Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid Pada Daum Sembukan (Paederia foetida L) Serta Uji Aktivitasnya Sebagai Antioksidan.

(1)

PEI\GARUII AI{TIOKSIDAN EKSTRAK

METAI{OL KTTLIT

BUAH

MAI{GGIS

(G

arcinia

mang o stan u

L.\ TERIIADAP

PERUBAHAI\

STFAT

FISIK-KIMIA

BIODIESEL

SKRIPSI

Oleh:

MAI}N, MERYANA UTARI NrM. 120810s010

JURUSAN

KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNTYERSITAS UDAYANA BUKIT JIMBARAN


(2)

PENGARUII ANTIOKSIDAN EKSTRAK METANOL KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERIIADAP PERUBAIIAN

SIFAT FISIK-KIMIA BIODTE SEL

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Sains (S.Si.) di Jurusan Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Udavana

Oleh:

NI MADE

MERYINA

UTARI

NrM.1208105010

Menyetujui:

Pembimbing

I

Pembimbing

II

Dr. Dra. n*i Made Suaniti. M.Si.

NIP. 19640917 199203 2 009

ii

-4{--'

Sr.I)rs.

Manuntun Manurung. MS. NIP. 19610s25 199009

I

001

Mengesahkan

Kptua Jurusan Kimia

.'. rr;Ij{livei'sitas Udaya na ..: .r i:t._,. ",i,:" 2.. ;.. : -/^r


(3)

TIM PENGUJI SMANG SKRIPSI

PENGARTiII ANTIOKSIDAN EKSTRAK METANOL KULIT BUAII

MANGGIS (Garcinia mangostano L.) TERHADAP PBRUBAHAN SIFAT FISIIGKIMIA BIODIESEL

Oleh:

NI MADE MERYANA UTARI NrM. 120810s0r0

Skripsi ini disidangkan di

Bukit Jimbaran pada hari Jumat tqnggal 15 bulan Juli tahun 2016

Penguji Sidang Skripsi

Ketua Sekretaris

M

:ruF

Dr. Dra. Ni Made Suaniti. M.Si. NIP. 19640917 199203 2 009

I)r.Ilrs.

Manuntun Manurung" MS. NrP. 19610525 199009 1 001

Anggota

Dr. Drs.I Made Sukadana. M.Si. NIP. 19680s04 199402 1 001

I Wavan Sudiarta. S.Si., M,Si. NrP.19680831 200003 r 001

I Made Sutha Negara" S.Si.. M.Si.

NIP. 19701218 200003 1 001


(4)

iv

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat fisik-kimia biodiesel sebelum dan setelah penambahan antioksidan ekstrak metanol kulit buah manggis. Biodiesel yang diperoleh dari Yayasan Lengis Hijau ditambahkan ekstrak dengan variasi konsentrasi sebesar 0,01; 0,02; dan 0,03% b/v masing-masing sebagai A1; A2; dan A3. Biodiesel tersebut diuji sifat fisik-kimianya setiap minggu selama 6 minggu. Dari berbagai konsentrasi tersebut, biodiesel A1 merupakan konsentrasi terbaik dalam menghambat reaksi oksidasi biodiesel, dengan nilai kadar FFA, bilangan asam, dan bilangan peroksida paling rendah berturut-turut sebesar (0,24±0)%; (0,5252±0) mg KOH/g; dan (34,7511±0) meq peroksida/1000 g. Nilai densitas, viskositas, bilangan penyabunan, bilangan iod, bilangan ester, dan bilangan setana dari biodiesel A1 masing-masing sebesar (0,884±0) g/mL; (4,1205±0,1412) cst; (91,6387±1,9356) mg KOH/g; (52,9370±0) g iod/100g; (91,1135±1,9356) mg KOH/g; dan (92,3786±1,2433). Nilai bilangan asam, densitas, viskositas, bilangan iod, dan bilangan setana tersebut telah sesuai dengan SNI 7182:2012. Hasil GC-MS dari biodiesel awal, biodiesel tanpa penambahan ekstrak (A0), dan biodiesel dengan penambahan ekstrak metanol kulit buah manggis 0,01% b/v (A1) menunjukkan 6 senyawa metil ester yang dominan seperti: metil laurat, metil miristat, metil palmitat, metil linoleat, metil oleat, dan metil stearat


(5)

v ABSTRACT

This research was conducted in order to determine the physico-chemical properties of biodiesel before and after addition of methanol-extract of mangosteen peel as antioxidant. Biodiesel that was obtained from Yayasan Lengis Hijau was added by the extract with various concentration of 0.01; 0.02; and 0.03 % w/v, and was labelled as A1; A2; and A3 respectively. The physico-chemical properties of biodiesels were tested every week for 6 weeks. Among those various concentrations, biodiesel A1 was the best concentration in inhibiting the oxidation of biodiesel, with the lowest value of FFA, acid number, and peroxide number. The results were (0.24±0)% in FFA; (0.5252±0) mg KOH/g in acid number; and (34.7511±0) meq peroxide/1000 g in peroxide number. The value of density, viscosity, saponification number, iod number, esther number, and cetane number of biodiesel A1 respectively were (0.884±0) g/mL; (4.1205±0.1412) cst; (91.6387±1.9356) mg KOH/g; (52.9370±0) g iod/100g; (91.1135±1.9356) mg KOH/g; and (92.3786±1.2433). According to SNI 7182:2012, the value of acid number, density, viscosity, iod number, and cetane number were conformable. The GC-MS results of the initial biodiesel, the biodiesel without extract (A0), and the biodiesel with the addition of methanol-extract of mangosteen peel 0.01% b/v (A1) showed six dominant methyl esthers: methyl laurate, methyl myristate, methyl palmitate, methyl linoleate, methyl oleate, and methyl stearate.


(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa atas perlindungan dan segala rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Antioksidan Ekstrak Metanol Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana L.) Terhadap Perubahan Sifat Fisik – Kimia Biodiesel” dengan baik dan tepat waktu.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan, semangat, dan dorongan positif dari semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. I Nengah Wirajana, S.Si., M.Si., selaku Ketua Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Udayana.

2. Ibu Dr. Dra. Ni Made Suaniti, M.Si. selaku pembimbing I dan Bapak Dr.

Drs. Manuntun Manurung, MS. Selaku pembimbing II yang senantiasa memberi bimbingan, saran, serta nasehat yang sangat membantu.

3. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan pengetahuan selama masa perkuliahan penulis.

