara umum wilayah sungai juga dapat dimasukkan ke dalam bagian wilayah keairan, baik wilayah keairan diam (tidak mengalir) dan wilayah keairan dinamis (mengalir). Wilayah keairan tidak mengalir misalnya danau, telaga, sungai mati, anak sungai yang mengalir hanya pada musim penghujan, rawa dan lain- lain. Adapun yang termasuk wilayah keairan yang dinamis atau mengalir adalah sungai permukaan, sungai bawah tanah dan lain-lain.


(25)

2.2. Morfologi Sungai

Faktor dominan yang berpengaruh terhadap pembentukan permukaan bumi adalah aliran air, termasuk di dalamnya sungai permukaan. Aliran air ini melintasi permukaan bumi dan membentuk alur aliran sungai atau morfologi sungai tertentu. Morfologi sungai tersebut menggambarkan keterpaduan antara karakteristik abiotik (fisik-hidrologi, hidraulika, sedimen, dan lain-lain) dan karakteristik biotik (biologi atau ekologi-flora dan fauna) daerah yang dilaluinya. Faktor yang berpengaruh terhadap morfologi sungai tidak hanya faktor abiotik dan biotik namun juga campur tangan manusia dalam aktivitasnya mengadakan pembangunan-pembangunan di wilayah sungai. Pengaruh campur tangan manusia ini dapat mengakibatkan

perubahan morfologi sungai yang jauh lebih cepat dari pada pengaruh alamiah biotik dan abiotik saja.

2.3. Daerah Aliran Sungai (DAS)

Daerah Aliran Sungai (DAS) secara umum didefinisikan sebagai suatu hamparan wilayah/kawasan yang dibatasi oleh pembatas topografi (punggung bukit) yang menerima, mengumpulkan air hujan, sedimen, dan unsur hara serta mengalirkannya melalui anak-anak sungai dan keluar pada sungai utama ke laut atau danau. DAS merupakan ekosistem, dimana unsur organisme dan lingkungan biofisik serta unsur kimia berinteraksi secara dinamis dan di dalamnya terdapat keseimbangan

inflow dan outflow dari material dan energi (Suripin, 2002).

Menurut UU No.7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, wilayah sungai merupakan gabungan dari beberapa DAS. Areal DAS meliputi seluruh alur sungai ditambah areal dimana setiap hujan yang akan jatuh di areal tersebut mengalir ke


(26)

sungai yang bersangkutan. Suatu DAS terdiri atas dua bagian utama, yaitu daerah tadahan (catchment area) yang membentuk daerah hulu atau daerah kepala sungai, dan daerah penyaluran air yang berada di bawah daerah tadahan. Daerah penyaluran air dapat dibagi menjadi dua daerah, yaitu daerah tengah dan daerah hilir. Daerah tadahan merupakan daerah sumber air bagi DAS yang bersangkutan, sedang daerah penyaluran air berfungsi untuk menyalurkan air turah (excess water) dari sumber air ke daerah penampungan air, yang berada di sebelah bawah DAS. Daerah penampungan air dapat berupa danau atau laut.

2.4. Kualitas Air Bersih

Kelayakan air dapat diukur secara kualitas dan kuantitas. Kualitas air adalah sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain dalam air yang mencakup kualitas fisik, kimia dan biologis (Effendi, 2003).

2.4.1. Kualitas Fisik

Menurut Kusnaedi (2004), kualitas fisik sumber air bersih adalah: 1. Kekeruhan

Air yang berkualitas harus memenuhi syarat fisik seperti jernih atau tidak keruh. Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik yang bersifat anorganik maupun yang organik. Zat anorganik biasanya berasal dari lapukan batuan dan logam, sedangkan yang organik dapat berasal dari lapukan tanaman atau hewan. Buangan industri dapat juga merupakan sumber kekeruhan.


(27)

2. Tidak berwarna

Warna dapat disebabkan adanya tannin dan asam humat yang terdapat secara alamiah di air rawa, berwarna kuning muda, menyerupai urin, oleh karenanya orang tidak mau menggunakannya. Selain itu, zat organik ini bila terkena khlor dapat membentuk senyawa-senyawa khloroform yang beracun. Warna dapat juga berasal dari buangan industri.

3. Rasanya tawar

Secara fisik air biasa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam, manis, pahit, atau asin menunjukkan bahwa kulitas air tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan adanya garam-garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam organik maupun anorganik.

4. Tidak berbau

Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun dari dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan organik yang sedang mengalami penguraian oleh mikroorganisme air.

5. Suhu

Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar tidak terjadi pelarutan zat kimia yang ada pada saluran/pipa yang dapat membahayakan kesehatan,

menghambat reaksi-reaksi biokimia di dalam saluran/pipa, mikroorganisme pathogen tidak mudah berkembang biak, dan bila diminum air dapat menghilangkan dahaga.


(28)

Sedangkan berdasarkan Permenkes RI No.416/ MENKES /PER/ IX/1990, persyaratan fisik air adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1. Parameter Kualitas Fisik Air Bersih

No. Parameter Satuan Kadar Maksimum Keterangan

1. 2. 3 4. 5. 6. Bau TDS Kekeruhan Rasa Suhu Warna - Mg/l NTU - 0 C TCU - 1500 25 -

Suhu udara ±30C 50 Tidak berbau - - Tidak berasa - - Sumber : Depkes RI, 1990

2.4.2. Kualitas Kimia

Berdasarkan Permenkes RI Nomor 416/ MENKES/PER/IX/1990, persyaratan kimia air adalah sebagai berikut :

Tabel 2.2. Parameter Kualitas Kimia Air Bersih

No. Parameter Satuan Kadar Maksimum

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Air Raksa Arsen Besi Flourida Kadmium

Kesadahan (CaCO3)

Khlorida

Kromium, val.6 Mangan

Nitrat, sebagai N Nitrit, seagai N pH Selenium Seng Sianida Sulfat Timbal mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L - mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L 0,001 0,05 1,0 1,5 0,005 500 600 0,05 0,5 10 1,0 6,5-9,0 0,01 15 0,1 400 0,05 Sumber : Depkes RI, 1990


(29)

2.4.3. Parameter Radioaktifitas

Dari segi parameter radioaktivitas, apapun bentuk radioaktivitas efeknya adalah sama, yakni menimbulkan kerusakan pada sel yang terpapar. Kerusakan dapat berupa kematian dan perubahan komposisi genetik. Kematian sel dapat diganti kembali apabila sel dapat beregenerasi dan apabila tidak seluruh sel mati. Perubahan genetis dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker dan mutasi.

2.4.4. Kualitas Biologi

Air tidak boleh mengandung bakteri Coliform. Air yang mengandung bakteri golongan coli dianggap telah terkontaminasi dengan kotoran manusia (Sutrisno, 2004). Berdasarkan Permenkes RI No.416/ MENKES/PER/IX /1990, persyaratan bakteriologi air bersih adalah dilihat dari koliform tinja per 100 mil sampel air dengan kadar maksimum yang diperbolehkan adalah 50.

2.5. Pencemaran Air

Pencemaran air didefenisikan sebagai pembuangan substansi dengan

karakteristik dan jumlah yang dapat menyebabkan estetika, bau, dan rasa terganggu dan atau menimbulkan potensi kontaminasi (Suripin, 2002). Penyebab pencemaran badan air berdasarkan sumbernya secara umum dapat dikategorikan sebagai sumber kontaminan langsung dan tidak langsung.

Sumber langsung meliputi efluen yang keluar dari industry, Tempat

Pembuangan Akhir (TPA) dan sebagainya. Sumber tidak langsung yaitu kontaminan yang memasuki badan air dari tanah, air tanah, atau hujan, yaitu seperti residu pupuk,


(30)

residu pestisida, atau hujan asam. Penyebab pencemaran air dapat juga digolongkan berdasarkan aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, yaitu limbah yang berasal dari rumah tangga, dan pertanian (Surawiria, 1996).

