Persepsi Ayah dan Ibu Tentang Pendidikan Seks Bagi Remaja Putra Dan Putri Di Kelurahan Sitataring Kecamatan Batang Ayumi Julu Kota Padangsidimpuan Tahun 2015
PERSEPSI AYAH DAN IBU TENTANG PENDIDIKAN SEKS BAGI REMAJA PUTRA DAN PUTRI DI KELURAHAN
BATANG AYUMI JULU SITATARING KOTA PADANGSIDIMPUAN
TAHUN 2015
SKRIPSI
OLEH :
ANNISAR HARAHAP NIM: 121021023
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
(2)
PERSEPSI AYAH DAN IBU TENTANG PENDIDIKAN SEKS BAGI REMAJA PUTRA DAN PUTRI DI KELURAHAN
BATANG AYUMI JULU SITATARING KOTA PADANGSIDIMPUAN
TAHUN 2015
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh :
ANNISAR HARAHAP NIM: 121021023
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2015
(3)
(4)
ABSTRAK
Pendidikan seks merupakan membimbing ataupun menjelaskan tentang perubahan fungsi organ seksual khususnya bagi remaja sebagai tahapan yang harus dilalui dalam kehidupan manusia. Oleh sebab pendidikan seks sangat penting bagi remaja, karena pertama remaja belum paham dengan informasi kesehatan reproduksinya, sebab orangtua masih menganggap bahwa membicarakan mengenai seks adalah hal yang tabu.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan jenis penelitian kuantitatif. Populasi adalah Orangtua (ayah dan ibu) yang mempunyai remaja putra dan putri di Kelurahan Batang Ayumi Julu Sitataring Kota Padangsidimpuan jumlah sampel sebagai responden sebanyak 55 orangtua.
Hasil Penelitian Persepsi ayah dan ibu tentang pendidikan seks bagi remaja putra dan putri menunjukkan bahwa ayah mempunyai persepsi negatif sebanyak 61,8% karena ayah tidak setuju dengan diberikannya pendidikan seks bagi remaja, ayah merasa pendidikan seks sangat tabu untuk dibicarakan dengan remaja sedangkan persepsi ibu tentang pendidikan seks bagi remaja putra dan putri menunjukkan bahwa ibu persepsi kategori negatif yaitu sebanyak 58,2%. karena orangtua tidak setuju dengan diberikannya pendidikan seks bagi remaja, orangtua merasa pendidikan seks sangat tabu untuk dibicarakan dengan remaja dan sebaiknya dihilangkan.
Disarankan kepada orangtua (ayah dan ibu) agar memberikan pendidikan seks bagi remaja putra dan putri khususnya di Kelurahan Batang Ayumi Julu Sitataring karena remaja kurang mendapatkan informasi tentang pendidikan seks dari orangtuanya. agar remaja mendapat informasi yang tepat dan juga memperoleh informasi seks yang sehat supaya remaja tidak terjerumus seks bebas.
(5)
ABSTRACT
Sex education is a term describes education about sexual anatomy, sexual organ, sex intercourse and other aspects about human sex. To provide the adolescent with sex education, a description about the change of sexual organ functions as phases in a human life. Therefore, sex education is very important to the adolescent because the adolescent have not yet any information about reproduction health because the parents assume that talk about sex is taboo.
This research is a descriptive study in quantitative study. Population is parents (father and mother) who has a son and daughter at Urban Village of Batang Ayumi Julu Sitataring Kota Padangsidimpuan with the number of sample as respondent is 55 person of parents.
The results of research of perception of father and mother about sex education for the male and female adolescent indicates that respondent has a negative perception for 61.8% while the perception of mother to the sex education for male and female adolescent indicates that respondents has a negative perception for 58.2%
It is suggested to the parents (father and mother) to provide the male and female adolescent with sex education especially at Urban Village of Batang Ayumi Julu Sitataring because the adolescent did not get any information about sex education from their parents, and must familiar to talk about sex for the adolescent to understand about health sex.
Keywords : Perception, Sex Education, Adolescent Bibliography : 14 books, 2 journals and 4 internets
(6)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Annisar Harahap
Nim : 121021023
Tanggal Lahir : 16 September 1990
Tempat Lahir : Padangsidimpuan
Suku Bangsa : Batak Indonesia
Alamat Rumah : Jln. MGR Batang Ayumi Sitataring
Kota Padangsidimpuan
Riwayat Sekolah
1. Tahun 1996 – 2002 : SDN.142442/26 Padangsidimpuan 2. Tahun 2002 – 2005 : Mts.S Darul Mursyid Simanosor Julu 3. Tahun 2005 – 2008 : Mas. Darul Mursyid Simanosor Julu
(7)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
karunia dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Persepsi Ayah dan Ibu Tentang Pendidikan Seks Bagi Remaja Putra Dan Putri Di Kelurahan Sitataring Kecamatan Batang Ayumi Julu Kota Padangsidimpuan Tahun 2015”.
Dalam penulisan Skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan moril
maupun materil dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Heru Santosa, MS, P.hD selaku Kepala Departemen Kependudukan dan Biostatistika Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
3. Ibu Asfriyati, SKM, MKes sebagai dosen pembimbing I penyusunan Skripsi ini yang telah menyediakan waktu dan memberikan arahan serta
masukan dalam menyelesaikan Skripsi ini.
4. Ibu Maya Fitria, SKM, M.Kes sebagai dosen pembimbing II penyusunan skripsi ini yang telah menyediakan waktu dan memberikan arahan serta
(8)
5. Ibu dr. Ria Masniari Lubis M.Si dan Bapak Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes selaku Dosen Penguji yang telah memberikan pengarahan dan masukan.
6. Ibu Siti Khadijah, SKM, M.Kes sebagai dosen pembimbing Akademik yang memberikan masukan dan arahan dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Bapak H.M Yusuf Panggabean S.sos selaku Kepala Lurah Batang Ayumi Julu Sitataring beserta staf yang telah memberikan izin kepada penulis
untuk melakukan penelitian dan memperoleh data-data.
8. Seluruh Dosen dan Staf Administrasi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan pengarahan dan
bimbingan serta ilmu kepada penulis.
9. Dan yang teristimewa kedua orangtua yaitu ayahanda Dikran Harahap dan ibunda Nelly Siregar, S.Pd yang telah memberikan dorongan dan semangat kepada penulis yang selalu mendoakan dan memberikan
nasihat-nasihat baik yang tiada hentinya. kakak dan adikku tersayang Ranly Hasir Harahap S.Kep, NS, Rahmad Arief Harahap, Munawir Harahap, Ahmad Suyuthi Harahap dan juga Aska Khairani Harahap serta seluruh keluarga besar yang turut memberikan dukungan dan semangatnya
kepada penulis.
10.Teman-teman terbaik di Fakultas Kesehatan Masyarakat yaitu Lisa FebrinaNasution SKMdan Nurmala Syari Lubis SKM, Nurmala sari Pane, SST dan Enita Rizka Wahyuni, SKM serta teman-teman
(9)
seperjuangan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih
atas dukungan dan motivasinya selama ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis berharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan skripsi semoga semua bantuan, kritik dan saran yang telah
diberikan dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.
Medan, April 2015
Peneliti
(10)
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan ...
Abstrak ... i
Abstract ... ii
Daftar Riwayat Hidup ... iii
Kata Pengantar ... iv
Daftar Isi ... vii
Daftar Tabel ... x
Daftar Gambar ... xi
Daftar Lampiran ... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1
1.2.Perumusan Masalah ... 9
1.3.Tujuan Penelitian ... 9
1.4.Manfaat Penelitian ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persepsi………... ... 11
2.1.1.Defenisi Persepsi………... ... 11
2.1.2.Syarat Terjadi Persepsi………... 12
2.1.3.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi ……... ... 14
2.1.4.Empat Aspek Yang Mempengaruhi Persepsi……... 14
2.1.5.Empat Tahap Dalam Pengambil Keputusan Dalam Persepsi ... 15
2.2. Persepsi Orangtua ... 15
2.3. Remaja ... 16
2.3.1.Pengertian Remaja………. 16
2.3.2.Perkembangan Remaja dan Ciri-cirinya……… ... 18
2.3.3. Tugas-Tugas Perkembangan Remaja. ... 19
2.3.4. Anatomi Organ Reproduksi Remaja. ... 20
2.3.5. Perubahan Fisik Pada Remaja. ... 21
2.3.6. Perilaku Seksual Pada Remaja. ... 23
2.3.7. Faktor yang Mempengaruhi Remaja Melakukan Hubungan Seksual. ... 23
2.4. Seksualitas Remaja. ... 25
2.4.1. Pengertian Seksualitas. ... 25
2.4.2.Tujuan Seksualitas. ... 25
2.4.3. Dimensi Pribadi yang Terkait Dengan Seksualitas. ... 25
(11)
2.4.5. Bahaya-bahaya Seks Bebas Dikalangan Remaja. ... 28
2.5. Pengertian Pendidikan Seksual ... 28
2.5.1. Pendidikan Seks Terdiri Dari Dua Segi. ... 30
2.5.2. Tujuan Pendidikan Seks... 32
2.5.3. Manfaat Mempelajari Pendidikan Seks. ... 32
2.5.4. Lima Aturan Bagi Orangtua Dalam Mem berikan Pendidikan Seks. ... 34
2.5.5. Pentingnya Pendidikan Seks Bagi Remaja. ... 34
2.6. Masalah-Masalah Yang Timbul Akibat Seks Bebas ... 36
2.7. Kerangka Konsep ... 37
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian... 38
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 38
3.2.1. Lokasi Penelitian ... 38
3.2.2. Waktu Penelitian ... 38
3.3. Populasi dan Sampel ... 38
3.3.1. Populasi. ... 38
3.3.2. Sampel... 36
3.4. Metode Pengumpulan Data. ... 39
3.5. Defenisi Operasional. ... 39
3.6.Aspek Pengukuran ………. ... 40
3.7. Pengolahan Data Dan Analisa Data ... 41
3.7.1. Pengolahan Data. ... 41
3.7.2. Analisa Data. ... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 43
4.2. Karakteristik Responden ... 44
BAB V PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Responden ... 55
5.1.1. Karakteristik Berdasarkan Umur ... 55
5.1.2. Karakteristik Berdasarkan Pendidikan ... 56
5.1.3. Karakteristik Berdasarkan Pekerjaan ... 57
5.1.4.Karakteristik Berdasarkan Sumber Informasi ... 57
5.2. Persepsi Responden ... 59
5.2.1. Persepsi Ayah dalam Memberikan Pendidikan Seks bagi Remaja Putra dan Putri ... 59
5.2.2. Persepsi Ibu dalam Memberikan Pendidikan Seks bagi Remaja Putra dan Putri ... 63
(12)
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan ... 68 6.2. Saran ... 69
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(13)
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Menurut Umur Ayah di Kelurahan Batang
Ayumi Julu Sitataring Kota Padangsidempuan tahun 2015 ... 44
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Menurut Umur Ibu di Kelurahan Batang
