Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: PAPALELE Potret Aktivitas Komunitas Pedagang Kecil di Ambon D 902007002 BAB X

Bab Sepuluh

Kesimpulan

Masyarakat pada umumnya terus berhadapan dengan
perubahan dalam seluruh aspek kehidupan. Kita tidak akan
mungkin mengabaikan proses perubahan yang sementara dan
akan terus terjadi dalam masyarakat. Baik perubahan pada aspek
ekonomi, sosial dan budaya. Kemampuan untuk beradaptasi
dengan perubahan sangat diperlukan, sehingga memungkinkan
masyarakat tetap bertahan menghadapinya.
Termasuk papalele dengan segala dinamika kehidupan
rumah tangga dan usaha. Kemampuan papalele untuk tetap
bertahan memberikan faedah untuk merespons dinamika
perubahan dalam masyarakat. Sehingga dalam kasus ini
panduan untuk menarik kesimpulan yakni apa sesungguhnya
yang menjadi kekuatan papalele sebagai pedagang kecil (petty
traders) mampu bertahan?. Atas dasar panduan itu maka
simpulan yang perlu dikemukakan dapat diuraikan sebagai
berikut.
Ketangguhan papalele melalui kolaborasi usaha adalah

kunci pokok kebertahanan satu proses usaha yang hampir tidak
dimiliki oleh kalangan pedagang kecil. Papalele sebagai satu
usaha kecil, secara nyata melakukan kolaborasi usaha. Belum

301

Papalele: Potret Aktivitas Komunitas Pedagang Kecil di Ambon

 
ditemukan kasus serupa yang membuktikan bahwa pedagang
kecil memainkan peran kolaborasi usaha untuk mempertahankan jalannya usaha. Pada umumnya, dalam aktivitas usaha,
cenderung pelaku usaha akan melakukan pemupukan modal
sebagai bentuk investasi untuk pengembangan usaha di masa
depan (Hisrich et.al, 2008:520). Pencapaian usaha bukan pada
aspek ekonomi dalam hal ini pengembangan usaha papalele.
Tetapi pencapaian usaha dibuktikan melalui peningkatan status
sosial keluarga melalui keberhasilan pendidikan anak-anak.
Perdebatan antara pikiran Scoot (2000) tentang moral
ekonomi petani dan Popkins (1979) tentang petani rasional
tidak terjadi titik temu. Kedua pihak sama-sama mengagungkan

temuan mereka. Pada posisi itu, sebetulnya papalele berada
pada kedua pemikiran besar itu. Papalele juga mempertimbangkan masa depan dengan baik secara subsisten maupun
terbuka terhadap perubahan. Salah satu aspek penting papalele
untuk memayungi kedua pendapat tersebut dengan cara
berkolaborasi. Kolaborasi usaha, adalah istilah konsep yang saya
gunakan untuk menggambarkan bekerjanya usaha papalele.
Kerjasama tersebut diarahkan untuk mempertahankan usaha
melalui mekanisme penjualan.
Kolaborasi pada pedagang kecil, harus diakui hampir
tidak pernah ditemui. Kolaborasi justru melibatkan kegiatan
perusahaan-perusahaan besar yang mapan. Seperti yang
dikemukakan Mandeville (2005), kolaborasi bisnis biasanya
melibatkan industri besar dan berbeda, atau kolaborasi yang
dilakukan antara perusahaan swasta dan pemerintah. Dengan
kerjasama antar perusahaan, sesungguhnya merupakan strategi
perusahaan untuk menjaga kelanjutan jalannya usaha di masa
depan. Orientasinya jelas, kemungkinan pengembangan usaha
yang lebih besar.

