PENGARUH JAMINAN KESEHATAN TERHADAP KEMI

IMPLEMENTASI JAMINAN KESEHATAN TERHADAP KEMISKINAN
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu: Zein Muttaqien, S. E. I., M. A.

Makalah

Disusun Oleh:
Maharani Dyah K

15423058

Dika Candra Sari

15423059

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM
FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2016


Kata Pengantar

Assalamuala’ikum Wr.Wb
Segala puji syukur bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya
kepada kami sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul “Implementasi
Jaminan Kesehatan Terhadap Kemiskinan”, dan tak lupa sholawat serta salam kita panjatkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Adapun maksud dari penyusunan makalah ini adalah agar memberikan pengetahuan
kepada para pembaca, serta dapat memahami informasi yang terdapat dalam materi yang
menjadi pembahasan kami. Dalam proses penyusunan makalah ini masih ada kekurangan dan
mendapatkan hambatan, namun berkat dukungan material dari berbagai pihak, akhirnya kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan cukup baik, melalui kesempatan ini kami
mengucapakan banyak terimakasi kepada semua pihak terkait yang telah membantu
terselesainya makalah ini.
Segala sesuatu yang salah datangnya dari manusia dan seluruh hal yang benar datangnya
hanya dari agama berkat adanya nikamat dari Allah SWT, meski makalah ini masih jauh dari
kata sempurna,oleh sebab itu segala saran dan kritik yang membangun dari semua pihak
sangat kami harapkan.
Wassalamuala’ikum Wr.Wb


Yogyakarta, 20 Desember 2016

ii

DAFTAR ISI
Cover .....................................................................................................................................i
Kata Pengantar .................................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................................ iii
Bab I Pendahuluan ............................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................... 2
Bab II Pembahasan .............................................................................................................. 3
A. Pengetahuan Masyarakat Miskin Dalam Pemanfaatan JSN ......................................... 3
a. Masyarakat ............................................................................................................. 3
b. Miskin .................................................................................................................... 3
c. Masyarakat Miskin ................................................................................................ 4
d. Pengetahuan Masyarakat Miskin Dalam Pemanfaatan Jaminan Kesehatan .......... 4
B. Tanggapan Pasien Terhadap Layanan Penggunaan BPJS ............................................ 5
a. Tanggapan pasien .................................................................................................. 5

b. Jenis-jenis BPJS ..................................................................................................... 6
c. Faktor Penyebab Kurangnya Penggunaan BPJS ................................................... 6
Bab III Penutup .................................................................................................................... 7
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 7
B. Saran ............................................................................................................................. 7
Daftar Pustaka ...................................................................................................................... 8

iii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jaminan kesehatan nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial
Nasional(SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi
kesehatan sosial yang bersifat wajib berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004
tentang SJSN dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat
yang layak yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya
dibayar oleh pemerintah. Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) adalah suatu tata cara
penyelenggaraan program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara jaminan

sosial.
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan adalah badan hukum yang
dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan. Awal mulanya SJSN
muncul disebabkan adanya pengeluaran yang tidak diduga apabila seseorang terkena
penyakit, apalagi tergolong penyakit berat yang menuntut stabilisasi yang rutin seperti
hemodialisa atau biaya operasi yang sangat tinggi. Hal ini berpengaruh pada penggunaan
pendapatan seseorang dari pemenuhan kebutuhan hidup pada umumnya menjadi biaya
perawatan di rumah sakit, obat-obatan, dan lain-lain. Hal ini tentu menyebabkan
kesukaran ekonomi bagi diri sendiri maupun keluarga. Sehingga muncul istilah
“SADIKIN”, sakit sedikit jadi miskin. Dapat disimpulkan, bahwa kesehatan tidak bisa
digantikan dengan uang, dan tidak ada orang kaya dalam menghadapi penyakit karena
dalam sekejap kekayaan yang dimiliki seseorang dapat hilang untuk menggobati penyakit
yang dideritanya.
Begitu pula dengan resiko kecelakaan dan kematian. Suatu peristiwa yang tidak kita
harapkan namun mungkin saja terjadi kapan saja dimana kecelakan dapat menyebabkan
merosotnya kesehatan, ataupun kematian karenanya kita kehilangan pendapatan, baik
sementara maupun permanen. Belom lagi menyiapkan diri pada saat jumlah penduduk
lanjut usia dimasa datang semakin bertambah. Pada tahun 2030, diperkirakan jumlah
penduduk di Indonesia adalah 270 juta orang. 70 orang diantaranya diduga berumur lebih
dari 60 tahun. Dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2030 terdapat 25% penduduk