4. Bapak dan Ibu Staf serta Pegawai Jurusan Kimia yang telah membantu pengurusan administrasi.

5. Bapak I Nyoman Kondra dan Ibu Ni Ketut Astini selaku Orang Tua yang

selalu mendukung dan mendoakan penulis.

6. Ni Putu Rosyana Utari selaku kakak dan Ni Nyoman Grisyana Utari selaku adik yang selalu mengingatkan, memberikan semangat dan dukungan.

7. Bagus Gede Yoga Jaya Mahardika yang selalu memberi motivasi,

semangat, senantiasa menemani penulis, dan tempat bercerita hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

8. Sahabat penulis Yunita, Eka, Widya, Ita, Liya, Yuli, Arie, Oliv, Febri, Krishna, Satriya, Putra, kak Mahendra, dan teman-teman angkatan 2012 yang selalu memberi bantuan dan dukungan selama melewati perkuliahan hingga penulisan skripsi ini selesai.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini tidak luput dari kesalahan baik dalam sistematika maupun bahasanya. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran konstruktif dari semua pihak sehingga dapat menjadi evaluasi dan penyempurnaan dari masa yang akan datang.

Bukit Jimbaran, 30 Juni 2016


(7)

vii DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

TIM PENGUJI SIDANG SKRIPSI ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 3

1.3Tujuan Penelitian ... 3

1.4Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Kulit Buah Manggis ... 5

2.1.1 Taksonomi buah manggis ... 5

2.1.2 Kandungan antioksidan kulit buah manggis ... 6

2.2 Antioksidan ... 7

2.3 Biodiesel ... 9

2.3.1 Stabilitas oksidasi pada minyak ... 12


(8)

viii

2.5 Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa (GC-MS) ... 16

BAB III METODE PENELITIAN ... 18

3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian ... 18

3.1.1 Bahan... 18

3.1.2 Peralatan ... 18

3.2 Tempat Penelitian... 18

3.3Metode Penelitian... 19

3.3.1 Preparasi kulit buah manggis ... 19

3.3.2 Ekstraksi kulit buah manggis ... 19

3.3.3 Penambahan ekstrak metanol kulit buah manggis pada biodiesel ... 19

3.3.4 Analisis sifat fisik-kimia biodiesel ... 20

3.3.4.1 Densitas ... 20

3.3.4.2 Viskositas Kinematik ... 20

3.3.4.3 Kadar FFA dan bilangan asam ... 21

3.3.4.4 Bilangan peroksida ... 22

3.3.4.5 Bilangan penyabunan ... 23

3.3.4.6 Bilangan iod ... 25

3.3.4.7 Bilangan ester ... 26

3.3.4.8 Bilangan setana ... 26

3.3.5 Analisis biodiesel dengan GC-MS ... 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

4.1 Ekstraksi Kulit Buah Manggis ... 28

4.2 Analisis Biodiesel... 28 4.3 Analisis Biodiesel Setelah Penambahan Ekstrak Metanol Kulit


(9)

ix

Buah Manggis ... 29

4.3.1 Analisis densitas ... 29

4.3.2 Analisis viskositas kinematik pada suhu 40oC ... 31

4.3.3 Analisis kadar FFA dan bilangan asam ... 32

4.3.4 Analisis bilangan peroksida ... 34

4.3.5 Analisis bilangan iod ... 36

4.3.6 Analisis bilangan penyabunan... 37

4.3.7 Analisis bilangan ester ... 39

4.3.8 Analisis bilangan setana ... 40

4.4 Analisis Biodiesel dengan GC-MS ... 41

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 43

5.1 Simpulan ... 43

5.2 Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 44

LAMPIRAN ... 47


(10)

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Struktur Dasar Senyawa Xanton ... 7

Gambar 2.2 Reaksi Penghambatan Antioksidan Primer Terhadap Radikal Lipid ... 9

Gambar 2.3 Mekanisme Reaksi Oksidasi pada Minyak ... 13

Gambar 4.1 Grafik Nilai Densitas Biodiesel pada Suhu Ruang Selama 6 Minggu ... 30

Gambar 4.2 Grafik Nilai Densitas Biodiesel pada Suhu 40oC Selama 6 Minggu ... 30

Gambar 4.3 Grafik Nilai Viskositas Kinematik Biodiesel Selama 6 Minggu ... 31

Gambar 4.4 Reaksi antara Asam Lemak Bebas dengan Basa... 32

Gambar 4.5 Grafik Nilai Bilangan Asam Biodiesel Selama 6 Minggu ... 32

Gambar 4.6 Mekanisme Reaksi Oksidasi pada Senyawa Peroksida ... 34

Gambar 4.7 Grafik Nilai Bilangan Peroksida Biodiesel Selama 6 Minggu... 35

Gambar 4.8 Mekanisme Reaksi Oksidasi pada Asam Lemak Tidak Jenuh... 36

Gambar 4.9 Grafik Nilai Bilangan Iod Biodiesel Selama 6 Minggu ... 37

Gambar 4.10 Reaksi dalam Penentuan Bilangan Penyabunan ... 38

Gambar 4.11 Grafik Nilai Bilangan Penyabunan Biodiesel Selama 6 Minggu 38 Gambar 4.12 Grafik Nilai Bilangan Ester Biodiesel Selama 6 Minggu ... 39

Gambar 4.13 Grafik Nilai Bilangan Setana Biodiesel Selama 6 Minggu ... 40

Gambar 4.14 Kromatogram GC Biodiesel Awal ... 41

Gambar 4.15 Kromatogram GC Biodiesel Tanpa Ekstrak (A0) ... 41


(11)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Persyaratan Mutu Biodiesel Menurut SNI 7182:2012 ... 10 Tabel 4.1 Sifat Fisik-Kimia Biodiesel dari Yayasan Lengis Hijau dan Standar


(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Skema Kerja Ekstraksi Kulit Buah Manggis ... 47

Lampiran 2. Skema Kerja Pengujian Biodiesel ... 48

Lampiran 3. Skema Kerja Analisis Sifat Fisik-Kimia Biodiesel ... 49

Lampiran 4. Skema Kerja Analisis Biodiesel dengan GC-MS ... 57

Lampiran 5. Pembuatan Larutan ... 58

Lampiran 6. Penentuan Konsentrasi Ekstrak Metanol Kulit Buah Manggis ... 64

Lampiran 7. Penambahan Ekstrak Metanol Kulit Buah Manggis ke dalam Biodiesel ... 65

