HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TENTANG PROFESIONALISME GURU DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KINERJA GURU MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) SEKECAMATAN TANJUNG PURA.

(1)

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TENTANG

PROFESIONALISME GURU DAN IKLIM KOMUNIKASI DENGAN

KINERJA GURU MADRASAH ALIYAH (MAN)

SEKECAMATAN TANJUNG PURA

TESIS

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Adminitrasi Pendidikan

Oleh:

ENNI SUHENNI

NIM : 8106132005

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

(3)

(4)

i

ABSTRACT

Enni Suhenni. NIM. 8106132005. The Relations Perception of Teaching and Teacher Professionalism Against Climate Communication with Teacher Performance Madrasah Aliyah Langkat Regency Tanjung Pura. Thesis, Medan: Graduate Program, State University of Medan, March 2013.

This study aimed to determine: (1) the relationship the teacher's perception of the professionalism of teacher with teacher performance, (2) communication of climate relationship with teacher performance, and (3) perceptions of teachers to teacher professionalism and communication climate together with teacher performance. The method used in this research is descriptive method with this type of research is correlational research because of the relationship between the study variables. The population in this study were all teachers who teach in MAN Langkat Regency Tanjung Pura totaling 126 people. Determination of the sample in this study using the nomogram Herry King with an error rate of 5%, and assisted with Table Isaac and Michael, the sample size in this study were as many as 95 people. Data collection instrument was a questionnaire for teachers' perceptions of the professionalism of Teacher Training and Communication Climate and observation sheet for teacher performance. Reliability calculations showed r = 0.884 for instrument teachers' perceptions of the professionalism of the Teaching and r = 0.925 for Climate Communication instruments and r = 0.996 for teacher performance instrument. The technique used is regression analysis and correlation.

The findings of this study are: (1) there is a significant relationship between the perception of teachers on Teacher Professionalism with teacher performance is indicated by a correlation of 0.711 with the equation of the regression line Ŷ = 47,305 + 0,3086 X 1 ; (2) there is a significant relationship between climate communication

with teacher performance is indicated by the correlation coefficient of 0.541 the equation of the regression line Ŷ = 46,168 + 0,396 X 2 ; (3) there is a significant

relationship between teachers' perceptions of the professionalism of the Teaching and Climate Communication together with teacher performance, demonstrated by multiple correlation coefficient Ry.12 = 0.767 with the regression line equation. Ŷ = 11,65 + 0,136X 1 + 0,218 X 2 . The coefficient of determination shows the results of

0.589 this means 58.9% of the variation that affects the teacher's performance can be explained by the perception of teachers on Teacher Professionalism and Climate Communication. Based on the findings in this study, the teachers need to perceive the Teacher Professionalism in Teaching Professionalism positive because at its core is the assistance provided to all school staff to develop teaching and learning situations better. Furthermore, the teacher is expected to be able to manage their emotions to improve communication climate that will ultimately improve their performance.


(5)

ii

ABSTRAK

Enni Suhenni. NIM. 8106132005. Hubungan Persepsi Guru Terhadap Profesionalisme Guru dan Iklim Komunikasi dengan Kinerja Guru Madrasah Aliyah Negeri Tanjung Pura Kabupaten Langkat. Tesis, Medan: Program Pascasarjana, Universitas Negeri Medan, Maret 2013.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) hubungan persepsi guru terhadap profesionalisme guru dengan kinerja guru, (2) hubungan iklim komunikasi dengan kinerja guru, dan (3) persepsi guru terhadap profesionalisme guru dan iklim komunikasi secara bersama-sama dengan kinerja guru.

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif dengan jenis penelitian adalah penelitian korelasional karena melihat hubungan antara variabel penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru yang mengajar di MAN Tanjung Pura Kabupaten Langkat yang berjumlah 126 orang. Penetapan sampel pada penelitian ini menggunakan Nomogram Herry King dengan tingkat kesalahan 5%, dan dibantu dengan Tabel Isaac dan Michael, maka besar sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 95 orang. Instrumen pengumpulan data adalah angket untuk persepsi guru terhadap Profesionalisme guru dan Iklim Komunikasi serta lembar observasi untuk kinerja guru. Perhitungan reliabilitas menunjukkan r = 0,884 untuk instrumen persepsi guru terhadap Profesionalisme guru dan r = 0,925 untuk instrumen Iklim Komunikasi serta r = 0,996 untuk instrumen kinerja guru. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi dan korelasi.

Temuan Penelitian ini adalah: (1) terdapat hubungan yang signifikan antara Persepsi guru terhadap Profesionalisme guru dengan kinerja guru ditunjukkan oleh korelasi sebesar 0,711 dengan persamaan garis regresi Yˆ47,3050,3086X1; (2) terdapat

hubungan yang signifikan antara Iklim Komunikasi dengan kinerja guru ditunjukkan oleh koefisien korelasi sebesar 0,541 dengan persamaan garis regresi

2 396 , 0 168 , 46 ˆ X

Y   ; (3) terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi guru terhadap Profesionalisme guru dan Iklim Komunikasi secara bersama-sama dengan kinerja guru, ditunjukkan oleh koefisien korelasi ganda Ry.12 = 0,767 dengan

persamaan garis regresi Yˆ 11,650,136X1 0,218X2. Koefisien determinasi menunjukan hasil 0,589 hal ini berarti 58,9% variasi yang mempengaruhi kinerja guru dapat dijelaskan oleh persepsi guru terhadap Profesionalisme guru dan Iklim Komunikasi. Berdasarkan temuan dalam penelitian ini, maka guru perlu mempersepsi Profesionalisme guru secara positif sebab Profesionalisme guru pada intinya merupakan bantuan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik. Selanjutnya, guru diharapakan mampu mengelola emosinya untuk dapat meningkatkan Iklim Komunikasi yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerjanya.


(6)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat izin-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. Tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Magister Pendidikan program studi Administrasi Pendidikan, Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan.

Adapun judul tesis ini adalah Hubungan antara Persepsi Guru tentang Profesionalisme Guru dan Iklim Komunikasi terhadap Kinerja Guru MAN Tanjung Pura Kabupaten Langkat. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Pd., dan Bapak Prof. Dr. Harun Sitompul, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang dengan sabar memberikan arahan, bimbingan dan motivasi serta meluangkan waktunya kepada penulis sejak awal kuliah hingga penyelesaian tesis ini. Selanjutnya ucapan terima kasih disampaikan kepada: 1. Bapak Rektor UNIMED Medan Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Pd, Bapak Prof. Dr. Abdul

Muin Sibuea., M.Pd, selaku Direktur Program Pascasarjana UNIMED, Bapak Prof. Dr. H. Syaiful Sagala., S.Sos., M.Pd, selaku Ketua Prodi Adminitrasi Pendidikan, dan Bapak Dr. Yasaratodo Wao, M.Pd. selaku sekretaris Program Studi beserta staf. 2. Bapak Prof. Dr. H. Syaiful Sagala., S.Sos., M.Pd, Bapak Prof. Dr. Lahmudin, M.Ed,

dan Bapak Prof. Dr. Sahat Siagian, M.Pd selaku Nara Sumber yang telah memberikan masukan pada tesis ini, serta seluruh Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu selama menempuh pendidikan di Program Pascasarjana UNIMED.