2.5.1. Indikator Pencemaran Limbah dalam Air 2.5.1.1.Suhu

Temperatur yang diinginkan adalah 30ºC suhu udara di sekitar. Air sering digunakan sebagai medium pendingin dalam berbagai proses industri. Setelah digunakan air pendingin tersebut mendapat panas dari bahan yang didinginkan pada saat dikembalikan ke sungai suhunya lebih tinggi dari semula.

Kenaikan suhu akan berakibat pada :

1. Jumlah oksigen terlarut pada air menurun sehingga ikan-ikan terancam mati. Suhu air sungai atau air buangan yang relatif tinggi akan dapat ditandai dengan munculnya ikan atau hewan air ke permukaan untuk mencari oksigen bila lama kelamaan ikan atau hewan air bisa mati.

2. Kecepatan reaksi kimia meningkat. 2.5.1.2. Nitrat

Kadar nitrat pada perairan alami hampir tidak pernah lebih dari 0,1 mg/l. Kadar nitrat lebih dari 5 mg/L menggambarkan terjadinya pencemaran antropogenik yang berasal dari aktivitas manusia dan tinja hewan. Kadar nitrat yang lebih dari 0,2 mg/l dapat menyebabkan terjadinya eutrofikasi (pengayaan perairan), yang selanjutnya menstimulir pertumbuhan alga dan tumbuhan air secara pesat. Kadar nitrat dalam air tanah dapat mencapai 100 mg/l. Air hujan memiliki kadar nitrat sekitar 0,2 mg/L.


(31)

Kadar nitrat untuk keperluan air minum sebaiknya tidak melebihi 10 mg/L. (Effendi, 2003).

Kandangan nitrat yang tinggi dalam air akan menyebabkan gangguan ginjal, diare bercampur darah. Keracunan kronis menyebabkan depresi umum, sakit kepala dan gangguan mental (Darmono, 2001).

2.5.1.3.Selenium

Selenium adalah trace mineral yang sangat penting dalam tubuh sebagai anti oksidan dan radikal bebas dalam metabolisme oksigen dalam jumlah kecil yang memiliki nomor atom 34. Sumber Selenium berasal dari pemurnian kembali logam anoda dan proses elektrosis tembaga. Selenium terjadi secara alami dalam beberapa bentuk norganik termasuk selenide, selenate, dan selenite. Dalam tanah selenium paling sering terjadi dalam bentuk larut seperti selenate (analog dengan sulfat) yang sangat mudah oleh limpasan tercuci ke sungai.

Selenium ini paling sering dihasilkan dari bijih Sulfida selenide dibanyak seperti tembaga, perak atau timah. Hal ini diperoleh sebagai hasil kesampingan dari pengolahan bijih ini, lumpur dari ruang utama tanaman asam sulfat.

Bahaya Selenium menyebabkan gejala Gastrointestinal, gangguan

dermatologi, disfungsi hati, disfungsi ginjal, trombositopenia. 2.5.2. Indikator Pencemaran Tinja dalam Air

2.5.2.1. Essecheria coli

Berdasarkan aspek parameter bologis, diketahui parameter yang mempunyai dampak langsung terhadap kesehatan adalah adanya kandungan bakteri dan mikroba.


(32)

Bakteri penyebab bawaan air terbanyak adalah Salmonella thypi, shigella, dan vibrio cholera, sedangkan penyakit bersumber virus seperti Rotavirus, virus Hepatitis A,

Poliomylitis, dan virus trachoma.

Essecheria coli adalah salah satu bakteri pathogen yang tergolong coliform

dan hidup secara normal didalam kotoran manusia maupun hewan sehingga Esceria coli digunakan sebagai bakteri indikator pencemaran air yang berasal dari kotoran hewan berdarah panas ( Fardiaz, 1992).

Total Coliform merupakan indikator bakteri pertama yang digunakan untuk menentukan aman atau tidaknya air yang dikonsumsi. Bila Coliform dalam air ditemukan dalam jumlah yang tinggi maka kemungkinan adanya bakteri patogenik

seperti Giardia dan Cryptosporidium di dalamnya (Soemirat,2001). 2.6. Hubungan antara Pencemaran Air dengan Keluhan Kesehatan

Air dalam kehidupan manusia, selain memberikan manfaat yang

menguntungkan dapat juga memberikan pengaruh buruk terhadap kesehatan manusia. Air yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan merupakan media penularan

penyakit. Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air dapat dibagi dalam kelompok-kelompok berdasarkan cara penularannya.

Mekanisme penularan penyakit terbagi menjadi empat (Chandra, 2006), yaitu: 1. Waterborne mechanism

Di dalam mekanisme ini, kuman patogen dalam air yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia ditularkan melalui mulut atau sistem percernaan. Contoh


(33)

penyakit yang ditularkan melalui mekanisme ini antara lain kolera, tifoid, hepatitis viral, disentri basiler, dan poliomielitis.

2. Waterwashed mechanism

Mekanisme penularan semacam ini berkaitan dengan kebersihan umum dan perorangan. Pada mekanisme ini terdapat tiga cara penularan, yaitu:

a. Infeksi melalui alat pencernaan, seperti diare.

b. Infeksi melalui kulit dan mata, seperti skabies dan trakhoma. c. Penularan melalui binatang pengerat seperti penyakit leptospirosis.

3. Water-based mechanism

Penyakit yang ditularkan dengan mekanisme ini memiliki agens penyebab yang menjalani sebagian siklus hidupnya di dalam tubuh vektor atau sebagian intermediate host yang hidup di dalam air. Contohnya skistosomiasis dan penyakit akibat

Dracunculus medinensis.

4. Water-related insect vector mechanism

Agent penyakit ditularkan melalui gigitan serangga yang berkembang biak di dalam air. Contoh: filariasis, dengue, malaria, dan yellow fever.

2.7. Fasilitas Sanitasi Dasar dan Upaya Sanitasi Rumah

Sanitasi dasar adalah sanitasi minimum yang diperlukan untuk menyediakan lingkungan sehat yang memenuhi syarat kesehatan yang menitikberatkan pada pengawasan berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia (Azwar, 1995).


(34)

Rumah yang sehat harus mempunyai fasilitas sanitasi, yaitu: sarana air bersih, jamban keluarga, saluran pembuangan air limbah, pembuangan sampah, dan fasilitas dapur.

Sedangkan upaya sanitasi dasar meliputi penyediaan air bersih, pembuangan kotoran manusia, pengelolaan sampah, dan pengelolaaan air limbah (Notoadmodjo, 2008).

2.7.1. Sarana Air Bersih

Sarana air bersih adalah semua sarana sebagai sarana air bersih bagi

pemenuhan rumah yang dipakai sehari-hari. Sarana air bersih yang memenuhi syarat apabila:

1. Jarak antara sumber air bersih dengan sumber pengotoran septic tank, tempat pembuangan sampah, dan tempat pembuangan air limbah minimal 11 meter. 2. Pada sumur gali dan bor, diberi tembok kedap air dengan kedalaman 3 meter dari

permukaan tanah, dilengkapi tutup dan bibir sumur setinggi ± 70 cm, dan lantai diplester kedap air dalam jarak 1 meter sekeliling atau dari bibir.

3. Sumber air tersebut harus memiliki kualitas fisik, kimia, dan biologi yang memenuhi syarat kesehatan (Depkes RI. 1999).

