PANDUAN PENELITIAN KUALITATIF BAGI PEMULA.

(1)

PANDUAN PENELITIAN KUALITATIF

BAGI PEMULA


(2)

PANDUAN PENELITIAN KUALITATIF BAGI PEMULA

Oleh: Indrawati Yuhertiana

Diterbitkan pertama kali oleh Eureka Smart Publishing

ISBN 978-979-19781-0-1

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Penerbit, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotoprint, mikrofilm dan sebagainya.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang hanya oleh hikmat, berkat dan karuniaNya buku ini berhasil diselesaikan.

Buku ini adalah buku sederhana yang ditulis untuk memudahkan peneliti pemula yang baru mulai belajar untuk mencoba melakukan penelitian dalam paradigma non positivis yang sering disebut sebagai penelitian kualitatif. Hanya ada lima bab yang disajikan karena diupayakan menjelaskan pokok-pokok penting yang perlu dipahami dalam melakukan penelitian kualitatif. Diawali dengan bab pertama yang berisi penjelasan tentang pengertian penelitian kualitatif serta perbedaan dan persamaannya dengan penelitian kuantitatif. Bab-bab selanjutnya membahas tentang proses penelitian kualitatif, desain penelitian kualitatif, pengumpulan data dan diakhiri dengan analisis data dalam penelitian kualitatif. Dengan demikian diharapkan, pembaca buku ini dapat dengan mudah memperoleh gambaran umum tentang bagaimana melakukan penelitian kualitatif secara mudah.

Penulis menyadari bahwa penyajian buku ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu dengan sangat senang hati dan terbuka penulis berharap akan berbagai kritik dan saran untuk perbaikan buku ini.

April 2009


(4)

DAFTAR ISI

1. Pengertian Penelitian Kualitatif

1.1 Pengertian Penelitian Kualitatif ... 1

1.2 Perbedaan Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif ... 2

1.3 Karakteristik Penelitian Kualitatif ... 4

1.4 Gambaran Umum Penelitian Kuailitatif... 6

1.5 Jenis Penelitian Kualitatif... 8

1.6 Istilah dalam Penelitian Kualitatif ... 9

2. Proses Penelitian dan Merumuskan Masalah 2.1 Proses Penelitian Kualitatif ... 13

2.2 Permasalahan, Fokus dan Pertanyaan Penelitian ... 14

2.3 Menggunakan Kata Tanya dengan Cara Bagaiman mengajukan Pertanyaan ... 18

3. Desain Penelitian 3.1 Pengertian Desain Penelitian ... 21

3.2 Jenis Desain Penelitian Kukalitatif ... 21

3.3 Informasi dalam Desain Penelitian ... 24

3.3.1 Konteks Penelitian(Latar Belakang Masalah) ... 25

3.3.2 Fokus Kajian ... 25

3.3.3 Tujuan Penelitian ... 26

3.3.4 Ruang Lingkup dan Seting Penelitian ... 26

3.3.5 Prespektif, teoritik dan kajian pusaka... 26

3.3.6 Metode yang di gunakan ... 27 3.3.7 Sampling-Pemilihan informan dan situasi social . 27


(5)

3.4 Hubungan antara Pertanyaan Penilitian-pengumpulan

Data/Metode-Justifikasi ... 31

4. Pengumpulan Data 4.1 Jenis Data... 33

4.2 Teknik Pengumpulan Data... 36

4.3 Pencatatan Data... 42

4.4 Teoritikcal Notes ... 44

5. Analisis data 5.1 Pengertian Analisis Data... 47

5.2 Mengorganisir Data ... 50

5.3 Familiarisasi-Upaya Mengenal dan familier terhadap Data... 54

5.4 Melakukan interpretasi ... 58

5.4.1 Alat yang dikunakan dalam interpretasi ... 59

5.4.2 Kepekaan Teoritis... 60

5.5 Tahapan analisis dan menurut jenis penelitian ... 64

Daftar Pustaka


(6)

1.1. Pengertian Penelitian Kualitatif

Beberapa pengertian tentang penelitian kualitatif disampaikan oleh beberapa pakar sebagai berikut :

Strauss dan Corbin (2003): qualitative research adalah penelitian yang menghasilkan temuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur statistik atau dengan cara kuantifikasi lainnya.

Bogdan dan Taylor (1993): prosedur penelitian yang bertujuan mengumpulkan dan menganalisis data deskriptif berupa tulisan, ungkapan lisan dari orang dan perilakunya yang dapat diamati. Kirk dan Miller (1986): penelitian kualitatif merupakan tradisi dalam ilmu sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut menurut bahasa dan peristilahannya. Penelitian kualitatif bertujuan mengumpulkan data dalam setting alamiah, yang akan digunakan untuk menyusun teori melalui analisis data secara induktif.

