ANALISIS DESTINATION PERSONALITY TERHADAP BRAND ATTRACTIVENESS DAN BRAND AWARENESS SERTA DAMPAKNYA PADA BRAND LOYALTY : Survei pada Pengunjung Objek Wisata Taman Air Sabda Alam Kabupaten Garut.

(1)

ANALISIS DESTINATION PERSONALITY TERHADAP

BRAND ATTRACTIVENESS DAN BRAND AWARENESS

SERTA DAMPAKNYA PADA BRAND LOYALTY

(Survei pada Pengunjung Objek Wisata Taman Air Sabda Alam

Kabupaten Garut)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Manajemen Bisnis

Program Studi Magister Manajemen Bisnis

Oleh :

Rahyuniati Setiawan (1302988)

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN BISNIS SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015


(2)

ANALISIS

DESTINATION

PERSONALITY

TERHADAP

BRAND

ATTRACTIVENESS

DAN

BRAND

AWARENESS

SERTA DAMPAKNYA

PADA

BRAND LOYALTY

(Survei pada Pengunjung Objek Wisata Taman Air Sabda

Alam Kabupaten Garut)

Oleh

Rahyuniati Setiawan

Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Manajemen Bisnis Program Studi Magister Manajemen Bisnis

© Rahyuniati Setiawan 2015 Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS DESTINATION PERSONALITY TERHADAP BRAND

ATTRACTIVENESS DAN BRAND AWARENESS SERTA DAMPAKNYA

PADA BRAND LOYALTY

(Survei pada Pengunjung Objek Wisata Taman Air Sabda Alam Kabupaten Garut)

Tesis ini disetujui dan disahkan oleh :

Pembimbing,

Dr. Hj. Ratih Hurriyati, MP NIP. 196802251993012001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Magister Manajemen Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia,

Prof. Dr. H. Eeng Ahman, M.Si NIP. 196110221986031002


(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kegiatan pariwisata memberi peranan berarti terhadap keseluruhan kinerja perekonomian Indonesia, dalam hal pariwisata ini, Negara Indonesia memiliki potensi alam yang sangat indah dengan budaya dan adat istiadat yang melimpah dan melekat erat sebagai jati diri bangsa dan dipegang teguh oleh masyarakat Indonesia yang belum tentu dimiliki oleh negara lain. Daya tarik yang dimiliki Negara Indonesia yaitu pemandangan alam yang indah dan beraneka ragam ditunjang dengan sikap masyarakat yang memegang teguh adat Indonesia yang terkenal dengan ramah tamah menjadikan Indonesia sebagai salah satu tempat wisata yang mampu menarik wisatawan baik domestik maupun asing untuk berkunjung ke Indonesia. Pariwisata di Indonesia pada saat ini mulai berkembang menjadi satu industri di bidang jasa yang berusaha untuk menarik dan memberikan pelayanan untuk memuaskan wisatawan.

Menurut Sedarmayanti (2014:3) Indonesia sangat menaruh harapan pada pariwisata sebagai komoditas ekspor yang diharapkan mampu mengganti peran migas. Harapan ini cukup beralasan karena Indonesia memiliki potensi. Meskipun pariwisata telah lama menjadi perhatian, baik dari segi ekonomi, politik, administrasi kenegaraan, maupun sosiologi, sampai saat ini belum ada kesepakatan secara akademis mengenai apa itu wisatawan dan pariwisata. Menurut Murphy dalam Sedarmayanti (2014:3) kata wisata (tour) secara harpiah adalah perjalanan dimana si pelaku kembali ke tempat awalnya, perjalanan sirkuler yang dilakukan untuk tujaun bisnis, bersenang-senang atau pendidikan, pada berbagai tempat dikunjungi dan biasanya menggunakan jadwal perjalanan terencana.

Berdasarkan undang – undang No.10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan, Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki


(5)

keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Industri Pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata.

Sektor pariwisata di Negara Indonesia dapat dijadikan sebagai salah satu sumber penerimaan devisa negara melalui kunjungan wisatawan terutama wisatawan asing. Berikut data wisatawan ke Indonesia pada tahun 2010-2013 yang terdapat pada tabel 1.1.

Tabel 1.1

Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun 2010- 2013

Tahun Wisman Winus Jumlah Wisatawan 2010 7.002.944 46.585.657 53.588.601

2011 7.649.731 60.342.947 67.992.678

2012 8.044.462 63.677.383 71.721.845

2013 8.802.129 79.342.459 88.144.588 Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia 2015

Wisatawan Nusantara memiliki peran yang penting bagi perkembangan pariwisata Indonesia khususnya dalam kondisi rendahnya kunjungan wisatawan mancanegara. Tren wisata Indonesia pada tahun 2013 banyak mengalami perubahan dan pertumbuhan ekonomi menjadi target utama pemerintah.

Pariwisata menjadi perangkat penting dalam pembangunan karena disamping dapat menciptakan lapangan kerja dan pendapatan masyarakat, daerah dan negara juga dapat turut memperkenalkan seni budaya, serta keindahan alam Indonesia kepada wisatawan yang mengunjunginnya. Meskipun pariwisata juga menyentuh berbagai aspek kehidupan masyarakat seperti : politik, keamanan, dan sebagainya, dampak pariwisata terhadap masyarakat dan daerah tujuan wisata yang banyak mendapat ulasan adalah dampak terhadap : sosial ekonomi, sosial busaya dan lingkungan. Pariwisata sering dipersepsikan sebagai wahana untuk meningkatkan pendapatan, terutama meningkatkan pendapatan pemerintah, khususnya perolehan devisa, sehingga pembangunan lebih bersifat ekonomi


(6)

sentris dan berorientasi pada pertumbuhan, karena jumlah perolehan devisa ditentukan oleh jumlah kunjungan, pengeluaran, dan lama kunjungan wisatawan mancanegara, lamanya wisatawan mancanegara tinggal.

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari 33 provinsi salah satunya adalah Provinsi Jawa Barat. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki wisata alam yang melimpah. Selain itu Jawa Barat merupakan provinsi yang paling dekat dengan ibu kota negara, yang sedikitnya bisa berdampak positif dalam pengembangan pariwisatanya, karena kemudahan transportasi dan jarak tempuh dari ibu kota negara. Provinsi Jawa Barat memiliki berbagai macam objek wisata dengan berbagai daya tarik tersendiri seperti pegunungan, pantai, marga satwa dan lain sebagainya. Kota Bandung yang merupakan ibu kota dari provinsi Jawa Barat memiliki kekayaan alam yang bisa menarik wisatawan dengan menyajikan berbagai jenis tempat pariwisata diantaranya: Kebun Binatang, Gunung Tangkuban Perahu, Kawah Putih, taman bunga dan pemandian Air Panas Ciater. Berikut ini disajikan pertumbuhan kunjungan wisatawan ke objek yang ada di Jawa Barat sejak Tahun 2010 sampai dengan 2013 dalam Tabel 1.2

Tabel 1.2

Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Jawa Barat Tahun 2010-2013

Tahun Wisman Winus Jumlah

Wisatawan 2010 168.532 8.308.485 8.477.017

2011 232.824 9.411.233 9.644.057

2012 287.158 10.512.315 10.799.473

2013 353.131 12.211.082 12.564.213 Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia 2015

Berdasarkan Tabel 1.2 jumlah wisatawan yang berkunjung ke Jawa Barat terus mengalami peningkatan dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014. Peningkatan tersebut terjadi selama tiga tahun berturut-turut yaitu sebanyak 1.167.040 orang atau sekitar 13,8% pada tahun 2011, sedangkan peningkatan di tahun 2012 hanya 1.155.416 orang atau sekitar 12% dan pada tahun 2013 terjadi peningkatan sebanyak 1.764.740 atau sekitar 16,3% dari tahun 2012.


(7)

Sejak pemerintah mengeluarkan kebijakan otonomi daerah pada tahun 2000 yang mana setiap daerah otonom diwajibkan untuk mengatur dan mengelola sendiri potensi- potensi yang ada didaerahnya masing- masing tanpa campur tangan pemerintah pusat. Meskipun dalam pelaksanaannya kebijakan otonomi daerah ini tidak secara serentak dapat menghasilkan perubahan yang menguntungkan karena banyak hal yang harus dipersiapkan dan dibenahi oleh masing- masing daerah dalam rangka menggali potensi- potensi yang dimiliki untuk dimanfaatkan guna pengembangan kegiatan pembangunan. Dalam kondisi seperti ini, daerah- daerah otonom melakukan kajian- kajian dalam rangka meningkatkan pendapatan asli daerahnya (PAD). Peningkatan PAD pun diterapkan di Provinsi Jawa Barat. Tambahan pendapatan daerah ini salah satunya bersumber dari sektor pariwisata yang berperan sebagai asset daerah.

Kabupaten Garut sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang memiliki beragam objek wisata dan daya tarik wisata alam yang sangat melimpah dan indah memiliki daya tarik wisata antara lain: wisata wisata seni dan budaya, wisata sejarah, wisata alam, wisata olahraga, wisata belanja, dan wisata rohani serta kerajinan. Berikut ini disajikan pertumbuhan kunjungan wisatawan ke objek yang ada di Kabupaten Garut sejak Tahun 2010 sampai dengan 2014, pada tabel 1.3.

