Peranan Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Koperasi dalam Pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM) di Kabupaten Serdang Bedagai

(1)

PERANAN DINAS SOSIAL, TENAGA KERJA DAN KOPERASI DALAM PENGEMBANGAN USAHA KECIL MENENGAH (UKM)

DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Disusun Oleh:

080903078

MARINTAN SARTIKA NADEAK

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk diperbanyak dan dipertahankan oleh: Nama : Marintan Sartika Nadeak

Nim : 080903078

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : Peranan Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Koperasi dalam Pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM) di Kabupaten Serdang Bedagai

Medan, Juli 2012

Dosen Pembimbing Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara

Dra. Asimayanti Siahaan, M.A, Ph.D

NIP: 196401261988032002 NIP: 196401081991021001 Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si

Dekan,

FISIP USU MEDAN

NIP. 196805251992031002 Prof. Dr. Baddaruddin, M.Si


(3)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga Skripsi ini dapat penulis selesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk meraih gelar Sarjana (S-1) pada Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universias Sumatera Utara.

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam proses penyelesaian Skripsi ini, namun penulis juga menyadari bahwa Skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan baik dari segi isi maupun penulisan. akhirnya syukur Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini yang berjudul “PERANAN DINAS SOSIAL, TENAGA KERJA DAN KOPERASI DALAM PENGEMBANGAN USAHA KECIL MENENGAH (UKM) DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI”.

Penulis telah banyak mendapat bantuan dan bimbingan baik moril maupun materil dari berbagai pihak dalam proses penyelesaian Skripsi ini. ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada kedua orang tua (St. M. Nadeak dan S. Siagian) serta abang dan adik (Hotbatahan Haposan Nadeak, S.Pd, Briptu. Pordinan Hasiolan Nadeak, Berlian Juliarta Nadeak, Budi Yosafat Nadeak)penulis yang telah mendukung penuh perjuangan selama menimba ilmu dari awal hingga akhir dapat meraih gelar sarjana. Pada kesempatan ini juga dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah


(4)

membantu dalam menyelesaikan Skripsi maupun selama masa perkuliahan yakni kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Husni Thamrin Nasution, M.Si, selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara.

3. Ibu Dra. Elita Dewi, M.SP sebagai Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Negara sekaligus sebagai Dosen Penguji dalam Ujian Meja Hijau.

4. Ibu Dra. Asimayanti Siahaan, M.A, Ph.Dselaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan masukan yang sangat berharga bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Departemen Ilmu Adminstrasi Negara atas pengabdian dan dedikasinya menyumbangkan ilmu dan mendidik penulis selama menuntut ilmu di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak H. Karno, S.H. MAP selaku Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Koperasi Kabupaten Serdang Bedagai yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di Dinas.

7. Ibu Hj. Rosedelimawati, S.E selaku Kasubbag Kepala Bidang Usaha Kecil Menengah (UKM) dan Koperasi yang telah banyak membantu dalam memberikan data dan informasi penulis selama penelitian berlangsung.


(5)

8. Kak Mega dan Kak Dian yang telah membantu dalam mengurus segala keperluan Administrasi dan memberikan segala informasi dari departemen.

9. Buat KTB ku “ Vocatio Dei” ( Kak Riama, Kak Doris, Marino, Rosmeri, Grace, dan Evlyn) terima kasih atas kebersamaan kita selama ini, terima kasih sudah mendengar curahan hati ku dan terkhusus terima kasih buat doa dan semangatnya dalam penyusunan skripsi ini.

10.Buat adik-adik Kelompok ku “ The Army of God” (Riki, Afrina, Lamtiur, Meri) terima kasih banyak yah dek buat doa-doa nya dan semangat nya yang membuat kakak lebih kuat. Semoga kalian tetap semangat dalam studi kalian yah.

11.Buat anak-anak AN 08, terima kasih atas kebersamaan kita selama ini terkhusus buat SaDo ku “Vina Maria Ompusunggu” atas doa-doanya. Akhirnya terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini maupun selama masa perkuliahan. Semoga Skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2012


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

ABSTRAK ... vii

BAB I : PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2Fokus Penelitian ... 6

I.3Rumusan Masalah ... 7

I.4Tujuan Penelitian ... 8

I.5 Manfaat Penelitian ... 8

I.6 Sistematika Penulisan ………. 9

BAB II : STUDI KEPUSTAKAAN II.1 Usaha Kecil Menengah (UKM) dan Ekonomi Kerakyatan ... 11

II.2 Pengertian Peranan ... 17

II.3Kebijakan Usaha Kecil Menengah (UKM) ... 18

II.3.1 Perizinan ... 24

II.3.2 Permodalan ... 27

II.3.3 Pajak dan Retribusi ... 30

II.3.4 Perlindungan Hukum ... 32

II.3.5 Jaringan Usaha dan Akses Pasar ... 33

II.3.6 Pameran ... 34

II.4Usaha Kecil Menengah (UKM) ... 35

II.4.1 Pengertian Usaha Kecil Menengah (UKM) ... 35

II.4.2 Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah ... 37


(7)

II.4.4 Pengembangan Usaha Kecil Menengah ……… 41

II.4 Definisi Konsep ... 43

BAB III : METODE PENELITIAN III.1 Bentuk Penelitian ... 45

III.2 Lokasi Penelitian ... 46

III.3 Informan Penelitian ... 46

III.4 Teknik Pengumpulan Data ... 48

III.5Jenis dan Sumber Data ... 49

III.7 Teknik Analisis Data ... 50

III.8 Pengujian Keabsahan Data ………... 51

III.9 Etika Penelitian ………... 52

BAB IV: TEMUAN PENELITIAN IV.1 Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai ... 54

IV.1.1 Letak Geografis Kabupaten Serdang Bedagai ... 55

IV.1.2 Gambaran Penduduk Kabupaten Serdang Bedagai ... 56

IV.2 Gambaran Umum Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Koperasi Kabupaten Serdang Bedagai ... 59

IV.2.1 Visi, Misi dan Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Koperasi Kabupaten Serdang Bedagai ... 59

IV.2.2 Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Koperasi Kabupaten Serdang Bedagai ... 61

IV.2.3 Struktur Organisasi Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Koperasi Kabupaten Serdang Bedagai ... 65

IV.2.4 Kondisi Jabatan Struktural pada Pegawai Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Koperasi ... 67

IV.3Bidang Usaha Kecil Menengah (UKM) dan Koperasi ... 71


(8)

V.1Peranan Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Koperasi Kabupaten Serdang Bedagai ... 74

V.1.1 Kebijakan Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Koperasi ... 74 V.1.2 Kebijakan dalam Pengembangan Usaha Kecil

Menengah (UKM) ... 79 V.2Hambatan-hambatan dalam Pengembangan Usaha Kecil Menengah

(UKM) ... 105 BAB VI: PENUTUP

VI.1 Kesimpulan ... 107 VI.2 Saran ... 108

DAFTAR PUSTAKA ... 110 LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel II.1 Profil Usaha Di Indonesia ... 14

Tabel II.2Kriteria Usaha Kecil Menengah (UKM) ... 39

Tabel IV.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Serdang Bedagai Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin ... 58

Tabel IV.2Komposisi Pegawai Berdasarkan Jabatan... 67

Tabel IV.3Komposisi Pegawai Berdasarkan Pangkat/Golongan ... 68

Tabel IV.4Komposisi Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 69

Tabel IV.5 Komposisi Pegawai yang Telah Mengikuti Pendidikan/Penjenjangan Karier ... 70


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar IV.1 Struktur Organisasi Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Koperasi Kabupaten Serdang Bedagai ... 68 Gambar V.1Bantuan barudatang berupaPeralatan yangakan di berikankepada

pelakuUKM di Kec.Perbaungan KabupatenSerdangBedagai ... 63 Gambar V.2Kepala Bidang UKM menyerahkan bantuan peralatan kepada

masyarakat pelaku UKM ... 64 Gambar V.3Plank Nama Stand Kabupaten Serdang Bedagai di Gedung

Binasentra Bidakara Jl. Gatot Subroto Kav. 71 – 73 Pancoran Jakarta Selatan ... 72 Gambar V.4 Kabid UKM dan Koperasi Berkoordinasi dengan Saudari Elfrida

Petuga Penjaga Stand di Gedung Binasentra Bidakara Jakarta ... 73 Gambar V.5Penadatanganan MOU Pihak PT. Inti Cakrawala Citra Dalam

Pembuatan Warung Paten dalam menjalin kemitraan ... 75 Gambar V.6Penyerahan MOU Kepada Kedua Belah Pihak Dalam acara menjalin

kemitraan ... 75 Gambar V.7Pameran Stand Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Koperasi dalam

Bidang UKM Kabupaten Serdang Bedagai ... 77 Gambar V.8Kunjungan Bapak Bupati ke Stand Dinas Sosial Tenaga Kerja dan

Koperasi Bidang UKM Kabupaten Serdang Bedagai ... 77 Gambar V.9 Jenis-jenis produk UKM Kabupaten Serdang Bedagai yang

merupakan hasil karya cipta kreatif inovatif ... 82 Gambar V.10 LokasiPusat Jajanan UKM Kabupaten Sedang Bedagai ... 85


(11)

ABSTRAK

Peranan Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Koperasi dalam Pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM) di Kabupaten Serdang Bedagai

Nama : Marintan Sartika Nadeak Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Dosen Pembimbing : Dra. Asimayanti Siahaan, M.A., Ph.D Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan sektor yang paling penting dalam pembangunan ekonomi. Hal ini terlihat dari peranan Usaha Kecil Menengah (UKM) dalam perekonomian Indonesia. Untuk bertahan hidup dalam menghadapi krisis ekonomi yang melanda bangsa Indonesia 1997, Usaha Kecil Menengah (UKM) lahir dan menyelamatkan perekonomian bangsa bahkan sampai saat ini peranan Usaha Kecil Menengah (UKM) dapat diperhitungkan sebagai sektor yang mampu menyerap tenaga kerja yang cukup banyak. Begitu pentingnya peranan UKM bagi perekonomian bangsa Indonesia, oleh sebab itu pemerintah melalui Dinas yang menangani Usaha Kecil Menengah (UKM) memiliki peranan penting untuk memperhatikan dan mengembangkan Usaha Kecil Menengah (UKM).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peranan Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Koperasi selaku Dinas yang menangani pengembangkan Usaha Kecil Menengah (UKM) di Kabupaten Serdang Bedagai, ketepatan kebijakan-kebijakan dan program-program dalam pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM), selain itu penulis juga ingin mengetahui bagaimana respon masyarakat terhadap pelayanan Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Koperasi dalam pengembangan UKM dan hambatan-hambatan yang terjadi dalam pengembangan UKM.