3. Bapak Kepala Sekolah MAN 1 dan MAN 2 Tanjung Pura Kabupaten Langkat yang telah membantu penyelesaikan penelitian.


(7)

iv

4. Ayahanda (Alm) H. Mohd Noerdin Darus, dan Ibunda Hj. Hamidah Hamid Zahid yang memberikan restu untuk melanjutkan pendidikan di jenjang Magister ini.

5. Suami tercinta Muhammad Idris, SP, yang memberikan dukungan moral maupun materil sehingga dapat menyelesaikan Pendidikan Magister di Program Pascasarjana UNIMED.

6. Anakku tersayang Muhammad Aidifitra Syukri Hadintha yang banyak memberikan dukungan moral sehingga bisa menyelesaikan pendidikan ini.

7. Rekan-rekan kuliah khususnya Prodi Administrasi Pendidikan Angkatan XVIII B yang banyak memberikan motivasi dan masukan dalam menyelesaikan tesis ini.

Hendaknya semua kebaikan dan bantuan yang diberikan menjadi amal kebajikan. Akhirnya, penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya dan dunia Pendidikan pada umumnya.

Medan, Juli 2013 Penulis,

ENNI SUHENNI NIM.8106132005


(8)

v

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ... i

ABTRAKSI ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 10

C. Pembatasan Masalah ... 11

D. Rumusan Masalah ... 11

E. Tujuan Penelitian ... 12

F. Manfaat Penelitian ... 12

BAB II KAJIAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ... 13

A. Kerangka Teoretis ... 13

1.Hakikat Kinerja Guru ... 13

2.Hakikat Persepsi dan Profesionalisme guru ... 19

3.Hakikat Iklim Komunikasi ... 28

4. Penelitian yang Relevan ... 37

B. Kerangka Berpikir ... 38

1. Hubungan Persepsi Guru Tentang Profesionalisme Keguruan dengan Kinerja Guru ... 38

2. Hubungan Iklim Komunikasi dengan Kinerja Guru ... 39

3. Hubungan Persepsi Guru Tentang Profesionalisme Keguruan dan Iklim komunikasi dengan Kinerja Guru . 40 C. Hipotesis Penelitian ... 44

BAB III METODE PENELITIAN ... 45

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 45

B. Metode Penelitian... 45

C. Populasi dan Sampel ... 45

D. Variabel dan Defenisi Operasional Variabel Penelitian ... 46

E. Teknik Pengumpulan Data ... 48

F. Uji Coba Instrumen Penelitian ... 51

G. Teknik Analisis Data ... 54


(9)

vi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Penelitian ... 58

1. Data Kinerja Guru ... 58

2. Data Iklim Komunikasi ... 59

3. Data Persepsi Guru Tentang Profesionalisme guru ... 61

B. Identifikasi Tingkat Kecenderungan Variabel Penelitian 1. Variabel Kinerja Guru ... 62

2. Variabel Profesionalitas Keguruan ... 63

3. Variabel Kinerja Guru ... 64

C. Uji Persyaratan Analisis Data ... 64

1. Pengujian Normalitas Data ... 65

2. Pengujian Homogenitas Varians ... 66

3. Pengujian Linieritas dan Keberartian Koefisien Regresi ... 67

4 Uji Indepemdensi ... 68

D. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 69

1. Hubungan antara Persepsi Guru Tentang Profesionalisme guru dengan Kinerja Guru ... 69

2. Hubungan Iklim Komunikasi dengan Kinerja Guru ... 71

3. Hubungan Persepsi Guru Tentang Profesionalisme guru dan Iklim Komunikasi Secara bersama-sama dengan Kinerja Guru ... 73

E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 75

F. Keterbatasan Penelitian ... 85

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan ... 87

B. Implikasi ... 88

1. Upaya Meningkatkan Kinerja Guru Melalui Peningkatan Profesionalisme guru ... 88

2. Upaya Meningkatkan Kinerja Guru Melalui Peningkatan Iklim Komunikasi ... 89

3. Upaya Meningkatkan Kinerja Guru Melalui Peningkatan Persepsi Guru Tentang Profesionalisme guru dan Iklim Komunikasi Secara Bersama-sama ... 91

C. Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 94


(10)

v

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Nilai rata-rata UN siswa MAN/MAS Kecamatan

Tanjung Pura ... 3

Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Persepsi Guru Tentang Profesionalisme guru ... 49

Tabel 3. Kisi-Kisi Instrumen Iklim Komunikasi ... 50

Tabel 4. Kisi-Kisi Instrumen Kinerja Guru ... 51

Tabel 5. Daftar Distribusi Frekuensi Skor Persepsi Guru Tentang Profesionalisme guru ... 58

Tabel 6. Daftar Distribusi Frekuensi Skor Iklim Komunikasi ... 60

Tabel 7. Daftar Distribusi Frekuensi Skor Kinerja Guru ... 61

Tabel 8. Distribusi frekuensi dan kategori skor kinerja guru ... 62

Tabel 9. Distribusi frekuensi dan kategori skor profesionalisme guru ... 63

Tabel 10 Distribusi frekuensi dan kategori skor Iklim Komunikasi ... 64

Tabel 11 Rangkuman Uji Normalitas ... 65

Tabel 12. Rangkuman Pengujian Homogenitas Varians dengan Uji Bartlet ... 66

Tabel 13. Analisis Varians untuk Pengujian Signifikasi dan Linieritas Regresi Yˆ 30,350,66X1 ... 67

Tabel 14. Analisis Varians untuk Pengujian Signifikasi dan Linieritas Regresi Yˆ 34,930,72X2 ... 68

Tabel 15. Rangkuman Hubungan antara Persepsi Guru tentang Profesionalisme guru dengan Kinerja Guru ... 70

Tabel 16. Rangkuman Hubungan antara Iklim Komunikasi dengan Kinerja Guru... 72


(11)

vi

Tabel 17. Analisis Varians untuk Regresi Linier Ganda Persamaan

Garis Yˆ 22,860,31X1 0,49X2 ... 73 Tabel 18. Rangkuman Analisis Korelasi Parsial antara Variabel


(12)

v

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Konstelasi Hubungan antara Variabel Bebas dengan

Variabel Terikat ... 48 Gambar 2. Histogram Skor Persepsi Guru Tentang Profesionalisme

guru ... 59 Gambar 3. Histogram Iklim Komunikasi ... 60 Gambar 4. Histogram Skor Kinerja Guru MAN ... 62 Gambar 5. Grafik Regresi Linier Sederhana hubungan Persepsi

Guru tentang Profesionalisme guru dengan Kinerja

Guru ... 69 Gambar 6. Grafik Regresi Linier Sederhana Hubungan Iklim


(13)

v

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Instrumen Profesionalisme guru ... 97

Lampiran 2. Instrumen Iklim Komunikasi ... 101

Lampiran 3. Lembar Observasi Guru ... 104

Lampiran 4. Uji Validitas Instrumen Profesionalisme guru ... 110

Lampiran 5. Uji Reliabilitas Instrumen Profesionalisme guru ... 111

Lampiran 6. Uji Validitas Instrumen Iklim Komunikasi ... 112

Lampiran 7 Uji Reliabilitas Instrumen Iklim Komunikasi ... 114

Lampiran 8. Analisis Hasil Uji Coba Instrumen ... 115

Lampiran 9. Data Induk Penelitian ... 121

Lampiran 10. Distribusi Frekuensi Data Penelitian ... 128

Lampiran 11. Perhitungan Statistik Dasar ... 132

Lampiran 12. Perhitungan Uji Normalitas Galat Taksiran dengan Uji Lilliefors ... 136