Tabel 1.3

Pertumbuhan Kunjungan Wisatawan ke Objek Wisata di Kabupaten Garut

Tahun 2010- 2014 Tahun Wisatawan

Manca negara (Orang)

Wisatawan Domestik

(Orang)

Jumlah Wisatawan

(Orang)

2010 4.267 1.352.881 1.357.148

2011 4.308 1.421.388 1.425.696

2012 4.729 1.574.797 1.579.526

2013 6.487 1.789.879 1.796.366

2014 5.559 1.645.354 1.650.913

Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Garut 2015

Berdasarkan tabel 1.3 dapat dilihat bahwa pertumbuhan kunjungan wisatwan ke objek wisata di kabupaten Garut setiap tahunnya selama periode


(8)

tahun 2010- 2014 berfluktuasi. Pada tahun 2010 jumlah kunjungan wisatawan yang datang ke kabupaten Garut sebanyak 1.357.148 orang, yaitu 4.267 orang dari wisatawan mancanegara dan 1.352.881 orang dari wisatawan domestik. Pada tahun 2011 meningkat jumlahnya menjadi 1.425.696 orang. Frekuensi kunjungan terus meningkat pada tahun 2012 frekuensi kunjungan sebesar 1.796.366 orang dan pada tahun 2013 menurun sehingga frekuensi kunjungan wisatawan domestik 1.645.354 orang dan wisatawan mancanegara 5.559 orang dimana tahun sebelumnya jumlah wisatawan domestik 1.789.879 orang dan wisatawan mancanegara 6.487 orang.

Wisata-wisata alam yang terdapat dikabupaten Garut antara lain Cipanas, situ cangkuang, situ bagendit, pantai sayang heulang, pantai santolo, pantai rancabuaya, Pantai Manalusu, Pantai Gunung Geder, Pantai Karang Paranje, Kampung Dukuh, Kawah Papandayan, Curug Orok, Curug Citiis, dan Curug Sanghyang Taraje, serta memiliki kesenian kesenian seperti Pencak Ular, Debus, Surak Ibra, Lais dan Raja Dogar. Selain wisata dan kesenian Kabupaten Garut juga memiliki beberapa kerajinan seperti Kerajinan Kulit, Akar Wangi, Batik Garutan dan Miniatur Domba Garut

Berikut ini disajikan pertumbuhan beberapa objek wisata yang memiliki tingkat kunjungan wisatawan tertinggi di Kabupaten Garut :

Tabel 1.4

Jumlah Kunjungan Wisatawan pada Beberapa Objek Wisata Se Kabupaten Garut tahun 2013-2014

Objek Wisata Jumlah Pengunjung (orang)

Laju Pertumbuhan

(%) 2013 2014

Kawasan Wisata Cipanas

495.467 443.599 -11,69%

Kawah Papandayan 50.753 55.327 8,26%

Pantai Santolo 190.886 203.499 6,20%

Situ Bagendit 238.451 257.432 7,37%

Situ Cangkuang 154.875 168.791 8,24%

Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Garut 2015 (data diolah)

Berdasarkan tabel 1.4 dapat dilihat pertumbuhan kunjungan wisatawan ke beberapa objek wisata di kabupaten Garut selama periode tahun 2013- 2014. Dalam tabel tersebut dapat terlihat bahwa objek wisata Cipanas menjadi objek


(9)

wisata unggulan namun pada tahun 2013-2014 cenderung mengalami penurunan. Jumlah kunjungan ke cipanas pada tahun 2012 sebesar 495.467 namun pada tahun 2014 menurun menjadi sebesar 443.599 atau menurun sebesar 11,29%. Berbeda dengan beberapa objek wisata lainnya seperti Pantai Santolo yang mengalami peningkatan, jumlah pengunjung ke Pantai Santolo pada tahun 2012 adalah sebesar 190.886 pada tahun 2014 sebesar 203.499 atau meningkat sebesar 6,20%. Tempat wisata di Kabupaten Garut banyak namun jarak dari satu wisata ke wisata lainnya cukup jauh dan terdapat kekurangan yaitu dalam segi akomodasi selain jarangnya angkutan umum jalannya pun tidak sebagus jalan provinsi. Oleh sebab itu melihat waktu dan biaya penulis memilih menelti sebagian kecil dari pariwisata di kabupaten Garut yaitu menyoroti bagian objek wisata air panas, tidak semua wisata air panas dikelola oleh PEMDA Kabupaten Garut, dengan kata lain banyak pihak swasta yang ikut andil dalam pengelolaan objek wisata ini. Kawasan wisata cipanas merupakan objek wisata unggulan di Kabupaten Garut Berikut ini disajikan pertumbuhan tingkat kunjungan wisatawan pada kawasan wisata Cipanas Kabupaten Garut :

Tabel 1.5

Jumlah Kunjungan Wisatawan pada Kawasan Wisata Cipanas Kabupaten Garut

Objek Wisata Jumlah Pengunjung (orang)

Laju Pertumbuhan

(%) 2013 2014

Antralina 6732 5312 -21,09

Aquarius 5032 3972 -25,03

Cipanas Indah 7704 6076 -21,13

Danau Dariza 9620 12344 28,31

Lembur Kuring 2260 4940 118,58

Sabda Alam 10036 7816 -22,12

Sumber Alam 14920 11624 -22,09

Surya Alam 5432 3980 -26,73

Tirtagangga 11308 8800 -22,17

JUMLAH 79220 64236 -18,91

Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dan Rekapitulasi Tahunan per Objek Wisata

Berdasarkan pada tabel 1.5 dapat diketahui bahwa terjadi penurunan permintaan pada beberapa objek wisata pemandian air panas se Kabupaten Garut


(10)

pada rentang tahun 2013-2014 hal tersebut terlihat pada jumlah kunjungan wisatawan pada beberapa objek wisata air panas se Kabupaten Garut yang mengalami penurunan jumlah kunjungan meskipun pada beberapa objek wisata air panas ada yang mengalami peningkatan jumlah kunjungan pada rentang tahun yang sama seperti objek wisata air panas Danau Dariza yang pada tahun 2014 jumlah pengunjungnya sebesar 9.620 orang meningkat sebanyak 28,31% pada tahun 2013, selain itu keadaan yang sama pada objek wisata air panas Lembur Kuring mengalami peningkatan sebanyak 118,58% pada tahun 2014. Dari beberapa objek wisata air panas se Kabupaten Garut yang mengalami peningkatan, ada beberapa objek wisata air panas yang mengalami penurunan diantaranya wisata air panas Antralina yang terus mengalami penurunan pengunjung selama tahun 2013-2014 yakni mengalami penurunan sebanyak 21,09% keadaan serupa ditunjukan pada objek wisata air panas Aquarius yang pada tahun 2013 dengan jumlah pengunjung sebanyak 5.032 orang menurun pada tahun 2014 sebanyak 3.972 orang selain itu objek wisata air panas Cipanas Indah pun mengalami penurunan sebanyak 21,13 %. Hal serupa masih terjadi pada beberapa objek wisata seperti objek wisata air panas Sabda Alam, Sumber Alam, Surya Alam dan Tirta Gangga yang terus menurun sampai pada tahun 2014. Sehingga dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa selama rentang tahun 2013 sampai pada tahun 2014 jumlah kunjungan wisatawan pada kawasan wisata Cipanas Kabupaten Garut mengalami penurunan sebanyak 18,91 % yaitu dari 79.220 pada tahun 2013 menjadi 64.236 orang pada tahun 2014.

Taman Air Sabda Alam merupakan salah satu objek wisata alam yang terdapat di kawasan wisata cipanas Garut yang menampilkan Attractiveness

Destination keindahan alam dan beragam permainan air yang diperuntukan untuk

anak-anak dan dewasa yang memiliki khas satu-satunya taman air yang menggunakan air panas alami di Indonesia yang berlokasi di Kabupaten Garut. Objek wisata yang terletak di Jalan Raya Cipanas no 3 Garut ini didirikan pada tahun 2007 dengan tujuan sebagai tempat sarana rekreasi keluarga dalam bentuk taman air yang benuansa alam. Taman Air Sabda Alam dipilih sebagai objek penelitian karena memiliki pemandangan alam yang indah, mudah di jangkau dan


(11)

merupakan satu-satunya Water Park untuk anak-anak dan dewasa dengan penggunaan air panas alami dari Gunung Guntur Kabupaten Garut yang merupakan suatu keunggulan yang tidak dimiliki objek wisata lain yang ada di Kabupaten Garut maupun di Kota-kota lain di Indonesia.

Objek Wisata Taman Air Sabda Alam Garut ini ramai dikunjungi para wisatawan baik dalam maupun luar negeri terlebih ketika musim liburan tiba baik itu liburan sekolah maupun libur hari besar namun untuk hari kerja jumlah pengunjung relatif berkurang. Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan manager bagian pemasaran di Taman Air Sabda Alam maka diperoleh keterangan bahwa pengunjung objek wisata tersebut selama 5 tahun terakhir ini mengalami penurunan. Berikut ini disajikan data pengembangan jumlah pengunjung yang datang ke Taman Air Sabda Alam selama periode tahun 2010- 2014 dalam tabel 1.6.

Tabel 1.6

Perkembangan Jumlah Taman Air Sabda Alam Garut Tahun 2010- 2014

Tahun Jumlah Pengunjung

(Orang)

Pertumbuhan (Orang )

Laju Pertumbuhan

(%)

2010 398.856 - -

2011 388.748 (-10108) -2,5%

2012 212.682 (-176066) -45,2%

2013 200.888 (-11794) -5,5%

2014 181.693 (-19195) -10,6%

Sumber: Pemasaran Taman Air Sabda Alam Garut 2015

Berdasarkan tabel 1.6 dapat dilihat bahwa pada tahun 2011 frekuensi kunjungan mengalami penurunan sebanyak 10108 atau sebanyak 2,5% pengunjung, Pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2012 jumlah kunjungan pada Taman Air Sabda Alam Garut ini mengalami penurunan drastis yaitu menurun sebanyak 176.066 atau sebesar 45,2% . Pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2013 frekuensi pengunjung Taman Air Sabda Alam ini kembali mengalami penurunan sebanyak 11.794 atau sebesar 5,5% pengunjung. Pada tahun 2013 sampai dengan 2014 Taman Air Sabda Alam ini kembali mengalami penurunan sebanyak 19.195 atau sebesar 10,6 % pengunjung.