Teknik penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan wawancara dan observasi. Teknik pengambilan subyek penelitian yakni dengan menggunakan teknik purposive dan snowball. Dari teknik ini diperoleh 15 informan,yang terdiri dari Kepala Dinas Sosial,Tenaga Kerja dan Koperasi, Kepala Bidang Usaha Kecil dan Menengah, Kepala Seksi Usaha Kecil & Menengah (UKM), sembilan masyarakat pelaku UKM yang terlibat program-program Bidang Usaha Kecil Menengah (UKM) dan tiga masyarakat pelaku UKM yang tidak terlibat program-program Bidang Usaha Kecil Menengah (UKM).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka didapat beberapa temuan bahwa Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Koperasi berperan penting dalam pengembangkan UKM melalui pemberian modal, pelaksanaan perizinan, pajak dan retribusi, perlindungan hukum, jaringan usaha dan akses pasar, pameran, pembinaan,pelatihan dan penyuluhan. Hambatan dalam pengembangan UKM yaitu kurang dalam sosialisasi program dan kurang terlibatnya pelaku UKM. Kata Kunci: Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Koperasi, Pengembangan Usaha


(12)

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Dalam pembangunan ekonomi di Indonesia, Usaha Kecil Menengah (UKM) digambarkan sebagai sektor yang mempunyai peranan penting. Hal ini dapat dilihat karena Usaha Kecil Menengah (UKM) mampu menopang kehidupan sebagian besar jumlah penduduk Indonesia yang rata-rata berpendidikan rendah dan hidup dalam kegiatan usaha kecil baik di sektor tradisional maupun modern. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan salah satu solusi masyarakat untuk tetap bertahan dalam menghadapi krisis.

Peran Usaha Kecil Menengah (UKM) sangat besar dan telah terbukti menyelamatkan perekonomian bangsa pada saat dilanda krisis ekonomi tahun 1997. Usaha Kecil Menengah (UKM) hadir sebagai suatu solusi dari sistem perekonomian yang sehat dan merupakan salah satu sektor industri yang sedikit bahkan tidak sama sekali terkena dampak krisis global yang melanda dunia. Usaha Kecil Menengah (UKM) dapat bertahan pada badai krisis karena struktur keuangan mereka tidak dapat bergantung pada perbankan. Sebagian besar pelaku UKM mengandalkan seluruh permodalannya sendiri yang bersumber pada tabungan pribadi, pinjaman dari bank, kerabat atau tetangga bahkan tak jarang perolehannya melalui pinjaman ke lembaga keuangan bukan bank. Disamping itu, fakor yang membuat UKM mampu bertahan adalah karena bahan baku yang digunakan untuk kegiatan usahanya merupakan produk lokal yang harganya tidak


(13)

terpengaruh oleh fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing terutama dollar.1

Menurut pendapat ahli ekonomi yaitu Gunawan

Dengan bukti ini, jelas bahwa UKM dapat diperhitungkan dalam meningkatkan kekompetitifan pasar dan stabilisasi sistem ekonomi yang ada.

2

Keberadaaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) juga dapat diperhitungkan dan sangat berdampak pada perekonomian di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi Usaha Kecil Menengah (UKM) terhadap perekonomian di Indonesia dapat memulihkan pembangunan Indonesia. Berdasarkan data BPS 2009 jumlah Usaha Kecil, dan Menengah (UKM) berkembang menjadi 51,26 juta dan mampu memberikan kontribusi pada total PDB nasional sebesar 52,7 persen, atau sekitar Rp 2,609,4 triliun dari total bahwa untuk mencapai sasaran penurunan angka kemiskinan, pemerintah melalui Komite Penanggulangan Kemiskinan harus menetapkan strategi pemberdayaan masyarakat, yaitu mengurangi beban pengeluaran konsumsi kelompok miskin dan meningkatkan produktivitas masyarakat miskin untuk meningkatkan pendapatannya. Peningkatan produktivitas dilakukan melalui pengembangan usaha masyarakat terutama Usaha Kecil dan Menengah (UKM).

1

Eti Wahyuni,dkk, 2005, Lilitan Masalah Usaha Mikro,Kecil,Menengah (UMKM) & Kontroversi Kebijakan, Medan : Bitra Indonesia, hal.2

2

Sumodiningtrat, Gunawan.2003. Peran Lembaga Keuangan Mikro dalam Menanggulangi Kemiskinan Terkait dengan Kebijakan Otonomi Daerah, Jurnal Ekonomi Rakyat, Th II. No1. Maret, Bogor: Yayasan Agro Ekonomika.


(14)

PDBRp 4.954 triliun. Sektor UKM juga mampu menyerap tenaga kerja 90,9 juta orang atau 94,4 persen dari total tenaga kerja nasional.3

Namun, pada kenyataannya para pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) sering diabaikan dan kurang mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Menurut pengamat ekonomi UGM Revrisond Baswirsulitnya pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) untuk mengembangkan usahanya diakibatkan sulitnya untuk mendapatkan permodalan dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Jikalau ada, harus lah melalui pinjaman dari bank dan untuk mengembalikan pinjaman dari bank pelaku UKM mengalami kesulitan disebabkan besarnya bunga yang dibebankan. Terlebih lagi, pemberian bunga pinjaman didasarkan atas selisih margin penjualan produk,tanpa memperhatikan pengeluaran yang terjadi dalam intern pelaku UKM seperti depresiasi, transportasi, penggunaan rumah sebagai tempat usaha. Akibatnya, beberapa UKM banyak yang gulung tikar karena dalam beberapa tahun atau beberapa kali putaran pengusaha kehabisan modal.4

3

Kompas, 2010. UKM Solusi Bertahan dalam Krisis,

Sulitnya akses permodalan bagi UKM telah memberi peluang berkembangnya rentenir. Pelaku UKM kerap mengalami kesulitan permodalan, karena tidak punya pilihan, akhirnya lebih

14.23

4

Kompas, 2008. Besarnya Bunga Pinjaman UKM Banyak Gulung Tikar.


(15)

memilih meminjam dari rentenir dengan bunga yang mencekik leher bias mencapai 15-20 persen per bulan.5

Disamping masalah permodalan, izin merupakan faktor yang paling penting bagi pelaku UKM untuk menembus akses atau jaringan usaha. Permohonan permodalan ke pihak perbankan hanya bisa dipenuhi kalau memiliki perizinan. Namun pengurusan izin pun ternyata tidak sesederhana kedengarannya. Pengurusan izin sering kali harus melalui prosedur yang bertele-tele dan biaya yang tidak sedikit. Pada umumnya untuk memperoleh perizinan usaha, seorang pengusaha harus mengeluarkan biaya sekitar 3 atau 4 kali dari biaya perizinan yang ditentukan. Surat ijin harus diperbaharui dan memerlukan beberapa klarifikasi dari beberapa pejabat yang berwenang, yang biasanya menyebabkan perlunya biaya tambahan. Hal ini terjadi karena tidak transparan, mahal, berbelit-belit, diskriminatif, lama, dan tidak pasti serta tumpang tindih vertial (antara pusat-daerah) dan horizontal (antara instansi di daerah). Akibatnya minat pengusaha terlambat untuk mengembangkan usahanya.6

Permasalahan yang terjadi pada pelaku UKM juga terjadi disekitar wilayah Sumatera Utara. Menurut Cahyo para pelaku Usaha Kecil Menengah diMedan merasa kesal dan mengeluh sering menjadi korban pungli dan penyisiran. Tidak hanya di Medan, oknum polisi juga melakukan sweeping ke tempat usaha UKM di Deli Serdang, Binjai, Serdang Bedagai,Tebing Tinggi, Asahan, Pematang Siantar, Karo hingga Dairi dimana aksi sweeping, pungli dan pemerasan tersebut

5

Eti Wahyuni,dkk, Hal.5

6


(16)

sangat meresahkan pelaku UKM dan dapatmengancam kelangsunganhidup pelaku UKM di Sumut.7

Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu kabupaten yang masih terlalu muda usianya dimana kabupaten ini adalah kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Deli Serdang yang resmi berdiri pada tanggal 7 Januari 2004 sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 tahun 2003.

Salah satu kabupaten yang ada di Sumatera Utarayang merasakan ketidaknyamanan dan keresahan dari tindakan pungli dan penyisiran adalah pelaku UKM di Kabupaten Serdang Bedagai. Kabupaten Serdang Bedagai adalah salah satu kabupaten yang memiliki pasar yang sangat terkenal oleh penduduk Sumatera Utara yang mampu memproduksi jajanan dan kerajinan tangan yang sebagian besar terbuat dari bahan baku sederhana dan hasil karya tangan masyarakat sendiri.Di Pasar Bengkel, tidak kurang dari 99 pedagang dengan menggunakan kios kecil di pinggir kanan kiri jalan menyemarakkan dengan dagangan hampir sejenis, seperti keripik ubi, rengginang, mie yeye, opak, keripik pedas, keripik ubi rambat/ubi jalar, dan berbagai macam jajanan lain, dan juga kerajinan tangan yang khas dari daerah setempat.

8

7

News.detik.com, Sering Diperas Polisi Pelaku UKMDemo Polda

SUMUThttp://news.detik.com/read/2008/03/25/134018/912970/10/sering-diperas-polisi-pelaku-ukm-demo-polda-sumut diakses pada tanggal 5 Maret 2012, pukul 18.18

8

Menurut Undang-Undang Nomor 36 tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai. www.bpkp.go.id.diaksespada 08/01/2012 pukul 15.23

Pemekaran daerah secara intensif berkembang di Indonesia sebagai salah satu jalan untuk pemerataan pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah. Sebagai


(17)

daerah otonom, maka Kabupaten Serdang Bedagai harus mampu mencapai tujuan otonomi yaitu mencapai efektivitas dan efisiensi dalam pelayanan kepada masyarakat. Disamping itu, harus mampu menumbuh kembangkan daerah dalam berbagai bidang, meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, dan meningkatkan daya saing daerah dalam proses pertumbuhan.9

Adapun yang menjadi fokus penelitian adalah untuk mengetahui sejauh mana peranan Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Koperasi dalam pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM) melalui kebijakan-kebijakan pemerintah pusat dan

Dalam kaitan dengan pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM), mekanisme pembentukan modal dan perizinan yang benar yaitu dengan prosedur serta bantuan fasilitator dari sebuah instansi seperti Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Koperasi yang merupakan kunci bagi ekonomi rakyat untuk tumbuh berkembang. Adapun Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Koperasi merupakan fasilitator yang dapat mempermudah modal tersebut dikeluarkan oleh bank maupun badan peminjam modal lainnya.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dalam rangka melihat bagaimana Peranan Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Koperasi dalam Pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM) di Kabupaten Serdang Bedagai.

I.2 Fokus Penelitian

9

HAW, Wijaya, 2005, Penyelenggaraan Otonomi di Indonesia, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, Hal.17


(18)

pemerintah daerah serta tugas pokok dan fungsi Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Koperasi dalam pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM) dalam hal permodal, perizinan dan lain-lain. Pihak-pihak yang terkait dalam Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Koperasi Kabupaten Serdang Bedagai akan dimintai pendapat dan tanggapan tentang upaya dan tindakan apa saja yang sudah dilakukan untuk mengembangkan UKM. Beberapa anggota masyarakat juga akan dimintai pendapat atau tanggapan tentang program dan tindakan yang telah dilaksanakan oleh Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Koperasi, yaitu apakah masyarakat mendapatkan kemudahan dalam memperoleh modal dan perizinan usaha, apakah program-program yang dilakukan oleh Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Koperasi untuk mengembangkan Usaha Kecil Menengah sudah tercapai dengan baik.

