BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Peranan Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Koperasi dalam Pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM) di Kabupaten Serdang Bedagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

10 Menurut M. Nazir , studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data

  dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, litertur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan yang berisi teori-teori. Studi Kepustakaan yaitu mengadakan penelitian dengan cara mempelajari dan membaca literatur-literatur yang ada hubungannya dengan permasalahan yang menjadi obyek penelitian . Studi kepustakaan adalah segala usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk mencari dan menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti.

II.1. Usaha Kecil Menengah (UKM) dan Ekonomi Kerakyatan

  Keberadaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) sebagai bagian integral dari pembangunan nasional tidak dapat diabaikan. Krisis moneter yang berawal pada pertengahan Juli 1997 dan merembet pada krisis ekonomi, politik dan sosial atau lebih dikenal dengan nama krisis multidimensi telah membawa berkah tersendiri bagi kehidupan UKM. Kisah masa lalu dan krisis multidimensi yang terjadi selama ini telah membawa perubahan mendasar pada paradigma

   10 pembangunan nasional. Dari perspektif dunia, diakui bahwa Usaha Mikro Kecil 11 Nazir, 2003, Metode Penelitian, , Jakarta : Ghalia Indonesia. Hal:11 Hanif, dkk,2002, Usaha Kecil & Mikro di Tengah Arus Globalisasi, Medan: Bitra Indonesia.

  Menengah (UMKM) memainkan suatu peran yang sangat vital di dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di negara-negara sedang berkembang, tetapi juga di negara-negara maju. Di negara maju, UMKM sangat penting tidak hanya karena kelompok usaha tersebut menyerap paling banyak tenaga kerja dibandingkan usaha besar, seperti halnya negara sedang berkembang, tetapi juga di banyak negara kontribusinya terhadap pembentukan atau pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) paling besar dibandingkan kontribusi usaha besar.

  Di dalam disertasinya Piper (1997), misalnya dikatakan bahwa sebanyak 12 juta orang atau sekitar 63,2 persen dari jumlah tenaga kerja di Amerika Serikat (AS) bekerja di 350.000 perusahaan yang mempekerjakan kurang dari 500 orang, yang di negara tersebut masuk di dalam kategori UMKM. Menurut Aharoni

  

  (1994) dalam Tulus enyatakan Jumlah UMKM di negara adidaya Amerika Serikat mencapai sedikit di atas 99 persen dari jumlah unit usaha dari semua kategori. Perusahaan- perusahaan tersebut merupakan inti dari basis industri di Amerika Serikat. UMKM juga sangat penting di banyak negara di Eropa, khususnya Eropa Barat. Di Belanda, misalnya, jumlah UMKM sekitar 95 persen dari jumlah perusahaan di negara kincir angin tersebut. Seperti di Amerika Serikat, juga di negara-negara industri maju lainnya yang tergabung dalam OECD, seperti Jepang, Jerman, Prancis, dan Kanada, UMKM merupakan motor penting dari pertumbuhan ekonomi, inovasi, dan progress teknologi. Di negara sedang berkembang di Asia, Afrika, dan Amerika Latin, UMKM juga berperan sangat penting, khususnya dari perspektif kesempatan kerja dan sumber pendapatan bagi kelompok miskin, distribusi pendapatan dan pengurangan kemiskinan, pembangunan ekonomi perdesaan. Amerika Serikat benar-benar telah membuktikan pentingnya UMKM bagipertumbuhan ekonomi. Ketika sektor finansial terpuruk diterpa krisis yang melanda negeri adidaya tahun 2008, UKM tampil sebagai penyelamat ekonomi.

  Penganugerahan hadiah Nobel kepada DR. M. Yunus dari Banglades atas usaha memberantas kemiskinan dengan menumbuhkan dan memajukan UKM di negaranya merupakan bukti pengakuan dunia atas peran penting UKM bagi kesejahteraan masyarakat dunia. Perjalanan perekonomian negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, Italia dan Taiwan yang sebagian besar ekonominya di dukung oleh UKM.

  Menurut Berry, terdapat tiga alasan yang mendasari negara berkembang

  

  memandang penting keberadaan UKM

  1. Kinerja UKM cenderung lebih baik dalam hal menghasilkan tenaga kerja yang produktif.

  2. Sebagai bagian dari dinamikanya, UKM sering mencapai peningkatan produktivitasnya melalui investasi dan perubahan teknologi.

  3. UKM memiliki keunggulan dalam hal fleksibilitas ketimbang usaha besar. Lebih lanjut, usaha kecil dan usaha rumah tangga di Indonesia telah memainkan peran penting dalam menyerap tenaga kerja, meningkatkan jumlah

  

  unit usaha dan mendukung pendapatan rumah tangga. Setelah krisis ekonomi berjalan selama tujuh tahun, salah satu pelajaran berharga yang dapat diambil

  

  adalah bahwa : Pertama, ekonomi Indonesia tidak dapat hanya mengandalkan peranan usaha besar. Kedua, Usaha kecil menengah (UKM) memiliki ketahanan 13 yang lebih baik dibandingkan dengan usaha besar karena UKM lebih efisien.

  

Berry, dkk. 2001. Smalland Medium Enterprises Dynamic in Indonesia. Bulletin of Indonesian

14 Economic Studies 37 (3): 201-222

Kuncoro, M. 2002. Analisis Spasial dan Regional: Studi Aglomerasi dan Kluster Industri

15 Indonesia. Yogyakarta: UPP YMP YKPN.

  

Tambunan, Mangara., 2004. Tiga Kendala Besar Pengembangan UKM Berorientasi Ekspor.

  

Ketiga belum ada kejelasan kebijakan industri dan bagaimana yang diadopsi agar

lebih mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja.

