HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG MENYUSUI DENGAN PEMBERIAN ASI DI DESA PABELAN SUKOHARJO
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
commit to user
v
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG MENYUSUI DENGAN
PEMBERIAN ASI DI DESA PABELAN SUKOHARJO
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan
Oleh:
Shinta Rositasari
NIM R0107047
PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
(2)
commit to user
(3)
commit to user
(4)
commit to user
viii
ABSTRAK
Shinta Rositasari. R0107047. 2011. HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU
TENTANG MENYUSUI DENGAN PEMBERIAN ASI DI DESA PABELAN
SUKOHARJO. Diploma IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret
Tujuan
Penelitian
: Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu tentang
menyusui dengan pemberian ASI di Desa Pabelan Sukoharjo.
Metode Penelitian
: Observasional melalui pendekatan
cross sectional
, dengan
jumlah sampel 63 ibu dengan anak usia 6-12 bulan di Desa Pabelan Kabupaten
Sukoharjo secara
simple random sampling.
Data dari penelitian ini adalah data primer
melalui penyebaran kuesioner. Variabel dalam penelitian ini adalah pengetahuan ibu
tentang menyusui sebagai variabel bebas dan pemberian ASI sebagai variabel terikat.
Analisis data menggunakan
uji
Chi-square
dengan bantuan program SPSS 17
for
Windows.
Hasil Penelitian:
Dari 63 responden dengan pengetahuan tentang menyusui
berpengetahuan baik (22%), berpengetahuan cukup (60%), dan berpegetahuan kurang
(18%), dan pemberian ASI menunjukkan bersikap memberikan ASI Eksklusif (36%),
dan bersikap tidak memberikan ASI Eksklusif (64%). Hasil analisis data dengan uji
Chi-square
dan tingkat kesalahan 5% didapatkan
p=0,002 <α=0,05
, maka koefisien
korelasi yang ditemukan adalah signifikansi Ho ditolak dan Ha diterima.
Kesimpulan:
Ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang menyusui dengan
pemberian ASI (
p=0,002 <α=0,05
).
(5)
commit to user
ix
ABSTRACT
Shinta Rositasari. R0107047. 2011. THE RELATIONSHIP BETWEEN
MOTHER’S KNOWLEDGE ABOUT BREAST
-FEEDING WITH THE
PROVISION OF BREAST MILK AT PABELAN VILLAGE SUKOHARJO.
Diploma IV Midwifery Studies of Medicine Faculty of Sebelas Maret University.
Research purpose :
To undersand
the relationship between mother’s knowledge
about breast-feeding with the provision of breast milk at Pabelan village Sukoharjo.
Research Methode:
Observasional with
cross sectional
approach, with the total
sample was 63 mothers with 6-12 months aged children at Pabelan village Sukoharjo
using
simple random sampling
. Data of this research was primary data using
distributions of questionnaire. Variables on this research were mother’s knowledge
about breast-feeding as the independent variable and breast milk provision as the
dependent variable. The data analysis used
Chi-square
test with the help of SPSS 17
for Windows program.
Research Result:
From 63 respondents with well-knowledged of breast-feeding
(22%), medium-knowledged (60%), and less-knowledged (18%), and the provision of
brest milk showed provide exclusive breast-
feeding (36%) and didn’t provide
exclusive breast-feeding (64%). The result of data analysis using
Chi-square
test and
5% error rate p=0,002 <
α=0,05 was obtained, so that found correlation coefficient
was the significance that Ho was rejected and Ha was accepted.
Conclusion:
There was relatinship between
mother’s
knowledge about breast-feeding
with t
he provision of breast milk (p=0,002 < α=0,0
5).
(6)
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh,
Al
hamdulillahirobil’alamin, segala puji syukur kepada Allah S.W.T atas nikmat
dan karunia yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah yang berjudul “
Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Menyusui Dengan
Pemberian ASI Di Desa Pabelan Sukoharjo
”.
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai
salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana saint terapan program studi
Diploma IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
Pada kesempatan ini tak lupa penulis menyampaikan terima kasih pada pihak-
pihak yang membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
menyelesaikan studi kasus. Dengan segala hormat penulis mengucapkan terima kasih
kepada Bapak/Ibu:
1.
Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr, Sp.PD-KR-FINASIM, dekan Fakultas
Kedokteran UNS
2.
H. Tri Budi Wiryanto, dr, Sp.OG (K), ketua Prodi DIV Kebidanan FK UNS.
3.
Erindra B.C, S.Kep, Ns, M.Kes, Ketua Tim Karya Tulis Ilmiah D IV
Kebidanan UNS.
4.
Muthmainah, dr, M. Kes, Pembimbing Utama yang selalu membimbing dan
memberikan saran serta ilmunya.
5.
Mujahidatul Musfiroh,S.Kep, Ns, M.Kes, Pembimbing Pendamping yang
selalu membimbing dan memberikan saran serta ilmunya.
6.
Ropitasari, SSiT. M. Kes, Penguji Karya Tulis Ilmiah
7.
Agus Eka N, SST. M.Kes, Penguji Karya Tulis Ilmiah.
(7)
commit to user
xi
8.
Seluruh staf dosen pengajar, karyawan dan karyawati DIV Kebidanan
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
9.
Kedua orang tua yang telah memberikan doa, kasih sayang, dukungan dengan
penuh ketulusan dan kesabaran.
10.
Kepala Desa, karyawan dan karyawati Desa Pabelan Kabupaten Sukoharjo.
11.
Teman- teman DIV Kebidanan FK UNS angkatan 2007.
12.
Banyak pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih belum sempurna
sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar
dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah selanjutnya menjadi lebih baik. Semoga Karya
Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca.
Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.
Surakarta, Agustus 2011
(8)
commit to user
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
...
i
HALAMAN PERSETUJUAN
...
ii
HALAMAN PENGESAHAN
...
iii
ABSTRAK
...
iv
ABSTRACT
...
v
KATA PENGANTAR
...
vi
DAFTAR ISI
... viii
DAFTAR TABEL
...
x
DAFTAR BAGAN
...
xi
DAFTAR LAMPIRAN
...
xii
BAB I PENDAHULUAN
...
1
A.
Latar Belakang...
1
B.
Rumusan Masalah ...
3
C.
Tujuan Penelitian...
3
D.
Manfaat Penelitian ...
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
...
5
A.
Tinjauan Pustaka ...
5
1.
Pengetahuan...
5
2.
Menyusui ...
10
3.
Hubungan
pengetahuan ibu tentang menyusui
dengan pemberian ASI ...
21
B.
Kerangka Konsep ...
22
C.
Hipotesis ...
22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
...
23
A.
Desain Penelitian ...
23
(9)
commit to user
xiii
C.
Populasi Penelitian ...
23
D.
Sampel dan Teknik Sampling ...
23
E.
Estimasi Besar Sampel ...
24
F.
Kriteria Restriksi ...
24
G.
Definisi Operasional Variabel ...
25
H.
Cara Kerja ...
26
I.
Rencana Analisis Data ...
30
BAB IV HASIL PENELITIAN
...
34
A.
Gambaran umum Desa Pabelan ...
34
B.
Karakteristik Responden ...
34
BAB V PEMBAHASAN
...
41
BAB VI PENUTUP
...
44
A.
Kesimpulan ...
44
B.
Saran...
44
DAFTAR PUSTAKA
(10)
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi- kisi kuesioner pengetahuan ibu tentang menyusui
Tabel 3.2 Soal untuk status pemberian ASI
Tabel 4.1 Distribusi umur responden
Tabel 4.2 Distribusi pendidikan responden
Tabel 4.3 Distribusi pekerjaan responden
Tabel 4.4 Distribusi pengetahuan tentang menyusui
Tabel 4.5 Distribusi pemberian ASI
Tabel 4.6 Distribusi alasan tidak memberikan ASI Eksklusif
Tabel 4.7.1 Crosstabulasi Pengetahuan Ibu Tentang Menyusui Dengan Pemberian
ASI
Tabel 4.7.2 Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Menyusui Dengan
Pemberian ASI
Tabel 4.7.3 Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Menyusui Dengan
Pemberian ASI (Hasil Penggabungan)
(11)
commit to user
xv
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Skema proses menyusui
Bagan 2.2 Kerangka Konsep
(12)
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Jadwal penyusunan KTI
Lampiran 2
: Surat perrmohonan ijin pengambilan data studi pendahuluan KTI di
Desa Pabelan Sukoharjo
Lampiran 3
: Surat persetujuan pengambilan data studi pendahuluan KTI di Desa
Pabelan Sukoharjo
Lampiran 4
: Surat permohonan menjadi responden
Lampiran 5
: Surat persetujuan sebagai responden penelitian
Lampiran 6
: Kuesioner penelitian
Lampiran 7
: Kunci jawaban kuesioner
Lampiran 8
: Data uji validitas dan reliabilitas pengetahuan ibu tentang menyusui
Lampiran 9
: Hasil uji validitas dan reliabilitas pengetahuan ibu tentang menyusui
Lampiran 10 : Data penelitian pengetahuan ibu tentang menyusui dan pemberian
ASI
Lampiran 11 : Hasil uji
chi square
Lampiran 12 : Lembar konsultasi pembimbing utama
Lampiran 13 : Lembar konsultasi pembimbing pendamping
(13)
commit to user
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Menyediakan makanan ideal untuk pertumbuhan yang sehat dan
perkembangan bayi menjadi tujuan utama dari menyusui, menyusui juga
merupakan bagian integral dari proses reproduksi dengan implikasi penting bagi
kesehatan ibu. Berdasarkan penelitian baru-baru ini yang dilakukan di
masyarakat, ASI eksklusif selama 6 bulan adalah cara optimal memberi makan
bayi. Setelah itu bayi harus menerima makanan pendamping dengan terus
menyusui sampai 2 tahun atau lebih (WHO, 2011).
