BAB 1 PENDAHULUAN 1.1LatarBelakang - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Pemerintah Daerah Sumba Barat dalam Pengendalian Penduduk di Era Otonomi Daerah

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1LatarBelakang

  Penduduk adalah sekelompok manusia yang hidup bersama dalam satu wilayah tertentu yang relative lama dan pertumbuhan pertambahan penduduknya dapat dipengaruhi oleh angka kelahiran dan usia hidup manusian itu sendiri dan juga dapat ditunjang dengan adanya mobilitas sosial dan perkawinan yang terjadi yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam wilayah tersebut.( Horton, Paul B. 1984).

  Berbicara tentang masalah kependudukan maka orang yang pertama mengemukakan tentang teori kependudukan adalah seorang pendeta dan juga ahli politik ekonomi bangsa inggris yaitu Thomas Malthus yang pertama menerbitkan buku tentang teori kependudukan dengan judul bukunya yaitu “Essay On The Principle Of Population”pada tahun 1978.

  Dimana dalam buku itu Malthus mengemukakan dua pokok pendapatnya yaitu: 1)Bahan makanan adalah penting untuk kehidupan manusia 2)Nafsu manusia tak dapat ditahan. pendapat lain juga yang dikemukakan oleh Malthus bahwa pertumbuhan penduduk lebih cepat dibanding dengan bahan makanan yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia dan apa bila pertumbuhan penduduk lebih cepat di banding makanan maka akan sangat berakibat buruk bagi manusia dalam hal pemenuhan kebutuhannya.

  Kependudukan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam pembangunan bangsa karena sekaligus menjadi subyek dan obyek pembangunan. Garis-garis besar haluan negara menempatkan penduduk sebagai sumber daya utama dan merupakan salah satu variabel paling penting dalam pembangunan.

  Berangkat dari penjelasan dari beberapa ahli diatas tentang penduduk, Secara letak geografis Pulau Sumba adalah pulau dengan luas wilayah 10.710 km2. Secara administratif, pulau ini termasuk wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pulau ini sendiri terdiri dari empat kabupaten: Kabupaten Sumba Barat, Kabupaten Sumba Barat Daya, Kabupaten Sumba Tengah, dan Kabupaten Sumba

  1 Timur. Sumba salah satu tempat di mana masyarakat yang ada di dalamnya meyakini bahwa kebutuhan akan terpenuhi apabila keturunan yang di hasilkan dalam hal ini banyak.

  Masyarakat yang ada di Sumba juga di kenal dengan masyarakat yang lebih mementingkan kepentingan adat istiadat dari pada pendidikan, namun demikian, kesadaran pentingnya itu belum merata karena kepentingan- kepentingan lain. Ada sejumlah kenyataan bahwa berhadapan dengan tuntutan kultural ( Memenuhi tuntutan adat ketimbang tuntutan biaya pendidikan) dan himpitan ekonomi, dimana kebutuhan pendidikan anak dapat di korbankan, misalnya pada saat aktivitas pertanian meningkat ,Seperti menanam padi, anak- anak bekerja menanam padi , anak-anak bekerja mananam padi dengan bayaran Rp 20.000 per hari. Masih tingginya tingkat putus sekolah karena himpitan ekonomi dan kesempatan kerja , perlu di cermati pada aras pendidikan yang terlalu dini.

  Tingginya laju pertumbuhan penduduk merupakan masalah yang masih dihadapi oleh setiap daerah yang baru berkembang seperti di Kab Sumba Barat. ada tiga faktor yang mempengaruhi perkembangan jumlah penduduk yaitu kelahiran, kematian, dan perpindahan penduduk (migrasi). pertumbuhan penduduk di Kab. Sumba Barat dan umumnya Nusa Tenggara Timur pada awalnya lebih banyak dipengaruhi oleh tingkat kelahiran dan tingkat kematian. namun dalam perkembangannya, faktor perpindahan penduduk (migrasi) tampaknya mulai berpengaruh terhadap pertumbuhan penduduk wilayah ini.