Sugiyono, 2005 , Penelitian kualitatif adalah metode yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti berperan sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi, analisis data bersifat induktif, kualitatif, hasil penelitian lebih menekankan makna daripada generalisasi.

Berdasarkan berbagai definisi tentang penelitian kualitatif di atas diperoleh beberapa kata kunci, yaitu:


(7)

 Tidak menggunakan analisis statistik atau kuantitatif

 Data bersifat deskriptif berupa tulisan yang mencatat ungkapan lisan atau perilaku manusia

 Setting alamiah, yaitu mengamati manusia menurut dirinya apa adanya

 Analisis data secara induktif

 Bertujuan untuk menemukan teori

 Realita tidak hanya yang tampak terlihat tetapi yang lebih penting apa makna dibalik realita empiris tadi.

1.2. Perbedaan Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.

Perbedaan pokok penelitian kualitatif dengan penelitian kuantitatif adalah :

a. Cara pandang sifat realita

Realita adalah kenyataan atau fakta. Perspektif penelitian kuantitatif beranggapan bahwa realita, fakta dan data terbatas pada sesuatu yang empiri sensual (teramati secara indrawi), sedangkan dalam paradigma kualitatif selain yang empiri sensual, juga mencakup apa yang ada di balik yang empiri sensual (fenomena dan nomena). Contohnya, menangis adalah sebuah fakta, fenomena, kondisi empiri sensual. Tetapi menangis punya beberapa nomena, karena menangis tidak hanya diartikan sebagai sebuah kesedihan, tetapi menangis bisa berarti lapar, sakit bahkan seseorang yang sedang berbahagia bisa teramati secara inderawi sedang menangis karena mengeluarkan airmata. Sering dijumpai seorang ibu menangis di upacara wisuda atau pernikahan putra-putrinya.


(8)

b. Peranan nilai.

Nilai yang dimaksud disini adalah “human value”, yang didefinisikan sebagai keyakinan mengenai cara bertingkah laku dan tujuan akhir yang diinginkan individu, dan digunakan sebagai prinsip atau standar dalam hidupnya. Penelitian kuantitatif menekankan obyektifitas maka sifatnya adalah bebas nilai (value-free). Oleh karena itu emosi seseorang dapat direduksi dan diukur melalui angka-angka satu sampai lima dalam skala Likert. Tidak demikian dengan penelitian kualitatif yang tidak bersifat bebas-nilai. Tidaklah mungkin tingkat emosi seseorang dapat diukur karena banyak sekali alasan ketika seorang menangis bisa karena sedih, marah, kecewa atau justru karena bahagia dan terharu. Oleh karena itu peneliti kuantitatif senantiasa akan menjaga obyektifitasnya sedangkan peneliti kualitatif akan berpijak pada netralitas yang berempati.

c. Fleksibiltas dalam pengumpulan data

Penelitian kualitatif tidak bersifat baku tetapi selalu di sesuaikan dengan keadaan di lapangan demikian pula hubungan antara peneliti dengan yang di teliti bersifat interaktif dantidak dapat di pisahkan,sedangkan dalam penelitian kuantitatif prosedur pengumpilan data di standardisasi dan menganggap bahwa hubungan peneliti dengan yang di teliti adalah independen dan dapat di pisahkan


(9)

1.3. Karakteristik Penelitian Kualitatif

a. Menekankan pada pola berpikir induktif

Pada dasarnya penelitian kualitatif berfokus untuk mengamati secara subyektif berbagai tema dari sebuah realita sosial, menghubungkan berbagai tema yang muncul sehingga akan menjadi sebuah pernyataan teori. Hal ini berbeda dengan penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk melakukan generalisasi, setiap hipotesis hendaknya dapat diuji kebenarannya secara deduktif - sesuai atau tidak dengan kenyataan di lapangan.

Penalaran Deduksi Penalaran Induksi

b. Melihat pada setting dan manusia sebagai satu kesatuan, secara holistik (utuh). Penelitian kualitatif memandang sebuah realita sosial secara holistik, menyeluruh dan utuh, dengan menggunakan pola pikir holistik pula. Berpikir holistik berarti berpikir dengan menggunakan berbagai aspek dengan menyadari aktivitas berpikir sebagai aktivitas gabungan antara dimensi-dimensi spiritual (moral, etika, tujuan hidup), psikososial (motivasi, empati), rasional dan fisikal (eksekusi, implementasi, menerimafeedbacks). Kecerdasan pada

dimensi-observasi observasi


(10)

dimensi tersebut dilabeli dengan istilah SQ (spiritual), EQ (emosional), IQ (rasional), dan PQ (fisikal). (http://www.itpin.com/blog/). Berbeda dengan penelitian kuantitatif yang berdasarkan pada pola pikir reduktif, melakukan penyederhanaan pada sebuah sistem sosial yang sebenarnya amatlah kompleks.