Angka cakupan ASI eksklusif 6 bulan di Indonesia hanya 32,3%, masih
jauh dari rata-rata dunia, yaitu 38%. Sementara itu, jumlah bayi di bawah 6 bulan
yang diberi susu formula meningkat dari 16,7% pada tahun 2002 menjadi 27,9%
pada tahun 2007 (Dinkes Prop. Jateng, 2008).
Berdasarkan data yang diperoleh dari profil kesehatan kabupaten atau kota
di Propinsi Jawa Tengah tahun 2008 menunjukkan cakupan pemberian ASI
eksklusif hanya sekitar 28,96%, terjadi sedikit peningkatan bila dibandingkan
dengan tahun 2007 yang mencapai 27,35%.
Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo tahun 2009 menunjukkan
cakupan ASI eksklusif sebesar 63,88%. Angka ini dirasakan masih rendah bila
dibandingkan dengan target pencapaian ASI eksklusif tahun 2010 sebesar 80%.
(14)
commit to user
xviii
Pemberian ASI Eksklusif merupakan perilaku yang dipengaruhi oleh
berbagai faktor diantaranya adalah pengetahuan. Dengan pengetahuan yang
tinggi diharapkan akan timbul kesadaran dan motivasi yang tinggi, yang pada
akhirnya diharapkan akan terwujud perilaku yang positif (Notoatmodjo, 2003).
Berdasarkan studi pendahuluan pada bulan Maret 2011 terhadap 5 orang
ibu menyusui bayi usia 6 bulan di Dukuh Kidul Warung Desa Pabelan, hanya 1
orang yang memberikan ASI Eksklusif. Pada ibu yang tidak memberikan ASI
eksklusif mengatakan bahwa ibu tidak dapat memberikan ASI Eksklusif karena
ibu harus bekerja.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang hubungan pengetahuan ibu tentang menyusui dengan
pemberian ASI di Desa Pabelan Sukoharjo. Penelitian sejenis yang relevan
dengan penelitian ini, yaitu oleh Ema Prikaningrum Sutoto dari D IV Kebidanan
UNS tahun 2007 berjudul ”Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dengan
Motivasi Pemberian ASI Eksklusif di Desa Gunung Kecamatan Simo Tahun
2008” den
gan 30 sampel dan rancangan penelitian
Cross sectional
. Dari
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
tingkat pengetahuan dengan motivasi pemberian ASI Eksklusif. Perbedaan
dengan penelitian ini adalah tempat, waktu, subjek penelitian, dan variabel yang
diteliti yaitu mengenai peranan tingkat pengetahuan secara umum terhadap
motivasi ibu dalam ASI Eksklusif. Persamaan dengan penelitian ini adalah pada
rancangan penelitian
Cross Sectional.
(15)
commit to user
xix
B.
Rumusan Masalah
“Apakah ada hubunga
n antara pengetahuan ibu tentang menyusui dengan
pemberian ASI di Desa Pabelan Sukoharjo
?”
C.
Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum
Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang
menyusui dengan pemberian ASI.
2.
Tujuan Khusus
a.
Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang menyusui.
b.
Untuk mengetahui apakah ibu memberikan ASI eksklusif atau tidak.
c.
Untuk melakukan analisis hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian
ASI eksklusif.
D.
Manfaat Penelitian
1.
Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai
hubungan antara pengetahuan tentang menyusui dengan pemberian ASI
Eksklusif.
2.
Manfaat Aplikatif
a.
Bagi Tenaga Kesehatan
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk
meningkatkan layanan kesehatan pada masyarakat khususnya mengenai
ASI.
(16)
commit to user
xx
b.
Bagi Klien
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang
menyusui dan pentingnya pemberian ASI. Sehingga klien mau
memberikan ASI eksklusif pada bayinya.
(17)
commit to user
xxi
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Tinjauan Pustaka
1.
Pengetahuan
a.
Definisi
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yaitu indera
penglihatan, penciuman, pendengaran, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan
atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007).
b.
Tingkatan pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan tercakup dalam domain
kognitif ada 6 tingkatan yaitu:
1)
Tahu (
know
)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk kemampuan mengingat kembali
(
recall
) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur
(18)
commit to user
xxii
bahwa orang tahu apa yang dipelajari antara lain: menyebutkn,
menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
2)
Memahami (
comprehension
)
Memahami
diartikan
sebagai
suatu
kemampuan
untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang
telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan meramalkan obyek
yang dipelajari.
3)
Aplikasi (
application
)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya
(real). Aplikassi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan
hokum- hokum, rumus, metode, prinsip dalam konteks atau situasi
lain.
4)
Analisis (
analysis
)
Analisis adalah suatu kemampuan menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih didalam
struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama
lain.kemampuan analisa dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,
antara lain: seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),
membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
(19)
commit to user
xxiii
5)
Sintesis (
synthesis
)
Sintetis menunjuk kepada suatu kemampuan menghubungkan
bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru untuk
menyusun suatu formulasi-formulasi. Misalnya: dapat menyusun,
dapat merencanakan, dapar meringkas, dapat menyesuaikan, dan
sebagainya, terhadap suatu teori atau rumusan- rumusan yang
telah ada.
6)
Evaluasi (
evaluation
).
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan melakukan
justifikasi
atau penilaian terhadap suatu objek atau materi.
Penilaian-penilaian ini berdasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan
sendiri atau kriteria-kriteria yang telah ada.
Pengetahuan dari seseorang terhadap sesuatu diperoleh dari berbagai
informasi dan sumber. Pengetahuan diperoleh dari pendidikan yang
direncanakan dan tersusun secara baik melalui pelatihan dan pendidikan
formal. Setiap orang memperoleh pengetahuan melalui proses belajar.
Belajar adalah suatu usaha untuk memperoleh hal- hal baru dalam tingkah
laku (pengetahuan, kecakapan, ketrampilan dan nilai-nilai) dengan
aktivitas kejiwaan diri. Kegiatan belajar dapat terjadi dimana saja, kapan
saja, dan oleh siapa saja. Seseorang dapat dikatakan belajar apabila di
dalam dirinya terjadi perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak
dapat mengejakan sesuatu menjadi dapat mengerjakan sesuatu.
(20)
commit to user
xxiv
Pengetahuan dapat juga berasal dari informasi yang tidak tersusun secara
resmi yaitu melalui pembicaraan dengan teman, keluarga, membaca
majalah atau surat kabar, mendengar radio, melihat TV, juga berdasarkan
pengalaman sendiri (Notoatmodjo, 2007).
c.
Faktor- faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Notoatmojo (2007), faktor- faktor yang mempengaruhi
pengetahuan adalah:
1)
Sosial ekonomi
Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan
seseorang, sedangkan ekonomi dikaitkan dengan pendidikan.
Ekonomi baik, pendidikan akan tinggi sehingga tingkat
pengetahuan akan tinggi juga.
2)
Kultur (budaya, agama)
Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan
seseorang, karena informasi yang baru akan disaring kira- kira
sesuai tidak dengan budaya yang ada dan agama yang dianut .
Dalam hal ini faktor keturunan dan bagaimana orang tua mendidik
sejak kecil mendasari pengetahuan yang dimiliki oleh remaja
dalam berfikir selama jenjang hidupnya.
