PENGARUH PROJECT BASED LEARNING TERHADAP

Prosiding Seminar Pendidikan Nusantara 2016

ISBN 978-602-71741-3-9

MEMBANGUN IKLIM BELAJAR DI TENGAH MASYARAKAT
74

Oleh : Dinno Mulyono
STRATEGI PEMBELAJARAN INOVATIF PADA PEMBELAJARAN
TEKS NEGOSIASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SOMATIK
AUDITORI VISUAL INTELEKTUAL (SAVI)

82

Oleh : Eli Syarifah Aeni
GAYA KOGNITIF KREATIF, AMALAN KREATIVITI DAN
HUBUNGANNYA DENGAN PENCAPAIAN AKADEMIK DALAM
KALANGAN PELAJAR PINTAR AKADEMIK
Oleh : Faridah Mohd. Sopiah

88


PENGURUSAN DAN PELAKSANAAN PERKHIDMATAN BIMBINGAN
DAN KAUNSELING DI SEKOLAH MENENGAH DARI PERSPEKTIF
PENTADBIR
98

Oleh : Faziah Bt. Hashim @ Ahmad
PENGARUH PROJECT BASED LEARNING TERHADAP KEMANDIRIAN
BELAJAR MAHASISWA
Oleh : Harry Dwi Putra

106

THE ANALYSIS OF RICHARD A. VIA’S NEVER ON WEDNESDAY
BASED ONBROWN AND LEVINSON’SPOLITENESS STRATEGIES
Oleh : 1Hendra Husnussalam, 2Asep Samsudin

116

COMMUNICATION ABILITIES OF DOWN SYNDROME CHILDREN

AND EARLY INTERVENTION
122

Oleh : Inthera Davi A/P Subbiah
USING MULTIMEDIA IN TEACHING VOCABULARY TO YOUNG
LEARNERS IN AN EFL CONTEXT

133

Oleh : Irma Savitri Sadikin
LESSON PLANNING: CREATING FRAMEWORK FOR SUCCESSFUL
LANGUAGE CLASSES
Oleh : 1Isry Laila Syathroh, 2Hendra Husnussalam

140

ETNOPEDAGOGI: NILAI-NILAI KEPEMIMPINAN SUNDA
Oleh : Jajang Hendar Hendrawan

145


THE FLIPPED CLASSROOM: THE RESPONSE OF TESL TEACHING
TRAINEES USING WHATSAPP VIDEOS IN THE FLIPPED CLASSROOM
156

Oleh : Jayanthi Mala Marimuthu

iii

Prosiding Seminar Pendidikan Nusantara 2016

ISBN 978-602-71741-3-9

PENGARUH PROJECT BASED LEARNING TERHADAP
KEMANDIRIAN BELAJAR MAHASISWA
Harry Dwi Putra
Program Studi Pendidikan Matematika, STKIP Siliwangi
harrydp.mpd@gmail.com
ABSTRAK
Kemandirian belajar diperlukan bagi mahasiswa dalam mendukung keberhasilan belajarnya. Tidak

semua mahasiswa yang memiliki kemandirian belajar yang tinggi. Untuk menumbuhkan kemandirian
belajar pada mahasiswa diperlukan suatu model pembelajaran yang inovatif. Dari begitu banyak
model pembelajaran inovatif, salah satu yang tepat untuk meningkatkan kemandirian belajar
mahasiswa adalah pembelajaran berbasis proyek (project based learning), karena lebih menekankan
pada pendekatan kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks, melibatkan mahasiswa dalam
melakukan investigasi pemecahan masalah dan kegiatan bermakna, memberi kesempatan bekerja
secara mandiri dalam mengkontruksi pengetahuan, serta menghasikan produk nyata. Penelitian ini
merupakan kuasi eksperimen dengan menggunakan kelompok eksperimen dan kontrol. Instrumen
yang digunakan adalah transkrip wawancara dan skala kemandirian belajar mahasiswa. Penelitian
dilaksanakan di dua kelas reguler angkatan 2014 program studi pendidikan matematika STKIP
Siliwangi. Subjek penelitian berjumlah 120 mahasiswa yang terbagi di kelas A1 dan A3. Teknik
pengambilan sampel dilakukan secara purposive, karena penelitian ini diterapkan pada kelas yang
mengambil mata kuliah media pembelajaran matematika. Berdasakan analisis data, diperoleh rerata
kemandirian belajar mahasiswa kelas eksperimen dan kontrol masing-masing sebesar 2,82 dan 2,70.
Rerata pandangan mahasiswa terhadap pembelajaran project based learning sebesar 2,78 besar dari
2,50. Dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar mahasiswa yang memperoleh pembelajaran
dengan project based learning lebih baik daripada yang memperoleh pembelajaran dengan metode
ekspositori. Siswa memiliki pandangan yang baik tehadap pembelajaran dengan project based
learning.
Kata Kunci: Kemandirian Belajar, Project Based Learning.