c. Memahami perilaku manusia dari sudut pandang mereka sendiri-verstehen. Hal ini di lakukan dengan cara melakukan empati pada orang yang di teliti dalam upaya memehami bagaimana mereka melihat berbagai hal dalam kehidupan Pemahaman mengandung makna pemahaman dari dalam (verstehen) yang mempunyai arti bahwa peneliti dalam melakukan penelitian hendaknya memahami permasalahan dari dalam konteks masalah yang diteliti, oleh karena itu peneliti kualitatif tidak mengambil jarak dengan yang diteliti

d. Lebih mementingkan proses penelitian daripada hasil penelitian. Bukan pemahaman yang di cari melainkan pemahaman mendalam tentang kehidupan sosial. Proses awal, getting in, mendekati informan, mencoba memahami latar belakangnya dan mengapa informan berpendapat atau berperilaku demikian. Terlebih lagi pada proses getting along, ber-relasi untuk dapat menjaga kepercayaan sehingga memahami benar-benar obyek yang diteliti adalah lebih penting daripada hasil penelitian itu sendiri. Misalnya, penelitian Yuhertiana, 2004, menemukan bahwa terdapat kecenderungan untuk menciptakan budgetary slack pada para birokrat di Jawa Timur. Namun, lebih penting untuk mengetahui apa alasan


(11)

mereka cenderung memark-up anggaran, apakah karena budaya, kalau iya, budaya seperti apa?

e. Bersifat humanities. Peneliti mencoba memahami secara pribadi orang yang di teliti dan ikut mengalami apa yang di alami orang yang di teliti dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, seorang peneliti mencoba memahami berbagai tekanan yang diterima seorang auditor baik dari rekan sekerja, atasan ataupun klien (auditee). Berdasarkan wawancara dan observasi peneliti dapat dipahami betapa informan tersebut sering dihadapkan pada situasi tidak menyenangkan yang mengharuskannya harus bersikap, sehingga karena prinsip tegasnya justru malah karirnya menjadi terhambat.

1.4. Gambaran Umum Penelitian Kualitatif.

Penelitian kualitatif membutuhkan kepekaan dan rasa empati yang lebih dari peneliti untuk memahami suatu realita sosial. Sama halnya dengan penelitian kuantitatif yang langkah pertama yang perlu dilakukan adalah melakukan observasi untuk mendeteksi keberadaan sebuah permasalahan. Namun berbeda dengan penelitian kuantitatif yang proses penelitiannya bersifat linier maka proses penelitian kualitatif bersifat sirkuler. Secara umum berikut adalah beberapa pedoman untuk memahami bagaimana proses penelitian kualitatif dilakukan.

a) Desain Penelitian. Desain penelitian sifatnya umum, fleksibel dan selalu berkembang setelah di lapangan. Oleh karena itu usulan penelitian (proposal) bersifat:


(12)

 Singkat

 Sedikit mencantumkan literatur (akan menyesuaikan dengan lapangan)

 Pendekatan secara umum

 Tidak ada hipotesa awal

b) Fokus penelitian sering ditulis setelah ada data yang terkumpul di lapangan

c) Tujuan Penelitian. Penelitian kualitatif menekankan untuk memahami dan mencari makna sebuah realita sosial (verstehen), mengembangkan teori: teori dasar, teori yang diangkat dari lapangan (grounded theory), menggambarkan realitas yang kompleks.

d) Teknik penelitian menggunakan observasi mendalam kebanyakan peneliti terlibat langsung (observasi partisipan), melakukan wawancara bebas dengan pedoman pertanyaan yang sifatnya terbuka.

e) Instrumen penelitian yaitu alat utama untuk memperoleh data (capturing data) adalah peneliti sendiri (Human Instrument),catatan, tape recorder, dokumen, dan lain-lain. f) Data berupa tulisan narasi yang deskriptif, catatan pribadi,

catatan lapangan, ucapan-ucapan responden, gambar, simbol dan lain-lain.

g) Sampel atau dikenal sebagai informan tidak representatif secara kuantitatif, tetapi representatif secara kualitatif (berdasar sumber) dan kecil. Sampel adalah purposif karena sudah ditentukan lebih dahulu siapa-siapa yang akan ditanya (tidak ada kaitannya dengan jumlah), tetapi lebih terkait


(13)

dengan relevansi dan peran informan terhadap topik dan permasalahan penelitian.