Lampiran 13. Uji Homogenitas Varians dengan Uji Bartlet Linier ... 143

Lampiran 14. Uji Linieritas Regresi dan Keberartian Persamaan Regresi ... 151

Lampiran 15. Penentuan dan Uji Keberartian Persamaan Regresi Linier Ganda ... 166

Lampiran 16. Uji Keberartian Koefisien Korelasi Sederhana dan Koefisien Korelasi Ganda ... 172

Lampiran 17. Perhitungan Koefisien Korelasi Parsial ... 175

Lampiran 18. Perhitungan Sumbangan Relatif (SR) dan Sumbangan Efektif (SE) ... 176


(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan rangkaian kompleks antara manusia yang berkaitan dengan upaya pembinaan manusia, sehingga keberhasilan pendidikan sangat tergantung pada unsur manusianya. Unsur manusia yang paling menentukan berhasilnya pendidikan adalah pelaksana pendidikan yaitu guru. Gurulah ujung tombak pendidikan, sebab gurulah secara langsung berupaya mempengaruhi, membina dan mengembangkan kemampuan siswa agar menjadi manusia yang cerdas, terampil, dan bermoral tinggi, guru dituntut memiliki kemampuan yang diperlukan sebagai pendidik dan pengajar.

Tujuan utama diselenggarakannya proses belajar adalah demi tercapainya tujuan pembelajaran, untuk keberhasilan siswa dalam belajar, baik dalam suatu proses pendidikan, maupun dalam satu mata pelajaran tertentu. Dalam upaya lebih mewujudkan fungsi pendidikan sebagai wahana Sumber Daya Manusia (SDM), harus dikembangkan iklim pembelajaran yang konstruktif bagi berkembangnya potensi kreatif peserta didik seiring dengan berkembangnya suasana, kebiasaan, dan strategi pembelajaran yang dilandasi dengan kepahaman tentang ilmu-ilmu pengetahuan serta implikasinya dalam kegiatan pembelajaran bagi para guru di sekolah (Fattah, 1996 : 17).

Terkait dengan era globalisasi pada awal tahun 2003 Asean Free Trade Area (AFTA) yang telah dimulai dan implikasi utamanya dibutuhkannya SDM yang berkualitas guna berkompetisi di era global, dan permintaan pelayanan jasa tak hanya terbatas pada wilayah lokal, dengan artian para pengguna jasa lebih


(15)

2

membutuhkan SDM yang berkualitas baik dari dalam maupun dari luar negeri. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka diperlukan adanya SDM yang handal dan dapat menghadapi tantangan, menciptakan serta mengisi peluang, karena berdasarkan pengalaman salah satu penyebab terjadinya krisis ekonomi adalah rendahnya kualitas SDM. Oleh karena itu, diperlukan strategi pengembangan SDM Indonesia dalam menghadapi tantangan dan peluang global, dan salah satu upaya untuk meningkatkan SDM itu adalah pendidikan.

Kenyataan yang dihadapi, secara umum kualitas SDM Indonesia masih rendah. Indikator rendahnya kualitas SDM di Indonesia ditandai dengan laporan data UNESCO Tahun 2000 yang dikutip dari Supranata (2004) tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Indeks), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, penghasilan perkepala yang menunjukkan indeks pengembangan manusia Indonesia yang semakin menurun. Di antara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-102 pada tahun 1996, ke-99 pada tahun 1997, ke-107 pada tahun 1998, dan ke-109 pada tahun 1999. Selanjutnya menurut laporan The World Economic Forum, Swedia tahun 2000 yang dikutip dari Supranata (2004 : 81) menyatakan bahwa Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu menduduki urutan ke 37 dari 57 negara yang disurvei.

Khusus untuk kecamatan Tanjung Pura, hasil belajar siswa belum memuaskan. Berdasarkan data yang dihimpun dari Dinas Pendidikan (Disdik) dan Kementerian Agama (Kemenag) Sumatera Utara, bahwa rata-rata hasil Ujian Nasional (UN) tingkat MA Negeri dan swasta di kecamatan Tanjung Pura Tahun Pelajaran 2007/2008 dapat dilihat seperti pada Tabel 1 sebagai berikut :


(16)

3

Tabel 1. Nilai rata-rata UN siswa MAN/MAS Kecamatan Tanjung Pura Tahun Pelajaran Rata-rata Kecamatan Rata-rata Propinsi

2007/2008 5,34 5,34

2008/2009 5,42 5,18

2009/2010 4,53 4,41

2010/2011 5,35 5,34

Berdasarkan data di atas, dapat dipahami bahwa kualitas pendidikan MAN/MAS di Sumatera Utara masih kurang maksimal. Kualitas pendidikan yang masih kurang maksimal tersebut tentunya dipengaruhi oleh berbagai faktor, dan tentunya faktor yang paling menentukan adalah faktor kinerja guru yang kurang maksimal, artinya guru belum sepenuhnya bertanggungjawab dalam mengelola pembelajaran yang mencakup perencanaan pembelajaran, pengorganisasian bahan pengajaran, penggunaan alat dan metode pengajaran. Sejalan dengan pendapat tersebut, Smith seperti dikutip Sedarmayanti (2001 : 53) mengemukakan bahwa kinerja guru dapat diamati dari tindakan dan prilaku yang diperlihatkannya, karena kinerja merupakan hasil atau keluaran dari suatu proses, sehingga dapat dikatakan bahwa kinerja adalah suatu proses unjuk kerja dalam mencapai tujuan sekolah, dan kinerja juga dapat berupa interaksi guru terhadap kemampuannya bekerja.

Salah satu pilar utama pendidikan adalah guru. Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam usaha menciptakan SDM handal yang dapat bersaing dalam era globalisasi. Dengan demikian sangat dituntut profesionalisme guru untuk mewujudkan hal di atas. Menurut Usman (2002 : 112), untuk profesionalitas guru, diperlukan hal-hal seperti : (1) menuntut adanya keterampilan yang berdasarkan


(17)

4

konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam, (2) menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya, (3) menuntut adanya tingkat pendidikan yang memadai, (4) adanya kepekaan dalam dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakannya, (5) memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan, (6) memiliki kode etik, sebagai bahan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, (7) diakui oleh masyarakat, karena memang diperlukan jasanya dalam masyarakat. Jika hal-hal seperti yang dikemukakan di atas dimiliki oleh seorang guru, maka keprofesionalan seorang guru tersebut tidak perlu diragukan lagi.

Komponen-komponen sistem pendidikan yang bersifat human resources menurut Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Bab XI terdiri dari pendidik dan tenaga kependidikan. Dalam Pasal 39 ayat (1) disebutkan tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan. Selanjutnya, dalam penjelasan pasal ini disebutkan bahwa tenaga kependidikan meliputi pengelola satuan pendidikan, penilik, pamong belajar, pengawas, peneliti, pengembang, pustakawan, laboran, dan teknisi sumber belajar. Sedangkan yang dimaksud dengan pendidik dijelaskan dalam pasal 39 ayat (2) yaitu merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik di perguruan tinggi. Istilah lain untuk pendidik adalah guru atau dosen.


(18)

5

Berdasarkan pasal 39 ayat (2) Sistem Pendidikan Nasional dapat dipahami bahwa pendidik/guru merupakan tenaga profesional.