2.7.2. Sarana Jamban keluarga

Jamban keluarga adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan mengumpulkan kotoran sehingga kotoran tersebut tersimpan dalam suatu tempat tertentu dan tidak menjadi penyebab suatu penyakit serta tidak mengotori permukaan (Kusnoputranto, 1997). Sementara itu menurut Soemardi (1999) pengertian jamban


(35)

adalah pengumpulan kotoran manusia disuatu tempat sehingga tidak menyebabkan bibit penyakit yang ada pada kotoran manusia dan mengganggu estetika.

Jamban keluarga sangat berguna bagi manusia dan merupakan bagian dari kehidupan manusia karena jamban dapat mencegah berkembangnya berbagai penyakit saluran pencernaan yang disebabkan oleh kotoran manusia yang tidak dikelola dengan baik, yaitu tinja atau feces dan air seni atau urine (Notoatmodjo, 2003).

Untuk mencegah kontaminasi tinja terhadap lingkungan maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik. Pembuangan kotoran harus di suatu tempat tertentu atau jamban yang sehat.

2.7.2.1. Syarat Jamban yang sehat

Jamban keluarga sehat adalah jamban yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut (Depkes RI, 2004) :

1. Tidak mencemari sumber air bersih, letak lubang penampung kotoran berjarak 10-15 meter dari sumber air bersih.

2. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus.

3. Cukup luas dan landai/miring ke arah lubang jongkok sehingga tidak mencemari tanah di sekitarnya.

4. Mudah dibersihkan dan aman penggunannya.

5. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna. 6. Cukup penerangan.

7. Lantai kedap air. 8. Ventilasi cukup baik.


(36)

9. Tersedia air dan alat pembersih. 2.7.2.2. Transmisi Penyakit dari tinja.

Penyakit menular seperti diare, disentri, polio, kholera, hepatitis A dan lainnya merupakan penyakit yang disebabkan oleh tidak tersedianya sarana jamban atau sarana jamban yang belum memenuhi syarat kesehatan. Menurut M. Soeparman dan Suparmin (2002), terjadinya proses penularan penyakit .

2.7.3. Sarana pembuangan air limbah (SPAL)

Air limbah atau air kotoran adalah air yang tidak bersih dan mengandung berbagai zat yang bersifat membahayakan kehidupan manusia atau hewan dan lazimnya muncul karena hasil perbuatan manusia termasuk industrialisasi (Azwar, 1995). Saluran pembuangan air limbah adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang air dari kamar mandi, tempat cuci, dapur, dan lain-lain bukan dari jamban. (Depkes RI, 1999).

2.7.3.1. Syarat Sarana Pembuangan Limbah (SPAL)

Sarana pembuangan air limbah yang sehat harus memenuhi persyaratan kesehatan,yaitu tidak mencemari sumber air bersih, tidak menimbulkan genangan air yang menjadi sarang serangga/nyamuk, tidak menimbulkan becek, kelembaban dan pandangan yang tidak menyenangkan, bentuk saluran pembuangan tertutup, dan lancar (Depkes RI, 1993).

2.7.4. Sarana Pembuangan Sampah

Sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi ataupun sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi


(37)

dengan sendirinya (Notoatmodjo, 2003). Sampah erat kaitanya dengan kesehatan masyarakat karena dari sampah tersebut akan hidup berbagai mikroorganisme penyebab penyakit dan juga binatang serangga sebagai pemindah/penyebar penyakit (vektor). Oleh karena itu sampah harus dikelola dengan baik sampai sekecil mungkin, tidak mengganggu atau mengancam kesehatan masyarakat (Notoadmodjo, 2007). 2.7.4.1. Syarat-syarat Tempat Sampah yang Memenuhi Syarat Kesehatan

Syarat-syarat tempat sampah antara lain :

1. Konstruksinya kuat agar tidak mudah bocor, untuk mencegah berseraknya sampah.

2. Mempunyai tutup,mudah dibuka, dikosongkan isinya serta dibersihkan, sangat dianjurkan agar tutup sampah ini dapat dibuka atau ditutup tanpa mengotori tangan.

3. Ukuran tempat sampah sedemikian rupa, sehingga mudah diangkut oleh satu orang.

2.8. Diare

Diare merupakan suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari 3 (tiga) kali atau lebih dari 1 (satu) hari (Pusat Informasi Penyakit Infeksi 2007).

Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari biasanya (>3 kali sehari) disertai dengan perubahan konsistensi tinja menjadi cair atau lembek, dengan / tanpa darah dan / atau lendir (Suraatmaja,


(38)

2010). Pada feses dapat dijumpai darah, lender atau pus. Gejala ikutan dapat berupa mual, muntah, mulas, nyeri abdominal, demam dan tanda-tanda dehidrasi (Zein, 2011).

2.8.1. Klasifikasi Diare

Menurut Suraatmaja (2010), penyakit diare dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu diare akut dan diare kronik

a. Diare Akut

Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat. Biasanya diare ini berlangsung selama kurang dari 14 hari .

b. Diare Kronik

Diare kronik adalah diare yang berlanjut selama 2 minggu atau lebih (>14 hari ), dengan kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah selama masa diare tersebut.

Diare kronik kemudian dibagi lagi menjadi beberapa bagian, antara lain 1. Diare persisten , yaitu diare yang disebabkan oleh infeksi.

2. Protracted diare, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 2 minggu (> 14 hari) dengan tinja cair dan frekuensi 4 kali atau lebih dalam sehari.

3. Diare intraktabel, merupakan diare yang dalam waktu singkat (misalnya 1-3 bulan) dapat timbul berulang kali.


(39)

5. Chronic non Spesific diarrhea, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 3 minggu tetapi tidak disertai gangguan pertumbuhan dan tidak ada tanda-tanda infeksi maupun malabsorpsi.

Secara etiologi diare dapat disebabkan oleh infeksi, intoksikasi, alergi, reaksi obat-obatan dan juga faktor psikis. Pendekatan klinis yang sederhana dan mudah adalah pembagian diare berdasarkan proses patofisiologis enteric infection, yaitu membagi diare atas mekanisme inflammatory, non inflammatory dan penetrating

(Zein, 2011).

1. Inflamatory diarrhea akibat invasi dan sitotoksin di kolon dengan manifestasi sindrom disentri dengan diare yang disertai lendir dan darah (sering disebut juga Bloody diarrhea). Biasanya gejala klinis yang menyertai adalah keluhan abdominal seperti mual sampai nyeri, mual, muntah, demam, serta gejala dan tanda dehidrasi. Mikroorganisme penyebab diare ini seperti, E.histolytica, Shigella, Entero Invasive E.coli (EIEC), C.difficile, dan C.jejuni.

2. Non Inlamatory diarrhea adalah kelainan yang ditemukan di usus halus bagian proksimal, proses diare addalah akibat adanya enterotoksin yang mengakibatkan diare dengan volume yang besar tanpa lendir dan darah, yang disebut watery diarrhea. Keluhan abdominal biasanya minimal atau tidak ada sama sekali, namun gejala dan tanda dehidrasi ceppat timbul, terutama pada kasus yang tidak segera mendapat cairan pengganti. Mikroorganisme penyebab adalah V.cholerae, Enterotoxigenic.coli, salmonella.


(40)

3. Penetrating diarrhea, lokasi pada bagian usus distal usus halus. Penyakit ini desebut juga Enteric fever, Chronic septicemia, dengan gejala klinis diare disertai demam. Mikroorganisme penyebab adalah S.thypi, S.parathypi A,B, S.enteriditis dan C.fetus.

Dari sudut pandang klinis praktis, diare dapat dibedakan menjadi 6 gejala klinik, yaitu :

1. Diare ringan diatasi dengan pemberian larutan rehidrasi oral yang terdiri dari air, glukosa dan elektrolit, sedangkan etiologi spesifik tidak terlalu penting dalam penatalaksanaan

2. Diare berdarah (disentri) disebabkan oleh mikroorganisme seperti shigella, E.coli dan beberapa mikroorganisme tertentu.