h) Analisis dilakukan secara terus menerus sejak awal hingga akhir penelitian. Bahkan di awal penelitian, saat melakukan observasi awal peneliti kualitatif sudah perlu melakukan refleksi dan interpretasi untuk memaknai gejala-gejala permasalahan yang muncul di lapangan. Proses analisis dimulai dengan berpijak pada gejala-gejala atas realita sosial di lapangan, menghubungkan dengan gejala atau tema lain yang dilakukan dengan logika berpikir induktif. Tujuan proses refleksi ini adalah mencari model, pola maupun tema.

i) Hubungan dengan responden adalah akrab, peneliti tidak boleh mengambil jarak karena tujuannya adalah untuk memahami diri informan sebagaimana dia apa adanya. Oleh karena itu perlu lebih berempati dan menganggap sama dengan responden (hubungan yag empatetik).

j) Jenis penelitian kualitatif ((Noeng Muhadjir. 2000: 17) seperti interpretif grounded research, ethnometodologi, paradigma naturalistik, interaksi simbolik, semiotik, heuristik, hermeneutik, atau holistik, yang kesemuanya itu tercakup dalam klasifikasi metodologi penelitian postpositivisme phenomenologik interpretif.)

1.5.Jenis Penelitian Kualitatif

Creswell (1994) menyebutkan ada empat jenis penelitian dalam pendekatan kualitatif, yaitu:


(14)

a) Etnografi : dalam penelitian ini yang dipelajari adalah

kelompok budaya dalam konteks natural selama periode tertentu, dengan tujuan untuk mengetahui budaya kelompok tersebut.

b) Grounded Theory : yang diupayakan dalam penelitian ini adalah menyimpulkan suatu teori dengan menggunakan tahap-tahap pengumpulan data dan saling menghubungkan antara kategori informasi. Karateristik dari jenis ini adalah pembandingan antar data dari berbagai kategori dan penggunaan sampel berbeda dari kelompok populasi untuk memaksimalkan persamaan dan perbedaannya.

c) Studi Kasus : yang digali adalah entitas tunggal atau fenomena (“kasus”) dari suatu masa tertentu dan aktivitas (bisa berupa program, kejadian, proses, institusi atau kelompok sosial), serta mengumpulkan detil informasi

dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data selama kasus itu terjadi.

d) Studi Fenomenologi : dalam penelitian ini yang diteliti adalah pengalaman manusia melalui deskripsi dari orang yang menjadi partisipan penelitian, sehingga peneliti dapat memahami pengalaman hidup partisipan.

1.6.Istilah dalam penelitian kualitatif.

Berikut adalah beberapa istilah yang sangat sering ditemui dalam jurnal-jurnal penelitian kualitatif.


(15)

 Subjective interpretation : melakukan interpretasi sebuah realita sosial secara subyektif

 Reality as social construction, realita merupakan sebuah kenyataan yang dipersepsikan oleh individu, kelompok dan masyarakat melalui interpretasi yang mereka bangun melalui pengalaman, kejadian dan respon.

 Theory building : penelitian kualitatif bertujuan untuk membangun teori sehingga tidak berupaya untuk melakukan generalisasi

 Narration : narasi adalah tulisan yang lebih banyak berisi tentang cerita daripada angka-angka.

 Thick description : laporan penelitian biasanya tebal karena setiap berinteraksi dengan subyek baik secara langsung maupun tidak langsung peneliti perlu melakukan mentranskripsikan, menganalisis, mensiintesiskan untuk dapat menginterpretasi makna realita sosial.

 Subject as the expert: peneliti mencoba untuk memahami subyek penelitian sehingga peneliti sebenarnya sedang belajar pada subyek sebagai ahli, dimana peneliti mencoba memahami subyek.

 Rapport: Peneliti perlu membangun sebuah hubungan persahabatanyang dekat dengan subyek penelitian untuk memahami subyek sebagaimana adanya.

 Getting in, getting along, getting out :ini adalah proses dalam mendekati dan berhubungan dengan subyek penelitian. Diperlukan waktu dan strategi untuk menentukan kapan saat yang tepat bagi peeliti untuk dapat benar-benar masuk


(16)

“wilayah” subyek penelitian, bagaimana membuatnya tetap dipercaya.

 In depth interview: berbeda dengan proses penelitian kuantitatif yang melakukan wawancara umum, penelitian kualitatif melakukannya secara mendalam. Artinya sampai dapat dikuak apa makna dari fakta empiris yang ditampilkan subyek peneliti.