Guru yang profesional adalah guru yang mampu menempatkan sekolah sebagai wadah untuk menciptakan SDM siswa, sehingga siswa dapat menjawab apa yang menjadi kebutuhan belajarnya. Untuk mewujudkan hal tersebut, penampilan seorang pendidik harus terwujud sedemikian secara baik sehingga dapat menunjang dinamika dan keefektifan proses pembelajaran di sekolah. Dengan kata lain, seorang guru yang profesional adalah guru yang mampu memahami tugas dan tanggungjawabnya sebagai tenaga pendidik dan pengajar di sekolah untuk meningkatkan kualitas hasil b elajar siswa.

Persepsi guru tentang profesionalisme guru sangat dibutuhkan dalam rangka mewujudkan kinerja guru secara maksimal. Guru yang memiliki pengetahuan tentang makna profesionalisme guru merupakan modal penting bagi guru dalam memahami bahwa guru merupakan jabatan yang amat strategis dalam menunjang proses dan hasil kinerja pendidikan secara keseluruhan. Persepsi tersebut akan memberikan motivasi dan kesadaran bagi guru bahwa jika guru memiliki kualitas kinerja yang baik, maka gur tersebut mampu dan siap berperan secara profesional dalam dua lingkungan besar yaitu sekolah dan masyarakat, sebab salah satu pilar utama pendidikan adalah guru. Artinya, guru memiliki peranan yang sangat penting dalam usaha menciptakan SDM handal yang dapat bersaing dalam era globalisasi, sehingga untuk mewujudkan hal di atas sangat dituntut kemampuan profesionalisme guru. Hal ini mengandung makna persepsi guru yang positip terhadap profesionalisme guru sangat berpengaruh terhadap kinerja seorang guru,


(19)

6

terutama bagi perwujudan kinerja pendidikan secara efektif, serta hasil belajar siswa yang lebih maksimal.

Penampilan seorang pendidik harus terwujud sedemikian rupa secara efektif. Penampilan seorang pendidik harus terwujud sedemikian secara baik sehingga dapat menunjang dinamika dan keefektifan pendidikan. Kinerja dan penampilan guru didukung sejumlah kompetensi tertentu yang berlandaskan dalam bidang pendidikan sudah melakukan berbagai upaya, di antaranya pendidikan dan pelatihan bagi guru yang bermuara kepada peningkatan kualitas tenaga pengajar atau kualitas kinerja guru. Perbaikan kualitas kinerja tenaga pengajar yang dilakukan dengan kegiatan pendidikan dan pelatihan untuk guru-guru ini diharapkan dapat diaplikasikan dalam tugasnya dengan lebih baik, sehingga pencapaian hasil belajar siswa dan peningkatan kinerja guru lebih maksimal dan akhirnya mutu pendidikan semakin meningkat.

Guru yang memiliki kualitas kinerja yang dibutuhkan dalam era pembangunan ialah mereka yang mampu memberikan kontribusi yang signifikan bagi hasil belajar yang dicapai siswa. Guru menempati tempat terpenting dalam rangka upaya pendidikan memenuhi kebutuhan tenaga pembangunan nasional yang relevan. Pranarka (dalam Semiawan, 1991 : 65) juga menyatakan bahwa peranan guru adalah kunci utama di dalam pendidikan sebagai proses aktualisasi didaktika baik di tingkat prasekolah, tingkat pendidikan menengah keilmuan (instruktur), pendidikan kemasyarakatan, maupun tingkat pendidikan tinggi.

Peran strategis guru menuntut pembinaan dan pengembangan terus menerus dalam menghadapi perkembangan teknologi dan informasi global dewasa ini, sebab guru merupakan faktor penentu keberhasilan proses belajar mengajar. Guru


(20)

7

yang memiliki kinerja yang baik adalah guru yang bertanggungjawab dalam mengelola pembelajaran yang mencakup perencanaan KBM, pengorganisasian bahan pengajaran, penggunaan alat dan metode pengajaran, merencanakan penilaian prestasi murid untuk kepentingan pengajaran. Dengan manajemen pembelajaran yang baik, maka diharapkan kualitas lulusan juga akan baik.

Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan, pemerintah dan lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang pendidikan sudah melakukan berbagai upaya, di antaranya adalah pembaharuan kurikulum, perbaikan kualitas tenaga pengajar. Perbaikan kualitas tenaga pengajar dilakukan dengan seringnya diadakan pendidikan dan pelatihan untuk guru-guru. Diharapkan setelah guru mengikuti pendidikan dan pelatihan, maka guru dapat mengaplikasikan dalam tugasnya lebih baik sehingga pencapaian hasil belajar siswa lebih maksimal dan akhirnya mutu pendidikan semakin meningkat. Hal seperti inilah yang dituangkan seperti dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Bab XI Pasal 39 ayat 2 yang menyatakan bahwa Pendidik (Guru) merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran dan melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Selanjutnya, berdasarkan lampiran II SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia No. 079/1970, persyaratan yang harus dimiliki oleh guru antara lain bahwa seorang guru harus memiliki: (1) Rasa tanggungjawab, (2) budi pekerti yang baik, (3) moral dan integritas yang tinggi, (4) rasa pengabdian untuk mengajar, mendidik atau bekerja di bidang ilmiah, (5) daya kemampuan membimbing, (6) daya cipta, dan (7) berani


(21)

8

membela dan mempertahankan kebenaran sesuai dengan keahliannya (Danim, 1995 : 15).

Terkait dengan permasalahan di atas, Madrasah Aliyah (MA) merupakan satu bentuk lembaga pendidikan menengah sederajat dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Salah satu faktor utama yang mempengaruhi pelaksanaan pendidikan di sekolah pada umumnya dan di MA pada khususnya adalah faktor guru. Guru merupakan jabatan yang amat strategis dalam menunjang proses dan mutu pendidikan secara keseluruhan.

Namun demikian, menurut pengamatan penulis sebagai tenaga pendidik bahwa akhir-akhir ini kinerja guru masih menunjukkan gejala yang kurang menggembirakan, seperti dikutip oleh Sabhamis (2001 : 21) dalam Republika (3 April 1998) bahwa masih banyak guru yang merasa cukup puas hanya dengan mengolah materi yang sudah diajarkan setiap tahun pelajaran. Sementara itu Kasubdit Madrasah dan Pendidikan Agama Islam untuk sekolah umum, Zubaedi (dalam Media Indonesia, 11 Juni 2003) mengakui masih ada ketidakcocokan antara latar belakang pendidikan guru dan mata pelajaran yang diajarkannya, pada sekolah-sekolah madrasah. Hasil pengamatan sepintas di lapangan pada MA di Kecamatan Tanjung Pura masih terdengar keluhan-keluhan di antara para siswa, orang tua siswa dan masyarakat karena guru-guru 60%-70% belum dapat melaksanakan PBM dengan baik, seperti: (1) meninggalkan tugas wajib, (2) tidak hadir tepat pada jam permulaan dan keluar waktu habis jam pelajaran, (3) belum memenuhi target Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) yang harus diajarkan, (4) belum memberikan contoh yang baik sebagai panutan bagi siswa untuk meningkatkan disiplin siswa dan tingkah lakunya, (5) belum menciptakan


(22)

9

kondisi fisik ruangan belajar dan alat pelajaran yang memenuhi syarat, (6) kurang membuat persiapkan mengajar harian, (7) kurang menciptakan kondisi psikologis yang kondusif, (8) kurang mengadakan upaya perbaikan evaluasi, dan (9) kurang melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh kepala madrasah. Di samping itu, ditemukan pula kurangnya dorongan dari guru itu sendiri untuk melaksanakan tugasnya dengan baik, hal ini disebabkan oleh motivasi guru yang beraneka ragam. Ada yang termotivasi karena uang, pangkat, ingin disanjung, dan imbalan pahala. Belakangan ini sikap apatis para guru juga sudah mulai terlihat, sehubungan dengan adanya persepsi bahwa tidak ada bedanya penghargaan terhadap guru yang berprestasi dengan yang tidak berprestasi.