  Usaha kecil, dalam arti umum di Indonesia, terdiri atas Usaha Kecil Menengah (UKM) maupun Industri Kecil (IK) telah menjadi bagian penting dari sistem perekonomian nasional, yaitu mempercepat pemerataan pertumbuhan ekonomi melalui misi penyediaan lapangan usaha dan lapangan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat, serta ikut berperan dalam meningkatkan perolehan devisa dan memperkokoh struktur ekonomi nasional. Berikut ini adalah

  

  profil usaha di Indonesia

  Tabel II.1 Profil Usaha di Indonesia

  Parameter

  Skala Usaha Usaha Kecil Usaha Menengah Usaha Besar

  Jumlah (unit /%) 41.301.263 / 99,13 361.052/0,86 2.158/0,01 Kesempatan 88,92 10,54 0,54 Kerja(%) Nilai Tambah (% 43,42 15,42 44,9 terhadap ekonomi) Produktivitas Kecil Sedang Besar

  Sumber : BPS dan Kementrian Koperasi dan UKM tahun 2004

16 Hubeis, Musa, 2009, Prospek Usaha Kecil dalam Wadah Inkubator Bisnis, Jakarta : Ghalia

  Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa usaha kecil menempati urutan tertinggi dalam penyediaan lapangan usaha dan lapangan kerja. Hal ini menyebabkan penyerapan tenaga kerja cukup dapat diperhitungkan sehingga mempercepat pertumbuhan ekonomi.

17 Menurut Sartika, dkk, ada beberapa keunggulan UKM terhadap usaha

  besar antara lain:

  a. Inovasi dalam teknologi yang telah dengan mudah terjadi dalam pengembangan produk b. Hubungan kemanusiaan yang akrab di dalam perusahaan kecil

  c. Kemampuan menciptakan kesempatan kerja cukup banyak atau penyerapannya terhadap tenaga kerja d. Fleksibel dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap kondisi pasar yang berubah dengan cepat dibandingkan dengan perusahaan skala besar yang pada umumnya birokratis e. Terdapatnya dinamisme manajerial dan peranan kewirausahaan.

  Dari keunggulan-keunggulan tersebut yang menonjol adalah kemampuan penyerapan tenaga kerja. Contohnya adalah USA pada tahun 1981-1982 sebagai akibat resesi telah diputuskan hubungan kerjanya sebanyak 1.664.000 orang, pada saat yang bersamaan UKM yang per unitnya terdiri dari jumlah pekerja 1 sampai dengan 50 orang, telah menciptakan kesempatan kerja baru bagi 2.650.000 orang. UKM memang mempunyai fleksibilitas yang lebih besar daripada Unit Usaha Besar, antara lain karena dalam Unit Usaha Besar pengambilan keputusan dan inovasi pada umumnya terhambat oleh birokrasi dan kaku.

  Ekonomi kerakyatan adalah sistem ekonomi yang berbasis pada 17 kekuatanekonomi rakyat.Dimana ekonomi rakyat sendiri adalah sebagai kegiatan

  Sartika, dkk, 2002, Ekonomi Skala Kecil, Menengah dan Koperasi, Jakarta : Ghalia Indonesia, ekonomi atau usaha yang dilakukan oleh rakyat kebanyakan (popular) yang dengan secara swadaya mengelola sumberdaya ekonomi apa saja yang dapat diusahakan dikuasai, yang selanjutnya disebut sebagai Usaha Kecil Menengah (UKM). Konvensi ILO169 tahun 1989 memberi definisi ekonomi kerakyatan adalah ekonomi tradisional yang menjadi basis kehidupan masyarakat lokal dalam mempertahan kehidupannnya. Ekonomi kerakyatan ini dikembangkan berdasarkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat lokal dalam mengelola lingkungan dan tanahmereka secara turun temurun .

  Gagasan ekonomi kerakyatan dikembangkan sebagai upaya alternatif dari paraahli ekonomi Indonesia untuk menjawab kegagalan yang dialami oleh negaranegara berkembang termasuk Indonesia dalam menerapkan teori pertumbuhan.Ekonomi kerakyatan adalah sistem ekonomi yang mengikutsertakan seluruh lapisan masyarakat dalam proses pembangunan. Ada perbedaan yang

  

  tegas antara ‘ekonomi rakyat’ dengan ‘ekonomi kerakyatan’. Ekonomi rakyat adalah satuan (usaha) yang mendominasi ragaan perekonomian rakyat. Sedangkan ekonomi kerakyatan lebih merupakan kata sifat, yakni upaya memberdayakan (kelompok atau satuan) ekonomi yang mendominasi struktur dunia usaha.

  Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan masyarakat kebanyakan melalui UKM, UKM memegang peranan penting dalam perekonomian bangsa. UKM merupakan model ekonomi kerakyatan yang strategis dan senantiasa mengembangkan kreativitas usaha, sehingga terciptanya terobosan-terobosan baru untuk pengembangan dan peningkatan daya saing dan mampu menyediakan lapangan usaha, penyerapan tenaga kerja, dan pendistribusian hasil-hasil inovasi.UKM merupakan tonggak ekonomi kerakyatan, sehingga dengan pengembangan usaha tersebut maka dapat meningkatkan ekonomi kerakyatan.

II.2. Pengertian Peranan

   Menurut Kamus Bahasa Indonesia Edisi Ketiga peranan adalah tindakan

  

  yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa. Menurut Soekanto , peranan adalah pertama perilaku seseorang atas kedudukan tertentu dan hubungannya dengan masyarakat. Kedua, peranan adalah suatu kelompok penghargaan manusia terhadap cara bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu berdasarkan status dan fungsi sosial. Ketiga, peranan adalah pola tingkah laku yang didasarkan atas kedudukan tertentu dalam kolektivitas dari keadaan sosial tertentu. Miftah Thoha memberi batasan bahwa peranan adalah suatu rangkaian

   perilaku yang terwujud yang ditimbulkan karena jabatan tertentu.

  Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa peranan adalah yang memegang pimpinan terutama dalam terjadinya suatu hal dan aspek dinamis dari pada kedudukan sesuai dengan hak dan kewajibannya yang ditimbulkan karena jabatan tertentu dalam suatu organisasi.

  19 20 Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, 2003, Jakarta : Balai Pustaka. Hal.854 Soekanto, Soerjono.2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT Raja GrafindoPersada

  Analisis terhadap perilaku peranan dapat dilakukan melalui tiga pendekatan: (1) ketentuan peranan, (2) gambaran peranan, dan (3) harapan peranan. Ketentuan peranan adalah pernyataan formal dan terbuka tentang perilaku yang harus ditampilkan oleh seseorang dalam membawa perannya.

  Gambaran peranan adalah suatu gambaran tentang perilaku yang secara actual ditampilkan seseorang dalam membawakan perannya, sedangkan harapan peranan adalah harapan orang-orang terhadap perilaku yang ditampilkan seseorang dalam membawakan perannya.

