Analisis pendekatan target costing sebagai alat untuk melakukan efisiensi produksi (studi kasus pada Askha Jaya Lampung).

(1)

ABSTRAK

ANALISIS PENDEKATAN TARGET COSTING SEBAGAI ALAT UNTUK MELAKUKAN EFISIENSI PRODUKSI

Studi Kasus pada Askha Jaya Lampung

Fransiska Kusumadewi NIM: 132114002 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2017

Tujuan penelitian ini adalah menghitung cost yang diinginkan dengan pendekatan target costing melalui efisiensi produksi. Perusahaan akan menggunakan metode target costing untuk menetapkan biaya produk yang sesuai dengan keadaaan pasar.

Metode penelitian ini adalah studi kasus. Teknik analisis data yang digunakan adalah mendeskripsikan perhitungan biaya produksi yang dilakukan perusahaan, menganalisis penerapan pengendalian biaya produksi dengan metode target costing, dan membandingkan antara analisis perhitungan biaya yang dihitung oleh perusahaan dengan setelah diterapkan target costing.

Berdasarkan hasil analisis perhitungan target costing menunjukkan bahwa ada efisiensi sebesar Rp4.286,82/kg. Efisiensi tersebut merupakan perbedaan perhitungan target costing dan perhitungan perusahaan.


(2)

ABSTRACT

ANALYSIS OF TARGET COSTING APPROACH AS A TOOL TO ATTAIN THE PRODUCTION EFFICENCY

Case study on Askha Jaya, Lampung Fransiska Kusumadewi

NIM: 132114002 Sanata Dharma University

Yogyakarta 2017

The purpose of this study was to calculate the desirable with target costing approach through production efficiency. The company was going to use target costing method to determine the cost of the product that is convenient to the market price.

The method used in this research was a case study. The technique used in this study was describing the calculation of the cost of production that was done by the company, analyzing the application of production cost control with target costing method, and comparing the cost calculation analysis that was calculated by the company after applying target costing.

Based on the result of calculation of target costing analysis, it showed an efficiency IDR4,286.82/kg. Efficiency was the difference in calculation of target costing and calculation company.


(3)

ANALISIS PENDEKATAN TARGET COSTING SEBAGAI ALAT UNTUK MELAKUKAN EFISIENSI PRODUKSI

Studi Kasus pada Askha Jaya Lampung

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Fransiska Kusumadewi 132114002

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

ANALISIS PENDEKATAN TARGET COSTING SEBAGAI ALAT UNTUK MELAKUKAN EFISIENSI PRODUKSI

Studi Kasus pada Askha Jaya Lampung SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Fransiska Kusumadewi 132114002

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan

diberikan kepadamu.” (MARKUS 11:24)

“Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah

bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan,

bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau

dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan.”

(YESAYA 41:10)

Kupersembahkan untuk: Tuhan Yesus Kristus


(8)

UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN AKUNTANSI – PROGRAM STUDI AKUNTNASI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul: ANALISIS PENDEKATAN TARGET COSTING SEBAGAI ALAT

UNTUK MELAKUKAN EFISIENSI PRODUKSI Studi Kasus pada Askha Jaya Lampung

Dan dimajukan untuk diuji pada tanggal 14 Juni 2017 adalah hasil karya saya.

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau symbol yang menunjukan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.

Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijazah yang telah diberikan oleh universtias batal saya terima.

Yogyakarta, 31 Juli 2017 Yang membuat pernyataan,


(9)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Fransiska Kusumadewi

Nomor Mahasiswa : 132114002

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

ANALISIS PENDEKATAN TARGET COSTING SEBAGAI ALAT UNTUK MELAKUKAN EFISIENSI PRODUKSI

Studi Kasus pada Askha Jaya Lampung

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan, dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya untuk memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 31 Juli 2017 Yang menyatakan,


(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melipahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian kepada penulis.

2. A. Yudi Yuniarto, S.E., M.B.A selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

3. Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Ak., QIA., CA. selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Sanata Dharma.

4. Ir. Drs. Hansiadi Yuli Hartanto, M.Si., Ak., QIA., CA. selaku pembimbing yang telah membantu serta membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Dr. Fransisca Reni Retno Anggraini selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan kontribusi berupa masukan-masukan yang berguna pada saat penulis mengerjakan skripsi.

6. Semua dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma yang telah membagikan ilmu dan pengalamannya dalam proses perkuliahan.

7. Segenap karyawan Sekretariat Fakultas Ekonomi yang telah membantu untuk kelancaran penelitian ini.


(11)

9. Bapak dan Ibu tercinta, yang selalu sabar membimbing, memberikan kasih sayang, menghibur disaat putus asa, dan mendukung segala keputusan penulis.

10.Kakak dan adik-adik tersayang yang saya rindukan selama saya berada jauh dari kalian, terimakasih telah menjadi kakak dan adik-adik yang luar biasa yang senantiasa memberi semangat dan dukungan lewat candaan yang sangat menghibur saya.

11.Mas Alek yang selalu menemani dan memberikan masukan, dan doa yang luar biasa dalam penyelesaian skripsi.

12.Keluarga besar Susteran ADM Yogyakarta terimakasih atas dukungan, motivasi, dan segala bantuan yang telah diberikan.

13.Keluarga besar member kos nava, Selvi, Ambar, Nita, Esa, Chaca, Elna, Lusi, Nesya, Kiki, dan Ayun yang menjadi keluarga di Yogyakarta, terimakasih sudah menjadi bagian dari kalian yang tak henti telah memberikan semangat, motivasi dan senantiasa menjaga dan merawat saya selama kita tinggal di kos yang sama.

14.Teman-teman kelompok KKP, Ivan, Edwina, Nancy, dan Sr.Clarita, kita pernah merasakan hidup bersama dalam satu rumah, segala yang telah kita lakukan bersama tak akan saya lupakan.

15.Teman-teman kelas A Akuntansi 2013 yang selalu berbagi tawa, canda, dan kenangan indah kebersamaan kita.

16.Teman-teman Kelas MPAT I, terimakasih atas masukan, dinamika, dan kebersamaannya selama ini.

17.Teman-teman seperjuangan Akuntansi angkatan 2013 yang selalu berbagi ilmu yang bermanfaat.


(12)

18.Serta semua pihak yang sudah membantu selama penyelesaian Tugas Akhir ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 31 Juni 2017

Penulis


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v

HALAMAN LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii

HALAMAN DAFTAR ISI ... x

HALAMAN DAFTAR TABEL ... xii

HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xiii

ABSTRAK ... xiv

ABSTRACT ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

E. Sistematika Penulisan ... 4

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

A. Akuntansi Manajemen ... 6

B. Biaya ... 7

C. Harga Pokok Produk ... 15


(14)

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

A. Jenis Penelitian ... 31

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

C. Ruang Lingkup Penelitian ... 31

D. Teknik Pengumpuan Data ... 32

E. Jenis dan Sumber Data ... 32

F. Teknik Analisis Data ... 33

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 35

A. Sejarah Singkat Perusahaan ... 35

B. Lokasi Perusahaan ... 38

C. Visi, Misi,dan Tujuan Perusahaan ... 38

D. Tugas dan Kewajiban ... 39

E. Proses Produksi dan Tenaga Kerja ... 40

F. Proses Pemasaran ... 44

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 45

A. Perhitungan Biaya Produksi Yang dilakukan Perusahaan ... 45

B. Perhitungan Biaya Produksi Dengan Metode Target Costing .... 51

C. Perbandingan Perhitungan Biaya Produksi Menurut Perusahaan Dengan Perhitungan Biaya Produksi Menurut Target Costing .. 64

BAB VI PENUTUP ... 65

A. Kesimpulan ... 65

B. Keterbatasan Penelitian ... 65

C. Saran ... 65

Daftar Pustaka ... 67


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Volume Penjualan Keripik Pisang Coklat Tahun 2015 ... 46

Tabel 5.2 Bahan Baku Askha Jaya Tahun 2015 ... 47

Tabel 5.3 Biaya Penolong Askha Jaya Tahun 2015 ... 48

Tabel 5.4 Biaya Overhead Pabrik Askha Jaya Tahun 2015 ... 49

Tabel 5.5 Biaya Non Produksi Menurut Perusahaan ... 49

Tabel 5.6 Perhitungan Biaya Produksi Menurut Perusahaan ... 50

Tabel 5.7 Perhitungan Total Biaya Menurut Perusahaan ... 50

Tabel 5.8 Perbandingan Harga Pesaing Askha Jaya Tahun 2015 ... 53

Tabel 5.9 Perbandingan Biaya Bahan Baku Tahun 2015 ... 56

Tabel 5.10 Biaya Bahan Penolong Menurut Perusahaan dan Menurut Metode Target Costing ... 59

Tabel 5.11 Perbandingan Biaya Biaya Bahan Penolong Menurut Perusahaan dan Target Costing ... 61

Tabel 5.12 Perbandingan Perhitungan Biaya Produksi Menurut Perusahaan dengan Perhitungan Biaya Produksi Menurut Target Costing ... 61

Tabel 5.13 Perhitungan Penghematan Biaya Produksi ... 62

Tabel 5.14 Perbandingan Biaya Menurut Perusahaan, Target Costing, dan Setelah Dilakukan Efisiensi Tahun 2015 ... .63


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Ilustrasi Target Costing ... 19

Gambar 2 Perbedaan Pendekatan Tradisional dan Target Costing ... 20

Gambar 3 Proses Penetapan Target Costing ... 21

Gambar 4 Proses Penetapan Target Costing Hingga Penetapan Harga ... 22


(17)

ABSTRAK

ANALISIS PENDEKATAN TARGET COSTING SEBAGAI ALAT UNTUK MELAKUKAN EFISIENSI PRODUKSI

Studi Kasus pada Askha Jaya Lampung

Fransiska Kusumadewi NIM: 132114002 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2017

Tujuan penelitian ini adalah menghitung cost yang diinginkan dengan pendekatan target costing melalui efisiensi produksi. Perusahaan akan menggunakan metode target costing untuk menetapkan biaya produk yang sesuai dengan keadaaan pasar.

Metode penelitian ini adalah studi kasus. Teknik analisis data yang digunakan adalah mendeskripsikan perhitungan biaya produksi yang dilakukan perusahaan, menganalisis penerapan pengendalian biaya produksi dengan metode target costing, dan membandingkan antara analisis perhitungan biaya yang dihitung oleh perusahaan dengan setelah diterapkan target costing.