Madrasah Aliyah sebagai salah satu wadah untuk menciptakan SDM yang handal harus dapat dikondisikan sekondusif mungkin untuk mendukung tugas guru dalam mengembangkan SDM tersebut. Sebuah hubungan yang harmonis antar komponen yang terlibat dalam proses pendidikan di madrasah perlu diciptakan dalam kaitan menunjang proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru, berhasil tidaknya sekolah membawa misinya akan banyak bergantung kepada semua manusia yang terlibat di dalamnya. Agar setiap personel di madrasah dapat berfungsi sebagaimana mestinya, mutlak adanya komunikasi yang baik dan harmonis di antara sesama personel yaitu komunikasi yang baik antara kepala madrasah dengan guru, guru dengan guru, dan kepala madrasah ataupun guru dengan personel sekolah lainnya. Iklim tersebut ditandai dengan komunikasi aktif antar sesama penyelenggara pendidikan di madrasah.

Ketidakserasian antara guru senior dengan guru junior membuat komunikasi kurang berjalan lancar dan baik. Ketidakserasian ini karena adanya


(23)

10

gangguan sistem komunikasi yang disebabkan oleh selisih usia, pendapat, ide, kepentingan dan paham yang berbeda. Sahertian (1994 : 34) menyatakan bahwa guru yang telah lama mengabdi tidak mau memberi petunjuk, bimbingan pengarahan, nasihat ataupun pelajaran dan pengetahuan kepada guru baru. Penyebab semua itu agaknya guru tua mungkin takut tersaingi oleh guru-guru muda.

Untuk itu diperlukan suasana komunikasi yang membuat hubungan menjadi akrab. Masalah yang muncul dapat dibicarakan secara terbuka di sekolah sehingga tidak menjadi beban dan mempengaruhi guru dalam melaksanakan tugasnya. Menurut Mulyasa (2003 : 19) komunikasi intern dapat diikat oleh ikatan profesional, yakni tata krama sesuai dengan kode etik guru . Jika hubungan yang berlandaskan tata krama profesional itu kuat, hubungan pribadi akan hadir dengan sendirinya dalam bentuk komunikasi profesional.

Upaya membina iklim komunikasi tidak sekadar untuk menciptakan kondisi yang menarik dan hangat, tetapi akan mendapatkan makna yang mendalam dan berarti bagi pendidikan dalam suatu sekolah. Dengan demikian, setiap personel dapat bekerja dengan tenang dan menyenangkan serta terdorong untuk menunjukkan kinerja yang lebih baik, dan mengerjakan tugas mendidiknya dengan penuh kesadaran. Diharapkan dengan dilakukannya penelitian ini akan memperoleh hasil tentang gambaran kinerja guru MA di kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat, dan dapat dijadikan sebagai masukan untuk perbaikan kualitas pengajaran.

B. Identifikasi Masalah


(24)

11

beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut: (1) Apakah latar belakang pendidikan guru MA memiliki hubungan dengan kinerja guru? (2) Seberapa besarkah kontribusi latar belakang pendidikan guru MA dengan kinerja guru? (3) Apakah kemampuan profesionalisme guru berpengaruh dengan kinerja guru? (4) Seberapa besarkah pemahaman guru-guru MA dengan profesi keguruan? (5) Bagaimanakah persepsi guru-guru MA tersebut tentang profesi keguruannya?(6) Apakah terjadi komunikasi yang baik antara sesama guru (7) Apakah terjalin komunikasi yang harmonis antara guru dengan kepala madrasah? (8) Apakah ada hubungan antara iklim komunikasi di madrasah dengan kinerja guru? (9) Seberapa besarkah pengaruh iklim komunikasi dengan kinerja guru? (10) Apakah komunikasi yang harmonis antara sesama guru di madrasah mempengaruhi kinerja guru?

C. Pembatasan Masalah

Dari banyaknya masalah yang diidentifikasi di atas, menunjukkan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi kinerja guru. Sehingga diperlukan pembatasan masalah untuk lebih difokuskan pada faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru. Dari identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, maka penelitian ini dibatasi pada faktor persepsi guru tentang profesionalisme guru, faktor iklim komunikasi yang diduga berpengaruh dengan kinerja guru MA di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka masalah dapat dirumuskan sebagai berikut:


(25)

12

1. Apakah terdapat hubungan yang positip antara persepsi tentang profesionalisme guru dengan kinerja guru MAN se-kecamatan Tanjung Pura?

2. Apakah terdapat hubungan yang positip antara iklim komunikasi dengan kinerja guru MAN se-kecamatan Tanjung Pura?

3. Apakah terdapat hubungan yang positip antara persepsi tentang profesionalisme guru dan iklim komunikasi secara bersama-sama dengan kinerja guru MAN se-kecamatan Tanjung Pura?

E. Tujuan Penelitian

Adapun dengan dilakukannya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1. Hubungan yang positip antara persepsi tentang profesionalisme dengan

kinerja guru MAN.

2. Hubungan yang positip antara iklim komunikasi dengan kinerja guru MAN. 3. Hubungan yang positip antara persepsi tentang profesionalisme dan iklim

komunikasi secara bersama-sama dengan kinerja guru MAN.

F. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian yang akan dilaksanakan, diharapkan dapat bermanfaat secara teoretis dan praktis. Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat : (1) untuk menambah, mengembangkan, dan memperkaya khasanah pengetahuan tentang persepsi profesionalisme, iklim komunikasi dan kinerja guru, dan paradigma baru dalam dunia pendidikan, (2) sumbangan pemikiran dan bahan acuan bagi seluruh komponen bangsa, baik guru, pengelola, pengembang, lembaga pendidikan maupun peneliti selanjutnya yang ingin mengkaji secara lebih


(26)

13

mendalam tentang persepsi terhadap profesionalisme dan iklim komunikasi, serta hubungannya terhadap kinerja guru MA di sekolah.

Manfaat secara praktis adalah : (1) hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pimpinan Dinas Pendidikan Nasional (DIKNAS) dan Kementerian Agama (Kemenag) yang terkait secara struktural maupun secara fungsional dengan peningkatan sumber daya tenaga guru khusus di MA, dan para guru lain umumnya, (2) bagi para peneliti, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian lebih lanjut, dan diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam peningkatan kinerja guru, sehingga guru dapat melaksanakan tugas dengan baik dan sukses, dan (3) hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran untuk dilaksanakan bagi kemajuan dan peningkatan kinerja guru MA secara maksimal, khususnya guru MA Negeri di kecamatan Tanjung Pura.


(27)

87

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan uji hipotesis penelitian, maka dapat ditarik simpulan seperti diuraikan di bawah ini

1. Terdapat hubungan yang positif antara persepsi guru tentang profesionalisme keguruan dengan kinerja guru MAN Kecamatan Tanjung Pura. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi persepsi guru tentang profesionalisme keguruan, maka akan semakin tinggi kinerja guru.

2. Terdapat hubungan yang positif antara iklim komunikasi dengan kinerja guru. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik iklim komunikasi guru MAN sebagai lembaga pendidikan, maka akan semakin baik pula kinerja guru.