Ayumi Julu Sitataring Kota Padangsidempuan tahun 2015 ... 44
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Menurut Pendidikan Ayah di Kelurahan Batang Ayumi Julu Sitataring Kota Padangsidempuan tahun 2015 ... 45
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Menurut Pendidikan Ibu di Kelurahan Batang Ayumi Julu Sitataring Kota Padangsidempuan tahun 2015 ... 45
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Menurut Pekerjaan Ayah di Kelurahan Batang Ayumi Julu Sitataring Kota Padangsidempuan tahun 2015 ... 46
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Menurut Pekerjaan Ibu di Kelurahan Batang Ayumi Julu Sitataring Kota Padangsidempuan tahun 2015 ... 46
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Menurut Media Informasi Ayah di Kelurahan Batang Ayumi Julu Sitataring Kota Padangsidempuan
tahun 2015 ... 47
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Menurut Media Informasi Ibu di Kelurahan Batang Ayumi Julu Sitataring Kota Padangsidempuan tahun 2015 ... ... 47
Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Pertanyaan Persepsi Ayah dalam Memberikan Pendidikan Seks Bagi Remaja Putra dan Putri di Kelurahan Batang Ayumi Julu Sitataring Kota Padangsidempuan tahun 2015 ... 48
Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Persepsi Ayah dalam Memberikan Pendidikan Seks Bagi Remaja Putra dan Putri di Kelurahan Batang Ayumi Julu Sitataring Kota Padangsidempuan tahun 2015 ... 51
Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Pertanyaan Persepsi Ibu dalam Memberikan Pendidikan Seks Bagi Remaja Putra dan Putri di Kelurahan Batang Ayumi Julu Sitataring Kota Padangsidempuan tahun 2015 ... 51
Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Persepsi Ibu dalam Memberikan Pendidikan Seks Bagi Remaja Putra dan Putri di Kelurahan Batang Ayumi Julu Sitataring Kota Padangsidempuan tahun 2015 ... 54
(14)
DAFTAR GAMBAR
(15)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Lampiran 2 Master Data Penelitian Lampiran 3 Output Data
Lampiran 4 Surat Keterangan Permohonan Izin Penelitian dari Dekan FKM USU
Lampiran 5 Surat Keterangan Permohonan Izin Penelitian dari Kelurahan Batang Ayumi Julu Sitataring Kota Padangsidempuan
Lampiran 6 Surat Keterangan Selesai Penelitian dari Kelurahan Batang Ayumi Julu Sitataring Kota Padangsidempuan
(16)
ABSTRAK
Pendidikan seks merupakan membimbing ataupun menjelaskan tentang perubahan fungsi organ seksual khususnya bagi remaja sebagai tahapan yang harus dilalui dalam kehidupan manusia. Oleh sebab pendidikan seks sangat penting bagi remaja, karena pertama remaja belum paham dengan informasi kesehatan reproduksinya, sebab orangtua masih menganggap bahwa membicarakan mengenai seks adalah hal yang tabu.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan jenis penelitian kuantitatif. Populasi adalah Orangtua (ayah dan ibu) yang mempunyai remaja putra dan putri di Kelurahan Batang Ayumi Julu Sitataring Kota Padangsidimpuan jumlah sampel sebagai responden sebanyak 55 orangtua.
Hasil Penelitian Persepsi ayah dan ibu tentang pendidikan seks bagi remaja putra dan putri menunjukkan bahwa ayah mempunyai persepsi negatif sebanyak 61,8% karena ayah tidak setuju dengan diberikannya pendidikan seks bagi remaja, ayah merasa pendidikan seks sangat tabu untuk dibicarakan dengan remaja sedangkan persepsi ibu tentang pendidikan seks bagi remaja putra dan putri menunjukkan bahwa ibu persepsi kategori negatif yaitu sebanyak 58,2%. karena orangtua tidak setuju dengan diberikannya pendidikan seks bagi remaja, orangtua merasa pendidikan seks sangat tabu untuk dibicarakan dengan remaja dan sebaiknya dihilangkan.
Disarankan kepada orangtua (ayah dan ibu) agar memberikan pendidikan seks bagi remaja putra dan putri khususnya di Kelurahan Batang Ayumi Julu Sitataring karena remaja kurang mendapatkan informasi tentang pendidikan seks dari orangtuanya. agar remaja mendapat informasi yang tepat dan juga memperoleh informasi seks yang sehat supaya remaja tidak terjerumus seks bebas.
(17)
ABSTRACT
Sex education is a term describes education about sexual anatomy, sexual organ, sex intercourse and other aspects about human sex. To provide the adolescent with sex education, a description about the change of sexual organ functions as phases in a human life. Therefore, sex education is very important to the adolescent because the adolescent have not yet any information about reproduction health because the parents assume that talk about sex is taboo.
This research is a descriptive study in quantitative study. Population is parents (father and mother) who has a son and daughter at Urban Village of Batang Ayumi Julu Sitataring Kota Padangsidimpuan with the number of sample as respondent is 55 person of parents.
The results of research of perception of father and mother about sex education for the male and female adolescent indicates that respondent has a negative perception for 61.8% while the perception of mother to the sex education for male and female adolescent indicates that respondents has a negative perception for 58.2%
It is suggested to the parents (father and mother) to provide the male and female adolescent with sex education especially at Urban Village of Batang Ayumi Julu Sitataring because the adolescent did not get any information about sex education from their parents, and must familiar to talk about sex for the adolescent to understand about health sex.
Keywords : Perception, Sex Education, Adolescent Bibliography : 14 books, 2 journals and 4 internets
(18)
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa
kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik,
psikis, dan psikososial. masa remaja yakni antara usia 10-19 tahun suatu periode
masa pematangan organ reproduksi manusia atau bisa disebut masa peralihan dari
anak ke masa dewasa (Widyastuti, 2010).
Perubahan seks primer merupakan perubahan-perubahan organ seksual
yang semakin matang sehingga dapat berfungsi untuk melakukan proses
reproduksi, dimana seorang individu dapat melakukan hubungan seksual dengan
lawan jenis dan dapat memperoleh keturunan anak. misalnya testis, kelenjar
prostat, penis (remaja laki-laki): vagina, ovarium, uterus (remaja wanita)
sedangkan perubahan seks sekunder ialah perubahan tanda-tanda identitas seks
seseorang yang diketahui melalui penampakan postur fisik akibat kematangan
seks primer. Untuk remaja laki-laki misalnya: jakun, bentuk tubuh (segitiga),
suara membesar, kumis, jenggot, sedangkan remaja wanita misalnya: kulit halus,
bentuk tubuh (guitar body), suara melengking tinggi dan rambut kemaluan pada
vagina (Widyastuti, 2010).
Para remaja mulai merasakan cinta, tetapi agama menjadi penghalang dan
pembatas, begitu juga akhlak serta aturan-aturan. Ketika dihadapkan pada masalah
ini, terkadang mereka pura-pura tidak tahu, tidak sadar, dan mengesampingkan
(19)
terhadap masalah kehidupan sosial dan balig menimbulkan
masalah-masalah yang beragam, seperti menjerumuskan diri pada kemaksiatan, kematian,
dan bunuh diri. Semakin besar perhatian dan pengawasan dalam permasalahan ini,
maka semakin tertutup jalan menuju penyimpangan (Samadi, 2004).
Pendidikan seks merupakan suatu istilah yang digunakan untuk
menjelaskan pendidikan mengenai anatomi seksual, perhubungan seks, dan
aspek-aspek lain kelakuan seks manusia. Itulah mengapa pendidikan seks (sex
education) sangat penting bagi remaja, karena pertama remaja belum paham
dengan informasi kesehatan reproduksinya, sebab orangtua masih menganggap
bahwa membicarakan mengenai seks adalah hal yang tabu.
Pendidikan seks lebih dari sekedar kajian dari seksualitas manusia dalam
pelajaran biologi atau ilmu sosial. tujuan mempelajari seksualitas manusia adalah
agar remaja mengetahui banyak tentang seks, mendorong semacam keterampilan
atau kecakapan, sikap, kecenderungan perilaku terhadap pengalaman pribadi
(Michail, 2006).
Pendidikan seks adalah mengajari remaja, mengarahkannya, dan
mengatakan secara terus terang kepadanya tentang hal – hal yang berkaitan dengan seks serta yang berhubungan dengan tabiat dan pernikahan. oleh karena
itu remaja sudah mengetahui serta sudah mulai memahami liku-liku hidup dan
sudah bisa membedakan mana yang halal dan haram ( Abdullah, 2011).
Adanya kebutuhan orang untuk dapat memahami seks dengan baik dan
benar merupakan petunjuk bahwa pendidikan seks diperlukan. Seperti kita
(20)
perubahan nilai dan moralitas serta pandangan terhadap seks. barangkali lima atau
enam dasawarsa yang lalu orang tidak merasa perlu memberikan pendidikan seks
secara khusus separti yang diperlukan generasi sekarang (Wuryani, 2008).
Sehingga dari ketidakpahaman tersebut para remaja merasa tidak
bertanggung jawab dengan seks atau kesehatan anatomi reproduksinya. kedua,
dari ketidakpahaman remaja tentang seks dan kesehatan anatomi reproduksi
mereka, di lingkungan sosial masyarakat, seperti: media-media yang menyajikan
hal-hal yang bersifat pornografi, antara lain: VCD, majalah, internet, bahkan
tayangan televisi pun saat ini sudah mengarah kepada hal yang seperti itu. dampak
dari ketidakpahaman remaja tentang pendidikan seks ini, banyak hal-hal negatif
terjadi, seperti tingginya hubungan seks di luar nikah, kehamilan yang tidak
diinginkan, penularan virus HIV dan sebagainya.
Sasaran utama penanaman pendidikan seks ini diarahkan kepada
anak-anak maupun remaja sesuai dengan perkembangan usia. fenomena yang banyak
terjadi akhir-akhir ini adalah banyaknya kasus tindakan kejahatan seks yang
didominasi oleh kalangan dibawah umur. banyak hal yang menyebabkan
anak-anak di masa remaja melakukan penyimpangan seksualitas atau seks bebas
sebagai cara pelarian dari berbagai persoalan serta kurangnya kemampuan anak
untuk mengendalikan diri dari emosinya.
Meningkatnya rasa keingin tahuan dan rasa penasaran yang besar pada
remaja membuat minat remaja itu sendiri terhadap masalah seksual meningkat
sehingga remaja berusaha mencari berbagai informasi mengenai hal tersebut. Dari
(21)
tua selebihnya mereka peroleh sendiri dari film-film porno, buku tentang seks dan
internet (Dianawati, 2006).