I.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka dirumuksan permasalah dari penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana peranan Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Koperasi dalam pengembangan Usaha Kecil Mengengah (UKM) di Kabupaten Serdang Bedagai?

2. Hambatan-hambatan apa yang dihadapi Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Koperasi dalam mengembangkan Usaha Kecil Menengah (UKM) di Kabupaten Serdang Bedagai?

3. Bagaimana respon masyarakat terhadap pelayanan Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Koperasi dalam pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM)?


(19)

I.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian mengungkapkan sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian. Setiap penelitian yang dilakukan harus memiliki tujuan yang hendak dicapai. Isi dan rumusan penelitian mengacu pada isi dan rumusan masalah penelitian. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana peranan Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Koperasi dalam pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM) di Kabupaten Serdang Bedagai.

2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Koperasi dalam mengembangkan Usaha Kecil Menengah (UKM) di Kabupaten Serdang Bedagai.

3. Untuk mengetahui respon atau tanggapan masyarakat terhadap pelayanan Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Koperasidalam pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM)

I.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah dan kemampuan untuk menuliskannya dalam bentuk karya ilmiah berdasarkan kajian teori dan aplikasi yang diperoleh dari Ilmu Administrasi Negara.


(20)

2. Manfaat Praktis

Manfaat Institusi, yaitu penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang sangat berharga bagi institusi yang terkait dalam menetapkan kebijakan bagi Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Koperasi dalam mengembangkan Usaha Kecil Menengah (UKM)

Manfaat bagi masyarakat, yaitu penelitian ini diharapkan memberikan penjelasan dan masukan dalam memperoleh pelayanan yang baik dan benar dalam mengembangkan Usaha Kecil Menengah (UKM) dari Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Koperasi.

I.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : BAB I :PENDAHULUAN

Bab ini membahas tentang latar belakang masalah, fokus masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II :TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi teori-teori dan referensi lain yang dipakai selama penelitian. dan defenisi konsep. Teori-teori disini tidak berfungsi untuk membangun kerangka berpikir, tetapi lebih berfungsi sebagai bekal peneliti untuk memahami situasi sosial yang diteliti. BAB III :METODE PENELITIAN


(21)

Bab ini berisikan bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan validitas data.

BAB IV :TEMUAN PENELITIAN

Bab ini berisikan gambaran lokasi penelitian berupa sejarah singkat, visi dan misi, serta struktur organisasi.

BAB V :ANALISIS TEMUAN

Bab ini berisi penjelasan dan penguatan terhadap temuan dengan cara mengutip pendapat-pendapat dari informan yang dianggap kredibel.

BAB VI :PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dan saran, bagian kesimpulan berisi jawaban atas rumusan masalah yang dikemukakan. Pemecahan masalah dinyatakan dalam bentuk saran


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA Menurut M. Nazir10

Keberadaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) sebagai bagian integral dari pembangunan nasional tidak dapat diabaikan. Krisis moneter yang berawal pada pertengahan Juli 1997 dan merembet pada krisis ekonomi, politik dan sosial atau lebih dikenal dengan nama krisis multidimensi telah membawa berkah tersendiri bagi kehidupan UKM. Kisah masa lalu dan krisis multidimensi yang terjadi selama ini telah membawa perubahan mendasar pada paradigma pembangunan nasional.

, studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, litertur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan yang berisi teori-teori. Studi Kepustakaan yaitu mengadakan penelitian dengan cara mempelajari dan membaca literatur-literatur yang ada hubungannya dengan permasalahan yang menjadi obyek penelitian. Studi kepustakaan adalah segala usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk mencari dan menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti.

II.1. Usaha Kecil Menengah (UKM) dan Ekonomi Kerakyatan

11

10

Nazir, 2003, Metode Penelitian, , Jakarta : Ghalia Indonesia. Hal:11

11

Hanif, dkk,2002, Usaha Kecil & Mikro di Tengah Arus Globalisasi, Medan: Bitra Indonesia. Hal. 12


(23)

Menengah (UMKM) memainkan suatu peran yang sangat vital di dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di negara-negara sedang berkembang, tetapi juga di negara-negara maju. Di negara maju, UMKM sangat penting tidak hanya karena kelompok usaha tersebut menyerap paling banyak tenaga kerja dibandingkan usaha besar, seperti halnya negara sedang berkembang, tetapi juga di banyak negara kontribusinya terhadap pembentukan atau pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) paling besar dibandingkan kontribusi usaha besar.

Di dalam disertasinya Piper (1997), misalnya dikatakan bahwa sebanyak 12 juta orang atau sekitar 63,2 persen dari jumlah tenaga kerja di Amerika Serikat (AS) bekerja di 350.000 perusahaan yang mempekerjakan kurang dari 500 orang, yang di negara tersebut masuk di dalam kategori UMKM. Menurut Aharoni (1994) dalam Tulus12

Jumlah UMKM di negara adidaya Amerika Serikat mencapai sedikit di atas 99 persen dari jumlah unit usaha dari semua kategori. Perusahaan-perusahaan tersebut merupakan inti dari basis industri di Amerika Serikat. UMKM juga sangat penting di banyak negara di Eropa, khususnya Eropa Barat. Di Belanda, misalnya, jumlah UMKM sekitar 95 persen dari jumlah perusahaan di negara kincir angin tersebut. Seperti di Amerika Serikat, juga di negara-negara industri maju lainnya yang tergabung dalam OECD, seperti Jepang, Jerman, Prancis, dan Kanada, UMKM merupakan motor penting dari pertumbuhan ekonomi, inovasi, dan progress teknologi. Di negara sedang berkembang di Asia, Afrika, dan Amerika Latin, UMKM juga berperan sangat penting, khususnya dari perspektif kesempatan kerja dan sumber pendapatan bagi kelompok miskin, distribusi pendapatan dan pengurangan kemiskinan, pembangunan ekonomi perdesaan. Amerika Serikat benar-benar telah membuktikan pentingnya UMKM bagipertumbuhan ekonomi. Ketika sektor finansial terpuruk diterpa krisis yang melanda negeri adidaya tahun 2008, UKM tampil sebagai penyelamat ekonomi.

menyatakan

12


(24)

Penganugerahan hadiah Nobel kepada DR. M. Yunus dari Banglades atas usaha memberantas kemiskinan dengan menumbuhkan dan memajukan UKM di negaranya merupakan bukti pengakuan dunia atas peran penting UKM bagi kesejahteraan masyarakat dunia. Perjalanan perekonomian negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, Italia dan Taiwan yang sebagian besar ekonominya di dukung oleh UKM.

Menurut Berry, terdapat tiga alasan yang mendasari negara berkembang memandang penting keberadaan UKM13

1. Kinerja UKM cenderung lebih baik dalam hal menghasilkan tenaga kerja yang produktif.

2. Sebagai bagian dari dinamikanya, UKM sering mencapai peningkatan produktivitasnya melalui investasi dan perubahan teknologi.

3. UKM memiliki keunggulan dalam hal fleksibilitas ketimbang usaha besar.

Lebih lanjut, usaha kecil dan usaha rumah tangga di Indonesia telah memainkan peran penting dalam menyerap tenaga kerja, meningkatkan jumlah unit usaha dan mendukung pendapatan rumah tangga.14 Setelah krisis ekonomi berjalan selama tujuh tahun, salah satu pelajaran berharga yang dapat diambil adalah bahwa15

13

Berry, dkk. 2001. Smalland Medium Enterprises Dynamic in Indonesia. Bulletin of Indonesian Economic Studies 37 (3): 201-222

14

Kuncoro, M. 2002. Analisis Spasial dan Regional: Studi Aglomerasi dan Kluster Industri Indonesia. Yogyakarta: UPP YMP YKPN.

15

Tambunan, Mangara., 2004. Tiga Kendala Besar Pengembangan UKM Berorientasi Ekspor. Makalah dalam Diskusi Panel Pengembangan UKM dalam Kegiatan Ekspor, 21

September 2004, Hotel Bumi Karsa, Jakarta.

: Pertama, ekonomi Indonesia tidak dapat hanya mengandalkan

peranan usaha besar. Kedua, Usaha kecil menengah (UKM) memiliki ketahanan yang lebih baik dibandingkan dengan usaha besar karena UKM lebih efisien.


(25)

Ketigabelum ada kejelasan kebijakan industri dan bagaimana yang diadopsi agar lebih mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja.

Usaha kecil, dalam arti umum di Indonesia, terdiri atas Usaha Kecil Menengah (UKM) maupun Industri Kecil (IK) telah menjadi bagian penting dari sistem perekonomian nasional, yaitu mempercepat pemerataan pertumbuhan ekonomi melalui misi penyediaan lapangan usaha dan lapangan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat, serta ikut berperan dalam meningkatkan perolehan devisa dan memperkokoh struktur ekonomi nasional. Berikut ini adalah profil usaha di Indonesia16

Tabel II.1

Profil Usaha di Indonesia

Parameter Skala Usaha

Usaha Kecil Usaha Menengah Usaha Besar Jumlah (unit /%) 41.301.263 / 99,13 361.052/0,86 2.158/0,01 Kesempatan

Kerja(%)

88,92 10,54 0,54

Nilai Tambah (% terhadap ekonomi)

43,42 15,42 44,9

Produktivitas Kecil Sedang Besar

Sumber : BPS dan Kementrian Koperasi dan UKM tahun 2004

16

Hubeis, Musa, 2009, Prospek Usaha Kecil dalam Wadah Inkubator Bisnis, Jakarta : Ghalia Indonesia, Hal.2


(26)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa usaha kecil menempati urutan tertinggi dalam penyediaan lapangan usaha dan lapangan kerja. Hal ini menyebabkan penyerapan tenaga kerja cukup dapat diperhitungkan sehingga mempercepat pertumbuhan ekonomi.

Menurut Sartika, dkk, 17

a. Inovasi dalam teknologi yang telah dengan mudah terjadi dalam pengembangan produk

ada beberapa keunggulan UKM terhadap usaha besar antara lain:

b. Hubungan kemanusiaan yang akrab di dalam perusahaan kecil

c. Kemampuan menciptakan kesempatan kerja cukup banyak atau penyerapannya terhadap tenaga kerja

d. Fleksibel dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap kondisi pasar yang berubah dengan cepat dibandingkan dengan perusahaan skala besar yang pada umumnya birokratis

e. Terdapatnya dinamisme manajerial dan peranan kewirausahaan. Dari keunggulan-keunggulan tersebut yang menonjol adalah kemampuan penyerapan tenaga kerja. Contohnya adalah USA pada tahun 1981-1982 sebagai akibat resesi telah diputuskan hubungan kerjanya sebanyak 1.664.000 orang, pada saat yang bersamaan UKM yang per unitnya terdiri dari jumlah pekerja 1 sampai dengan 50 orang, telah menciptakan kesempatan kerja baru bagi 2.650.000 orang. UKM memang mempunyai fleksibilitas yang lebih besar daripada Unit Usaha Besar, antara lain karena dalam Unit Usaha Besar pengambilan keputusan dan inovasi pada umumnya terhambat oleh birokrasi dan kaku.