(12)

Daya tarik jasa merupakan suatu pernyataan mental dari pelanggan yang merefleksikan rencana pembelian suatu produk terhadap merek tertentu serta daya tarik jasa adalah minat pembelian terhadap suatu merek adalah perintah seorang pembeli kepada dirinya sendiri untuk membeli sebuah merek produk pembelian. Taman Air Sabda Alam memiliki sebuah produk pariwisata yang bisa dikatakan unik di Kabupaten Garut. Dalam arti umum produk merupakan sesuatu yang ditawarkan oleh perusahaan kepada konsumennya baik itu secara nyata (tangible) maupun tidak nyata (intangible) untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan. Pentingnya suatu produk fisik bukan terletak pada kepemilikannya tetapi pada jasa yang dapat diberikannya, sehingga produk dalam industri pariwisata mengandung suatu konsep yang menyeluruh atas objek fisik dan proses yang memberikan sejumlah nilai kepada konsumen. Perlu di pertimbangkan dalam aspek produk adalah tentang produk yang menjadi prioritas, citra produk/jasa yang hendak dicapai atau dipertahankan, dalam penelitian ini penulis melibatkan beberapa citra atau brand yang dimiliki Taman Air Sabda Alam yaitu diantaranya

Brand Awareness, Brand Attractiveness, dan Brand Loyalty.

Brand awareness dan brand attractiveness memainkan peran penting

dalam mempengaruhi keputusan konsumen ketika mempertimbangkan merek pentingnya kesadaran merek, penelitian ini berusaha untuk menjelajahi pengaruh dimensi yang berbeda dari destination personality pada brand awareness, sehingga menawarkan beberapa taktik yang mendasar tentang bagaimana untuk membangun brand awareness dan brand attractiveness serta dampaknya terhadap

brand loyalty untuk budaya masyarakat tertentu yang dilakukan oleh Taman Air

Sabda Alam. Destination personality Taman Air Sabda Alam dilihat dalam hal potensinya sebagai sebuah objek wisata untuk individu dari warga Garut itu sendiri maupun warga Negara Indonesia. Taman Air Sabda Alam dipilih sebagai objek penelitian karena memiliki pemandangan alam yang indah, mudah di jangkau dan merupakan Water Park untuk anak-anak dan dewasa dengan penggunaan air panas alami dari Gunung Guntur Kabupaten Garut yang merupakan suatu keunggulan yang tidak dimiliki objek wisata lain yang ada di Kabupaten Garut maupun di Kota-kota lain di Indonesia.


(13)

Menurut Sheng Ye (2012) dalam artikelnya bahwa untuk destination

personality dari Negara Australia, hasilnya menunjukkan bahwa excitement pada destination personality, memiliki lebih banyak dampak positif terhadap dirasakan Brand Awareness dan Attractiveness dari sudut pandang wisatawan china, dalam

artikelnya destination personality Australia diperiksa dalam hal potensinya sebagai sebuah perjalanan tujuan untuk individu dari daratan China. Australia dipilih sebagai ini memiliki berlimpah alam dan budaya pemandangan dan lebih

affordable tukar dibandingkan dengan Amerika Serikat, Eropa, dan United

Kindom (Inggris), membuatnya berpotensi menarik bagi wisatawan dari Daratan Cina.

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan maka tema sentral dalam penelitian ini adalah :

Taman Air Sabda Alam dipilih sebagai objek penelitian karena merupakan Water Park untuk anak-anak dan dewasa dengan penggunaan air panas alami dari Gunung Guntur Kabupaten Garut yang merupakan suatu keunggulan yang tidak dimiliki objek wisata lain yang ada di Kabupaten Garut maupun di Kota-kota lain di Indonesia. Penelitian ini berusaha untuk menjelajahi pengaruh dimensi yang berbeda dari

Destination Personality pada Brand Awareness, sehingga menawarkan

beberapa taktik yang mendasar tentang bagaimana untuk membangun

Brand Awareness dan Brand Attractiveness serta dampaknya terhadap Brand Loyalty untuk budaya masyarakat tertentu yang dilakukan oleh Taman Air

Sabda Alam.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk menganalisis lebih jauh mengenai Destination Personality yang di miliki jasa pariwisata Taman Air Sabda Alam. Selengkapnya judul penelitian yang akan penulis angkat adalah:

Analisis Destination Personality terhadap Brand Attractiveness dan

Brand Awareness serta Dampaknya pada Brand Loyalty (Survei pada


(14)

1.2Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana pengaruh Destination Personality terhadap Brand Awareness

di Taman Air Sabda Alam ?

2. Bagaimana pengaruh Destination Pesonality terhadap Brand Attractiveness di Taman Air Sabda Alam ?

3. Bagaimana pengaruh Brand Awareness terhadap Brand Loyalty di Taman Air Sabda Alam ?

4. Bagaimana pengaruh Brand Attractiveness terhadap Brand Loyalty di Taman Air Sabda Alam ?

5. Bagaimana pengaruh Destination Personality terhadap Brand Loyalty di Taman Air Sabda Alam ?

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Sebagaimana telah diuraikan dalam perumusan masalah diatas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh Destination Personality terhadap Brand

Attractiveness di Taman Air Sabda Alam.

2. Untuk mengetahui pengaruh Destination Personality terhadap Brand

Awareness di Taman Air Sabda Alam.

3. Untuk mengetahui pengaruh Brand Attractiveness terhadap Brand Loyalty di Taman Air Sabda Alam.

4. Untuk mengetahui pengaruh Brand Awareness terhadap Brand Loyalty di Taman Air Sabda Alam.


(15)

5. Untuk mengetahui pengaruh Destination Personality terhadap Brand

Loyalty di Taman Air Sabda Alam.

1.3.2 Kegunaan Penelitian 1.3.2.1 Kegunaan Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu manajemen khususnya manajemen pemasaran, dimana didalamnya terdapat kajian tentang Destination Personality, Brand

Attractiveness, Brand Awareness dan Brand Loyalty.

1.3.2.2Kegunaan Praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan agar dapat dijadikan sebagai salah satu bahan masukan khususnya bagi objek wisata Taman Air Sabda Alam sehingga dapat memperbaiki kondisi objek wisata air panas tersebut terutama dalam hal meningkatkan frekuensi kunjungan wisatawan di masa yang akan datang. Umumnya bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Garut untuk mengembangkan potensi pariwisata Kabupaten Garut dan pengelola objek wisata air panas yang berada di kabupaten Garut.


(16)

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Penelitian ini menganalisis mengenai bagaimana pengaruh destination

personality terhadap brand attractiveness dan brand awareness serta dampaknya

pada brand loyalty objek wisata Taman Air Sabda Alam di Kabupaten Garut. Adapun Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah Destination Personality (DP), sebagai variabel independen sebagai variabel dependennya (BA) Brand

Attractiveness, (BW) Brand Awareness, dan (BL) Brand Loyalty. Variabel

penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2014:38).

Menurut Sugiyono (2014:39), variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab berubahnya atau timbulnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah destination personality (DP) yang terdiri dari empat dimensi yaitu competence (C), excitement (E),

sophistication (S) dan ruggedness (R). Sedangkan variabel terikat yaitu brand attractiveness (BA), brand awareness (BW), dan brand loyalty (BL) yang terdiri

dari Satisfied buyer with switching cost (SB), liking the brand (LB), dan commited

buyer (CB). Dengan demikian yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah

para pengunjung jasa pariwisata pada objek wisata air panas Taman Air Sabda Alam Kabupaten Garut berkunjung saat penelitian dilakukan.

3.2 Metode Penelitian

3.2.1 Jenis Penelitian dan Metode yang Digunakan

Metode penelitian dapat memberikan gambaran kepada para peneliti mengenai langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam penelitian. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif dan verifikatif. Menurut Sugiyono (2012:53) mendefinisikan bahwa:


(17)

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berkenaan dengan pernyataan terhadap keberadaan variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (variabel mandiri adalah variabel yang berdiri sendiri, bukan variabel independen, karena variabel independen selalu dipasangkan dengan variabel dependen). Berdasarkan definisi tersebut, maka penelitian deskriptif dapat disimpulkan sebagai penelitian yang dirancang untuk mendeskripsikan karakteristik dari sebuah populasi atau fenomena.

Penelitian deskriptif bertujuan untuk memperoleh deskripsi atau gambaran mengenai pengaruh destination personality terhadap brand attractiveness dan

brand awareness serta dampaknya terhadap brand loyalty pada objek wisata

Taman Air Sabda Alam di Kabupaten Garut. Suharsimi Arikunto (2013:7) mengungkapkan mengenai penelitian verifikatif pada dasarnya ingin menguji kebenaran pengumpulan data di lapangan, melalui penelitian ini data-data dikumpulkan dari sumber data primer dan sekunder, dimana data primer ini diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada wisatawan yang dijadikan sampel agar memperoleh fakta yang relevan dan up to date. Sifat verifikatif pada dasarnya ingin menguji kebenaran dari suatu hipotesis yang dilaksanakan melalui pengumpulan data di lapangan, dalam hal ini penelitian verifikatif bertujuan untuk mengetahui pengaruh destination personality terhadap brand attractiveness dan

brand awareness serta dampaknya terhadap brand loyalty pada objek wisata

Taman Air Sabda Alam di Kabupaten Garut

Berdasarkan jenis penelitian, yaitu deskriptif dan verifikatif maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode explanatory survey. Metode

explanatory survey menurut Sugiyono (2012:7) adalah: Metode penelitian yang

dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut. Sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis.

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Operasionalisasi variabel berguna untuk memberikan pengertian yang benar tentang variabel yang terdapat dalam penelitian.