Pengalaman remaja dalam pendidikan seks bermanfaat untuk menambah
pengetahuan remaja dalam mengalami perubahan-perubahan yang perilaku yang
menyimpang yang terjadi pada remaja saat sekarang ini dan hambatan remaja
dalam menerima pendidikan seks dikarenakan pendidikan seks tabu untuk
dibicarakan. Keterbukaan komunikasi antara anak dengan orang tua terutama
dalam membicarakan seksualitas, perlu dimaksimalkan untuk menghindari
aktivitas seksual terlalu dini sebelum mencapai masa dewasa.
Orangtua perlu memberikan pengertian dan pemahaman yang terarah
mengenai pendidikan seks tersebut. karena jika tidak demikian, anak akan merasa
kurang diperhatikan dan kurang informasi mengenai seks yang seharusnya ia
dapatkan. akibatnya, anak cenderung akan mencari informasi di luar lepas dari
kendali orangtua. Selain peranan orangtua, dalam hal ini lembaga atau instansi
yang berwenang dalam mendidik anak didiknya juga harus lebih menanamkan
pentingnya tujuan dalam penerapan pendidikan seks sesuai dengan tahapan
perkembangan usia.
Orangtua adalah pihak utama yang bertanggung jawab terhadap
keselamatan putra dan putrinya dalam menjalani tahapan-tahapan fisik emosional,
intelektual sosial, yang harus mereka lalui dari anak-anak hingga mereka dewasa.
tanggung jawab orangtua tidak hanya mencakup atau terbatasi dengan kebutuhan
materi saja tetapi sesungguhnya mencakup juga kepada seluruh aspek kehidupan
(22)
Dari Survei Demografi Kesehatan Indonesia (2012) yang menyebutkan
angka fertilitas remaja(ASFR) pada kelompok usia 15-19 tahun mencapai 48 dari
1000 kehamilan. Angka rata-rata itu jauh lebih tinggi dibanding temuan SDKI
2007 yaitu 35 dari 1000 kehamilan. Ini menunjukkan pernikahan dini dan
hubungan seks pranikah di kalangan remaja kita semakin tinggi. Hasil penelitian
yang dilakukan Australian National University (ANU) dan pusat penelitian
kesehatan Universitas Indonesia yang dilakukan pada tahun 2010. Penelitian yang
dilakukan di Jakarta, Tangerang dan Bekasi pada tahun tersebut terhadap 3006
responden remaja usia 17-24 tahun menunjukkan bahwa 20,9% diantara mereka
telah hamil dan melahirkan sebelum menikah.
Pendidikan seks bagi remaja adalah masalah yang sangat penting, karena
kejiwaan para remaja hari demi hari, disertai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, ekonomi, dan keberhasilan-keberhasilan dunia saat ini – menanggung beban yang lebih besar. Dalam buku-buku kedokteran, umumnya
dinyatakan bahwa pendidikan seks bermakna pengajaran seks. Pendidikan seks
memiliki makna yang lebih luas. Pendidikan tidak hanya meliputi hal-hal yang
bersifat seksual, tetapi memiliki kekhususan, seperti perkembangan kepribadian
secara sosial, akhlak, dan budaya (Samadi, 2004).
Kurangnya pemahaman tentang perilaku seksual pada masa remaja amat
merugikan bagi remaja sendiri temasuk keluarganya, sebab pada masa ini remaja
mengalami perkembangan yang penting yaitu kognitif, emosi, sosial dan
seksual.perkembangn ini berlangsung mulai sekitar 12-20 tahun. kurangnya
(23)
agama dan kurangnya informasi dari sumber yang benar. kurangnya pemahaman
ini akan mengakibatkan berbagai dampak yang justru amat merugikan kelompok
remaja dan keluarganya. dilaporkan bahwa 80% laki-laki dan 70% perempuan
melakukan hubungan seks selama masa pubertas dan 20% dari mereka
mempunyai empat atau lebih pasangan. ada sekitar 53% perempuan berumur 15– 19 tahun melakukan hubungan seks pada masa remaja, sedangkan jumlah laki-laki
yang melakukan hubungan seksual sebanyak dua kali lipat dari pada perempuan
(Soetjiningsih, 2004).
Selama ini orang tua menganggap pendidikan seksual adalah hal yang
tabu, selain itu orangtua menganggap bahwa remaja yang mengetahui lebih
banyak informasi tentang seksual akan meningkatkan penasaran dan keberanian
untuk mempraktekkan. Orangtua enggan membicarakan pendidikan seksual
karena tidak tahu bagaimana cara menyampaikan pendidikan seks (Handayani,
2005).
Di Indonesia diperkirakan ada 1 juta remaja yang mengalami kehamilan
luar nikah sedangkan di seluruh dunia diperkirakan 15 juta remaja setiap
tahunnya hamil, 60% diantaranya hamil diluar nikah dan beberapa penelitian
menyebutkan salah satu penyebab hamil di luar nikah adalah ketidakmampuan
remaja mengendalikan dorongan biologis. (Hidayat dalam Tinceuli, 2010).
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2010-2011) mengungkapkan
bahwa 1189 remaja belum menikah (berusia 13 – 19 ) di Jawa Barat dan 922 remaja di Bali, ditemukan 7% perempuan di Jawa Barat dan 5% di Bali pernah
(24)
tengah mengatakan bahwa jumlah siswi yag hamil akan terus meningkat,
tercermin dari penelitiannya pada sekolah jenjang SMP dan SMA tahun 2010
yang menunjukkan dalam tiap sekolah rata – rata empat hingga tujuh siswi yang hamil, bahkan pada tahun tersebut kenaikannya 10% hingga 15% (Widyastuti,
2011).
Data Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia 2003 sebanyak 66%
perempuan dan 60% laki-laki tidak mengetahui tentang penyakit menular seksual
(PMS) selain HIV/AIDS. Perempuan yang mengetahui PMS, 65% menyebut
sifilis dan 27% menyebut gonorrhea. laki-laki lebih banyak menyebut sifilis 86%
dan kencing nanah 27%.
Di Ponorogo didapatkan data HIV atau AIDS mulai tahun 2001-2011
sebanyak 312 orang, menurut kepala Desa Sukorejo masyarakat Sukorejo masih
mempunyai tradisi musik gambyong setiap ada hajat, dengan perilaku mengarah
seks bebas dengan tradisi gambyong mendidik anak remaja untuk berperilaku
seksual dengan akibat sekitar 10-15 persen remaja perempuan hamil diusia
sekolah pada setahun terakhir.
Menurut Masrukhi 2003 sekitar 28% anak perempuan jalanan mengalami
kasus pelecehan seksual, pemerkosaan, penjerumusan ke porstitusi, pembutan
pornografi dan diperdagangkan untuk kepuasan seksual. Menurut Budi utomo
2000 menjelaskan bahwa perkiraan angka nasional kejadian aborsi 1.982.880
kasus atau sekitar 2 juta kasus pertahun perempuan usia 15-49 tahun. ini berarti 37
(25)
Penelitian Yesi dan Evi (2005) bahwa mayoritas responden memiliki
persepsi positif terhadap pendidikan seks (96,7%), bimbingan dalam pendidikan
seks (76,6%), isi pendidikan seks (90%) dan persepsi terhadap pendidikan seks
menurut nilai, pengalaman dan agama (60%) selanjutnya secara keseluruhan hasil
penelitian menunjukkan ( 86,7%) orangtua memiliki persepsi positif dan yang
memiliki persepsi negatif (13,3%) orangtua.
Banyak orangtua yang tidak memberikan pendidikan seks kepada anak
remajanya karena mereka berpendapat bahwa seksualitas merupakan sesuatu yang
alamiah yang akan diketahui setelah menikah dan menganggap masalah seks
sebagai masalah yang tabu untuk dibicarakan walaupun banyak media yang
memfasilitasi tentang pendidikan seks selain itu komunikasi yang tidak efektif
antara orangtua dengan anak, dan tidak terbuka terhadap pertanyaan yang
diajukan anak tentang seks mengakibatkan anak mudah terpengaruh melakukan
tindakan seksual.
Berdasarkan survei pendahuluan di Kelurahan Batang Ayumi Julu
Sitataring Kota Padangsidimpuan peneliti menemukan 10 dari 15 orangtua yang
mempunyai remaja tidak memberikan pendidikan seks kepada anak remajanya
karena mereka berpendapat bahwa seksualitas merupakan sesuatu yang alamiah
dan hal yang tabu, dan juga kurangnya informasi tentang pendidikan seks.
Berdasarkan hasil survey tersebut bahwa masih banyak orangtua yang tidak
peduli terhadap pendidikan seks bagi remaja.
Menurut hasil wawancara peneliti bahwa 5 orangtua yang mengetahui
(26)
informasi dari media elektronik. karena orangtua mengetahui bahwa pendidikan
seks itu merupakan bentuk kepedulian terhadap masa depan remaja terutama bagi
remaja perempuan.
Disamping itu peneliti juga mewawancarai 3 dari 5 orang remaja mereka
mengatakan tidak mendapatkan pengetahuan tentang pendidikan seks dari
orangtuanya. mereka mendapat pendidikan seks itu dari internet ataupun media
elektronik anggapan mereka bahawa seks itu boleh dilakukan kepada siapa saja
yang kita inginkan. Sehingga mereka mendapatkan informasi yang tidak tepat
bahkan cenderung menjerumuskannya untuk melakukan apa yang mereka
temukan dari informasi yang tidak bertanggung jawab. berdasarkan latar belakang
di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Persepsi Ayah dan Ibu tentang pendidikan seks bagi Remaja Putra dan Putri di Kelurahan Batang Ayumi Julu Sitataring Kota Padangsidimpuan Tahun 2015”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan masalah yang telah diuraikan maka perumusan masalah adalah
bahwa remaja tidak mendapatkan pendidikan seks dari orangtua di Kelurahan
Batang Ayumi Julu Sitataring Kota Padangsidimpuan Tahun 2015.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi ayah dan ibu
tentang pendidikan seks bagi remaja putra dan putri di Kelurahan Batang Ayumi
(27)
1.4 . Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat menjadi bahan masukan
bagi orangtua tentang pendidikan seks bagi remaja di Kelurahan Batang
Ayumi Julu Sitataring Kota Padangsidimpuan.
(28)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Persepsi
2.1.1. Defenisi Persepsi
Proses yang digunakan individu mengelola dan menafsirkan kesan indera
mereka dalam rangka memberikan makna kepada lingkungan mereka. Meski
demikian apa yang dipersepsikan seseorang dapat berbeda dari kenyataan yang
obyektif (Walgito, 2010).