  Peranan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bagaimana Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Koperasi sebagai organisasi pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan hak dan kewajibannya dalam mengembangkan Usaha Kecil Menengah (UKM).

II.3. Kebijakan Usaha Kecil Menengah (UKM)

  Dalam UU NO.32 tahun 2004 tentang Otonomi Daerah menyatakan bahwa pemerintah daerah memiliki hak dan kewajiban dalam mengatur daerahnya, maka dalam hal ini pemerintah daerah Kabupaten Serdang Bedagai yang merupakan daerah otonomi juga mempunyai hak dan kewajiban dalam mengatur daerahnya termasuk dalam hal pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM). Pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM) tersebut diatur dalam UU No. 20 tahun 2008 tentang UMKM, khususnya dalam pasal 7 ayat 1 sangat jelas dinyatakan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah menumbuhkan iklim usaha dengan menetapkan peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang meliputi aspek :

  1. Pendanaan

  Dukungan pemerintah atas UMKM lewat kebijakannya dipertegas lagi dalam

  pasal 8, yakni bahwa aspek pendanaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (1) huruf aditujukan untuk : a. memperluas sumber pendanaan dan memfasilitasi Usaha Mikro, Kecil, dan

  Menengah untuk dapat mengakses kredit perbankan dan lembaga keuangan bukan bank; b. memperbanyak lembaga pembiayaan dan memperluas jaringannya sehingga dapat diakses oleh Usaha Mikro, Kecil dan Menengah; c. memberikan kemudahan dalam memperoleh pendanaan secara cepat, tepat, murah, dan tidak diskriminatif dalam pelayanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan d. membantu para pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

  2. Sarana dan Prasarana

  Dukungan pemerintah atas UMKM lewat kebijakannya dipertegas lagi dalam

  pasal 9, aspek sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (1) huruf b ditujukan untuk :

  a. mengadakan prasarana umum yang dapat mendorong dan mengembangkan pertumbuhan Usaha Mikro dan Kecil; dan b. memberikan keringanan tarif prasarana tertentu bagi Usaha Mikro dan Kecil.

  3. Informasi Usaha

  Dukungan pemerintah atas UMKM dalam pasal 10, aspek informasi usaha sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 7 ayat (1) huruf (b) ditujukan untuk : a. membentuk dan mempermudah pemanfaatan bank data dan jaringan informasi bisnis; b. mengadakan dan menyebarluaskan informasi mengenai pasar, sumber pembiayaan, komoditas, penjaminan, desain dan teknologi, dan mutu; dan c. memberikan jaminan transparansi dan akses yang sama bagi semua pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah atas segala informasi usaha.

  4. Kemitraan

  Dukungan pemerintah atas UMKM dalam pasal 11, aspek kemitraan sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 7 ayat (1) huruf b ditujukan untuk : a. mewujudkan kemitraan antar Usaha Mikro, Kecil dan Menengah;

  b. mewujudkan kemitraan antara Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Usaha Besar;

  c. mendorong terjadinyahubungan yang saling menguntungkan dalam pelaksanaan transaksi usaha antar-Usaha Mikro,Kecil dan Menengah; d. mendorong terjadinya hubungan yang saling menguntungkan dalam pelaksanaan transaksi usaha antar-Usaha Mikro,Kecil dan Usaha Besar; e. mengembangkan kerjasama untuk meningkatkan posisi tawar Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah;

  f. mendorong terbentuknya struktur pasar yang menjamin tumbuhnya persaingan usaha yang sehat dan melindungi konsumen; dan g. mencegah terjadinya penguasaan pasar dan pemusatan usaha oleh orang perorang atau kelompok tertentu yang merugikan Usaha Mikro, Kecil dan

  Menengah.

  5. Perizinan Usaha

  Aspek perizinan usaha dalam pasal 12 sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 7 ayat (1) huruf e ditujukan untuk : a. menyederhanakan tata cara dan jenis perizinan usaha dengan sistem pelayanan terpadu satu pintu; dan b. membebaskan biaya perizinan bagi Usaha Mikro dan memberikan keringan biaya perizinan bagi Usaha Kecil.

  6. Kesempatan Berusaha

  Aspek kesempatan berusaha dalam pasal 13 sebagaimana dimaksudkan dalam

  pasal 7 ayat (1) huruf f ditujukan untuk:

  a. menentukan peruntukan tempat usaha yang meliputi pemberian lokasi di pasar, ruang pertokoan, lokasi sentra industri, lokasi pertanian rakyat, lokasi pertambangan rakyat, lokasi yang wajar bagi pedagang kaki lima serta lokasi lainnya; b. menetapkan alokasi waktu berusaha untuk Usaha Mikro dan Kecil di subsektor perdagangan retail; c. mencadangkan bidang dan jenis kegiatan usaha yang memiliki kekhususan proses, bersifat padat karya, serta mempunyai warisan budaya yang bersifat khususdan turun0temurun;

  d. menetapkan bidang usaha yang dicadangkan untuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah serta bidang usaha yang terbuka untuk Usaha Besar dengan syarat harus bekerjasama dengan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah;

  e. melindungi usaha tertentu yang strategis untuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah;

  f. mengutamakan penggunaan produk yang dihasilkan oleh Usaha Mikro dan Kecil melalui pengadaan secara langsung;

  g. memprioritaskan pengadaan barang atau jasa dan pemborongan kerja pemerintah dan pemerintan daerah; h. memberikan bantuan konsultasi hukum dan pembelaan.

7. Promosi Dagang

  Aspek promosi dagang dalam pasal 14 sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 7 ayat (1) huruf g, ditujukan untuk: a. meningkatkan promosi produk Usaha Mikro, Kecil,dan Menengah di dalam dan di luar negeri; b. memperluas sumber pendanaan untuk promosi produk Usaha Mikro, Kecil dan Mennegah di dalam dan di luar negeri; c. memberikan insentif dan tata cara pemberian insentif untuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang mampu menyediakan pendanaan secara mandiri dalam kegiatan promosi produk di dalam dan di luar negeri; dan d. memfasilitasi pemilikan ha katas kekayaan intelektual atas produk dan desan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam kegiatab usaha dalam negeri dan ekspor.