(17)

Latihan

1. Apa pengertian penelitian kualitatif itu?

2. Apa perbedaan penelitian kuantitatif dan kualitatif?

3. Apa yang dimaksud dengan logika berpikir induksi. Beri contoh.

4. Beri contoh kasus “makna” dalam realita sosial

5. Apa yang dimaksud dengan “value-free” dan “non-value-free” Beri contoh.

6. Penelitian kuantitatif bertujuan untuk menggeneralisasikan atau untuk memprediksi sebuah realita. Jelaskan statement ini dan beri contoh.

7. Penelitian kualitatif bertujuan untuk menguak makna sebuah realita secara mendalam. Jelaskan statement ini dan beri contoh.

8. Cari sebuah publikasi hasil penelitian kualitatif. Review artikel tersebut berdasarkan permasalahan, fokus penelitian, desain penelitian, data yang digunakan, teknik pengumpulan data, teknik analisis yang digunakan, cara menulis pembahasan.


(18)

2.1. Proses penelitian kualitatif

Penelitian kuantitatif sifatnya linier, berurutan dimulai dengan merumuskan masalah, membuat hipotesis, menguji hipotesis dengan fakta di lapangan, menganalisisnya kemudian menyimpulkan. Berbeda dengan penelitian kuantitatif maka proses penelitian kualitatif sifatnya tidak linier, tidak ber-urutan, sering disebut sebagai cyclical atau interplay. Eferin, et al. 2007, mengistilahkan sebagai proses yang berbalasan sambil bergerak maju, artinya pada saat proses awal ketika peneliti melakukan observasi untuk menemukan masalah, peneliti sudah harus melakukan observasi detil, wawancara, mentranskripsikan, merefleksikan bahkan menganalisis untuk mengambil kesimpulan sementara, sampai kemudian topik permasalahan menjadi lebih sempit menjadi fokus penelitian atau permasalahan. Oleh karena itu, proses penelitian bersifat fleksibel, dengan permasalahan yang berkemungkinan untuk direvisi beberapa kali sesuai dengan temuan dan refleksi peneliti di lapangan.

Proses untuk menjawab pertanyaan penelitian perlu di cek kembali, dan kalau data belum mendukung peneliti perlu kembali ke lapangan melakukan observasi, merefleksikan, menganalisis, menulis, membuat laporan, demikian terus menerus sampai peneliti sendiri merasa data sudah jenuh (saturasi). Perhatikan gambar berikut:


(19)

Sumber: Efferin et al, 2007

Bandingkan dengan proses penelitian kuantitatif yang bersifat linier:

Gambar 2. Perbandingan Proses Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif

Sumber: Ratcliff, 1996

2.2. Permasalahan, Fokus dan Pertanyaan Penelitian

Permasalahan dalam sebuah penelitian adalah sangat penting, bahkan Sparingga,2004, mengatakan bahwa permasalahan adalah jangkar penelitian. Mengapa demikian? Ya karena seluruh aktivitas dalam proses penelitian harus selalu berfokus pada permasalahan penelitian ini, karena permasalahan inilah yang hendak dijawab melalui proses penelitian.

TOPIK Pertanyaan Penelitian

Pengumpulan Data

Analisis Data

Penulisan Laporan


(20)

Kamus Oxford (1995): problem is a thing that is difficult to deal with or understand ; a question to be answered or solved; esp. by reasoning or calculating. Kamus besar bahasa Indonesia (2001): masalah diartikan sebagai sesuatu yang harus diselesaikan (dipecahkan); soal, persoalan.

Das Sollen dan Das Sein.

Masalah dapat menjadi faktor yang dapat menyebabkan tidak tercapainya tujuan. Ketika dinyatakan “ada permasalahan” berarti sebenarnya “ada kesenjangan” antara das sollen dan das sein. Das sollen adalah yang ideal, yang seharusnya, yang normatif, dengan bahasa sederhana ” katanya teori”. Das sein adalah praktiknya, senyatanya, realitanya, faktanya. Dengan demikian, mencari das sollen dilakukan dengan menelusuri literatur atau observasi untuk mencari norma-norma yang disepakati. Adapun das sein dilakukan dengan melakukan observasi lapangan baik dengan pengalaman sendiri maupun dari informasi yang diperoleh dari berbagai media, seperti koran, TV, internet dan lain-lain.

Ada perbedaan antara “apa yang seharusnya” dan “apa yang ada dalam kenyataan”, antara harapan dan kenyataan, antara “apa yang diperlukan” dan “apa yang tersedia”. Oleh karena itu langkah selanjutnya adalah merumuskan masalah. Merumuskan masalah berarti mendeskripsikan dengan jelas masalah yang dihadapi. Perumusan masalah merupakan proses penyederhanaan masalah yang rumit dan kompleks, menjadi masalah yang dapat diteliti. Rumusan masalah penelitian


(21)

biasanya terdiri atas beberapa kalimat pertanyaan yang dibuat secara jelas dan tegas yang dapat mengarahkan solusi atau alternatif solusinya.