302


Kesimpulan

Seperti yang telah disajikan di depan, dalam kerangka
memetakan empat konsep sintesa, maka kesimpulan ini tetap
mengacu pada konsep tersebut. Konsep tersebut, masing-masing
rumah tangga dan mata pencaharian, kewirausahaan, identitas
dan modal sosial. Hubungan keempat konsep tersebut berkaitan
dengan pedagang kecil (petty traders) untuk berkolaborasi
dalam usaha. Strategi kolaborasi mempertahankan usaha bertujuan untuk orintasi masa depan melalaui investasi pada aspek
pendidikan adalah penting bagi masa depan mereka dan anakanaknya.
Dengan penelitian tentang papalele ini banyak ditemukan
fenomena menarik yang menunjukkan bahwa kemampuan
papalele tidak hanya sebatas dan semata-mata kepentingan
ekonomis. Aspek sejarah (historical capital) yang ditunjukan
melalui turun-temurun usaha papalele menegaskan hal itu.
Historical capital yang didukung oleh social capital menjadi
jelas. Karena itu konsep modal kolaborasi (collaboration capital)
dalam papalele yang dibangun adalah kemampuan kerjasama
untuk menyatukan aspek ekonomi (transaksi dagang), dengan

aspek sosial (relasi) dan jaringannya. Adanya rasa saling percaya
dalam kesadaran bersama dengan pemahaman matang yang
bersumber dari nilai budaya lokal. Kolaborasi ketiga aspek
tersebut menjadi satu rangkaian kekuatan papalele mempertahankan ekonomi rumah tangga dan usahanya.

Rumah Tangga yang Mandiri
Implikasi selanjutnya dari penelitian tentang papalele
memberikan beberapa pemikiran. Papalele sebagai mata pencaharian sebagaimana pandangan Carswell (Bryceson, 1999) dan
Zoomers (Marschkel dan Berkes, 2006) suatu kegiatan yang
dilakukan individu atau rumah tangga, merupakan suatu bentuk

303

Papalele: Potret Aktivitas Komunitas Pedagang Kecil di Ambon

 
kemampuan menghimpun aset dari individu atau rumah tangga
untuk memenuhi kebutuhan hidup. Individu, rumah tangga,
atau kelompok akan selalu berupaya memenuhi kebutuhan
hidup, walaupun kadang-kadang mereka tidak akan pernah

terlepas dari situasi yang tidak menentu, terutama yang
berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan hidup. Pengalaman
seperti ini banyak dijumpai pada masyarakat perdesaan yang
selalu berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga.
Papalele ternyata tidak hanya menjadi sumber pendapatan
pokok keluarga, tetapi juga menjadi pendapatan sampingan.
Pada posisi ini sangat jelas bahwa sumber keungan keluarga
merupakan akumulasi dari peran perempuan dalam rumah
tangga. Karena itu, tujuannya jelas, untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga, pada masa sekarang dan masa depan secara
berkelanjutan.

Papalele sebagai salah satu proses perdagangan yang
berskala kecil, ternyata menunjukan eksitensi melalui kolaborasi usaha. Keberadaan papalele berawal dari kehidupan yang
sederhana dan tekanan tuntutan ekonomi membuat mereka
mencurahkan energi — bekerja keras sebagai papalele. Kesulitan ekonomi yang selalu ada, tidak membuat anggota rumah
tangga pasrah dan atau berontak terhadap situasi demikian.
Justru sebaliknya mereka dan anggota keluarganya secara aktif
saling mendukung mengatasi kondisi secara bersama-sama.
Caranya, membagi tanggung jawab tugas-tugas keseharian.
Suami yang berpenghasilan terbatas, tidak merasa ego, tetapi

sebaliknya mendukung. Kesadaran bersama ini yang mendukung eksisnya usaha papalele.
Kehidupan keseharian papalele yang sederhana nampaknya membantu menjelaskan adanya nilai juang yang sangat
kuat. Nilai itu dapat dimaknai sebagai upaya berjuang yang
terus-menerus tanpa memperhitungkan untung-buntung dalam
304