A. Pendahuluan
Aktivitas pembelajaran dalam perkuliahan merupakan interaksi aktif antara dosen dan
mahasiswa. Tugas dan tanggung jawab seorang dosen adalah mengelola pembelajaran
dengan efektif, dinamis, dan efisien yang ditandai dengan adanya keterlibatan aktif dari
mahasiswa. Dosen memberikan bimbingan dan arahan kepada mahasiswa untuk aktif
mencari informasi tentang materi yang dipelajari. Mahasiswa mesti mengkonstruksi sendiri
pengetahuan yang diperolehnya, karena pengetahuan merupakan konstruksi dari seseorang
yang mengetahui sehingga tidak bisa ditransfer begitu saja kepada penerima yang pasif.
Namun, pada pelaksanaan perkuliahan, masih ada dosen yang selalu menyajikan dan
menerangkan materi pelajaran, sedangkan mahasiswa hanya mencatat dan memperhatikan.
Aktivitas pembelajaran seperti ini akan membuat mahasiswa menjadi pasif dan tidak
menumbuhkan kemandirian belajar, karena mereka tidak diminta untuk mempelajari terlebih
dahulu materi yang akan dipelajari, sehingga ketika dosen menerangkan, mahasiswa tidak
memiliki bekal pengetahuan untuk didiskusikan bersama di kelas. Akan lebih baik apabila
mahasiswa mencoba mempelajari materi terlebih dahulu, kemudian mempresentasikan hasil
pekerjaannya di depan kelas, dan saling berdiskusi dengan mahasiswa lainnya, sehingga

106


STKIP Siliwangi Bandung, Indonesia dan IPG Kampus Tun Hussein Onn, Malaysia

Prosiding Seminar Pendidikan Nusantara 2016

ISBN 978-602-71741-3-9

suasana perkuliahan menjadi aktif dan dinamis dengan bimbingan dan arahan dosen (Putra,
2015).
Kemandirian belajar mahasiswa merupakan bagian penting dalam proses perkuliahan, karena
pengetahuan dapat dimiliki jika dipelajari terlebih dahulu. Belajar adalah berbuat, sehingga
ada aktivitas dalam pembelajaran. Dosen menyediakan bahan ajar, sedangkan mahasiswa
mencari dan mendalami bahan tersebut sesuai dengan kemauan dan kemampuannya.
Pembelajaran yang berhasil di antaranya dapat dilihat dari kegiatan belajar. Semakin tinggi
kegiatan belajar mahasiswa, semakin tinggi pula peluang berhasilnya pembelajaran (Sudjana,
2005).
Berdasarkan hasil penelitian Putra (2015) pada semester ganjil 2014/ 2015 dikemukakan
bahwa “sebagian besar mahasiswa belum memiliki kemandirian belajar yang baik. Apabila
mahasiswa diminta tampil mempresentasikan hasil pekerjaan di depan kelas, sangat sedikit
sekali yang bersedia. Kondisi ini antara lain disebabkan karena mereka belum terbiasa tampil
di depan kelas berbagi informasi dengan teman yang lain atau belum menguasai materi yang