Berdasarkan hasil analisis perhitungan target costing menunjukkan bahwa ada efisiensi sebesar Rp4.286,82/kg. Efisiensi tersebut merupakan perbedaan perhitungan target costing dan perhitungan perusahaan.


(18)

ABSTRACT

ANALYSIS OF TARGET COSTING APPROACH AS A TOOL TO ATTAIN THE PRODUCTION EFFICENCY

Case study on Askha Jaya, Lampung Fransiska Kusumadewi

NIM: 132114002 Sanata Dharma University

Yogyakarta 2017

The purpose of this study was to calculate the desirable with target costing approach through production efficiency. The company was going to use target costing method to determine the cost of the product that is convenient to the market price.

The method used in this research was a case study. The technique used in this study was describing the calculation of the cost of production that was done by the company, analyzing the application of production cost control with target costing method, and comparing the cost calculation analysis that was calculated by the company after applying target costing.

Based on the result of calculation of target costing analysis, it showed an efficiency IDR4,286.82/kg. Efficiency was the difference in calculation of target costing and calculation company.


(19)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Industri kecil dan menengah merupakan salah satu komponen sektor pengolahan yang mempunyai sumbangan cukup besar terhadap upaya menciptakan lapangan kerja baru dan membuka kesempatan masyarakat untuk berusaha memeratakan pendapatan. Salah satu tantangan utama bagi industri kecil adalah menentukan harga jual. Industri besar memiliki staf ahli yang bekerja sebagai akuntan manajemen yang dituntut semaksimal mungkin menggunakan keahliannya baik pemahaman metode dan teknik akuntansi manajemen. Industri besar berbeda dengan industri kecil yang berjalan seadanya sesuai dengan pemilik.

Industri kecil dan menengah perlu memperhatikan mengenai penentuan harga jual selain karena adanya persaingan yang semakin kompetitif juga guna menghasilkan margin keuntungan yang memadai tanpa mengorbankan kualitas dan nilai yang akan diserahkan kepada pelanggan. Industri kecil dan menengah tidak


(20)

selalu memiliki kemampuan untuk menentukan harga jual produk seperti yang dikehendaki. Seringkali terdapat sejumlah pesaing yang menjual produk yang sama dengan harga tertentu, sehingga dalam menentukan harga jual produk industri harus menyesuaikan dengan harga pesaing. Harga jual juga seringkali ditentukan oleh pasar, maka harga pasar digunakan untuk menentukan target biaya.

Kondisi pasar inilah yang membuat metode-metode yang dipakai sebelumnya seringkali tidak relevan dengan keadaan yang dihadapi perusahaan. Masalah tersebut dikenal dengan masalah target costing. Penentuan harga berdasarkan produk yang telah selesai, dihitung harga pokok biayanya dan siap untuk dipasarkan, tidak selalu berlaku bagi banyak perusahaan. Perusahaan justru menerapkan urutan sebaliknya, yaitu perusahaan telah mengetahui harga jual produk terlebih dahulu lalu menghitung harga pokok biayanya. Persoalan yang dihadapi perusahaan hanya bagaimana cara membuat produk dengan harga jual yang kompetitif namun tetap menghasilkan margin laba yang diinginkan tanpa mengubah kualitas produk.

Target costing merupakan penentuan biaya maksimum yang dimungkinkan bagi pembuatan sebuah produk dan kemudian merancang prototipe yang menguntungkan dengan kendala biaya maksimum yang telah ditetapkan. Hal ini perlu diperhatikan perusahaan dalam menjalankan proses produksi yang perlu menerapkan target costing. Penerapan target costing dilakukan agar perusahaan dapat mengelola biaya (cost management) dengan baik dengan tujuan untuk pengembangan produk yang


(21)

bertanggungjawab dan merancang produk dengan biaya yang tidak lebih besar dari target biaya yang telah dihitung oleh perusahaan.

Berdasarkan masalah yang ada tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pendekatan Target Costing Sebagai Alat Untuk Melakukan Efisiensi Produksi (Studi Kasus pada Askha Jaya, Lampung).“

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

Apakah pendekatan target costing melalui efisiensi produksi dapat mencapai cost yang diinginkan?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menghitung cost yang diinginkan dengan pendekatan target costing melalui efisiensi produksi.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah: 1. Bagi perusahaan

Sebagai alternatif dan sumbangan pemikiran bagi Askha Jaya dalam menerapkan target costing dalam upaya penentuan harga jual yang disesuaikan dengan pengeluaran-pengeluaran biaya yang telah dikeluarkan dalam produksi.


(22)

2. Bagi Universitas

Sebagai karya tulis yang dapat digunakan sebagai referensi bacaan mengenai target costing bagi pihak yang membutuhkan dan untuk memperkaya kepustakaan.

3. Bagi Peneliti

Sebagai sarana dalam mengimplementasikan pengetahuan yang didapat selama studi kuliah melalui praktik penelitian dan menambah pengetahuan terkait sejauh mana teori ini dapat diterapkan dalam perusahaan.

E. Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari enam bab, yang terdiri dari: Bab I: Pendahuluan

Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II: Landasan Teori

Bab ini membahas mengenai teori-teori yang akan digunakan sebagai dasar untuk mengolah data yang diperoleh dari penelitian.

Bab III: Metode Penelitian

Bab ini membahas mengenai jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subyek dan obyek penelitian, data-data yang akan diperlukan, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data.


(23)

Bab IV: Gambaran Umum Perusahaan

Bab ini berisi tentang sejarah perkembangan perusahaan, visi, misi, tujuan pendirian perusahaan, proses produksi dan proses pemasaran.

Bab V: Analisis Data dan Pembahasan

Bab ini berisi tentang analisis data pembahasan data-data yang diperoleh selama penelitian.

Bab VI: Penutup

Bab ini berisi tentang kesimpulan yang dapat diambil, keterbatasan penelitian, dan saran untuk memperbaiki kekurangan yang ada.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Akuntansi Manajemen

Akuntansi adalah aktivitas mengumpulkan, menganalisa, menyajikan dalam bentuk angka, mengklasifikasikan, mencatat, meringkas, dan melaporkan aktivitas/ transaksi perusahaan dalam bentuk informasi keuangan. Informasi yang dihasilkan dari sistem akuntansi dipakai oleh pihak internal manajemen untuk berbagai keputusan organisasi perusahaan. Menurut Rudianto (2006: 9), ”Akuntansi Manajemen adalah sistem akuntansi, yaitu jenis informasi yang dihasilkannya ditujukan kepada pihak-pihak internal organisasi, seperti manajer keuangan, manajer produksi, manajer pemasaran, dan sebagainya guna pengambilan keputusan internal organisasi”.

Akuntansi manajemen menurut Kamaruddin (2014: 4) adalah salah satu bidang akuntansi yang satu tujuan utamanya untuk menyajikan laporan-laporan suatu satuan usaha atau organisasi tertentu untuk kepentingan pihak internal dalam rangka melaksanakan proses yang meliputi perencanaan, pembuatan keputusan, pengorganisasian, pengarahan serta pengendalian. Dari pengertian tersebut dapat disimpulakan bahwa akuntansi manajemen merupakan salah satu bidang akuntansi yang digunakan untuk pihak internal dalam rangka mencapai sasaran organisasi. Kamaruddin (2011: 3-4), menyatakan bahwa informasi akuntansi sering merupakan


(25)

faktor penting dalam menganalisis alternatif, penyelesaian masalah. Alasannya ialah bahwa berbagai alternatif biasanya mempunyai biaya dan manfaat tertentu yang dapat diukur dan digunakan sebagai masukan dalam memutuskan alternatif terbaik.

Akuntansi manajemen merupakan sebuah proses identifikasi, pengukuran, pengumpulan, analisis, penyiapan, dan komunikasi informasi finansial yang digunakan oleh manajemen untuk perencanaan, evaluasi, pengendalian dalam suatu organisasi, serta untuk menjamin ketepatan penggunaan sumber-sumber dan pertanggungjawaban atas sumber-sumber tersebut. Akuntansi manajemen juga meliputi penyiapan laporan finansial untuk kelompok-kelompok non manajemen seperti misalnya para pemegang saham, para kreditur, lembaga-lembaga pengaturan, dan penguasa perpajakan.

Akuntansi manajemen merupakan bidang akuntansi yang berhubungan dengan laporan-laporan keuangan dan informasi-informasi yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan untuk pihak internal perusahaan atau akuntansi manajemen menitikberatkan pada pelaporan transaksi bisnis untuk kepentingan manajemen perusahaan.

B. Biaya

1. Pengertian Biaya

Dalam menjalankan kegiatannya perusahaan memerlukan biaya, yang merupakan salah satu faktor penting bagi perusahaan. Selama perusahaan


(26)

menggunakan sumberdaya tertentu untuk mencapai hasil tertentu maka biaya tertentu juga akan dikeluarkan.

Menurut Carter (2006: 21), “Accountants have definited cost as “an exchange price, a forgoing, a sacrifice made to secure benefit,” yaitu biaya adalah suatu nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan yang dilakukan untuk menjamin perolehan manfaat. Menurut Widilestariningtyas (2012: 2), biaya sebagai nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan untuk memperoleh manfaat. Biaya atau cost adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu (Bustami 2007: 4).

Menurut Sujardi (2013: 4), biaya diartikan dalam pengertian luas dan pengertian sempit. Biaya dalam arti luas diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomis (sifat kelangkaan) yang diukur dalam satuan mata uang yang telah terjadi atau kemungkinan terjadi dalam mencapai tujuan tertentu. Sedangkan dalam arti sempit, biaya dipandang sebagai bagian dari harga pokok yang dikorbankan dalam usaha memperoleh penghasilan.

Adapun Witjaksono (2013: 3) berpendapat bahwa biaya atau cost dapat dikaitkan atau dihubungkan dengan manfaat sesuai prinsip (matching) atau dapat saling ditandingkan antara pengorbanan dengan manfaat. Menurut Siregar (2013: 23), biaya atau kos adalah pengorbanan sumber ekonomi untuk


(27)

memperoleh barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat sekarang atau masa yang akan datang. Kos diukur dengan satuan mata uang, sebesar pengurangan asset dan atau penambahan utang.

Biaya adalah suatu pengorbanan yang dilakukan untuk memperoleh manfaat guna mancapai suatu tujuan tertentu. Definisi biaya (cost) berbeda dengan beban (expense), karena beban merupakan suatu arus keluar yang diukur dari barang atau jasa, yang kemudian ditandingkan dengan pendapatan untuk menentukan laba.