Kesimpulan

usahanya. Nilai kerja keras dan terus berjuang adalah nilai yang
umumnya kurang mendapat perhatian banyak pihak. Nilai itu
pula yang tidak dikembangkan oleh mereka secara formal.
Artinya, nilai kerja keras dan semangat juang hanya ditunjukan
melalui sikap dan perilaku. Karena itu patut dijadikan inspirasi,
terutama ketika di masa kini, banyak sentuhan dan tuntutan
modernisme menjadikan masyarakat terbuai.
Secara alamiah terlihat bahwa kesejahteraan papalele dan
keluarga terikat oleh sejarah turun-temurun. Walaupun demikian, sebagai orang desa wajar kalau kehidupan mereka selalu
mendapat sorotan masyarakat luas sebagai kalangan yang serba
terbatas dalam menciptakan peluang pekerjaan. Hal ini memang
terkait dengan tingkat pendidikan yang terbatas. Karena

papalele secara umum hanya menyelesaikan pendidikan hingga
Sekolah Dasar. Mengingat saat itu, alasan ekonomis orang tua
dan pemahaman ketidak-setaraan gender untuk mengakses
pendidikan yang masih kuat di lingkungan sosial mereka. Tetapi
bukan berarti tingkat pendidikan menafikan kreativitas mereka
untuk berkarya menghasilkan sesuatu bagi keluarga.

Belajar dari Ketangguhan Kewirausahaan Sederhana
Tekanan yang dihadapi individu dan rumah tangga merupakan pijakan untuk mengubah situasi ke arah kesejahteraan
keluarga — setidak-tidaknya kebutuhan keluarga terpenuhi.
Dalam konteks penelitian ini, bagi masyarakat di perdesaan,
tidak ada pilihan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak
selain menjadi pedagang kecil (petty traders). Pedagang kecil
(petty traders) sebagaimana diketahui adalah orang-orang yang
berjualan seadanya di pasar untuk mencari penghasilan bagi
keluarga. Pada saat usaha dilakukan, setidaknya berhubungan
dengan jiwa kewirausahaan (entreprenuer), yang ditunjukan
305

Papalele: Potret Aktivitas Komunitas Pedagang Kecil di Ambon


 
melalui kerja keras, mandiri, ulet dan memiliki motivasi serta
komitmen dalam menjalankan usaha.
Sifat kewirausahaan papalele muncul secara alami yang
dibentuk oleh pengetahuan seadanya. Setia, sabar, jujur, tekun,
merupakan nilai-nilai yang diwariskan kepada generasinya.
Walapun dengan kapasitas intelektual yang terbatas tidak
menjadi halangan atau pun kendala berusaha bagi mereka.
Keterbatasan pengetahuan itu dijadikan kekuatan untuk membangun kesadaran bersama sebagai satu entitas yang memiliki
identitas. Identitas yang diakui keberdaaanya dan tetap eksis
dalam pergualatan zaman modern tetap mendapat tempat dalam
jaringan sosialnya. Hanya mengandalkan kolaborasi yang
dibentuk oleh ikatan ‘janji’ sebagai norma pengikat, sehingga
papalele telah menunjukkan eksistensinya.
Kemampuan papalele untuk menunjukan keberhasilan
investasi hanya bermodalkan kemandirian. Cirinya dapat
terlihat melalui modal usaha bersumber dari hasil tabungan
sendiri atau tanggung-renteng bersama angota keluarga yang
lain. meskipun terbuka kemungkinan akses ke berbagai sumber

keuangan dalam bentuk pinjaman atau kredit. Bagi papalele,
keinginan untuk mengakses pinjaman modal dari pihak lain
cenderung dihindari alasannya sederhana, banyak beban dan
resiko (risk). Kemandirian juga dicirikan melalui peralatan yang
dipergunakan saat berjualan. Umumnya peralatan jualan
merupakan peninggalan orang tua atau peralatan bekas dapur
yang masih layak pakai. Dengan bekal peralatan seadanya
mereka melakukan usaha dengan cara baronda (berkeliling)
atau tandeng (menetap). Dengan berjualan seperti ini, setiap
hari ada penghasilan bagi keluarga, dan sedikit uang disisipkan
sebagai modal pada hari berikutnya.

306

Kesimpulan

Papalele memiliki kapasitas dan karakter usaha yang
memungkinkan mereka tetap survive. Suasana akibat konflik;
kehancuran di sana-sini tidak menyurutkan papalele berkolaborasi dan berjumpa dengan relasinya merevitalisasi kembali
hubungan ekonomi antar mereka. Saling percaya dan saling

melindungi merupakan kepercayaan yang terbentuk dalam
kesadaran bersama. Kompetisi atau persaingan usaha, tidak akan
mungkin eksis dalam wilayah konflik seperti ini. Papalele telah
menunjukan komitmen yang tidak disadari banyak pihak
bahwa mereka merupakan bagian dari cerita membangun
perdamaian di Ambon — Maluku.
Dalam suasana konflik, persaingan usaha dihindari, dan
mengutamakan kerjasama sebagai bentuk kesadaran dan
tenggang rasa membangun usaha. Hal ini merupakan modal
sosial yang cukup dominan dalam aktivitas papalele.