Indonesia dalah lansia. Lansia ini sendiri rentan mengalami berbagai penyakit
degenerative yang akhirnya dapat menurunkan produktivitas dan berbagai dampak
lainnya. Apabila tidak ada yang menjamin hal ini maka suatu saat nanti dapat menjadi
masalah yang besar.
Seperti menemukan air di gurun, ketika presiden Megawati mengesahkan UU No
40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) pada 19 Oktober 2004, banyak
pihak berharap tudingan Indonesia sebagai “Negara tanpa jaminan sisial” akan segera
luntur dan menjawab permasalahan diatas. Munculnya UU SJSN ini dipicu oleh UUD
tahun 1945 dan perubahannya tahun 2002 dalam pasal 5 ayat (1), pasal20, pasal 28H ayat
(1), ayat (2) dan ayat (3), serta pasal 34 ayat (1) dan ayat (2) mengamanatkan untuk
mengembangkan sistem jaminan sosial nasional. Hingga disahkan dan di indangkan UU
SJSN telah melalui proses yang panjang, dari tahun 2000 hingga tanggal 19 Oktober
2004.
Community dalam bahasa yunani adalah “persahabatan”. Sebagai refleksi dari arti
kata tersebut, Aristoteles mengemukakan bahwa manusia yang hidup bersama dalam
masyarakat karena mereka menikmati ikatan yang saling bekerja sama, untuk memenuhi
kebutuhan dasar mereka dan untuk menemukan makna kehidupan. Masyarakat dalam
1

konteks pemberdayaan masyarakat adalah masyarakat atau community dalam bahasa

Inggris atau komunitas. Secara etimologis “community” berasal dari kominitat yang
berakar pada comunete atau comman. Community mempunyai dua arti (Talizi,1990-49):
1. Sebagai kelompok sosial yang bertempat tinggal dilokasi tertentu, memiliki
kebudayaan sejarah yang sama; 2. Sebagai suatu pemukiman yang terkecil diatasnya ada
kota kecil (town), dan diatas kota kecil ada kota besar (city).
Kemiskinan merupakan persoalan yang kompleks, karena tidak hanya berkaitan
dengan masalah rendahnya tingkat pendapatan dan konsumsi, tetapi juga berkaitan
dengan rendahnya tingkat pendidikan, kesehatan, serta ketidakberdayaannya untuk
berpartisipasi dalam pembangunan serta beragai masalah yang berkenaan dengan
pembangunan manusia. Dimensi-dimensi kemiskinan tersebut termanifestasikan dalam
bentuk kekurangan gizi, air, perumahan yang sehat, perawatan kesehatan yang kurang
baik, dan tingkat pendidikan yang rendah.
B. RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana pengetahuan masyarakat miskin dalam pemanfaatan jaminan kesehatan?
b. Bagaimana tanggapan pasien BPJS terhadap pelayanan rumah sakit umum daerah?
C. TUJUAN PENULISAN
a. Mengetahui cara pemanfaatan masyarakat miskin terhadap jaminan kesehatan
b. Mengetahui tanggapan pasien BPJS terhadap pelayanan rumah sakit umum daerah