  Sumba Barat memiliki luas 737,42 km2 dengan jumlah penduduknya mencapai 121.921 jiwa dimana rata-rata pertumbuhan penduduk di Kabupaten 2 .

  km

  Sumba Barat adalah 166 jiwa, dengan kepadatan penduduk 1.376 Dengan wilayah yang daratan yang cakupannya cukup luas sekilas terlihat bahwa Kab. Sumba Barat belum menghadapi masalah kependudukan, namun karena terbatasnya lahan pertanian dan juga rendahnya produktivitas lahan, maka tingkat kepadatan penduduk Sumba Barat menjadi salah satu kendala dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk.

  2 Menurut Malthus mengemukakan dua pokok pendapatnya yaitu: 1) Bahan makanan adalah penting untuk kehidupan manusia 2) Nafsu manusia tak dapat ditahan. Pendapat lain juga dikemukakan oleh Malthus bahwa pertumbuhan penduduk lebih cepat dibanding dengan bahan makanan sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia dan apabila pertumbuhan penduduk lebih cepat di banding makanan maka akan sangat berakibat buruk bagi manusia dalam hal pemenuhan kebutuhan.

  Berdasarkan hasil registrasi penduduk hingga akhir tahun 2015 jumlah penduduk Kabupaten Sumba Barat tercatat sebanyak 121.901 jiwa meningkat jika dibandingkan keadaan akhir tahun 2014 dimana penduduk Kabupaten Sumba Barat berjumlah 119.907 jiwa. Menurut hasil Sensus Penduduk Tahun 2015 Jumlah penduduk paling tertinggi terjadi pada kecamatan kota Waikabubak sebesar 31,834 jiwa dengan kepadatan penduduk 712.

  Sementara jumlah penduduk paling terendah terjadi pada kecamatan Lamboya Barat dengan jumlah 8,170 jiwa dan kepadatan penduduk 50. Berdasarkan data hasil sensus penduduk Tahun 2015 Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah kepadatan penduduk yang terjadi di Tahun 2015 menurun, jika di bandingkan dengan data yang diambil dari Tahun 2014 yang berjumlah 1.354 jiwa menjadi 1.376 jiwa. Sementara jumlah pertumbuhan penduduk yang pada tahun 2014 berjumlah 1,79 jiwa menjadi 66 jiwa pada akhir tahun 2015.

  Jumlah Penduduk, Luas Wilayah, Kepadatan dan Laju Pertumbuhan Penduduk dirinci per Kecamatan di Kabupaten Sumba Barat tahun 2015 secara lengkap dapat dilihat pada tabel 1.1.

  3

  4 Tabel 1.1

  Jumlah Penduduk,luas wilayah,kepadatan,dan laju pertumbuhan penduduk di rinci perkecamatan Kabupaten Sumba Barat Tahun 2015 No Kecamatan.

  Luas Wilayah (Km 2 ) PENDUDUK 2011 2012 2013 2014 2015 Ke- padatan r Ke- padata n r Ke- padata n r Ke- padat an r Kepa datan r

  1 Lamboya 125,65 km 2 16,097 128 1,26 16,316 129 1,36 16,315 129 0,00 16,608 132 1,79 17,043 135 2,61

  2 Loli 132,36 km 2 27,785 209 2,36 28,788 217 3,06 29,224 220 1,51 29,752 224 1,80 30,113 227 1,21

  3 Lamboya Barat 161,23 km 2 7,438 46 1,51 7,824 49 1,62 7,964 49 1,78 8,108 50 1,80 8,170 50 0,76

  4 Tana Righu 140,49 km 2 18,000 128 1,40 18,516 131 2,86 18,679 132 0,88 19,015 135 1,79 19,354 137 1,78

  5 Wanokaka 133,68 km 2 14,375 107 1,25 14,735 110 2,50 14,810 110 0,50 15,076 112 1,79 15,387 115 2,06

  6 Waikabubak 44,71 km 2 29,494 659 2,72 30,442 608 3,21 30,795 688 1,22 31,348 701 1,79 31,834 712 1,55

  7 Total Sumba Barat 760.89 km 2 113,198 1.313 3.02 116,621 1.243 3,02 117,787 1.322 1,00 119,907 1.352 1,79 121,90 1 1.376