2. Klasifikasi Biaya

a. Klasifikasi Biaya-Umum

Klasifikasi biaya diperlukan bagi pengembangan data biaya yang akan membantu manajemen mencapai tujuannya, (Surjadi 2013: 5). Dalam mengklasifikasi biaya-umum, penggolongkan biaya ada dua, yakni:

1) Biaya Manufaktur/Biaya Produksi

Menurut Salman (2013: 27), biaya produksi merupakan biaya-biaya yang timbul untuk memproduksi bahan baku menjadi produk jadi, terdiri dari:

1. Bahan baku adalah bahan yang dapat ditelusuri ke barang atau jasa yang sedang diproduksi. Biaya bahan ini dapat langsung dibebankan


(28)

ke produk karena pengamatan fisik dapat digunakan untuk mengukur kuantitas yang dikonsumsi oleh setiap produk.

2. Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang dapat ditelusuri pada barang atau jasa yang sedang diproduksi. Karyawan mengubah bahan baku menjadi produk atau menyediakan jasa kepada pelanggan diklasifikasikan sebagai tenaga kerja langsung. Biaya tenaga kerja langsung harus dikeluarkan untuk membayar pekerja terkait langsung dengan proses produksi untuk menghasilkan produk jadi. Formulanya adalah sebagai berikut:

Biaya bahan baku dan biaya pekerja langsung termasuk sebagai biaya utama (prime cost). Biaya utama adalah biaya pabrikasi yang secara langsung membentuk bagian integral dari suatu produk jadi. 3. Biaya overhead pabrik adalah biaya produksi yang dikeluarkan

perusahaan selain biaya bahan baku dan biaya pekerja langsung. Contoh biaya overhead pabrik adalah biaya bahan pembantu/penolong, biaya pekerja langsung, biaya penyusutan aktiva pabrik, biaya sewa gedung pabrik, dan biaya overhead lain-lain, dengan formula sebagai berikut:

Biaya Utama (Prime Cost)= Biaya Bahan Baku + Biaya Pekerja Langsung


(29)

Biaya konversi terdiri dari biaya pekerja langsung dan biaya overhead pabrik. Biaya konversi adalah keseluruhan biaya pabrikasi yang mencerminkan biaya pengubahan bahan baku menjadi produk jadi.

2) Biaya Non-Produksi

Biaya non produksi adalah biaya yang berkaitan selain fungsi produksi yaitu, pengembangan, distribusi, layanan pelanggan dan administrasi umum, (Bustami 2007: 10). Menurut Salman (2016: 34), biaya non-produksi adalah biaya yang berkaitan dengan fungsi perancangan, pengembangan, pemasaran, distribusi, layanan pelanggan, dan administrasi umum. Biaya pemasaran, distribusi, dan layanan pelanggan kadang kala ditempatkan ke dalam satu kategori umum yang disebut biaya penjualan. Biaya perancangan, pengembangan, dan administrasi umum ditempatkan ke dalam kategori kedua yang disebut biaya administrasi. Secara umum, biaya non manufaktur dikelompokkan menjadi dua yaitu:

Biaya Konversi (Conversion Cost) = Biaya Overhead Pabrik + Biaya Pekerja Langsung


(30)

a) Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan ketika proses manufaktur selesai dan produk ada dalam kondisi siap dijual. Contoh biaya pengiriman.

b) Biaya administrasi termasuk biaya yang terjadi dalam mengarahkan dan mengendalikan organisasi. Contoh gaji pegawai.

b. Klasifikasi Biaya Berdasarkan Hubungannya dengan Volume Kegiatan Menurut Witjaksono (2013: 18), klasifikasi biaya berdasarkan hubungannya dengan volume kegiatan:

1) Biaya variabel, yaitu biaya yang berubah-ubah sebanding dengan perubahan volume produksi/penjualan. Contoh: biaya pemakaian bahan baku dan tenaga kerja langsung. Semakin banyak unit yang diproduksi, maka kebutuhan bahan baku dan tenaga kerja langsung juga bertambah secara proporsional.

2) Biaya tetap, yaitu biaya dengan jumlah totalnya tetap walaupun jumlah yang diproduksi/dijual berubah-ubah dalam kapasitas normal. Contoh: biaya penyusutan mesin dan peralatan, gaji pokok para karyawan. Semua biaya ini harus tetap dibebankan secara periodik, tanpa memperhatikan kuantitas volume produksi.

3) Biaya semi variabel/biaya campuran (mixed cost), yaitu biaya dengan jumlah berubah-ubah dalam hubungannya dengan perubahan kuantitas


(31)

yang diproduksi tetapi perubahannya tidak proposional. Contoh biaya listrik.

c. Klasifikasi Biaya Berdasarkan Pengambilan Keputusan

Dalam mengelompokkan biaya sebagai dasar pengambilan keputusan bagi manajemen, informasi yang baik dan berguna adalah informasi yang mengurangi ketidakpastian dalam pengambilan keputusan. Menurut Witjaksono (2013: 20), biaya berdasarkan pengambilan keputusan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

1) Biaya relevan, yaitu biaya yang diperkirakan nantinya akan muncul, yang berbeda diantara berbagai alternatif. Misalnya, untuk memutuskan apakah akan menerima atau menolak suatu pesanan khusus, maka informasi biaya yang relevan antara lain adalah biaya set up mesin untuk pengerjaan pesanan.

2) Biaya tidak relevan, yaitu biaya yang tidak mempengaruhi manajemen dalam pengambilan keputusan. Misalnya saja untuk memutuskan apakah menerima atau menolak suatu pesanan khusus, maka informasi yang tidak relevan adalah biaya penyusutan, karena baik keputusan menolak atau menerima pesanan tersebut tidak akan berpengaruh pada biaya penyusutan.


(32)

d. Klasifikasi Biaya Menurut Tujuannya

1) Klasifikasi biaya dalam Laporan Keuangan

Laporan keuangan khususnya pada perusahaan manufaktur lebih kompleks dibandingkan dengan laporan keuangan pada perusahaan dagang. Hal tersebut karena pada perusahaan manufaktur, aktivitas pembelian bahan baku, aktivitas pembuatan produk (produksi), dan aktivitas penjualan produk jadi. Aktivitas pembuatan produk menimbulkan biaya produksi, yang tidak terdapat pada perusahaan dagang, dan biaya-biaya semacam ini harus diperhitungkan dan dicantumkan dalam laporan keuangan perusahaan manufaktur.

a) Neraca

Pada perusahaan dagang, pos persediaan yang dilaporkan hanya mencakup satu jenis, yaitu persediaan barang dagangan, sedangkan pada perusahaan manufaktur, pos persediaan yang dilaporkan dalam neraca mencakup persediaan bahan baku, persediaan produk dalam proses, dan persediaan produk jadi.

b) Laporan Laba/Rugi

Laporan laba/rugi perusahaan manufaktur berbeda dengan laporan laba/rugi pada perusahaan dagang dalam hal sumber perolehan produk yang dijual. Pada perusahaan manufaktur ada


(33)

komponen yang disebut dengan harga pokok produksi, sedangkan pada perusahaan dagang ada komponen berupa pembelian. Harga pokok produksi atau harga pokok manufaktur mencakup seluruh biaya manufaktur yang berkaitan dengan barang yang diproduksi selama periode yang bersangkutan.

C. Harga Pokok Produk

Menurut Witjaksono (2013: 16), harga pokok adalah sejumlah nilai aktiva (asset), tetapi apabila selama tahun berjalan aktiva tersebut dimanfaatkan untuk membantu memperoleh penghasilan, aktiva tersebut harus dikonversikan ke beban (expense). Menurut Hansen dan Mowen (2009: 55), harga pokok produk diartikan sebagai pembebanan biaya yang mendukung tujuan manajerial yang spesifik, sehingga harga pokok produk bergantung pada tujuan manajerial yang sedang berusaha untuk dicapai. Tujuan manajerial adalah menyusun laporan keuangan eksternal yang memerlukan harga pokok produk tradisional yang menyatakan bahwa hanya harga pokok produksi yang dapat digunakan dalam perhitungan biaya produk.

Harga pokok itu sendiri diartikan sebagai bagian dari harga perolehan atau harga beli yang ditunda pembebanannya atau yang belum dimanfaatkan dalam rangka merealisasikan pendapatan.


(34)

D. Biaya Standar

1. Definisi Biaya Standar

Menurut Horngen, et al. (2013: 256-257), biaya standar adalah penentuan harga, biaya atau kuantitas yang digunakan secara hati-hati yang digunakan sebagai patok duga (benchmark) untuk menilai suatu kinerja. Terdapat dua komponen standar, yaitu standard input dan standard price. Standard input adalah penentuan kuantitas input secara hati-hati yang dibutuhkan untuk output per unit.

Standard price adalah penentuan harga secara hati-hati yang diharapkan oleh perusahaan untuk membayar input per unit. Biaya standar menurut Witjaksono (2013: 133), adalah patok duga (benchmark) yang secara efektif dan efisien ditetapkan dimuka untuk biaya-biaya yang seharusnya dikonsumsi oleh suatu produk.

2. Keuntungan Penggunaan Metode Biaya Standar

Penggunaan metode biaya standar memiliki beberapa keuntungan yaitu:

a. Biaya standar dapat dijadikan pijakan untuk perbandingan biaya, sehingga memungkinkan dilakukannya patok duga (benchmark).

b. Perhitungan biaya standar diikuti dengan analisis varian yang memungkinkan manajer untuk menerapkan Management By Exeption. c. Varian dapat dijadikan alat untuk penilaian kinerja.


(35)

d. Motivasi bagi karyawan karena varian dijadikan salah satu indicator penilaian kinerja.

e. Penggunaan standar dalam penentuan harga pokok produk menyebabkan biaya produk yang lebih stabil dibandingkan dengan penggunaan biaya aktual.

f. Sistem biaya standar lebih murah dari sistem biaya normal. 3. Kelemahan penggunaan biaya standar

Sistem biaya standar juga memiliki beberapa kelemahan. Berikut adalah kelemahan dalam sistem biaya standar:

a. Terlalu menekankan pada hal negatif berdampak pada moral. b. Laporan biaya standar tidak tepat waktu.

c. Insentif pembentukan persediaan.

d. Varian laba Favorable dapat saja salah diinterpretasikan.

e. Continuous improvement mungkin lebih penting dari mencapai standar. f. Penekanan pada standar mungkin mengabaikan objektif yang penting. 4. Penyusunan biaya standar setidaknya ada 2 cara, yaitu:

a. Analisis Data Historis

Data historis dengan segala kekurangannya tetap dipercaya memiliki keguanaan untuk memprediksi masa depan, terutama dalam lingkungan


(36)

produksi yang telah mapan, apabila data historis telah cukup banyak terdokumentasikan dengan baik.

b. Analisis Tugas

Cara lain dengan melakukan analisis terhadap proses pembuatan produk dengan tujuan menentukan biaya produk yang seharusnya. Paradigma yang digunakan adalah bergeser dari biaya produk di masa lampau ke biaya produk di masa mendatang.

c. Gabungan Keduanya E. Target Costing

1. Konsep Target Costing

Menurut Salman (2016: 227), target costing adalah sistem perencanaan laba dan manajemen biaya. Sedangkan menurut Supriyono (2002: 152) target costing adalah sistem untuk mendukung proses pengurangan biaya dalam tahap pengembangan dan perencanaan produk model baru tertentu, perubahan model secara penuh atau perubahan model minor.