Lampiran 8. Penentuan Densitas Biodiesel pada Suhu Ruang ... 66

Lampiran 9. Penentuan Densitas Biodiesel pada Suhu 40oC ... 68

Lampiran 10. Penentuan Viskositas Kinematik Biodiesel pada Suhu 40oC ... 70

Lampiran 11. Penentuan Kadar FFA ... 72

Lampiran 12. Penentuan Bilangan Asam ... 75

Lampiran 13. Penentuan Bilangan Peroksida ... 77

Lampiran 14. Penentuan Bilangan Iod ... 80

Lampiran 15. Penentuan Bilangan Penyabunan... 83

Lampiran 16. Penentuan Bilangan Ester ... 86

Lampiran 17. Penentuan Bilangan Setana ... 88

Lampiran 18. Hasil GC-MS Biodiesel ... 90

Lampiran 19. Hasil Determinasi Kulit Buah Manggis... 91

Lampiran 20. Biodiesel Menurut SNI 7182:2012 ... 93


(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Sumber daya alam berupa minyak bumi adalah salah satu sumber energi utama yang banyak digunakan di berbagai negara termasuk Indonesia. Kebutuhan bahan bakar ini selalu meningkat seiring dengan penggunaannya di bidang industri maupun transportasi. Ketersediaan bahan bakar minyak bumi terbatas karena sifatnya yang tidak bisa diperbaharui, sehingga diprediksikan akan terjadi kelangkaan bahan bakar minyak dan menimbulkan krisis energi. Menyusutnya cadangan minyak bumi dunia, menyebabkan banyak pihak berupaya merintis untuk menemukan jenis bahan bakar alternatif yang bisa diperbaharui (renewable) dan lebih ramah lingkungan, sehingga dampak penggunaan energi minyak bumi yang berupa polusi sebagai pemicu pemanasan global dapat dikurangi.

Biodiesel dikenal sebagai bahan bakar mesin diesel pengganti minyak bumi yang lebih ramah lingkungan, dapat diperbaharui, dan umumnya dibuat melalui proses esterifikasi dan transesterifikasi dari minyak dan alkohol (Sumarsih, 2008). Minyak yang digunakan dapat berasal dari minyak tumbuhan dan hewan, seperti minyak kanola di Jerman dan Austria, minyak kedelai di Amerika Serikat, dan minyak kelapa di Filipina (Susilo, 2006), sedangkan alkohol umumnya digunakan dalam skala Indusri adalah metanol. Salah satu bahan baku biodiesel di Indonesia yang melimpah yaitu minyak kelapa sawit (Sugiyono, 2006).


(14)

2 Penyimpanan biodiesel yang cukup lama dapat menyebabkan sisa-sisa asam lemak tidak jenuh yang masih terdapat di dalam biodiesel mengalami proses oksidasi sehingga dapat merusak sifat dan karakteristik dari biodiesel itu sendiri. Selain itu faktor eksternal (udara, panas, atau logam) juga dapat mengakibatkan kenaikan bilangan asam. Kondisi keasaman biodiesel yang tinggi dapat menyebabkan korosi pada mesin. Oleh karena itu untuk menjaga stabilitas oksidasi pada biodiesel perlu ditambahkan antioksidan (Ketaren, 1986). Antioksidan dibagi menjadi dua yaitu antioksidan alami dan sintetik. Antioksidan alami berasal dari ekstrak bahan-bahan yang terdapat di alam sedangkan antioksidan sintetik dibuat melalui reaksi kimia seperti propylgallate (PG),

butylated hydroxyanisole (BHA), butylated hydroxytoluene (BHT) dan tert-butilhidrokuinon (TBHQ) (Buck, 1991).

Anggraini (2007) berhasil meneliti pengaruh jenis dan konsentrasi antioksidan terhadap ketahanan oksidasi biodiesel dari jarak pagar. Hasil yang diperoleh setelah 4 minggu penyimpanan, urutan keefektifitasan antioksidan dalam menghambat oksidasi biodiesel adalah TBHQ > BHT > Formula X, dimana pengujian yang dilakukan yaitu viskositas kinematik, bilangan asam, dan bilangan peroksida. Sanjiwani (2015) juga telah melakukan penelitian mengenai penambahan ekstrak kloroform kulit pisang kepok sebagai antioksidan terhadap biodiesel. Hasil yang diperoleh setelah 2 minggu didiamkan, penambahan antioksidan dari kulit pisang kepok dapat menghambat proses oksidasi dibandingkan dengan biodiesel kontrol (tanpa penambahan antioksidan). Salah satu antioksidan alami selain kulit pisang adalah kulit manggis yang di dalamnya terdapat banyak kandungan antioksidan seperti flavonoid, tanin dan xanton (Jung


(15)

3 dkk., 2006). Ekstrak metanol kulit buah manggis dapat berfungsi sebagai antioksidan dengan nilai IC50 sebesar 44,49 mg/L (Stevi dkk., 2013).

Salah satu parameter yang menunjukkan kualitas biodiesel rendah adalah nilai bilangan asam yang tinggi. Hasil uji tahap awal untuk bilangan asam biodiesel yang diperoleh dari Yayasan Lengis Hijau adalah sebesar 0,6565 mg KOH/g, dimana nilai ini tidak sesuai dengan standar mutu biodiesel SNI 7182:2012 yaitu maksimal 0,6 mg KOH/g. Oleh karena itu, penelitian ini sangat perlu dilakukan untuk mengetahui penambahan ekstrak metanol kulit buah manggis terhadap sifat fisik-kimia biodiesel tersebut.

1.2Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang dapat diambil berdasarkan latar belakang tersebut adalah:

1. Bagaimana pengaruh ekstrak metanol kulit buah manggis sebagai

antioksidan pada biodiesel?

2. Berapakah konsentrasi terbaik ekstrak metanol kulit buah manggis yang dapat menghambat reaksi oksidasi biodiesel?

3. Bagaimanakah pengaruh lamanya waktu penyimpanan terhadap sifat

fisik-kimia biodiesel?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengaruh ekstrak metanol kulit buah manggis sebagai


(16)

4 2. Untuk mengetahui konsentrasi terbaik ekstrak metanol kulit buah manggis

yang dapat menghambat reaksi oksidasi biodiesel.

3. Untuk mengetahui pengaruh lamanya waktu penyimpanan terhadap sifat fisik - kimia biodiesel.

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil melalui penelitian ini adalah:

1. Dapat memberikan solusi alternatif untuk menghambat reaksi oksidasi pada biodiesel dengan menggunakan antioksidan alami yaitu ekstrak metanol kulit buah manggis.