2


BAB II
PEMBAHASAN
A. Masyarakat Miskin
a. Masyarakat
Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-seluasnya dan terikat
oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Masyarakat dapat pula diartikan sebagai semua kegiatan manusia dalam kehidupan
bersama (Singalingging, 2008: 28). Masayarakat dibentuk oleh individu-individu
yang berada dalam keadaan sadar. Masyarakat dapat mempunyai arti yang luas dan
sempit dalam arti luas masyarakat adalah keseluruhan hubungan-hubungan dalam
hidup bersama dan tidak dibatasi oleh lingkungan, bangsa dan sebagainya. Atau
dengan kata lain kebulatan dari semua perhubungan dalam hidup bermasyarakat.
Dalam arti sempit masyarakat adalah sekelompok manusia yang dibatasi oleh aspekaspek tertentu, misalya teritorial, bangsa golongan dan sebagainya.
Definisi masyarakat menurut Muthahhari (dalam Handoyo 2007:1) mengartikan
masyarakat sebagai suatu kelompok manusia yang di bawah tekanan serangkaian
kebutuhan dan di bawah pengaruh seperangkat kepercayaan, ideal dan tujuan
tersatukan dan terlebur dalam suatu rangkaian kesatuan kehidupan bersama. Yang
dimaksud kehidupan bersama adalah kehidupan yang didalamnya kelompokkelompok manusia hidup bersama-sama di suatu wilayah tertentu, berbagi iklim,
berbagi identitas, berbagai kesenangan maupun kesedihan.

Sebagai realitas kehidupan, selalu digambarkan sebagai suatu keadaan
kehidupan yang kekurangan, lemah dan tidak berkecukupan dalam memenuhi
kebutuhannya, baik dalam pengertian spiritual maupun material (Taher 1997).
Dilihat dari kehidupan masyarakat yang saat ini terbilang maju masih banyak orangorang yang kurang mengerti arti kesehatan yang sangat penting bagi kehidupan para
masyarakat. Ditunjau dari minimnya pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat
yang mengakibatkan mereka mengalami kesulitan dalam menghadapi masalah
perekonomian hingga kesehatan.
b. Miskin
Menurut KBBI, miskin adalah tidak berharta; serba kekurangan (berpenghasilan
sangat rendah). Sebagai besar konsepsi mengenai kemiskinan sering dikaitkan
dengan aspek ekonomi, kemiskinan sejatinya menyangkut pula dimensi material,
sosial, kultural, institusional, dan struktur (Suharto 2013: 15). Kemiskinan adalah
ketidak mampuan memenuhi standar minium kebutuhan dasar yang meliputi
kebutuhan makan maupun non makan. Kemiskinan apapun bentuknya, sebagai suatu
realitas kehidupan, sepenuhnya tidak dapat dihilangkan. Kemiskinan hanya dapat
diubah, dikurangi ataupun diperbaiki, agar tidak menghancurkan derajat
kemanusiaan. Kekayan ada karena adanya kemiskinan dan orang menjadi kayak
karena adanya orang yang miskin, tanpa ada orang miskin tidak akan pernah ada
orang kaya. Karena itu, orang kaya dan orang miskin saling membutuhkan untuk
memberikan arti pada makna kehidupannya sendiri, dan dapat saja ukuran kekayaan

dan kemiskinan itu, antara bangsa yang satu dengan bangsa yang lainnya berbeda
ukurannya, baik kualitas maupun kuantitasnya. Kemiskinan seperti yang akhir-akhir
ini banyak di bicarakan oleh kalangan pejabat pemerintah, kalangan akademis,
cendekiawan, dan dikalangan masyarakat adalah kemiskinan dalam kaitannya
dengan ekonomi, yaitu sebagai realitas yang dihasilkan oleh struktur perekonomian
yang timpang, sehingga mengakibatkan yang kaya makin kaya dan yang miskin
3

makin miskin. Kondisi ini dapat saya menyulut terasa ketidakpuasan masyarakat
karena ketidakadilan terasa makin melebar berbagai aspek kehidupan, yang
kemudian mempertegas munculnya berbagai kesenjangan dan ketidakberdayaan.
c.