Ekonomi kerakyatan adalah sistem ekonomi yang berbasis pada kekuatanekonomi rakyat.Dimana ekonomi rakyat sendiri adalah sebagai kegiatan

17

Sartika, dkk, 2002, Ekonomi Skala Kecil, Menengah dan Koperasi, Jakarta : Ghalia Indonesia, Hal. 13


(27)

ekonomi atau usaha yang dilakukan oleh rakyat kebanyakan (popular) yang dengan secara swadaya mengelola sumberdaya ekonomi apa saja yang dapat diusahakan dikuasai, yang selanjutnya disebut sebagai Usaha Kecil Menengah (UKM). Konvensi ILO169 tahun 1989 memberi definisi ekonomi kerakyatan adalah ekonomi tradisional yang menjadi basis kehidupan masyarakat lokal dalam mempertahan kehidupannnya. Ekonomi kerakyatan ini dikembangkan berdasarkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat lokal dalam mengelola lingkungan dan tanahmereka secara turun temurun.

Gagasan ekonomi kerakyatan dikembangkan sebagai upaya alternatif dari paraahli ekonomi Indonesia untuk menjawab kegagalan yang dialami oleh negaranegara berkembang termasuk Indonesia dalam menerapkan teori pertumbuhan.Ekonomi kerakyatan adalah sistem ekonomi yang mengikutsertakan seluruh lapisan masyarakat dalam proses pembangunan. Ada perbedaan yang tegas antara ‘ekonomi rakyat’ dengan ‘ekonomi kerakyatan’.18

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan masyarakat kebanyakan melalui UKM, UKM memegang peranan penting dalam perekonomian bangsa. UKM merupakan model ekonomi kerakyatan yang strategis dan senantiasa mengembangkan kreativitas usaha, sehingga terciptanya terobosan-terobosan baru untuk pengembangan dan peningkatan daya saing dan Ekonomi rakyat adalah satuan (usaha) yang mendominasi ragaan perekonomian rakyat. Sedangkan ekonomi kerakyatan lebih merupakan kata sifat, yakni upaya memberdayakan (kelompok atau satuan) ekonomi yang mendominasi struktur dunia usaha.

18


(28)

mampu menyediakan lapangan usaha, penyerapan tenaga kerja, dan pendistribusian hasil-hasil inovasi.UKM merupakan tonggak ekonomi kerakyatan, sehingga dengan pengembangan usaha tersebut maka dapat meningkatkan ekonomi kerakyatan.

II.2. Pengertian Peranan

Menurut Kamus Bahasa Indonesia Edisi Ketiga 19 peranan adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa. Menurut Soekanto20, peranan adalah pertama perilaku seseorang atas kedudukan tertentu dan hubungannya dengan masyarakat. Kedua, peranan adalah suatu kelompok penghargaan manusia terhadap cara bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu berdasarkan status dan fungsi sosial. Ketiga, peranan adalah pola tingkah laku yang didasarkan atas kedudukan tertentu dalam kolektivitas dari keadaan sosial tertentu. Miftah Thoha memberi batasan bahwa peranan adalah suatu rangkaian perilaku yang terwujud yang ditimbulkan karena jabatan tertentu.21

19

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, 2003, Jakarta : Balai Pustaka. Hal.854

20

Soekanto, Soerjono.2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT Raja GrafindoPersada

21

Thoha, Miftah. 1985. Perilaku Organisasi. Jakarta: Rajawali.Hal.187

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa peranan adalah yang memegang pimpinan terutama dalam terjadinya suatu hal dan aspek dinamis dari pada kedudukan sesuai dengan hak dan kewajibannya yang ditimbulkan karena jabatan tertentu dalam suatu organisasi.


(29)

Analisis terhadap perilaku peranan dapat dilakukan melalui tiga pendekatan: (1) ketentuan peranan, (2) gambaran peranan, dan (3) harapan peranan. Ketentuan peranan adalah pernyataan formal dan terbuka tentang perilaku yang harus ditampilkan oleh seseorang dalam membawa perannya. Gambaran peranan adalah suatu gambaran tentang perilaku yang secara actual ditampilkan seseorang dalam membawakan perannya, sedangkan harapan peranan adalah harapan orang-orang terhadap perilaku yang ditampilkan seseorang dalam membawakan perannya.

Peranan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bagaimana Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Koperasi sebagai organisasi pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan hak dan kewajibannya dalam mengembangkan Usaha Kecil Menengah (UKM).

II.3. Kebijakan Usaha Kecil Menengah (UKM)

Dalam UU NO.32 tahun 2004 tentang Otonomi Daerah menyatakan bahwa pemerintah daerah memiliki hak dan kewajiban dalam mengatur daerahnya, maka dalam hal ini pemerintah daerah Kabupaten Serdang Bedagai yang merupakan daerah otonomi juga mempunyai hak dan kewajiban dalam mengatur daerahnya termasuk dalam hal pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM). Pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM) tersebut diatur dalam UU No. 20 tahun 2008 tentang UMKM, khususnya dalam pasal 7 ayat 1 sangat jelas dinyatakan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah menumbuhkan iklim usaha


(30)

dengan menetapkan peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang meliputi aspek :

1. Pendanaan

Dukungan pemerintah atas UMKM lewat kebijakannya dipertegas lagi dalam pasal 8, yakni bahwa aspek pendanaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (1) huruf aditujukan untuk :

a. memperluas sumber pendanaan dan memfasilitasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah untuk dapat mengakses kredit perbankan dan lembaga keuangan bukan bank;

b. memperbanyak lembaga pembiayaan dan memperluas jaringannya sehingga dapat diakses oleh Usaha Mikro, Kecil dan Menengah;

c. memberikan kemudahan dalam memperoleh pendanaan secara cepat, tepat, murah, dan tidak diskriminatif dalam pelayanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

d. membantu para pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

2. Sarana dan Prasarana

Dukungan pemerintah atas UMKM lewat kebijakannya dipertegas lagi dalam pasal 9, aspek sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (1) huruf b ditujukan untuk :

a. mengadakan prasarana umum yang dapat mendorong dan mengembangkan pertumbuhan Usaha Mikro dan Kecil; dan


(31)

b. memberikan keringanan tarif prasarana tertentu bagi Usaha Mikro dan Kecil.

3. Informasi Usaha

Dukungan pemerintah atas UMKM dalam pasal 10, aspek informasi usaha sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 7 ayat (1) huruf (b) ditujukan untuk : a. membentuk dan mempermudah pemanfaatan bank data dan jaringan

informasi bisnis;

b. mengadakan dan menyebarluaskan informasi mengenai pasar, sumber pembiayaan, komoditas, penjaminan, desain dan teknologi, dan mutu; dan c. memberikan jaminan transparansi dan akses yang sama bagi semua pelaku

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah atas segala informasi usaha. 4. Kemitraan

Dukungan pemerintah atas UMKM dalam pasal 11, aspek kemitraan sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 7 ayat (1) huruf b ditujukan untuk : a. mewujudkan kemitraan antar Usaha Mikro, Kecil dan Menengah;

b. mewujudkan kemitraan antara Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Usaha Besar;

c. mendorong terjadinyahubungan yang saling menguntungkan dalam pelaksanaan transaksi usaha antar-Usaha Mikro,Kecil dan Menengah; d. mendorong terjadinya hubungan yang saling menguntungkan dalam


(32)

e. mengembangkan kerjasama untuk meningkatkan posisi tawar Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah;

f. mendorong terbentuknya struktur pasar yang menjamin tumbuhnya persaingan usaha yang sehat dan melindungi konsumen; dan

g. mencegah terjadinya penguasaan pasar dan pemusatan usaha oleh orang perorang atau kelompok tertentu yang merugikan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

5. Perizinan Usaha

Aspek perizinan usaha dalam pasal 12 sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 7 ayat (1) huruf e ditujukan untuk :

a. menyederhanakan tata cara dan jenis perizinan usaha dengan sistem pelayanan terpadu satu pintu; dan

b. membebaskan biaya perizinan bagi Usaha Mikro dan memberikan keringan biaya perizinan bagi Usaha Kecil.

6. Kesempatan Berusaha

Aspek kesempatan berusaha dalam pasal 13 sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 7 ayat (1) huruf f ditujukan untuk:

a. menentukan peruntukan tempat usaha yang meliputi pemberian lokasi di pasar, ruang pertokoan, lokasi sentra industri, lokasi pertanian rakyat, lokasi pertambangan rakyat, lokasi yang wajar bagi pedagang kaki lima serta lokasi lainnya;


(33)

b. menetapkan alokasi waktu berusaha untuk Usaha Mikro dan Kecil di subsektor perdagangan retail;

c. mencadangkan bidang dan jenis kegiatan usaha yang memiliki kekhususan proses, bersifat padat karya, serta mempunyai warisan budaya yang bersifat khususdan turun0temurun;

d. menetapkan bidang usaha yang dicadangkan untuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah serta bidang usaha yang terbuka untuk Usaha Besar dengan syarat harus bekerjasama dengan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; e. melindungi usaha tertentu yang strategis untuk Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah;

f. mengutamakan penggunaan produk yang dihasilkan oleh Usaha Mikro dan Kecil melalui pengadaan secara langsung;

g. memprioritaskan pengadaan barang atau jasa dan pemborongan kerja pemerintah dan pemerintan daerah;

h. memberikan bantuan konsultasi hukum dan pembelaan.

7. Promosi Dagang

Aspek promosi dagang dalam pasal 14 sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 7 ayat (1) huruf g, ditujukan untuk:

a. meningkatkan promosi produk Usaha Mikro, Kecil,dan Menengah di dalam dan di luar negeri;

b. memperluas sumber pendanaan untuk promosi produk Usaha Mikro, Kecil dan Mennegah di dalam dan di luar negeri;


(34)

c. memberikan insentif dan tata cara pemberian insentif untuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang mampu menyediakan pendanaan secara mandiri dalam kegiatan promosi produk di dalam dan di luar negeri; dan

d. memfasilitasi pemilikan ha katas kekayaan intelektual atas produk dan desan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam kegiatab usaha dalam negeri dan ekspor.

8. Dukungan Kelembagaan

Aspek dukungan kelembagaan dalam pasal 15 sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (1) huruf h ditujukan untuk mengembangkan dan meningkatkan fungsi incubator, lembaga layanan pengembangan usaha, konsultan keuangan mitra bank, dan lembaga profesi sejenis lainnya sebagai lembaga pendukung pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

Sebagai bagian terpenting dari perekonomian nasional, UKM seharusnya mendapat dukungan serius dari pemerintah. Dukungan ini dapat diwujudkan dalam kebijakan-kebijakan yang lebih berpihak pada UKM, baik kebijakan legalitas maupun keuangan dan kebijakan lain-lain. Berikut adalah kebijakan pemerintah terhadap UKM dalam enamsektor masing-masing bidang Perizinan, Permodalan, Pajak dan Retribusi, Perlindungan Hukum serta Jaringan Usaha dan Akses Pasar.22

22


(35)

II.3.1 Perizinan

Menurut Prof. Dr. Mr. S. Prajudi Atmosudirdjo23

Menurut Utrecht

perizinan merupakan perbuatan hukum yang bersifat administrasi negara yang diberikan oleh pejabat atau instansi pemerintah yang berwenang dan diberikan dalam bentuk suatu penetapan (beschikking). Suatu izin atau persetujuan atas sesuatu yang pada umumnya dilarang.