3)
Pendidikan
Merupakan upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga
terjadi perubahan. Semakin tinggi pendidikan maka ia akan mudah
(21)
commit to user
xxv
menerima hal- hal baru dan mudah menyesuaikan dengan hal baru
itu.
4)
Pengalaman.
Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah
pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat nonformal. Disini
berkaitan dengan umur dan pendidikan individu, maksudnya
adalah pendidikan yang tinggi maka pengalaman akan luas,
sedangkan semakin tua umur seseorang maka pengalaman
semakin banyak.
d.
Cara mengukur pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket/kuesioner yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur
dari subyek penelitian atau responden. Sehingga kedalaman pengetahuan
yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan -
tingkatan pengetahuan (Notoatmodjo, 2007). Menurut Nursalam (),
tingkat pengetahuan dibagi menjadi tiga kategori yaitu :
a)
Baik : responden menjawab 76% sampai dengan 100% benar
b)
Cukup : responden menjawab 50% sampai dengan 75% benar
c)
Kurang : responden menjawab kurang dari 50% jawaban benar
(22)
commit to user
xxvi
2.
Menyusui
a.
Fisiologi menyusui
Selama masa kehamilan, hormon estrogen dan progesteron
menginduksi perkembangan
alveoli
dan
ductus lactiferous
di dalam
payudara, serta merangsang produksi kolostrum. Produksi ASI tidak
berlangsung sampai masa sesudah kelahiran bayi ketika kadar
hormon estrogen menurun. Penurunan kadar estrogen ini
memungkinkan naiknya kadar prolaktin dan produksi ASI. Produksi
prolaktin yang berkesinambungan disebabkan oleh menyusunya bayi
pada payudara ibu (Sulistyawati, 2009).
Pelepasan ASI berada di bawah kendali neuro-endrokin.
Rangsangan sentuhan pada payudara (bayi menghisap) akan
merangsang produksi oksitosin yang menyebabkan kontraksi sel-sel
myoephithel
. Proses ini disebut sebagai “reflek prolaktin” atau
milk
production reflect
yang membuat ASI tersedia bagi bayi. Dalam
hari-hari dini, laktasi reflek ini tidak dipengaruhi oleh keadaan emosi ibu.
Nantinya, reflek ini dapat dihambat oleh keadaan emosi ibu bila ia
merasa takut, lelah, malu, merasa tidak pasti, atau bila merasakan
nyeri (Sulistyawati, 2009).
Hisapan bayi memicu pelepasan ASI dari
alveolus mamae
melalui
ductus
ke
sinus lactiferous.
Hisapan merangsang produksi
oksitosin oleh kelenjar hypofisis posterior. Oksitosin memasuki darah
(23)
commit to user
xxvii
dan menyebabkan kontraksi sel-sel khusus (sel-sel myoephitel) yang
mengelilingi
alveolus mamae
dan
ductus lactiferous
, tempat ASI
akan disimpan. Pada saat bayi menghisap, ASI di dalam sinus
tertekan keluar, ke mulut bayi. Gerakan ASI dari sinus ini dinamakan
let down reflect
atau “pelepasan”. Pada akhirnya,
let down reflect
dapat dipacu tanpa rangsangan hisapan. Pelepasan dapat terjadi bila
ibu mendengar bayi menangis atau sekedar memikirkan tentang
bayinya (Sulistyawati, 2009).
Bagan 2.1. Skema proses menyusui (Chumbley, 2004)
Stimulus isapan
Oksitosin
Prolaktin
ASI diproduksi
Otak
Kontraksi sel myoepithel
ASI disekresi
Let down reflect
ASI disimpan
(24)
commit to user
xxviii
b.
Komponen ASI
Komponen ASI sangat rumit dan berisi lebih dari 100.000
biologi komponen unik. Biologi komponen unik tersebut diantaranya
adalah kolostrum, protein, lemak, laktosa, vitamin, zat besi, taurin,
lactobacillus, lactoferin, dan lisozim (Proverawati, 2010).
1)
Kolostrum
Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi
oleh kelenjar payudara dari hari pertama sampai hari keempat.
Setelah persalinan komposisi kolostrum ASI mengalami
perubahan. Kolostrum berwarna kuning keemasan disebabkan
oleh tingginya komposisi lemak dan sel-sel hidup. Kolostrum
merupakan pencahar yang membersihkan mekonium sehingga
mukosa usus bayi yang baru lahir segera bersih dan siap
menerima ASI. Hal ini menyebabkan bayi yang mendapat ASI
pada minggu pertama sering defekasi dan feses berwarna hitam.
Kandungan tertinggi dalam kolostrum adalah antibodi yang siap
melindungi bayi ketika kondisi bayi masih sangat lemah.
Kandungan protein dalam kolostrum lebih tinggi dibandingkan
dengan kandungan protein dalam susu matur. Jenis protein
globulin membuat konsistensi kolostrum menjadi pekat ataupun
padat sehingga bayi lebih lama merasa kenyang meskipun hanya
mendapat sedikit kolostrum (Purwanti, 2004).
(25)
commit to user
xxix
2)
Protein
Susu sapi dan ASI mengandung dua macam protein utama,
yaitu
whey
dan
casein
.
Whey
adalah protein yang halus, lembut,
dan mudah dicerna.
Casein
adalah protein yang bentuknya kasar,
bergumpal, dan sukar dicerna oleh usus bayi. Protein ASI yang
utama adalah
whey
, sedangkan protein susu sapi yang utama
adalah
casein
. Rasio
whey
dan
casein
adalah 60:40, sedangkan
pada susu sapi rasionya 20:80. Hal ini menguntungkan bayi
karena
whey
lebih mudah dicerna dibanding
casein
(Purwanti,
2004)
.
3)
Lemak
ASI maupun susu sapi mengandung lemak yang cukup
tinggi yaitu sekitar 3,5%. Namun, keduanya memiliki susunan
asam lemak yang berbeda. ASI lebih banyak mengandung asam
lemak tak jenuh, sedangkan susu sapi lebih banyak mengandung
asam lemak rantai pendek dan asam lemah jenuh. Selain itu ASI
mengandung asam lemak omega-3 yang dibutuhkan untuk
perkembangan otak. Alat pencernaan bayi akan lebih cepat
menyerap asam lemak tak jenuh dibandingkan menyerap asam
lemak jenuh. Oleh karena itu, lemak ASI lebih cepat diserap oleh
usus bayi dibandingkan lemak susu sapi (Purwanti, 2004).
(26)
commit to user
xxx
4)
Vitamin
ASI mengandung vitamin yang diperlukan oleh bayi.
Vitamin K yang diperlukan untuk proses pembekuan darah
terdapat dalam ASI dengan jumlah yang cukup dan mudah
diserap (Purwanti, 2004).
5)
Zat besi
ASI mengandung garam dan mineral yang rendah. Hal ini
sangat menguntungkan bagi neonatus karena fungsi ginjal yang
belum optimal. ASI mengandung zat besi dalam jumlah yang
sedikit, namun mudah diserap dibandingkan zat besi dalam susu
sapi (Purwanti, 2004).
6)
Laktobasilus
Laktobasilus bifidus berfungsi mengubah laktosa menjadi
asam
laktat dan asam asetat. Kedua asam ini menjadikan saluran
pencernaan bersifat asam sehingga menghambat pertumbuhan
mikroorganisme seperti bakteri E. coli yang sering
menyebabkan
diare pada bayi. Laktobasilus mudah tumbuh
cepat dalam usus
bayi yang mendapat ASI. Susu sapi tidak
mengandung faktor ini
(Purwanti, 2004).
(27)
commit to user
xxxi
7)
Laktoferin
Laktoferin adalah protein yang berikatan dengan zat besi.
Laktoferin bermanfaat untuk menghambat pertumbuhan E. Coli
dan jamur kandida (Purwanti, 2004).
8)
Lisozim
Lisozim meningkat pada 6 bulan pertama setelah kelahiran.
Hal ini merupakan keuntungan karena setelah 6 bulan bayi mulai
mendapat makanan tambahan dan lisozim merupakan faktor
pelindung terhadap kemungkinan serangan bakteri dan penyakit
diare pada periode ini (Purwanti, 2004).
c.
ASI eksklusif
Pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI
saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu,
air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang,
pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim. Pemberian ASI
secara eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya selama
4 bulan, tetapi bila mungkin sampai 6 bulan. Setelah bayi berumur 6
bulan, ia harus mulai diperkenalkan dengan makanan padat,
sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun atau
bahkan lebih dari 2 tahun (Roesli, 2005).
(28)
commit to user
xxxii
d.