(18)

Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman dalam memberikan dan mengartikan kalimat judul dan variabel penelitian, maka variabel-variabelnya akan dijabarkan sebagai berikut:

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel Variabel/Sub

Variabel

Konsep Indikator Ukuran Skala Pengu-kuran

Destination Personality

(DP)

Destination Personality (kepribadian destinasi) merupakan seperangkat karakteristik manusia yang berasosiasi dengan destinasi wisata ( Lee et al, 2010) Competence (C) Kemampuan objek wisata untuk dapat diandalkan oleh pengunjung 1. Kehandalan objek wisata dalam memenuhi kebutuhan pengunjung. 2. Kepercayaan pengunjung terhadap objek wisata Taman Air Sabda Alam

3. Keamanan untuk berwisata di Taman Air Sabda Alam 4. Kelengkapan fasilitas yang disediakan untuk wisatawan di objek wisata Taman Air Sabda Alam 1. Tingkat kehandalan objek wisata Taman Air Sabda Alam dalam memenuhi kebutuhan pengunjung 2. Tingkat kepercayaan pengunjung terhadap objek wisata Taman Air Sabda Alam 3. Tingkat

keamanan untuk berwisata di objek wisata Taman Air Sabda Alam 4. Tingkat Kelengkapan fasilitas yang disediakan untuk wisatawan di objek wisata Taman Air Sabda Alam


(19)

Variabel/ Sub Variabel

Konsep Indikator Ukuran Skala

Pengu-kuran

Excitement (E) Karakter

dinamis yang penuh semangat dan kegembiraan dalam melakukan perbedaan, termasuk dinamika aktivitas yang dilakukan dan antusiasme yang ditimbulkan oleh objek wisata 1. Kegembiran pengunjung ketika berada di objek wisata Taman Air Sabda Alam

2. Keberagaman aktivitas yang bisa di lakukan pengunjung di objek wisata Taman Air Sabda Alam 3. Antusiasme yang ditimbulkan oleh Taman Air Sabda Alam sebagai satu-satunya Waterpark dengan penggunaan air panas alami 1. Tingkat kegembiran pengunjung ketika berada di objek wisata Taman Air Sabda Alam

2. Tingkat keberagaman aktivitas yang bisa di lakukan pengunjung di objek wisata Taman Air Sabda Alam

3. Tingkat

antusiasme yang ditimbulkan oleh Taman Air Sabda Alam sebagai satu-satunya Waterpark dengan penggunaan air panas alami Interval Shophistica-tion (S) Karakteristik yang berkaitan dengan eksklusifitas yang dibentuk oleh keunggulan prestise, citra destinasi dan daya Tarik alam yang mempesona

1. Prestis yang ditawarkan oleh Taman Air Sabda Alam 2. Citra Taman Air

Sabda Alam sebagai satu-satunya

waterpark yang menggunakan air panas alami

1. Tingkat prestis yang ditawarkan oleh Taman Air Sabda Alam 2. Tingkat citra

Taman Air Sabda Alam sebagai satu-satunya waterpark yang menggunakan air panas alami Interval


(20)

Variabel Pengu-kuran 3. Daya Tarik

Taman Air Sabda Alam sebagai objek wisata air panas

3. Daya Tarik Taman Air Sabda Alam sebagai objek wisata air panas Ruggedness (R) Karakteristik destinasi yang berkaitan dengan manfaat dalam melakukan aktivitas di luar ruangan dan ketahanannya yaitu mengenai : kondisi geografis, cuaca, landscape, dan tantangan alam yang dimiliki oleh objek wisata 1. Kesesuaian kondisi geografis Taman Air Sabda Alam untuk melakukan aktivitas wisata 2. Kesesuaian

cuaca di Taman Air Sabda Alam untuk melakukan aktivitas wisata air panas. 3. Tantangan fasilitas yang dapat di nikmati pengunjung di objek wisata Taman Air Sabda Alam 1. Tingkat kesesuaian kondisi geografis Taman Air Sabda Alam untuk melakukan aktivitas wisata

2. Tingkat

kesesuaian cuaca di Taman Air Sabda Alam untuk melakukan aktivitas wisata air panas. 3. Tingkat tantangan fasilitas yang dapat di nikmati pengunjung di objek wisata Taman Air Sabda Alam Interval Brand Awareness (BW) Brand Awareness mengacu pada kemampuan konsumen untuk mengingat dan mengenal brand dalam kondisi yang berbeda dan

1. Brand tertanam dalam benak konsumen

2. Merek Taman Air Sabda Alam mudah di kenali jenis dan

tipenya.

1. Tingkat brand Taman Air Sabda Alam dibenak pengunjung.

2. Tingkat brand Taman Air Sabda Alam mudah dikenali oleh pengunjung.

Interval


(21)

Variabel Pengu-kuran untuk

menghubungka n brand name, logo, simbol dan sebagainya pada asosiasi tertentu dalam ingatan. (Keller, 2013)

3. Merek Taman Air Sabda Alam mudah diingat

3. Tingkat brand Taman Air Sabda Alam mudah di ingat pengunjung Brand Attractiveness (BA) Brand Attractiveness adalah sebuah kemampuan brand untuk menarik pasar (audience) sasaran yang dituju oleh brand tersebut serta dapat membujuk atau mengajak orang untuk melihat brand tersebut. (Sheng Ye 2012) 1. Menampilkan brand yang beda dan unik

2. Menampilkan hal-hal baru dan berbeda dimata pengunjung

3. Memiliki kesan positif di mata pengunjung

1. Tingkat keunikan brand Taman Air Sabda Alam dimata pengunjung 2. Tingkat keterbaruan yang dimiliki brand Taman Air Sabda Alam dimata pengunjung. 3. Tingkat kesan

positif Taman Air Sabda Alam di mata pengunjung

Interval

Brand Loyalty

(BL)

Brand Loyalty adalah keadaan dimana para pelanggan memiliki

perasaan positif terhadap suatu merek dan mereka menggunakan produk merek tersebut secara teratur (Aaker, 1991)

Satisfied buyer with switching cost (SB) Konsumen yang puas dengan pembelian yang dilakukan 1. Rekomendasi pengunjung 2. Pembelian ulang 1. Tingkat pengunjung merekomendasik an Taman Air Sabda Alam kepada Orang lain.

2. Tingkat keseringan pengunjung

mengunjungi Taman Air Sabda Alam

Interval

Variabel/ Sub Variabel

Konsep Indikator Ukuran Skala


(22)

Pengu-kuran Liking the brand (LB) Pembeli sangat menyukai merek, pembeliannya berdasarkan asosiasi merek (mungkin simbol, atau karena rangkaian pengalaman menggunakan sudah lama Kesan positif anda terhadap merek Taman Air Sabda Alam

Tingkat kesan positif

pengunjung terhadap merek Taman Air Sabda Alam Interval Commited buyer (CB) Pembeli-pelanggan yang sangat setia, mereka sangat bangga dalam menggunakan merek tertentu itu.

Komitmen pembeli Tingkat komitmen pengunjung untuk berkunjung ke Taman Air Sabda Alam

Interval

3.2.3 Jenis dan Sumber Data

Berdasarkan jenisnya data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data sekunder adalah struktur data historis mengenai variabel-variabel yang telah dikumpulkan dan dihimpun sebelumnya oleh pihak lain, sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah data dari Dinas Pariwisata dan Budaya Kabupaten Garut dan Pemasaran Taman Air Sabda Alam Kabupaten Garut.

Sedangkan data primer yaitu data yang dikumpulkan secara langsung oleh peneliti untuk menjawab masalah atau tujuan penelitian yang dilakukan dalam penelitian eksploratif, deskriptif maupun kausal dengan menggunakan metode data berupa survei ataupun observasi. Data primer dalam penelitian ini yaitu data


(23)

yang langsung diperoleh dari hasil wawancara pada marketing Taman Air Sabda Alam dan pengunjung (responden) melalui kuisioner yang di sebar di objek wisata Taman Air Sabda Alam.

3.2.4 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling 3.2.4.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. (Suharsimi Arikunto, 2013:173)

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.(Sugiyono, 2014:80).

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah pengunjung Taman Air Sabda Alam pada tahun 2013. Dapat terlihat pada tabel 3.1 berikut ini :

Tabel 3.2

Jumlah Pengunjung Objek Wisata Taman Air Sabda Alam Kabupaten Garut 2014

Sumber : Pemasaran Taman Air Sabda Alam 2015

3.2.4.2 Sampel

Bulan Jumlah Pengunjung

Januari 20.602

February 8.658

Maret 13.796

April 12.070

Mei 19.577

Juni 24.441

Juli 11.344

Agustus 21.201

September 7.156

Oktober 7.571

November 11.918

Desember 23.359

Jumlah 181.693


(24)

Menurut Suharsimi Arikunto (2013:174) yang dimaksud dengan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sedangkan menurut Sugiyono (2014:81) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.. Metode pengambilan sample yang ideal mempunyai sifat- sifat sebagai berikut :

1. Dapat menghasilkan gambaran yang dapat dipercaya dari seluruh populasi yang diteliti

2. Dapat menentukan posisi dari hasil penelitian dengan menentukan penyimpangan baku (standar) dari taksiran yang diperoleh

3. Sederhana sehingga mudah dilaksanakan

4. Dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya seminimal mungkin.

Untuk mengetahui besarnya sample objek dapat diketahui dari besarnya jumlah kunjungan wisatawan pada tahun tertentu sebelum melakukan penelitian pada tahun 2013 yaitu sebanyak 200.888 orang kemudian di rata- rata kunjungan perhari, yang dapat dilihat pada perhitungan berikut ini :

181.693: 365 hari = 497,789 498 orang per hari

Untuk menjadikan sampel penelitian representatif, maka perlu ditentukan jumlah sampel yang akan digunakan, dalam menentukan ukuran sampel dilakukan dengan menggunakan rumus slovin sebagai berikut :

N 498 n = =

1 + Ne2 1 + 498(0,5)2

498

=

1 + 498 (0,0025) = 221,826 222 Orang


(25)

Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan. Sugiyono (2014:82) menjelaskan bahwa

probability sampling adalah teknik sampling yang memberikan peluang yang

sama bagi setiap unsur (anggota) populasi yang dipilih menjadi anggota sampel. Dalam penelitian ini sesuai dengan penjelasan dan karakteristik yang dipilih guna menjadi sampel yang diinginkan penulis, maka penulis menggunakan teknik

Proportionate Random Sampling.