3. Diare persisten, berlangsung paling sedikit selama 14 hari 4. Diare berat, seperti pada cholera

5. Diare ringan tanpa dehidrasi karena muntah, disebabkan oleh virus gastroenterides, diare karena toksin, seperti yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus, Bacillus cereus, atau Cl.perferingens, dan

6. Colitis hemoragika, dengan diare cair mengandung banyak darah tetapi tanpa demam atau fekal lekositosis

2.8.2. Gejala dan Tanda Diare

Menurut Zein (2011), penyakit diare dapat disebabkan oleh infeksi atau non infeksi.


(41)

1. Virus

Virus merupakan penyebab diare terbanyak pada anak ( 70 – 80% ). Beberapa virus penyebab diare adalah

a) Rotavirus serotype 1, 2, 8, dan 9 pada manusia. Serotype 3 dan 4 terdapat pada hewan dan manusia. Dan serotype 5, 6 dan 7 hanya didapati pada hewan.

b) Norwalk virus ; dapat terdapat pada semua usia, umumnya akibat foodborne atau waterborne transmisi, dan dapat juga terjadi penularan dari orang ke orang.

c) Astrovirus, dapat dijumpai pada anak-anak dan dewasa d) Adenovirus (tipe 40, 41)

e) Small bowel structured virus

f) Cytomegalovirus

2. Bakteri

Beberapa bakteri penyebab diare adalah :

a) Enterotoxigenic E.coli (ETEC)

Bakteri ini mempunyai dua virulensi yang penting, yaitu faktor

kolonisasai yang menyebabkan bakteri ini melekat pada eritrosit pada usus halus, dan enterotoksin heat labile (HL) dan heat stabile (ST) yang menyebabkan sekresi cairan dan eletrolit yang menghailkan watery diarrhea. ETEC tidak menyebabkan kerusakan pada brush border atau menginvasi mukosa.


(42)

b) Enterophatogenic E.coli (EPEC)

Mekanisme terjadinya diare yang disebabkan bakteri ini belum jelas. Didapatinya proses perlekatan EPEC ke epitel usus menyebabkan kerusakan dari membran mikro vili yang akan mengganggu permukaan absorbs dan aktifitas disakaridase.

c) Enteroaggregative E.coli (EAggEC)

Sifat bakteri ini adalah melekat pada usus halus dan dapat menyebabkan perubahan morfologi yang khas. Begaimana terjadinya diare oleh bakteri ini belum jelas, tetapi sitotoksin mungkin memegang peranan.

d) Enteroinvasisve E.coli (EIEC)

Bakteri ini secara serologi dan biokimia mirip dengan shigella. Seperti shigella, bakteri EIEC dapat melakukan penetrasi dan multifikasi di dalam sel epitel kolon.

e) Enterohemorrhagic E.coli (EHEC)

EHEC mampu memroduksi verocytoxin (VT) 1 dan 2 yang disebut juga

Shiga-like toxin yang dapat menimbulkan edema dan pendarahan diffuse di kolon. Pada anak sering berlanjut menjadi hemolyticuremic syndrome.

f) Shigella spp.

Bakteri Shigella dapat menginvasi dan melakukan multifikasi di dalam sel epitel kolon, sehingga menyebabkan kematian sel mukosa dan timbulnya ulkus. Kuman Shigella jarang masuk kedalam aliran darah. Faktor virulensi termasuk : smooth lipopolysaccharide sel wall antigen yang


(43)

(Shiga toxin dan Shiga-like toxin) yang bersifat sitotoksik dan neurotoksik dan mungkin menimbulkan watery diarrhea.

g) Campylobacter jajuni (helicobacter jejuni)

Manusia terinfeksi melalui kontak langsung dengan hewan (unggas, anjing, kucing, domba dan babi) atau dengan feses hewan melalui kontak makanan yang terkontaminasi seperi daging ayam dan air. Kadang-kadang infeksi dapat menyebar melalui kontak langsung person to person.

C.jejuni mungkin dapat menyebabkan diare melalui invasi kedalam usus halus dan usus besar. Ada 2 tipe toksin yang dihasilkannya, yiatu

cytotoxin dan heat-labile enterotoxin. Perubahan histopatologi yang terjadi mirip dengan proses ulcerative colitis.

h) Vibrio cholera 01 dan V.cholerae 0139

Apabila air atau makanan terkontaminasi oleh bakteri ini akan dapat menularkan kolera. Penularan melalui orang ke orang jarang terjadi. V. cholera melekat dan berkembangbiak pada mukosa usus halus dan menghasilkan enteroktoksin yang menyebabkan diare. Toksin kolera ini sangat mirip dengan heat-labile toxin (LT) dari ETEC. Terkahir

ditemukan bahwa adanya enterotoksin yang lain yang memunyai karakterik tersendiri, seperti accessory cholera enterotoxin (ACE) dan

zonular occludens toxin (ZOT). Kedua toksin ini menyebabkan sekresi cairan kedalam lumen usus.


(44)

i) Salmonella ( non thypoi )

Bakteri salmonella dapat menginvasi sel epitel usus. Enterotksin yang dihasilkan dapat menyebabkan diare bila terjadi kerusakan pada mukosa yang menimbulkan ulkus, akan terjadi bloody diarrhea.

3. Protozoa

Ada beberapa jenis protozoa yang dapat menyebabkan diare, yaitu :

a) Gradia lamblia

Parasit ini dapat menginfeksi usus halus. Mekanisme patogenasisnya belum jelas, tapi dipercayai memengaruhi absorbs dan metabolisme asam empedu. Transmisi melalui fecal-oral route. Interaksi host- parasit dipengaruhi oleh umur, status nutrisi, endemisitas dan status imun. Di daerah dengan endemisitas yang tinggi, gradiasis dapat berupa

asimtomatis, kronik, diare persisten dengan atau malabsorbsi. Di daerah dengan endemisitas yang rendah dapat terjadi wabah dalam 5-8 hari setelah terpapar dengan manifestasi diare akut yang disertai mula, nyeri epigastrik dan anoreksia. Kadang-kadang dijumpai malabsorbsi dengan fatty stools, nyeri perut dan gembung.

b) Entamoeba histolytica

Prevalensi disentri amoeba ini bervariasi, namun penyebarannya dapat terjadi di seluruh dunia. Insidennya meningkat dengan bertambahnya umur ,dan terutama pada laki-laki dewasa. Kira-kira 90 % infeksi asimtomatik yang disebabkan E.histolytica non patogenik (E.dispar).


(45)

Amebiasis yang simtomatik dapat berupa diare yang ringan dan persisten samapai disentri yang fulminant.

c) Cryptosporidium

Di negara yang berkembang, cryptosporidiosis terjadi 5-15% dari kasus diare pada anak. Infeksi biasanya simtomatik pada bayi dan pada anakyang lebih besar serta dewasa gejalanya bersifat asimtomatik. Gejala klinis berupa diare akut dengantipe watery diarrhea ringan dan biasanya self-llimited. Pada penderita dengan gangguan system kekebalan tubuh seperti pada penderita AIDS, cryptosporidiosis disease merupakan reemerging disease dengan diare yang lebih berat dan resisten terhadap beberapa jenis antibiotic.

d) Microsporidium spp e) Isospora belli


(46)

2.9.Kerangka Konsep

Kondisi Sanitasi Dasar Pengguna Air Sungai :

1. Sarana Air Bersih 2. Jamban keluarga 3. Pembuangan sampah

4.