2. Dapat memberikan informasi mengenai hasil analisis biodiesel sebelum dan sesudah penambahan ekstrak kulit buah manggis.


(17)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Kulit Buah Manggis

Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman

buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan Asia Tenggara, seperti di Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Di Indonesia manggis disebut dengan berbagai macam nama lokal seperti Manggu (Jawa Barat), Manggis (Jawa), Manggusto (Sulawesi Utara), Mangustang (Maluku), dan Manggih (Sumatera Barat) (Prihatman, 2000).

Tanaman manggis mudah dijumpai di Indonesia dari Sabang hingga Merauke. Tanaman yang sekerabat dengan kandis ini dapat mencapai tinggi 25 m dengan diameter batang mencapai 45 cm. Pohon manggis mampu tumbuh dengan baik pada ketinggian 0-600 m dpl, suhu udara rata-rata 20-30oC, pH tanah berkisar 5-7. Lahan dengan pH asam seperti di lahan gambut, manggis tetap mampu tumbuh dengan baik. Curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan manggis berkisar 1500-300 mm/tahun yang merata sepanjang tahun (Mardiana, 2012).

2.1.1 Taksonomi buah manggis

Berdasarkan hasil determinasi di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bali, kedudukan taksonomi dari Garcinia mangostana L. yaitu :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta


(18)

6

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Malphigiales

Suku : Clusiaceae

Marga : Garcinia

Spesies : Garcinia mangostana L.

Hasil penelitian Kasma Iswari (2005) dan sejumlah penelitian lainnya menunjukkan bahwa komponen seluruh buah manggis yang paling besar adalah kulitnya, yakni 70-75%, sedangkan daging buahnya hanya 10-15% dan bijinya 15-20%

2.1.2 Kandungan antioksidan kulit buah manggis

Kulit buah manggis mengandung metabolit sekunder tertinggi dari kelas polifenol yakni xanton. Senyawa xanton yang telah teridentifikasi adalah

mangostin, trapezifolixanthone, tovophyllin B, α dan γ-mangostins, garcinone B,

mangostinone, mangostanol, flavonoid epicatechin, antosianin, asam folat, dan tanin. Beberapa senyawa tersebut memiliki aktivitas farmakologi misalnya antiinflamasi, antihistamin, dan antioksidan (Hendra dkk., 2011). Kulit buah manggis yang mengandung senyawa xanton memiliki fungsi antioksidan tinggi yang dapat dimanfaatkan untuk melindungi dan mengurangi kerusakan sel terutama yang diakibatkan oleh radikal bebas (Jung dkk., 2006).

Senyawa xanton merupakan senyawa organik turunan dari difenil-γ-pyron. Senyawa xanton merupakan substansi kimia alami yang dapat digolongan dalam senyawa jenis fenol atau polyphenolic. Karena itulah, senyawa xanton dapat digolongkan sebagai senyawa polar. Senyawa ini memiliki rumus molekul C13H8O2, sehingga memiliki massa molar sebesar 196,19 g/mol. Dalam penamaan


(19)

7

menurut IUPAC, senyawa ini diberi nama 9H-xanthen-9-one. Gambar 2.1

menunjukkan struktur senyawa xanton (Jung dkk., 2006).

Gambar 2.1 Struktur Dasar Senyawa Xanton

Menurut Direktorat Gizi Dept. Kesehatan RI (1990) dan Iswari dkk. (2005), kandungan xanton tertinggi terdapat dalam kulit buah manggis, yakni 107,76 mg per 100 g kulit buah. Selain sebagai antioksidan, senyawa xanton juga mempunyai kemampuan sebagai antibakteri, antifungi, antiinflamasi, bahkan dapat menjadi penghambat pertumbuhan bakteri Mycobacterium tuberculosis.

Hasil penelitian Martin (1980) menyatakan sifat antioksidan zat yang terdapat pada kulit manggis itu jauh lebih efektif jika dibandingkan dengan antioksidan pada buah rambutan dan durian. Penelitian Mardawati dkk. (2008) menyatakan bahwa aktivitas antioksidan tertinggi dari kulit manggis dimiliki oleh fraksi metanol dengan nilai IC50 sebesar 8,00 mg/L dan rendemen sebesar 22,27%. Hasil penelitian Stevi dkk. (2013) juga menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan tertinggi ekstrak fenolik dari kulit buah manggis dimiliki oleh ekstrak metanol sampel kering dengan % rendemen yaitu sebesar 21% dan nilai IC50 sebesar 44,49 mg/L.

2.2Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa kimia yang dapat menyumbangkan satu atau lebih elektron kepada radikal bebas, sehingga radikal bebas tersebut dapat


(20)

8 diredam. Dalam arti khusus, antioksidan adalah zat yang dapat menunda atau mencegah terbentuknya reaksi radikal bebas (peroksida) dalam oksidasi lipid (Kochhar dan Rossel, 1990).

Sumber-sumber antioksidan dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu antioksidan sintetik (antioksidan yang diperoleh dari hasil sintetik reaksi kimia) seperti propylgallate (PG), butylated hydroxyanisole (BHA), butylated hydroxytoluene (BHT), dan tert-butilhidrokuinon (TBHQ) dan. Senyawa antioksidan alami tumbuhan umumnya adalah senyawa fenolik yang berupa golongan flavonoid, turunan asam sinamat, kumarin, tokoferol, dan asam-asam organik polifungsional. Golongan flavonoid yang memiliki aktivitas antioksidan meliputi flavon, flavonol, isoflavon, katekin, dan kalkon. Sedangkan turunan asam sinamat meliputi asam kafeat, asam ferulat, asam klorogenat, dan lain-lain (Buck, 1991).

Mekanisme kerja antioksidan memiliki dua fungsi. Fungsi pertama (fungsi primer) yaitu sebagai pemberi atom hidrogen. Antioksidan (AH) primer dapat memberikan atom hidrogen secara cepat ke radikal lipida (R*, ROO*) atau mengubahnya ke bentuk lebih stabil, sementara turunan radikal antioksidan (A*) tersebut memiliki keadaan lebih stabil dibanding radikal lipida. Fungsi kedua merupakan fungsi sekunder antioksidan yaitu memperlambat laju autooksidasi dengan berbagai mekanisme diluar mekanisme pemutusan rantai autooksidasi dengan pengubahan radikal lipida ke bentuk lebih stabil (Gordon, 1990).