Perizinan yang dimaksud tersebut merupakan penetapan atau keputusan yang bersifat positif (pengabulan daripada permohonan seluruhnya atau sebagian) dan tergolong pada penetapan positif yang memberikan keuntungan kepada suatu instansi, badan, perusahaan, atau perseorangan. Perizinan ini timbul dari strategi dan teknik yang dipergunakan oleh pemerintah untuk menguasai atau mengendalikan berbagai keadaan, yakni dengan melarang tanpa izin tertulis untuk melakukan kegiatan-kegiatan apapun yang hendak diatur atau dikendalikan oleh pemerintah.

Berdasarkan pengertian perizinan sebagaimana dijelaskan diatas, dapat ditarik kesimpulan konkritnya yaitu, bahwa perizinan yang diberikan oleh pejabat pemerintah yang berwenang, dikeluarkan dalam bentuk suatu keputusan tata usaha negara (beschikking).

24

23

Atmosudirdjo,Prajudi, 2001, Hukum Administrasi Negara, Jakarta : Ghalia, Hal.118

24

Utrecht, 2000, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia. Cet VI, Jakarta : PT. Penerbit dan Balai BukuIchtiar, hlm. 152.

izin adalah bilamana perbuatan pada umumnya melarang suatu perbuatan tetapi masih juga memperkenankan asal saja diadakan


(36)

secara masing-masing hal secara konkrit, maka perbuatan administrasi negara yang memperkenankan perbuatan tersebut bersifat suatu izin.

Perizinan yang dimaksud merupakan bentuk pelaksanaan dari pengaturan yang bersifat pengendalian yang dimiliki oleh pemerintah terhadap kegiatan-kegaiatan yangdilakukan oleh masyarakat, dan izin untuk melakukan suatu tindakan atau kegiatanusaha yang biasanya harus dimiliki atau diperoleh suatu organisasi perusahaan atauseseorang sebelum yang bersangkutan dapat melakukan suatu kegiatan atau usaha.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan pembuat peraturan secara umum tidak melarang suatu perbuatan, asal saja dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Perbuatan administrasi negara yang memperkenankan perbuatan tersebut bersifat suatu izin.

Menurut SF Marbun dan Moh. Mahmud25

1. Dispensasi atau Bebas Syarat, yaitu apabila pembuat peraturan secara umum tidak melarang sesuatu peraturan Perundang-Undangan menjadi tidak berlaku karena sesuatu hal yang sangat istimewa. Adapun tujuan diberikannya dispensasi itu adalah agar seseorang dapat melakukan suatu perbuatan hukum yang menyimpang atau menerobos Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku. Pemberian dispensasi itu umumnya harus memenuhi syarat-syarat tertentu yang ditetapkan dalam undang-undang yang bersangkutan

bentuk-bentuk perizinan dibagi atas empat yaitu

2. Verguining atau Uzin, yaitu apabila pembuat peraturan secara umum tidak melarang sesuatu perbuatan asal saja dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku. Perbuatan administrasi negara yang memperkenankan perbuatan tersebut ersifat suatu izin.

3. Lisensi (Licentie), menurut Prins nama lisensi lebih tepat untuk digunakan dalam menjalankan suatu perusahaan dengan leluasa (suatu macam izin yang istimewa). Sehingga tidak ada gangguan lainnya, termasuk dari pemerintah sendiri.

25


(37)

4. Konsensi, yaitu apabila pihak swasta memperoleh delegasi kekuasaan dari pemerintah untuk melakukan sebagian pekerjaan/tugas yang seharusnya dikerjakan oleh pemerintah.Adapun tugas dari pemerintah adalah menyelenggarakan kesejahteraan umum. Jadi kesejahteraan atau kepentingan umum harus selalu menjadi syarat utama, bukan untuk mencari keuntungan semata-mata. Pendelegasian wewenang diberikan karena pemerintah tidak mempunyai cukup tenaga maupun fasilitas untuk melakukan sendiri.

Setelah pasca otonomi daerah pemerintah kabupaten atau kota melihat perizinan sebagai sumber bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sehingga dibuatlah ketentuan perizinan dengan tarif tertentu disesuaikan dengan nilai investasi. Selama jangka waktu tertentu pelaku UKM harus memperbaharui kembali untuk perizinan.

Izin usaha merupakan salah satu pintu masuk bagi UKM untuk membuka akses pasar dan permodalan dengan lembaga keuangan. Dari keseluruhan UKM yang memiliki izin, akhirnya 70 persen diantaranya diperkirakan mampu meningkatkan laba dan meningkatkan gaji karyawan. Jadi PAD bukan diperoleh hanya dari retribusi perizinan tapi justru dari sektor lain sebagai dampak lain dari membaiknya perekonomian masyarakat.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa perizinan adalah hal yang utama sebagai akses untuk pelaku UKM untuk berusaha dan sebagai salah satu Pendapatan Asli Daerah (PAD) bagi perekonomian masyarakat. Untuk itu, harus ada keseimbangan antara kewajiban pemerintah dalam melayani masyarakat dan hak masyarakat untuk membayar retribusi perizinan.


(38)

II.3.2. Permodalan

Menurut Tambunan26 modal adalah salah satu faktor produksi yang sangat penting bagi setiap usaha baik skala kecil, menengah maupun besar. Sedangkan Budiwati27

Mengutip Suryadi Prawirosentono

menyebutkan bahwa dalam memulai suatu usaha, modal merupakan faktor penting disamping faktor lainnya, sehingga suatu usaha bisa tidak berjalan apabila tidak tersedia modal. Artinya, bahwa suatu usaha tidak akan pernah ada atau tidak dapat berjalan tanpa adanya modal. Hal ini menggambarkan bahwa modal menjadi faktor utama dan penentu dari suatu kegiatan usaha. Karenanya setiap orang yang akan melakukan kegiatan usaha, maka langkah utama yang dilakukannya adalah memikirkan dan mencari modal untuk usahanya.

28

Modal merupakan kekayaan yang dimiliki perusahaan yang dapat menghasilkan keuntungan pada waktu yang akan datang dan dinyatakan dalam nilai uang. Modal dalam bentuk uang pada suatu usaha mengalami perubahan bentuk sesuai dengan kebutuhan untuk mencapai tujuan usaha yakni: (1) sebagian

lebih lanjut Budiwati menjelaskan bahwa modal adalah salah satu faktor penting diantara berbagai faktor produksi yang diperlukan. Bahkan modal merupakan faktor produksi penting untuk pengadaan faktor produksi seperti tanah, bahan baku, dan mesin. Tanpa modal tidak mungkin dapat membeli tanah, mesin, tenaga kerja dan teknologi lain.

26

Tambunan, Tulus , Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia : Beberapa Isu Penting , Penerbit : Salemba, 2002 hal 61

27

Neti, Budiwati, Manajemen Keuangan dan Permodalan Koperasi, 2009, http//netibudiwati.blogspot.com

28


(39)

dibelikan tanah dan bangunan; (2) sebagian dibelikan persediaan bahan; (3) sebagian dibelikan mesin dan peralatan; (4) sebagian lagi disimpan dalam bentuk uang tunai (cash).

Selain sebagai bagian terpenting di dalam proses produksi, modal juga merupakan faktor utama dan mempunyai kedudukan yang sangat tinggi di dalam pengembangan perusahaan. Hal ini dicapai melalui peningkatan jumlah produksi yang menghasilkan keuntungan atau laba bagi pengusaha.

Selanjutnya, mengutip Bambang Riyanto, Budiawati menjelaskan pentingnya faktor modal bagi suatu usaha sebagai berikut:29

Dengan tersedianya modal, maka usaha akan berjalan lancar sehingga akan mengembangkan modal itu sendiri melalui suatu proses kegiatan usaha. Modal yang digunakan dapat merupakan modal sendiri seluruhnya atau merupakan kombinasi antara modal sendiri dengan modal pinjaman. Kumpulan berbagai sumber modal akan membentuk suatu kekuatan modal yang ditanamkan guna menjalankan usahanya. Modal yang dimiliki tersebut jika dikelola secara optimal maka akan meningkatkan volume penjualan.

” Modal kerja sangat berpengaruh terhadap berjalannya operasi suatu perusahaan sehingga modal kerja harus senantiasa tersedia dan terus menerus diperlukan bagi kelancaran usaha dengan modal yang cukup akan dapat diproduksi optimal dan apabila dilakukan penambahan modal maka produksi akan meningkat lebih besar lagi”.

30

29

Bambang Riyanto,2001, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan Cet.7, Yogyakarta:BEP.

30

Ibid

Permodalan menjadi masalah klasik UKM. Selama ini banyak beranggapan kendala utama pengusaha


(40)

kecil dan menengah dalam mengajukan permohonan kredit kepada perbankan adalah besarnya bunga yang dianggap terlalu tinggi. Padahal kunci utamanya adalah masalah administrasi semata.

Kebijakan yang harus diambil oleh pemerintah adalah diperlukan sebuah lembaga keuangan yang khusus melayani pengusaha skala kecil dan menengah, dengan sistem administrasi lebih sederhana daripada kalangan perbankkan pada umumnya.

Di Indonesia sudah terdapat beberapa lembaga keuangan, baik perbankan maupun non bank, yang dapat diandalkan untuk membantu menyelesaikan permasalahan ini. Untuk skala mikro, dikenal Lembaga Keuangan Mikro dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR), yang merupakan representasi dari lembaga keuangan perbankkan pada skala mikro.

Untuk lembaga keuangan non perbankkan, terdapat Lembaga Koperasi Simpan Pinjam (KSP). Sedangkan di tingkat nasional, ada PT. PNM yang melakukan pembinaan terhadap lembaga keungan mikro baik yang berbentuk perbankkan atau non bank. Selain itu juga terdapat Perum Pegadaian dengan menawarkan jasa bantuan keuangan bagi pengusaha skala kecil dan menengah melalui proses yang relatif sederhana dan cepat.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa dengan adanya permodalan dan difasilitasi oleh lembaga-lembaga tersebut dapat melakukan pengembangan UKM dari sisi pembiayaandengan tiga fungsi penting. Pertama, memberikan jaminan atas kredit atau pembiayaan yang diberikan bank kepada UKM, kedua memberikan bantuan tenis kepada UKM di bidang usaha sesuai kebutuhan, ketiga


(41)

memberikan kredit atau pembiayaan secara langsung kepada UKM yang belum terjangkau oleh bank.

II.3.3. Pajak dan Retribusi

Sumber pendapatan daerah yang terpenting salah satunya adalah retribusi daerah. Pengertian retribusi menurut Rochmad Sumitro31

Sedangkan menurut S. Munawir

bahwa :” Pembayaran-pembayaran kepada negara yang dilakukan oleh mereka yang menggunakan jasa-jasa negara”.

32

Lain halnya menurut Marihot P. Siahaan

bahwa retribusi yaitu : iuran kepada pemerintah yang dapat dipaksakan dan jasa balik secara langsung dapat ditunjuk. Paksaan di sini bersifat ekonomis karena siapa saja yang tidak merasakan jasa balik dari pemerintah, dia tidak dikenakan iuran itu.