Manfaat pemberian ASI
1)
Manfaat pemberian ASI bagi bayi
Banyak manfaat pemberian ASI khususnya ASI eksklusif
yang dapat dirasakan bagi bayi , diantaranya ASI sebagai nutrisi,
meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan kecerdasan,
menyusui meningkatkan jalinan kasih sayang (Roesli, 2005).
Selain itu, menurut Proverawati (2010) ASI juga bermanfaat
untuk merangsang lima indera manusia, memberikan kehangatan
dan kenyamanan bayi, membantu mengembangkan rahang dan
otot wajah dengan benar, mudah dicerna, meningkatkan berat
badan bayi, dan perkembangan otak serta meningkatkan IQ.
2)
Manfaat pemberian ASI bagi ibu
Menyusui bayi bagi ibu mempunyai banyak keuntungan.
Keuntungannya antara lain: mengurangi perdarahan setelah
melahirkan, mengurangi terjadinya anemia, menjarangkan
kehamilan, mengecilkan rahim, lebih cepat langsing kembali,
mengurangi
kemungkinan
menderita
kanker,
lebih
ekonomis/murah, tidak merepotkan dan hemat waktu, portabel
dan praktis, memberi kepuasan bagi ibu (Roesli, 2005).
e.
Cara menyusui yang benar
1)
Duduk tegak dengan punggung lurus, pangkuan rata, kaki di
pijakan rata.
(29)
commit to user
xxxiii
2)
Menggunakan bantal atau kantong pangku untuk menyangga
berat bayi dan agar bayi sejajar payudara.
3)
Gendong bayi dengan lengan kanan bila menyusui dengan
payudara kiri (dan sebaliknya). Kepala, leher, dan punggung bayi
dalam posisi lurus, dengan kepala agak terangkat ke belakang.
4)
Dukung pangkal leher dan kepala bayi agar leluasa bergerak ke
belakang saat menengadah.
5)
Angkat bayi agar hidungnya sejajar dengan puting susu.
6)
Sentuhkan mulut bayi pada payudara dengan lembut. Tunggu
hingga dia membuka lebar mulutnya, seperti saat menguap.
7)
Saat mulutnya terbuka lebar, segera arahkan ke payudara,
pertama-tama dagunya terlebih dahulu, dan arahkan puting
payudara ke atas mulut. Letakkan bibir bawahnya sejauh
mungkin dari bagian bawah puting sehingga lebih banyak bagian
areola yang masuk ke dalam mulutnya. Lidah bayi mesti berada
di atas gusi bawah dan kepalanya tidak boleh berpaling.
8)
Bila bayi telah dapat menyusu dengan baik, kita bisa
memindahkan si kecil ke lengan sebelah (Chumbley, 2004).
9)
Menyusui tidak perlu dijadwal, menyusui setiap kali bayi mau.
Bayi sebaiknya disusui setiap 2-3 jam sampai bayi merasa puas.
Waktu menyusui 20 menit pada masing-masing payudara cukup
(30)
commit to user
xxxiv
untuk bayi. Tidak
perlu
membatasi
waktu
menyusui
(Proverawati, 2010).
f.
Manajemen menyusui pada ibu bekerja
Bekerja bukan alasan untuk menghentikan pemberian ASI
secara eksklusif meskipun cuti bekerja hanya 3 bulan. Dengan
pengetahuan yang benar tentang menyusui, perlengkapan memerah
ASI, dan dukungan lingkungan kerja, seorang ibu yang bekerja dapat
tetap memberikan ASI secara eksklusif (Roesli, 2005). Hal yang
perlu diperhatikan adalah:
1)
Susui sesering mungkin selama ibu cuti bekerja, minimal 2 jam
sekali.
2)
Biasakan pada malam hari untuk menyusui bayi.
3)
Porsi makan malam dipebesar dan ibu tidak perlu takut untuk
menjadi gemuk.
4)
Tambahkan susu satu gelas untuk ibu sebelum ibu tidur.
5)
Susui bayi pada pagi hari, dan keluarkan sampai payudara
kosong setiap kali habis menyusui. ASI dapat disimpan di dalam
kulkas atau termos yang diberi es. Susu ini dapat diberikan
kepada bayi di rumah ketika ibu ada di kantor.
6)
Cara menghangatkan ASI yang disimpan dalam lemari es adalah
dengan merendamnya dalam air hangat (suhu < 50
oC).
(31)
commit to user
xxxv
7)
Bila ibu bekerja sampai sore maka di tempat kerja ibu harus
secara rutin memeras susu dengan tangan dan menyimpan susu
dalam botol.
8)
Pada malam hari usahakan bayi dapat menyusu sedikitnya 3x.
9)
Hindari penggunaan kontrasepsi yang mengandung estrogen.
10)
Hindari penggunaan dot pada saat memberi ASI, gunakan
sendok kecil (Purwanti, 2004).
g.
Faktor- faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif
1)
Faktor sosial budaya
Misalnya ibu bekerja atau kesibukan sosial yang lain, meniru
orang lain memberikan susu botol pada bayinya dan merasa
ketinggalan jaman jika menyusui bayinya.
2)
Faktor psikologis
Misalnya tekanan batin dan takut kehilangan daya tarik sebagai
seorang wanita.
3)
Faktor fisik ibu
Alasan yang cukup sering ibu pakai untuk tidak menyusui adalah
karena ibu sakit, baik sebentar maupun lama.
4)
Faktor petugas kesehatan
Kurangnya petugas kesehatan, sehingga masyarakat kurang
mendapat penerangan atau dorongan tentang manfaat pemberian
ASI. Penyediaan susu bubuk di Puskesmas disertai pandangan
(32)
commit to user
xxxvi
untuk meningkatkan gizi bayi, seringkali menyebabkan salah
arah dan meningkatkan pemberian susu botol. Untuk menunjang
keberhasilan laktasi, bayi hendaknya disusui segera atau sedini
mungkin setelah lahir. Namun tidak semua persalinan berjalan
normal dan tidak semua dapat dilaksanakan menyusui dini.
5)
Faktor promosi susu formula
Peningkatan
sarana
komunikasi
dan
transportasi
yang
memudahkan periklanan distribusi susu buatan menimbulkan
tumbuhnya keengganan untuk menyusui baik di desa dan
perkotaan hingga ke tempat pelayanan kesehatan.
(Siregar, 2004)
Selain faktor-faktor tersebut di atas, pemberian ASI Eksklusif yang
merupakan bentuk atau manifestasi dari perilaku tentunya juga dipengaruhi
oleh pengetahuan. Dengan pengetahuan yang tinggi kemudian timbul
kesadaran dan motivasi yang pada akhirnya membentuk perilaku
(Notoatmodjo, 2007). Tahapan terbentuknya perilaku adalah :
a.
Awareness
(kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b.
Interest
(merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini
sikap subjek sudah mulai timbul.
c.
Evaluation
(menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah baik lagi
(33)
commit to user
xxxvii
d.
Trial
, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan
apa yang dikehendaki oleh stimulus.
e.
Adaption
, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
(Notoatmodjo, 2007)
3.
Hubungan pengetahuan ibu tentang menyusui dengan pemberian ASI
Pengetahuan ibu erat sekali hubungannya terhadap setiap keputusan
yang diambil oleh ibu. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu
sosial ekonomi, kultur, pendidikan dan pengalaman (Notoatmodjo, 2007).
Keputusan dalam pemberian ASI tentu sangat dipengaruhi oleh
pengetahuan tentang menyusui yang dimiliki ibu. Faktor-faktor lain yang
mempengaruhi pemberian ASI diantaranya sosial budaya, psikologis, fisik
ibu, petugas kesehatan dan susu formula. Pada ibu dengan pengetahuan
tentang menyusui yang tinggi diharapkan dapat memberikan ASI dengan baik
sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki ibu (Siregar, 2004).
(34)
commit to user
xxxviii
B.
Kerangka Konsep
C.
Hipotesis
Terdapat hubungan
antara pengetahuan ibu tentang menyusui dengan pemberian
ASI di Desa Pabelan Sukoharjo.
Pengetahuan ibu
tentang menyusui:
1.
Baik
2.
Cukup
3.
Kurang
Pemberian ASI:
1.
ASI eksklusif
2.
Tidak ASI eksklusif
Faktor yang mempengaruhi:
1.
Sosial budaya
2.
Psikologis
3.
Fisik ibu
4.
Petugas kesehatan
5.
Faktor promosi susu
formula
Awarness (kesadaran)
Interest (merasa tertarik)
Evaluation (menimbang-nimbang)
Trial (mencoba)
Adaption (berperilaku baru)
Keterangan:
: variabel yang diteliti
: variabel yang tidak diteliti
Faktor yang mempengaruhi:
1.