Menurut Sugiyono (2014:82), “Proportionate Random Sampling adalah

teknik pengambilan sampel bila populasi mempunyai anggota atau unsur heterogen dan berstrata proporsional.” Dalam penelitian ini populasi memiliki sub-sub populasi maka teknik sampel Proportionate Random Sampling ditempuh dengan cara mengambil sampel dari hari terbanyak pengunjung mengunjungi Taman Air Sabda Alam dengan demikian hari yang tepat untuk melakukan penelitian ini adalah hari Sabtu dan Minggu, karena pada hari tersebut pengunjung Taman Air Sabda Alam tinggi dibanding dengan hari-hari lainnya. Maka dengan teknik tersebut peneliti melakukan survei yang dilakukan pada partisipan yang melakukan aktivitas wisata di Taman Air Sabda Alam Kabupaten Garut.

3.2.5 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Riduwan (2014:51), teknik pengumpulan data adalah cara- cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data atau informasi mengenai suatu objek penelitian. Teknik pengumpulan data mengacu pada cara apa data yang diperlukan dalam penelitian bisa diperoleh. Kaitannya dengan hal tersebut, serta dapat melihat konsep analitis dari penelitian ini, maka teknik pengumpulan data yang digunakan bisa melalui komunikasi secara langsung atau tidak langsung. Teknik pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan :

1. Studi literatur, yaitu dengan dengan memanfaatkan informasi-informasi yang berupa catatan, laporan, serta dokumen yang berkaitan dengan masalah penelitian. Serta memperoleh data dari


(26)

buku, laporan penelitian para ahli, majalah, media cetak lainnya yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.

2. Angket, yaitu pengumpulan data yang menggunakan daftar pertanyaan kepada responden tentang permasalahan yang diteliti.

3.2.6 Pengujian Instrumen

Setelah populasi dan sampel data ditentukan, terlebih dahulu akan dilakukan uji reliabilitas dan uji validitas terhadap kuesioner penelitian. Dalam menguji validitas dan Reliabilitas ini digunakan sebanyak 30 sampel. Uji validitas dan Reliabilitas kuesioner penelitian ini dilakukan dengan bantuan program SPSS 20.

3.2.6.1 Pengujian Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah indikator yang digunakan sudah tepat untuk mengukur variabel yang diteliti. Pengujian validitas menggunakan confirmatory factor analysis dengan keputusan nilai product

moment > 0,374 (Hair dalam Fitranty 2015:51), dalam uji validitas terdapat

pengujian internal validity dan face validity.

3.2.6.2 Pengujian Reliabilitas

Menurut Srkaran dalam Fitranty (2015:52) Uji reliabilitas dilakukan untuk menguji konsistensi jawaban responden. Pengujian reliabilitas menggunakan keputusan nilai cronbach alpha yaitu sebesar 0,6. Adapun kriteria cronbach alpha > 0,6 maka dinyatakan reliabel, dan nilai cronbach alpha ≤ 0,6 maka dinyatakan tidak reliabel.


(27)

3.3 Hasil Uji Instrumen

Tabel 3.3

Hasil Uji Reliabilitas Destination Personality Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items

,780 13

Sumber : data hasil uji coba diolah dengan SPSS versi 20

Dari hasil uji Reliabilitas pada tabel 3.3., dapat diketahui nilai cronbach’s

alpha untuk variabel Destination Personality adalah 0,780. Artinya variabel Destination Personality reliabel karena nilai cronbach’s alpha diatas 0,6.

Tabel 3.4

Hasil Uji Validitas Destination Personality

No r hitung r tabel Keterangan

1 0,706 0.374 Valid

2 0,706 0.374 Valid

3 0,477 0.374 Valid

4 0,465 0.374 Valid

5 0,385 0.374 Valid

6 0,574 0.374 Valid

7 0,672 0.374 Valid

8 0,581 0.374 Valid

9 0,823 0.374 Valid

10 0,739 0.374 Valid

11 0,781 0.374 Valid

12 0,761 0.374 Valid

13 0,760 0.374 Valid

Sumber : data hasil uji coba diolah dengan SPSS versi 20

Berdasarkan tabel 3.4., pengujian validitas destination personality diketahui nilai product moment > 0,374 sehingga dapat dinyatakan semua indikator dari variabel destination personality valid.


(28)

Tabel 3.5

Hasil Uji Reliabilitas Brand Awareness Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items

,851 3

Sumber : data hasil uji coba diolah dengan SPSS versi 20

Dari hasil uji Reliabilitas pada tabel 3.5., dapat diketahui nilai cronbach’s

alpha untuk variabel brand awareness adalah 0,851. Artinya variabel brand awareness reliabel karena nilai cronbach’s alpha diatas 0,6.

Tabel 3.6

Hasil Uji Validitas Brand Awareness

Brand Awareness

No r hitung r tabel Keterangan

1 0,554 0.374 Valid

2 0,812 0.374 Valid

3 0,851 0.374 Valid

Sumber : data hasil uji coba diolah dengan SPSS versi 20

Berdasarkan tabel 3.6., pengujian validitas brand awareness diketahui nilai product moment > 0,374 sehingga dapat dinyatakan semua indikator dari variabel brand awareness valid.

Tabel 3.7

Hasil Uji Reliabilitas Brand Attractiveness Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items

,856 3

Sumber : data hasil uji coba diolah dengan SPSS versi 20

Dari hasil uji Reliabilitas pada tabel 3.7., dapat diketahui nilai cronbach’s

alpha untuk variabel brand attractiveness adalah 0,856. Artinya variabel brand attractiveness reliabel karena nilai cronbach’s alpha diatas 0,6.


(29)

Tabel 3.8

Hasil Uji Validitas Brand Attractiveness

Brand Attractiveness

No r hitung r tabel Keterangan

1 0,657 0.374 Valid

2 0,768 0.374 Valid

3 0,768 0.374 Valid

Sumber : data hasil uji coba diolah dengan SPSS versi 20

Berdasarkan tabel 3.8., pengujian validitas brand attractiveness diketahui nilai product moment > 0,374 sehingga dapat dinyatakan semua indikator dari variabel brand attractiveness valid.

Tabel 3.9

Hasil Uji Reliabilitas Brand Loyalty Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items

,714 4

Sumber : data hasil uji coba diolah dengan SPSS versi 20

Dari hasil uji Reliabilitas pada tabel 3.9., dapat diketahui nilai cronbach’s

alpha untuk variabel brand loyalty adalah 0,714. Artinya variabel brand loyalty

reliabel karena nilai cronbach’s alpha diatas 0,6.

Tabel 3.10

Hasil Uji Validitas Brand Loyalty

Brand Loyalty

No r hitung r tabel Keterangan

1 0,639 0.374 Valid

2 0,433 0.374 Valid

3 0,380 0.374 Valid

4 0,623 0.374 Valid


(30)

Berdasarkan tabel 3.10., pengujian validitas brand loyalty diketahui nilai

product moment > 0,374 sehingga dapat dinyatakan semua indikator dari variabel brand loyalty valid.

3.4 Metode Analisis Data

Setelah data penelitian terkumpul, maka selanjutnya akan ditentukan pasangan data variabel independen dari semua sampel penelitian. Analisis verifikatif digunakan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan uji statistik yang menitikberatkan pada pengungkapan perilaku variabel penelitian. Analisis verifikatif dengan menggunakan Struktural Equation Model (SEM). Analisis SEM pada dasarnya untuk memperoleh suatu model struktural, model yang diperoleh dapat digunakan untuk melihat besar kecilnya pengaruh, baik langsung, tak langsung maupun pengaruh total variabel bebas terhadap variabel terikat.

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

struktural equation model (SEM) dengan menggunaan program AMOS 20 dengan

alat bantu pengukuran berupa kuisioner (survei). SEM pada dasarnya merupakan sekumpulan teknik-teknik statistikal yang memungkinkan pengujian sebuah rangkaian hubungan yang relatif “rumit” secara simultan. SEM merupakan teknik multivariate yang mengkombinasikan aspek regresi berganda dan analisis faktor untuk mengstimasi serangkaian hubungan ketergantungan secara simultan (Hair et

al., 2010).

3.4.1 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknik pengolahan data SEM dengan metode

confirmatory factor analysis (CFA). CFA digunakan untuk menguji sebuah measurement model. CFA merupakan koefisien regresi variabel terukur terhadap

faktor, varian measurement error dan faktor, dan error covarian. Dalam CFA disajikan dalam dua bentuk model yaitu model faktor tingkat-satu (primary or

firstorder factors) dan model tingkat dua (second-order). Model tingkat-satu

merupakan model dimana korelasi antara variabel terukur dapat digambarkan oleh sejumlah variabel laten (yaitu, faktor) yang lebih kecil, yang masing-masing


(31)

dipertimbangkan sebagai satu tingkat, atau satu arah tanda panah ke variabel terukur.