Penambahan antioksidan (AH) primer dengan konsentrasi rendah pada lipida dapat menghambat atau mencegah reaksi autooksidasi lemak dan minyak. Penambahan tersebut dapat menghalangi oksidasi pada tahap inisiasi maupun


(21)

9 propagasi (Gambar 2.2). Radikal-radikal antioksidan (A*) yang terbentuk pada reaksi tersebut relatif stabil dan tidak mempunyai cukup energi untuk dapat bereaksi dengan molekul lipida lain membentuk radikal lipida baru (Gordon, 1990).

Inisiasi : R* + AH  RH + A*

Propagasi : ROO* + AH  ROOH + A*

Gambar 2.2 Reaksi Penghambatan Antioksidan Primer Terhadap Radikal Lipid

Besar konsentrasi antioksidan yang ditambahkan dapat berpengaruh pada laju oksidasi. Pada konsentrasi tinggi, aktivitas antioksidan grup fenolik sering lenyap bahkan antioksidan tersebut menjadi prooksidan. Pengaruh jumlah konsentrasi pada laju oksidasi tergantung pada struktur antioksidan, kondisi dan sampel yang akan diuji (Trilaksani, 2003).

2.3Biodiesel

Biodiesel didefinisikan sebagai bahan bakar mesin diesel yang berasal dari lipida alami terbarukan. Secara kimiawi, biodiesel adalah monoalkil ester dari asam lemak yang berasal dari minyak nabati atau lemak hewani, untuk digunakan dalam mesin diesel. Biodiesel umumnya berupa metil ester atau etil ester, yang mana kedua substansi tersebut adalah senyawa yang relatif stabil, cair pada suhu ruang (titik leleh antara 4-18°C), non-korosif, dan titik didihnya rendah.

Persyaratan mutu biodiesel di Indonesia sudah dibakukan dalam SNI 7182:2012, yang diterbitkan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN). Standar mutu biodiesel Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.1.


(22)

10 Tabel 2.1. Persyaratan Mutu Biodiesel Menurut SNI 7182:2012

No Parameter Uji Satuan Min/Maks

Persyaratan

1 Massa jenis pada 40oC kg/m3 850 - 890

2 Viskositas kinematik pada 40oC mm2/s (cst) 2,3 - 6,0

3 Angka setana Min 51

4 Titik nyala (mangkok tertutup) oC, min 100

5 Titik kabut oC, maks 18

6 Korosi lempeng tembaga

(3 jam pada 50oC)

nomor 1

7 Residu karbon

- dalam percontoh asli atau - dalam 10% ampas distilasi

%-massa, maks 0,05 0,3 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

Air dalam sedimen Temperatur distilasi 90% Abu tersulfatkan Belerang Fosfor Angka asam Gliserol bebas Gliserol total Kadar ester metil Angka iodium

Kestabilan oksidasi

- Periode induksi metode rancimat - Periode induksi metode petro oksi

%-vol, maks o C, maks %-massa, maks mg/kg, maks mg/kg, maks mg-KOH/g, maks %-massa, maks %-massa, maks %-massa, min % massa (g-I2/100g), maks

menit 0,05 360 0,02 100 10 0,6 0,02 0,24 96,5 115 300 27


(23)

11 Teknik produksi biodiesel yang berkembang saat ini dapat dikelompokkan menjadi proses satu tahap (transesterifikasi) dan proses dua tahap (esterifikasi-transesterifikasi). Reaksi satu tahap (transesterifikasi) dipakai apabila minyak nabati memiliki nilai FFA di bawah 1%, sedangkan minyak yang memiliki nilai FFA di atas 1%, seperti minyak goreng bekas, sebaiknya menggunakan proses dua tahap (esterifikasi-transesterifikasi). Minyak yang mengandung asam lemak bebas lebih dari 1% akan membentuk formasi emulsi sabun yang menyulitkan pada saat pemisahan biodiesel (Canakci and Van Gerpen, 2001).

Minyak goreng bekas merupakan minyak yang kadar asam lemak bebasnya meningkat akibat dari proses pemanasan yang terus menerus, sehingga proses pembuatan biodiesel dari minyak goreng bekas biasanya dilakukan melalui dua tahap proses yaitu esterifikasi dan transesterifikasi. Menurut Julianus (2006), tahap esterifikasi diperlukan untuk mengesterifikasi asam lemak bebas (FFA) dalam minyak bekas agar jumlahnya tidak terlalu banyak. Konsentrasi asam lemak bebas yang terlalu tinggi akan mempersulit pemisahan gliserol dari produknya.

Biodiesel dapat diaplikasikan murni 100% (B100) atau campuran dengan minyak solar pada tingkat konsentrasi tertentu (Bxx), seperti 10% biodiesel dicampur dengan 90% solar yang dikenal dengan nama B10. Dibandingkan dengan solar, biodiesel memiliki kelebihan diantaranya (Hambali dkk., 2007):

1. Bahan bakar ramah lingkungan karena menghasilkan emisi yang lebih baik

2. Cetane number lebih tinggi sehingga efisiensi pembakaran lebih baik dibandingkan dengan minyak kasar


(24)

12 4. Dapat terurai (biodegradable)

5. Merupakan renewable energy karena terbuat dari bahan alam yang dapat diperbaharui

6. Meningkatkan independensi suplai bahan bakar karena dapat diproduksi secara lokal

Menurut Syah (2006), karakteristik emisi pembakaran biodiesel dibandingkan dengan solar adalah sebagai berikut :

1. Emisi karbon dioksida (CO2) netto berkurang 100%

2. Emisi sulfur dioksida berkurang 100%

3. Emisi debu berkurang 40-60%

4. Emisi karbon monoksida (CO) berkurang 10-50%

5. Emisi hidrokarbon berkurang 10-50%

6. Hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH = polycyclic aromatic hydrocarbon) berkurang, terutama PAH beracun seperti : phenanthren berkurang 98%, benzofloroanthen berkurang 56%, benzapyren berkurang 71%, serta aldehida dan senyawa aromatik berkurang 13%

2.3.1 Stabilitas oksidasi pada minyak

Oksidasi adalah suatu proses yang dapat berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen dengan minyak atau lemak. Cara termudah untuk mengetahui bahwa telah terjadi reaksi oksidasi pada minyak atau lemak adalah dengan adanya bau tengik/rancid pada minyak atau lemak. Oksidasi biasanya dimulai dengan pembentukan peroksida dan hidroperoksida (Ingold, 1962).