Saluran Pembuangan air

(S A )

Keluhan

Kesehatan

Diare

Kualitas Air Sungai (PP 82 tahun 2001) Fisik

a. Suhu Kimia a. Se b. Biologi a. E. Coli


(47)

2.10. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Ha : Ada hubungan antara kondisi sanitasi sumber air bersih dengan keluhan kesehatan diare.

2. Ha : Ada hubungan antara kondisi sanitasi jamban keluarga dengan keluhan kesehatan diare.

3. Ha : Ada hubungan antara kondisi sanitasi pembuangan air limbah dengan keluhan kesehatan diare.

4. Ha : Ada hubungan antara kondisi sanitasi pembuangan sampah dengan keluhan kesehatan diare.


(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survai analitik dengan desain jenis Cross Sectional. Penelitian ini untuk menganalisa kualitas air sungai dan mengetahuji hubungan kondisi sanitasi dasar dengan keluhan kesehatan diare pada pengguna air sungai Deli di kelurahan Sukaraja kecamatan Medan Maimun kota Medan Tahun 2012.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1.Lokasi penelitia

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Medan Maimun.

3.2.2. Waktu penelitian

Penelitian dilakukan sampai Bulan Maret - Oktober 2012. 3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi adalah seluruh ibu rumah tangga yang menggunakan air sungai Deli di lingkungan VIII, kelurahan Suka Raja, kecamatan Medan Maimun yang berjumlah 59 ibu rumah tangga.

3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi. Alasan pemilihan sampel di Daerah Sukaraja, lingkungan VIII ini adalah karena masyarakat bermukim di sepanjang bantaran, paling dekat dengan sungai, dan sebagian besar menggunakan


(49)

3.4. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah air sungai Deli di Kelurahan Suka Raja Medan Maimun. Sampel air diambil pada tiga titik yaitu : hulu (Gg.Alfalah), Tengah (Gg.bahagia), dan Hilir (Gg.Usaha) pada lokasi sampel.

3.5.Teknik Pengumpulan Data 3.5.1. Data Primer

Data primer adalah sampel air yang diambil dari ketiga titik tersebut secara langsung ke lapangan kemudian dianalisis di laboratorium BTKL Medan. Selain itu, dilakukan observasi pada rumah penduduk mengenai kondisi sanitasi rumah penduduk dan dilakukan wawancara pada masyarakat yang bermukim di pinggiran sungai.

Data kualitas air sungai Deli yang diperoleh dengan cara mengambil air sungai dan diambil pada siang hari, dikarenakan aktivitas pada siang hari lebih banyak dibanding pagi atau sore hari.

Menurut Effendi (2000), dalam Kumpulan Standard Nasional Indonesia Bidang Pekerjaan Umum mengenai kualitas air tahun 1990. Pengambilan sampel air dapat dilakukan melalui langkah-langkah kerja sebagai berikut :

1. Disiapkan alat pengambil sampel yang sesuai dengan keadaan sumber air. 2. Alat- alat tersebut dibilas sebanyak 3 kali dengan sampel air yang akan diambil. 3. Dilakukan pengambilan sampel sesuai dengan keperluan sampel yang diperoleh

diambil secara merata di dalam penampung sementara.

4. Jika pengambilan sampel pada beberapa titik maka volume sampel dari setiap titik harus sama.


(50)

Dalam pengambilan sampel sebaiknya harus wadah baru, agar dapat menjamin wadah tersebut bebas dari pengaruh sampel. Setelah pengambilan sebaiknya segera dianalisis, jika harus disimpan setiap parameter kualitas air memerlukan perlakuan tertentu terhadap sampel, selain pengawetan bahan kimia pengawetan pada pendinginan suhu 4 ˚C. Selama transportasi dan penyimpanan.

Teknik pengambilan sampel air secara rinci:

1. Menyiapkan alat pengambil contoh sesuai dengan analisis yang diperlukan. 2. Bilas alat dengan contoh yang akan diambil sebanyak 3(tiga) kali.

3. Mengambil contoh sesuai dengan peruntukan analisis.

4. Memasukkan air ke dalam wadah yang sesuai peruntukan analisis.

5. Hasil pengujian parameter lapangan dicatat dalam buku catatan khusus. Pengambilan contoh untuk parameter pengujian dilakukan di laboratorium.

6. Pengambilan sampel air diambil pada kedalaman 135 cm, dan berjarak 2,5 m dari permukaan.

3.5.2. Data Sekunder

Data Sekunder diperoleh pada penelitian ini adalah data demografi yang diperoleh dari Kantor Kelurahan Suka Raja, data Puskesmas Kampung Baru.

3.6. Definisi Operasional

1. Kondisi Sanitasi dasar adalah keadaan sanitasi minimum yang diperlukan memenuhi syarat kesehatan mencakup Sarana air bersih, Jamban keluarga, Pembuangan sampah, Saluran Pembuangan air limbah


(51)

3. Sarana air bersih adalah sarana yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih dan observasi langsung ke setiap rumah keluarga responden dan pencemaran dari kotoran manusia.

4. Pembuangan sampah adalah tempat untuk menampung sampah menimbun sampah secara sementara, yang biasanya terbuat dari logam atau plastik.

5. Saluran Pembuangan air limbah adalah bangunan yang digunakan untuk membuang air dari kamar mandi, tempat cuci, dapur dll.

6. Keluhan Kesehatan Diare adalah hasil wawancara responden mengalami keluhan diare

7. Kualitas air adalah menunjukkan mutu atau kondisi air dikaitkan dengan suatu kegiatan atau keperluan air sungai yang terdiri dari fisik, kimia, biologi.

8. Suhu air adalah temperatur air diukur dengan menggunakan termometer suhu. 9. Nitrat (��3) adalah ion anorganik alami merupakan nitrogen organik yang

menjadi amonia, dioksidasikan menjadi nitrat dan nitrit

10.Selenium adalah trace mineral yang sangat penting dalam tubuh yang mempunyai nomor Atom adalah nomor 34.

11.Esscherhia coli adalah bakteri pathogen tergolong coliform dan hidup secara normal didalam kotoran manusia maupun hewan sehingga digunakan sebagai bakteri indikator pencemaran air yang berasal dari kotoran hewan berdarah panas


(52)

3.7. Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran yang dilakukan dengan observasi dan kuesioner dengan mengamati kondisi sanitasi dasar berdasarkan kriteria memenuhi persyaratan atau tidak memiliki persyaratan terhadap kondisi sanitasi dasar meliputi :

1. Sarana Air bersih (Depkes RI, 1999) yang terdiri dari :

a. Jarak sumber air bersih dengansumber pencemaran ≥ 10 meter.

b. Pada sumur gali kedalaman 3 meter dari permukaan tanah dibuat kedap air dan dilengkapi tutup dan bibir sumur.

c. Sumber air diperoleh dari air PAM, air sumur gali dan air sungai.

d. kondisi fisik air yaitu tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, tidak keruh. Kriteria sarana air bersih yaitu :

1) Memenuhi syarat kesehatan jika semua variabel memenuhi persyaratan kesehatan atau 100 persen terpenuhi dari kriteria yang ada.

2) Tidak memenuhi syarat kesehatan jika terdapat satu atau lebih persyaratan kesehatan yang tidak terpenuhi

2. Jamban keluarga (Depkes RI, 2004) terdiri dari :

a. tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung berjarak 10-15 meter dari sumber air minum.

b. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus.

c. Cukup luas dan landai/miring ke arah lubang jongkok sehingga tidak mencemari tanah di sekitarnya.


(53)

f. Cukup penerangan. g. Lantai kedap air. h. Ventilasi cukup baik.

i. Tersedia air dan alat pembersih.