Dengan demikian rumusan masalah atau pertanyaan penelitian atau fokus penelitian dari contoh di atas adalah:

1. Pertanyaan yang harus dijawab melalui penelitian

2. Pertanyaan penelitian menekankan pada fakta dan pengumpulan informasi

Perumusan masalah dalam penelitian kualitatif.

Langkah awal suatu penelitian adalah merumuskan masalah. Langkah ini sangat strategis dan penting karena rumusan masalah adalah jangkar penelitian dan digunakan reviewer jurnal internasional untuk menilai kualitas sebuah penelitian. Karena sifatnya yang fleksibel selalu menyesuaikan dengan fenomena yang terjadi pada realita sosial di lapangan, maka permasalahan penelitian dalam penelitian kualitatif memiliki sifat sebagai berikut:

1. Rumusan masalah penelitian bersifat tentatif dapat berubah dan disempurnakan.

2. Masalah penelitian ada di lapangan, dan perumusan masalah merupakan upaya untuk menemukan teori dari dasarnya (grounded theory)

3. Rumusan masalah sering disebut “fokus penelitian” yang dirumuskan dalam bentuk “pertanyaan penelitian”.

Bagaimana memilih masalah penelitian ?

Dalam dunia nyata banyak masalah yang harus diselesaikan dengan segera dalam waktu tertentu. Namun tidak semua masalah tersebut


(22)

dapat diangkat menjadi masalah penelitian. Oleh karena itu perlu dilakukan identifikasi masalah. Ada beberapa cara yang dapat ditempuh:

1. Analisis literatur, terutama publikasi hasil-hasil penelitian yang relevan, rekomendasi tindak lanjut hasil penelitian

2. Kerja dan kontak profesional bidang keilmuan, forum-forum ilmiah

3. Pernyataan pemegang otoritas, baik ilmuwan maupun birokrasi 4. Pengamatan sepintas atas suatu kejadian atau peristiwa tertentu 5. Pengalaman pribadi peneliti dalam bidang tertentu yang menarik

untuk diteliti

Untuk memperjelas bagaimana sebuah permasalahan dalam penelitian kualitatif dirumuskan, perhatikan tabel berikut.

Tabel 1. Reduksi permasalahan penelitian dengan membandingkan das solen dan das sein.

DAS SOLLEN DAS SEIN PERTANYAAN PENELITIAN Belkaoui (2000 : 230)

organisasi

seharusnya bertindak untuk

memaksimalkan kesejahteraan sosial, jika terjadi kontrak antara organisasi dengan masyarakat. Dengan demikian, organisasi memperoleh sejenis legitimasi dari masyarakat. Di Indonesia pengakomodasian unsur tanggung jawab sosial belum dijalankan dengan baik dan wajar. Beberapa kasus muncul, antara lain: PT Freeport

Indonesia di papua, kasus TPST bojong di Bogor, kasus PT Newmont di teluk Buyat, atau bahkan yang lebih fenomenal yaitu kasus lumpur panas di ladang migas PT. Lapindo Brantas di Sidoarjo

Bagaimana Penerapan CSR pada PT. Semen Gresik


(23)

2.3.Menggunakan kata tanya dan cara bagaimana mengajukan pertanyaan.

Pertanyaan penelitian dapat diawali oleh 5W 1H : what, who, when, where, why dan how. Research question pada penelitian kualitatif lebih ditujukan untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam dan spesifik. Oleh karena itu kata tanya yang sering digunakan adalah mengapa dan bagaimana. Menurut Prof. Parsudi Suparlan dalam Patilima, 2005, pertanyaan mengapa menuntut jawaban mengenai hakekat yang ada dalam hubungan di antara gejala-gejala atau konsep-konsep sedangkan pertanyaan apa, siapa, dimana dan kapan menuntut jawaban mengenai identitas dan pertanyaan bagaimana menuntut jawaban mengenai proses-prosesnya

Karena sifatnya yang mencoba menguak realita sosial secara mendalam biasanya penelitian kualitatif lebih banyak menggunakan kata tanya bagaimana dan mengapa. Namun demikian, dalam penelitian kualitatif juga dikenal tujuan penelitian yang berbeda menurut sifatnya, apakah bertujuan untuk eksplorasi, deskripsi ataupun untuk eksplanasi. Tips berikut membantu peneliti untuk menggunakan kata tanya yang lebih tepat.