Mekanisme oksidasi pada minyak diawali dengan tahap inisiasi yang akan membentuk radikal bebas (R·) pada saat minyak terkena panas, cahaya, ion


(25)

13 logam, dan oksigen. Tahap selanjutnya propagasi yaitu reaksi antara radikal bebas dengan oksigen menghasilkan radikal peroksida (ROO·). Radikal peroksida akan bereaksi dengan ion hidrogen dari minyak membentuk hidroperoksida (ROOH) dan radikal bebas yang baru. Tahap terakhir terminasi yaitu reaksi antara sesama radikal bebas membentuk senyawa yang tidak aktif. Mekanisme oksidasi pada minyak dapat digambarkan sebagai berikut (Ingold, 1962) :

Inisiasi : RH + O2  R· + H2O

Propagasi : R· + O2  ROO·

RH + ROO·  ROOH + R·

Terminasi : ROO· + ROO·  Produk tidak aktif/stabil

R· + R·  Produk tidak aktif/stabil Gambar 2.3 Mekanisme Reaksi Oksidasi pada Minyak Keterangan :

R· : radikal bebas

RH : hidrokarbon (minyak)

ROO· : radikal peroksida ROOH : hidroperoksida

Kerusakan minyak dan lemak karena oksidasi diklasifikasikan menjadi dua, yaitu (Ingold, 1962) :

a. Auto-oxidation

Terjadi apabila lemak dan minyak terpapar udara pada suhu ruang dan proses oksidasi terjadi secara perlahan-lahan sehingga peroksida akan terakumulasi di dalam minyak dan lemak.


(26)

14

Thermal oxidation adalah suatu fenomena dimana laju reaksi oksidasi meningkat pada lemak dan minyak karena temperatur yang tinggi. Produknya selain hidrogen peroksida juga berupa komponen karbonil seperti aldehid atau polimer sehingga kekentalannya meningkat.

Stabilitas oksidasi merupakan parameter yang penting karena sangat berpengaruh terhadap operasional mesin, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Kualitas biodiesel dengan standar stabilitas oksidasi EN 14112 adalah biodiesel yang diuji harus memiliki stabilitas oksidasi minimal 6 jam. Penggunaan biodiesel yang tidak memenuhi standar oksidasi, dalam jangka panjang akan merusak elemen mesin, seperti injektor, tangki bahan bakar dan pada mesin (Knothe, 2005).

2.4Metode Ekstraksi

Kandungan zat dari suatu tanaman dapat diperoleh melalui cara ekstraksi yang berfungsi untuk menarik senyawa kimia dari dalam tanaman. Menurut Harborne (1987), prinsip ekstraksi adalah melarutkan senyawa polar dalam pelarut polar dan senyawa non-polar dalam pelarut non-polar. Darwis (2000) menyebutkan ada beberapa metode ekstraksi senyawa organik bahan alam yang umum digunakan, antara lain:

1. Maserasi

Maserasi merupakan proses perendaman sampel menggunakan pelarut organik pada suhu ruangan. Proses ini sangat menguntungkan dalam isolasi senyawa bahan alam karena melalui perendaman sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar sel sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan


(27)

15 terlarut dalam pelarut organik dan ekstraksi senyawa akan sempurna karena dapat diatur lama perendaman yang dilakukan. Pemilihan pengekstrak untuk proses maserasi akan memberikan efektifitas yang tinggi melalui cara memperhatikan kelarutan senyawa bahan alam pelarut tersebut. Metode ini digunakan untuk mengekstraksi zat aktif yang mudah larut dalam cairan pengekstrak, tidak mengembang dalam pengekstrak, serta tidak mengandung benzoin. Keuntungan dari metode ini adalah peralatannya mudah ditemukan dan pengerjaannya sederhana (Hargono, 1986).

Hargono (1986) menyebutkan beberapa variasi metode maserasi, antara lain digesti, maserasi melalui pengadukan kontinyu, remaserasi, maserasi melingkar, dan maserasi melingkar bertingkat. Digesti, maserasi menggunakan pemanasan lemah (40-50°C). Maserasi pengadukan kontinyu merupakan maserasi yang dilakukan pengadukan secara terus-menerus, misalnya menggunakan shaker, sehingga dapat mengurangi waktu hingga menjadi 6-24 jam. Remaserasi, maserasi yang dilakukan beberapa kali. Maserasi melingkar, maserasi yang cairan pengekstrak selalu bergerak dan menyebar. Maserasi melingkar bertingkat merupakan maserasi yang bertujuan untuk mendapatkan pengekstrakan yang sempurna. Lama maserasi mempengaruhi kualitas ekstrak yang akan diteliti. Lama maserasi pada umumnya adalah 4-10 hari. Menurut Voight (1995), maserasi akan lebih efektif jika dilakukan proses pengadukan secara berkala karena keadaan diam selama maserasi menyebabkan turunnya perpindahan bahan aktif. Melalui usaha ini diperoleh suatu keseimbangan konsentrasi bahan ekstraktif yang lebih cepat masuk ke dalam cairan pengekstrak.


(28)

16 Perkolasi merupakan proses melewatkan pelarut organik pada sampel sehingga pelarut akan membawa senyawa organik bersama-sama pelarut. Efektifitas dari proses ini hanya akan lebih besar untuk senyawa organik yang sangat mudah larut dalam pengekstrak yang digunakan (Darwis, 2000).

3. Sokletasi

Proses sokletasi sangat baik senyawa yang tidak terpengaruh oleh panas. Penggunaan pengekstrak dalam proses ini akan dapat dihemat karena terjadinya sirkulasi pengekstrak yang selalu membasahi sampel (Darwis, 2000).

4. Destilasi uap

Proses destilasi uap banyak digunakan untuk senyawa organik yang tahan pada suhu cukup tinggi, yaitu yang lebih tinggi dari titik didih pelarut yang digunakan. Pada umumnya lebih banyak digunakan untuk minyak atsiri (Darwis, 2000).

5. Pengempasan

Metode ini banyak digunakan dalam proses industri seperti pada isolasi senyawa dari buah kelapa sawit dan isolasi katekin dari daun gambir. Proses ini tidak menggunakan pelarut (Darwis, 2000).