akan disampaikan. Oleh karena itu, dosen perlu memberikan motivasi kepada mahasiswa
akan pentingnya mempersiapkan diri dengan belajar dahulu sebelum diajarkan oleh dosen,
agar mereka dapat berpartisipasi aktif selama perkuliahan dan akan memperoleh nilai yang
baik nantinya.”
Kemandirian belajar mahasiswa akan mempengaruhi keberhasilannya dalam perkuliahan.
Mahasiswa yang belajar secara mandiri dan aktif, akan memiliki pemahaman konsep yang
baik, karena mereka telah mempelajari materi terlebih dahulu sebelum didiskusikan dengan
teman dan dosen di kelas. Mahasiswa yang selalu melakukan usaha belajar seperti ini hingga
akhir perkuliahan, tentunya akan memperoleh keberhasilan.
Keberhasilan bukanlah hal yang mudah untuk diraih. Mahasiswa yang memiliki kemandirian
belajar akan memiliki kesadaran yang tinggi dalam belajar, mengerjakan tugas dengan
percaya diri, tidak mencontek pekerjaan teman, dan menjadi pribadi yang berkualitas.
Kemandirian belajar akan tumbuh dalam diri mahasiswa apabila materi yang dipelajari tidak
diberikan begitu saja dari dosen, tetapi mereka mesti berusaha terlebih dahulu dalam
memahami materi, apabila menemui kesulitan dapat mendiskusikannya dengan teman dan
dosen.
Mahasiswa yang mandiri akan mampu mencari sumber belajar yang dibutuhkan. Mereka
dapat mengatasi hambatan-hambatan dalam belajar, seperti kondisi belajar yang kurang
kondusif, penyampaian materi dari dosen yang kurang jelas, dan materi pelajaran yang sukar
tetapi dapat diupayakan solusinya, sehingga prestasi belajar menjadi lebih baik. Kemandirian

belajar berkorelasi positif terhadap prestasi belajar (Tahar & Enceng, 2006). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa yang memiliki kemandirian tinggi lebih baik dari
siswa yang memiliki kemandirian belajar sedang dan rendah (Nugroho, Budiono, & Subanti,
2014). Selain itu, siswa yang memiliki kemandirian belajar sedang lebih baik dari siswa yang
memiliki kemandirian rendah.
Mengingat begitu pentingnya menumbuhkan kemandirian belajar pada mahasiswa, perlu
diupayakan suatu model pembelajaran yang inovatif. Dari begitu banyak model pembelajaran
inovatif, salah satu yang tepat untuk meningkatkan kemandirian belajar mahasiswa adalah
pembelajaran berbasis proyek (project based learning). Thomas (Wena, 2011) menyatakan
bahwa project based learning merupakan sebuah pembelajaran inovatif yang lebih
STKIP Siliwangi Bandung, Indonesia dan IPG Kampus Tun Hussein Onn, Malaysia

107

Prosiding Seminar Pendidikan Nusantara 2016

ISBN 978-602-71741-3-9

menekankan pada pendekatan kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks,
melibatkan mahasiswa dalam melakukan investigasi pemecahan masalah dan kegiatan

bermakna, memberi kesempatan bekerja secara mandiri dalam mengkonstruksi pengetahuan,
serta menghasilkan produk nyata.
Menurut Putra (2015), model pembelajaran project based learning sesuai diterapkan pada
mata kuliah media pembelajaran matematika, karena mahasiswa diminta menciptakan suatu
alat peraga yang efektif dan efisien guna membantu siswa sekolah menengah dalam
memahami materi matematika. Sebelum perkuliahan, mahasiswa secara mandiri mencari dan
mempelajari materi yang akan dibahas, salah satu mahasiswa akan dipilih secara acak untuk
mempersiapkan diri tampil mempresentasikan hasil pekerjaannya. Diharapkan dengan model
pembelajaran project based learning ini dapat menumbuhkan kemandirian belajar
mahasiswa.
B. Kajian Teori Dan Metode
1. Kajian Teori
a. Kemandirian Belajar
Kemandirian belajar merupakan kegiatan belajar aktif yang didorong oleh keinginan untuk
menguasai suatu kompetensi guna mangatasi suatu masalah (Mudjiman, 2007). Kemandirian
belajar memungkinkan mahasiswa belajar secara mandiri dari bahan cetak, siaran, ataupun
bahan rekaman yang terlebih dahulu telah dipersiapkan. Istilah mandiri menegaskan bahwa
kendali belajar, keluwesan waktu, maupun tempat belajar terletak pada mahasiswa yang
belajar.
Dosen berperan sebagai fasilitator yang memungkinkan mahasiswa dapat secara mandiri:

mendiagnosa kebutuhan belajarnya sendiri; merumuskan tujuan belajarnya sendiri;
mengidentifikasi dan memilih sumber-sumber belajarnya sendiri; menentukan dan
melaksanakan strategi belajarnya; serta mengevaluasi hasil belajarnya sendiri. Kemandirian
belajar dapat dilihat dari aspek (Mudjiman, 2007), sebagai berikut:
1. Sumber belajar, menggunakan berbagai sumber dan media belajar berupa teknologi
informasi seperti internet.
2. Tempat belajar, dilakukan di mana saja, seperti sekolah, rumah, perpustakaan, dsb.
3. Waktu belajar, dapat dilakukan setiap waktu yang dikehendaki.
4. Tempat dan irama belajar, ditentukan sendiri oleh mahasiswa sesuai kemampuan,
kebutuhan, dan kesempatan yang mereka miliki.
5. Cara belajar, ditentukan dengan kesesuaian tipe belajar mahasiswa dan kemampuan
belajarnya
6. Evaluasi hasil belajar, dilakukan oleh mahasiswa sendiri dengan membandingkan antara
tujuan belajar dan hasil belajar yang dicapainya.
Ciri-ciri mahasiswa yang memiliki kemandirian belajar (Sardiman, 2006), yaitu:
a. Adanya kecenderungan untuk berpendapat, berperilaku dan bertindak atas kehendaknya
sendiri.
b. Memiliki keinginan yang kuat untuk mencapai tujuan.
c. Membuat perencanaan dan berusaha dengan ulet dan tekun untuk mewujudkan harapan.
d. Mampu untuk berfikir dan bertindak secara kreatif, penuh inisiatif dan tidak sekedar

meniru.
108

STKIP Siliwangi Bandung, Indonesia dan IPG Kampus Tun Hussein Onn, Malaysia

Prosiding Seminar Pendidikan Nusantara 2016

ISBN 978-602-71741-3-9

e. Memiliki kecenderungan untuk mencapai kemajuan, yaitu untuk meningkatkan prestasi
belajar.
f. Mampu menemukan sendiri tentang sesuatu yang harus dilakukan tanpa mengharapkan
bimbingan dan tanpa pengarahan orang lain.
Terdapat tiga karakteristik kemandirian belajar (Sumarmo, 2010), yaitu bahwa individu: 1)
merancang belajar sendiri sesuai dengan tujuannya; 2) memilih strategi kemudian
melaksanakan rancangan belajarnya; serta 3) memantau kemajuan belajarnya, mengevaluasi
hasilnya dan dibandingkan dengan standar tertentu.
Kemudian Schunk & Zimmerman (Sumarmo, 2010) merinci kegiatan yang berlangsung pada
tiga fase kemandirian belajar, sebagai berikut:
a) Fase merancang belajar: menganalisis tugas belajar, menetapkan tujuan belajar, dan
merancang strategi belajar.
b) Fase memantau, berlangsung kegiatan mengajukan pertanyaan pada diri sendiri: Apakah
strategi yang dilaksanakan sesuai dengan rencana? Apakah saya kembali kepada
kebiasaan lama? Apakah saya tetap memusatkan diri? Apakah strategi telah berjalan
dengan baik?
c) Fase mengevaluasi, memuat kegiatan memeriksa bagaimana jalannya evaluasi strategi:
apakah strategi telah berjalan dengan baik? (evaluasi proses); hasil belajar apa yang telah
dicapai? (evaluasi produk); dan sesuaikah strategi dengan tugas belajar yang dihadapi.
d) Pada fase merefleksi: pada dasarnya fase ini berlangsung pada keempat fase selama siklus
berjalan.
b. Project Based Learning (Pembelajaran Berbasis Proyek)
Pembelajaran berbasis proyek memiliki lima langkah pembelajaran (Marlinda, 2012), sebagai
berikut:
1. Menetapkan tema proyek. Tema proyek hendaknya memenuhi indikator, sebagai berikut:
a) memuat gagasan umum dan orisinil; b) penting dan menarik; c) mendeskripsikan
masalah kompleks; dan d) mencerminkan hubungan berbagai gagasan. Pada langkah
pertama ini, yang lebih berperan adalah dosen sebagai fasilitator untuk menetapkan tema
yang akan dipelajari mahasiswa selama proses pembelajaran.
2. Menetapkan konteks belajar. Konteks belajar hendaknya memenuhi indikator-indikator,
sebagai berikut: a) pertanyaan-pertanyaan proyek mempersoalkan masalah dunia nyata; b)
mengutamakan otonomi mahasiswa; c) melakukan inquiry dalam konteks masyarakat; d)
mahasiswa mampu mengelola waktu secara efektif dan efisien; e) mahasiswa belajar
penuh dengan kontrol diri; dan f) mensimulasikan kerja secara profesional. Pada tahap
kedua ini, mahasiswa didorong untuk mampu mengeksplorasi kemampuannya dalam
mengelola waktu dan bekerja secara kolaboratif.
3. Merencanakan aktivitas-aktivitas. Pengalaman belajar terkait dengan merencanakan
proyek, sebagai berikut: a) membaca; b) meneliti; c) observasi; d) interview; e) merekam;
f) mengunjungi objek yang berkaitan dengan proyek; dan g) akses internet. Pada tahap
ketiga ini, mahasiswa yang telah memperoleh tema berkesempatan mencari sumber untuk
mendesain proyek yang akan mereka kerjakan. Penelitian ini menekankan pada proyek
berupa portfolio dan alat peraga.
4. Memproses aktivitas-aktivitas. Indikator-indikator memproses aktivitas, sebagai berikut:
a) membuat sketsa; b) melukiskan analisa; c) menghitung; dan d) mengembangkan
prototipe. Langkah ini memberikan kontribusi terhadap kinerja ilmiah, sebab dalam
langkah ini indikator pertama kinerja ilmiah, yaitu merencanakan dan merancang.
STKIP Siliwangi Bandung, Indonesia dan IPG Kampus Tun Hussein Onn, Malaysia