Kriteria jamban keluarga persyaratan yaitu :

1) Memenuhi syarat kesehatan, Jika semua variabel memenuhi persyaratan kesehatan atau 100 persen terpenuhi dari kriteria yang ada.

2) Tidak memenuhi syarat kesehatan jika terdapat satu atau lebih persyaratan kesehatan yang tidak terpenuhi.

3. Sarana Pembuangan Air Limbah (DepKes RI,1993) meliputi : a. Tidak mencemari sumber air bersih.

b. Tidak menimbulkan genangan air yang menjadi sarang serangga/nyamuk. c. Tidak menimbulkan bau.

d. Tidak menimbulkan becek, kelembaban dan pandangan yang tidak menyenangkan.

Kriteria sarana Pembuangan air limbah (SPAL) persyaratan yaitu :

1) Memenuhi syarat kesehatan, Jika semua variabel memenuhi persyaratan kesehatan atau 100 persen terpenuhi dari kriteria yang ada.

2) Tidak memenuhi syarat kesehatan jika terdapat satu atau lebih persyaratan kesehatan yang tidak terpenuhi.

4. Sarana Pembuangan Sampah (Notoadmodjo, 2007) meliputi: a. Konstruksinya kuat agar tidak mudah bocor.


(54)

c. Mempunyai tutup, mudah dibuka.

d. Dikosongkan isinya serta dibersihkan, sangat dianjurkan agar tutup sampah ini dapat dibuka atau ditutup tanpa mengotori tangan.

e. Ukuran tempat sampah sedemikian rupa, sehingga mudah diangkut oleh satu orang.

Kriteria sarana pembuangan sampah persyaratan yaitu :

1) Memenuhi syarat kesehatan, jika semua variabel memenuhi persyaratan kesehatan atau 100 persen terpenuhi dari kriteria yang ada.

2) Tidak memenuhi syarat kesehatan, jika terdapat satu atau lebih persyaratan kesehatan yang tidak terpenuhi.

3.8. Metode Analisa Data Hasil Pemeriksaan Kualitas Air

Data hasil permeriksaan kualitas air sungai Deli berdasarkan parameter fisik, kimia, dan biologi dibandingkan dengan PP No.82 Tahun 2001 untuk mengetahui apakah air sungai tersebut telah memenuhi syarat atau tidak.

3.9. Teknik Pengolahan Data Kuesioner

Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah menggunakan program komputer SPSS 16 dan dianalisa secara deskriptif lalu disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Setelah itu, dilanjutkan dengan analisa statistik dengan

menggunakan uji Chi-Square dengan tingkat kepercayaan 95% untuk mengetahui hubungan antara kondisi sanitasi dasar dengan keluhan kesehatan (Suprapto, 2000).


(55)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1. Kecamatan Medan Maimun

Kecamatan Medan Maimun merupakan salah satu kecamatan dari 21 Kecamatan di Kota Medan. Kecamatan Medan Maimun mempunyai luas wilayah 5,84 km2 dan mempunyai penduduk sebesar 43.415 jiwa. Kecamatan Medan Maimun terdiri dari 6 Kelurahan yaitu Kelurahan Sukaraja, Hamdan, Aur, Jati, Sei Mati dan Kampung Baru.

4.1.2. Kelurahan Sukaraja 4.1.2.1. Geografis

Kelurahan Sukaraja adalah kelurahan yang secara administratif dibagi menjadi 8 lingkungan. Secara geografis, Kelurahan Sukaraja berbatasan dengan: a. Sebelah Utara : Kelurahan Aur

b. Sebelah Selatan : Kelurahan Sei Mati c. Sebelah Timur : Kelurahan Kampung Baru d. Sebelah Barat : Kelurahan Jati

4.1.2.2. Demografi

Kondisi kependudukan maupun keadaan sosial budaya masyarakat Sukaraja khususnya Lingkungan VIII mempunyai karakter yang khas yaitu memegang teguh kebudayaan dan agama serta adat istiadat yang ada di daerah tersebut. Masyarakat Lingkungan VIII Kelurahan Sukaraja ini mayoritas beragama Islam. Jumlah Penduduk Kelurahan Sukaraja pada data kantor Kelurahan terahir September 2011 adalah 15.352 orang, yang terdiri dari 7437 orang laki- laki dan 7915 orang perempuan. Sebagian besar masyarakat mempunyai pekerjaan wiraswasta.


(56)

4.2. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi dari variabel atau besarnya proporsi masing-masing variabel yang diteliti. Variabel yang dilihat yaitu karakteristikrespondenpengguna air sungai Deli (umur, dan tingkat pendidikan), kondisi sanitasi dasar pengguna air sungai Deli berdasarkan sarana air bersih, sarana jamban keluarga, sarana pembuangan air limbah, dan sarana pembuangan sampah dan keluhan kesehatan diare.

4.2.1. Karakteristik Responden Pengguna Air Sungai Deli di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun

Berdasarkan hasil wawancara, diperoleh kondisi sanitasi dasar dan keluhan kesehatan diare pada pengguna air sungai Deli di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun Kota Medan Tahun 2012 berdasarkan umur, dan tingkat pendidikan yang diuraikan pada table dibawah ini :

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Pengguna Air Sungai Deli di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun BerdasarkanUmur, dan Tingkat Pendidikan Tahun 2012

No. Karakteristik Responden Pengguna Air Sungai Deli

Jumlah (orang) Persentase (%) 1. Umur

a. 20-29 tahun b. 30-39 tahun c. 40-49 tahun d. 50-59 tahun

8 11 32 8 13,6 18,6 54,2 13,6

Jumlah 59 100,0

2. Tingkat Pendidikan a. SD b. SLTP c. SMA 8 45 6 13,6 76,2 10,2


(57)

Pada tabel 4.1. menunjukkan bahwa responden pengguna air sungai Deli di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun Kota Medan pada tahun 2012 paling banyak berada pada kelompok umur 40-49 tahun sebanyak 32 responden (54,2%) dan paling banyak responden berada pada tingkat pendidikan SLTP sebanyak 45 responden (76,2%).

4.2.2. Kondisi Sanitasi Dasar Pengguna Air Sungai Deli di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun

Berdasarkan hasil wawancara terhadap 59 responden dan observasi terhadap 59 rumah responden, dapat diketahui sumber air bersih yang digunakan dan kondisi sanitasi dasar rumah, yaitu berupa kondisi sarana air bersih, sarana jamban keluarga, saluran pembuangan air limbah (SPAL), dan sarana pembuangan sampah, hasil tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.2. Kondisi Sanitasi Sarana Air Bersih Pengguna Air Sungai Deli di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun Tahun 2012

No. Kondisi Sanitasi Sarana Air Bersih

Pengguna Air Sungai Deli

Jumlah (orang)

Persentase (%) 1. Sumber Air Bersih yang Digunakan

a. Sumur gali + air sungai

b. Sumur bor + air sungai

c. PAM + air sungai

9 19 31 15,3 32,2 52,5

Jumlah 59 100,0

2. Jarak Sumber Air dengan Sumber Pencemar

a. > 10 meter b. < 10 meter

9 19

32,1 67,9

Jumlah 28 100,0

3. Sumur Memiliki Cincin Sedalam 3 Meter

a. Ya b. Tidak 18 10 64,3 35,7

Jumlah 28 100,0

4 .Sumur Memiliki Bibir Setinggi 0,5 – 0,8 Meter

a. Ya b. Tidak 18 10 64,3 35,7

Jumlah 28 100,0

5. Lantai Sumur Kedap Air dan Memiliki SPAL

a. Ya b. Tidak 21 7 75,0 25,0


(58)

6. Kondisi Fisik Air Memenuhi Syarat a. Ya b. Tidak 54 5 91,5 8,5

Jumlah 59 100,0

7. Kondisi Sanitasi Sarana Air Bersih

a. Memenuhi syarat

b. Tidak memenuhi syarat

22 37

37,3 62,7

Jumlah 59 100,0

Berdasarkan tabel 4.2. menunjukan bahwa sumber air yang paling banyak digunakan adalah air PAM dan air sungai, yaitu 31 responden (52,5%). Sebagian besar sumber air bersihresponden memiliki jarak sumber pencemar kurang dari 10 meter sebanyak 19 responden (67,9%), memiliki cincin sedalam 3 meter sebanyak 18 responden (64.3%), memiliki bibir setinggi 0,7 meter sebanyak 18 responden (64,3%), memiliki lantai kedap air dan memiliki SPAL sebanyak 21 responden (75.0%). Sumber air bersih responden yang memenuhi syarat fisik ada sebanyak 54 responden (91,5%). Secara keseluruhan, kondisi sarana air bersih yang memenuhi syarat ada sebanyak 22 responden (37,3%).