Persepsi adalah kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus atau
proses untuk menerjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat indra manusia.
persepsi manusia terdapat perbedaan susut pandang dalam pengindraan. Ada yang
mempersepsikan sesuatu itu baik atau persepsi positif dan juga persepsi negatif
yang akan mempengaruhi tindakan manusia yang tampak nyata (Sugihartono, dkk
2007).
2.1.2. Syarat Terjadinya Persepsi
Menurut Sunaryo (2004) syarat – syarat terjadinya persepsi adalah sebagai berikut:
1. Ada objek yang dipersepsi.
2. Ada perhatian yang merupakan langkah pertama sebagai persiapan
dalam mengadakan persepsi.
3. Adanya alat indra atau reseptor yaitu alat untuk menerima stimulus.
4. Saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak yang
(29)
Menurut Notoatmodjo (2005), ada banyak faktor yang akan menyebabkan
stimulus masuk dalam rentang perhatian seseorang. Faktor tersebut dibagi
menjadi dua bagian besar yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor
eksternal Adalah faktor yang melekat pada objeknya, sedangkan faktor internal
adalah faktor yang terdapat pada orang yang mempersepsikan stimulus tersebut.
1. Faktor Eksternal
a. Kontras
Cara termudah dalam menarik perhatian adalah dengan membuat kontras
baik warna, ukuran, bentuk atau gerakan.
b. Perubahan Intensitas
Suara yang berubah dari pelan menjadi keras, atau cahaya yang berubah
dengan intensitas tinggi akan menarik perhatian seseorang.
c. Pengulangan (repetition)
Dengan pengulangan, walaupun pada mulanya stimulus tersebut tidak
termasuk dalam rentang perhatian kita, maka akan mendapat perhatian
kita.
d. Sesuatu yang baru (novelty)
Suatu stimulus yang baru akan lebih menarik perhatian kita dari pada
sesuatu yang telah kita ketahui.
e. Sesuatu yang menjadi perhatian orang banyak
Suatu stimulus yang menjadi perhatian orang banyak akan menarik
(30)
2. Faktor Internal
a. Pengalaman atau pengetahuan
Pengalaman atau pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan faktor
yang sangat berperan dalam menginterpretasikan stimulus yang kita
peroleh. Pengalaman masa lalu atau apa yang telah dipelajari akan
menyebabkan terjadinya perbedaan interpretasi.
b. Harapan (expectation)
Harapan terhadap sesuatu akan mempengaruhi persepsi terhadap stimulus.
c. Kebutuhan
Kebutuhan akan menyebabkan seseorang menginterpretasikan stimulus
secara berbeda. misalnya seseorang yang mendapatkan undian sebesar 25
juta akan merasa banyak sekali jika ia hanya ingin membeli sepeda motor,
tetapi ia akan merasa sangat sedikit ketika ia ingin membeli rumah.
d. Motivasi
Motivasi akan mempengaruhi persepsi seseorang. seseorang yang
termotivasi untuk menjaga kesehatannya akan menginterpretasikan rokok
sebagai sesuatu yang negatif.
e. Emosi
Emosi seseorang akan mempengaruhi persepsinya terhadap stimulus yang
ada. misalnya seseorang yang sedang jatuh cinta akan mempersepsikan
(31)
f. Budaya
Seseorang dengan latar belakang budaya yang sama akan
menginterpretasikan orang-orang dalam kelompoknya secara berbeda,
namun akan mempersepsikan orang - orang di luar kelompoknya sebagai
sama saja.
2.1.3. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi
1. Faktor struktural yaitu faktor-faktor yang terkandung dalam rangsangan
fisik dan proses neurofisiologik.
2. Faktor fungsional yaitu faktor yang terdapat dalam diri dipengamat,
seperti: kebutuhan, susana hati, pengalaman masa lampau dan sifat-
sifat individual lainnya.
2.1.4. Empat Aspek Yang Mempengaruhi Persepsi
1. Hal – hal yang diamati dari sebuah rngsangan bervariasi, tergantung pola dari keseluruhan dimana rangsang tersebut merupakan
bagiannya.
2. Persepsi dari orang ke orang dan dari waktu ke waktu.
3. Persepsi bervariasi tergantung dari arah (Fokus) alat- alat indra.
4. Persepsi cenderung berkebang ke arah tertentu dan sekali terbentuk
(32)
2.1.5. Empat Tahap Dalam Pengambilan Keputusan Dalam Persepsi 1. Persepsi tergantung pada proses pengambil keputusan.
2. Proses pengambilan keputusan memanfaatkan tanda- tanda diskriminatif
sehingga dimungkinkan untuk menempatkan masukan ke dalam kategori
-kategori.
3. Proses pemanfaatan tanda-tanda melibatkan proses penyimpulan yang
menuju pada penempatan suatu objek ke dalam suatu kategori tertentu.
4. Suatu kategori adalah serangkaian sifat atau ketentuan khusus tentang
jenis- jenis peristiwa secara bersama – sama bisa dimasukkan ke dalam suatu kelompok.
2.2. Persepsi orangtua
Persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu dengan
panca indra yang mengalami proses sehingga seseorang dapat mengetahui
sesuatu hal. (KBBI, 2000)
Proses yang digunakan individu mengelola dan menafsirkan kesan indera
mereka dalam rangka memberikan makna kepada lingkungan mereka. Meski
demikian apa yang dipersepsikan seseorang dapat berbeda dari kenyataan yang
obyektif (Robbins, 2006)
Orangtua adalah pihak utama yang bertanggung jawab terhadap
keselamatan putra dan putrinya dalam menjalani tahapan - tahapan fisik
emosional, intelektual social, yang harus mereka lalui dari anak-anak hingga
(33)
dengan kebutuhan materi saja tetapi sesungguhnya mencakup juga kepada seluruh
aspek kehidupan anaknya, termasuk di dalamnya aspek pendidikan seksual.
Persepsi orangtua adalah tanggapan pihak utama yang bertanggung jawab
terhadap keselamatan putra dan putrinya baik dalam hal khususnya dalam hal seks
bebas oleh karena itu orangtua harus mempunyai persepsi yang positif tentang
pendidikan seks bagi remaja.
2.3. Remaja
2.3.1. Pengertian Remaja
Remaja atau adolescence (inggris) berasal dari bahasa latin “adolescere” yang berarti tumbuh ke arah kematangan. kematangan yang dimaksud adalah
bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan social dan psikologis.
sedangkan menurut World Health Organization (WHO), defenisi remaja adalah
mereka yang berada pada tahap transisi anatara masa kanak-kanak dan dewasa.
batasan usia remaja menuru WHO adalah 12-24 tahun. menurut menteri kesehatan
RI tahun 2010, batas usia remaja adalah antara 10 sampai 19 tahun dan belum
kawin. (Widyastuti, 2011).
Masa remaja adalah masa transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak
menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis,
dan psikososial. perubahan tubuh disertai dengan perkembangan bertahap dari
karakteristik seksual primer dan karakteristik seksual sekunder. yang dimaksud
perubahan seks primer oleh keturunan anak. misalnya testis, kelenjar prostat,
penis (remaja laki-laki) vagina, ovarium, uterus (remaja wanita) sedangkan
(34)
matang sehingga dapat berfungsi untuk melakukan proses reproduksi, dimana
seorang individu dapat melakukan hubungan seksual dengan lawan jenis dan
dapat memper tanda-tanda identitas seks seseorang yang diketahui melalui
penampakan postur fisik akibat kematangan seks primer. untuk remaja laki-laki
misalnya: jakun, bentuk tubuh (segitiga), suara membesar, kumis, jenggot,
sedangkan remaja wanita misalnya: kulit halus, bentuk tubuh (guitar body), suara
melengking tinggi dan rambut kemaluan pada vagina (Dariyo, 2004).
Mengenai para remaja yang telah mencapai usia baligh dan kecenderungan
seksual mereka yang mulai muncul, kelenjar-kelenjar seksual mulai beraktifitas
dan memproduksi hormon-hormon yang menyebabkan terjadinya perubahan fisik
dan kejiwaan pada para remaja. hal tersebut mendapatkan sebuah kondisi yang
mungkin sangat sulit untuk dihadapi oleh sebagian orangtua dan pendidik.
perubahan kecenderungan terhadap lawan jenis dan kadang kecenderungan pada
penyimpangan akan tampak, dan masalah ini sampai batas tertentu akan
menyibukkan benak dan pikiran mereka. dari sisi ini, mereka tidak mengetahui
reaksi yang seharusnya mereka tunjukkan dan cara bersikap terhadap kebutuhan
dalam diri mereka (Samadi, 2004).
Usia remaja merupakan usia transisi dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa. perubahan ini secara psikologis membuat anak-anak usia remaja selalu
ingin mencoba tantangan baru yang belum pernah diperoleh di masa kanak-kanak.
kecenderungan ingin mencoba hal baru, bahkan cenderung memberontak dari
kemapanan, semakin diperparah dengan berbagai informasi dan tayangan media
(35)
Kaum remaja Indonesia saat ini mengalami lingkungan sosial yang sangat
berbeda dari pada orangtuanya. dewasa ini, kaum remaja lebih bebas
mengekspresikan dirinya, dan telah mengembangkan kebudayaan dan bahasa
khusus antara grupnya. sikap-sikap kaum remaja atas seksualitas dan soal seks
ternyata lebih liberal daripada orangtuanya, dengan jauh lebih banyak kesempatan
mengembangkan hubungan lawan jenis, berpacaran, sampai melakukan hubungan
seks.
2.3.2. Perkembangan remaja dan ciri-cirinya
Berdasarkan sifat atau ciri perkembangannya, masa remaja ada tiga tahap :
1. Masa remaja awal (10 – 12 tahun ).
a. tampak dan memang mersa lebih dekat dengan teman sebaya.
b. tampak dan mersa ingin bebas.
c. tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya
dan mulai berpikir yang khayal (abstrak).
2. Masa remaja tengah (13 – 15 tahun)
a. Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri.
b. Ada keinginan untuk berkencan atau keterkaitan pada lawan jenis.
c. Timbul perasaan cinta yang mendalam
d. Kemampuan berpikir abstrak(berkhayal) makin berkembang.
e. Berkhayal mengenai hal –hal yang berkaitan dengan seksual. 3. Masa remaja akhir (16-19 tahun)
a. menampakkan pengungkapan kebebasan diri.
(36)
c. memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya.
d. dapat mewujudkan perasaan cinta.
e. memiliki kemampuan berpikir khayal atau abstrak.
2.3.3. Tugas – Tugas Perkembangan Remaja
1. Mencapai hubungan social yang matang dengan teman sebaya baik
dengan sejenis maupun dengan teman yang beda jenis kelamin.
2. Dapat menjalankan peranan – peranan social menurut jenis kelamin masing –masing.
3. Menerima kenyataan (realitas) jasmaniah serta menggunakannya seefektif
mungkin dengan perasaan puas.