3. Terdapat hubungan yang positif antara persepsi guru tentang profesionalisme keguruan dan iklim komunikasi secara bersama-sama dengan kinerja guru MAN Kecamatan Tanjung Pura. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi persepsi guru tentang profesionalisme keguruan dan iklim komunikasi secara bersama-sama maka akan semakin meningkatkan kinerja guru.

Dalam analisis korelasi parsial, jika variabel iklim komunikasi dikontrol, terdapat hubungan yang positif antara persepsi guru tentang profesionalisme keguruan dengan kinerja guru. Selanjutnya jika variabel persepsi guru tentang profesionalisme dikontrol, maka terdapat hubungan yang positif antara iklim komunikasi dengan kinerja guru.


(28)

88

B. Implikasi

Berdasarkan pengujian hipotesis dan simpulan seperti yang telah diuraikan pada bab terdahulu, maka sebagai implikasi dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Upaya Meningkatkan Persepsi Guru Tentang Profesionalisme Keguruan untuk Meningkatkan Kinerja Guru

Berdasarkan uji kecenderungan data variabel profesionalisme keguruan, diperoleh data mayoritas guru memiliki persepsi profesionalisme keguruan pada kategori rendah, yakni 75 responden atau 78,95%. Artinya, persepsi guru tentang profesionalisme keguruan atau cara pandang guru tentang profesinya masih membutuhkan perhatian yang serius. Hal ini sejalan dengan pendapat Kaban (2006), bahwa semakin baik/meningkat pandangan guru tentang profesinya maka akan semakin meningkatkan kinerjanya sebagai guru. Oleh sebab itu perlu diupayakan meningkatkan persepsi guru tentang profesinya. Beberapa upaya yang dapat dilakukan diantaranya adalah sebagai berikut: Pertama: Guru perlu diupayakan mendapatkan pengakuan dan penghargaan terhadap profesinya jika ia berhasil melakukannya, baik dari kepala sekolah ataupun pejabat yang berwenang baik materi maupun nonmateri. Dengan penghargaan yang diberikan guru akan semakin menambah gairah dalam melaksanakan tugasnya, sebab keberhasilan tugas yang dijalankannya mendapatkan umpan balik dari jabatan profesi. Kedua: Guru merupakan jabatan profesi yang membutuhkan sebuah persyaratan khusus yaitu jenjang pendidikan keguruan dari LPTK. Untuk mendapatkan persyaratan ini


(29)

89

memerlukan biaya mahal dan waktu yang tidak singkat. Sehingga perlu diupayakan untuk memberikan penghasilan yang setimpal dengan usaha yang dilakukan untuk mendapatkan profesi sebagai guru. Ketiga: Kepala sekolah memberikan kemudahan bagi guru-guru untuk meningkatkan kemampuan akademiknya dengan sering diikutsertakan mengikuti pelatihan-pelatihan atau pendidikan-pendidikan untuk pengembangan wawasan keguruannya. Semakin meningkatnya kemampuan akademik guru berakibat akan semakin meningkatnya kinerja guru tersebut.

2. Upaya Meningkatkan Iklim Komunikasi guru untuk Meningkatkan Kinerja Guru

Berdasarkan uji kecenderungan data variabel iklim komunikasi dalam penelitian ini mayoritas berada pada kategori tinggi, yakni sebesar (81,05%). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa variabel iklim komunikasi guru dalam penelitian ini mayoritas berada pada kategori tinggi, artinya hasil penelitian menunjukkan bahwa iklim komunikasi memiliki hubungan yang signifikan dengan kinerja guru, oleh sebab itu perlu diupayakan bagaimana cara meningkatkan iklim komunikasi dalam upaya meningkatkan kinerja seorang guru. Upaya-upaya yang perlu dilakukan diantaranya antara lain adalah: Pertama: Kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi di lembaga harus mampu menciptakan suasana yang kondusif di sekolah. Kepala sekolah harus mampu menjadi figur panutan di sekolah dan memiliki kemampuan untuk mengajak seluruh komponen yang terlibat di sekolah untuk bekerjasama dan memiliki visi yang sama dalam mengemban tugas sebagai tenaga pendidik. Kedua: Seorang guru harus mampu menciptakan suasana kelas yang komunikatif dalam


(30)

90

kelas, agar antara komunikan dan pendengar terjalin sebuah komunikasi yang baik. Suasana kelas yang menyenangkan akan menyebabkan siswa tertarik untuk melakukan aktivitas belajar mengajar. Hal itu berakibat terciptanya sebuah hubungan yang baik antara guru dengan siswa. Dengan demikian guru akan semakin meningkatkan kinerjanya. Ketiga: Dalam berkomunikasi, guru harus mampu menerapkan cara berkomunikasi yang baik. Komunikasi yang baik akan menyebabkan suasana komunikasi/iklim komunikasi yang kondusif. Bila hal ini sudah dapat dilakukan oleh guru, bukan tidak mustahil kinerjanya juga akan semakin meningkat. Keempat: Guru harus mampu mengembangkan hubungan dengan sesama siswa di kelas, guru, pegawai dan atasan dengan sikap saling mempercayai dan bersikap sportif, mengembangkan sikap terbuka untuk saling pengertian, saling menghargai, dan saling mengembangkan kualitas hubungan interpersonal. Kelima: Guru harus mampu menempatkan dirinya dan memahami diri guru orang lain dalam lingkungan sekolah. Hal seperti ini perlu dilakukan agar guru memiliki kegairahan dalam bekerja. Oleh sebab itu guru harus memiliki rasa percaya diri untuk mampu berbuat seperti orang lain, sehingga tidak akan menimbulkan rasa rendah diri terhadap orang lain (rekan kerja). Keenam: Kepala sekolah perlu memberikan transparansi dalam segala jenis aktivitas sekolah, baik pembiayaan dan lain sebagainya, sehingga guru-guru yang mengajar di sekolah merasa dihargai keberadaannya dengan demikian akan meningkatkan kegairahan mengajar.


(31)

91

3. Upaya Meningkatkan Persepsi Guru tentang Profesionalisme Keguruan dan Iklim Komunikasi secara Bersama-sama untuk Meningkatkan Kinerja Guru

Persepsi guru tentang profesionalisme keguruan dan iklim komunikasi secara bersama-sama memiliki hubungan yang signifikan dengan kinerja guru MAN Kecamatan Tanjung Pura. Dengan demikian persepsi guru tentang profesionalisme keguruan dan iklim komunikasi secara bersama-sama perlu ditingkatkan sebagai upaya meningkatkan kinerja guru secara stimulan. Berdasarkan temuan penelitian di lapangan bahwa persepsi guru tentang profesionalisme keguruan memiliki kontribusi sebesar 28,99% terhadap kinerja guru dan iklim komunikasi memiliki kontribusi sebesar 71,01% terhadap kinerja guru. Sedangkan secara bersama-sama komunikasi antar pribadi dan motivasi bekerja memiliki kontribusi sebesar 40,4% terhadap kinerja guru. Dengan demikian dapat dilihat, bahwa kedua variabel tersebut baik secara terpisah ataupun bersama-sama memiliki kontribusi yang cukup signifikan terhadap kinerja guru. Oleh sebab itu, menjadi bahan pemikiran bagi kalangan yang terlibat dalam bidang pendidikan bagaimana kedua variabel tersebut dapat ditingkatkan.