Sosial ekonomi
2.
Kultur (budaya, agama)
3.
Pendidikan
(35)
commit to user
xxxix
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional (non experimental)
analitik dengan rancangan penelitian
cross sectional
. Pada penelitian
observasional analitik ini, penulis mencari hubungan pengetahuan ibu tentang
menyusui sebagai variabel bebas dengan pemberian ASI sebagai variabel terikat.
B.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Pabelan Kabupaten Sukoharjo pada bulan
Mei-Juli 2011.
C.
Populasi Penelitian
Populasi target : ibu yang mempunyai bayi usia 6-12 bulan di Desa Pabelan
Sukoharjo. Populasi target : ibu di Desa Pabelan Sukoharjo yang pada saat
penelitian (bulan Mei-Juli 2011) mempunyai bayi usia 6-12 bulan. Besarnya
populasi aktual dalam penelitian ini adalah 75 orang.
D.
Sampel dan Teknik Sampling
Dalam penelitian ini, sampel yang diambil harus memenuhi kriteria
restriksi. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
simple
random sampling
yaitu cara pengambilan sampel secara acak dimana
masing-masing subjek memiliki peluang sama dan independen untuk terpilih sebagai
sampel (Murti, 2010).
(36)
commit to user
xl
E.
Estimasi Besar Sampel
Menurut Roscoe, ukuran sampel yang layak untuk penelitian adalah 30
-500. Apabila dihitung dengan rumus estimasi besar sampel (Sugiyono, 2009) :
=
N
1 + N (d
2)
Keterangan :
n = besar sampel
N = besar populasi
d = tingkat kepercayaan (0,05)
Perhitungan estimasi besar sampel:
n =
75
1 + 75
0,05
2n = 63
F.
Kriteria Restriksi
1.
Kriteria inklusi:
a)
Ibu yang menyusui bayinya yang berumur 6-12 bulan dan bertempat
tinggal di Desa Pabelan, Sukoharjo
b)
Ibu bersedia menjadi responden
2.
Kriteria eksklusi:
a)
Ibu yang mempunyai kelainan fisik pada payudara
b)
Ibu yang mengalami gangguan psikologis.
(37)
commit to user
xli
G.
Definisi Operasional
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional
berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan
observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu obyek atau fenomena.
Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan ukuran
dalam penelitian (Hidayat, 2009).
1.
Variabel bebas : pengetahuan ibu tentang menyusui
Definisi : segala sesuatu yang diketahui ibu tentang menyusui meliputi :
pengertian menyusui, hormon dan refleks yang menghasilkan ASI, cara
menyusui yang benar, pemberian ASI segera setelah bayi lahir, masalah
dalam menyusui, dan manajemen menyusui pada ibu bekerja.
Cara pengukuran : kuesioner
Skala : ordinal
Hasil pengukuran :
d)
Baik : responden menjawab 76% sampai dengan 100% benar
e)
Cukup : responden menjawab 50% sampai dengan 75% benar
f)
Kurang : responden menjawab kurang dari 50% jawaban benar
(Nursalam, 2008)
2.
Variabel terikat : pemberian ASI
Definisi : perilaku ibu dalam memberikan ASI Eksklusif yaitu ibu hanya
memberikan ASI saja sejak bayi lahir sampai dengan bayi berumur 6 bulan
tanpa diberi makanan tambahan lainnya. Perilaku pemberian ASI
(38)
commit to user
xlii
dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu memberikan ASI Eksklusif dan
tidak memberikan ASI Eksklusif.
Cara pengukuran : kuesioner
Skala : nominal
Hasil pengukuran : memberikan ASI eksklusif dan tidak memberikan ASI
eksklusif
H.
Cara Kerja
Instrumen penelitian adalah alat- alat yang akan digunakan untuk
pengumpulan data. Instrument penelitian dapat berupa kuesioner (daftar
pertanyaan), formulir observasi, formulir- formulir lain yang berkaitan dengan
pencatatan data (Notoatmodjo, 2005).
1.
Alat ukur
Alat ukur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner. Alat ukur ini digunakan apabila responden jumlahnya besar dan
dapat membaca dengan baik yang dapat mengungkapkan hal- hal yang
bersifat rahasia. Pembuatan kuesioner ini mengacu pada parameter yang
sudah dibuat oleh peneliti terhadap penelitian yang akan dilakukan (Hidayat,
2009). Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner untuk pengetahuan ibu
tentang menyusui dan kuesioner untuk pemberian ASI.
a.
Kuesioner pengetahuan ibu tentang menyusui
Dalam mengisi kuesioner pengetahuan ibu tentang menyusui,
responden dimi
nta untuk memberikan tanda cek (√) apabila sesuai dengan
(39)
commit to user
xliii
pernyataan yang ada, kuesioner berupa pernyataan positif (
favorable
) dan
pernyataan negatif (
unfavorable
) dan menggunakan skala
Guttman
yaitu
Benar (Skor = 1) dan Salah (Skor = 0). Selanjutnya hasil perhitungan
yang diperoleh dikategorikan ke dalam tiga kategori yaitu:
1)
Baik
: Responden menjawab 76% - 100% benar
2)
Cukup
: Responden menjawab 50% - 76% benar
3)
Kurang
: Responden menjawab kurang dari 50% jawaban benar
(Nursalam, 2005)
Tabel 3. Kisi-Kisi Kuesioner Pengetahuan Ibu Tentang Menyusui
Sebelum dilakukan pengambilan data dengan kuesioner, terlebih
dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap kuesioner yang
akan digunakan agar diperoleh data yang valid dan reliabel. Agar
diperoleh distribusi nilai hasil pengukuran mendekati normal, maka
Indikator
Nomor Soal
Jumlah
Favorable
Unfavorable
1.
Pengertian menyusui dan
ASI eksklusif
1, 2, 3, 4
-
4
2.
Komposisi ASI
5,6
7
3
3.
Manfaat pemberian ASI
9, 11, 12
10, 13
5
4.
Cara menyusui yang
benar
15, 17, 19, 20,
27, 28, 29
8, 14, 16, 18, 30
12
5.
Manajemen menyusui
pada ibu bekerja
21, 22, 24, 25
23, 26
6
(40)
commit to user
xliv
sebaiknya jumlah responden untuk uji coba paling sedikit 20 orang
(Notoatmodjo, 2005). Uji validitas dan reliabilitas dalam penelitian ini
menggunakan 30 responden yaitu ibu-ibu di Desa Gonilan Kabupaten
Sukoharjo yang memiliki anak usia 6-12 bulan.
1)
Uji Validitas
Validitas adalah sejauh mana pengukuran yang dilakukan benar-
benar mengukur apa yang seharusnya diukur, dengan kata lain sejauh
mana kesesuaian antara alat ukur, cara pengukuran dengan obyek
pengukuran (Taufiqqurrahman, 2008).. tehnik yang dipakai untuk
mengetahui validitas angket menggunakan rumus korelasi
product
moment
dari Pearson sebagai berikut:
�
=
�
(
)
−
(
.
)
{
�
.
2–
)
2{
�
.
2−
(
)
2}
Keterangan:
N
: jumlah responden
X
: pertanyaan no ke- x
Y
: skor total
XY
: skor pertanyaan nomor ke- x dikali skor total
Pengujian validitas dengan bantuan program SPSS For Windows
17.0 menghasilkan nilai korelasi dan signifikansi. Pertanyaan
kuesioner dinyatakan valid jika berkorelasi positif (Pearson
Correlation) dan diperoleh hasil perhitungan r
hitung> r
tabledengan
(41)
commit to user
xlv
taraf signifikansi 0,05. Setelah dilakukan uji validitas, jika ada
soal-soal yang tidak valid akan dihapus apabila jumlah soal-soal yang valid
telah mewakili indikator soal. Soal yang perlu direvisi atau diperbaiki
akan dilakukan uji validitas ulang (Hidayat, 2007)
Diketahui bahwa pada taraf signifikansi 5% dan N=30, besar r
tabel = 0,361. Dari hasil uji validitas didapatkan 28 pernyataan validdari 30 item pernyataan yang diujicoba, karena r hitung
≥ r
tabel. Denganr
hitungpertanyaan yang tidak valid masing- masing nilainya 0,345.
Nomor soal yang tidak valid adalah soal nomor 18 dan 26.
2)
Uji reliabilitas
Kuesioner tersebut juga diuji reliabilitasnya menggunakan rumus
Spearman Brown
yaitu:
�
�=
2.��1+ �b
Keterangan :
ri
: koefisien reliabilitas seluruh itemrb
: koefisien
product moment
antar belahan.