Model tingkat-dua (second-order) adalah model CFA dimana korelasi antara faktor tingkat-satu dalam model ini dapat direpresentasikan oleh satu faktor atau setidaknya oleh sejumlah faktor yang lebih kecil. Pada model ini dapat ditunjukkan oleh dua panah satu arah dari variabel terukur sehingga disebut faktor tingkat-dua (second-order factor). Sebelum menganalisa hipotesis, kesesuaian model secara keseluruhan (overall fit models) harus dinilai terlebih dahulu untuk menjamin bahwa model tersebut dapat menggambarkan semua pengaruh sebab akibat. Menurut Hair et al. (2010), pengujian kesesuaian model goodnes of fit dilakukan dengan melihat beberapa kriteria pengukuran, yaitu:

1. Absolute Fit Measure

Yaitu mengukur model fit secara keseluruhan (baik model struktural maupun model pengukuran secara bersamaan). Kriterianya dengan melihat nilai :

a. The Likehood Ratio Chi-Square Statistic

Tingkat signifikansi minimum yang diterima adalah 0,05 dan 0,01. Pengukuran chi-square sangat tergantung pada jumlah sampel, karena itu beberapa peneliti menganjurkan untuk menggabungkan pengukuran ini dengan pengukuran lain.

b. Goodness of Fit Model Index (GFI)

Semakin tinggi nilai GFI, semakin fit sebagai model. Tidak ada model yang dijadikan acuan, tetapi beberapa peneliti merekomendasikan nilai GFI sebesar 0,90 atau lebih.

c. The Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA)

Adalah sebuah indeks yang dapat digunakan untuk mengkompensasi chi-square statistik dalam sampel yang besar. Nilai RMSEA menunjukkan

goodness-of-fit yang dapat diharapkan bila model diestimasi dalam populasi,

RMSEA dapat digunakan bila nilai chi-square signifikan. Nilai yang dibutuhkan agar RMSEA dapat dikatakan fit adalah < 0,8.


(32)

Yaitu ukuran untuk membandingkan model yang diajukan (proposed

model) model lain yang dispesifikasi oleh peneliti. Kriteria dengan melihat nilai :

a. Adjusted Goodness-of-Fit Index (AGFI) Indeks ini merupakan pengembangan dari Goodness Fit Of Index (GFI) yang telah disesuaikan dengan ratio dari degree of freedom (Ghozali dan Fuad, 2008). Analog dengan R2 pada regresi berganda. Nilai yang direkomendasikan adalah AGFI ≥ 0,90, semakin besar nilai AGFI maka semakin baik kesesuaian yang dimiliki model.

b. Normed Fit Index (NFI) Indeks ini juga merupakan ukuran perbandingan

antara proposed model dan null model (Ghozali dan Fuad,2008). Nilai yang direkomendasikan adalah NFI ≥ 0,90.

c. Turker-Lewis Index (TLI) TLI merupakan indeks kesesuaian incremental

yang membandingkan model yang diuji dengan baseline model. TLI digunakan untuk mengatasi permasalahan yang timbul akibat kompleksitas model. Nilai penerimaan yang direkomendasikan adalah nilai TLI ≥ 0,90. TLI merupakan indeks yang kurang dipengaruhi oleh ukuran sampel.

d. Comparative Fit Index (CFI) CFI juga merupakan indeks kesesuaian incremental. Besaran indeks ini adalah dalam rentang 0 sampai 1 dan nilai

yang mendekati 1 mengindikasikan model memiliki tingkat kesesuaian yang baik. Indeks ini sangat dianjurkan untuk dipakai karena indeks ini relatif tidak sensitif terhadap besarnya sampel dan kurang dipengaruhi oleh kerumitan model. Nilai penerimaan yang direkomendasikan adalah CFI ≥ 0,90.

3. Parsimonious Fit Measure

Yaitu melakukan adjustment terhadap pengukuran fit agar dapat diperbandingkan antara model dengan jumlah koefisien yang berbeda. Kriterianya dengan melihat nilai normed chi-square (CMIN/DF). Nilai yang dianjurkan yaitu batas bawah 1 atau batas atas 5.

Tabel 3.11


(33)

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 - 0,199 Sangat rendah

0,20 - 0,399 Rendah

0,40 - 0,599 Sedang

0,60 - 0,799 Kuat

0,80 - 1,000 Sangat Kuat

Sumber : Sugiyono (2014:184) 3.4.2 Prosedur SEM

Penelitian menggunakan SEM ditujukan untuk menganalisis teori dari suatu hubungan antara variabel yang terukur oleh konstruk laten, dan prosedur SEM yang

akan menguji kelayakan (fit) dari data yang diuji. Dalam metode SEM terdapat enam langkah sebagai berikut Hair dalam Fitranty (2015:59) :

1. Mendefinisikan konstruk penelitian Teori dengan pengukuran yang baik merupakan kondisi yang harus ada dan diperlukan untuk analisis SEM. Proses yang ada dimulai dengan definisi teori yang melibatkan konstruk yang diteliti. Penelitian menentukan operasionalisasi suatu konstruk dengan memilih skala pengukuran dan jenis pengukuran. Di dalam penelitian survei, menentukan operasionalisasi konstruk akan menghasilkan serangkaian indikator dengan skala yang umum digunakan, seperti Likert Scale atau Semantic differential scale.

2. Pengembangan model dan menentukan pengukuran model. Setelah menentukan item pengukuran, peneliti harus menentukan model pengukuran. Didalam tahapan ini, konstruk dari tiap laten didalam model harus diidentifikasi dan indikator variabel yang digunakan harus melekat pada konstruk laten. Menurut Sugiyono (2014) Diagram jalur sangat berguna untuk melihat hubungan kausal antara variabel bebas dan variabel terikat, hubungan kausal antara variabel ini di visualisasikan dalam bentuk gambar sehingga mudah dan jelas untuk dipahami serta lebih menarik. Jika model yang dibuat belum cocok maka dapat dibuat beberapa model untuk diperoleh model yang cocok dengan menggunakan analisis SEM.


(34)

Gambar 3.1 Diagram Jalur

Keterangan :

C : competence E : excitement S : sophistication R : ruggedness

DP : destination personality BW : brand awareness BA : brand attractiveness BL : brand loyalty

: epsilon

Hipotesis 1 : destination personality brand attractiveness

BW 1

2

4 3

C

E

S

R

D

BA

BL 1

BA 1

2 3

C

E

S


(35)

Rahyuniati Setiawan, 2015

ANALISIS DESTINATION PERSONALITY TERHADAP BRAND ATTRACTIVENESS DAN BRAND

Hipotesis 2 : destination personality brand awareness

Hipotesis 3 : brand attractiveness brand loyalty

Hipotesis 4 : brand awareness brand loyalty

Hipotesis 5 : destination personality brand loyalty

BW 1

2

4 3

C

E

S

R

DP 2

BL

BA 3

BL

BW 4

1 2

C


(36)

3. Merancang penelitian untuk menghasilkaan model empiris Peneliti harus memperhatikan terhadap masalah dari rancangan dan estimasi penelitian. Perancangan disini melibatkan jenis data yang akan dianalisis, apakah dalam bentuk kovarian atau korelasi, dampak dan penyortiran data yang tidak lengkap, dan dampak dari ukuran sampel. Didalam model estimasi, kita akan menentukan struktur model, teknik estimasi yang bervariasi dan perangkat lunak yang akan digunakan.

4. Menilai validitas model Setelah melakukan pengukuran model yang ditentukan, data yang yang layak dikumpulkan, dan keputusan mengenai teknik estimasi sudah ditentukan, peneliti mengacu pada pertanyaan dasar dari pengujian SEM: “Apakah model pengujian valid ? Kevalidan suatu model tergantung pada (1) tingkat goodness of fit yang diterima dari model yang diukur dan (2) hasil dari construct validity. Komponen yang berhubungan kelayakan model disebut dengan Goodness–of– fit (GOF)

yang menentukan seberapa baik model yang ada menghasilkan matriks kovarian diantara item indikator.

5. Menentukan model struktural Tahapan ke 5 ini menentukan model struktural dengan menghubungkan antar konstruk penelitian dengan model teoritis yang diajukan. Model struktural yang dirancang diarahkan dengan menambahkan

6. Menilai validitas model struktural Pada saat model telah menghasilkan kecocokan yang dapat diterima, estimasiestimasi individual bagi parameter-parameter bebas dapat dinilai. Parameter-parameter bebas dibandingkan dengan nilai nol, dengan menggunakan statistik distribusi z-. Statistik z diperoleh dengan membagi estimasi parameter dengan


(37)

menggunakan standard error estimasi tersebut. Ratio pengujian ini harus diatas +/-1.96 agar hubungan bersifat signifikan. Setelah hubungan-hubungan individual dalam model dinilai, maka estimasi parameter dibakukan untuk presentasi model akhir. Ketika estimasi-estimasi parameter dibakukan, maka estimasi tersebut dapat diinterpretasi sebagai referensi untuk parameterparameter lainnya dalam model serta kekuatan relatif jalur dalam model tersebut dapat dibandingkan.

3.4.3 Model Struktural (Struktural Model)

Adalah model yang menyatakan hubungan kausal antar dimensi atau variabel yang diteliti. Maka model hubungan kausal dalam penelitian ini akan terlihat seperti gambar 3.2 :


(38)

DAFTAR PUSTAKA

Aaker, David A., 1991. Managing brand equity. New York: The Free Press. Aaker, Jennifer L. 1997. Dimensions of brand personality. Journal of Marketing

Research Vol. XXXIV page 347-356

Aan Agustina. 2014. Analisis Celebrity Endoser dan Faktor Psikologis Terhadap

Keputusan Penggunaan. Tesis Magister Manajemen Bisnis Sekolah

Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Adirestuti, Fitranty. 2015. Pengaruh Islamic Service Quality dan Muslim

Customer Perceived Value terhadap Customer Satisfaction dan Dampaknya terhadap Repurchase Intention pada Hotel Syariah di Bandung. Tesis Magister Kajian Timur Tengah dan Islam. Pascasarjana

Universitas Indonesia.

Alma,Buchari. 2013. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung : Alfabeta.

Aziz, Negris. 2012. Turkey as a Destination Brand: Perceptions of United States

Visitors.American International Journal of Contemporary Research Vol. 2 No. 9; September 2012

Blain, C., Levy, S., & Ritchie, JRB. 2005. Destination branding: Insights and

practices from destination management organization. Journal of Travel

Research. vol. 43, no. 4, pp. 328-338.