109

Prosiding Seminar Pendidikan Nusantara 2016

ISBN 978-602-71741-3-9

Perencanaan yang dilakukan mahasiswa sejalan pada tahap ketiga, hanya saja pada
tahapan ini perencanaan lebih dibuat khusus, seperti pembuatan langkah-langkah
praktikum. Untuk tahap merancang, dilakukan pada saat praktikum, yaitu pada saat
merangkai alat.
5. Penerapan aktivitas-aktivitas untuk menyelesaikan proyek. Langkah-langkah yang
dilakukan, antara lain: a) mencoba mengerjakan proyek berdasarkan sketsa; b) menguji
langkah-langkah yang telah dikerjakan dan hasil yang diperoleh; c) mengevaluasi hasil
yang telah diperoleh; d) merevisi hasil yang telah diperoleh; e) melakukan daur ulang
proyek yang lain; dan f) mengklasifikasi hasil terbaik. Langkah kelima memberikan
kontribusi pada kinerja ilmiah, yaitu menggunakan peralatan, pelaksanaan pengukuran,
observasi dan pencatatan data, interpretasi dan tanggung jawab.
2. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan kuasi-eksperimen dengan menggunakan kelompok eksperimen dan
kontrol. Kelompok eksperimen memperoleh perlakuan berupa model pembelajaran dengan
project based learning dan kelompok kontrol memperoleh pembelajaran dengan metode
ekspositori. Penelitian ini dilaksanakan di dua kelas reguler angkatan 2014 program studi
pendidikan matematika STKIP Siliwangi Bandung. Subjek penelitian berjumlah sekitar 120
mahasiswa yang terdiri dari kelas A1 dan A3. Instrumen dalam penelitian ini adalah skala
kemandirian belajar dan pandangan mahasiswa terhadap project based learning.
C. Hasil Dan Pembahasan
1. Hasil Penelitian
Berikut ini disajikan data skala kemandirian belajar mahasiswa terhadap pembelajaran.
a. Data Skala Kemandirian Belajar
Data skala kemandirian belajar mengungkap tanggapan mahasiswa terhadap proses
belajarnya berdasarkan indikator yang ada pada kemandiran belajar tersebut. Pada Tabel 1
berikut ini, disajikan skala kemandirian belajar mahasiswa setelah memperoleh pembelajaran
di kelas eksperimen dan kontrol, sebagai berikut:
Tabel 1. Data Skala Kemandirian Belajar
Rerata
No.
Indikator
Eksperimen Kontrol
1. Inisiatif belajar.
2,46
2,33
2. Mendiagnosa
2,45
2,46
kebutuhan belajar.
3. Menetapkan target
3,06
2,86
belajar.
4. Memonitor,
mengatur, dan
3,18
3,05
mengontrol
belajar.
5. Memandang
2,67
2,41
kesulitan sebagai
tantangan.
110

STKIP Siliwangi Bandung, Indonesia dan IPG Kampus Tun Hussein Onn, Malaysia

Prosiding Seminar Pendidikan Nusantara 2016

No.