C. Saran

Berdasarkan Uraian simpulan dan implikasi penelitian di atas, maka diajukan beberapa saran antara lain:

1. Kepada Kepala sekolah, penilik sekolah dan pengawas kiranya selalu memberikan contoh, pengarahan kepada para guru untuk selalu meningkatkan


(32)

92

kinerjanya, karena kinerja yang baik akan bermuara kepada peningkatan mutu hasil pendidikan (output).

2. Kementerian Agama sebagai institusi yang membawahi Madrasah Aliyah atau dinas instansi terkait selalu memberikan penataran, lokakarya, workshop, ataupun segala jenis kegiatan yang dapat meningkatkan kinerja guru. Kinerja guru merupakan satu faktor yang dapat mempengaruhi mutu pendidikan. Mutu pendidikan bukanlah hanya tanggung jawab guru semata, tetapi tanggung jawab seluruh praktisi pendidikan.

3. UNIMED sebagai instansi, lembaga yang menghasilkan tenaga pendidikan harus mampu mencetak guru yang memiliki sikap dan kompetensi profesionalisme yang tinggi terhadap profesi yang digelutinya. Seorang guru yang memiliki sikap profesionalisme yang positif terhadap profesinya tentunya akan berkualitas.

4. Kepada guru, untuk selalu meningkatkan motivasinya dalam menjalankan tugas pendidik dan pengajar, agar dapat dilaksanakan proses pembelajaran secara lebih baik. Kinerja yang baik akan meningkatkan dan memberikan kontribusi yang positif kepada peningkatan mutu lulusan suatu sekolah.

5. Kepada guru, harus mampu menciptakan suasana yang kondusif di kelas dalam mengajar. Suasana yang kondusif dapat ditingkatkan dengan mengefektifkan komunikasi antara guru dengan siswa. Hal ini harus dilakukan agar pembelajaran yang dilakukan efektif, efisien dan memiliki daya tarik.


(33)

93

6. Penelitian ini hanya mengungkapkan dua faktor yang mempengaruhi kinerja guru, yaitu variabel persepsi guru tentang profesionalisme dan iklim komunikasi. Sebenarnya masih banyak faktor lain yang mempengaruhinya, oleh sebab itu kepada para peneliti lain dapat melihat aspek lain yang mempengaruhi aspek kinerja guru.


(34)

94

DAFTAR PUSTAKA

AECT. (1972). The Definition of Educational Technology. Washington D.C : AECT

Arikunto, S. (2002). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Aqib, Zainal (2002). Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran. Surabaya :

lnsan Cendikia.

Arni, Muhammad. (2002). Komunikasi Organisasi. Jakarta : Bumi Aksara. Barry, M. A. dan S. Hadi (2000) Kamus Ilmiah Populer. Jakarta : Gramedia. Cangara. H. (2004). Pengantar Ilmu Komunikasi Cetakan V. Jakarta : Raja

Grafindo.

Cohran, William. G. (1996). Sampling Techniques. New York : John Wiley and Sons.

Danim, S. (1995). Media Komunikasi Pendidikan Profesional Pembelajaran dan Mutu Hasil Belajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Dasrul. (2001). Kontribusi Persepsi Tentang Masa Kerja Terhadap Kinerja Guru Madrasah Tsanawiyah Negeri Kota Padang. Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Padang

Desler, Gary. (1976). Organization and Management: A Contingency Approach. New Jersey : Prentice Hill Inc.

Diknas, (2004). Pedoman Supervisi Pengajaran, Jakarta : Dirjen Dikdasmen. Effendy, O.U. (1986). Dinamika Komunikasi. Bandung : Remadja Karya.

Fattah, N. (2001). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakyara.

Graffin, Ricky W. (1988). Management. Boston : Houghton Mifflin. Graffin, Ricky W. (1988). Management. Boston: Houghton Mifflin.

Hamalik, Oemar. (2002). Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algessindo.

Hutagaol, M. (2003). Hubungan antara Pengetahuan Dasar Kependidikan, Penguasaan Materi Pengajaran dan Sikap Terhadap Profesi Guru Dengan Keterampilan Mengajar Guru Bidang Studi Biologi di Sekolah Lanjutan


(35)

95

Tingkat Pertama (SLTP) Negeri Kota Medan. Thesis. Medan : PPS Universitas Negeri Medan.

Kaban, Fitri Ekawinarti, (2005), Hubungan Persepsi Guru Tentang Profesionalisme Keguruan dan Iklim Komunikasi dengan Kinerja Guru MTs, Tesis, Medan: Program Pasca Sarjana UNIMED.

Kartamiharja, Supandi. (2001). Strategi Pendidikan Nasional dalam Era Globalisasi & Otonomi Daerah. Jakarta: Uhamka Press.

Kontz, H., Donnel, C., dan Weihrich. (1984). Management. Ohio: Mc-Graw Hill Book.

Papalia, D.E. dan Olds, S.W. (1985). Psychology. New York: McGraw Hill Book.

Prawidilaga, Dewi Salma. (2004). Mozaik Teknologi Pendidikan. : Jakarta : Pranada & Universitas Negeri Jakarta.

Rakhmat, J. (1996). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Roestiyah, N.K. (1986). Masalah-masalah Ilmu Keguruan. Cet. II, Jakarta: Bina Aksara.

Sabhamis. (2001). Kinerja Guru Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri Bukittinggi Dari Segi Motivasi Berprestasi Dan Komunikasi Antar Pribadi. Tesis: UNP Padang.

Sagala, S. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: AlfaBeta. Sedarmayanti. (2001). Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja.

Bandung : Mandar Maju.

Semiawan, C.R. (1997). Pendekatan Keterampilan Proses Terbimbing. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia.

Sidi, Indra Djati. (2001). Menuju Masyarakat Belajar (Menggagas Paradigma Baru Pendidikan). Jakarta: Paramadina.

Slameto. (1988). Bimbingan di Sekolah. Cet. I. Jakarta: Bina Aksara

Stinnett, T.M. (1965). The Profession of Teaching. New Delhi: Prentice Hall of India (Private).

Sudjana, (1992). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.


(36)

96

Tubs, Stewart L. dan Moss, Sylvia (2003). Human Communication Principle and Context. New York : Mc. Graww Hill.

Usman, Uzer. Moh. (2002). Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Wahyudi, J.B. (1992). Teknologi Informasi dan Produksi Citra Bergerak. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Widjaya, H.A.W. (2000). Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. Jakarta: Rineka Cipta.

Walgito, Bimo. (2002). Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta: Andi. Yunita, Erna. (2005). Hubungan Antara Komunikasi Antar Pribadi dan Motivasi

Kerja Dengan Kinerja Guru Madrasah Tsanawiyah di Kota Binjai. Tesis. Medan, Program Pascasarjana UNIMED.


(1)

91

3. Upaya Meningkatkan Persepsi Guru tentang Profesionalisme Keguruan

dan Iklim Komunikasi secara Bersama-sama untuk Meningkatkan Kinerja Guru

Persepsi guru tentang profesionalisme keguruan dan iklim komunikasi secara bersama-sama memiliki hubungan yang signifikan dengan kinerja guru MAN Kecamatan Tanjung Pura. Dengan demikian persepsi guru tentang profesionalisme keguruan dan iklim komunikasi secara bersama-sama perlu ditingkatkan sebagai upaya meningkatkan kinerja guru secara stimulan. Berdasarkan temuan penelitian di lapangan bahwa persepsi guru tentang profesionalisme keguruan memiliki kontribusi sebesar 28,99% terhadap kinerja guru dan iklim komunikasi memiliki kontribusi sebesar 71,01% terhadap kinerja guru. Sedangkan secara bersama-sama komunikasi antar pribadi dan motivasi bekerja memiliki kontribusi sebesar 40,4% terhadap kinerja guru. Dengan demikian dapat dilihat, bahwa kedua variabel tersebut baik secara terpisah ataupun bersama-sama memiliki kontribusi yang cukup signifikan terhadap kinerja guru. Oleh sebab itu, menjadi bahan pemikiran bagi kalangan yang terlibat dalam bidang pendidikan bagaimana kedua variabel tersebut dapat ditingkatkan.