8. Dukungan Kelembagaan

  Aspek dukungan kelembagaan dalam pasal 15 sebagaimana dimaksud dalam

  pasal 7 ayat (1) huruf h ditujukan untuk mengembangkan dan meningkatkan fungsi incubator, lembaga layanan pengembangan usaha, konsultan keuangan mitra bank, dan lembaga profesi sejenis lainnya sebagai lembaga pendukung pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

  Sebagai bagian terpenting dari perekonomian nasional, UKM seharusnya mendapat dukungan serius dari pemerintah. Dukungan ini dapat diwujudkan dalam kebijakan-kebijakan yang lebih berpihak pada UKM, baik kebijakan legalitas maupun keuangan dan kebijakan lain-lain. Berikut adalah kebijakan pemerintah terhadap UKM dalam enamsektor masing-masing bidang Perizinan, Permodalan, Pajak dan Retribusi, Perlindungan Hukum serta

22 Jaringan Usaha dan Akses Pasar.

II.3.1 Perizinan

   Menurut Prof. Dr. Mr. S. Prajudi Atmosudirdjo perizinan merupakan

  perbuatan hukum yang bersifat administrasi negara yang diberikan oleh pejabat atau instansi pemerintah yang berwenang dan diberikan dalam bentuk suatu penetapan (beschikking). Suatu izin atau persetujuan atas sesuatu yang pada umumnya dilarang.

  Perizinan yang dimaksud tersebut merupakan penetapan atau keputusan yang bersifat positif (pengabulan daripada permohonan seluruhnya atau sebagian) dan tergolong pada penetapan positif yang memberikan keuntungan kepada suatu instansi, badan, perusahaan, atau perseorangan. Perizinan ini timbul dari strategi dan teknik yang dipergunakan oleh pemerintah untuk menguasai atau mengendalikan berbagai keadaan, yakni dengan melarang tanpa izin tertulis untuk melakukan kegiatan-kegiatan apapun yang hendak diatur atau dikendalikan oleh pemerintah.

  Berdasarkan pengertian perizinan sebagaimana dijelaskan diatas, dapat ditarik kesimpulan konkritnya yaitu, bahwa perizinan yang diberikan oleh pejabat pemerintah yang berwenang, dikeluarkan dalam bentuk suatu keputusan tata usaha negara (beschikking).

24 Menurut Utrecht izin adalah bilamana perbuatan pada umumnya

  23 melarang suatu perbuatan tetapi masih juga memperkenankan asal saja diadakan 24 Atmosudirdjo,Prajudi, 2001, Hukum Administrasi Negara, Jakarta : Ghalia, Hal.118

Utrecht, 2000, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia. Cet VI, Jakarta : PT. Penerbit secara masing-masing hal secara konkrit, maka perbuatan administrasi negara yang memperkenankan perbuatan tersebut bersifat suatu izin.

  Perizinan yang dimaksud merupakan bentuk pelaksanaan dari pengaturan yang bersifat pengendalian yang dimiliki oleh pemerintah terhadap kegiatan- kegaiatan yangdilakukan oleh masyarakat, dan izin untuk melakukan suatu tindakan atau kegiatanusaha yang biasanya harus dimiliki atau diperoleh suatu organisasi perusahaan atauseseorang sebelum yang bersangkutan dapat melakukan suatu kegiatan atau usaha.

  Oleh karena itu, dapat disimpulkan pembuat peraturan secara umum tidak melarang suatu perbuatan, asal saja dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Perbuatan administrasi negara yang memperkenankan perbuatan tersebut bersifat suatu izin.

   Menurut SF Marbun dan Moh. Mahmud bentuk-bentuk perizinan dibagi

  atas empat yaitu

  1. Dispensasi atau Bebas Syarat, yaitu apabila pembuat peraturan secara umum tidak melarang sesuatu peraturan Perundang-Undangan menjadi tidak berlaku karena sesuatu hal yang sangat istimewa. Adapun tujuan diberikannya dispensasi itu adalah agar seseorang dapat melakukan suatu perbuatan hukum yang menyimpang atau menerobos Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku. Pemberian dispensasi itu umumnya harus memenuhi syarat-syarat tertentu yang ditetapkan dalam undang-undang yang bersangkutan

  2. Verguining atau Uzin, yaitu apabila pembuat peraturan secara umum tidak melarang sesuatu perbuatan asal saja dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku. Perbuatan administrasi negara yang memperkenankan perbuatan tersebut ersifat suatu izin.

  3. Lisensi (Licentie), menurut Prins nama lisensi lebih tepat untuk digunakan dalam menjalankan suatu perusahaan dengan leluasa (suatu macam izin yang istimewa). Sehingga tidak ada gangguan lainnya, termasuk dari pemerintah sendiri.

  4. Konsensi, yaitu apabila pihak swasta memperoleh delegasi kekuasaan dari pemerintah untuk melakukan sebagian pekerjaan/tugas yang seharusnya dikerjakan oleh pemerintah.Adapun tugas dari pemerintah adalah menyelenggarakan kesejahteraan umum. Jadi kesejahteraan atau kepentingan umum harus selalu menjadi syarat utama, bukan untuk mencari keuntungan semata-mata. Pendelegasian wewenang diberikan karena pemerintah tidak mempunyai cukup tenaga maupun fasilitas untuk melakukan sendiri.

  Setelah pasca otonomi daerah pemerintah kabupaten atau kota melihat perizinan sebagai sumber bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sehingga dibuatlah ketentuan perizinan dengan tarif tertentu disesuaikan dengan nilai investasi. Selama jangka waktu tertentu pelaku UKM harus memperbaharui kembali untuk perizinan.

  Izin usaha merupakan salah satu pintu masuk bagi UKM untuk membuka akses pasar dan permodalan dengan lembaga keuangan. Dari keseluruhan UKM yang memiliki izin, akhirnya 70 persen diantaranya diperkirakan mampu meningkatkan laba dan meningkatkan gaji karyawan. Jadi PAD bukan diperoleh hanya dari retribusi perizinan tapi justru dari sektor lain sebagai dampak lain dari membaiknya perekonomian masyarakat.

  Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa perizinan adalah hal yang utama sebagai akses untuk pelaku UKM untuk berusaha dan sebagai salah satu Pendapatan Asli Daerah (PAD) bagi perekonomian masyarakat. Untuk itu, harus ada keseimbangan antara kewajiban pemerintah dalam melayani masyarakat dan hak masyarakat untuk membayar retribusi perizinan.