Jika hasil r
i> r
tabeldengan taraf signifikan 5% maka item dikatakan
reliabel, sebaliknya jika hasil r
i< r
tabelmaka dikatakan tidak reliabel.
Instrumen yang tidak reliabel tidak dapat digunakan sehingga harus
diperbaiki atau diganti (Hidayat, 2007).
Pada perhitungan nilai koefisien reliabilitas diperoleh ri = 0,965
dimana nilai r
tablepada taraf signifikansi 5% dan N=30 adalah 0,361
(42)
commit to user
xlvi
sehingga ri > r
tabel . Maka dapat disimpulkan bahwa kuesionertersebut dapat dipercaya atau reliabel, sehingga dapat digunakan
sebagai instrument penelitian.
b.
Pertanyaan pemberian ASI
Pertanyaan yang digunakan pada pemberian ASI eksklusif
menggunakan pertanyaan pilihan ganda sebanyak 3 item, dengan disertai
isian yang berisi alasan. Jika ibu menjawab pertanyaan dengan skor total
3, maka ibu dikategorikan memberikan ASI eksklusif. Akan tetapi, jika
ibu menjawab pertanyaan dengan skor <3, maka ibu dikategorikan tidak
memberikan ASI eksklusif.
2.
Cara pengukuran
Cara pengukuran dengan cara pengambilan data secara langsung dari
responden (data primer) dengan cara mengisi kuesioner yang diberikan oleh
peneliti.
I.
Rencana Analisis Data
Dalam proses pengolahan data terdapat langkah- langkah yang harus ditempuh
yaitu:
1.
Pengolahan data
Setelah semua data terkumpul data tersebut diolah secara manual dan
disajikan dalam bentuk tabel dan persen dengan langkah- langkah sebagai
berikut:
(43)
commit to user
xlvii
a.
Editing
Memeriksa data, memeriksa jawaban, memperjelas serta melakukan
pengolahan terhadap data yang dikumpulkan dan memeriksa kelengkapan
dan kesalahan.
b.
Coding
Memberi kode jawaban responden sesuai dengan indikator pada
kuesioner.
c.
Entry data
Memasukkan data untuk diolah memakai program computer untuk
dianalisis.
d.
Tabulating
Dari data mentah dilakukan penyesuaian data yang merupakan
pengorganisasian data sedemikian rupa agar dengan mudah dapat
dijumlah, disusun dan ditata untuk disajikan dan dianalisis (Hidayat,
2009).
2.
Analisis data
Analisis data adalah proses pensederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih
mudah dibaca dan diinterpretasikan (Notoatmodjo, 2005). Analisis data
dilakukan dengan menggunakan alat bantu komputer dan langkah- langkah
analisis data yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
(44)
commit to user
xlviii
a.
Analisis Univariat
Dilakukan untuk mendeskripsikan masing-masing variabel yaitu
pengetahuan ibu tentang menyusui dan status pemberian ASI eksklusif
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase. Rumus yang
dipakai untuk menghitung persentase adalah sebagai berikut:
P = (X/N) x 100%
Keterangan : P : persentase
X : jumlah jawaban yang benar
N : jumlah seluruh item pertanyaan
Selanjutnya hasil perhitungan untuk pengetahuan ibu tentang menyusui
dikategorikan ke dalam tiga kategori, yaitu:
1)
Baik : responden menjawab 76% sampai dengan 100% benar
2)
Cukup : responden menjawab 51% sampai dengan 75% benar
3)
Kurang : responden menjawab kurang dari 50% jawaban benar
b.
Analisis Bivariat
Analisis dilakukan dengan uji
chi square
(x2) untuk mengetahui
hubungan pengetahuan ibu tentang menyusui dengan pemberian ASI
eksklusif dengan taraf signifikan 0,05. Pengolahan data dilakukan dengan
menggunakan program
SPSS for windows
dengan menggunakan rumus:
2
=
(
0−
)
(45)
commit to user
xlix
Keterangan:
2
:
Chi Square
: frekuensi yang diobservasi
: frekuensi yang diharapkan
(Arikunto, 2006)
Kesimpulan dengan membandingkan x
2hitung dengan x
2tabel. Jika x
2hitung ≥ x
2tabel, maka H0 ditolak artinya signifikan Jika x
2hitung < x
2tabel, maka H0 diterima artinya tidak signifikan. Namun, apabila terdapat
sel yang mempunyai nilai expeted kurang dari 5, melebihi nilai maksimal
20% dari jumlah sel, maka dilakukan alternatif berupa penggabungan sel
atau dilakukan uji
fisher.
(46)
commit to user
l
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A.
Gambaran Umum Desa Pabelan
Desa Pabelan adalah salah satu wilayah Kecamatan Kartasura, Kabupaten
Sukoharjo. Desa Pabelan mempunyai luas desa 231,9 Ha. Berdasarkan data
penduduk pada Tahun 2011, jumlah penduduk Desa Pabelan adalah 6843orang.
Jumlah penduduk menurut jenis kelamin terdiri dari 3840 laki
–
laki dan 3363
perempuan, dengan jumlah kepala keluarga 1753. Jumlah bayi umur 0-12 bulan
di Desa Pabelan sebanyak 141 bayi. Mata pencaharian penduduk Desa Pabelan
sebagian besar adalah swasta mencapai 1381 orang (35,96%) dan paling sedikit
bekerja pada bidang jasa sebesar 30 orang (0,78%). Penduduk Desa Pabelan
paling banyak menyelesaikan sekolahnya sampai tingkat SMA atau sederajad,
mencapai 59,89% yang berjumlah 2300 orang. Desa Pabelan mempunyai 9
bangunan sekolah (4 TK, 4 SD, 3 SMP dan 4 SMA). Fasilitas kesehatan yang
dimiliki Desa Pabelan adalah 2 rumah sakit, 1 puskesmas, 2 praktek dokter
umum, 2 poliklinik dan 3 apotik. Desa Pabelan juga mempunyai 6 posyandu
balita, 2 posyandu lansia, 40 kader kesehatan, serta 1 bidan desa.
B.
Karakteristik Responden
Pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2011 di Desa
Pabelan Kabupaten Sukoharjo. Jumlah responden dalam penelitian ini
sebanyak 63 ibu yang menyusui bayi usia 6-12 bulan yang berada di Desa
(47)
commit to user
li
Pabelan Kabupaten Sukoharjo. Dalam kuesioner penelitian, terdapat lembar
identitas responden meliputi umur, pendidikan, dan pekerjaan.
1.
Karakteristik Umur responden
Tabel 4.1 Distribusi Umur Responden
Umur (Tahun)
Jumlah
Persentase (%)
15-20
21-25
5
27
9
51
26-30
31-35
36-40
Total
10
8
3
63
19
15
6
100
(Sumber: Data primer 2011 )
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa karakterisik umur
responden mayoritas berumur 21-25 tahun yaitu sebanyak 27 responden
(51%).
2.
Karakteristik Pendidikan Responden
Tabel 4.2 Distribusi Pendidikan Responden
Jenis Pendidikan
Jumlah
Persentase (%)
Tidak Sekolah
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
Total
-
9
15
32
7
63
-
14
24
51
11
100
(Sumber: Data primer 2011)
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa karakterisik umur
responden mayoritas berpendidikan SMA yaitu sebanyak 32 responden
(51%).
(48)
commit to user
lii
3.
Karakteristik Pekerjaan Responden
Tabel 4.3 Distribusi Pekerjaan Responden
Jenis Pendidikan
Jumlah
Persentase (%)
Ibu Rumah Tangga
Swasta
PNS
Buruh
Wiraswasta
Total
23
19
2
14
5
63
37
14
3
22
8
100
(Sumber: Data primer 2011)
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa karakterisik pekerjaan
responden mayoritas adalah Ibu Rumah Tangga sebanyak 23 responden
(37%).
4.
Diskripsi Pengetahuan Ibu Tentang Menyusui
Tabel 4.4 Distribusi Pengetahuan Tentang Menyusui
Pengetahuan
Jumlah
Persentase (%)
Baik
Cukup
Kurang
Total
14
38
11
63
22
60
18
100
(Sumber: Data primer 2011)
Berdasarka tabel 4.4 dapat diketahui bahwa mayoritas mempunyai
tingkat pengetahuan cukup (jawaban benar 51-75%) yaitu sebanyak 38
responden (60%). Kemudian tingkat pengetahuan baik (jawaban benar
>75%) yaitu sebanyak 14 responden (22%), dan tingkat pengetahuan kurang
(jawaban benar <50%) yaitu sebanyak 11 responden (18%).