Masyarakat Miskin
Kemiskinan dipandang sebagai ketidak mampuan dari sisi ekonomi untuk
memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi
pengeluaran. Jadi masyarakat miskin adalah masyarakat yang memiliki rata-rata
pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan. Berdasarkan keputusan
menteri sosial Republik Indonesia Nomor 146/HUK/2013, fakir miskin dan orang
tidak mampu yang teregister berasal dari Rumah Tangga yang memiliki kriteria:

a. Tidak mempunyai sumber mata pencaharian atau mempunyai sumber mata
pencaharian tetapi tidak mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan dasar;
b. Mempunnyai pengeluaran sebagaian besar digunakan untuk memenuhi
konsumsi makanan pokok dengan sangat sederhana;
c. Tidak mampu atau mengalami kesulitan untuk berobat ketenaga medis, kecuali
puskesmas atau untuk setiap anggota rumah tangga;
d. Mempunyai kemampuan hanya menyekolahkan anaknya sampai jenjang
pendidikan SLTP;
e. Mempunyai dinding rumah terbuat dari bambu, kayu atau tembok dengan
kondisi tidak baik atau kualitas rendah, termasuk tembok yang sudah hilang atau
berlumput dan tembok tidak bisa diplester;
f. Tidak mampu membeli pakaian satu kali dalam satu tahun untuk setiap anggota
rumah tangga;
g. Kondisi lantai terbuat dari tanah, semen atau kramik dengan kondisi tidak baik
atau kualitas rendah;
h. Atap terbuat dari ijuk atau rumbia, genteng, seng atau asbes dengan kondisis
tidak baik atau kualitas rendah;
i. Mempunyai penerangan bangunan tempat tinggal bukan dari listrik atau listrik
tanpa meteran;
j. Luas lantai rumah kecil kurang dari 8 m2/orang;

k. Mempunyai sumber air minum berasal dari sumur atau mata air tak
terlindung/air hujan.

d. Pengetahuan Masyarakat Miskin Dalam Pemanfaatan Jaminan Kesehatan
Peran promosi kesehatan menjadi penting dalam rangka meningkatkan motivasi
masyarakat tersebut untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan. Promosi dalam hal
ini merupakan rangkaian motivasi dan persuasi agar masyarakat mau menerima dan
memanfaatkan program yang diberikan. Program yang menarik belumlah cukup, ini
harus disertai dengan komunikasi yang berkesinambungan dan terarah untuk
memberikan informasi, motivasi dan edukasi kepada masyarakat.
Sosialisasi atau promosi kesehatan yang dilaksanakan selain secara
berkesinambungan juga harus memperhatikan khalayak sasaran baik dari segi
jumlah maupun karakteristiknya, jenis informasi atau pesan yang dibutuhkan dan
media apa yang tepat untuk masyarakat sebagai sasaran. Sosialisasi BPJS yang
dilaksanakan oleh para tokoh-tokoh masyarakat ataupun Tim Kesehatan dan
melibatkan masyarakat itu sendiri. Dalam sosialisasi ini ada proses berbagai
pengalaman tentang bagaimana manfaat yang dirasakan, prosedur mendapatkan
pelayanan kesehatan serta bentuk-bentuk pelayanan kesehatanyang diperoleh.