  1,66 Sumber : Badan Pusat Statistik kab.Sumba Barat Tahun 2015 Dalam era orde baru berkembang dua ciri pemerintahan, yaitu sistem sentralistik dan otokratik yang satu sama lain saling memperkuat. Pada dasarnya kedua sistem itu tidak disukai oleh masyarakat. Oleh karena itu pada tahun 1998 lahir gerakan reformasi yang berusaha mengubah sistem pemerintah otokratik ke pemerintah yang lebih demokratik. Usaha ini berhasil dengan cepat melalui jatuhnya Presiden Soeharto. Namun usaha untuk mengubah sistem sentralistik ke sistem disentralistik agak memerlukan langkah yang terncana dalam kurun waktu yang panjang.

  Kelahiran UU No.22, 1999 Tentang Pemerintah Daerah dan UU No.25, 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara pemerintah Pusat dan Daerah merupakan langkah baru untuk membenahi penyelanggaran pemerintahan. Kedua UU itu diharapkan dengan cepat dapat mengatur pelaksanaan desentralisasi dan otonomi yang lebih luas bagi daerah. Namun,Banyak pengamat menilai bahwa UU tersebut dibuat dengan “tergesa-gesa,” karena itu pelaksanaanya menghadapi banyak hambatan.

  Kendala yang dihadapi bukan hanya menyangkut perangkat peraturan perundangan yang lemah, tetapi juga karena sikap mental top-down yang masih melekat di lingkungan penjabat, baik pusat maupun daerah. Dalam mengatur berbagai aspek kewenangan pemerintahan. Selama ini aparat pemerintah lebih banyak berperilaku memerintah daripada melayani public. Biokrasi pemerintah menjadi alat unuk mengontrol rakyat agar bersikap kritis terhadap pemerintah tidak berkembang menjadi oposisi. Oleh karena itu, banyak pihak meragukan keberhasilan peningkatan pelayanan public melalui kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah. Keragukan ini timbul karena jabatan birokasi pemerintah sekarang kebanyakan masih dipegang oleh mereka yang pada era onde baru juga adalah pelaksanaan pemerintah sentralisasi dan otokratik.

  Namun demikian, meskipun ada banyak argument bernada pesimis terhadap pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah. Tuntunan daerah untuk melaksanakan desentralisasi dan memiliki otonomi luas secepatnya makin hari makin menguat. Alasannya, Penyelanggaran pemerintahan di negara dengan wilayah luas dan penduduk besar, seperti Indonesia sangat sulit dilakukan dengan pendekatan senstralistik. Di satu sisi, sentralisasi cenderung memberi kewenangan yang terlalu besar terhadap penjabat pusat, di sisi lain, lingkup pengawasan jalannya pemerintahan di daerah lemah, Kedua hal itu, telah menjadi penyebab suburnya korupsi, kolusi, dan nepotisme di Indonesia selama ini. Sementara itu, penangguhan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah di khawatirkan akan mendorong pengelolaan pemerintah di Indonesia kembali ke sifat sentralistik dan otokratik.

  Dari beberapa uraian di atas, peran pemerintah Kab. Sumba Barat menjadi signifikan untuk diteliti lebih lanjut. Jika dalam proses pengendalian penduduk adalah (1) untuk mendorong partisipasi masyarakat, (2) pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance), mewujudkan kesejahteraan masyarakat, maka menjadi menarik untuk diteliti tentang peranan pemerintah Kab. Sumba Barat dalam mencapai ketiga tujuan prinsip tersebut. Oleh karena itu, peneliti akan berupaya mencermati tentang peran pemerintah Kab. Sumba Barat dalam pengendalian penduduk di era otonomi daerah.

1.2 Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penulisan skripsi ini sebagai berikut :

  1.Bagaimana peran pemerintah daerah (Sumba Barat) dalam pengendalian penduduk di era Otonomi daerah ?

  1.3. Tujuan Penulisan

  Guna menjawab rumusan masalah seperti yang telah dipaparkan oleh penulis di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah; Mendeskripsikan Peran Pemerintah dalam Pengendalian Kependudukan di Era Otomomi Daerah di Kab.Sumba Barat.