(49)
commit to user
liii
5.
Diskripsi Pemberian ASI
Tabel 4.5 Distribusi Pemberian ASI
Pemberian ASI
Jumlah
Persentase (%)
ASI eksklusif
Tidak ASI Eksklusif
Total
23
40
63
36
64
100
(Sumber: Data primer 2011)
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa mayoritas responden tidak memberikan
ASI Eksklusif yaitu sejumlah 40 responden (64%). Sedangkan 23 responden
lainnya (36%) memberikan ASI Eksklusif.
6.
Diskripsi alasan tidak memberikan ASI Eksklusif
Tabel 4.6 Distribusi Alasan Tidak Memberikan ASI Eksklusif
Alasan
Jumlah
Persentase (%)
Ibu Bekerja
Ibu merasa bayi kurang puas/kurang kenyang
Ibu merasa produksi ASI sedikit
Sejak lahir sudah diberi susu formula
Total
20
11
5
4
40
50
28
12
10
100
(Sumber: Data primer 2011)
Pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa mayoritas responden yaitu sejumlah
20 responden (50%) tidak memberikan ASI Eksklusif dengan alasan ibu
bekerja.
(50)
commit to user
liv
7.
Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Menyusui Dengan Pemberian ASI.
Tabel 4.7.1 Crosstabulasi Pengetahuan Ibu Tentang Menyusui Dengan
Pemberian ASI
Pemberian ASI
Pengetahuan
ASI
Eksklusif
Tidak ASI
Eksklusif
Total
Baik
10
4
14
Cukup
13
25
38
Kurang
0
11
11
Total
23
40
63
(Sumber: Data primer 2011)
Tabel 4.7.1 menunjukkan bahwa ibu yang berpengetahuan baik,
sebagian besar telah memberikan ASI Eksklusif. Sedangkan ibu dengan
pengetahuan kurang sama sekali tidak memberikan ASI Eksklusif.
Berdasarkan tabel hasil penelitian tersebut kemudian dilakukan uji hubungan
terhadap kedua variabel, dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.7.2 Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Menyusui Dengan
Pemberian ASI
Pemberian ASI
Total
ASI
Eksklusif
Tidak ASI
Eksklusif
Pengetahuan Baik
Count
10
4
14
Expected Count
4.9
8.9
14.0
Cukup Count
13
25
38
Expected Count
14.3
24.1
38.0
Kurang Count
0
11
11
Expected Count
3.8
7.0
11.0
Total
Count
23
40
63
Expected Count
23.0
40.0
63.0
a.
2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 3,84.
(51)
commit to user
lv
Dari uji tabel di atas dapat diketahui bahwa tidak memenuhi syarat
untuk analisa data menggunakan uji
Chi-Square
tabel 2x3 karena terdapat 2
sel (33,3%) yang nilai harapannya (
expected count
) kurang dari 5, sehingga
dilakukan koreksi dengan
menggabungkan kategori-kategori yang
berdeketan yaitu kategori pengetahuan cukup dan kurang sehingga dapat
meningkatkan nilai harapan dalam berbagai sel. Hasil penggabungan sel
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.7.3 Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Menyusui Dengan
Pemberian ASI (Hasil Penggabungan)
Pemberian ASI
Total
ASI
Eksklusif
Tidak ASI
Eksklusif
Pengetahuan Baik
Count
10
4
14
Expected Count
5.1
8.9
14.0
cukup dan
kurang
Count
13
36
49
Expected Count
17.9
31.1
49.0
Total
Count
23
40
63
Expected Count
23.0
40.0
63.0
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 5,11.
b. Computed only for a 2x2 table
(Sumber: Data primer 2011)
(52)
commit to user
lvi
Setelah dilakukan penggabungan kategori yang berdekatan maka
didapatkan hasil bahwa tabel tersebut sudah memenuhi syarat untuk
dilakukan uji statistik dengan Chi-Square karena tidak ada sel yang memiliki
nilai harapan < 5 dan tidak ada sel yang memiliki nilai frekuensi < 1.
Tabel 4.7.4 Uji Chi Square
Value
df
Asymp.
Sig.
(2-sided)
Exact
Sig.
(2-sided)
Exact
Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square
9.470
a1
.002
Continuity
Correction
b7.632
1
.006
Likelihood Ratio
9.244
1
.002
Fisher's Exact Test
.004
.003
N of Valid Cases
63
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 5,11.
b. Computed only for a 2x2 table
(Sumber: Data primer 2011)
Berdasarkan tabel diatas didapatkan nilai signifikasi p = 0.002 kurang
dari taraf signifikasi yang telah ditetapkan (p=0,002 < α=0,05). Maka dapat
disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu
tentang menyusui dengan pemberian ASI.
(53)
commit to user
lvii
BAB V
PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini, peneliti menganalisis hubungan pengetahuan ibu
tentang menyusui dengan pemberian ASI di Desa Pabelan Sukoharjo terhadap 63
responden yang sesuai kriteria restriksi dengan menggunakan kuesioner. Menurut
Notoatmodjo (2003), pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan
wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin dianalisis
dari subjek penelitian atau responden.
Berdasarkan data yang diperoleh sebagian besar ibu memiliki pengetahuan
yang cukup (60%) tentang menyusui. Hal ini bertolak belakang dengan hasil
pemberian ASI yaitu sebesar 36% ibu dapat memberikan ASI secara Eksklusif
sedangkan 64% ibu tidak memberikan ASI Eksklusif. Hasil penelitian ini tidak
sesuai dengan teori Notoatmodjo (2003), ibu yang memiliki pengetahuan kurang
cenderung memiliki perilaku yang kurang baik dalam perilakunya. Semakin
tinggi pengetahuan ibu maka semakin besar kemungkinannya untuk memberikan
ASI eksklusif. Namun, penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh Pratiwi (2009) yaitu sangat sedikit sekali ibu yang memberikan
ASI eksklusif (10,9%).
Sebagian besar alasan ibu tidak memberikan ASI Eksklusif pada bayinya
dikarenakan ibu bekerja (50%). Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Roesli
(2005) bahwa bekerja bukan menjadi suatu alasan untuk menghentikan ASI
(54)
commit to user
lviii
Eksklusif. Ibu yang tidak bekerja mempunyai banyak waktu untuk memberikan
ASI Eksklusif sedangkan ibu bekerja dapat memberikan ASI Ekslusif dengan
menyediakan ASI perah di rumah. Hal ini berbeda dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh Rohmaningsih (2010), dimana alasan ibu tidak memberikan ASI
eksklusif dikarenakan ibu merasa bayi kurang puas apabila hanya diberi ASI saja
sehingga bayi rewel dan menangis terus.
Pendidikan seorang ibu yang rendah memungkinkan ia lambat dalam
mengadopsi pengetahuan baru, khususnya tentang hal-hal yang berhubungan
dengan pola pemberian ASI. Masalah pemberian ASI terkait dengan masih
rendahnya pemahaman ibu, keluarga dan masyarakat tentang ASI. Kebiasaan
memberikan makanan dan atau minuman secara dini pada sebagian masyarakat
juga menjadi pemicu dari kekurang berhasilan pemberian ASI eksklusif. Hal ini
mendorong ibu untuk lebih mudah menghentikan pemberian ASI dan
menggantinya dengan susu formula (Azwar, 2003).
Menurut Notoatmodjo (2007), pendidikan mempengaruhi proses belajar,
makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima
informasi. Pendidikan sangat erat kaitannya dengan pengetahuan dimana
seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula
pengetahuannya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian, yaitu mayoritas ibu yang
memiliki pendidikan SD dan SMP berpengetahuan kurang, sehingga ibu tidak
memberikan ASI Eksklusif. Sedangkan ibu yang berpendidikan SMA mayoritas
memiliki pengetahuan baik, sehingga banyak ibu yang memberikan ASI
(55)
commit to user
lix
Eksklusif. Namun demikian, pada penelitian ini didapatkan bahwa ibu yang
berpendidikan setingkat Perguruan Tinggi justru tidak memberikan ASI
Eksklusif.
Hasil analisis data dengan
Chi-Square test
pada tingkat kepercayaan 95%
yang diolah dengan menggunakan program SPSS versi 17.0, diperoleh nilai
signifikasi p = 0,002 atau dapat disimpulkan bahwa nilai signifikasi p<0,05. Hal
ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu
tentang menyusui dengan pemberian ASI.