1. Eksplorasi

Penelitian ini sifatnya melakukan penggalian, oleh karena itu perlu melakukan penjajakan dan identifikasi melalui pertanyaan; apa?, siapa?, bagaimana? ( sifatnya masih terbatas)


(24)

2. Deskripsi

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas, oleh karena itu perlu membuat uraian situasi dan kejadian melalui pertanyaan; bagaimana? ( sifatnya lebih luas)

3. Eksplanasi

Penelitian ini berupaya untuk menjelaskan sebuah realita sosial. Oleh karena itu perlu membuat penjelasan dan analisis melalui pertanyaan mengapa ?


(25)

Latihan

Latihan ini merupakan bagian dari proyek penelitian anda, yang saling berhubungan sampai dengan akhir buku ini. Outputnya anda akan dapat membuat proposal penelitian kualitatif.

1. Cari dan tentukan sebuah realita sosial yang menarik bagi anda untuk dijadikan topik penelitian.

2. Lakukan studi literatur ( buku teks, artikel, atau jurnal penelitian) tentang topik tersebut untuk mencari das sollen-nya.

3. Lakukan observasi lapangan sepintas (studi pendahuluan) untuk menemukan das sein-nya.

4. Berdasarkan kesenjangan antara das sollen dan das sein tersebut rumuskan pertanyaan penelitian, gunakan kata tanya bagaimana atau mengapa.

Berikut adalah lembar kerja yang dapat membantu anda merumuskan masalah penelitian.

LEMBAR KERJA

IDENTIFIKASI MASALAH

SUMBER INFORMASI Das Sollen - Literatur,

Jurnal penelitian

Das Sein OBSERVASI TIDAK LANGSUNG

 media

 koran

 internet

 tv

 majalah

OBSERVASI LANGSUNG :

Fenomena dan fakta di lapangan PERMASALAHAN


(26)

3.1 Pengertian Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan panduan bagi peneliti untuk melakukan aktivitas penelitiannya di lapangan sekaligus berguna untuk menilai kualitas penelitian apakah sudah dilakukan secara sungguh-sungguh serta tepat. Berbeda demgan penelitian kuantitatif yang sangat ketat dan kaku maka desain penelitian kualitatif sifatnya lebih luwes dan tidak terlalu rinci dengan demikian terbuka untuk perubahan dan bisa terjadi revisi selama proses penelitian. Desain penelitian kualittaif juga tidak lazim mendefinisikan suatu konsep, memberikan kemungkinan bagi perubahan jika ditemukan fakta yang mendasar, menarik, bermakna di lapangan. Rancangan akan lebih baik jika didahului dengan preliminari yaitu studi pendahuluan dapat berupa studi lapangan, studi dokumentasi, mempelajari data sekunder.

Pada dasarnya ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam merancang desain penelitian kualitatif yaitu:

 APA mengacu pada permasalahan

 MENGAPA alasan, latar belakang, signifikansi penelitian

 BAGAIMANA menyangkut metode, instrumen, subjek, lokasi, pengumpulan dan pengolahan data.

3.2. Jenis Desain Penelitian Kualitatif

Tidak ada standar baku dalam desain penelitian kualitatif Namun demikian, dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: a. Desain penelitian kualitatif non standar.

Desain penelitian dalam paradigma positivistik kuantitatif bersifat terstandar, artinya ada aturan yang sama yang


(27)

harus dipenuhi oleh peneliti untuk mengadakan penelitian dalam bidang apapun juga. Pelaksanaan penelitian dimulai dari adanya masalah, membatasi obyek penelitian, mencari teori dan hasil penelitian yang relevan, mendesain metode penelitian, mengumpulkan data, menganalisis data, membuat kesimpulan, ada yang menambah dengan implikasi, saran dan atau rekomendasi. Sebelum data diolah, perlu diuji terlebih dulu validitas dan reliabilitasnya, baik dari segi konstrak teori, isi maupun empiriknya. Sistematika penulisan sudah terstandar (penelitian kuantitatif), yaitu: Bab I. Pendahuluan (latar belakang masalah, identifikasi

masalah, rumusan/batasan masalah, dst.).

Bab II. Kajian teori atau kajian pustaka (kajian teori yang sesuai dengan masalah yang diteliti, hasil penelitian yang relevan, kerangka pikir, hipotesis/pertanyaan penelitian).

Bab III Metode penelitian (Desain, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, instrumen dan teknik analisis data). Bab IV Hasil penelitian.

Bab V Kesimpulan (ada yang menambah dengan implikasi, keterbatasan dan saran).