Tabel 4.3. Kondisi Sanitasi Sarana Jamban Keluarga Pengguna Air Sungai Deli di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun Tahun 2012

No Kondisi Sanitasi Sarana Jamban Keluarga Pengguna Air Sungai Deli

Jumlah (orang)

Persentase (%) 1. Jarak Lubang Penampung dengan Sumber Air Bersih

a. > 10 meter

b. < 10 meter 43

16

72,9 27,1

Jumlah 59 100,0

2. Tidak Berbau dan Tidak Dihinggapi Lalat

a. Ya b. Tidak 52 7 88,1 11,9

Jumlah 59 100,0

3. Lantai Cukup Luas dan Kedap Air

a. Ya b. Tidak 42 17 79,7 20,3

Jumlah 59 100,0

4. Mudah Dibersihkan

a. Ya b. Tidak 52 7 88,1 11,9


(59)

5. Tersedia Air danAlat Pembersih a. Ya b. Tidak 31 28 52,5 47,5

Jumlah 59 100,0

6. Dilengkapi Dinding

a. Dilengkapi b. Tidak dilengkapi

40 19

67,8 32,2

Jumlah 59 100,0

Kondisi Sanitasi Sarana Jamban Keluarga

a. Memenuhi syarat b. Tidak memenuhi syarat

34 25

57,6 42,4

Jumlah 59 100,0

Berdasarkan tabel 4.3. menunjukan bahwa sebagian besar kondisi jamban keluarga responden memiliki jarak > 10 meter dengan sumber air sebanyak 43 responden (72.9%), tidak berbau dan tidak dihinggapi serangga sebanyak 52 responden (88,1%), memiliki luas lantai yang cukup besar dan kedap air sebanyak 42 responden (79,7%), mudah dibersihkan sebanyak 52 responden (88,1%), tersedia air dan alat pembersih sebanyak 31 responden (52,5%), dan dilengkapi dinding sebanyak 40 responden (67,8%). Secara keseluruhan, kondisi sanitasi sarana jamban keluarga yang memenuhi syarat ada sebanyak 34 responden (57.6%).

Tabel 4.4. Kondisi Sanitasi Sarana Pembuangan Air Limbah Pengguna Air Sungai Deli di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun Tahun 2012

No. Kondisi Sanitasi Sarana Saluran Pembuangan Air LimbahPengguna Air Sungai Deli

Jumlah (orang)

Persentase (%) 1.Tidak Mencemari Sumber Air Bersih

a. Ya b. Tidak 42 17 71,2 28,8

Jumlah 59 100,0

2. Tidak menimbulkan Genangan Air

a. Ya b. Tidak 40 19 88,1 11,9

Jumlah 59 100,0

3. Tidak Menimbulkan Bau

a. Ya b. Tidak 35 24 59,3 40,7

Jumlah 59 100,0

4.Tidak Menimbulkan Becek

a. Ya b. Tidak 37 22 62,7 37,3


(60)

Jumlah 59 100,0 5. Kondisi Sarana Saluran Pembuangan

Air Limbah

a. Memenuhi syarat

b. Tidak memenuhi syarat

32 27

54,2 45,8

Jumlah 59 100,0

Berdasarkan tabel 4.4. menunjukan bahwa sebagian besar kondisi saluran pembuangan air limbah responden tidak mencemari sumber air bersih sebanyak 42 responden (71,2%), tidak menimbulkan genangan air sebanyak 40 responden (67,8%), tidak menimbulkan bau sebanyak 35 responden (59,3%), dan tidak menimbulkan becek sebanyak 37 responden (62,7%).

Secara keseluruhan kondisi sanitasi sarana pembuangan air limbah yang memenuhi syarat ada sebanyak 32 responden (54,2%).

Tabel 4.5. Kondisi Sanitasi Sarana Pembuangan Sampah Pengguna Air

Sungai Deli di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun Tahun

2012

No. Kondisi Sanitasi Sarana Pembuangan Sampah

Pengguna Air Sungai Deli

Jumlah (orang)

Persentase (%) 1. Konstruksi Kuat dan Tidak Mudah Bocor

a. Ya b. Tidak 26 33 44,1 55,9

Jumlah 59 100,0

2. Memiliki Tutup dan Mudah Dibuka

a. Ya b. Tidak 27 19 88,1 11,9

Jumlah 28 100,0

3. Dapat Diangkat oleh Satu Orang

a. Ya b. Tidak 26 33 44,1 55,9

Jumlah 59 100,0

4. Jarak Tempat Pembuangan < 15 Meter dari Rumah a. Ya b. Tidak 26 33 44,1 55,9

Jumlah 59 100,0

5. Kondisi Sarana Pembuangan Sampah

a. Memenuhi syarat

b. Tidak memenuhi syarat

33 26

55,9 44,1


(61)

Berdasarkan tabel 4.5. menunjukan bahwa sebagian besar kondisi sarana pembuangan sampah responden tidak memiliki konstruksi yang kuat dan tidak mudah bocor sebanyak 33 responden (55,9%), tidak memiliki tutup yang mudah dibuka dan dikosongkan sebanyak 32 responden (54,2%), tidak memiliki ukuran volume sampah yang dapat diangkat oleh satu orang sebanyak 33 responden (55,9%), dan memiliki jarak dari rumah ke tempat pembuangan yang kurang dari 15 meter sebanyak 33 responden (55,9%).

Secara keseluruhan kondisi sanitasi sarana pembuangan sampah yang memenuhi syarat ada sebanyak 33 responden (55,9%)

4.2.3. Keluhan Kesehatan Diare Pengguna Air Sungai Deli di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun

Berdasarkan hasil wawancara, dapat diketahui keluhan kesehatan diare responden, anggota yang mengalami keluhan kesehatan, dan tempat anggota keluarga berobat, hasil tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.6. Keluhan Kesehatan Diare Pengguna Air Sungai Deli di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun

No. Keluhan Kesehatan Diare Pengguna Air Sungai

Deli

Jumlah (n)

Persentase (%) 1. Keluhan Diare Responden :

a. Ada

b. Tidak Ada

32 27

54,2 45,8

Jumlah 59 100,0

2. Umur Responden

a. 20 – 29 tahun

b. 30 – 39 tahun

c. 40 – 49 tahun

d. 50 – 59 tahun

8 8 13 3 25,0 25,0 40,6 9,4

Jumlah 32 100,0

3. Anggota Yang Mengalami Keluhan Diare:

a. Ada

b. Tidak Ada

40 19

67,8 32,2


(62)

4.Anggota Keluarga Berobat:

a. Puskesmas

b. BalaiPengobatan

c. BidanDesa

22 6 4

68,8 18,8 12,5

Jumlah 32 100,0

Berdasarkan tabel 4.6, sebanyak 32 responden (54,2%) mengalami keluhan diare. Dari 32 responden yang mengalami keluhan diare, sebanyak 13 responden mengalami keluhan diare paling banyak pada rentang umur 40 – 49 tahun (40,6%), sebanyak 40 responden (67,8%) memiliki anggota keluarga yang mengalami keluhan diare, dan sebanyak 22 responden (68,8%) dari 32 responden yang mengalami keluhan kesehatan diare lebih memilih puskesmas sebagai tempat berobat.