Identitas yang perlu Terus Dilestarikan
Eksistensi pedagang kecil (petty traders), ditunjukkan
melalui seperangkat identitas yang melekat sekaligus merupakan simbol. Posisi papalele nampaknya merupakan politik
identitas yang oleh Castlle (1997) disebut resistancy identity.
Pakaian dan peralatan berjualan menegaskan identitas lokal
yang berbeda dengan pelaku usaha yang lain. Sekaligus upaya
membangun citra (image building). Pengakuan atas identitas
mereka tidak eksklusif adanya, tetapi pengakuan juga diberikan
oleh pihak lain — dalam hal ini mitra usaha dan masyarakat.

Identitas tidak hanya ditunjukan melalui bentuk fisik pakaian—
kebaya dan peralatan jualan seperti atiting. Selain itu, identitas
papalele juga dimanifestasikan melalui kolaborasi usaha sebagai
suatu kesadaran bersama. Kesadaran dalam menciptakan keber-

307

Papalele: Potret Aktivitas Komunitas Pedagang Kecil di Ambon

 
samaan dan keadilan menikmati hasil jerih payah. Dalam situasi
pasar yang bersaing, mereka justru memilih berkolaborasi.
Setiap hari papalele akan memulai kegiatan bersama,
mencari bahan yang akan dijual bersama dan menentukan
harga jual. Bagi mereka cara ini dilakukan untuk menghindari
konflik dan dapat menciptakan keadilan antar sesama rekan.
Kemampuan mereka menjunjung rasa keadilan dikedepankan.
Kuatnya solidaritas ini, merupakan kekuatan yang tersembunyi
dikalangan pedagang kecil dalam mempertahankan relasi sosial.
Mereka melakukan strategi tersebut sebagai bentuk image
building, sehingga pada posisi ini dapat dikatakan bahwa
papalele berbeda dengan pedagang kecil yang lainnya.
Sebagai orang desa, papalele telah menemukan momentum dalam berusaha walaupun usaha seperti ini tidak berkembang. Tidak berkembangnya usaha, memang berkaitan dengan
skala ekonomi usaha, karena pada umumnya orang sering
menghubungkannya dengan keberhasilan usaha. Tetapi sesungguhnya, usaha papalele tetap survive, dan berkembang ke
arah yang lain. Keberhasilan pendidikan anak-anak adalah fakta
peningkatan status sosial keluarga, sebagai ukuran keberhasilan
papalele.

Membangun Jejaring Merupakan Salah Satu Kekuatan
Usaha Kecil
Sebagai individu dan kelompok, para papalele menyadari
bahwa jaringan (network) usaha melalui kepercayaan (trust)
dengan mitra usaha patut dipelihara. Ini adalah modal sosial
yang selalu dijaga dan dirawat untuk keberlanjutan usaha.
Jaringan usaha tidak hanya terbatas untuk sesama pedagang
kecil (petty traders), tetapi jaringan dibuka dengan pedagang
yang lain. Untuk mempertahankan jaringan tersebut, kekuatan308