2.5Kromatografi Gas - Spektroskopi Massa (GC-MS)

Instrumen GC-MS adalah sebuah metode yang mengkombinasikan kromatografi gas dan spektroskopi massa untuk mengidentifikasikan berbagai macam senyawa dalam sebuah pengukuran suatu sampel. Kromatografi gas menggunakan sebuah kolom kapiler sebagai fase diam sedangkan fase gerak berupa gas inert sehingga berfungsi sebagai gas pembawa. Perbedaan sifat kimia antara molekul dalam sebuah pencampuran akan memisahkan molekul pada saat


(29)

17 sampel tersebut masuk ke dalam kolom. Molekul-molekul akan memiliki waktu retensi yang berbeda-beda untuk keluar dari kromatogarafi gas, dan hal ini memungkinkan untuk spektroskopi massa mendeteksi ion-ion molekul secara terpisah. Spektroskopi massa akan mendeteksi fragmen ini dan dihasilkan massa molekul relatifnya (Sastrohamidjojo, 1991).

Prinsip kerja kromatografi gas (GC) merupakan jenis kromatografi yang digunakan dalam kimia organik untuk pemisahan dan analisis. GC dapat digunakan untuk menguji kemurnian dari bahan tertentu, atau memisahkan berbagai komponen dari campuran. Dalam beberapa situasi, GC dapat membantu dalam mengidentifikasi sebuah senyawa kompleks. Spektroskopi massa mampu menghasilkan berkas ion dari suatu zat uji, memilah ion tersebut menjadi spektum yang sesuai dengan perbandingan massa terhadap muatan dan merekam kelimpahan relatif tiap jenis ion yang ada. Umumnya hanya ion positif yang dipelajari karena ion negatif yang dihasilkan dari sumber tumbukan umumnya sedikit. Saat GC dikombinasikan dengan MS, akan didapatkan sebuah metode analisis yang sangat bagus (Gritter dkk., 1991).


(1)

4. Dapat terurai (biodegradable)

5. Merupakan renewable energy karena terbuat dari bahan alam yang dapat diperbaharui

6. Meningkatkan independensi suplai bahan bakar karena dapat diproduksi secara lokal

Menurut Syah (2006), karakteristik emisi pembakaran biodiesel dibandingkan dengan solar adalah sebagai berikut :

1. Emisi karbon dioksida (CO2) netto berkurang 100% 2. Emisi sulfur dioksida berkurang 100%

3. Emisi debu berkurang 40-60%

4. Emisi karbon monoksida (CO) berkurang 10-50% 5. Emisi hidrokarbon berkurang 10-50%

6. Hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH = polycyclic aromatic hydrocarbon) berkurang, terutama PAH beracun seperti : phenanthren berkurang 98%, benzofloroanthen berkurang 56%, benzapyren berkurang 71%, serta aldehida dan senyawa aromatik berkurang 13%

2.3.1 Stabilitas oksidasi pada minyak

Oksidasi adalah suatu proses yang dapat berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen dengan minyak atau lemak. Cara termudah untuk mengetahui bahwa telah terjadi reaksi oksidasi pada minyak atau lemak adalah dengan adanya bau tengik/rancid pada minyak atau lemak. Oksidasi biasanya dimulai dengan pembentukan peroksida dan hidroperoksida (Ingold, 1962).

Mekanisme oksidasi pada minyak diawali dengan tahap inisiasi yang akan membentuk radikal bebas (R·) pada saat minyak terkena panas, cahaya, ion


(2)

logam, dan oksigen. Tahap selanjutnya propagasi yaitu reaksi antara radikal bebas dengan oksigen menghasilkan radikal peroksida (ROO·). Radikal peroksida akan bereaksi dengan ion hidrogen dari minyak membentuk hidroperoksida (ROOH) dan radikal bebas yang baru. Tahap terakhir terminasi yaitu reaksi antara sesama radikal bebas membentuk senyawa yang tidak aktif. Mekanisme oksidasi pada minyak dapat digambarkan sebagai berikut (Ingold, 1962) :

Inisiasi : RH + O2 R· + H2O Propagasi : R· + O2 ROO·

RH + ROO·  ROOH + R·

Terminasi : ROO· + ROO·  Produk tidak aktif/stabil R· + R·  Produk tidak aktif/stabil Gambar 2.3 Mekanisme Reaksi Oksidasi pada Minyak Keterangan :

R· : radikal bebas

RH : hidrokarbon (minyak) ROO· : radikal peroksida ROOH : hidroperoksida

Kerusakan minyak dan lemak karena oksidasi diklasifikasikan menjadi dua, yaitu (Ingold, 1962) :

a. Auto-oxidation

Terjadi apabila lemak dan minyak terpapar udara pada suhu ruang dan proses oksidasi terjadi secara perlahan-lahan sehingga peroksida akan terakumulasi di dalam minyak dan lemak.


(3)

Thermal oxidation adalah suatu fenomena dimana laju reaksi oksidasi meningkat pada lemak dan minyak karena temperatur yang tinggi. Produknya selain hidrogen peroksida juga berupa komponen karbonil seperti aldehid atau polimer sehingga kekentalannya meningkat.

Stabilitas oksidasi merupakan parameter yang penting karena sangat berpengaruh terhadap operasional mesin, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Kualitas biodiesel dengan standar stabilitas oksidasi EN 14112 adalah biodiesel yang diuji harus memiliki stabilitas oksidasi minimal 6 jam. Penggunaan biodiesel yang tidak memenuhi standar oksidasi, dalam jangka panjang akan merusak elemen mesin, seperti injektor, tangki bahan bakar dan pada mesin (Knothe, 2005).

2.4Metode Ekstraksi

Kandungan zat dari suatu tanaman dapat diperoleh melalui cara ekstraksi yang berfungsi untuk menarik senyawa kimia dari dalam tanaman. Menurut Harborne (1987), prinsip ekstraksi adalah melarutkan senyawa polar dalam pelarut polar dan senyawa non-polar dalam pelarut non-polar. Darwis (2000) menyebutkan ada beberapa metode ekstraksi senyawa organik bahan alam yang umum digunakan, antara lain:

1. Maserasi

Maserasi merupakan proses perendaman sampel menggunakan pelarut organik pada suhu ruangan. Proses ini sangat menguntungkan dalam isolasi senyawa bahan alam karena melalui perendaman sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar sel sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan


(4)

terlarut dalam pelarut organik dan ekstraksi senyawa akan sempurna karena dapat diatur lama perendaman yang dilakukan. Pemilihan pengekstrak untuk proses maserasi akan memberikan efektifitas yang tinggi melalui cara memperhatikan kelarutan senyawa bahan alam pelarut tersebut. Metode ini digunakan untuk mengekstraksi zat aktif yang mudah larut dalam cairan pengekstrak, tidak mengembang dalam pengekstrak, serta tidak mengandung benzoin. Keuntungan dari metode ini adalah peralatannya mudah ditemukan dan pengerjaannya sederhana (Hargono, 1986).