II.3.2. Permodalan

26 Menurut Tambunan modal adalah salah satu faktor produksi yang sangat

  penting bagi setiap usaha baik skala kecil, menengah maupun besar. Sedangkan

27 Budiwati menyebutkan bahwa dalam memulai suatu usaha, modal merupakan

  faktor penting disamping faktor lainnya, sehingga suatu usaha bisa tidak berjalan apabila tidak tersedia modal. Artinya, bahwa suatu usaha tidak akan pernah ada atau tidak dapat berjalan tanpa adanya modal. Hal ini menggambarkan bahwa modal menjadi faktor utama dan penentu dari suatu kegiatan usaha. Karenanya setiap orang yang akan melakukan kegiatan usaha, maka langkah utama yang dilakukannya adalah memikirkan dan mencari modal untuk usahanya.

   Mengutip Suryadi Prawirosentono lebih lanjut Budiwati menjelaskan

  bahwa modal adalah salah satu faktor penting diantara berbagai faktor produksi yang diperlukan. Bahkan modal merupakan faktor produksi penting untuk pengadaan faktor produksi seperti tanah, bahan baku, dan mesin. Tanpa modal tidak mungkin dapat membeli tanah, mesin, tenaga kerja dan teknologi lain.

  Modal merupakan kekayaan yang dimiliki perusahaan yang dapat menghasilkan keuntungan pada waktu yang akan datang dan dinyatakan dalam nilai uang. Modal dalam bentuk uang pada suatu usaha mengalami perubahan 26 bentuk sesuai dengan kebutuhan untuk mencapai tujuan usaha yakni: (1) sebagian

  Tambunan, Tulus , Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia : Beberapa Isu Penting , Penerbit : 27 Salemba, 2002 hal 61 Neti, Budiwati, Manajemen Keuangan dan Permodalan Koperasi, 2009, http//netibudiwati.blogspot.com dibelikan tanah dan bangunan; (2) sebagian dibelikan persediaan bahan; (3) sebagian dibelikan mesin dan peralatan; (4) sebagian lagi disimpan dalam bentuk uang tunai (cash).

  Selain sebagai bagian terpenting di dalam proses produksi, modal juga merupakan faktor utama dan mempunyai kedudukan yang sangat tinggi di dalam pengembangan perusahaan. Hal ini dicapai melalui peningkatan jumlah produksi yang menghasilkan keuntungan atau laba bagi pengusaha.

  Selanjutnya, mengutip Bambang Riyanto, Budiawati menjelaskan

  

  pentingnya faktor modal bagi suatu usaha sebagai berikut: ” Modal kerja sangat berpengaruh terhadap berjalannya operasi suatu perusahaan sehingga modal kerja harus senantiasa tersedia dan terus menerus diperlukan bagi kelancaran usaha dengan modal yang cukup akan dapat diproduksi optimal dan apabila dilakukan penambahan modal maka produksi akan meningkat lebih besar lagi”.

  Dengan tersedianya modal, maka usaha akan berjalan lancar sehingga akan mengembangkan modal itu sendiri melalui suatu proses kegiatan usaha.

  Modal yang digunakan dapat merupakan modal sendiri seluruhnya atau merupakan kombinasi antara modal sendiri dengan modal pinjaman. Kumpulan berbagai sumber modal akan membentuk suatu kekuatan modal yang ditanamkan guna menjalankan usahanya. Modal yang dimiliki tersebut jika dikelola secara

  

  optimal maka akan meningkatkan volume penjualan. Permodalan menjadi 29 masalah klasik UKM. Selama ini banyak beranggapan kendala utama pengusaha Bambang Riyanto ,2001, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan Cet.7, Yogyakarta:BEP. kecil dan menengah dalam mengajukan permohonan kredit kepada perbankan adalah besarnya bunga yang dianggap terlalu tinggi. Padahal kunci utamanya adalah masalah administrasi semata.

  Kebijakan yang harus diambil oleh pemerintah adalah diperlukan sebuah lembaga keuangan yang khusus melayani pengusaha skala kecil dan menengah, dengan sistem administrasi lebih sederhana daripada kalangan perbankkan pada umumnya.

  Di Indonesia sudah terdapat beberapa lembaga keuangan, baik perbankan maupun non bank, yang dapat diandalkan untuk membantu menyelesaikan permasalahan ini. Untuk skala mikro, dikenal Lembaga Keuangan Mikro dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR), yang merupakan representasi dari lembaga keuangan perbankkan pada skala mikro.

  Untuk lembaga keuangan non perbankkan, terdapat Lembaga Koperasi Simpan Pinjam (KSP). Sedangkan di tingkat nasional, ada PT. PNM yang melakukan pembinaan terhadap lembaga keungan mikro baik yang berbentuk perbankkan atau non bank. Selain itu juga terdapat Perum Pegadaian dengan menawarkan jasa bantuan keuangan bagi pengusaha skala kecil dan menengah melalui proses yang relatif sederhana dan cepat.

  Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa dengan adanya permodalan dan difasilitasi oleh lembaga-lembaga tersebut dapat melakukan pengembangan UKM dari sisi pembiayaandengan tiga fungsi penting. Pertama, memberikan jaminan atas kredit atau pembiayaan yang diberikan bank kepada UKM, kedua memberikan bantuan tenis kepada UKM di bidang usaha sesuai kebutuhan, ketiga memberikan kredit atau pembiayaan secara langsung kepada UKM yang belum terjangkau oleh bank.

II.3.3. Pajak dan Retribusi

  Sumber pendapatan daerah yang terpenting salah satunya adalah retribusi

  

  daerah. Pengertian retribusi menurut Rochmad Sumitro bahwa :” Pembayaran- pembayaran kepada negara yang dilakukan oleh mereka yang menggunakan jasa- jasa negara”.

  

Sedangkan menurut S. Munawir bahwa retribusi yaitu : iuran kepada pemerintah yang dapat dipaksakan dan jasa balik secara langsung dapat ditunjuk.

  Paksaan di sini bersifat ekonomis karena siapa saja yang tidak merasakan jasa balik dari pemerintah, dia tidak dikenakan iuran itu.