4

B. Tanggapan Pasien Terhadap Layanan Penggunaan BPJS
a. Tanggapan Pasien
Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2016 saat ini adalah 254.751.501 juta
jiwa. Sedangkan jumlah penduduk miskin Indonesia sekitar 28,01 juta atau 10,86
persenpada bukan Maret 2016, dari jumlah sekiar 28,01 juta tersebut beberapa warga
miskin termasuk dalam peserta Sistem Jaminan Sehat Nasional (SJSN). Kita tahu
bahwa SJSN atau lebih tepatnya pengguna BPJS Kesehatan tiap bulan harus
membayar iuran sebagai jaminan atau asuransi ketika nantinya dia sakit maka dia
bisa menggunakan kartu BPJS tersebut. BPJS Kesehatan tiap daerah
diselenggarakan oleh Jamkesda, dimana Jamkesda ini nantinya akan menyatu
dengan BPJS.
Menurut Sri Endang Tidarwati “Program Jaminan KesehatanDaerah (Jamkesda)
dipastikanakan menyatu dengan BadanPenyelenggara Jaminan Sosial(BPJS)
Kesehatan paling lambat 2 tahun setelah operasional”. (Direktur Kepesertaan dan
Pemasaran BPJS Kesehatan; 2004)
Jumlah penduduk miskin yang terdaftar sebagai peserta BPJS, masih sangat
sedikit. Rata-rata pengguna BPJS adalah peserta dari kalangan menengah ke atas,
sebab mereka dapat dengan mudah untuk membayar iuran yang ditarik oleh
penyelenggara BPJS Kesehatan. Pelayanan yang diberikan rumah sakit umum
daerah pada pasien pengguna BPJS rata-rata menuai respon yang positif, namun
tidak menutup kemungkinan bahwa pasien juga memberikan respon yang negatif.
Respon positif banyak diberikan oleh peserta BPJS Kesehatan dari kalangan
menengah ke atas, sebagai contohnya tanggapan dari ibu Etin Rohendi dan bapak
Yon Priyono. Berikut respon yang diberikan oleh ibu Etin Rohendi :
“Kalau tidak punya jaminan kesehatan seperti Askes atausekarang menjadi
BPJS Kesehatan, ya pastinya kami repotdeh, karena biaya operasi bisa sampai
puluhan juta dansetiap kontrol pun harus keluar uang untuk dokter spesialis.Ya
untung saja ibu jadi peserta BPJS Kesehatan,”.Masa peralihan dari peserta Akses
menjadi BPJS Kesehatanmemang sangat terasa, tetapi Tari dan Entin pun
sangatmemahami bahwa jaminan kesehatan nasional (JKN) yangdikelola BPJS
Kesehatan untuk kepentingan bangsa. “Kalauuntuk jaminannya tetap sama yang
Askes dan JKN, Yangberbeda hanya antreannya jadi lama, ya kan pesertanya
sekarang bukan cuma peserta Askes,”. Tetapi secara umum, pelayanan sudah baik.
“Semogasaja, semakin baik dan memang sebaiknya seluruh rakyatIndonesia punya
jaminan kesehatan ya, supaya tidak ada lagi yang tidak bisa berobat kemudian
sakitnya semakinparah dan akhirnya mati sia-sia. Cuma ya, bagaimana
supayapelayanannya jangan menurun tetapi semakin baik, danpenting lagi,
bagaimana supaya bangsa Indonesia sehat, gituloh,” kata Tari.
Sedangkan menurut pendapat bapak Yon Priyono Setelah merasakan fasilitas
JKN yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Kesehatan, Yon pun menilai, betapa pentingnya jaminan kesehatan untukseluruh
rakyat Indonesia. “Saya menilai begini, sebaiknyayang belum menjadi peserta
JKN/BPJS Kesehatan segerasaja mendaftar deh, jangan menunggu sakit. Betul,
karenamanfaatnya baik sekali. Kita memang harus menjagakesehatan tetapi sakit itu
kan datangnya bisa tiba-tiba,”
Penggunaan BPJS Kesehatan kalangan tidak mampu, masih kurang mengerti
akan penggunaan dari BPJS dan masih belum bisa memahami sepenuhnya manfaat
dari BPJS tersebut. Akan tetapi faktor utama dari ini semua yaitu karena adanya