33

Jadi retribusi daerah yakni suatu pemungutan daerah sebagai pembayaran atas pemakaian atau karena memperoleh jasa pekerjaan usaha atau milik daerah bahwa pengertian Retribusi yaitu :Pembayaran wajib dari penduduk kepada negara karena adanya jasa tertentu yang diberikan oleh negara bagi penduduknya secara perorangan. Jasa tersebut dapat dikatakan bersifat langsung yaitu hanya yang membayar retribusi yang menikmati balas jasa dari negara.

31

Sumitro,Rochmad, 1998, Asas dan Dasar Perpajakan 1, Bandung : PT. Refika Aditama,hal.205

32

Munawir, 2004, Analisa Laporan Keuangan (Edisi ke Empat), Yogyakarta: Liberty, hal.20

33

Siahaan, Marihot P, 2005, Pajak dan Retribusi Daerah, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, hal 5


(42)

yang berkepentingan, atau karena jasa yang diberikan oleh daerah baik langsung maupun tidak langsung.

Mengenai sumber pendapatan daerah di atur dalam Pasal 157 Bab VIII Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang berbunyi :

Sumber pendapatan daerah terdiri atas :

a. pendapatan asli daerah yang selanjutnya disebut PAD, yaitu : 1). Hasil pajak daerah;

2). Hasil retribusi daerah;

3). Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan 4). Lain-lain PAD yang sah;

b. dana perimbangan; dan

c. lain-lain pendapatan daerah yang sah. Retribusi daerah menurut Munawir34

Untuk mengembangkan UKM, yang terpenting bukan hanya berupa program instan seperti pemberian kredit dan bantuan teknis lainnya tetapi diperlukan cara pandang yang lebih luas dalam pengembangan UKM. Upaya

didefinisikan sebagai ”iuran rakyat kepada Pemerintah berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan mendapatkan jasa balik atau kontra prestasi dari Pemerintah secara langsung dan dapat ditunjuk”. Menurut Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dijelaskan : ”Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan”.

34


(43)

pengembangan UKM tidak hanya bisa dilaksanakan secara parsial melainkan harus terintegrasi dengan pembangunan ekonomi nasional dan dilaksanakan secara berkesinambungan. Agar pengembangan UKM berkesinambunagn dan terintegrasi maka perlu penataan kebijakan ekonomi, utamanya melakukan evaluasi terhadap peraturan yang menghambat perkembangan UKM.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa untuk mengembangkan UKM, pelaku UKM tidak keberatan dengan adanya pajak dan retribusi. Hanya saja, beban pajak dan retribusi juga diimbangi dengan adanya peningkatan pelayanan dan pembinaan. Retribusi diartikan sebagai pungutan yang diimbangi dengan kompensasi langsung berupa peningkatan pelayanan.

II.3.4. Perlindungan Hukum

Di dalam Undang-undang Republik Indonesia tentang PATENdan MEREK Tahun 2001, khusus untuk merek diatur oleh Undang-undang Merek Nomor 15 Tahun 2001 yang dimaksud “merek” adalah tanda yang berupa gambar,nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasidari unsur-unsur tersebut memiliki daya pembeda dan digunakan dalam

kegiatan perdagangan barang atau jasa”.

Perlindungan hukum bagi pemilik merek tidak hanya dapatdipandang dari aspek hukum saja, tetapi perlu dipandang dari aspekekonomi dan sosial yang terdapat dalam masyarakat. Dalam Undang-undang Merek Nomor 15 Tahun 2001 pasal 90 berbunyi; “Barang siapadengan sengaja dan tanpa hak menggunakan merek yang sama ataukeseluruhannya dengan Merek terdaftar milik pihak lain


(44)

untuk barangdan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan atau diperdagangkan, dipidanadengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah)”.

Berbicara tentang perlindungan hukum bagi UKM, maka ada dua aspek yang akan muncul, yang pertama yaitu adanya jaminan bagi UKM terhadap pemakaian label/merek dalam kaitannya dengan Hak Kekayaan Intelektual (HaKI). Aspek lainnya yaitu mengenai jaminan keamanan yang akan mendukung keberlangsungan sebuah kegiatan usaha tanpa adanya intervensi dan tindakan representative baik oleh sipil maupun aparat kepolisian.

HaKI adalah sebuah langkah positif untuk menghargai kreativitas orang lain. Perlakukan HaKI harus diimbangi dengan regulasi (peraturan) kebijakan pemerintah untuk kemandirian UKM dalam kaitannya dengan label/merek baik secara perseorangn maupun kolektif. Perlindungan hukum juga menyentuh pada jaminan keamanan bagi pelaku UKM untuk melakukan kegiatan usahanya.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pemerintah dapat memberikan jaminan keamanan yang bisa menciptakan iklim usaha yang sehat dengan tanpa gangguan dan tekanan dari berbagai pihak.

II.3.5. Jaringan Usaha dan Akses Pasar

Keberhasilan sektor UKM berkopetensi secara sehat di pasar internasional merupakan indikasi sektor UKM dalam negeri sudah memiliki daya saing berdasarkan falsafah keunggulan komparatif (perbandingan) maupun keunggulan kompetitif (persaingan). Dan yang paling penting adanya dukungan negara dalam


(45)

hal mempromosikan produk UKM ke konsumen negara tujuan, kebijakan permodalan yang berpihak pada UKM, dukungan kondusifitas usaha dan fasilitas pembinaan teknis. Dinamika sehatnya UKM di dalam negeri akhirnya akan mendapat imbas positif. Menurut Eti Wahyuni35

Fasilitas pameran yang diberikan pemerintah bagi UKMmemberikan kesempatan impian terwujud. Pemerintah mengaku untuk membuka akses pasar,

Langkah-langkah untuk meningkatkan daya saing UKM diantaranya:

Pertama, menyusun skala prioritas jenis UKM yang potensial

dikembangkan pada tiap daerah.

Kedua, memetakan pasar masing-masing jenis komoditas/produk yang

akan dikembangkan. Pemetaan harus komprehensif (masuk akal), baik harga maupun volume, mulai dari pasar local, regional, nasional, hingga internasional.

Ketiga, pemerintah/pemda lembaga keuangan (bank atau non bank),

asosiasi usaha, dan kelompok lainnya yang peduli terhadap pengembangan UKM perlu bekerja sama mengembangkan UKMpotensial itu. Kerjasama itu menyangkut peningkatan sumber daya manusia (SDM), manajemen, teknologi, permodalan, hingga pemasaran.

Keempat, advokasi dan promosi. Advokasi sangat diperlukan untuk

melindungi UKM dari serbuan komoditas atau produk asing. Sementara promosi dilakukan utamanya untuk penetrasi ke pasar global.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa promosi adalah hal yang penting. Disamping promosi yang dilakukan tidak hanya mengenalkan komoditas/produk UKM ke pasar internasional melainkan bisa berupa insentif pajak ekspor. Peningkatan akses UKM pada lembaga keuangan adalah langkah strategis yang harus dilakukan.

II.3.6. Pameran

35


(46)

cara yang dilakukan adalah promosi. Semakin gencar dilakukan maka akses pasar semakin terbuka lebar.

Sementara itu Kementerian UKM dan Koperasi melakukan pameran di dalam dan luar negeri untuk membuka pasar sekaligus memberikan fasilitas kepada UKM untuk memasarkan produknya. Tidak hanya dari Menkop, fasilitas juga dilakukan oleh Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN) dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memiliki mitra binaan UKM. Setiap tahunnya paling tidak para pengusaha mengikuti sekitar 55 pameran diluar negeri.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pameran juga harus menyertakan UKM. UKM diberikan subsidi stand gratis termasuk konstruksi. Sebagian biaya pengiriman barang juga disubsidi oleh BPEN. Namun untuk perjalanan dan akomodasi ditanggung oleh pelaku usaha. Selain itu, pameran akan dilakukan di dalam negeri dengan mengundang para pembeli asing (buyer).

II.4Usaha Kecil Menengah (UKM)

II.4.1 Pengertian Usaha Kecil Menengah (UKM)

Usaha Kecil Menengah (UKM) didefenisikan dengan berbagai cara yang berbeda, tergantung pada negara dan aspek-aspek lainnya. Oleh karena itu perlu dilakukan tinjauan khusus terhadap defenisi-defenisi tersebut agar diperoleh pengertian yang sesuai tentang UKM, yaitu menganut ukuran kuantitatif yang sesuai dengan kemajuan ekonomi. Berbagai defenisi mengenai UKM adalah sebagai berikut:


(47)

Pengertian Usaha Kecil Menengah (UKM) apabila dilihat dari jumlah pekerjanya36

Pengertian Usaha Kecil Menengah (UKM), apabila dilihat berdasarkan kepentingan lembaga dan modalnya,

, maka di setiap negara atau tingkat dunia memiliki berbagai defenisi yang berbeda mengenai UKM. World Bank menyatakan bahwa UKM adalah usaha dengan jumlah tenaga kerja ± 30 orang, Amerika menyatakan bahwa UKM adalah jumlah tenaga kerja kurang dari 500 orang, Eropa menyatakan bahwa UKM adalah usaha dengan jumlah tenaga kerja 10-40 orang, Jepang menyatakan bahwa UKM memiliki jumlah tenaga kerja 54-300 orang, Korea Selatan menyatakan bahwa UKM adalah usaha dengan jumlah tenaga kerja ≤ 300 orang.

Oleh karena itu, apabila dilihat dari jumlah pekerjanya maka dapat disimpulkan bahwa berdasarkan jumlah pekerja UKM, maka Usaha Kecil Menengah (UKM) adalah usaha dengan jumlah tenaga kerja 5-19 orang.

37

36

Eti Wahyuni,dkk, 2005, Lilitan Masalah Usaha Mikro,Kecil,Menengah (UMKM) & Kontroversi Kebijakan, Medan : Bitra Indonesia, hal. 33

37

Hubeis, Musa. Prospek Usaha Kecil dalam Wadah Inkubator Bisnis, Bogor: Ghalia Indonesia. Hal:20-22

maka di setiap lembaga memiliki berbagai defenisi yang berbeda mengenai UKM. Bank Indonesia (BI) menyatakan bahwa UKM adalah perusahaan atau industri dengan karakteristik berupa modal kurang dari Rp 20 juta, untuk satu putaran dari usahanya hanya membutuhkan dana Rp 5 juta, memiliki asset maksimum Rp 600 juta di luar tanah dan bangunan dan omzet tahunan ≤ Rp 1 miliar, Departemen Koperasi dan Usaha Kecil Menengah menyatakan UKM adalah kegiatan ekonomi rakyat brskala kecil dan bersifat tradisional, dengan kekayaan bersih Rp 50 juta-Rp 200 juta (tidak termasuk tanah


(48)

dan bangunan temapat usaha) dan omzet tahunan ≤ Rp 1 miliar; dalam UU UMKM/2008 dengan kekayaan bersih Rp 50 juta-Rp 500 juta dan penjualan bersih tahunan Rp 300 juta-Rp2,5 miliar, Departemen Keuangan menyatakan bahwa UKM adalah perusahaan yang memiliki omset maksimum Rp 600 juta per tahun dan atau asset maksimum Rp 600 juta di luar tanah dan bangunan, Departemen kesehatan menyatakan bahwa UKM adalah perusahaan yang memiliki penandaan standar mutu berupa Sertifikat Penyuluhan (SP), Merek Dalam Negeri (MD), dan Merek Luar Negeri (ML).38

1. Kriteria Usaha Mikro, ada dua kriteria usaha ini yakni :

Oleh karena itu, apabila dilihat dari kepentingan lembaga dan modalnya maka dapat disimpulkan bahwa Usaha Kecil Menengah (UKM) adalah perusahaan atau industri yang memiliki modal kurang dari 20 juta yang berdiri sendiri dan bersifat tradisional dan memiliki kekayaan bersih Rp.50 juta- Rp. 500 juta dan penjualan bersih tahunan Rp 300 juta-Rp2,5 miliar.