4. Mencapai kebebasan emosioanal dari orangtua atau orang dewasa laiinnya
tidak kekanak-kanakan lagi.
5. Mencapai kebabasan ekonomi.
6. Memilih dan mempersiapkan diri untuk pekerjaan atau jabatan .
7. Mempersipkan diri untuk melakukan perkawinan dan hidup berumah
tangga.
8. Mengembangkan kecakapan intelektual serta konsep – konsep yang diperlukan untuk kepentingan hidup bermasyarakat.
9. Memperlihatkan tingkah laku yang secara social sebagai orang dewasa
yang dipertanggungjawabkan.
10.Memperoleh sejumlah norma-norma sebagai pedoman dalam
tindakan-tindakannya dan sebagai pandangan hidup.
(37)
2.3.4. Anatomi Organ Reproduksi Remaja Organ reproduksi wanita terdiri dari 2 bagian:
1. Bagian luar
2. Bagian dalam
1. Bagian luar terdiri dari:
a. Bibir luar (labia mayora)
b. Bibir dalam (labia minora )
c. Klitoris
d. Uretra
e. Vagina (lubang kemaluan)
2. Bagian dalam terdiri dari:
a. Liang senggama
b. Mulut rahim (serviks)
c. Rahim (uterus)
d. Saluran telur (tuba fallopi)
e. Indung telur (ovarium)
Organ reproduksi pria terdiri dari:
a. Testis
b. Saluran vas deferens yang menghubungkan testis dengan kelenjar
prostat
c. Kelenjar prostat
d. Uretra
(38)
2.3.5. Perubahan Fisik Pada Remaja
Pada masa remaja itu, terjadi suatu pertubuhan fisik yang cepat yang
disertai banyak perubahan termasuk didalamnya pertumbuhan organ – organ reproduksi (organ seksual) sehingga tercapai kematangan yag ditunjukkn dengan
kemampuan melaksanakan fungsi reproduksi. perubahan yang terjadi pada
pertumbuhan tersebut diikuti dengan munculnya tanda-tanda sebagai berikut :
1. Tanda-tanda seks primer
adalah organ seks pada laki-laki gonad atau testes.organ itu terletak di
dalam skrotum. pada usia 14 tahun baru sekitar 10% dari ukuran yang matang.
setelah itu terjadilah pertumbuhan yang pesat selama satu atau dua tahun,
kemudian pertumbuhan menurun. testes berkembang penuh pada usia 20 atau 21
tahun. sebagai tanda bahwa fungsi organ – organ pria matang. lazimnya terjadi mimpi basah artinya dia bermimpi mengenai hal – hal yang berkaitan dengan hubungan seksual, sehingga mengeluarkan sperma. semua organ reproduksi
wanita tumbuh selama masa puber. namun tingkat kecepatan antara organ satu
dan lainnya berbeda .berat uterus pada anak usia 11 atau 12 tahun kira-kira 5,3
gram, pada usia 16 tahun rata-rata beratnya 43 gram. sebagai kematangan organ
reproduksi pada perempuan adalah datangnya haid. ini adalah permulaan dari
serangakai pengeluaran darah, lendir dan jaringan sel yang hancur dari uteus
secara berkala, yang akan terjadi kira-kira setiap 28 hari. hal ini berlangsung
terus sampai menjelang masa menopause bisa terjadi pada usia sekitar lima
(39)
2. Tanda- tanda seks sekunder
Pada laki-laki rambut yang mencolok tumbuh pada masa remaja adalah
rambut kemaluan, terjadi sekitar satu tahun setelah testes dan penis mulai
membesar. ketika rambut kemaluan sudah tumbuh, maka menyusul rambut ketiak
dan rambut di wajah, sepertinya halnya kumis dan cambang. kulit menjadi lebih
kasar, tidak jernih, pori-pori membesar. kelenjar lemak di bawah kulit enjadi lebih
aktif seringkali menyebabkan jerawat karena produksi minyak meningkat
aktivitas kelenjar keringat bertambah juga bertambah terutama bagian ketiak.
Otot- otot pada remaja juga makin bertambah besar dan kuat. lebih-lebih
dilakukan latihan otot, maka akan tampak member bentuk pada lengan, bahu dan
tungkai kaki. suara juga berubah seirama dengan tumbuhnya rambut pada
kemaluan. mula-mula agak serak kemudian volume juga meningkat dan benjolan
di dada akan muncul pada usia remaja 12-14 tahun di sekitar kelenjar susu. setelah
beberapa minggu besar dan jumlahnya menurun.
Pada wanita rambut kemaluan juga tumbuh seperti halnya remaja laki-laki.
tumbuhnya rambut kemaluan ini terjadi setelah pinggul dan payudara mulai
berkembang. bulu ketiak dan bulu pada kulit wajah mulai tampak setelah haid.
semua rambut kecuali rambut wajah mula-mula lurus dan terang warnanya,
kemudian menjadi lebih subur, lebih kasar, lebih gelap dan agak keriting. pinggul
pun menjadi berkembang, membesar dan membulat. hal ini sebagai akibat mem
besarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak di bawah kulit. Payudara juga
membesar seiiring pinggul membesar dan puting susu juga menonjol hal ini
(40)
besarnya kelenjar susu sehingga payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat.
Kulit juga menjadi lebih kasar, lebih tebal pori-pori membesar akan tetapi berbeda
dengan laki-laki kulit pada wanita tetap lebih lembut. kelenjar lemak dan juga
kelenjar keringat menjadi lebih aktif. sumbatan kelenjar lemak dapat
menyebabkan jerawat. kelenjar keringat dan baunya menusuk sebelum dan selama
masa haid. otot semakin membesar dan kuat menjelan akhir masa puber.
akibatnya akan membentuk bahu, lengan dan tungkai kaki. suara juga semakin
merdu, suara serak jarang terjadi pada wanita (Widyastuti, 2011)
2.3.6. Perilaku Seksual Pada Remaja
Sebagai kelompok remaja mengalami kebingungan untuk memahami
tentang apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan olehnya
antara lain boleh atau tidaknya untuk melakukan pacaran, melakukan onani,
nonton bersama atau ciuman. ada beberapa kenyataan –kenyataan lain yang cukup membingungkan antara apa saja yang boleh dilakukan. kebingungan ini akan
menimbulkan suatu perilaku seksual yang kurang sehat dikalangan remaja.
perasaan bersalah atau berdosa tidak jarang dialami oleh kelompok remaja yang
pernah melakukan onani dalam hidupnya. hal ini diakibatkan adanya pemahaman
tentang ilmu pengetahuan yang dipertentangkan dengan pemahaman tentang ilmu
pengetahuan yang dipertentangkan dengan pemahaman agama, yang sebenarnya
(41)
2.3.7. Faktor Yang Mempengaruhi Remaja Melakukan Hubungan Seksual 1. Waktu/saat mengalami pubertas saat itu mereka tidak pernah memahami
tentang apa yang dialaminya.
2. Kontrol sosial kurang tepat kurang ketat atau terlalu longgar.
3. Frekuensi pertemuan dengan pacarnya. mereka mempunyai kesempatan
untuk melakukan pertemuan yang makin sering tanpa kontrol yang baik
sehingga hubungan akan makin mendalam.
4. Hubungan antar mereka semakin romantis.
5. Kondisi keluarga yang tak memungkinkan untuk mendidik anak – anak untuk memasuki remaja dengan baik.
6. Kurangnya kontrol dari orangtua sibuk sehingga perhatian terhadap anak
kurang baik.
7. Status ekonomi mereka yang hidup dengan fasilitas yang berkecukupan
akan mudah melakukan pesiar ke tempat-tempat rawan yang
memungkinkan ada kesempatan melakukan hubungan seksual. sebaliknya
kelompok yang ekonomi lemah tetapi banyak kebutuhan atau tuntuan,
mereka mencari kesempatan untuk memanfatkan dorongan seks untuk
mendapatkan sesuatu.
8. Korban pelecehan seksual yang berhubungan dengan fasilitas antara lain
sering mempergunakan kesempatan yang rawan misalnya pergi ke
tempat-tempat sepi.
9. Tekanan dari teman sebaya.
(42)
11.Mereka kehilangan kontrol sebab tidak tahu akan batas-batasnya mana
boleh dan mana yang tidak boleh.
12.Mereka merasa sudah saatnya untuk melakukan aktifitas seksual sebab
mersa matang secara fisik.
13.Adanya keinginan untuk menunjukkan cinta pada pacarnya.
14.Penerimaan aktivitas seksual pacarnya.
15.Sekedar menunjukkan kegagahan dan kemamuan fisiknya.
16.Terjadi peningkatan rangsangan seksual akibat peningkatan kadar
hormon reproduksi/seksual (Soetjingsih, 2004).
2.4. Seksualitas Remaja 2.4.1. Pengertian Seksualitas
Seks berarti jenis kelamin, sedangkan seksualitas segala sesuatu yang
berhubungan dengan jenis kelamin. dan juga menyangkut berbagai dimensi yang
sangat luas di antaranya adalah dimensi biologis, psikologis, sosial, dan kultural.
2.4.2. Tujuan Seksualitas 1. Tujuan umum
Meningkatkan kesejahteraan kehidupan manusia.
2. Tujuan khusus
a. Prokreasi (menciptakan dan meneruskan keturunan)
(43)
2.4.3. Dimensi Pribadi Yang Terkait Dengan Seksualitas Ada tiga elemen yang terkait dengan seksualitas :
1. Harga diri
Merupakan konsep individu tentang dirinya yang menggambarkan
pemaknaan tentang diri serta seberapa jauh kepuasan yang didapatkan dari
gambaran tentang diri tersebut sangat memengaruhi tingkah laku
seseorang.
2. Kemampuan berkomunikasi
Merupakan cara remaja untuk mengespresikan perasaan, keinginan, dan
pendapatnya tentang masalah–masalah yang berhubungan dengan seksualitasnya. bila remaja mampu mengomunikasikannya dengan baik,
maka akan mempermudah dirinya dalam menanggulangi permasalah
seksualitas yang dialaminya.
3. Kemampuan mengambil keputusan
sepanjang kehidupan, banyak keputusan mengenai seksualitas yang harus
diambil, misalnya: perilaku seksual yang dipilih, memilih pasangan hidup,
dan perencanaan kehamilan.
2.4.4. Sikap Positif Terhadap Seksualitas
Tingkah laku yang menunjukkan sikap positif terhadap seksualitas adalah
sebagai berikut :
1. Menempatkan seks sesuai dengan fungsi dan tujuan.
2. Tidak menganggap seks itu jijik, tabu, dan jorok.
(44)
4. Mengikuti norma atau aturan dalam menggunakannya.
5. Membicarakan seks dalam konteks ilmiah atau belajar untuk
memahami diri dan orang lain serta pemanfaatan secara baik dan
benar sesuai fungsi dan tujuan sakralnya (Kusmiran, 2012).