Berdasarkan hasil penelitian hubungan pengetahuan ibu tentang menyusui
dengan pemberian ASI di Desa Pabelan Sukoharjo diperoleh hasil bahwa
pengetahuan ibu tentang menyusui mempunyai pengaruh terhadap pemberian
ASI. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Prikaningrum (2007)
bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan
motivasi pemberian ASI eksklusif. Hal ini terlihat dari nilai probabilitas 0,001<
0,05.
Berdasarkan dari teori pendukung, hasil penelitian, dan penelitian
sebelumnya, maka semakin baik pengetahuan ibu tentang menyu sui semakin
besar pula kesempatan ibu menyusui memberikan ASI Eksklusif.
(56)
commit to user
lx
BAB VI
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Hasil penelitian tentang hubungan pengetahuan ibu tentang menyusui
dengan pemberian ASI di Desa Pabelan Sukoharjo, diperoleh kesimpulan sebagai
berikut :
1.
Pengetahuan ibu tentang menyusui berada pada kategori cukup (60%).
2.
Ibu menyusui tidak memberikan ASI Eksklusif (64%).
3.
Ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang menyusui dengan pemberian
ASI sesuai hasil analisis p=0,002 (p< 0,05).
B.
Saran
1.
Bagi Pemerintah Desa Pabelan Kabupaten Sukoharjo
Sebagai bahan masukan dalam promosi pemberian ASI Eksklusif,
sehingga diharapkan cakupan ASI Eksklusif dapat meningkat dengan cara
meningkatkan penyuluhan tentang pentingnya pemberian ASI Eksklusif.
2.
Bagi Kader Kesehatan
Meningkatkan penyuluhan tentang menyusui agar ibu menyusui
terdorong memberikan ASI Eksklusif.
(57)
commit to user
lxi
3.
Bagi Bidan
Meningkatkan peran serta dalam promosi ASI Eksklusif dengan Inisiasi
Menyusui Dini segera setelah bayi dilahirkan dan tidak mempromosikan susu
formula dengan tidak memberikan susu formula sebagai paket persalinan.
4.
Ibu Menyusui
Meningkatkan pengetahuan dengan mengikuti penyuluhan tentang ASI
Eksklusif agar terdorong memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya.
5.
Peneliti Selanjutnya
Mengembangkan
penelitian
mengenai
berbagai
faktor
yang
mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif yaitu umur, pekerjaan, pengetahuan,
petugas kesehatan dan promosi susu formula agar mendapatkan hasil yang
lebih kompleks.
(1)
commit to user
lviii
Eksklusif. Ibu yang tidak bekerja mempunyai banyak waktu untuk memberikan
ASI Eksklusif sedangkan ibu bekerja dapat memberikan ASI Ekslusif dengan
menyediakan ASI perah di rumah. Hal ini berbeda dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh Rohmaningsih (2010), dimana alasan ibu tidak memberikan ASI
eksklusif dikarenakan ibu merasa bayi kurang puas apabila hanya diberi ASI saja
sehingga bayi rewel dan menangis terus.
Pendidikan seorang ibu yang rendah memungkinkan ia lambat dalam
mengadopsi pengetahuan baru, khususnya tentang hal-hal yang berhubungan
dengan pola pemberian ASI. Masalah pemberian ASI terkait dengan masih
rendahnya pemahaman ibu, keluarga dan masyarakat tentang ASI. Kebiasaan
memberikan makanan dan atau minuman secara dini pada sebagian masyarakat
juga menjadi pemicu dari kekurang berhasilan pemberian ASI eksklusif. Hal ini
mendorong ibu untuk lebih mudah menghentikan pemberian ASI dan
menggantinya dengan susu formula (Azwar, 2003).
Menurut Notoatmodjo (2007), pendidikan mempengaruhi proses belajar,
makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima
informasi. Pendidikan sangat erat kaitannya dengan pengetahuan dimana
seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula
pengetahuannya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian, yaitu mayoritas ibu yang
memiliki pendidikan SD dan SMP berpengetahuan kurang, sehingga ibu tidak
memberikan ASI Eksklusif. Sedangkan ibu yang berpendidikan SMA mayoritas
memiliki pengetahuan baik, sehingga banyak ibu yang memberikan ASI
(2)
commit to user
lix
Eksklusif. Namun demikian, pada penelitian ini didapatkan bahwa ibu yang
berpendidikan setingkat Perguruan Tinggi justru tidak memberikan ASI
Eksklusif.
Hasil analisis data dengan
Chi-Square test
pada tingkat kepercayaan 95%
yang diolah dengan menggunakan program SPSS versi 17.0, diperoleh nilai
signifikasi p = 0,002 atau dapat disimpulkan bahwa nilai signifikasi p<0,05. Hal
ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu
tentang menyusui dengan pemberian ASI.
Berdasarkan hasil penelitian hubungan pengetahuan ibu tentang menyusui
dengan pemberian ASI di Desa Pabelan Sukoharjo diperoleh hasil bahwa
pengetahuan ibu tentang menyusui mempunyai pengaruh terhadap pemberian
ASI. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Prikaningrum (2007)
bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan
motivasi pemberian ASI eksklusif. Hal ini terlihat dari nilai probabilitas 0,001<
0,05.
Berdasarkan dari teori pendukung, hasil penelitian, dan penelitian
sebelumnya, maka semakin baik pengetahuan ibu tentang menyu sui semakin
besar pula kesempatan ibu menyusui memberikan ASI Eksklusif.
(3)
commit to user
lx
BAB VI
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Hasil penelitian tentang hubungan pengetahuan ibu tentang menyusui
dengan pemberian ASI di Desa Pabelan Sukoharjo, diperoleh kesimpulan sebagai
berikut :
1.
Pengetahuan ibu tentang menyusui berada pada kategori cukup (60%).
2.
Ibu menyusui tidak memberikan ASI Eksklusif (64%).
3.
Ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang menyusui dengan pemberian
ASI sesuai hasil analisis p=0,002 (p< 0,05).
B.
Saran
1.
Bagi Pemerintah Desa Pabelan Kabupaten Sukoharjo
Sebagai bahan masukan dalam promosi pemberian ASI Eksklusif,
sehingga diharapkan cakupan ASI Eksklusif dapat meningkat dengan cara
meningkatkan penyuluhan tentang pentingnya pemberian ASI Eksklusif.
2.
Bagi Kader Kesehatan
Meningkatkan penyuluhan tentang menyusui agar ibu menyusui
terdorong memberikan ASI Eksklusif.
(4)
commit to user
lxi
3.
Bagi Bidan
Meningkatkan peran serta dalam promosi ASI Eksklusif dengan Inisiasi
Menyusui Dini segera setelah bayi dilahirkan dan tidak mempromosikan susu
formula dengan tidak memberikan susu formula sebagai paket persalinan.
4.
Ibu Menyusui
Meningkatkan pengetahuan dengan mengikuti penyuluhan tentang ASI
Eksklusif agar terdorong memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya.
5.
Peneliti Selanjutnya
Mengembangkan
penelitian
mengenai
berbagai
faktor
yang
mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif yaitu umur, pekerjaan, pengetahuan,
petugas kesehatan dan promosi susu formula agar mendapatkan hasil yang
lebih kompleks.
(5)
commit to user
lxii
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2006.
Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta:
Rineka Cipta. p: 151-2.
Azwar, S. 2008.
Reliabilitas dan Validitas
. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Offset. p: 3- 29.
Chumbley, J. 2004.
Menyusui
. Jakarta: Erlangga. p: 14-5.
Dahlan, M.S. 2009.
Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan
. Jakarta:
Salemba Medika. p: 121-39.
Desa Pabelan Kabupaten Sukoharjo. 2011.
Profil Desa Pabelan Kabupaten
Sukoharjo
. Sukoharjo
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah. 2008.
Profil Kesehatan Provinsi
Jawa Tengah
Hidayat, A.A. 2007.
Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data
.
Jakarta: Salemba. p: 123.
Muhidin, S.A. 2007.
Analisis Korelasi Regresi dan Jalur Dalam Penelitian
.
Bandung: CV Pustaka Setia.p: 30-51,76-83.
Murti, B. 2010.
Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif di Bidang Kesehatan
. Yogyakarta: UGM Press. p: 51.
Notoatmodjo, S. 2003a.
Ilmu Kesehatan Masyarakat
. Jakarta: Rineka Cipta. p:
122-4.
. 2003b.
Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.
Jakarta: Rineka
Cipta. p: 127-30.
. 2005.
Metodologi Penelitian Kesehatan
. Jakarta: Rineka
Cipta. p: 88.
. 2007.
Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
. Jakarta:
Rineka Cipta. p: 140-3.
Nursalam. 2008.
Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
(6)