II.4.2. Kriteria Usaha Mikro Kecil dan Menegah

Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2008, pada pasal 6 dijelaskan kriteria-kriteria yang tpat mengenai UMKM:

a. memiliki kekayaan bersih maksimal Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

38


(49)

2. Kriteria Usaha Kecil . Kriteria usaha ini meliputi:

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah).

3. Kriteria Usaha Menengah. Ada dua kriteria Usaha Menengah, yaitu :

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,00 (dua

miliar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah).

Oleh karena itu, dapat disimpulkan berdasarakan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 pada pasal 6, kriteria Usaha Kecil Menengah (UKM) dapat diklasifikasikan berdasarkan tiga tingkatan yaitu Mikro, Kecil dan Menengah.


(50)

Tabel II.2

Kriteria Usaha Kecil Menegah

Kriteria Kekayaan Bersih Hasil Penjualan Tahunan

Mikro Rp. 50.000.000,00 Rp. 300.000.000,00 Kecil Rp. 50.000.000,00 Rp. 300.000.000,00 -

Rp. 2.500.000.000,00 Menegah Rp. 500.000.000,00 –

Rp. 10.000.000.000,00

Rp. 2.500.000.000,00 – Rp. 50.000.000.000,00 Sumber : Diolah dari UU No.20 tahun 2008 tentang UMKM

Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat bahwa apabila kriteria usaha semakin meningkat maka maka kekayaan bersih dan hasil penjualan tahunan pun semakin meningkat. Pada kriteria usaha yang paling rendah, kekayaan bersihnya sampai Rp. 50.000.000,00 dan hasil penjualan tahunannya Rp.300.000.000,00 sedangkan pada kriteria usaha yang paling tinggi, kekayaan bersihnya sampai Rp. 500.000.000,00 – Rp. 10.000.000.000,00 dan hasil penjualan tahunannya Rp.2.500.000.000,00 – Rp. 50.000.000.000,00.

II.4.3. Jenis-jenis Usaha Kecil dan Menengah

Secara umum UKM bergerak dalam 2 (dua) bidang yaitu bidang perindustrian dan bidang barang dan jasa. Menurut Keppres No.127 Tahun 2001, adapun bidang/jenis usaha terbuka bagi usaha kecil dan menengah di bidang industri dan perdagangan adalah:


(51)

1. Industri makanan dan minuman olahan yang melakukan pengawetan dan proses pengasinan, penggaraman, pemanisan, pengasapan, pengeringan, perebusan, penggorengan, dan fermentasi dengan cara-cara tradisional.

2. Industri penyempurnaan benang dari serat buatan menjadi benang bermotif/celup, ikat dengan menggunakan alat yang digunakan oleh tangan. 3. Industri tekstil meliputi pertenunan, perajutan, pembatikan, dan pembordiran

yang memiliki ciri dikerjakan dengan ATB atau alat yang digerakkan tangan termasuk batik, peci, kopiah, dsb.

4. Pengolahan hasil hutan dan kebun golongan non pangan:

a. Bahan bangunan atau rumah tangga, bamboo, nipah, sirap, arap, sabut. b. Bahan industri: getah-getahan, kulit kayu, sutra alam, gambir.

5. Industri perkakas tangan yang diproses secara manual atau semi mekanik untuk pertukangan dan pemotongan.

6. Industri perkakas tangan untuk pertanian yang diperlukan untuk persiapan lahan, proses produksi, pemanenan, pasca panen, dan pengolahan kecuali cangkul dan sekop.

7. Industri barang dari tanah liat, baik yang diglasir, maupun tidak diglasir untuk keperluan rumah tangga.

8. Industri jasa pemeliharaan dan perbaikan yang meliputi otomotif, kapal dibawah 30 GT, elektronik dan peralatan rumah tangga yang dikerjakan secara manual atau semi otomatis.

9. Industri kerajinan yang memiliki kekayaan khasanah budaya daerah, nilai seni yang menggunakan bahan baku alamiah maupun imitasi.


(52)

10.Perdagangan dengan skala kecil dan informasi.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa jenis Usaha Kecil Menengah (UKM) yang dimaksud adalah industri makanan dan minuman olahan, serta industri kerajinan yang memiliki kekayaan khasanah budaya daerah.

II.4.4 Pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM)

Kebijakan pemerintah dalam pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM) dalam jangka panjang bertujuan untuk meningkatkan potensi dan partisipasi aktif UKM dalam proses pembangunan nasional, khususnya dalam kegiatan ekonomi dalam rangka mewujudkan pemerataan pembangunan melalui perluasan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan. Sasaran dan pembinaan usaha kecil adalah meningkatnya jumlah pengusaha menengah dan terwujudnya usaha yang makin tangguh dan mandiri, sehingga pelaku ekonomi tersebut dapat berperan dalam perekonomian nasional, meningkatnya daya saing pengusaha nasional di pasar dunia, serta seimbangnya persebaran investasi antar sector dan antargolongan.

Pandangan umum bahwa UKM memiliki sifat dan jiwa entrepreneurship (kewiraswastaan/kewirausahaan) adalah kurang tepat. Ada sekelompok UKM yang memiliki sifat entrepreneurshiptetapi ada pula yang tidak menunjukkan sifat tersebut. Dengan menggunakan kriteria entrepreneurship, maka kita dapat membagi UKM dalam empat bagian yakni sebagai berikut:39

39

Sartika, Tiktik & Rachman.2002. Ekonomi Skala Kecil/Menengah & Koperasi, Jakarta: Ghalia Indonesia Hal 25


(53)

1. Livelihood Activities yaitu UKM yang masuk kategori ini pada umumnya bertujuan mencari kesempatan kerja untuk mencari nafkah. Para pelaku di kelompok ini tidak memiliki jiwa kewirausahaan. Kelompok ini disebut sebagai sektor informal dan jumlah UKM kategori ini sangat besar.

2. MicroEnterprise yaitu UKM lebih bersifat pengrajin dan tidak bersifat

kewirausahaan. Jumlah UKM ini di Indonesia juga cukup besar.

3. Small Dynamic Enterprises yaitu UKM ini cukup memiliki jiwa

kewirausahaan. Banyak pengusaha skala menengah dan besar yang tadinya berasal dari ketegori ini.. Jumlah kelompok UKM ini jauh lebih kecil dari jumlah UKM yang masuk kategori satu dan dua. Kelompok UKM ini sudah mampu menerima pekerjaan subkontrak dan ekspor.

4. Fast Moving Enterprises: ini adalah UKM asli yang mempunyai jiwa

kewirausahaan. Kelompok ini akan menghasilkan pengusaha skala menengah dan besar.

Menurut Sartika, dkk,40

1. Kemitraan Usaha yaitu hubungan kerjasama usaha diantara berbagai pihak yang sinergis, bersifat sukarela, dan berdasarkan prinsip saling membutuhkan, saling mendukung, dan saling menguntungkan dengan disertai pembinaan dan pengembangan UKM oleh usaha besar.

strategi pengembangan UKM adalah dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:

2. Permodalan UKM yaitu memberikan dan menyediakan modal bagi pelaku UKM melalui bantuan keuangan, bantuan teknis, program penjaminan, bank dan lembaga keuangan mikro untuk usaha mikro kecil-menengah (UMKM).

Oleh karena itu, dapat disimpulkan pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM) yang dimaksud adalah kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah khususnya yang menangani pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM) untuk meningkatkan potensi dan partisipasi aktif UKM dalam proses pembangunan nasional yang termuat dalam tugas pokok dan fungsi Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Koperasi seperti permodalan, perijinan, pajak dan retribusi, perlindungan

40


(54)

hukum, jaringan usaha dan akses pasar, pameran dan lain-lain yang berkaitan dengan pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM).

II.4 Defenisi Konsep

Konsep merupakan istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial.41

1. Peranan adalah peranan dinas dalam menjalankan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukan serta berdasarkan tugas pokok dan fungsinya. Oleh karena itu, peranan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah peranan Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Koperasi dalam melaksanakan fungsinya sesuai dengan hak dan kewajibannya dalam mengembangkan Usaha Kecil Menengah (UKM)

Tujuan adalah untuk memudahkan pemahaman dan menghindari terjadinya interpretasi ganda dari variable yang diteliti.

Defenisi konsep bertujuan untuk menghindarkan interpretasi ganda atas variable yang diteliti. Oleh karena itu, untuk mendapatkan batasan-batasan yang jelas dari masing-masing konsep yang akan diteliti, maka defenisi konsep dalam penelitian ini adalah:

2. Usaha Kecil Menengah adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil berkisar 5-19 orang dengan modal kurang dari 20 juta yang berdiri sendiri dan

41


(55)

bersifat tradisional dan memiliki kekayaan bersih Rp.50 juta- Rp. 500 juta dan penjualan bersih tahunan Rp 300 juta-Rp2,5 miliar.

3. Pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM) adalah kebijakan – kebijakan yang dibuat oleh Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Koperasi untuk mewujudkan Usaha Kecil Menengah (UKM) yang tangguh dan mandirimisalnya pemberian modal, perizinan, dan lain-lain sesuai dengan tugas dan fungsi pokok Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Koperasi


(56)

BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Bentuk Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Adapun alasan digunakannya metode penelitian kualitatif adalah karena peneliti ingin mengetahui dan mendapat informasi secara langsung kepada sumber data yaitu para pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) secara alamiah melalui wawancara mendalam dan ingin mengetahui secara mendalam apakah peran Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Koperasi di Kabupaten Serdang Bedagai telah dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Koperasi. Hal ini akan terjawab dengan lebih jelas apabila dilakukan dengan mewawancarai pihak-pihak yang bersangkutan secara mendalam (indepth interview).

Menurut Sugiyono,penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan pada kondisi alamiah, langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrument kunci, lebih bersifat deskriptif dimana data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada gambar, lebih menenkankan pada proses dari pada produk atau outcome, melakukan analisis data secara induktif, lebih menekankan makna.42

42

Sugiyono, 2008, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Penerbit CV. Alfabeta. Hal.9-10 Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mencari kebenaran (hasil akhir dari menjawab dorongan ingin tahu,


(57)

penelitian kualitatif digunakan jika masalah belum jelas, untuk mengetahui makna yang tersembunyi, untuk memahami interaksi sosial, untuk mengembangkan teori, untuk memastikan kebenaran data, dan meneliti sejarah perkembangan.43

Subjek penelitian dipilih berdasarkan bahwa penelitian ini berupa penelitian deskriptif kualitatif sehingga dalam penentuan subjek penelititan dalam

Oleh karena itu dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mencari realitas dan menginterpreasi sesuatu fenomena mengenai peran Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Koperasi dalam pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM).