Menurut Rudianto (2005: 259), target biaya (target costing) adalah metode penentuan biaya produksi dimana perusahaan terlebih dahulu menentukan biaya produksi yang harus dikeluarkan berdasarkan harga pasar kompetitif, dengan demikian perusahaan memperoleh laba yang diharapkan. Adapun Garrison et.al (2013: L-10), perhitungan biaya target (target costing) adalah proses penentuan


(37)

biaya maksimum yang dimungkinkan untuk suatu produk baru dan kemudian mengembangkan sebuah contoh yang dapat dibuat dengan menguntungkan berdasarkan angka biaya target maksimum tersebut.

Dalam metode target costing perusahaan akan menetapkan biaya produk yang dianggap sesuai dengan keadaan pasar, menentukan laba yang diinginkan dan kemudian menentukan harga jual produk tersebut kepada masyarakat. Manfaat utama target costing adalah penetapan harga pokok produk sebagai dasar penetapan harga sehingga target laba yang diinginkan akan tercapai. Ilustrasi singkat mengenai metode target costing ada pada Gambar 1.

Gambar 1: Ilustrasi Target Costing Sumber: Witjaksono (2013: 176) Market Research

Menentukan harga jual produk baru

Engineers dan cost Analysis mendesain suatu

produk yang mungkin diproduksi pada biaya tersebut

Manajemen menghitung biaya produksi yang memungkinkan tercapainya marjin laba yang


(38)

Dari ilustrasi target costing pada Gambar 1 dapat dilihat perbedaan mendasar dalam penentuan harga pokok produk antara pendekatan target costing dengan pendekatan tradisional:

Traditional Approach Target Cost Approach 1st Design Product 1st Set Sales Price 2nd Compute Cost 2nd Set Profit

3rd Set Sales Price 3rd Compute Target Cost 4th Profit or Loss 4th Design Product

Gambar 2: Perbedaan Pendekatan Tradisional dan Target Costing Sumber: Witjaksono (2013: 176)

Pada Gambar 2 perbedaan mendasar antara pendekatan tradisional dan pendekatan target costing adalah ada dalam tahap desain produk dan penetapan harga jual. Secara tradisonal proses produksi dimulai dari desain produk barang/jasa, dilanjutkan menghitung harga pokok produk, kemudian menetapkan harga jual.

Dari penjelasan kedua Gambar tersebut, target costing dapat didefinisikan menurut Witjaksono (2013: 176), yaitu suatu sistem dimana (1) penentuan harga pokok produk adalah sesuai dengan yang diinginkan (target) sebagai dasar penetapan harga

Setelah Product

Design

Sebelum dan selama product design


(39)

jual produk yang akan memperoleh laba yang diinginkan, atau (2) penentuan harga pokok sesuai dengan harga jual yang pelanggan rela membayarnya.

2. Model Penerapan Target Costing

Harga pokok produk tidak terlepas dari kegiatan sepanjang rantai nilai, yang diperjelas pada Gambar 3 dan Gambar 4.

Target Costing

Gambar 3: Proses Penetapan Target Costing Sumber: Witjaksono (2013: 178)

3. Prinsip-Prinsip Penerapan Target Costing

Target costing adalah suatu proses yang sistematis yang menggabungkan manajemen biaya dan perencanaan laba. Perhitungan biaya target (target costing) menjadi suatu pendekatan khusus yang berguna untuk pembuatan tujuan penurunan biaya. Proses ini menganut prinsip-prinsip yang ada pada Gambar 5.

R & D

Design

Manu-facturing

Marketing and Distribution

Custom er Service


(40)

YA

Gambar 4: Proses Penetapan Target Costing Hingga Penetapan Harga Sumber: Witjaksono (2013: 178)

Target-Costing Model

Market Share Objective

Target Price Product

Functionality

Target Profit

Target Cost

Product and Process Design

Target Cost

tercapai


(41)

Price led costing Cross-functional team

Life-cycle Value chain orientation

Fokus pada Fokus pada Product design

process design

Fokus pada pelanggan

Gambar 5: Prinsip-prinsip Target Costing Sumber: Witjaksono (2013: 179)

Proses penerapan target costing menganut prinsip-prinsip sebagai berikut: a. Harga menentukan biaya (Price Led Costing)

Persaingan yang semakin ketat dan kompetitif membuat penetapan harga jual produk bukan hal mudah. Harga jual kerap ditentukan oleh pasar, sehingga harga pasar (market share) digunakan untuk menentukan target biaya dengan formula berikut:

b. Fokus pada pelanggan

Kehendak atau kebutuhan pelanggan akan kualitas, biaya dan fungsi (functionality) secara simultan terdapat dalam produk dan dimanfaatkan dalam

Key Principles

of Target Costing


(42)

pengambilan keputusan berkenaan dengan desain dan perhitungan harga pokok produk.

c. Fokus pada desain produk dan desain proses

Pengendalian biaya ditekankan pada tahapan desain produk dan tahapan desain proses produksi, maka setiap perubahan atau rekayasa harus dilakukan sebelum proses produksi, dengan tujuan menekan biaya dan mengurangi waktu terutama bagi produk baru.

d. Cross Functional Team

Tim/kelompok ini bertanggungjawab atas keseluruhan produk, dimulai dari ide/konsep produk hingga tahapan produksi penuh.

e. Melibatkan rantai nilai (Value chain orientation)

Seluruh anggota yang terlibat dalam rantai nilai, dimulai dari pemasok barang/jasa, distributor, hingga pelanggan dilibatkan dalam proses Target Costing.

f. Orientasi daur hidup produk (Life-cycle)

Meminimalkan biaya selama daur hidup produk, diantara harga, bahan baku, biaya operasi, pemeliharaan, dan biaya distribusi.

4. Asumsi Dasar Target Costing

Menurut Witjaksono (2013: 183), Target Costing sangat mungkin sesuai bagi perusahaan yang price taker dalam suatu pasar yang heterogen, dimana kompetisi


(43)

menentukan harga jual produk barang/jasa, yang ditandai dengan karakteristik antara lain:

a. Umumnya tidak layak atau tidak ada kehendak untuk menawarkan produk dengan harga yang tak terjangkau oleh para kompetitor. Bila perusahaan menawarkan produk yang tak tersaingi maka persaingan oligopolistik akan muncul.

b. Keunggulan spesifik suatu perusahaan akan menentukan arah dalam melakukan deferensiasi produk baru dari yang telah ada di pasaran, misalnya:

1) Cost Advantage produk yang sama/serupa namun dengan harga yang lebih murah.

2) Penambahan fungsi, misalnya dengan tambahan fitur baru dengan harga yang kompetitif.

Menurut Cooper (1995: 138), terdapat tiga faktor yang penting dalam mempengaruhi struktur dari sistem target costing, yaitu:

a) Jenis produk yang akan diproduksi

Tipe dari produk yang akan diproduksi memiliki peranan penting karena dengan mengetahui jenis dari produk yang akan diproduksi, maka akan dapat mengestimasi biaya, kompleksitas, dan waktu yang akan digunakan. Jika biaya, kompleksitas dan waktu yang timbul untuk memproduksi lebih besar maka target costing semakin kompleks. Semakin lama pengembangan siklus


(44)

hidup suatu produk, semakin ketat pengendalian yang dibutuhkan dan begitu pula sebaliknya.

b) Jenis konsumen yang akan dituju

Tipe konsumen yang dilayani juga memiliki peranan yang penting dalam perancangan target costing. Hal ini disebabkan oleh keputusan konsumen dalam menentukan karakteristik yang penting dari suatu produk. Karakteristik tersebut adalah kualitas, fungsionality, dan harga pada suatu produk, konsumen akan mempengaruhi tingkat keterlibatan dalam pemasaran dan analisis konsumen pada target costing.

c) Tingkat pengaruh antar bagian dari supplier

Tingkat pengaruh antar bagian dari supplier berhubungan dengan kemampuan perusahaan dalam bernegosiasi dengan pemasok untuk mendapatkan harga input yang lebih rendah dari pasar. Tawar-menawar ini berpengaruh terhadap biaya material yang merupakan biaya utama dari proses produksi yang juga berpengaruh terhadap target costing yang diterapkan oleh perusahaan. Jika harga input lebih rendah, maka perusahaan akan mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi.


(45)

5. Manfaat Target Costing

Menurut Maciariello dan Kirby (1994) dalam Lucki (2011: 23) ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari target costing, antara lain:

a. Menyediakan informasi yang lengkap mengenai biaya produksi produk baru, sehingga memudahkan badan usaha untuk melakukan pemilihan dalam penggunaan material, desain produk dan proses manufaktur.

b. Mengurangi pengembangan siklus hidup yaitu biaya dapat ditentukan pada saat bersamaan dengan perancangan produk.

c. Menyediakan pemahaman yang lebih mendalam mengenai biaya produksi, cara untuk mengeleminasi, mengurangi aktifitas yang tidak memberikan nilai tambah, meningkatkan kualitas, menyederhanakan proses dan menentukan cost driver. d. Meningkatkan profitabilitas produk baru melalui pengurangan biaya serta

mempertahankan atau meningkatkan kualitas fungsinya. 6. Metode Pengurangan Biaya dalam Target Costing

a. Pengurangan Biaya dengan Alternatif I

Menurut Blocher, et al. (2012: 176-177), dua pilihan yang dapat mengurangi biaya menjadi sebuah tingkat biaya target, yaitu:

1) Dengan menyatukan teknologi produksi yang baru, menggunakan teknik manajemen biaya yang lebih maju seperti pembiyaan berbasis aktivitas dan mencari produktifitas yang lebih tinggi.