Salah satu gejala yang harus menjadi keprihatinan bersama adalah perilaku
seks bebas di kalangan remaja. Dari data yang dimiliki Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), angka aborsi di kalangan remaja
meningkat dari tahun ke tahun. Jumlah ini tentu saja harus menjadi perhatian
bersama karena remaja merupakan tulang punggung masa depan bangsa.
Saat ini, kekurangan informasi yang benar tentang masalah seks akan
memperkuatkan kemungkinan remaja percaya salah paham yang diambil dari
media massa dan teman sebaya. Akibatnya, kaum remaja masuk ke kaum beresiko
melakukan perilaku berbahaya untuk kesehatannya.
Pendidikan seks sangat penting bagi remaja, karena pertama remaja belum
paham dengan informasi kesehatan reproduksinya, sebab orangtua masih
menganggap bahwa membicarakan mengenai seks adalah hal yang tabu.
Sehingga dari ketidakpahaman tersebut para remaja merasa tidak bertanggung
jawab dengan seks atau kesehatan anatomi reproduksinya. kedua, dari
ketidakpahaman remaja tentang seks dan kesehatan anatomi reproduksi mereka, di
lingkungan sosial masyarakat, hal ini ditawarkan hanya sebatas komoditi, seperti
media-media yang menyajikan hal-hal yang bersifat pornografi, antara lain, VCD,
majalah, internet, bahkan tayangan televisi pun saat ini sudah mengarah kepada
(45)
Dampak dari ketidakpahaman remaja tentang pendidikan seks ini, banyak
hal-hal negatif terjadi, seperti tingginya hubungan seks di luar nikah, kehamilan
yang tidak diinginkan, penularan virus HIV dan sebagainya.
2.4.5. Bahaya - Bahaya Seks Bebas Dikalangan Remaja
1. Beberapa penyakit yang siap mendatangi seperti, herpes, HIV Aids,
Raja singa, dan penyakit lainnya. Penyakit ini tentu sudah diketahui
sangat membahayakan dan sampai sekarang masih belum ada obatnya.
2. Hamil di luar pernikahan akan menimbulkan permasalahan baru,
apabila seorang remajamasih kuliah atau sekolah tentu saja orangtua
akan sangat kesal. Dan remaja pun takut untuk jujur kepada orang tua
dan pasangan, akhirnya diapun memutuskan untuk melakukan dosa
baru yaitu aborsi ataupun bunuh diri.
3. Apabila seorang anak menikah di usia muda, maka permasalahan yang
belum siap dihadapi akan datang, seperti masalah keuangan, masalah
kebiasaan, masalah anak.
4. Nama baik keluarga akan tercoreng. Keluarga akan menghadapi
masalah yang dibuat apabila seorang remaja mendapatkan efek buruk
dari seks bebas ini.
5. Apabila seorang remaja hamil diluar nikah dan pasangannya tidak mau
bertanggung jawab, maka yang akan dilakukan adalah banyak pikiran
buruk yang akan mengganggu,seperti ingin bunuh diri, berpikir tidak
(46)
2.5. Pengertian Pendidikan Seks
Pendidikan Seks adalah pengetahuan mengenai segala sesuatu yang
berhubungan dengan jenis kelamin. ini mencakup mulai dari pertumbuhan jenis
kelamin (laki-laki atau wanita). Bagaimana fungsi kelamin sebagai alat
reproduksi. Bagaimana perkembangan alat kelamin itu pada wanita dan pada
laki-laki. tentang menstruasi, mimpi basah dan sebagainya, sampai kepada timbulnya
birahi karena adanya perubahan pada hormon-hormon. termasuk nantinya masalah
perkawinan, kehamilan dan sebagainya.
Pendidikan seks mempunyai pengertian yang jauh lebih luas, yaitu upaya
memberikan pengetahuan tentang perubahan biologis, psikologis, dan psikososial
sebagai akibat pertumbuhan dan perkembangan manusia. dengan kata lain,
pendidikan seks pada dasarnya merupakan upaya untuk memberikan pengetahuan
tentang fungsi organ reproduksi dengan menanamkan moral, etika serta komitmen agama agar tidak terjadi “penyalahgunaan” organ reproduksi tersebut.
Pendidikan seks juga dapat diartikan sebagai semua cara pendidikan yang
dapat membantu remaja untuk menghadapi persoalan hidup yang berpusat pada
naluri seks, yang kadang-kadang timbul dalam bentuk tertentu dan merupakan
pengalaman manusia yang normal. Dan juga menerangkan semua hal yang
berhubungan dengan seks dan seksualitas dalam bentuknya yang wajar, tidak
terbatas pada anatomi, fisiologi, penyakit kelamin dan juga membentuk sikap
serta kematangan emosional terhadap seks.
Pendidikan seks atau pendidikan mengenai kesehatan reproduksi atau yang
(47)
yang sudah beranjak dewasa atau remaja, baik melalui pendidikan formal maupun
informal. Ini penting untuk mencegah biasanya sex education maupun
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi di kalangan remaja.
2.5.1. Pendidikan Seks Terdiri Dari Dua Segi
1. Pengetahuan secara biologis yang termasuk dalam pengetahuan alat-alat
reproduksi perempuan dan laki-laki, proses reproduksi yaitu kehamilan dan
kelahiran, serta pengetahuan dan pemahaman cara penularan PMS dan
HIV/AIDS. Organ reproduksi wanita terdiri dari dua bagian yaitu bagian
luar dan dalam. bagian luar terdiri dari bibir luar (labia mayora) dan bibir
dalam (labia minora ). bibir luar terdiri dari: klitoris, Uretra,Vagina (lubang
kemaluan) bagian dalam terdiri dari: Liang senggama, Mulut rahim
(serviks), Rahim (uterus), Saluran telur (tuba fallopi), Indung telur
(ovarium). Organ reproduksi pria terdiri dari: testis, saluran vas deferens
yang menghubungkan testis dengan kelenjar prostat, kelenjar prostat Uretra,
kandung kencing (Bahiyatun, 2002).
PMS merupakan salah satu infeksi saluran reproduksi ( ISR) yang
cara penularan utamanya adalah melalui hubungan kelamin tetapi dapat juga
ditularkan melalui tranfusi darah atau kontak langsung dengan cairan darah
dan dari ibu ke anak selama kehamilan, pada persalinan atau sesudah bayi
lahir. Penyakit menular seksual dapat disebabkan oleh bakteri, jamur, virus
dan parasit. Penyakit menular seksual yang banyak ditemukan pada saat ini
(48)
Gonore (GO atau kencing nanah ) pada laki- laki dan perempuan
sering sekali menyebabkan kemandulan. Pada perempuan, GO dapat
diturunkan pada bayi yang baru lahir berupa infeksi pada mata yang
berakibat kebutaaan. Sifilis (raja singa) pada wanita hamil penyakit ini dapat
ditularkan pada bayi yang dikandungnya seperti keterbelakangan mental,
kelainan kulit,hati dan limpa.
Klamidia pada wanita menyebabkan saluran telur cacat,
kemandulan, radang saluran kencing, robeknya selaput ketuban yang
menyebabkan kelahiran bayinya sebelum waktunya (prematur). Pada laki
-laki dapat menyebabkan rusaknya saluran mani yang berakibat pada
kemandulan serta radang saluran kencing. Pada bayi menyebakan penyakit
mata dan saluran pernafasan.
Herpes genetalis pada perempuan dapat menyebabkan kanker mulut
rahim dalam beberapa tahun kemudiaan.Trikomoniasis Vaginalis pada
perempuan dapat menyebabkan infeksi saluran tuba fallopi yang berakibat
pada penyempitan saluran telur.
Kandidiasis Vaginalis menimbulkan keputihan yang disertai rasa
gatal dan panas. Kutil kelamin pada perempuan dapt mengakibatkan kanker
leher rahim atau kanker kulit sekitar kelamin, sedangkan pada laki- laki
gejalanya tidak terlihat sehingga mereka sering kali tidak menyadarinya
(49)
2. Pengetahuan dengan pendekatan sosial/psikologis yang membahas soal seks
yang mencakup bagaimana seks yang sehat sesuai dengan usia matang
reproduksi, kemudian perkembangan diri yaitu bagaimana remaja bisa
berfikir sehat untuk mendaya gunakan potensinya agar bisa lebih baik,
selanjutnya mengenal perilaku seksual beresiko seperti HIV/AIDS serta
penyakit menular lainnya yang ditularkan melalui hubungan seksual dan
yang terahir yaitu hak-hak manusia untuk keselamatan reproduksinya
misalnya hak untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi
serta keputusan untuk melakukan hubungan seks kepada siapa dan kapan
harus sesuai dengan usia matang reproduksi yaitu 20 tahun untuk
perempuan dan 25 untuk laki-laki.
2.5.2. Tujuan Pendidikan Seks
1. Memberikan pengertian yang memadai mengenai perubahan fisik,
mental dan proses kematangan emosional yang berkaitan dengan
masalah seksual pada remaja.
2. Mengembangkan sikap objektif dan penuh pengertian tentang seks.
3. Menanamkan pengertian tentang pentingnya nilai moral sebagai dasar
mengambil keputusan.
4. Memberikan informasi yang akurat tentang seksualitas .
5. Meningkatkan pemahaman diri mengenai seksualitas sehingga menjadi
percaya diri.
(50)
7. Mengembangkan keterampilan untuk mengelola masalah-masalah
seksual.
2.5.3. Manfaat Mempelajari Pendidikan Seks
1. Mengerti dan memahami dengan peran jenis kelaminnya. dengan
diberikannya pendidikan seksualitas pada remaja, laki-laki diharapkan
tumbuh dan berkembang menjadi laki-laki seutuhnya, begitu pula
dengan perempuan, diharapkan tumbuh dan berkembang menjadi
seorang perempuan seutuhnya. sehingga tidak ada lagi yang merasa
tidak nyaman dengan peran jenis kelamin yang dimilikinya.
2. Menerima setiap perubahan fisik yang dialami dengan wajar dan masa
remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa
dewasa. seorang manusia sedang mengalami pertumbuhan dan
perkembangan baik secara fisik maupun psikis. Terutama saat mereka
mulai memasuki masa pubertas, dimana perubahan fisik dan psikis
mengalami tahap paling cepat dibandingkan dengan masa sebelum dan
sesudahnya. Dengan diberikannya pendidikan seksualitas menjadikan
mengerti dan paham tentang bagaimana mereka menyikapi
perubahan-perubahan tersebut, sehingga mereka tidak akan merasa asing, kaget,
bingung, dan takut saat menghadapinya.