C. Saran

Berdasarkan Uraian simpulan dan implikasi penelitian di atas, maka diajukan beberapa saran antara lain:

1. Kepada Kepala sekolah, penilik sekolah dan pengawas kiranya selalu memberikan contoh, pengarahan kepada para guru untuk selalu meningkatkan


(2)

92

kinerjanya, karena kinerja yang baik akan bermuara kepada peningkatan mutu hasil pendidikan (output).

2. Kementerian Agama sebagai institusi yang membawahi Madrasah Aliyah atau dinas instansi terkait selalu memberikan penataran, lokakarya, workshop, ataupun segala jenis kegiatan yang dapat meningkatkan kinerja guru. Kinerja guru merupakan satu faktor yang dapat mempengaruhi mutu pendidikan. Mutu pendidikan bukanlah hanya tanggung jawab guru semata, tetapi tanggung jawab seluruh praktisi pendidikan.

3. UNIMED sebagai instansi, lembaga yang menghasilkan tenaga pendidikan harus mampu mencetak guru yang memiliki sikap dan kompetensi profesionalisme yang tinggi terhadap profesi yang digelutinya. Seorang guru yang memiliki sikap profesionalisme yang positif terhadap profesinya tentunya akan berkualitas.

4. Kepada guru, untuk selalu meningkatkan motivasinya dalam menjalankan tugas pendidik dan pengajar, agar dapat dilaksanakan proses pembelajaran secara lebih baik. Kinerja yang baik akan meningkatkan dan memberikan kontribusi yang positif kepada peningkatan mutu lulusan suatu sekolah.

5. Kepada guru, harus mampu menciptakan suasana yang kondusif di kelas dalam mengajar. Suasana yang kondusif dapat ditingkatkan dengan mengefektifkan komunikasi antara guru dengan siswa. Hal ini harus dilakukan agar pembelajaran yang dilakukan efektif, efisien dan memiliki daya tarik.


(3)

93

6. Penelitian ini hanya mengungkapkan dua faktor yang mempengaruhi kinerja guru, yaitu variabel persepsi guru tentang profesionalisme dan iklim komunikasi. Sebenarnya masih banyak faktor lain yang mempengaruhinya, oleh sebab itu kepada para peneliti lain dapat melihat aspek lain yang mempengaruhi aspek kinerja guru.


(4)

94

DAFTAR PUSTAKA

AECT. (1972). The Definition of Educational Technology. Washington D.C : AECT

Arikunto, S. (2002). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Aqib, Zainal (2002). Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran. Surabaya :

lnsan Cendikia.

Arni, Muhammad. (2002). Komunikasi Organisasi. Jakarta : Bumi Aksara. Barry, M. A. dan S. Hadi (2000) Kamus Ilmiah Populer. Jakarta : Gramedia. Cangara. H. (2004). Pengantar Ilmu Komunikasi Cetakan V. Jakarta : Raja

Grafindo.

Cohran, William. G. (1996). Sampling Techniques. New York : John Wiley and Sons.

Danim, S. (1995). Media Komunikasi Pendidikan Profesional Pembelajaran dan Mutu Hasil Belajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Dasrul. (2001). Kontribusi Persepsi Tentang Masa Kerja Terhadap Kinerja Guru Madrasah Tsanawiyah Negeri Kota Padang. Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Padang

Desler, Gary. (1976). Organization and Management: A Contingency Approach. New Jersey : Prentice Hill Inc.

Diknas, (2004). Pedoman Supervisi Pengajaran, Jakarta : Dirjen Dikdasmen. Effendy, O.U. (1986). Dinamika Komunikasi. Bandung : Remadja Karya.

Fattah, N. (2001). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakyara.

Graffin, Ricky W. (1988). Management. Boston : Houghton Mifflin. Graffin, Ricky W. (1988). Management. Boston: Houghton Mifflin.

Hamalik, Oemar. (2002). Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algessindo.

Hutagaol, M. (2003). Hubungan antara Pengetahuan Dasar Kependidikan, Penguasaan Materi Pengajaran dan Sikap Terhadap Profesi Guru Dengan Keterampilan Mengajar Guru Bidang Studi Biologi di Sekolah Lanjutan


(5)

95

Tingkat Pertama (SLTP) Negeri Kota Medan. Thesis. Medan : PPS Universitas Negeri Medan.

Kaban, Fitri Ekawinarti, (2005), Hubungan Persepsi Guru Tentang Profesionalisme Keguruan dan Iklim Komunikasi dengan Kinerja Guru MTs, Tesis, Medan: Program Pasca Sarjana UNIMED.

Kartamiharja, Supandi. (2001). Strategi Pendidikan Nasional dalam Era Globalisasi & Otonomi Daerah. Jakarta: Uhamka Press.

Kontz, H., Donnel, C., dan Weihrich. (1984). Management. Ohio: Mc-Graw Hill Book.

Papalia, D.E. dan Olds, S.W. (1985). Psychology. New York: McGraw Hill Book.

Prawidilaga, Dewi Salma. (2004). Mozaik Teknologi Pendidikan. : Jakarta : Pranada & Universitas Negeri Jakarta.

Rakhmat, J. (1996). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Roestiyah, N.K. (1986). Masalah-masalah Ilmu Keguruan. Cet. II, Jakarta: Bina Aksara.

Sabhamis. (2001). Kinerja Guru Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri Bukittinggi Dari Segi Motivasi Berprestasi Dan Komunikasi Antar Pribadi. Tesis: UNP Padang.

Sagala, S. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: AlfaBeta. Sedarmayanti. (2001). Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja.

Bandung : Mandar Maju.

Semiawan, C.R. (1997). Pendekatan Keterampilan Proses Terbimbing. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia.

Sidi, Indra Djati. (2001). Menuju Masyarakat Belajar (Menggagas Paradigma Baru Pendidikan). Jakarta: Paramadina.

Slameto. (1988). Bimbingan di Sekolah. Cet. I. Jakarta: Bina Aksara

Stinnett, T.M. (1965). The Profession of Teaching. New Delhi: Prentice Hall of India (Private).

Sudjana, (1992). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.


(6)

96

Tubs, Stewart L. dan Moss, Sylvia (2003). Human Communication Principle and Context. New York : Mc. Graww Hill.

Usman, Uzer. Moh. (2002). Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Wahyudi, J.B. (1992). Teknologi Informasi dan Produksi Citra Bergerak. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Widjaya, H.A.W. (2000). Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. Jakarta: Rineka Cipta.

Walgito, Bimo. (2002). Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta: Andi. Yunita, Erna. (2005). Hubungan Antara Komunikasi Antar Pribadi dan Motivasi

Kerja Dengan Kinerja Guru Madrasah Tsanawiyah di Kota Binjai. Tesis. Medan, Program Pascasarjana UNIMED.