(46)

2) Dengan mendesain ulang produk dan jasa. Metode ini sangat menguntungkan banyak perusahaan karena menunjukan bahwa keputusan desain bernilai penting bagi kebanyakan biaya total siklus hidup produk. Dengan perhatian yang teliti terhadap desain, penghematan yang signifikan pada total biaya menjadi mungkin.

b. Pengurangan Biaya dengan Alternatif II

Hansen & Mowen (2009: 361-362) mengungkapkan ada tiga metode yang dapat digunakan untuk pengurangan biaya dalam Target Costing, yaitu:

1) Rekayasa Berlawanan (Reverse Engineering)

Membedah produk pesaing untuk mencari lebih banyak keistimewaan rancangan yang membuat penurunan biaya.

2) Analsis Nilai (Process Analysis)

Berusaha menaksir nilai yang ditempatkan pada berbagai fungsi produk oleh pelanggan. Misalnya suatu harga yang ingin dibayar oleh pelanggan untuk suatu fungsi khusus lebih kecil daripada biayanya, maka fungsi tersebut mungkin akan dihapus.

3) Perbaikan Proses (Process Improvement)

Digunakan untuk mengidentifikasi aktivitas yang bernilai tambah dan aktivitas yang tidak bernilai tambah. Pengurangan biaya dapat dilakukan dengan mengeleminasi aktivitas yang tidak bernilai tambah.


(47)

7. Kendala Penerapan Target Costing

Penerapan target costing ternyata tidak mudah. Berikut ini adalah kendala menurut Witjaksono (2013: 183) yang kerap dikeluhkan oleh perusahaan yang mencoba menerapkan target costing yaitu:

a. Konflik antar kelompok dan atau antar anggota kelompok.

b. Karyawan yang mengalami burnout karena tuntutan target penyelesaian pekerjaan. c. Target waktu penyelesaian yang terpaksa ditambah.

d. Sulitnya melakukan pengaturan atas berbagai faktor penentu keberhasilan target costing.

Dengan demikian sangat disarankan bagi perusahaan yang tertarik untuk menerapkan target costing memperhatikan hal-hal berikut:

1) Manajemen puncak harus memahami proses target costing sebelum mengadopsinya.

2) Apabila perhatian manajemen terlalu terpaku pada pencapaian sasaran target costing, maka dapat mengalihkan perhatian dari manajemen mengenai pencapaian sasaran keberhasilan organisasi secara keseluruhan.

F. Pengertian efisiensi

Menurut Sumarsan (2010: 83), “Efisiensi merupakan perbandingan antara keluaran dengan masukan atau jumlah keluaran yang dihasilkan satu unit input yang


(48)

terhadap masukan atau jumlah keluaran per unit masukan. Efisiensi dalam ilmu ekonomi digunakan untuk merujuk pada sejumlah konsep yang terkait pada kegunaan pemaksimalan serta pemanfaatan seluruh sumber daya dalam proses produksi barang dan jasa. Dengan kata lain efisiensi merupakan perbandingan antara keluaran dan masukan atau yang dihasilkan dari suatu input yang digunakan dengan jumlah keluaran yang digunakan.

Efisiensi biaya produksi merupakan penekanan biaya dalam menghasilkan produk atau biaya produksi yang dapat dipertimbangkan penggunaannya kepada yang paling menguntungkan. Efisiensi biaya produksi ini mempunyai kaitan dengan harga jual produk. Dengan ditekannya biaya produksi ini akan menguntungkan bagi perusahaan sebab dapat menetapkan harga jual yang rendah, sehingga dapat bersaing dengan perusahaan lain dan dapat menguasai pasar yang ada. Dengan demikian efisiensi mencegah terjadinya biaya yang berlebih yang merupakan pemborosan yang seharusnya tidak terjadi.


(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah studi kasus, peneliti mengamati objek secara langsung dengan menggunakan berbagai sumber data.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian akan dilakukan di Askha Jaya, Lampung. 2. Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan pada Februari 2017 – Maret 2017. C. Ruang Lingkup Penelitian

1. Subjek Penelitian

a. Bagian Produksi keripik pisang coklat. b. Bagian Keuangan keripik pisang coklat. c. Bagian Administrasi dan Umum. 2. Obyek Penelitian

a. Biaya-biaya yang digunakan dalam proses produksi keripik pisang coklat.


(50)

b. Metode penentuan harga pokok produksi. D. Teknik Pengumpulan Data

1. Dokumentasi

Peneliti mengumpulkan data pendukung diantaranya Gambaran umum perusahaan, biaya produksi produk meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik, desain produk, biaya per unit produk, informasi mengenai barang substitusi bahan baku, dan presentase laba yang diharapkan.

2. Wawancara

Peneliti melakukan tanya jawab secara lisan dengan pihak-pihak yang berhubungan langsung dengan sistem produksi, pemasaran dan sistem pencatatan keuangan.

E. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data

Data kualitatif terdiri atas Gambaran umum perusahaan, sejarah berdirinya perusahaan, proses produksi, dan Gambaran umum pesaing. Data kuantitatif terdiri atas penjualan, bahan baku, overhead pabrik, dan tenaga kerja dalam proses produksi.


(51)

2. Sumber Data

Data primer terdiri dari atas perhitungan harga pokok produksi menggunakan metode target costing dan sumber-sumber pendukung yang berasal dari wawancara dengan bagian produksi dan bagian keuangan. Data sekunder terdiri atas:

a. Data biaya bahan baku b. Biaya tenaga kerja langsung c. Biaya overhead pabrik d. Data pendukung lainnya. F. Teknik Analisis Data

Langkah-langkah dalam teknik analisis data adalah:

1. Mendeskripsikan perhitungan biaya produksi yang dilakukan perusahaan. 2. Menganalisis penerapan pengendalian biaya produksi dengan metode target

costing. Langkah-langkah penerapan target costing adalah sebagai berikut: a. Menentukan harga pasar kompetitif, dengan cara membuat daftar harga

perusahaan produk yang sama dari perusahaan yang lainnya untuk membandingkan dengan harga produk yang ada di Askha Jaya. Harga jual yang ditetapkan dapat sama, lebih mahal, atau lebih murah daripada yang ditawarkan oleh pesaing-pesaing utamanya.


(52)

b. Menentukan laba kotor yang diharapkan oleh perusahaan dengan cara wawancara kepada pemilik perusahaan berapa persen laba yang diinginkan perusahaan.

c. Menghitung target costing dengan rumus:

Target biaya = Taksiran Harga jual – laba yang diinginkan

d. Penggunaan pengurangan biaya dalam target costing untuk mengidentifikasi cara-cara untuk menghemat biaya produk.

3. Membandingkan antara analisis perhitungan biaya yang dihitung menggunakan aturan yang dipakai perusahaan selama ini dengan analisis perhitungan biaya dihitung setelah diterapkan adanya target costing beserta jumlah penghematan biaya yang terjadi. Jika perhitungan biaya produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya overhead pabrik, dan biaya tenaga kerja langsung menurut target costing perhitungan biayanya lebih kecil dari perhitungan perusahaan tanpa mengubah kualitas dan kuantitas dari produk maka perhitungan biaya menurut target costing dikatakan efisien. target


(53)

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Singkat Perusahaan

Askha Jaya Keripik berdiri pada tahun 2011 oleh Aswal yang awalnya ingin memperbaiki perekonomian keluarga dengan membuat bisnis keripik pisang Lampung. Aswal panggilan akrabnya itu merasa lelah dengan keadaan keuangan keluarga yang dari ia kecil masih saja terbatas, sehingga mengharuskannya menjadi loper koran hingga tukang parkir. Meski sudah bekerja sejak kecil, Aswal merasa tidak ada pemasukkan yang membuat perekonomian keluarganya maju.

Akhirnya pada tahun 2007, Aswal yang saat itu masih duduk di bangku sekolah menengah atas mencoba peruntungan membuka bisnis cemilan tradisional. Survei ke sentra keripik Lampung di daerah Kedaton Bandar Lampung merupakan langkah awal Aswal bersama ibunya merintis keripik pisang, dengan mencoba menitipkan dagangannya ke warung oleh-oleh di Sentra Keripik.

Seiiring berjalannya waktu, Aswal tidak menyangka jika usahanya lumayan menguntungkan. Di awal tahun 2009, seorang saudara menawarkan untuk membuka outlet, namun barang yang dijual tetap dari Aswal. Dengan biaya sewa yang murah dan keterbatasan modal akhirnya Aswal bersama keluarganya mencoba bisnis ini


(54)

sendiri, meskipun beberapa kali merugi karena masih menyetok beberapa produk dari toko lainnya.

Keadaan yang seadanya, Aswal bersama dengan Ayah dan Ibunya tetap optimis untuk terus tekun menjalani bisnis ini. Kerugian yang sangat besar itu wajar karena memang belum memahami sistem berbinisnya dan belum terbiasa dengan keadaan. Hal itu, justru membuat Aswal dan orang tuanya lebih giat lagi untuk belajar pada siapa saja yang bisa untuk diajak bercerita atau sekedar sharing pengalaman. Hingga tahun 2011, Aswal berani untuk membuka produksi sendiri karena ingin mendapatkan keuntungan yang lebih dan dapat membuka lowongan pekerjaan untuk orang lain. Produksinya bermerek Askha Jaya, yang diambil dari namanya dia sendiri, Jaya yang berarti semakin berkembang dan maju. Aswal berharap Askha Jaya akan menjadi industry keripik pisang yang maju, berkembang dan dapat bersaing dengan merek-merek lain yang terdahulu, serta dapat membantu menurunkan tingkat pengangguran yang ada di Lampung.

Bisnis Askha Jaya semakin berkembang di tahun 2012 dan bisa membuka cabang di sentra industri. Usahanya sekarang tidak lagi diurus sendiri karena sudah ada karyawan yang membantu meringankan beberapa pekerjaan. Dari tahun ke tahun, Askha Jaya semakin maju terbukti sekarang outlet Askha Jaya sudah memiliki 6 cabang dengan nama Askha Jaya I, Askha Jaya II, Askha Jaya III, Askha Jaya IV, Askha Jaya V, dan Askha Jaya VI. Reseller keripik dari Askha Jaya sudah


(55)

tersebar ke luar daerah Lampung termasuk ibukota Jakarta. Tak langsung puas dengan tersebarnya reseller dan outletnya, Aswal pun juga mencoba membuka peluang baru untuk memasarkan produk keripiknya itu lewat dunia maya (internet). Bisnis online lewat situs askhakeripik.com dan dengan akun lainnya, ia menawarkan dan mempromosikan oleh-oleh khas Lampung yaitu kerpik pisang khas Lampung dengan ide kreatifnya menciptakan berbagai rasa. Askha Jaya menyediakan 15 rasa keripik pisang yaitu: coklat, keju susu, keju pedas, keju original, susu, mocca, kopi, durian, melon, strawberry, jagung bakar, jagung manis, rumput laut, udang pedas, dan sapi panggang.