4.3. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan variabel dari masing-masing variabel yang diteliti. Variabel yang diteliti adalah variabel kondisi sanitasi dasar (sarana air bersih, sarana jamban keluarga, sarana pembuangan air limbah, dan sarana pembuangan sampah) dengan variabel keluhan kesehatan diare.

4.3.1. Hubungan Kondisi Sanitasi Dasar Dengan Keluhan Kesehatan Diare Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara kondisi sanitasi dasar dengan keluhan kesehatan diare, dilakukan uji statistik Chi square dengan tabulasi silang 2 x 2. Hasil probabilitas yang didapatkan dari uji statistik akan dibandingkan dengan batas nilai probabilitas yang telah ditentukan, yaitu 0,05. Hasil statistik tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.


(63)

Tabel 4.7. Hubungan Kondisi Sanitasi Dasar Dengan Keluhan Kesehatan Diare Berdasarkan Sarana Air Bersih, Sarana Jamban Keluarga, Sarana Pembuangan Air Limbah, dan Sarana Pembuangan Sampah

Kondisi Sanitasi Dasar

Keluhan Diare

Jumlah

p.

Ada tidak ada

N % n % N %

a. Sarana air bersih

memenuhi

syarat 16 72,7 6 27,3 22 100,0

0,024*

tidak memenuhi

syarat 16 43,2 21 56,8 37 100,0

b. Sarana jamban keluarga

memenuhi

syarat 23 67,6 11 32,4 34 100,0

0,016*

tidak memenuhi syarat

9 36,0 16 64,0 25 100,0

c. Sarana pembuangan air limbah

memenuhi

syarat 21 65,6 11 34,4 32 100,0

0,050

tidak memenuhi syarat

11 40,7 16 59,3 27 100,0

d. Sarana pembuangan sampah

memenuhi

syarat 22 66,7 11 33,3 33 100,0

0,045*

tidak memenuhi syarat

10 38,5 16 61,5 26 100,0

Ket : * = p < 0,05

Hasil uji statistik menunjukan bahwa nilai p = 0,024 (p < 0,05) untuk variabel sarana air bersih, nilai p = 0,016 (p < 0,05) untuk variabel sarana jamban keluarga, dan nilai p = 0,045 (p < 0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan Ha diterima atau terdapat hubungan antara sarana air bersih, sarana jamban keluarga, dan sarana pembuangan sampah dengan keluhan kesehatan diare pada masyarakat di sekitar sungai Deli. Sedangkan variabel sarana saluran pembuangan air limbah memiliki nilai p = 0,050 (p = 0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan Ha ditolak atau terdapat


(1)

Ukurantempatsampahsedemikianrupasehinggamudahdiangkutolehsatuorg

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Ya 21 35.6 35.6 35.6

Tidak 38 64.4 64.4 100.0


(2)

TABEL CROSSTAB

Kondisi Sarana Pembuangan Sampah * Keluhandiare

Crosstab

Count

Keluhandiare

Total

Ya Tidak

Kondisi Sarana Pembuangan Sampah

tidak memenuhi syarat 30 9 39

memenuhi syarat 10 10 20

Total 40 19 59

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 4.389a 1 .036

Continuity Correctionb 3.243 1 .072

Likelihood Ratio 4.289 1 .038

Fisher's Exact Test .045 .037

Linear-by-Linear

Association 4.315 1 .038

N of Valid Casesb 59

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,44.

b. Computed only for a 2x2 table


(3)

Kondisi SPAL * Keluhandiare

Crosstab

Count

Keluhandiare

Total

Ya Tidak

Kondisi SPAL tidak memenuhi syarat 28 8 36

memenuhi syarat 12 11 23

Total 40 19 59

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 4.214a 1 .040

Continuity Correctionb 3.123 1 .077

Likelihood Ratio 4.170 1 .041

Fisher's Exact Test .050 .039

Linear-by-Linear

Association 4.142 1 .042

N of Valid Casesb 59

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,41.


(4)

Kondisi Jamban Keluarga * Keluhandiare

Crosstab

Count

Keluhandiare

Total

Ya Tidak

Kondisi Jamban Keluarga tidak memenuhi syarat 31 8 39

memenuhi syarat 9 11 20

Total 40 19 59

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 7.202a 1 .007

Continuity Correctionb 5.709 1 .017

Likelihood Ratio 7.045 1 .008

Fisher's Exact Test .017 .009

Linear-by-Linear

Association 7.080 1 .008

N of Valid Casesb 59

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,44.

b. Computed only for a 2x2 table


(5)

kondisi sarana air bersih * Keluhandiare

Crosstab

Count

Keluhandiare

Total

Ya Tidak

kondisi sarana air bersih tidak memenuhi syarat 22 4 26

memenuhi syarat 18 15 33

Total 40 19 59

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 6.023a 1 .014

Continuity Correctionb 4.724 1 .030

Likelihood Ratio 6.351 1 .012

Fisher's Exact Test .024 .014

Linear-by-Linear

Association 5.921 1 .015

N of Valid Casesb 59

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,37.


(6)

Dokumen yang terkait

Analisis Kualitas Air Dan Keluhan Gangguan Kulit Pada Masyarakat Pengguna Air Sungai Siak Di Pelabuhan Sungai Duku Kelurahan Tanjung Rhu Kecamatan Limapuluh Kota Pekanbaru Tahun 2012

2 65 212

Hubungan Higiene Pengguna Air Sungai Deli Dengan Keluhan Kesehatan Kulit dan Gambaran Tindakan Pencemaran Sungai di Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun Kota Medan Tahun 2013

0 39 86

Analisis Kualitas Air Sungai Dan Perilaku Pengguna Serta Kaitanya Dengan Keluhan Kesehatan Kulit Pada Masyarakat Sekitar Sungai Babura Kecamatan Medan Baru Tahun 2012

14 76 108

Tinjauan Sanitasi Perumahan Daerah Aliran Sungai Deli Kecamatan Medan Maimun Tahun 2004

2 38 118

Hubungan Kualitas dan Penggunaan air Sungai Belumai dengan Keluhan Kesehatan pada Pengguna Air di Kecamatan Tanjung Morawa

7 58 116

Hubungan Perilaku Pengguna Air dengan Keluhan Kesehatan Pengguna Air Sungai di Desa Pagar Manik Kecamatan Silinda Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010

5 35 104

Analisis Kualitas Air Sungai Pelawi di Desa Pelawi Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat Sumatera Utara

4 64 77

BAB I PENDAHULUAN - Analisis Kualitas Air Dan Keluhan Gangguan Kulit Pada Masyarakat Pengguna Air Sungai Siak Di Pelabuhan Sungai Duku Kelurahan Tanjung Rhu Kecamatan Limapuluh Kota Pekanbaru Tahun 2012

0 0 10

Analisis Kualitas Air Dan Keluhan Gangguan Kulit Pada Masyarakat Pengguna Air Sungai Siak Di Pelabuhan Sungai Duku Kelurahan Tanjung Rhu Kecamatan Limapuluh Kota Pekanbaru Tahun 2012

1 1 22

Hubungan Kondisi Sanitasi Dasar dan Kualitas Air Sungai dengan Keluhan Kesehatan Diare Pada Pengguna Air Sungai Di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun Kota Medan Tahun 2012

0 0 14