Kesimpulan

nya bertumpu pada rasa saling percaya satu dengan yang lain.
Kepercayaan ditunjukkan melalui kewajiban yang harus dipenuhi tanpa pamrih. Kedua pihak membangun rasa saling percaya (resiprositas) tanpa saling merugikan satu dengan yang lain.
Mekanisme yang dibangun pedagang kecil (petty traders)
sebagai modal sosial, merupakan strategi koloborasi yang ampuh
untuk mempertahankan usaha yang dikaji dalam penelitian ini.
Tidak terbantahkan bahwa dalam penelitian ini, papalele
melakukan transformasi dan kolaborasi pengetahuan yang luar
biasa. Hasil usaha bukanya diperuntukan dan didaya-gunakan
untuk peningkatan dan pengembangan usaha, tetapi justru
diinvestasikan untuk pendidikan anak-anak dan sebagai jaminan hari tua setelah tidak lagi papalele. Upaya ini merupakan
suatu pergeseran dari struktur lama ke struktur yang baru yakni
peningkatan citra dan status sosial keluarga di mata masyarakat.
Peningkatan status sosial menjadi kata kunci keberhasilan usaha
papalele. Dua aspek yang berkolaborasi tersebut nampak antara
tujuan usaha sebagai aspek ekonomi dan orientasi masa depan:
status sosial dan jaminan hari tua sebagai aspek sosial.
Saling percaya melalui melalui mekanisme ‘janji’ merupakan ikatan untuk mempertahankan relasi secara berkelanjutan
termasuk dengan pedagang. Papalele memiliki kemampuan
membangun relasi dan jejaring antar mereka dan dengan pihak
yang lain. Jejaring dibangun dengan pemilik lahan tempat usaha
dan pedagang sekitarnya merupakan satu jalinan kerja yang
sesungguhnya merupakan cara yang harus dilakukan untuk
tetap mempertahankan keberlanjutan usaha. Papalele sangat
menyadari bahwa, seandainya ingkar terhadap kewajiban maka
kepercayaan akan sirna dan sulit lagi untuk akses.
Untuk menjaga kelangsungan usaha dan kehidupan
keluarga, papalele sering mempertaruhkan nyawa. Pada saat
suasana kerusuhan di Kota Ambon, papalele terus berupaya agar
309

Papalele: Potret Aktivitas Komunitas Pedagang Kecil di Ambon

 
usaha tetap dapat berlangsung. Dengan modal keberanian
mereka maju mendekat di tapal batas konflik hanya untuk
mencari dan membeli bahan jualan sehingga bisa dijadikan
sumber penghasilan. Walaupun kadang-kadang mereka harus
berhadapan dengan desingan bunyi tembakan dan sesekali
bunyi bom. Perjumpaan papalele dengan pedagang di tapal
batas, tidak terjadi dengan sendirinya. Hubungan telah terjadi
jauh sebelum Kota Ambon bergejolak dengan konflik. Satu sama
lain, telah saling percaya.
Kepercayaan merupakan harga mati dalam proses transaksi di tapal batas. Meskipun suasana konflik berada sekeliling
mereka, tetapi kepercayaan terhadap relasi sesama pedagang
tetap diutamakan. Pembayaran dapat dilakukan pada hari
berikutnya, jika kondisi tidak memungkinkan untuk melakukan
transaksi. Meskipun terbuka cukup kemungkinan untuk
mengabaikannya. Bagi papalele hubungan jangka pendek tidak
menguntungkan, tetapi jangka panjang mempertahankan usaha
jauh lebih penting. Karena itu, dalam suasana konflik seperti
itu, kepercayaan yang diberikan pihak lain tetap dijunjung dan
dipertahankan.
Kemampuan usaha papalele patut tidak diragukan, salah
satu cara adalah mengakses jaringan dan relasi sosial yang telah
dibangun, dipelihara dan dirawat untuk kepentingan keberlanjutan usaha dan keamanan ekonomi rumah tangga. Hubungan
dengan relasi sosialnya membentuk kekerabatan sosial yang
berangkat dari nilai budaya lokal. Sambil tetap mengikat diri
dalam kesepakatan ‘janji’ sebagai manifestasi kepercayaan
dengan pihak lain.