Selain keripik pisang, outlet Askha Jaya juga menyediakan oleh-oleh khas Lampung lainnya, yaitu keripik singkong dengan varian rasa jagung bakar, jagung manis, balado, sapi panggang, dan sambal tumis. Berbagai kopi Lampung dari yang biasa sampai kopi luwak, adapula kemplang, aneka olahan jagung, keripik nangka, keripik sanjai, keripik talas, keripik tempe, keripik mantang, kelanting, sale pisang, gipang, kerupuk ikan, lempok durian, dan dodol Lampung.

Saat ini Askha Jaya juga memiliki produk keripik baru dengan rasa greentea, yang juga cukup menjadi perhatian dari para konsumennya. Ide-ide kreatif sampai saat ini masih terus berjalan dengan bermunculan pesaing-pesaing baru yang menonjolkan produk unggulannya. Jadi, keuanggulan dari Askha Jaya tidak hanya keripik pisang coklatnya saja kini keripik pisang rasa greentea atau teh hijau juga


(56)

menjadi produk unggulan, namun belum menjadi primadona sepenuhnya, karena keripik pisang coklatlah yang sampai saat ini laris manis dipasaran.

B. Lokasi Perusahaan

Lokasi perusaahan keripik pisang Askha Jaya berlokasi di Desa Sukabanjar, Kecamatan Sidomulyo, Kabupaten Lampung Selatan.

C. Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan 1. Visi perusahaan

Dengan berlandaskan iman dan taqwa, Askha Jaya menjadi salah satu usaha yang produktif, kompetitif, dan dapat memajukan ekonomi di Lampung.

2. Misi Perusahaan

a. Mendidik tenaga kerja yang berkompeten dan bisa mandiri. b. Memuaskan konsumen.

c. Berguna bagi masyarakat banyak.

d. Menjadi perusahaan yang terdepan di bidangnya. e. Menjadikan petani pohon pisang lebih sejahtera.

f. Memperluas lapangan kerja untuk kemakmuran mahasiswa dan masyarakat sekitar tempat produksi pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya.


(57)

g. Mengubah image keripik pisang yang dianggap masyarakat sebagai makanan murahan yang memiliki rasa biasa saja menjadi favorit di masyarakat.

3. Tujuan Perusahaan

a. Sebagai tempat penelitian study-trip/field-trip siswa sekolah maupun mahasiswa.

b. Memasarkan keripik pisang dari petani pisang agar taraf hidup petani pisang meningkat.

c. Menjadi kebanggaan Lampung sebagai produk dari dalam negeri namun bisa bersaing dengan produsen luar negeri

D. Tugas dan Kewajiban 1. Pemilik

Bertugas untuk mengatur dan mengawasi semua kegiatan yang ada di seluruh bagian operasional. Terbatasnya tenaga kerja, tidak menutup kemungkinan ketua pelaksana harian juga membantu semua bagian apabila diperlukan. Seperti contohnya saat awal produksi dan belum memiliki tenaga menggoreng pisang ketua pelaksana harian bertugas sebagai tenaga produksi, ataupun mencari bahan baku pisang saat belum memiliki penyuplai tetap bahan mentah pemilik pun bertugas sebagai tenaga distribusi.


(58)

2. Bagian Produksi

Bagian produksi ada beberapa bagian atau tugas yaitu, pengupasan pisang, mencuci, mengiris, membumbui, dan menggoreng keripik pisang. Jumlah tenaga kerja di bagian produksi enam orang karyawan.

3. Bagian Distribusi

Bagian distribusi bertugas mendistribusikan keripik dari tempat produksi ke outlet-outlet Askha Jaya yang ada di Lampung. Bagian distribusi biasanya dilakukan oleh bagian produksi.

4. Pemasaran

Bagian pemasaran bertugas sebagai pengemasan produk, mempromosikan keripik baik lewat media internet maupun menjadi penjaga outlet dan kasir. Setiap outlet terdiri dari dua orang karyawan.

5. Bagian Administrasi

Bagian administrai bertugas mencatat segala biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi.

E. Proses Produksi dan Tenaga Kerja

Pada bagian produksi setiap harinya memproduksi keripik pisang coklat, karena memang produk ini yang paling laris. Setiap tahun produksi keripik terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Saat ini setiap minggunya Askha Jaya memproduksi 500kg keripik atau 2000kg tiap bulan. Jumlah ini akan mengalami


(59)

kenaikan saat liburan yaitu bulan Desember-Januari atau Juni-Agustus. Hal itu disebabkan meningkatnya jumlah pengunjung baik yang pulang ke kampung halaman ataupun yang memang sedang berlibur di Lampung. Jadwal produksi setiap hari Senin-Sabtu, pukul 08.00-15.00. Masa expired sekitar enam bulan, hal ini dikarenakan pengelolaan pisang yang baik dan melakukan penggorengan selama dua kali. Hal ini dibuktikan dengan sudah diberikan status Halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).

1. Alat dan Bahan yang digunakan: a. Alat

1) Tungku/kompor 2) Gas

3) Wadah besar

4) Wajan/penggorengan besar 5) Alat pengiris pisang

6) Plastik berukuran besar 7) Mesin Pres

b. Bahan

1) Pisang Kepok mentah 2) Garam


(60)

4) Coklat bubuk 5) Tepung Maizena 6) Kapur sirih 7) Minyak goreng 2. Proses atau Tahapan Produksi

a. Proses pengolahan keripik

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah dengan mengupas kulit pisang dan cuci pisang sampai bersih, kemudian rendam dalam air yang telah diberi garam selama 1 jam. Setelah dilakukan perendaman, kemudian iris pisang tipis-tipis dan rendam kembali irisan pisang tersebut dalam air garam. Setelah perendaman air garam kedua kali lalu pindahkan irisan pisang ke dalam air yang telah diberi larutan kapur sirih dan diamkan selama 30 menit. Setelah 30 menit, irisan pisang dipindahkan ke dalam air garam.

Irisan pisang yang direndam bergantian dalam air garam dan air kapur sirih bertujuan agar pisang tidak berubah warna menjadi kehitaman dan rasa keripik yang akan dihasilkan akan lebih renyah, lakukan proses ini sambil mempersiapkan untuk tahap penggorengan. Lalu, panaskan minyak goreng dan goreng keripik pisang dengan menggunakan api sedang sampai matang kecoklatan. Angkat dari dalam minyak dan tiriskan. Proses penggorengan pada


(61)

Askha dilakukan dua kali yang bertujuan agar keripik pisang matang sempurna dan menghasilkan keripik pisang yang renyah.

b. Proses Pembuatan Rasa Coklat pada Keripik Pisang

Langkah pertama adalah dengan mencampur tepung maizena yang telah disangrai dengan coklat bubuk dan gula halus, lalu diaduk sampai rata. Kedua, masukkan tepung maizena, coklat bubuk dan gula halus yang sudah tercampur rata kedalam tempat tertutup atau plastik besar. Ketiga, masukkan keripik pisang yang telah melalui tahap penggorengan dan pisang dalam kondisi dingin (tidak panas), kocok-kocok sampai tercampur rata dan lapisan coklat menutupi semua permukaan keripik pisang. Langkah terakhir adalah menyimpan keripik pisang coklat ke dalam plastik yang tertutup rapat supaya tidak mudah melempem. c. Pengemasan

Setelah keripik pisang sudah diberi rasa coklat dan didistribusikan, barulah pengemasan dimulai. Kemasan yang seringkali diminati konsumen adalah kemasan seperempatan karena dinilai murah dan mudah dibagi-bagi jika untuk oleh-oleh sehingga konsumen juga dapat membeli aneka rasa yang lain sehingga tidak hanya satu rasa. Keripik pisang coklat ditimbang sesuai dengan ukuranyang kemudian dimasukkan ke dalam plastik lalu dipres. Mesin pres mencegah supaya tidak ada lubang udara yang mengakibatkan keripik tidak lagi


(62)

renyah, setelah selesai dipres keripik pisang akan dimasukkan kedalam kemasan tas-tas kecil yang terbuat dari kertas yang berlabelkan Askha Jaya.

F. Proses Pemasaran

Proses pemasaran dilakukan setelah produk dikemas dengan rapi, selanjutnya akan didistribusikan untuk dijual pada outlet-outlet Askha Jaya. Beberapa reseller yang ingin menjual kerpik pisang Askha Jaya dapat langsung mengambil pada outlet Askha Jaya terdekat dan apabila terdapat reseller yang berada di luar daerah maka proses pengemasan sudah dilakukan secara langsung dengan diproses sesuai permintaan dan segera dikirim. Pembeli yang berada di luar pulau Sumatra pun dapat membelinya secara mudah lewat media internet dan akan dikirim dari outlet Askha Jaya ke tempat tujuan.


(63)

BAB V

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Perhitungan Biaya Produksi yang Dilakukan Perusahaan

Tujuan yang ingin dicapai oleh setiap perusahaan manufaktur adalah dengan meningkatkan produksi, dengan meningkatkan produksi maka perusahaan akan dapat mempertahankan kelangsungan hidup atau kontinuitas dari usaha yang dikelola. Salah satu faktor yang mempengaruhi kegiatan produksi adalah dengan memperhatikan masalah biaya produksi. Dalam melakukan pengendalian biaya produksi, perusahaan perlu mengetahui komponen-komponen biaya yang digunakan untuk menghitung biaya produksi seperti biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Kemudian perusahaan mengumpulkan informasi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik yang terjadi tiap tahun yang kemudian diolah untuk menghitung biaya produksi setiap tahun.

Setelah menghitung total produksi, perusahaan dapat mengetahui biaya produksi per unit, yaitu dengan cara membagi total biaya produksi dengan jumlah produk yang dihasilkan selama tahun tersebut.

1. Biaya Produksi

Data yang diperoleh dari Askha Jaya bahwa pada tahun 2015 Askha Jaya memproduksi keripik pisang coklat 24.000kg dengan harga jual Rp50.000/kg.