   Lain halnya menurut Marihot P. Siahaan bahwa pengertian Retribusi

  yaitu :Pembayaran wajib dari penduduk kepada negara karena adanya jasa tertentu yang diberikan oleh negara bagi penduduknya secara perorangan. Jasa tersebut dapat dikatakan bersifat langsung yaitu hanya yang membayar retribusi yang menikmati balas jasa dari negara.

  Jadi retribusi daerah yakni suatu pemungutan daerah sebagai pembayaran atas pemakaian atau karena memperoleh jasa pekerjaan usaha atau milik daerah

  31 32 Sumitro,Rochmad, 1998, Asas dan Dasar Perpajakan 1, Bandung : PT. Refika Aditama,hal.205 Munawir, 2004, Analisa Laporan Keuangan (Edisi ke Empat), Yogyakarta: Liberty, hal.20 yang berkepentingan, atau karena jasa yang diberikan oleh daerah baik langsung maupun tidak langsung.

  Mengenai sumber pendapatan daerah di atur dalam Pasal 157 Bab VIII Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang berbunyi :

  Sumber pendapatan daerah terdiri atas :

  a. pendapatan asli daerah yang selanjutnya disebut PAD, yaitu : 1). Hasil pajak daerah; 2). Hasil retribusi daerah; 3). Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan 4). Lain-lain PAD yang sah;

  b. dana perimbangan; dan c. lain-lain pendapatan daerah yang sah.

   Retribusi daerah menurut Munawir didefinisikan sebagai ”iuran rakyat

  kepada Pemerintah berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan mendapatkan jasa balik atau kontra prestasi dari Pemerintah secara langsung dan dapat ditunjuk”. Menurut Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dijelaskan : ”Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan”.

  Untuk mengembangkan UKM, yang terpenting bukan hanya berupa program instan seperti pemberian kredit dan bantuan teknis lainnya tetapi diperlukan cara pandang yang lebih luas dalam pengembangan UKM. Upaya pengembangan UKM tidak hanya bisa dilaksanakan secara parsial melainkan harus terintegrasi dengan pembangunan ekonomi nasional dan dilaksanakan secara berkesinambungan. Agar pengembangan UKM berkesinambunagn dan terintegrasi maka perlu penataan kebijakan ekonomi, utamanya melakukan evaluasi terhadap peraturan yang menghambat perkembangan UKM.

  Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa untuk mengembangkan UKM, pelaku UKM tidak keberatan dengan adanya pajak dan retribusi. Hanya saja, beban pajak dan retribusi juga diimbangi dengan adanya peningkatan pelayanan dan pembinaan. Retribusi diartikan sebagai pungutan yang diimbangi dengan kompensasi langsung berupa peningkatan pelayanan.

II.3.4. Perlindungan Hukum

  Di dalam Undang-undang Republik Indonesia tentang PATENdan MEREK Tahun 2001, khusus untuk merek diatur oleh Undang-undang Merek Nomor 15 Tahun 2001 yang dimaksud “merek” adalah tanda yang berupa gambar,nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasidari unsur-unsur tersebut memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa”.

  Perlindungan hukum bagi pemilik merek tidak hanya dapatdipandang dari aspek hukum saja, tetapi perlu dipandang dari aspekekonomi dan sosial yang terdapat dalam masyarakat. Dalam Undang-undang Merek Nomor 15 Tahun 2001

  pasal 90 berbunyi; “Barang siapadengan sengaja dan tanpa hak menggunakan merek yang sama ataukeseluruhannya dengan Merek terdaftar milik pihak lain untuk barangdan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan atau diperdagangkan, dipidanadengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah)”.

  Berbicara tentang perlindungan hukum bagi UKM, maka ada dua aspek yang akan muncul, yang pertama yaitu adanya jaminan bagi UKM terhadap pemakaian label/merek dalam kaitannya dengan Hak Kekayaan Intelektual (HaKI). Aspek lainnya yaitu mengenai jaminan keamanan yang akan mendukung keberlangsungan sebuah kegiatan usaha tanpa adanya intervensi dan tindakan representative baik oleh sipil maupun aparat kepolisian.

  HaKI adalah sebuah langkah positif untuk menghargai kreativitas orang lain. Perlakukan HaKI harus diimbangi dengan regulasi (peraturan) kebijakan pemerintah untuk kemandirian UKM dalam kaitannya dengan label/merek baik secara perseorangn maupun kolektif. Perlindungan hukum juga menyentuh pada jaminan keamanan bagi pelaku UKM untuk melakukan kegiatan usahanya.

  Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pemerintah dapat memberikan jaminan keamanan yang bisa menciptakan iklim usaha yang sehat dengan tanpa gangguan dan tekanan dari berbagai pihak.

II.3.5. Jaringan Usaha dan Akses Pasar

  Keberhasilan sektor UKM berkopetensi secara sehat di pasar internasional merupakan indikasi sektor UKM dalam negeri sudah memiliki daya saing berdasarkan falsafah keunggulan komparatif (perbandingan) maupun keunggulan kompetitif (persaingan). Dan yang paling penting adanya dukungan negara dalam hal mempromosikan produk UKM ke konsumen negara tujuan, kebijakan permodalan yang berpihak pada UKM, dukungan kondusifitas usaha dan fasilitas pembinaan teknis. Dinamika sehatnya UKM di dalam negeri akhirnya akan

  

  mendapat imbas positif. Menurut Eti Wahyuni Langkah-langkah untuk meningkatkan daya saing UKM diantaranya:

  Pertama , menyusun skala prioritas jenis UKM yang potensial dikembangkan pada tiap daerah. Kedua , memetakan pasar masing-masing jenis komoditas/produk yang

  akan dikembangkan. Pemetaan harus komprehensif (masuk akal), baik harga maupun volume, mulai dari pasar local, regional, nasional, hingga internasional.

  Ketiga , pemerintah/pemda lembaga keuangan (bank atau non bank),

  asosiasi usaha, dan kelompok lainnya yang peduli terhadap pengembangan UKM perlu bekerja sama mengembangkan UKMpotensial itu. Kerjasama itu menyangkut peningkatan sumber daya manusia (SDM), manajemen, teknologi, permodalan, hingga pemasaran.