Budi, Agung Permana. 2013. Manajemen Marketing Perhotelan. Yogyakarta : CV Andi Offset (ANDI)

Christiawan, Ferry, Bramantya dan Ryan Pratama. Perancangan Destination

Branding Kawasan Wisata Kuliner Lentog Tanjung Kabupaten Kudus.

Jurnal Marketing Vol 1.No 4 Universitas Kristen Petra

Ekinci, Y. & Hosany, S. 2006. Destination personality: an application of brand

personality to tourism destinations. Journal of Travel Research. vol. 45,


(39)

Fadmawati, Kadek Dewi. 2011. Reformulasi Strategi Pemasaran untuk

Meningkatkan Occupancy Room Rate di Hotel Four Season Resort Jimbaran Bali. Tesis Magister Manajemen Universitas Udayana Bali.

Gima, A Sugiama. 2013. Manajemen Aset Pariwisata. Bandung : Guardaya Intimarta.

Gima, A Sugiama. 2013. Metode Riset Bisnis dan Manajemen. Bandung : Guardaya Intimarta

Giraldi, Angelo. 2010. Destination personality, self-congruity and tourism behaviour. The case of the city of Rome. Department of Management, Sapienza University of Rome Via del Castro Laurenziano, 9 – 00191 Rome

Hair, Black 2010. Multivariate Analysis. 10th Edition. Pearson Education

Hasan, Ali. 2013. Marketing dan Kasus-kasus Pilihan. Yogyakarta : Center for Academic Publishing Service (CAPS)

Hosany, S., Ekinci, Y. and Uysal, M. (2007) “Destination Image and Destination

Personality” International Journal of Culture, Tourism and Hospitality

Research,1 (1), 62-81

Huh, J. 2006. Destination branding as an informational signal and its influence

on satisfaction and loyalty in the leisure tourism market. Published PhD

Dissertation. Faculty of the Virginia Polytechnic Institute and State University.

Karyono, A Hari. 1997. Kepariwisataan. Jakarta : Grasindo

Kilic, Burhan et al. 2012. Destination personality, self-congruity and loyalty. Journal of Hospitality Management and Tourism Vol. 3(5), pp 95-105, September 2012 . Available online at http://academicjournals.org/JHMT Keller, Kevin Lane. 2013. Strategic Brand Management: Building, Measuring,

and Managing Brand Equity. Fourth edition NJ: Prentice Hall.

Kotler, Keller. 2013. Marketing Management, Fourteenth edition. New Jersey : Prentice Hall.

Kotler, Philip dan Gary Armstrong. 2012. Principles of Marketing 14th Edition.


(40)

Kuang, Hsin Chi. 2009. The Impact of Brand Awareness on Consumer Purchase

Intention: The Mediating Effect of Perceived Quality and Brand Loyalty.

The Journal of International Management Studies, Volume 4, Number 1, February, 2009

Latan, Hengky.2013. Model Persamaan Struktural : Teori dan Implementasi

AMOS 21.0. Bandung : Alfabeta

Lee, Jinsoo et al. 2009. Cognitive Destination Image, Destination Personality and

Behavioral Intentions: An Integrated Perspective of Destination Branding.

Research article The Hongkong Polytechnic University & Temple University

Lee, Jinsoo et al. 2011. Cognitive Destination Image, Destination Personality and

Behavioral Intentions: An Integrated Perspective of Destination Branding.

Research article The Hongkong Polytechnic University & Temple University

Lovelock, Christopher, Jochen Wirtz dan Jacky Mussry. 2010. Service Marketing

7th Edition Perspektif Indonesia (Pemasaran Jasa). Jakarta: Erlangga

Luky Susilowati. 2009. Membangun Daya Tarik Jasa dan Reputasi Merek

Melalui Kualitas Layanan dan Aliansi Pasar pada Perusahaan EMKL.

Jurnal Riset Ekonomi dan Bisnis Vol.9 No 1

Marthin, Johannes. 2007. Analisis Tingkat Brand Loyalty Pada Produk Shampo

Head and Shoulders. Jurnal Manajemen Pemasaran, Vol 2, No 2, Oktober

2007:90-102)

Maumbe, Kunzayi. et al . 2012. Destination Cape & Western Cape: Analysis of

destination brand awareness, identity and image in the domestic market.

West Virginia University

Oka A Yoeti. (2006). Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa

________. (2005). Perencanaan Strategis Pemasaran Daetah Tujuan Wisata. Jakarta : PT Pradya Paramita

________. (2008). Ekonomi Pariwisata. Bandung: Angkasa ________. (1996). Pemasaran Pariwisata. Bandung: Angkasa


(41)

Pitana, I Gede dan Surya, I Ketut. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: Andi.

Petrick, J. F., and S. J. Backman (2002). “An Examination of Golf Travelers‟ Satisfaction, Perceived Value, Loyalty and Intentions to Revisit.” Tourism

Analysis, 6: (in press).

Petterson, Paul G.; Spreng, Richard A., Modelling The Relationship Between Perceived Value, Satisfaction, and Repurchase Intention In A Businessto- Business, Service Context: An Empirical Examination, Bradfort :

International Jounal of Service Industry Management, 1997.

Riduwan.(2014). Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta

Rudyanto. 2012. Pengaruh Nilai Persepsi Terhadap Loyalitas Pelanggan dengan

Ekuitas Destinasi Sebagai Moderasi pada Wisata Kesehatan SPA DKI Jakarta. Jurnal Hospitour Vol 3 No 2

Sara Henriques de Jesus Paninho Magalhaes. 2009. The differential effects of

Switching Costs and Attractiveness of Alternatives on Customer Loyalty.

Universidade Nova de Lisboa

Sedarmayanti. 2014. Kebudayaan dan Industri Pariwisata (Bunga Rampai

Tulisan Pariwisata). Bandung : PT Refika Aditama.

Sekaran, Uma. 2013. Reseach Methods for Bussiness. Metode Penelitian untuk Bisnis. Edisi 4. Jakarta : Penerbit Salemba Empat.

Sugiyono. 2014. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Cetakan ke 20. Bandung: CV Alfabeta.

________. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

________. 2014. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Suharsimi Arikunto. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Yogyakarta: Bina Aksara

Tjiptono, Fandy, 2012. Pemasaran Strategik. Edisi 2. Yogyakarta : Andi

Yana Rohmana .(2010). Ekonometrika Teori dan Aplikasi dengan Eviews. Bandung : Laboratorium Pendidikan Ekonomi dan Koperasi UPI.


(42)

Ye, Sheng. 2012. The impact of destination personality dimensions on destination

brand awareness and attractiveness: Australia as a case study. Original

Scientific Paper Vol. 60 No. 4 page 397-409

Yudha Trisyah Putra. 2013. Brand Personality Kukubima Energi. Tesis Magister Manajemen Bisnis Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Yuniawati, Yeni. 2013. Analisis Daya Saing Bandung Sebagai Destinasi Wisata

Melalui Memorable Tourist Experience (MTE) dan Customer-Based Brand Equity for Tourist Destination (CBBETD). Tesis Magister

Manajemen Bisnis Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Zeithaml, Valarie A, Bitner Mari Jo dan Gremler, Dwayne. 2013. Service

Marketing : integrating focus across 6th edition. New York :

MCGraw-Hill

Zeithaml, Valarie A. et al. 1996. The Behavioral Consequences of Service

Quality. Journal of Marketing Vol. 60 page 31-46

Zeithaml, V. A., Parasuraman, A., & Berry, L.L. (1996). Problems and strategies in services marketing, Journal of Marketing, 49, 33-46.

Website dan Sumber Lainnya

American Marketing Associations [www.ama.org]

Dinas Kepariwisataan dan Kebudayaan (Disparbud) Provinsi Jawa Barat 2014 Dinas Kepariwisataan dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Garut 2014 Pemasaran Taman Air Sabda Alam Kabupaten Garut 2015


(1)

menggunakan standard error estimasi tersebut. Ratio pengujian ini harus diatas +/-1.96 agar hubungan bersifat signifikan. Setelah hubungan-hubungan individual dalam model dinilai, maka estimasi parameter dibakukan untuk presentasi model akhir. Ketika estimasi-estimasi parameter dibakukan, maka estimasi tersebut dapat diinterpretasi sebagai referensi untuk parameterparameter lainnya dalam model serta kekuatan relatif jalur dalam model tersebut dapat dibandingkan.

3.4.3 Model Struktural (Struktural Model)

Adalah model yang menyatakan hubungan kausal antar dimensi atau variabel yang diteliti. Maka model hubungan kausal dalam penelitian ini akan terlihat seperti gambar 3.2 :


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Aaker, David A., 1991. Managing brand equity. New York: The Free Press. Aaker, Jennifer L. 1997. Dimensions of brand personality. Journal of Marketing

Research Vol. XXXIV page 347-356

Aan Agustina. 2014. Analisis Celebrity Endoser dan Faktor Psikologis Terhadap Keputusan Penggunaan. Tesis Magister Manajemen Bisnis Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Adirestuti, Fitranty. 2015. Pengaruh Islamic Service Quality dan Muslim Customer Perceived Value terhadap Customer Satisfaction dan Dampaknya terhadap Repurchase Intention pada Hotel Syariah di Bandung. Tesis Magister Kajian Timur Tengah dan Islam. Pascasarjana Universitas Indonesia.

Alma,Buchari. 2013. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung : Alfabeta.

Aziz, Negris. 2012. Turkey as a Destination Brand: Perceptions of United States Visitors.American International Journal of Contemporary Research Vol. 2 No. 9; September 2012

Blain, C., Levy, S., & Ritchie, JRB. 2005. Destination branding: Insights and practices from destination management organization. Journal of Travel Research. vol. 43, no. 4, pp. 328-338.