(64)

Data volume penjualan keripik pisang coklat Askha Jaya selama tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 5.1. Penjualan yang terjadi selama tahun 2015 yaitu 23.501kg atau Rp1.175.050.000 dengan harga jual Rp50.000/kg, sementara sisa yang tidak terjual digunakan oleh perusahaan untuk menarik minat konsumen dengan menjadikannya tester keripik gratis sepuasnya hanya berlaku makan ditempat.

Tabel 5.1 Volume Penjualan Keripik PisangCoklat Tahun 2015 Bulan

Volume Penjualan

(Kg)

Harga Jual

(Rp/kg) Jumlah Rp (kg)

Januari 2.006 50.000 Rp100.300.000

Februari 1.970 50.000 98.500.000

Maret 1.900 50.000 95.000.000

April 1.968 50.000 98.400.000

Mei 1.897 50.000 94.850.000

Juni 1.930 50.000 96.500.000

Juli 2.011 50.000 100.550.000

Agustus 1.780 50.000 89.000.000

September 1.850 50.000 92.500.000

Oktober 1.879 50.000 93.950.000

November 2.000 50.000 100.000.000

Desember 2.310 50.000 115.500.000

Total Penjualan 23.501 50.000 Rp1.175.050.000

Sumber: Askha Jaya Lampung

a. Biaya Bahan Baku

Biaya bahan baku adalah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh bahan baku yang dipakai di dalam pengolahan produk. Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan keripik pisang coklat yaitu pisang kepok.


(65)

Perusahaan membeli bahan baku pada distributor. Dalam hubungannya dengan uraian tersebut maka disajikan data biaya bahan baku Askha Jaya Lampung untuk tahun 2015 yang dapat disajikan pada Tabel 5.2

Tabel 5.2 Bahan Baku Askha Jaya Lampung Tahun 2015

Jenis Bahan Baku produksi (kg) Volume Harga/Kg Jumlah (Rp)

Pisang Kepok 24.000 Rp3.300 79.200.000

Jumlah biaya bahan baku 79.200.000

Sumber: Askha Jaya, Lampung

Berdasarkan Tabel 5.2 yaitu data biaya bahan baku yang dikeluarkan oleh Askha Jaya, perusahaan membeli bahan baku pada distributor dengan pembelian minimal 1 keranjang besar berat 50kg pisang, dan dengan harga Rp3.300/kg.

Pembelian bahan baku ini tidak dilakukan oleh perusahaan sekaligus, melainkan melalui beberapa tahap. Hal ini karena terbatasnya jumlah pisang pada distributor karena harus berbagi juga dengan pembeli yang lain, dan memudahkan perusahaan agar mencegah pisang terlalu lama sehingga akan menyebabkan pisang matang sebelum dijadikan keripik. Dalam sekali produksi, Askha Jaya memproduksi 200kg pisang untuk dijadikan keripik pisang coklat tiap Minggu. Jadi perusahaan memerlukan 4 keranjang besar pisang pada distributor setiap hari Minggu.


(66)

b. Biaya Tenaga Kerja Langsung

Besarnya biaya tenaga kerja langsung pada Askha Jaya Lampung untuk tahun 2015 adalah Rp226.000.000. Tenaga kerja langsung yang ada di Askha Jaya berjumlah 6 orang yang terdiri dari tiga karyawan dan dibantu oleh tiga anggota keluarga pemilik.

c. Biaya Overhead Pabrik

Salah satu komponen biaya overhead pabrik adalah biaya bahan penolong. Besarnya biaya penolong pada tahun 2015 pada Askha Jaya disajikan pada Tabel 5.3. Sedangkan besarnya biaya overhead pabrik tahun 2015, pada Askha Jaya Lampung, yang dapat disajikan pada Tabel 5.4.

Tabel 5.3 Biaya Penolong Askha Jaya Tahun 2015 Bahan Penolong Biaya Bahan

Penolong (Rp)

Tepung maizena Rp 30.954.000

Gula bubuk 28.654.560

Minyak goreng 110.051.550

Bahan bakar 39.327.893

Garam 13.114.844

Kapur sirih 7.489.182

Coklat bubuk 19.977.300

Jumlah biaya penolong Rp 249.569.329 Sumber: Askha Jaya, Lampung


(67)

Tabel 5.4 Biaya Overhead Pabrik Askha Jaya Tahun 2015 NO Jenis Biaya Overhead Pabrik Jumlah Biaya (Rp)

1 Biaya bahan penolong Rp 249.569.329

2 Biaya tas kemasan 46.018.000

3 Biaya tenaga kerja tidak langsung 46.652.632

4 Biaya angkutan bahan baku 28.099.172

5 Biaya pemakaian bahan bakar 12.277.860

6 Biaya listrik/telepon 7. 388.000

7 Biaya pemeliharaan 17.549.120

8 Biaya umum 17.388.000

Jumlah Biaya Overhead Pabrik Rp 424.942.113 Sumber: Askha Jaya, Lampung

Tabel 5.4 yaitu rincian biaya overhead pabrik dalam tahun 2015, menunjukkan bahwa jumlah biaya overhead pabrik untuk tahun 2015 sebesar Rp424.942.113.

2. Biaya Non Produksi

Biaya non produksi, khususnya pada Askha Jaya Lampung terdiri dari biaya penjualan dan biaya administrasi/umum. Oleh karena itu, maka bersarnya biaya non produksi untuk tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5 Biaya Non Produksi Askha Jaya Tahun 2015

No Jenis Biaya Non Produksi Biaya Non Produksi (Rp)

1 Biaya penjualan Rp 29.289.000

2 Biaya administrasi / umum 41.039.000 Jumlah biaya penjualan Rp 70.328.000 Sumber: Data diolah dari Askha Jaya, Lampung


(68)

Setelah disajikan beberapa data mengenai biaya produksi, maka hasil perhitungan biaya produksi untuk keripik pisang coklat tahun 2015 dilihat pada Tabel 5.6 dan Tabel 5.7 merupakan Tabel total biaya yang terdiri dari biaya produksi dan biaya non produksi sebagai berikut:

Tabel 5.6 Perhitungan Biaya Produksi Menurut Perusahaan

Uraian Jumlah Biaya

(Rp)

Biaya Produksi

1. Biaya bahan baku Rp79.200.000

2. Biaya tenaga kerja langsung 226.000.000

3. Biaya overhead pabrik 424.942.113

Total Biaya Produksi (1+2+3) Rp730.142.313

Jumlah Unit yang diproduksi (Kg) 24.000kg

Total Biaya Produksi per Kg Rp30.422,58 Sumber: Data olahan

Tabel 5.7 Perhitungan Total Biaya Menurut Perusahaan

Uraian Jumlah Biaya (Rp)

A. Biaya Produksi

1. Biaya bahan baku Rp79.200.000

2. Biaya tenaga kerja langsung 226.000.000

3. Biaya overhead pabrik 424.942.113

Jumlah Biaya Produksi (1+2+3) Rp730.142.313 B. Biaya Non Produksi

1. Biaya penjualan Rp29.289.000

2. Biaya adm/umum 41.039.000

Jumlah Biaya Non Produksi (1+2) 70.328.000

Total Biaya (A+B) Rp800.470.313

Jumlah unit yang diproduksi (Kg) 24.000 Kg

Total biaya per kg Rp33.352,92


(69)

Tabel 5.6 merupakan perhitungan biaya produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan pada tahun 2015 sebesar Rp730.142.313 atau Rp30.422,58/kg. Sedangkan dari Tabel 5.7 perhitungan total biaya yaitu biaya produksi dan non produksi yang perusahaan keluarkan untuk tahun 2015 adalah sebesar Rp800.470.313 atau Rp33.352,92/kg.

B. Perhitungan Biaya Produksi Dengan Metode Target Costing

Penentuan harga berdasarkan target (target costing) adalah suatu metode penentuan harga secara mundur, yakni dimulai dengan menentukan harga pasar kompetitif yang berlaku di pasaran. Berikut merupakan langkah-langkah yang harus dilakukan perusahaan untuk menerapkan target costing:

1. Mengumpulkan informasi harga pasar/jual produk dari riset pasar

Langkah pertama yang harus dilakukan oleh perusahaan adalah mengumpulkan informasi harga pasar produk. Untuk menentukan harga jual produk dapat disesuaikan dengan harga yang ditawarkan oleh pesaing. Namun untuk menilai kriteria suatu produk tersebut terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu jenis produk, kualitas bahan yang digunakan dan fitur/bentuk produk. Berikut daftar perbandingan harga pesaing pada tahun 2015 beserta harga jual perusahaan dengan Askha Jaya pada Tabel 5.8.

Harga jual ditentukan berdasarkan harga pesaing yang menawarkan harga yang cukup kompetitif. Informasi tersebut akan digunakan untuk melakukan


(70)

penyesuaian harga jual. Jika dilihat dari Tabel 5.8 Firman, Suseno dan Yen Yen adalah perusahaan yang dapat menjual produk pisang coklat yang paling murah. Askha Jaya memiliki pesaing yang sangat banyak. Keempat pesaing tersebut yang harus diperhatikan karena memproduksi keripik pisang coklat dengan rasa dan bentuk yang sama dengan Askha Jaya.

Harga jual keripik pisang coklat pada Firman, Suseno dan Yen yen Rp45.000/kg lebih rendah dari harga jual Askha Jaya. Harga jual kompetitif untuk Askha Jaya yaitu Rp45.000/kg karena menurut hasil wawancara keripik pisang Suseno merupakan keripik yang laris terjual dengan harga Rp45.000/kg, sehingga keripik pisang coklat Suseno dijadikan pesaing oleh Askha Jaya. Tabel mengenai daftar dari pesaing Askha Jaya akan disajikan pada Tabel 5.8.

2. Mengumpulkan informasi tentang laba kotor yang diinginkan

Langkah kedua setelah menentukan harga jual yang ditentukan oleh mekanisme pasar dan pesaing dalam menentukan target costing adalah mengumpulkan informasi mengenai target laba yang ingin dicapai oleh perusahaan berdasarkan kebijakan pemimpin perusahaan.

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan oleh penulis kepada pemimpin perusahaan, maka pemimpin Askha Jaya menargetkan laba kotor setiap produk 40% dari harga pasar.