Indikator

6.

Memanfaatkan
dan mencari
sumber yang
relevan.
Memilih dan
menerapkan
strategi belajar.
Mengevaluasi
proses dan hasil
belajar.
Kemampuan diri.
Rerata

7.

8.

9.

ISBN 978-602-71741-3-9

Rerata
Eksperimen Kontrol
3,07

3,14

3,07

2,89

2,67

2,65

2,77
2,82

2,47
2,70

Berdasarkan Tabel 1 di atas, terlihat bahwa rerata kemandirian belajar mahasiswa di kelas
eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol dengan selisih 0,12. Rerata masing-masing
kedua kelas, yaitu 2,82 dan 2,70 lebih tinggi dari rerata skor netralnya, yaitu 2,50. Dapat
dikatakan bahwa kemandirian belajar mahasiswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol sudah
baik, di mana kemandirian mahasiswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol.
Untuk menguji kebenaran pernyataan ini, selanjutnya dilakukan uji statistik menggunakan uji
t dengan memeriksa terlebih dahulu normalitas dan homogenitas data.
1) Uji Normalitas
Pada Tabel 2 berikut ini, disajikan hasil uji normalitas rerata kemandirian belajar kelas
eksperimen dan kontrol.
Tabel 2. Uji Normalitas Data Kemandirian Belajar
Kolmogorov-Smirnov
Pretes
Statistic df
Sig.
Eksperimen
0,100 43 0,200
Nilai
Kontrol
0,113 38 0,200
Berdasarkan Tabel 2 di atas, pada taraf signifikansi 0,05 terlihat bahwa rerata kemandirian
belajar kelas eksperimen dan kontrol masing-masing memiliki signifikansi (Sig.), yaitu
0,200>0,05. Ini menunjukkan bahwa rerata kemandirian belajar kelas eksperimen dan kontrol
berdistribusi normal. Selanjutnya, dilakukan uji homogenitas untuk melihat keragaman
variansi.
2) Uji Homogenitas
Pada Tabel 3 berikut ini, disajikan hasil uji normalitas rerata kemandirian belajar mahasiswa
kelas eksperimen dan kontrol.
Tabel 3. Uji Homogenitas Data Kemandirian Belajar
Levene
df1 df2 Sig.
Statistic
Nil Based on Mean
1,110
1
79 0,295
ai Based on Median
0,938
1
79 0,336

STKIP Siliwangi Bandung, Indonesia dan IPG Kampus Tun Hussein Onn, Malaysia

111

Prosiding Seminar Pendidikan Nusantara 2016

Based on Median
and with
adjusted df
Based on trimmed
mean

ISBN 978-602-71741-3-9

0,938

1

76,
0,336
009

1,072

1

79 0,304

Berdasarkan Tabel 3 di atas, pada taraf signifikansi 0,05 terlihat bahwa rerata kemandirian
belajar kelas eksperimen dan kontrol memiliki signifikansi (Sig.), yaitu 0,295>0,05. Ini
menunjukkan bahwa rerata kemandirian belajar kelas eksperimen dan kontrol memiliki
variansi yang homogen. Selanjutnya, dilakukan uji perbedaan dua rerata kemandirian belajar
mahasiswa antara kelas eksperimen dan kontrol untuk mengetahui mana yang lebih baik.
3) Uji Perbedaan Dua Rerata
Untuk mengetahui manakah rerata kemandirian belajar yang baik antara kelas eksperimen
dan kontrol digunakan uji t. Pada Tabel 4 berikut ini disajikan hasil uji t terhadap rerata
kemandirian belajar.
Tabel 4. Uji Perbedaan Dua Rerata Kemandirian Belajar
t-test for Equality of Means
95%
Confidence
Interval
Std.
Sig.
Mean
of the
Error
t
df
(2tail DifferDiffer- Difference
ed)
ence
ence Lo
we Upper
r
Ni Equal
0,0
- variances
2,753
79
0,007 0,149
0,054
0,256
41
la assumed
i Equal
0,0
variances
2,722 72,267 0,008 0,149
0,055
0,258
40
not assumed
Berdasarkan Tabel 4 di atas, pada taraf signifikansi 0,05 dengan pengujian dua pihak, terlihat
bahwa rerata kemandirian belajar kelas eksperimen dan kontrol memiliki signifikansi (Sig.),
yaitu 0,007