3. Menghapus rasa ingin tahu yang tidak sehat. sebaiknya, orang-orang
terdekat seperti orangtua dan guru bisa menjadi sosok yang
menyenangkan bagi remaja untuk bisa memenuhi rasa ingin tahunya
(51)
dimaksudkan agar remaja tidak memutuskan untuk mencari tahu
jawaban akan pertanyaan-pertanyaannya melalui teman, komik, VCD,
ataupun media lainnya yang tidak menjamin remaja mendapatkan
informasi yang sebenar-benarnya.
4. Memperkuat rasa percaya diri dan bertanggung jawab pada dirinya.
Percaya diri akan timbul jika seorang remaja sudah merasa nyaman
dengan dirinya. remaja akan merasa nyaman pada dirinya jika telah
mengetahui setiap bagian dari dirinya juga fungsi dari bagian-bagian
tersebut.
5. Mengerti dan memahami betapa besarnya kuasa Sang Pencipta.
Seorang remaja akan memahami betapa besarnya kuasa Sang Pencipta,
setelah mempelajari pendidikan seks karena remaja telah mengetahui
bahwa tujuan diciptakannya organ reproduksi adalah untuk
mendapatkan keturunan.
2.5.4. Lima Aturan Bagi Orangtua Dalam Memberikan Pendidikan Seks 1. Mulailah seawal mungkin.
2. Berikan informasinya setepat mngkin.
3. Jawablah dengan jujur semua pertanyaan sesuai dengan
kemampuan kita yang terbaik.
4. Tunjukkan hubungan yang terbuka.
5. Berikan contoh atau teladan yang bail tentang cinta sejati antara
(52)
2.5.5. Pentingnya Pendidikan Seks Bagi Remaja
Supaya informasi tentang seks dapat dipahami dengan baik oleh remaja,
orangtua harus bersikap jujur berdasarkan pengalaman mereka sendiri dalam
perkawinan yang memuaskan dan membahagiakan, sehingga remaja mengetahui
bagaimana perilaku dua orang yang berbeda itu terhadap satu sama lain: saling
menunjukkan cinta, saling menghormati dan saling menghargai. Sebelum
orangtua memberikan pendidikan seks, mereka harus memperlengkapi diri dahulu
dengan pengetahuan lain, yaitu tentang perkembangan psikoseksual pada masa
remaja.
Pendidikan seks memang memerlukan pengetahuan tentang seks dan
seksualitas, tetapi yang paling penting mengajarkannya bagaimana cara
pengetahuan itu ia gunakan dalam hidupnya. Dengan bijaksana, yakni secara
ilmiah hal-hal yang mengenai seks dan seksualitas harus kita jelaskan kepada
mereka, sehingga tidak menimbulkan perasaan takut dan reaksi negatif lainnya.
Dalam memberikan pendidikan seks yang penting bagi remaja fakta-fakta biologis
yang diterangkan kepada mereka itu mengatakan sesuatu yang hakiki tentang
manusia: tentang masa lampaunya, tentang panggilannya, tentang tanggung
jawabnya, dan juga tentang masa depannya. Penjelasan seksual baru benar jika da
manfaatnya dan bisa menempatkan fakta-fakta biologis itu dalam keseluruhan apa
yang merka lihat dan alami. Jadi, yang penting bagi kita sebagai orangtua
mempunyai sikap yang tepat dalam hidup ini.
Masa remaja merupakan masalah yang penting dalam hidup remaja, masa
(53)
kebenaran-kebenaran fundamental tertentu untuk belajar mengenal dan memiliki
nilai-nilai fundamental tertentu.dalam masa ini perlu diletakkan dasr yang kuat
untuk pembentukan watak. Tapi pembentukan watak bukanlah masalah
pengetahuan saja. Ini adalah masalah hidup, masalah penghayatan. Oleh karena
itu remaja harus memperoleh pengalaman fundamental yang ia butuhkan. Jadi
pada masa remaja ini tidak cukup hanya diberikan pengetahuan tentang
fakta-fakta biologis, tetapi pembentukan watak dan pengetahuan seksual juga harus
diberikan secara bersama-sama, sehingga mereka akan memperoleh kehidupan
seksual yang baik dan sehat.
2.6. Masalah-Masalah Yang Timbul Akibat Seks Bebas
PMS merupakan salah satu infeksi saluran reproduksi (ISR) yang cara
penularan utamanya adalah melalui hubungan kelamin tetapi dapat juga ditularkan
melalui tranfusi darah atau kontak langsung dengan cairan darah dan dari ibu ke
ank selama kehamilan, pada persalinan ata u sesudah bayi lahir. Penyakit menular
seksual dapat disebabkan oleh bakteri, jamur, virus dan parasit.penyakit menular
seksual yang banyak ditemukan pada saat ini adalah:
Gonore (GO atau kencing nanah) pada laki- laki dan perempuan sering
sekali menyebabkan kemandulan. Pada perempuan, GO dapat diturunkan pada
bayi yang baru lahir berupa infeksi pada mata yang berakibat kebutaaan.
Sifilis (raja singa) pada wanita hamil penyakit ini dapat ditularkan pada bayi
yang dikandungnya seperti keterbelakangan mental, kelainan kulit,hati dan limpa.
Klamidia pada wanita menyebabkan saluran telur cacat, kemandulan,
(54)
bayinya sebelum waktunya (prematur). Pada laki – laki dapat menyebabkan rusaknya saluran mani yang berakibat pada kemandulan serta radang saluran
kencing. Pada bayi menyebakan penyakit mata dan saluran pernafasan.
Herpes genetalis pada perempuan dapat menyebabkan kanker mulut rahim
dalam beberapa tahun kemudiaan. Trikomoniasis Vaginalis pada perempuan dapat
menyebabkan infeksi saluran tuba fallopi yang berakibat pada penyempitan
saluran telur.
Kandidiasis Vaginalis menimbulkan keputihan yang disertai rasa gatal dan
panas. Kutil kelamin pada perempuan dapt mengakibatkan kanker leher rahim
atau kanker kulit sekitar kelamin , sedangkan pada laki- laki gejalanya tidak
terlihat sehingga mereka sering kali tidak menyadarinya (Pinem, 2009).
2.7. Kerangka Konsep
Adapun kerangka konsep yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini yang berjudul “ Persepsi Ayah dan Ibu Tentang Pendidikan Seks Bagi Remaja Putra Putri Di Kelurahan Batang Ayumi Julu Sitataring Kota Padangsidimpuan Tahun 2015 ’’ adalah sebagai berikut :
Persepsi Orangtua (Ayah Dan Ibu) Tentang Pendidikan Seks Bagi Remaja Putra Dan Putri
(55)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif dengan mengunakan desain deskriptif untuk mengetahui persepsi ayah
dan ibu tentang pendidikan seks bagi remaja putra dan putri di Kelurahan Batang
Ayumi Julu Sitataring.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian
Di Kelurahan Batang Ayumi Julu Sitataring Kota Padangsidimpuan Tahun
2015.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada Oktober 2014 – Maret 2015. 3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1.Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang diteliti
(Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah Orangtua yang
mempunyai Remaja di Kelurahan Batang Ayumi Julu Sitataring sebanyak 55
orangtua.
3.3.2.Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil diseluruh objek yang diteliti dan
(56)
penelitian ini dengan menggunakan total sampling, dimana seluruh anggota
populasi dijadikan menjadi sampel sebanyak 55 orangtua yang mempunyai remaja
di Kelurahan Batang Ayumi Julu Sitataring.
3.4. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data diperoleh dari 2 sumber data yaitu :
1. Data Primer
Data primer diperoleh melalui kegiatan wawancara kepada responden
yaitu orangtua yang mempunyai remaja di Kelurahan Batang Ayumi Julu
Sitataring Kota Padangsidimpuan dengan menggunakan kuesioner yang
berisikan daftar pertanyaan dan pilihan jawaban yang telah dipersiapakan
dengan terlebih dahulu meminta kesediaan orangtua untuk menjadi
responden dengan mengajukan surat persetujuan. Setelah itu member
penjelasan singkat tentang maksud dan tujuan dari lembar kuesioner dan
cara pengisiannya.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh peneliti sewaktu melakukan survey pendahuluan
ke Kelurahan Batang Ayumi Julu Sitataring yaitu data orangtua yang
mempunyai remaja pada tahun 2015 sebanyak 55 orangtua.
3.5 . Defenisi Operasional
Persepsi adalah Pandangan orangtua atau penilaian orangtua dalam
memberikan pendidikan seks bagi remaja.
Orangtua (ayah dan ibu) adalah pihak utama baik ayah maupun ibu yang
(57)
Pendidikan seks adalah salah satu bentuk pengenalan fungsi seks dan
organ-organ seksual untuk menjamin kesehatan dan fungsi seks yang normal.
Remaja (putra dan putri) merupakan masa transisi atau peralihan dari masa
kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek
fisik, psikis, dan psikososial. Masa remaja yakni antara usia 10-19 tahun suatu
periode masa pematangan organ reproduksi manusia atau bisa disebut masa
peralihan dari anak ke masa dewasa.
3.6. Aspek Pengukuran
Metode pengukuran dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen
penelitian melalui wawancara langsung dengan orangtua yang mempunyai remaja
putra dan putri untuk memperoleh data-data mengenai persepsi ayah dan ibu
tentang pendidikan seks bagi remaja di Kelurahan Batang Ayumi Julu Sitataring
Kota Padangsidimpuan.
Dalam penilaian pertanyaan jawaban soal dilakukan dengan menggunakan
skala Likert yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi
seseorang tentang gejala atau masalah yang ada dimasyarakat atau yang
dialaminya. Bentuk jawaban dari pertanyaan skala Likert adalah: sangat setuju
dengan nilai 4, setuju dengan nilai 3, tidak setuju dengan nilai 2, sangat tidak
setuju dengan nilai 1.
Persepsi responden dalam hal ini dapat diukur dengan memberikan
jawaban dari kuesioner yang telah diberi bobot penilaian. Jumlah pertanyaan
(58)
Selanjutnya untuk kategori persepsi positif dan negatif dengan
pengkatagorian sebagai berikut :
a. Persepsi positif, apabila responden mendapat skor 41-80 skor
b. Persepsi negatif,apabila responden mendapat skor 20-40 skor
3.7. Pengolahan Data dan Analisa Data 3.7.1. Pengolahan Data
Data – data yang telah dikumpul kemudian diolah secara manual dengan langkah langkah sebagai berikut :
1. Editing
Melakukan pengecekan kelengkapan data yang telah dikumpul, bila terjadi
kesalahan atau kekurangan dalam pengumpulan data akan diperbaiki dan akan
dilakukan pendataan ulang .