  Keempat , advokasi dan promosi. Advokasi sangat diperlukan untuk

  melindungi UKM dari serbuan komoditas atau produk asing. Sementara promosi dilakukan utamanya untuk penetrasi ke pasar global. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa promosi adalah hal yang penting. Disamping promosi yang dilakukan tidak hanya mengenalkan komoditas/produk UKM ke pasar internasional melainkan bisa berupa insentif pajak ekspor. Peningkatan akses UKM pada lembaga keuangan adalah langkah strategis yang harus dilakukan.

II.3.6. Pameran

  Fasilitas pameran yang diberikan pemerintah bagi UKMmemberikan kesempatan impian terwujud. Pemerintah mengaku untuk membuka akses pasar, cara yang dilakukan adalah promosi. Semakin gencar dilakukan maka akses pasar semakin terbuka lebar.

  Sementara itu Kementerian UKM dan Koperasi melakukan pameran di dalam dan luar negeri untuk membuka pasar sekaligus memberikan fasilitas kepada UKM untuk memasarkan produknya. Tidak hanya dari Menkop, fasilitas juga dilakukan oleh Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN) dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memiliki mitra binaan UKM. Setiap tahunnya paling tidak para pengusaha mengikuti sekitar 55 pameran diluar negeri.

  Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pameran juga harus menyertakan UKM. UKM diberikan subsidi stand gratis termasuk konstruksi.

  Sebagian biaya pengiriman barang juga disubsidi oleh BPEN. Namun untuk perjalanan dan akomodasi ditanggung oleh pelaku usaha. Selain itu, pameran akan dilakukan di dalam negeri dengan mengundang para pembeli asing (buyer).

  II.4Usaha Kecil Menengah (UKM)

  II.4.1 Pengertian Usaha Kecil Menengah (UKM)

  Usaha Kecil Menengah (UKM) didefenisikan dengan berbagai cara yang berbeda, tergantung pada negara dan aspek-aspek lainnya. Oleh karena itu perlu dilakukan tinjauan khusus terhadap defenisi-defenisi tersebut agar diperoleh pengertian yang sesuai tentang UKM, yaitu menganut ukuran kuantitatif yang sesuai dengan kemajuan ekonomi. Berbagai defenisi mengenai UKM adalah sebagai berikut:

  Pengertian Usaha Kecil Menengah (UKM) apabila dilihat dari jumlah

  

  pekerjanya , maka di setiap negara atau tingkat dunia memiliki berbagai defenisi yang berbeda mengenai UKM. World Bank menyatakan bahwa UKM adalah usaha dengan jumlah tenaga kerja ± 30 orang, Amerika menyatakan bahwa UKM adalah jumlah tenaga kerja kurang dari 500 orang, Eropa menyatakan bahwa UKM adalah usaha dengan jumlah tenaga kerja 10-40 orang, Jepang menyatakan bahwa UKM memiliki jumlah tenaga kerja 54-300 orang, Korea Selatan menyatakan bahwa UKM adalah usaha dengan jumlah tenaga kerja ≤ 300 orang.

  Oleh karena itu, apabila dilihat dari jumlah pekerjanya maka dapat disimpulkan bahwa berdasarkan jumlah pekerja UKM, maka Usaha Kecil Menengah (UKM) adalah usaha dengan jumlah tenaga kerja 5-19 orang.

  Pengertian Usaha Kecil Menengah (UKM), apabila dilihat berdasarkan

  

  kepentingan lembaga dan modalnya, maka di setiap lembaga memiliki berbagai defenisi yang berbeda mengenai UKM. Bank Indonesia (BI) menyatakan bahwa UKM adalah perusahaan atau industri dengan karakteristik berupa modal kurang dari Rp 20 juta, untuk satu putaran dari usahanya hanya membutuhkan dana Rp 5 juta, memiliki asset maksimum Rp 600 juta di luar tanah dan bangunan dan omzet tahunan

  ≤ Rp 1 miliar, Departemen Koperasi dan Usaha Kecil Menengah menyatakan UKM adalah kegiatan ekonomi rakyat brskala kecil dan bersifat 36 tradisional, dengan kekayaan bersih Rp 50 juta-Rp 200 juta (tidak termasuk tanah

  

Eti Wahyuni,dkk, 2005, Lilitan Masalah Usaha Mikro,Kecil,Menengah (UMKM) & Kontroversi

37 Kebijakan , Medan : Bitra Indonesia, hal. 33 Hubeis, Musa. Prospek Usaha Kecil dalam Wadah Inkubator Bisnis, Bogor: Ghalia Indonesia.

  dan bangunan temapat usaha) dan omzet tahunan ≤ Rp 1 miliar; dalam UU

  UMKM/2008 dengan kekayaan bersih Rp 50 juta-Rp 500 juta dan penjualan bersih tahunan Rp 300 juta-Rp2,5 miliar, Departemen Keuangan menyatakan bahwa UKM adalah perusahaan yang memiliki omset maksimum Rp 600 juta per tahun dan atau asset maksimum Rp 600 juta di luar tanah dan bangunan, Departemen kesehatan menyatakan bahwa UKM adalah perusahaan yang memiliki penandaan standar mutu berupa Sertifikat Penyuluhan (SP), Merek

   Dalam Negeri (MD), dan Merek Luar Negeri (ML).

  Oleh karena itu, apabila dilihat dari kepentingan lembaga dan modalnya maka dapat disimpulkan bahwa Usaha Kecil Menengah (UKM) adalah perusahaan atau industri yang memiliki modal kurang dari 20 juta yang berdiri sendiri dan bersifat tradisional dan memiliki kekayaan bersih Rp.50 juta- Rp. 500 juta dan penjualan bersih tahunan Rp 300 juta-Rp2,5 miliar.

II.4.2. Kriteria Usaha Mikro Kecil dan Menegah

  Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2008, pada pasal 6 dijelaskan kriteria-kriteria yang tpat mengenai UMKM:

  1. Kriteria Usaha Mikro, ada dua kriteria usaha ini yakni :

  a. memiliki kekayaan bersih maksimal Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

  2. Kriteria Usaha Kecil . Kriteria usaha ini meliputi:

  a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah).

  3. Kriteria Usaha Menengah. Ada dua kriteria Usaha Menengah, yaitu :

  a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

  b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.

  50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah). Oleh karena itu, dapat disimpulkan berdasarakan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 pada pasal 6, kriteria Usaha Kecil Menengah (UKM) dapat diklasifikasikan berdasarkan tiga tingkatan yaitu Mikro, Kecil dan Menengah.