5

iuran tiap bulan yang harus diberikan sebagai dana iuran jaminan ketika mereka
sakit.
Pelayanan yang diberikan rumah sakit umum daerah terhadap peserta BPJS
tidak semuanya baik. Sebagian dari rumah sakit umum daerah di Indonesia masih
banyak yang tetap memungut biaya untuk pengobatan dan fasilitas yang diberikan
rumah sakit. Bahkan ada rumah sakit yang menolak dan mencari-cari alasan agar
pasien peserta BPJS tersebut tidak memberatkan pihak rumah sakit. Hal ini menjadi
pemberat bagi pasien peserta BPJS, terutama kalangan tidak mampu, sebab mereka
juga hanya bisa dirawat inap selama 3 hari saja. Padahal tidak semua orang sakit
dapat sembuh hanya dengan waktu 3 hari saja. Ini sangat lah berat, apalagi jika
pasien tersebut hanya pekerja lepas dengan upah minim yang cukup untuk
kehidupan makan keluarganya, maka tentunya pihak kelurga akan membiarkan
kelurganya yang sakit tersebut untuk dirawat di rumah atau dirawat oleh dukun atau
tabib.
b. Jenis-jenis BPJS
BPJS dibagi menjadi 3 kelas, yaitu:
a. kelas perawatan kelas III diberikan kepada peserta PBI (penerima bantuan
iuran) jaminan kesehatan, peserta pekerja bukan penerima upah, dan peserta
bukan pekerja dengan iuran untuk manfaat di ruang pelayanan kelas III.
b. Perawatan kelas II diberikan kepada pegawai negeri sipil(PNS) golongan ruang
I dan golongan ruang II besertakeluarganya, serta PNS dan penerima pensiun
PNSgolongan ruang I dan golongan ruang II beserta anggotakeluarganya .Selain
itu, diberikan kepada anggota TNI dan penerimapensiun Anggota TNI yang
setara Pegawai Negeri Sipilgolongan ruang I dan golongan ruang II beserta
anggotakeluarganya. Anggota Polri dan penerima pensiunAnggotaPolri yang
setara Pegawai Negeri Sipil golonganruang I dan golongan ruang II beserta
anggota keluarganya.Perawatan kelas II juga diberikan kepada
PegawaiPemerintah Non Pegawai Negeri yang setara PegawaiNegeri Sipil
golongan ruang I dan golongan ruangII besertaanggota keluarganya. Peserta
Pekerja Penerima Upahbulanan sampai dengan 2 (dua) kali penghasilan tidak
kenapajak dengan status kawin dengan 1 (satu) anak, besertaanggota
keluarganya. Peserta Pekerja Bukan PenerimaUpah dan Peserta bukan Pekerja
dengan iuran untukManfaat pelayanan di ruang perawatan kelas II.
c. Ruang perawatan kelas I diberikan kepadapejabat negara dan anggota
keluarganya. PNS danpenerima pensiun PNS Golongan III dan Golongan
IVbeserta anggota keluarganya. Anggota TNI dan penerimapensiun Anggota
TNI yang setara Pegawai NegeriSipil Golongan III dan Golongan IV beserta
anggotakeluarganya.
c.

Faktor Penyebab Kurangnya Penggunaan BPJS Dari Kalangan Kurang
Mampu
a) Terlalu banyak anggota keluarga
b) Penghasilan yang hanya cukup untuk kehidupan setiap hari
c) Kurangnya penyuluhan dari pemerintah
d) Tidak terdaftarnya sebagai peduduk didaerah bermukim
e) Iuran bulanan yang terlalu berat
f) Banyaknya pengangguran
g) Jauhnya jarak rumah ke fasilitas kesehatan BPJS tingkat I