III.2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Koperasi di Kabupaten Serdang Bedagai, Jalan Negara Sei Rampah. Alasan memilih daerah ini karena merupakan daerah hasil pemekaran dan berhasil mengembangkan Usaha Kecil Menengah serta mampu memproduksi jajanan dan kerajinan tangan yang sebagian besar terbuat dari bahan baku sederhana dan hasil karya tangan masyarakat sendiri dan ingin melihat apakah UKM yang telah ada di daerah tersebut telah mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat tersebut dan memberikan kontribusi kepada pemerintah.

III.3 Informan penelitian

43

Bungin, Burhan,2007, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana Prenda Media Group. hal.7


(58)

bentuk informan. Menurut Hendarso dalam Usman44 menjelaskan bahwa penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitian sehingga subjek penelitian telah tercermin dalam fokus penelitian ditentukan secara sengaja. Dalam menentukan informan penelitian ini, peneliti menggunakan dua teknik yaitu dengan menggunakan teknik purposive sampling

dan snowball sampling. Menurut Sugiono45

1. Informan Kunci yang terdiri dari:

yang dimaksud dengan purposive

sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan

tertentu sedangkan snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data, yang pada awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar. Dalam menentukan informan dapat dibagi menjadi dua yaitu informan kunci dan informan utama.

Berdasarkan uraian di atas, maka informan penelitian yang digunakan dalam penelitian initerdiri dari :

a. Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Koperasi, mempunyai tugas melaksanakan Kewenangan Otonomi Daerah dalam rangka pelaksanaan tugas Desentralisasi dan Tugas Pembantuan, meliputi perumusan kebijaksanaan teknis dan pelaksanaan program kerja di bidang pembangunan dan pengembangan kesejahteraan sosial, serta melakukan evaluasi dan pengendalian pelaksanaannya.

44

Usaman, Husaini.2009. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara. Hal 56

45

Sugiono, 2008, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Jakarta : Alfabeta, Hal :53-54


(59)

b. Kepala Bidang Koperasi dan UKM, yang memiliki fungsi merencana program dan kegiatan proritas bidang UKM

2. Informan utama, yaitu masyarakat yang mengambil bagian atau terlibat dalam Usaha Kecil Menengah (UKM) di Kabupaten Serdang Bedagai yang merasakan atau tidak merasakan pelayanan yang diberikan pemerintah. Jumlah informan utama tidak ditentukan, sampai peneliti menentukan jawaban hingga titik jenuh dimana tidak ada jawaban lain yang dapat memberikan informasi lain dalam pengembangan penelitian.

III.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data dilakukan dengan mencari dan mengumpulkan data berupa teknik pengumpulan data primer dan teknik pengumpulan data sekunder.

1. Teknik Pengumpulan Data Primer

Teknik pengumpulan data primer adalah teknik pengumpulan data yang langsung diperoleh dari lapangan atau lokasi penelitian. Teknik pengumpulan data primer dapat dilakukan dengan cara :

a. Wawancara mendalam, yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.46

46


(1)

memihak atas diri sendiri tetapi masyarakat dilibatkan aktif dalam partipasi mengikuti rapat dalam penyusunan program-program Bidang Usaha Kecil Menengah (UKM) dimana hal ini adalah salah satu bentuk transparansi dalam pelayanan publik.

2. Berdasarkan hasil penelitian penulis, hambatan-hambatan dalam pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM) adalah Bidang Usaha Kecil dan Menengah (UKM) kurang merata dalam mensosialisasikan segala program-program yang dilakukan Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Koperasi kepada tujuh belas kecamatan yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai sehingga banyak yang tidak mengetahui akan program-program yang dilakukan Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Koperasi serta perlindungan hukum (HaKi) yang penting bagi pelaku UKM sebagai perlindungan terhadap kreatifitas belum ada direalisasikan. Hal ini akan berdampak pada produk-produk yang diproduksi oleh pelaku-pelaku UKM yang banyak memiliki nilai ekonomi tinggi dan memiliki keunikan karena apabila sudah memiliki perlindungan hukum (HaKi) maka dalam dunia perdagangan produk yang dilindungi HaKi hanya dapat diproduksi oleh Pemegang Hak atas produk tersebut (eksklusif).

3. Semua masyarakat diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam setiap program-program yang telah dilaksanakan oleh Bidang UKM, tetapi masih ada beberapa pelaku UKM tidak mengetahui informasi tentang adanya bantuan modal dari Bidang UKM. Dalam masalah perizinan dan


(2)

membayar pajak atau retribusi, pelaku UKM belum ada kesadaran untuk membuat surat izin dagang dan membayar pajak retribusi.

VI.2 Saran

Setelah melihat peranan Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Koperasi, ada beberapa saran yang penulis anggap perlu dipertimbangkan yaitu:

1. Perlunya dilakukan monitoring yang berkelanjutan terhadap para pelaku UKMuntuk melihat bagaimana perkembangan Usaha Kecil Menengah (UKM) yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai. Monitoring juga bertujuan untuk mengetahui secara langsung pelaku UKM yang membutuhkan bantuan permodalan dan sosialisasi program-program Bidang Usaha Kecil Menengah (UKM) dapat dilakukan secara langsung oleh pelaku UKM. Dengan demikian Bidang UKM dapat memfasilitasi pelaku UKM tentang apa yang menjadi kebutuhan mereka.

2. Perlunya pelaksanaan perlindungan Hukum bagi UKM terhadap pemakaian label/merek dalam kaitannya dengan Hak Kekayaan Intelektual (HaKI) serta jaminan keamanan yang akan mendukung keberlangsungan sebuah kegiatan usaha tanpa adanya intervensi dan tindakan representatif 3. Perlunya mendata kembali jumlah UKM yang ada di Kabupaten Serdang

Bedagai agar Bidang UKM dapat bersikap tegas kepada pelaku UKM yang tidak melaksanakan tugas dan tanggungawabnya dalam mengurus perizinan usaha dan pemberian pajak retribusi dengan memberikan sanksi atau hukuman


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Atmosudirdjo, Prajudi, 2001, Hukum Administrasi Negara, Jakarta : Ghalia. Bambang Riyanto,2001, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan Cet.7,

Yogyakarta:BEP.

Berry, A. E., Rodriquez, dan H. Sandeem. 2001. Smalland Medium Enterprises

Dynamic in Indonesia. Bulletin of Indonesian Economic Studies 37 (3):

201-222.

Bungin, Burhan.2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenda Media Group.

__________________, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan

Publik, dan Ilmu Sosial, Jakarta: Kencana Prenda Media Group.

Dainy Tara, Azwir. 2001. Strategi Membangun Ekonomi Rakyat. Jakarta, Nuansa Madani.

Eti Wahyuni,dkk, 2005, Lilitan Masalah Usaha Mikro, Kecil, Menengah


(4)

Hanif, dkk,2002, Usaha Kecil & Mikro di Tengah Arus Globalisasi, Medan: Bitra Indonesia.

HAW, Wijaya, 2005, Penyelenggaraan Otonomi di Indonesia, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Hubeis, Musa, 2009, Prospek Usaha Kecil dalam Wadah Inkubator Bisnis, Bogor: Ghalia Indonesia.

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, 2003, Jakarta : Balai Pustaka.

Kuncoro, M. 2002. Analisis Spasial dan Regional: Studi Aglomerasi dan Kluster

Industri Indonesia. Yogyakarta: UPP YMP YKPN.

Marbun, SF, dkk, 2006, Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara, Yogyakarta : Liberty.

Miles, Matthew B. & A. Michael Huberman, 2009, Analisis Data Kualitatif. Jakarta : UI Press

Munawir, 2004, Analisa Laporan Keuangan (Edisi ke Empat), Yogyakarta: Liberty.

Nazir, Metode Penelitian, 2003, Jakarta : Ghalia Indonesia.

Prawirosentono, Suryadi, 1999, Kebijakan Kinerja Karyawan, Yogyakarta :BPFE. Sartika, dkk, 2002, Ekonomi Skala Kecil, Menengah dan Koperasi, Jakarta :

Ghalia Indonesia.

Siahaan, Marihot P, 2005, Pajak dan Retribusi Daerah, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta: PT. Pustaka LP3ES.

Soekanto, Soerjono.2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT Raja GrafindoPersada.

Sugiyono, 2008, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Penerbit CV. Alfabeta.

Sumodiningtrat, Gunawan.2003. Peran Lembaga Keuangan Mikro dalam

Menanggulangi Kemiskinan Terkait dengan Kebijakan Otonomi Daerah,

Jurnal Ekonomi Rakyat, Th II. No1. Maret, Bogor: Yayasan Agro Ekonomika.


(5)

Sumitro,Rochmad , 1998, Asas dan Dasar Perpajakan 1, Bandung : PT. Refika Aditama

Tambunan, Mangara., 2004. Tiga Kendala Besar Pengembangan UKM Berorientasi Ekspor. Makalah dalam Diskusi Panel Pengembangan UKM

dalam Kegiatan Ekspor, 21 September 2004, Hotel Bumi Karsa, Jakarta.

Tambunan, Tulus , 2002, Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia : Beberapa Isu

Penting , Penerbit : Salemba.

______________, 2009, UMKM di Indonesia, Jakarta : Ghalia Indonesia Thoha, Miftah. 1985. Perilaku Organisasi. Jakarta: Rajawali.

Usaman, Husaini.2009. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.

Utrecht, 2000, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia. Cet VI, Jakarta : PT. Penerbit dan Balai BukuIchtiar.

Sumber Undang-Undang

UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Undang-undang Republik Indonesia No.20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

Undang-Undang Republik Indonesia No. 15 Tahun 2001 tentang merek Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2004 Undang-Undang Nomor 36 tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Samosir

dan Kabupaten Serdang Bedagai

Sumber Internet

News.detik.com, Sering Diperas Polisi Pelaku UKMDemo Polda SUMUT

http://news.detik.com/read/2008/03/25/134018/912970/10/sering-diperas-polisi-pelaku-ukm-demo-polda-sumut diakses pada tanggal 5 Maret 2012,

pukul 18.18

Kompas, 2008. Besarnya Bunga Pinjaman UKM Banyak Gulung Tikar.


(6)

jaman.ukm.banyak.gulung.tikar, diakses pada tanggal 08/01/ 2012 pukul 15.40

Kompas, 2010. UKM Solusi Bertahan dalam Krisis,

diakses pada

22/02/2012 pukul 14.23

Frezbiz. 2010. UKM Rantai Wirausaha Masyarakat Desa di Serdang Bedagai

05/16/2012 pukul 10.42

Menurut Undang-Undang Nomor 36 tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai. www.bpkp.go.id. diakses pada 08/01/2012 pukul 15.23

Neti, Budiwati, 2009, Manajemen Keuangan dan Permodalan Koperasi,