Hargono (1986) menyebutkan beberapa variasi metode maserasi, antara lain digesti, maserasi melalui pengadukan kontinyu, remaserasi, maserasi melingkar, dan maserasi melingkar bertingkat. Digesti, maserasi menggunakan pemanasan lemah (40-50°C). Maserasi pengadukan kontinyu merupakan maserasi yang dilakukan pengadukan secara terus-menerus, misalnya menggunakan shaker, sehingga dapat mengurangi waktu hingga menjadi 6-24 jam. Remaserasi, maserasi yang dilakukan beberapa kali. Maserasi melingkar, maserasi yang cairan pengekstrak selalu bergerak dan menyebar. Maserasi melingkar bertingkat merupakan maserasi yang bertujuan untuk mendapatkan pengekstrakan yang sempurna. Lama maserasi mempengaruhi kualitas ekstrak yang akan diteliti. Lama maserasi pada umumnya adalah 4-10 hari. Menurut Voight (1995), maserasi akan lebih efektif jika dilakukan proses pengadukan secara berkala karena keadaan diam selama maserasi menyebabkan turunnya perpindahan bahan aktif. Melalui usaha ini diperoleh suatu keseimbangan konsentrasi bahan ekstraktif yang lebih cepat masuk ke dalam cairan pengekstrak.


(5)

Perkolasi merupakan proses melewatkan pelarut organik pada sampel sehingga pelarut akan membawa senyawa organik bersama-sama pelarut. Efektifitas dari proses ini hanya akan lebih besar untuk senyawa organik yang sangat mudah larut dalam pengekstrak yang digunakan (Darwis, 2000).

3. Sokletasi

Proses sokletasi sangat baik senyawa yang tidak terpengaruh oleh panas. Penggunaan pengekstrak dalam proses ini akan dapat dihemat karena terjadinya sirkulasi pengekstrak yang selalu membasahi sampel (Darwis, 2000).

4. Destilasi uap

Proses destilasi uap banyak digunakan untuk senyawa organik yang tahan pada suhu cukup tinggi, yaitu yang lebih tinggi dari titik didih pelarut yang digunakan. Pada umumnya lebih banyak digunakan untuk minyak atsiri (Darwis, 2000).

5. Pengempasan

Metode ini banyak digunakan dalam proses industri seperti pada isolasi senyawa dari buah kelapa sawit dan isolasi katekin dari daun gambir. Proses ini tidak menggunakan pelarut (Darwis, 2000).

2.5Kromatografi Gas - Spektroskopi Massa (GC-MS)

Instrumen GC-MS adalah sebuah metode yang mengkombinasikan kromatografi gas dan spektroskopi massa untuk mengidentifikasikan berbagai macam senyawa dalam sebuah pengukuran suatu sampel. Kromatografi gas menggunakan sebuah kolom kapiler sebagai fase diam sedangkan fase gerak berupa gas inert sehingga berfungsi sebagai gas pembawa. Perbedaan sifat kimia antara molekul dalam sebuah pencampuran akan memisahkan molekul pada saat


(6)

sampel tersebut masuk ke dalam kolom. Molekul-molekul akan memiliki waktu retensi yang berbeda-beda untuk keluar dari kromatogarafi gas, dan hal ini memungkinkan untuk spektroskopi massa mendeteksi ion-ion molekul secara terpisah. Spektroskopi massa akan mendeteksi fragmen ini dan dihasilkan massa molekul relatifnya (Sastrohamidjojo, 1991).

Prinsip kerja kromatografi gas (GC) merupakan jenis kromatografi yang digunakan dalam kimia organik untuk pemisahan dan analisis. GC dapat digunakan untuk menguji kemurnian dari bahan tertentu, atau memisahkan berbagai komponen dari campuran. Dalam beberapa situasi, GC dapat membantu dalam mengidentifikasi sebuah senyawa kompleks. Spektroskopi massa mampu menghasilkan berkas ion dari suatu zat uji, memilah ion tersebut menjadi spektum yang sesuai dengan perbandingan massa terhadap muatan dan merekam kelimpahan relatif tiap jenis ion yang ada. Umumnya hanya ion positif yang dipelajari karena ion negatif yang dihasilkan dari sumber tumbukan umumnya sedikit. Saat GC dikombinasikan dengan MS, akan didapatkan sebuah metode analisis yang sangat bagus (Gritter dkk., 1991).


Dokumen yang terkait

Karakteristik Simplisia Dan Isolasi Senyawa Saponin Dari Biji Tumbuhan Gambas (Luffa acutangula Roxb. L.)

5 65 69

Isolasi Senyawa Alkaloida Dari Biji Tumbuhan Jintan Hitam (Nigella Sativa L.) Serta Karakterisasi Isolat Secara Spektrofotometri Sinar Ultraviolet Dan Inframerah

1 31 101

Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia Serta Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Sembukan (Paederia foetida L) Terhadap Tikus Putih Jantan

13 40 102

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA MINYAK ATSIRI DARI TUMBUHAN SEMBUKAN (Paederia foetida L.) DENGAN METODE KROMATOGRAFI GAS-SPEKTROSKOPI MASSA (GC-MS).

0 2 6

Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia Serta Uji Efek Antiinfsi Ekstrak Etanol Daun Sembukan (Paederia foetida L) Terhadap Tikus Putih Jantan

0 0 15

Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia Serta Uji Efek Antiinfsi Ekstrak Etanol Daun Sembukan (Paederia foetida L) Terhadap Tikus Putih Jantan

1 6 2

Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia Serta Uji Efek Antiinfsi Ekstrak Etanol Daun Sembukan (Paederia foetida L) Terhadap Tikus Putih Jantan

0 2 5

Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia Serta Uji Efek Antiinfsi Ekstrak Etanol Daun Sembukan (Paederia foetida L) Terhadap Tikus Putih Jantan

1 1 16

Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia Serta Uji Efek Antiinfsi Ekstrak Etanol Daun Sembukan (Paederia foetida L) Terhadap Tikus Putih Jantan

1 2 3

Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia Serta Uji Efek Antiinfsi Ekstrak Etanol Daun Sembukan (Paederia foetida L) Terhadap Tikus Putih Jantan

0 1 36