310

Kesimpulan

Menjawab Tantangan Pembangunan Masyarakat
Sepatutnya pengalaman hidup papalele dapat diajdikan
model usaha masa kini untuk menahan gempuran segala bentuk
produk modern. Papalele setidaknya dapat dijadikan salah satu
pilar utama kegiatan ekonomi. Lebih dari itu, seharusnya model
usaha papalele menjadi inspirasi. Saya patut merasa cemas
seandainya suatu waktu nanti seiring perkembangan masyarakat, papalele akan ditinggalkan dan hilang sebagai satu karya
lokal. Kecemasan tersebut, tidak harus terbukti. Dengan
pendalaman terhadap mekanisme kolaborasi yang dipertontonkan papalele dalam usaha, setidaknya menginspirasi untuk
mempertahankan eksistensi mereka.
Selain itu, papalele sebagai produk lokal dapat dijadikan
sebagai tools untuk memperkuat fondasi masyarakat mengatasi
persoalan ekonomi pembangunan masyarakat. Baik ekonomi
individu, kelompok maupun masyarakat pada umumnya. Dapat
pula dikatakan bahwa kegiatan papalele dapat dijadikan sebagai
katub penanganan masalah pembangunan. Karena itu, konsep
kolaborasi papalele menjadi penting untuk dipakai sebagai
rujukan dalam rangka memperkuat sistim ekonomi pedagang
kecil pada umumnya. Terutama berkaitan dengan proses
pemberdayaan dan pengembangan ekonomi masyarakat.
Gagasan Mosse dan Lewis (2006) paling tidak turut
mendukung kemandirian usaha papalele ini. Seperti diketahui
bahwa Mosse dan Lewis (2006:1-46) mengingatkan bahwa
masyarakatlah aktor dan pelaku pembangunan. Masyarakat
yang menetukan berbagai keputusan pembangunan bagi mereka
sendiri. Mereka pula yang harus memainkan peran, sambil tetap
memperhatikan kondisi objektif ekonomi, sosial, budaya, politik
di setiap arasnya. Pemerintah lokal dan lembaga donor adalah
supporting system. Kedua pihak ini hadir guna mendukung

311

Papalele: Potret Aktivitas Komunitas Pedagang Kecil di Ambon

 
masyarakat. Sehingga aktor (masyarakat) tidak bergantung
sepenuhnya kepada pemerintah. Masyarakat akan menjadi
mandiri dan kreatif untuk mendukung kegiatan pembangunan
bagi mereka sendiri. Implikasi lain adalah model kolaborasi
papalele nampaknya lebih tepat digunakan dalam kelompok
masyarakat yang memiliki keterbatasan modal usaha, khususnya kaum perempuan yang ingin terlibat mendukung kondisi
ekonomi keluarga.

Penelitian di Masa Mendatang
Perjalanan panjang untuk mengkaji dinamika kehidupan

papalele masih sangat mungkin dilakukan di waktu-waktu
mendatang dalam perspektif yang berbeda. Satu hal yang patut
diapresiasi adalah bahwa penelitian tentang pedagang kecil –
papalele saat ini dapat dijadikan sebagai embrio dan pijakan
awal untuk penelitian berikutnya. Mengingat masih terdapat
kebutuhan lebih lanjut mengeksplorasi sepak terjang papalele.
Pada tahap ini sesungguhnya harus diakui bahwa keberlanjutan
dan kebertahanan papalele hanya disoroti pada satu temuan
yakni ‘kolaborasi’.
Karena itu, berangkat temuan studi saat ini, masih terbuka
berbagai kemungkinan dilakukannya penelitian untuk menggali
dan mendalami papalele dengan segala dinamika yang
menyertainya. Kemungkinan penelitian lanjutan terhadap
papalele yang dapat disebutkan antara lain: pertama, papalele
yang telah diuraikan pada buku ini merupakan suatu
pendalaman pada tempat dan waktu, yang bukan tidak mungkin
berbeda pada tempat dan situasi yang lain. Pertimbangan ini
tentu akan menghasilkan pendangan yang berbeda pula. Kedua,
istilah papalele tidak hanya menjadi konsumsi masyarakat di
Ambon, tetapi juga pada beberapa daerah lain di Indonesia,
312

Kesimpulan

khususnya di wilayah bagian timur Indonesia. Sehingga terbuka
kemungkinan dilakukannya studi mendalam tentang perbedaan
perilaku papalele antar daerah. Ketiga, masa kini, kajian tentang
pembangunan masyarakat masih menjadi isu sentral mengatasi
berbagai permasalahan pengembangan masyarakat terutama
yang berkaitan dengan revitalisasi pengetahuan lokal (local
knowledge) masyarakat yang dapat dijadikan sebagai alternatif
pemecahan permasalahan pembangunan masyarakat.

313