  1.4. Manfaat Penelitian

  Dalam penulisan ini diharapkan dapat memberikan kegunaan atau manfaat sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat praktis:

  Manfaat secara praktis Yakni dapat memberikan pemahaman dan pengetahuan bagi penulis dan pemerintah dalam memahami cara pengendalian penduduk di kabupaten Sumba Barat.

1.4.2 Manfaat teoritis:

  Manfaat secara teoritis, diharapkan dapat memberikan sumbangan atau sumbangsih terhadap teori kebijakan publik, teori sosial yang berkaitan dengan peran dinas-dinas Kab. Sumba Barat.

1.5 Batasan Masalah/Ruang Lingkup kajian Dalam setiap penulisan ilmiah harus ditetapkan adanya pokok bahasan.

  Pokok bahasan berfungsi mencegah timbulnya kerancuan pengertian dan kekaburan wilayah persoalan. Sesuai dengan yang dikatakan Koentjaraningrat (1981: 17) bahwa dalam setiap penelitian perlu adanya ruang lingkup. Hal ini penting supaya penulis tidak terjerumus dalam sekian banyak data yang diteliti.

  Adapun batasan masalah dalam pembangunan aplikasi pengolahan data adalah sebagai berikut:

  1. Pengertian Pengendalian Penduduk adalah usaha/sistem yang di jalankan oleh pemerintah daerah untuk mempengaruhi pola kembang biak penduduk ke arah angka pertumbuhan penduduk yang diinginkan, biasanya ditempuh melalui suatu kebijakan pemerintah di bidang kependudukan.

  2. Pengertian otonomi daerah adalah Otonomi daerah adalah wewenang, hak dan kewajiban suatu daerah otonom untuk mengurus dan mengatur sendiri urusan pemerintahan dan mengurus berbagai kepentingan masyarakat yang berada dan menetap di dalam daerah tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

  3. Peran Pemerintah Daerah (PEMDA), yang dimaksud dalam hal pengendalian penduduk adalah Dimana Pemerintah merupakan suatu bentuk organisasi atau yang biasa di sebut dengan OPD (organisasi perangkat daerah) yang bekerja menjalankan tugas untuk mengelola sistem pemerintah dan menetapkan kebijakan dalam mencapai tujuan bersama.

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak di Salatiga yang Memakai Gadget

0 0 10

BAB V ANALISIS DAN BAHASAN HASIL PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak di Salatiga yang Memakai Gadget

0 1 26

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ratio Legis Pembentukan Undang-Undang: Studi terhadap Konsideran Peraturan Pemerintah Pengganti Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Undang - Undan

0 0 14

BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Fenomenologi Uma Kalada: Studi Sosiologis tentang Motif Sebab dan Motif Tujuan Modernisasi Uma Kalada di Desa Omba Rade, Kab.Sumba Barat Daya

0 1 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Fenomenologi Uma Kalada: Studi Sosiologis tentang Motif Sebab dan Motif Tujuan Modernisasi Uma Kalada di Desa Omba Rade, Kab.Sumba Barat Daya

0 0 11

5.1. Motif Sebab (because of motife) Uma Kalada - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Fenomenologi Uma Kalada: Studi Sosiologis tentang Motif Sebab dan Motif Tujuan Modernisasi Uma Kalada di Desa Omba Rade, Kab.Sumba Barat Daya

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Fenomenologi Uma Kalada: Studi Sosiologis tentang Motif Sebab dan Motif Tujuan Modernisasi Uma Kalada di Desa Omba Rade, Kab.Sumba Barat Daya

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Pemberdayaan dan Respon atau Persepsi Pedagang Kaki Lima terhadap Implementasi Perda No 4 Tahun 2015

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Pemberdayaan dan Respon atau Persepsi Pedagang Kaki Lima terhadap Implementasi Perda No 4 Tahun 2015

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Pemberdayaan dan Respon atau Persepsi Pedagang Kaki Lima terhadap Implementasi Perda No 4 Tahun 2015

0 0 25