2. Coding
Proses untuk memberikan kode pada jawaban – jawaban responden, kode ini berguna untuk memudahkan pengolahan data sehingga harus ditetapkan
terlebih dahulu oleh peneliti.
3. Tabulating
Data yang telah lengkap dihitung sesuai dengan variable yang dibutuhkan lalu
(59)
3.7.2. Analisa Data
Analisis data yang dilakukan secara deskriptif yaitu mendeskriptifkan
persepsi ayah dan ibu tentang pendidikan seks bagi remaja putra dan putri di
Kelurahan Batang Ayumi Julu Sitataring Kota Padangsidimpuan Tahun 2015
dengan melihat persentase data yang telah dikumpul dan disajikan dalam tabel
distribusi frekuensi. Analisa data dilanjutkan dengan membahas hasil penelitian
(60)
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kelurahan Batang Ayumi Julu merupakan bagian dari Kecamatan
Padangsidimpuan Utara. Kantor Kelurahan Batang Ayumi Julu Sitataring
beralamat di Jl. Sutan Muhammad Arief Gang Lurah Padangsidimpuan.
Batas-batas wilayah Kelurahan Batang Ayumi Julu Sitataring adalah :
a. Sebelah Utara : Kelurahan Losung Batu, Kelurahan Batunadua Jae
b. Sebelah Selatan : Kelurahan Batang Ayumi Jae, Kelurahan Tobat
c. Sebelah Barat : Sungai Sipogas, Kelurahan Tano Bato
d. Sebelah Timur : Sungai Batang Ayumi, Kelurahan Batunadua Jae
Adapun Kelurahan Batang Ayumi Julu Sitataring terdiri dari 4
Lingkungan yang ada di Kecamatan Padangsidimpuan Utara, yaitu :
a. Lingkungan Batang Ayumi Julu I
b. Lingkungan Batang Ayumi Julu II
c. Lingkungan Batang Ayumi Julu III
d. Lingkungan Batang Ayumi Julu IV
Adapun jumlah penduduk Kelurahan Batang Ayumi Julu Sitataring
tercatatat sebanyak 3.486 jiwa dengan 859 kepala keluarga. Adapun rincian
berdasarkan jenis kelamin laki-laki sebanyak 1952 jiwa dan perempuan sebanyak
(61)
4.2KARAKTERISTIK RESPONDEN
Karakteristik responden dalam penelitian ini dilihat berdasarkan umur, pendidikan, pekerjaan dan sumber informasi Di Kelurahan Batang Ayumi Julu
Sitataring Kota Padangsidimpuan Tahun 2015.
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Menurut Umur Ayah Di Kelurahan Batang Ayumi Julu Sitataring Kota Padangsidimpuan Tahun 2015
No Umur (tahun) n %
1 31-40 tahun 6 10,9
2 41-50 tahun 30 54,6
3 51-60 tahun 18 32,7
4 61-70 tahun 1 1,8
Total 55 100,0
Berdasarkan tabel 4.1. di atas bahwa umur ayah paling banyak pada
kelompok umur 41- 50 tahun sebesar 54,6 % dan yang paling sedikit pada
kelompok umur 61- 70 tahun sebesar 1,8%.
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Menurut Umur Ibu Di Kelurahan Batang Ayumi Julu Sitataring Kota Padangsidimpuan Tahun 2015
No Umur (tahun) n %
1 31-40 tahun 9 16,4
2 41-50 tahun 34 61,8
3 51-60 tahun 11 20,0
4 61-70 tahun 1 1,8
Total 55 100,0
Berdasarkan tabel 4.2. di atas bahwa umur ibu paling banyak pada
kelompok umur 41- 50 tahun sebesar 61,8 % dan yang paling sedikit pada
(62)
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Menurut Pendidikan Ayah di Kelurahan Batang Ayumi Julu Sitataring Kota Padangsidimpuan Tahun 2015
No Pendidikan n %
1 SD 8 14,5
2 SMP 12 21,9
3 SMA 27 49,1
4 S1 8 14,5
Total 55 100,0
Berdasarkan tabel 4.3. di atas bahwa pendidikan ayah paling banyak pada
kelompok pendidikan SMA sebesar 49,1 % dan yang paling sedikit pada
kelompok pendidikan S1 sebesar 14,5 %.
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Menurut Pendidikan Ibu di Kelurahan Batang Ayumi Julu Sitataring Kota Padangsidimpuan Tahun 2015
No Pendidikan n %
1 SD 13 23,6
2 SMP 10 18,2
3 SMA 20 36,4
4 S1 12 21,8
Total 55 100,0
Berdasarkan tabel 4.4. di atas bahwa pendidikan ibu paling banyak pada
kelompok pendidikan SMA sebesar 36,4% dan yang paling sedikit pada
(63)
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Menurut Pekerjaan Ayah di Kelurahan Batang Ayumi Julu Sitataring Kota Padangsidimpuan Tahun 2015
No Pekerjaan n %
1 PNS 14 25,5
2 Wiraswatsa 39 70,9
3 Petani 2 3,6
Total 55 100,0
Berdasarkan tabel 4.5. di atas bahwa pekerjaan ayah paling banyak pada
kelompok pekerjaan Wiraswasta sebesar 70,9 % dan yang paling sedikit pada
kelompok pekerjaan Petani sebesar 3,6%.
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Menurut Pekerjaan Ibu di Kelurahan Batang Ayumi Julu Sitataring Kota Padangsidimpuan Tahun 2015
No Pekerjaan n %
1 PNS 14 25,5
2 Wiraswatsa 7 12,7
3 Petani 3 5,4
4 IRT 31 56,4
Total 55 100,0
Berdasarkan tabel 4.6. di atas bahwa pekerjaan ibu paling banyak pada
kelompok Ibu Rumah Tangga (IRT) sebesar 56,4 % dan yang paling sedikit pada
(64)
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Menurut Sumber Informasi Ayah di Kelurahan Batang Ayumi Julu Sitataring Kota Padangsidimpuan Tahun 2015
No Sumber Informasi n %
1 Media Cetak 12 21,8
2 Media Elektronik 43 78,2
Total 55 100,0
Berdasarkan tabel 4.7. di atas bahwa media informasi ayah paling banyak
terdapat pada kategori media elektronik sebesar 78,2 % dan yang paling sedikit
pada kategori media cetak sebesar 21,8%.
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Menurut Sumber Informasi Ibu di Kelurahan Batang Ayumi Julu Sitataring Kota Padangsidimpuan Tahun 2015
No Sumber Informasi n %
1 Media Cetak 15 27,3
2 Media Elektronik 40 72,7
Total 55 100,0
Berdasarkan tabel 4.8. di atas bahwa media informasi ibu paling banyak
terdapat pada kategori media elektronik sebesar 72,7 % dan yang paling sedikit
(65)
Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Pertanyaan Persepsi Ayah dalam Memberikan Pendidikan Seks Bagi Remaja Putra Puteri di Kelurahan Batang Ayumi Julu Sitataring Kota Padangsidimpuan Tahun 2015
No Pertanyaan
Sangat tidak setuju
Tidak
Setuju Setuju
Sangat Setuju
n % n % n % n %
1 Menurut orangtua apakah penting kedekatan dalam memberikan pendidikan seks bagi remajanya.
11 20,0 12 21,8 27 49,1 5 9,1
2 Menurut orangtua apabila pendidikan seks tidak diberikan bagi remaja apakah bisa
menjerumuskan mereka berhubungan seksual lebih dini.
14 25,5 12 21,8 27 49,1 2 3,6
3 Menurut orangtua, apakah memberikan pendidikan seks itu merupakan bimbingan dan penjelasan tentang perubahan fungsi organ seksual serta ajaran agama dan norma- norma yang berlaku.
17 30,9 9 16,4 22 40,0 7 12,7
4 Menurut orangtua, apakah perdidikan seks itu dapat menghindari remaja dari pergaulan bebas.
17 30,9 11 20,0 19 34,5 8 14,5
5 Menurut orangtua, apakah orangtua berperan penting dalam memberikan
pendidikan seks bagi remaja
20 36,4 11 20,0 16 29,1 8 14,5
6 Menurut orangtua, apakah kurangnya informasi yang benar tentang pendidikan seks menyebabkan pergaulan bebas di kalangan remaja.
(1)
13.Pertanyaan 13
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent Valid Sangat tidak
setuju 13 23.6 23.6 23.6
Tidak setuju 24 43.6 43.6 67.3
Setuju 10 18.2 18.2 85.5
Sangat setuju 8 14.5 14.5 100.0
Total 55 100.0 100.0
14.Pertanyaan 14
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent Valid Sangat tidak
setuju 11 20.0 20.0 20.0
Tidak setuju 30 54.5 54.5 74.5
Setuju 10 18.2 18.2 92.7
Sangat Setuju 4 7.3 7.3 100.0
Total 55 100.0 100.0
15.Pertanyaan 15
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent Valid Sangat tidak
setuju 4 7.3 7.3 7.3
Tidak Setuju 35 63.6 63.6 70.9
Setuju 11 20.0 20.0 90.9
Sangat setuju 5 9.1 9.1 100.0
(2)
16.Pertanyaan 16
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent Valid Sangat tidak
setuju 9 16.4 16.4 16.4
Tidak Setuju 31 56.4 56.4 72.7
Setuju 12 21.8 21.8 94.5
Sangat setuju 3 5.5 5.5 100.0
Total 55 100.0 100.0
17.Pertanyaan 17
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent Valid Sangat tidak
setuju 5 9.1 9.1 9.1
Tidak Setuju 36 65.5 65.5 74.5
Setuju 11 20.0 20.0 94.5
Sangat tidak
setuju 3 5.5 5.5 100.0
Total 55 100.0 100.0
18.Pertanyaan 18
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent Valid Sangat tidak
setuju 10 18.2 18.2 18.2
Tidak setuju 30 54.5 54.5 72.7
Setuju 8 14.5 14.5 87.3
Sangat Setuju 7 12.7 12.7 100.0
(3)
19.Pertanyaan 19
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent Valid Sangat tidak
setuju 13 23.6 23.6 23.6
Tidak setuju 28 50.9 50.9 74.5
Setuju 8 14.5 14.5 89.1
Sangat setuju 6 10.9 10.9 100.0
Total 55 100.0 100.0
20.Pertanyaan 20
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent Valid Sangat tidak
setuju 15 27.3 27.3 27.3
Tidak setuju 27 49.1 49.1 76.4
Setuju 10 18.2 18.2 94.5
Sangat setuju 3 5.5 5.5 100.0
Total 55 100.0 100.0
Kategori Ibu dalam Memberikan Pendidikan Seks Bagi Remaja Putra dan Putri
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent Valid Positif
(skor 41-80) 23 41.8 41.8 41.8
Negatif
( skor 20-40) 32 58.2 58.2 100.0
(4)
(5)
(6)