Budi, Agung Permana. 2013. Manajemen Marketing Perhotelan. Yogyakarta : CV Andi Offset (ANDI)

Christiawan, Ferry, Bramantya dan Ryan Pratama. Perancangan Destination Branding Kawasan Wisata Kuliner Lentog Tanjung Kabupaten Kudus. Jurnal Marketing Vol 1.No 4 Universitas Kristen Petra

Ekinci, Y. & Hosany, S. 2006. Destination personality: an application of brand personality to tourism destinations. Journal of Travel Research. vol. 45, pp.127-140.


(3)

Fadmawati, Kadek Dewi. 2011. Reformulasi Strategi Pemasaran untuk Meningkatkan Occupancy Room Rate di Hotel Four Season Resort Jimbaran Bali. Tesis Magister Manajemen Universitas Udayana Bali. Gima, A Sugiama. 2013. Manajemen Aset Pariwisata. Bandung : Guardaya

Intimarta.

Gima, A Sugiama. 2013. Metode Riset Bisnis dan Manajemen. Bandung : Guardaya Intimarta

Giraldi, Angelo. 2010. Destination personality, self-congruity and tourism behaviour. The case of the city of Rome. Department of Management, Sapienza University of Rome Via del Castro Laurenziano, 9 – 00191 Rome

Hair, Black 2010. Multivariate Analysis. 10th Edition. Pearson Education

Hasan, Ali. 2013. Marketing dan Kasus-kasus Pilihan. Yogyakarta : Center for Academic Publishing Service (CAPS)

Hosany, S., Ekinci, Y. and Uysal, M. (2007) “Destination Image and Destination

Personality” International Journal of Culture, Tourism and Hospitality Research,1 (1), 62-81

Huh, J. 2006. Destination branding as an informational signal and its influence on satisfaction and loyalty in the leisure tourism market. Published PhD Dissertation. Faculty of the Virginia Polytechnic Institute and State University.

Karyono, A Hari. 1997. Kepariwisataan. Jakarta : Grasindo

Kilic, Burhan et al. 2012. Destination personality, self-congruity and loyalty. Journal of Hospitality Management and Tourism Vol. 3(5), pp 95-105, September 2012 . Available online at http://academicjournals.org/JHMT Keller, Kevin Lane. 2013. Strategic Brand Management: Building, Measuring,

and Managing Brand Equity. Fourth edition NJ: Prentice Hall.

Kotler, Keller. 2013. Marketing Management, Fourteenth edition. New Jersey : Prentice Hall.


(4)

Kuang, Hsin Chi. 2009. The Impact of Brand Awareness on Consumer Purchase Intention: The Mediating Effect of Perceived Quality and Brand Loyalty. The Journal of International Management Studies, Volume 4, Number 1, February, 2009

Latan, Hengky.2013. Model Persamaan Struktural : Teori dan Implementasi AMOS 21.0. Bandung : Alfabeta

Lee, Jinsoo et al. 2009. Cognitive Destination Image, Destination Personality and Behavioral Intentions: An Integrated Perspective of Destination Branding. Research article The Hongkong Polytechnic University & Temple University

Lee, Jinsoo et al. 2011. Cognitive Destination Image, Destination Personality and Behavioral Intentions: An Integrated Perspective of Destination Branding. Research article The Hongkong Polytechnic University & Temple University

Lovelock, Christopher, Jochen Wirtz dan Jacky Mussry. 2010. Service Marketing 7th Edition Perspektif Indonesia (Pemasaran Jasa). Jakarta: Erlangga Luky Susilowati. 2009. Membangun Daya Tarik Jasa dan Reputasi Merek

Melalui Kualitas Layanan dan Aliansi Pasar pada Perusahaan EMKL. Jurnal Riset Ekonomi dan Bisnis Vol.9 No 1

Marthin, Johannes. 2007. Analisis Tingkat Brand Loyalty Pada Produk Shampo Head and Shoulders. Jurnal Manajemen Pemasaran, Vol 2, No 2, Oktober 2007:90-102)

Maumbe, Kunzayi. et al . 2012. Destination Cape & Western Cape: Analysis of destination brand awareness, identity and image in the domestic market. West Virginia University

Oka A Yoeti. (2006). Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa

________. (2005). Perencanaan Strategis Pemasaran Daetah Tujuan Wisata. Jakarta : PT Pradya Paramita

________. (2008). Ekonomi Pariwisata. Bandung: Angkasa ________. (1996). Pemasaran Pariwisata. Bandung: Angkasa


(5)

Pitana, I Gede dan Surya, I Ketut. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: Andi.

Petrick, J. F., and S. J. Backman (2002). “An Examination of Golf Travelers‟

Satisfaction, Perceived Value, Loyalty and Intentions to Revisit.” Tourism

Analysis, 6: (in press).

Petterson, Paul G.; Spreng, Richard A., Modelling The Relationship Between Perceived Value, Satisfaction, and Repurchase Intention In A Businessto- Business, Service Context: An Empirical Examination, Bradfort : International Jounal of Service Industry Management, 1997.

Riduwan.(2014). Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta

Rudyanto. 2012. Pengaruh Nilai Persepsi Terhadap Loyalitas Pelanggan dengan Ekuitas Destinasi Sebagai Moderasi pada Wisata Kesehatan SPA DKI Jakarta. Jurnal Hospitour Vol 3 No 2

Sara Henriques de Jesus Paninho Magalhaes. 2009. The differential effects of Switching Costs and Attractiveness of Alternatives on Customer Loyalty. Universidade Nova de Lisboa

Sedarmayanti. 2014. Kebudayaan dan Industri Pariwisata (Bunga Rampai Tulisan Pariwisata). Bandung : PT Refika Aditama.

Sekaran, Uma. 2013. Reseach Methods for Bussiness. Metode Penelitian untuk Bisnis. Edisi 4. Jakarta : Penerbit Salemba Empat.

Sugiyono. 2014. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Cetakan ke 20. Bandung: CV Alfabeta.

________. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

________. 2014. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Suharsimi Arikunto. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Yogyakarta: Bina Aksara

Tjiptono, Fandy, 2012. Pemasaran Strategik. Edisi 2. Yogyakarta : Andi

Yana Rohmana .(2010). Ekonometrika Teori dan Aplikasi dengan Eviews. Bandung : Laboratorium Pendidikan Ekonomi dan Koperasi


(6)

Ye, Sheng. 2012. The impact of destination personality dimensions on destination brand awareness and attractiveness: Australia as a case study. Original Scientific Paper Vol. 60 No. 4 page 397-409

Yudha Trisyah Putra. 2013. Brand Personality Kukubima Energi. Tesis Magister Manajemen Bisnis Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Yuniawati, Yeni. 2013. Analisis Daya Saing Bandung Sebagai Destinasi Wisata Melalui Memorable Tourist Experience (MTE) dan Customer-Based Brand Equity for Tourist Destination (CBBETD). Tesis Magister Manajemen Bisnis Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Zeithaml, Valarie A, Bitner Mari Jo dan Gremler, Dwayne. 2013. Service Marketing : integrating focus across 6th edition. New York : MCGraw-Hill

Zeithaml, Valarie A. et al. 1996. The Behavioral Consequences of Service Quality. Journal of Marketing Vol. 60 page 31-46

Zeithaml, V. A., Parasuraman, A., & Berry, L.L. (1996). Problems and strategies in services marketing, Journal of Marketing, 49, 33-46.

Website dan Sumber Lainnya

American Marketing Associations [www.ama.org]

Dinas Kepariwisataan dan Kebudayaan (Disparbud) Provinsi Jawa Barat 2014 Dinas Kepariwisataan dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Garut 2014 Pemasaran Taman Air Sabda Alam Kabupaten Garut 2015


Dokumen yang terkait

Pengaruh Advertising Terhadap Pembentukan Brand Awareness Serta Dampaknya Pada Keputusan Pembelian Produk Pocari Sweat Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

14 58 108

Pengaruh Ekuitas Merek (Brand Equity) Tas Sophie Martin Terhadap Kesediaan Membayar Harga Premium (Studi Kasus Pada BC Rosida Medan).

3 49 104

Pengaruh Celebrity Endorser Igor Saykoji Terhadap Brand Awareness Pada Kartu IM3 (Studi Kasus Karyawan Sogo Department Store Sun Plaza, Medan)

3 52 107

Analisis Sensitivitas Respon Konsumen Terhadap Ekstensifikasi Merek (Brand Extention) Pada Vaseline Hand &amp; Body Lotion (Studi Kasus Mahasiswi Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara)

2 79 103

Analisis pengaruh Brand Awareness, Perceived Quality, Brand Association, Dan Brand Loyalty terhadap keputusan pembelian pada produk pasta gigi 'Pepsodent (studi kasus pada Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

6 41 167

THE INFLUENCE OF BRAND AWARENESS, PERCEIVED BRAND QUALITY, BRAND ASSOCIATION AND BRAND LOYALTY TOWARD CUSTOMER PURCHASE DECISION TO CHOOSE GARUDA INDONESIA AIRLINES (CASE STUDY: CUSTOMER GARUDA INDONESIA IN JABODETABEK)

0 7 124

Ekuitas Merek Bank Syariah di Kalangan Mahasiswa Program Studi Muamalat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2 11 151

PENGARUH BRAND IMAGE, BRAND AWARENESS DAN BRAND TRUST TERHADAP BRAND LOYALTY KONSUMEN AIR MINERAL MEREK Pengaruh Brand Image, Brand Awareness Dan Brand Trust Terhadap Brand Loyalty Konsumen Air Mineral Merek Aqua Pada Mahasiswa Universitas Muhammadiyah S

0 6 13

Pengaruh Brand Personality pada Brand Attractiveness: Brand Association sebagai Variabel Mediasi (Studi Kasus: KFC Bandung).

1 4 32

ANALISIS PENGARUH BRAND AWARENESS, BRAND IMAGE, DAN BRAND ATTITUDE PADA BRAND LOYALTY TERHADAP PRODUK WISATA MINAT KHUSUS PENELUSURAN GUA

0 0 152