6

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Peran promosi kesehatan menjadi penting dalam rangka meningkatkan motivasi
masyarakat tersebut untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan. Promosi dalam hal ini
merupakan rangkaian motivasi dan persuasi agar masyarakat mau menerima dan
memanfaatkan program yang diberikan. Program yang menarik belumlah cukup, ini
harus disertai dengan komunikasi yang berkesinambungan dan terarah untuk
memberikan informasi, motivasi dan edukasi kepada masyarakat.
Sosialisasi atau promosi kesehatan yang dilaksanakan selain secara berkesinambungan
juga harus memperhatikan khalayak sasaran baik dari segi jumlah maupun
karakteristiknya, jenis informasi atau pesan yang dibutuhkan dan media apa yang tepat
untuk masyarakat sebagai sasaran. Sosialisasi BPJS yang dilaksanakan oleh para tokohtokoh masyarakat ataupun Tim Kesehatan dan melibatkan masyarakat itu sendiri. Dalam
sosialisasi ini ada proses berbagai pengalaman tentang bagaimana manfaat yang
dirasakan, prosedur mendapatkan pelayanan kesehatan serta bentuk-bentuk pelayanan
kesehatanyang diperoleh.
Penggunaan BPJS Kesehatan kalangan tidak mampu, masih kurang mengerti akan
penggunaan dari BPJS dan masih belum bisa memahami sepenuhnya manfaat dari BPJS
tersebut. Akan tetapi faktor utama dari ini semua yaitu karena adanya iuran tiap bulan
yang harus diberikan sebagai dana iuran jaminan ketika mereka sakit.
Pelayanan yang diberikan rumah sakit umum daerah terhadap peserta BPJS tidak
semuanya baik. Sebagian dari rumah sakit umum daerah di Indonesia masih banyak yang
tetap memungut biaya untuk pengobatan dan fasilitas yang diberikan rumah sakit.
Bahkan ada rumah sakit yang menolak dan mencari-cari alasan agar pasien peserta BPJS
tersebut tidak memberatkan pihak rumah sakit. Hal ini menjadi pemberat bagi pasien
peserta BPJS, terutama kalangan tidak mampu, sebab mereka juga hanya bisa dirawat
inap selama 3 hari saja. Padahal tidak semua orang sakit dapat sembuh hanya dengan
waktu 3 hari saja. Ini sangat lah berat, apalagi jika pasien tersebut hanya pekerja lepas
dengan upah minim yang cukup untuk kehidupan makan keluarganya, maka tentunya
pihak kelurga akan membiarkan kelurganya yang sakit tersebut untuk dirawat di rumah
atau dirawat oleh dukun atau tabib.

B. Saran
1. Kepada pemerintah perlu mengusulkan agar masyarakat miskin yang belum
menerima jaminan kesehatan PBI BPJS kesehatan bisa menerimanya.
2. Kepada penyelenggara JKS agar lebih memperhatikan rakyat dengan penghasilan
upah minimum dibawah UMR.
3. Kepada masyarakat miskin diharapkan untuk memanfaatkan adanya program BPJS.
Sehingga implementasi program BPJS dapat sesuai dengan tujuan.

7

DAFTAR PUSTAKA
Ash-Shard, S.M.B. 2002. Keunggulan Ekonomi Islam. Jakarta: Pustaka Zahra.
Azizy, A.Q. 2004. Membangun Fondasi Ekonomi Umat. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Gemmell, N. 1992. Ilmu Ekonomi Pembangunan. Jakarta: PT Pustaka IP3ES Indonesia.
http://eprints.ums.ac.id/40493/1/10.%20NASKAH%20PUBLIKASI.pdf
http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=download&sub=DownloadFile&act=view&ty
p=html&id=84217&ftyp=potongan&potongan=S1-2015-316402-introduction.pdf
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/196111091987031001MUSTOFA_KAMIL/pengertian_masyarakat.pdf
http://lib.unnes.ac.id/20361/1/3301411070-S.pdf
http://www.jkn.kemkes.go.id
https://bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/dmdocuments/2b67b6556b028d910d2ee8df4245e886.pdf
https://www.bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/index.php/pages/detail/2013/4
Taher, T. 1997. Islam Etos Kerja & Pemberdayaan Ekonomi Umat. Yogyakarta: Lesfi.

8