(71)

Sumber: Hasil olahan data

No Nama

Perusahaan Nama Produk

Harga Pesaing (Rp/Kg) Askha Jaya (Rp/Kg) Selisih

Harga Keterangan

1 Aneka Rasa Keripik pisang coklat 50.000 50.000 - Harga sama

2 Fino Keripik pisang coklat 45.000 50.000 Rp3.000 Harga lebih rendah dari Askha Jaya 3 Firman Keripik pisang coklat 45.000 50.000 Rp5.000 Harga lebih rendah

dari Askha Jaya 4 Istana Merry Keripik pisang coklat 50.000 50.000 - Harga sama 5 Karya Mandiri Keripik pisang coklat 55.000 50.000 Rp5.000 Harga lebih tinggi

dari Askha Jaya 6 Keripik Lampung Keripik pisang coklat 52.000 50.000 Rp2.000 Harga lebih tinggi

dari Askha Jaya 7 Mahkota Keripik pisang coklat 48.000 50.000 Rp2.000 Harga lebih rendah

dari Askha Jaya

8 Nyoto Roso Keripik pisang coklat 50.000 50.000 - Harga sama

9 Rizka Keripik pisang coklat 50.000 50.000 - Harga sama

10 Rojo Keripik Keripik pisang coklat 52.000 50.000 Rp2.000 Harga lebih tinggi dari Askha Jaya

11 Suheri Keripik pisang coklat 50.000 50.000 - Harga sama

12 Suseno Keripik pisang coklat 45.000 50.000 Rp5.000 Harga lebih rendah dari Askha Jaya 13 Yen Yen Keripik pisang coklat 45.000 50.000 Rp5.000 Harga lebih rendah

dari Askha Jaya 14 Zom Zom Family Keripik pisang coklat 50.000 50.000 - Harga sama


(72)

Apabila perusahaan menginginkan laba kotor 40% dari harga pasar berdasarkan harga jual pasar yang disesuaikan per kg yaitu Rp45.000, maka perhitungannya adalah sebagai berikut:

Perhitungan laba kotor yang diinginkan perusahaan berdasarkan harga pasar (Rp)

= 40% x 45.000

=

x 45.000

= Rp18.000/kg

3. Menghitung target biaya/target costing pada harga pasar dikurangi laba kotor yang dinginkan.

Tahap ketiga metode ini adalah menentukan biaya berdasarkan target perhitungan harga kompetitif dikurangi dengan laba kotor yang diinginkan. Berikut ini adalah perhitungan biaya produksi untuk setiap unit produksi:

Perhitungan target biaya untuk setiap unit produksi yang akan dicapai dengan Target Costing (Rp)

= Taksiran Harga Jual-laba yang diinginkan

= Rp45.000

– Rp18.000

= Rp27.000/kg

Berdasarkan perhitungan target costing dengan melakukan efisiensi maka biaya yang dikeluarkan sebesar Rp27.000/kg. Dalam upaya untuk mencapai biaya


(73)

berdasarkan target, diperlukan pengendalian biaya untuk melakukan penghematan biaya produksi dengan menggunakan metode pengurangan biaya dalam target costing.

4. Penggunaan metode pengurangan biaya dalam target costing untuk mengidentifikasi cara-cara untuk menghemat biaya produk.

Cara untuk mencapai biaya berdasarkan target hal yang paling utama yang perlu diperhatikan adalah kualitas dan keunggulan yang ditawarkan. Untuk mencapai target costing yang telah dihitung di langkah awal penerapan, maka penulis menawarkan adanya pengurangan biaya produksi tanpa mengurangi nilai dan kualitas dari produk tersebut. Pengurangan biaya produksi akan dilakukan menggunakan metode pengurangan biaya dalam target costing yaitu dengan melakukan perubahan pemasok bahan baku, mengubah desain produk dan perubahan bahan penolong sehingga biaya produksi akan lebih efisien tanpa harus mengurangi kualitas dari produk.

Berikut ini analisis beberapa unsur-unsur biaya produksi yang dilakukan untuk melakukan efisiensi terhadap biaya produksi:

a. Bahan baku pisang

Penulis telah melakukan survei ke beberapa pemasok lain untuk mengetahui harga pisang. Penulis menawarkan adanya penggantian pemasok untuk mendapatkan harga pisang yang lebih murah namun tetap dengan kualitas


(74)

pisang yang sama dan sesuai dengan kriteria perusahaan. Harga bahan baku yang digunakan perusahaan selama ini Rp3.300/kg pada tahun 2015, sedangkan penulis menemukan harga yang berbeda yaitu Rp2.750/kg harga ini didapat dari distributor pisang pertama yang membeli pisang-pisang dari pedesaan.

Adanya perbedaan harga tersebut memiliki selisih Rp550,00 dari (Rp3.300-Rp2.750) pada tahun 2015. Jika dilihat dari selisihnya harga tersebut tidak terlalu signifikan, namun jika perusahaan membeli dengan kuantitas yang banyak, maka selisih tersebut akan sangat dirasakan oleh perusahaan. Maka dalam perhitungan pemakaian bahan baku pisang dapat diperoleh biaya yang disajikan pada Tabel 5.9.

Tabel 5.9 Perbandingan Biaya Bahan Baku Tahun 2015 Pemakaian bahan baku menurut

Perusahaan

Pemakaian bahan baku setelah Target Costing

24.000kg x Rp3.300 = Rp79.200.000 24.000kg x Rp2.750 = Rp 66.000.000 Sumber: Data diolah

Dengan adanya penggantian pemasok pada bahan baku pisang, biaya bahan baku yang dikeluarkan menjadi Rp66.000.000 dan kualitas dari keripik pisang yang akan diproduksi tidak berkurang, tetapi biaya pemakaian bahan baku akan berkurang Rp13.200.000 dari (Rp79.200.000- Rp66.000.000).

b. Mengubah desain produk

Penulis mendapat ide dari keripik pisang matcha yang berbentuk irisan waffle. Dengan tetap mempertahankan kualitas pisang hanya saja mengubah


(1)

2. Saran untuk penelitian selanjutnya

Peneliti harus mencari data atau informasi yang lengkap yang berkaitan dengan produksi yang dilakukan oleh perusahaan.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Alimuddin, Arwina Novieanti. 2012. “Analisis Pendekatan Target Costing Sebagai Alat Penilaian Efisiensi Produksi Semen Pada PT Semen Tonasa di Kabupaten Pangkep”.

Skripsi. Universitas Hasanudin, Makassar.

Blocher, Edward, dkk. 2007. Manajemen Biaya. Edisi 3. Salemba Empat, Jakarta. . 2012. Manajemen Biaya. Edisi 4. Salemba Empat, Jakarta.

Bustami, Bastian dan Nurlela. 2007. Akuntansi Biaya: Kajian Teori dan Aplikasi. Edisi Pertama. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Carter. 2006. Cost Accounting. 14TH Edition. United States of America.

Everaert, Patricia. 2006. “Characteristics of Target Costing: Theoretical And Field Study Perspectives”. Emerald. Vol. 3 No. 3.

Garrison, Ray H.,Norren, Erick W dan Brewer, Peter C. 2013. Akuntansi Manajerial. Edisi 14. Salemba Empat, Jakarta.

Gerungan, Henri Paulus. 2013. “Pendekatan Target Costing Sebagai Alat Penilaian Efisiensi Produksi Pada PT. Tropica Cocoprima”. Jurnal EMBA, Vol.1 No.3.

Halim, Abdul. 2008. Akuntansi Keuangan Daerah. Salemba Empat, Jakarta.

Hansen dan Mowen. 2009. Akuntansi Managerial. Edisi 8. Buku 1. Salemba Empat, Jakarta.

Hongren, Charles, dkk. 2005. Akuntansi Biaya: Penekanan Manajerial. Edisi 11. PT Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta.

Horngren, Charles T. 1993. Cost Accounting, A Managerial Emphasis. 8th Edition. Prentice Hall International, Canada.

Lucky, Herdinasari Luvina. 2011. “Target Costing Dalam Perhitungan Harga Pokok

Produksi Pada Pembuatan Tikar Tenun CV. Elresas Di Lamongan”. Skripsi.

Universitas Airlangga.

Mahmudi, 2009. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Edisi Ketiga. UPP STIM YKPN, Yogyakarta.


(3)

Malue, Jurgen. 2013. “Analisis Penerapan Target Costing Sebagai Sistem Pengendalian Biaya Produksi Pada PT Celebes Mina Pratama”. Jurnal EMBA 957. Vol.1, No.3.

Mulyadi. 1993. Akuntansi Manajemen Konsep Manfaat Dan Rekayasa. Edisi ke 2. Bagian penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta.

Nababan, Riski Martinus. 2012. “Penerapan Target Costing Dalam Upaya Pengurangan Biaya Produksi Untuk Peningkatan Laba Perusahaan (Studi Kasus Pada Usaha Dagang Eko Kusen)”. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Universitas Sanata Dharma,

Yogyakarta.

Kamaruddin, Ahmad. 2011. Akuntansi Manajemen Dasar-Dasar Konsep Biaya Dan

Pengambilan Keputusan. Rajawali Grafindo Persada, Jakarta.

Riwayadi. 2014. Akuntansi Biaya Pendekatan Tradisional dan Kontemporer. Salemba Empat, Jakarta.

Rudianto. 2006. Akuntansi Manajemen. PT Grasindo, Jakarta.

Salman, Kautsar R. 2013. Akuntansi biaya pendekatan product costing. Cetakan I. Akademia Permata, Jakarta.

Salman, Kautsar R., Farid, Mochammad. 2016. Akuntansi Manajemen: Alat Pengukuran

dan Pengambilan Keputusan Manajerial. PT Indeks, Jakarta.

Siregar, Baldric, dkk. 2013. Akuntansi Biaya. Edisi 2. Salemba Empat, Jakarta. Sujardi, Lukman. 2013. Akuntansi biaya. Cetakan I. PT Indeks, Jakarta.

Sumarsan, Thomas. 2013. Sistem Pengendalian Manajemen: Konsep, Aplikasi dan Pengukuran Kinerja. Edisi kedua. PT Indeks, Jakarta.

Supriyadi, Heri. 2013. “Penerapan Target Costing Dalam Upaya Pengurangan Biaya Produksi Untuk Peningkatan Laba Perusahaan (Studi Kasus Pada Usaha Dagang Eko Kusen)”. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Supriyono. 2000. Akuntansi Biaya: Perencanaan dan Pengendalian Biaya serta

Pembuatan Keputusan. Edisi Kedua. BPFE, Yogyakarta.

Widilestariningtyas, Ony., Donny W.F., Anggadini, Sri Dewi. 2012. Akuntansi Biaya. Edisi Pertama. Graha Ilmu, Yogyakarta.


(4)

(5)

(6)