  Tabel II.2 Kriteria Usaha Kecil Menegah

Kriteria Kekayaan Bersih Hasil Penjualan Tahunan

  Mikro Rp. 50.000.000,00 Rp. 300.000.000,00 Kecil Rp. 50.000.000,00 Rp. 300.000.000,00 -

  Rp. 2.500.000.000,00 Menegah Rp. 500.000.000,00 – Rp. 2.500.000.000,00 –

  Rp. 10.000.000.000,00 Rp. 50.000.000.000,00

  Sumber : Diolah dari UU No.20 tahun 2008 tentang UMKM

  Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat bahwa apabila kriteria usaha semakin meningkat maka maka kekayaan bersih dan hasil penjualan tahunan pun semakin meningkat. Pada kriteria usaha yang paling rendah, kekayaan bersihnya sampai Rp. 50.000.000,00 dan hasil penjualan tahunannya Rp.300.000.000,00 sedangkan pada kriteria usaha yang paling tinggi, kekayaan bersihnya sampai Rp. 500.000.000,00 – Rp. 10.000.000.000,00 dan hasil penjualan tahunannya Rp.2.500.000.000,00 – Rp. 50.000.000.000,00.

II.4.3. Jenis-jenis Usaha Kecil dan Menengah

  Secara umum UKM bergerak dalam 2 (dua) bidang yaitu bidang perindustrian dan bidang barang dan jasa. Menurut Keppres No.127 Tahun 2001, adapun bidang/jenis usaha terbuka bagi usaha kecil dan menengah di bidang industri dan perdagangan adalah:

  1. Industri makanan dan minuman olahan yang melakukan pengawetan dan proses pengasinan, penggaraman, pemanisan, pengasapan, pengeringan, perebusan, penggorengan, dan fermentasi dengan cara-cara tradisional.

  2. Industri penyempurnaan benang dari serat buatan menjadi benang bermotif/celup, ikat dengan menggunakan alat yang digunakan oleh tangan.

  3. Industri tekstil meliputi pertenunan, perajutan, pembatikan, dan pembordiran yang memiliki ciri dikerjakan dengan ATB atau alat yang digerakkan tangan termasuk batik, peci, kopiah, dsb.

  4. Pengolahan hasil hutan dan kebun golongan non pangan: a. Bahan bangunan atau rumah tangga, bamboo, nipah, sirap, arap, sabut.

  b. Bahan industri: getah-getahan, kulit kayu, sutra alam, gambir.

  5. Industri perkakas tangan yang diproses secara manual atau semi mekanik untuk pertukangan dan pemotongan.

  6. Industri perkakas tangan untuk pertanian yang diperlukan untuk persiapan lahan, proses produksi, pemanenan, pasca panen, dan pengolahan kecuali cangkul dan sekop.

  7. Industri barang dari tanah liat, baik yang diglasir, maupun tidak diglasir untuk keperluan rumah tangga.

  8. Industri jasa pemeliharaan dan perbaikan yang meliputi otomotif, kapal dibawah 30 GT, elektronik dan peralatan rumah tangga yang dikerjakan secara manual atau semi otomatis.

  9. Industri kerajinan yang memiliki kekayaan khasanah budaya daerah, nilai seni yang menggunakan bahan baku alamiah maupun imitasi.

  10. Perdagangan dengan skala kecil dan informasi.

  Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa jenis Usaha Kecil Menengah (UKM) yang dimaksud adalah industri makanan dan minuman olahan, serta industri kerajinan yang memiliki kekayaan khasanah budaya daerah.

II.4.4 Pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM)

  Kebijakan pemerintah dalam pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM) dalam jangka panjang bertujuan untuk meningkatkan potensi dan partisipasi aktif UKM dalam proses pembangunan nasional, khususnya dalam kegiatan ekonomi dalam rangka mewujudkan pemerataan pembangunan melalui perluasan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan. Sasaran dan pembinaan usaha kecil adalah meningkatnya jumlah pengusaha menengah dan terwujudnya usaha yang makin tangguh dan mandiri, sehingga pelaku ekonomi tersebut dapat berperan dalam perekonomian nasional, meningkatnya daya saing pengusaha nasional di pasar dunia, serta seimbangnya persebaran investasi antar sector dan antargolongan.

  Pandangan umum bahwa UKM memiliki sifat dan jiwa entrepreneurship (kewiraswastaan/kewirausahaan) adalah kurang tepat. Ada sekelompok UKM yang memiliki sifat entrepreneurshiptetapi ada pula yang tidak menunjukkan sifat tersebut. Dengan menggunakan kriteria entrepreneurship, maka kita dapat

   39 membagi UKM dalam empat bagian yakni sebagai berikut: Sartika, Tiktik & Rachman.2002. Ekonomi Skala Kecil/Menengah & Koperasi, Jakarta: Ghalia

  1. Livelihood Activities yaitu UKM yang masuk kategori ini pada umumnya bertujuan mencari kesempatan kerja untuk mencari nafkah.

  Para pelaku di kelompok ini tidak memiliki jiwa kewirausahaan. Kelompok ini disebut sebagai sektor informal dan jumlah UKM kategori ini sangat besar.

  2. MicroEnterprise yaitu UKM lebih bersifat pengrajin dan tidak bersifat kewirausahaan. Jumlah UKM ini di Indonesia juga cukup besar.

  3. Small Dynamic Enterprises yaitu UKM ini cukup memiliki jiwa kewirausahaan. Banyak pengusaha skala menengah dan besar yang tadinya berasal dari ketegori ini.. Jumlah kelompok UKM ini jauh lebih kecil dari jumlah UKM yang masuk kategori satu dan dua. Kelompok UKM ini sudah mampu menerima pekerjaan subkontrak dan ekspor.

  4. Fast Moving Enterprises : ini adalah UKM asli yang mempunyai jiwa kewirausahaan. Kelompok ini akan menghasilkan pengusaha skala menengah dan besar.

40 Menurut Sartika, dkk, strategi pengembangan UKM adalah dapat dilakukan

  dengan tiga cara yaitu:

  1. Kemitraan Usaha yaitu hubungan kerjasama usaha diantara berbagai pihak yang sinergis, bersifat sukarela, dan berdasarkan prinsip saling membutuhkan, saling mendukung, dan saling menguntungkan dengan disertai pembinaan dan pengembangan UKM oleh usaha besar.