Desain penelitian kualitatif non standar terinspirasi dan masih dipengaruhi pola pikir penelitian kuantitatif, tetapi bersifat flesibel (tidak kaku). Dengan kata lain model ini merupakan modifikasi dari model penelitian paradigma


(28)

positivistik kuantitatif dengan menyederhanakan sistematika ataupun menyatukan bebarapa bagian dalam bab yang sama, misalnya memasukkan metode penelitian dalam bab I.

Contoh Desain Penelitian Kualitatif Non Standar: Bab I Pendahuluan

1.1 Latar belakang Masalah

1.2 Fokus Penelitian (dapat diartikan sebagai Rumusan Masalah)

1.3 Tujuan Penelitian 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis 1.4.2 Manfaat Praktis Bab II Tinjauan Pustaka Bab III Metode Penelitian

3.1 Jenis Penelitian

3.2 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data 3.3 Instrumen Penelitian

3.4 Teknik analisis data

3.5 Pengujian Kredibilitas data Bab IV Analisa Data

Bab V Kesimpulan 5.1 Kesimpulan

5.2 Keterbatasan Penelitian 5.3 Rekomendasi


(29)

b. Desain penelitian kualitatif tentatif.

Model ini sama sekali berbeda dari model-model di atas. Desain penelitian terstandar dan non standar disusun sebelum peneliti terjun ke lapangan dan dijadikan sebagai acuan dalam mengadakan penelitian, sedangkan desain penelitian tentatif disusun sebelum ke lapangan juga tetapi setelah peneliti memasuki lapangan penelitian, desain penelitian dapat berubah-ubah untuk menyesuaikan dengan kondisi realitas lapangan yang dihadapi. Acuan pelaksanaan penelitian tidak sepenuhnya tergantung pada desain yang telah disusun sebelumnya, tetapi lebih memperhatikan kondisi realitas yang dihadapi.

Dalam desain penelitian terstandar maupun non standar dapat dibakukan dengan istilah-istilah: masalah, kerangka teori, metode penelitian, analisis dan kesimpulan dan lainnya. Model tentatif menggunakan dasar sistematika yang berbeda. Sistematika model ini unit-unitnya atau bab-babnya disesuaikan dengan sistematika substantif obyeknya. Misalnya: penelitian tentang perilaku anak Bab I. Pendahuluan termasuk metode penelitian. Bab II. Fantasi. Bab III. Bermain. Bab IV. Sosialisasi, dan seterusnya. Model ini digunakan dalam penelitian kualitatif naturalistik.

3.3.Informasi dalam Desain Penelitian

Buku ini tidak menyajikan sebuah aturan baku tentang informasi yang harus ada dalam desain penelitian seperti yang diharapkan oleh mereka yang terbiasa menggunakan paradigma positivis.


(30)

Namun buku ini memberikan panduan tentang informasi yang perlu disampaikan oleh peneliti sesuai dengan kebutuhannya. Berikut beberapa hal yang perlu disajikan beserta beberapa panduan penting bagi Anda untuk dapat menuliskannya.

3.3.1. Konteks penelitian (Latar Belakang Masalah)

Sub bab ini bertujuan menjawab pertanyaan: mengapa sebuah penelitian perlu dilakukan. Lazim disampaikan adanya gap antara das sollen dan das sein. Oleh karena itu anda dituntut memiliki informasi awal tentang fakta/kenyataan sosial yang hendak dideskripsikan. Juga informasi yang menyangkut kondisi-kondisi umum/ kecenderungan umum dari fenomena yang hendak diteliti. Anda juga perlu menunjukkan keunikan tertentu yang sekaligus memberi isyarat bahwa masalah tersebut menarik dan penting untik diteliti

3.3.2. Fokus kajian ( rumusan masalah/ permasalahan atau pertanyaan penelitian)

 Mengandung penjelasan mengenai dimensi-dimensi apa yang menjadi pusat perhatian serta yang akan dibahas secara mendalan dan tuntas

 Fenomena yang hendak diteliti mengisyaratkan nilai temuan yang signifikan dan bermanfaat.

 Fenomena yang dipilih dalam fokus kajian harus benar-benar kasat mata (dapat diobservasi).

 Merupakan fenomena baru yang mengisyaratkan keunikan dan “ketidakberesan sosial”


(31)

 Memberikan suatu kepastian waktu yang dibutuhkan untuk diselesaikan dalam proses penelitian

 Ada referensi teoritik yang dapat digunakan sebagai perspektif untuk memahami atau menjelaskan

 Fenomena yang diangkat tidak bertentangan dengan nilai-nilai moral dan etika masyarakat

 Menarik diteliti dan diminati peneliti

 Relevansi dengan bidang ilmu yang diteliti

 Tersedia akses bagi peneliti untuk pengumpulan data 3.3.3. Tujuan penelitian

 Harus mampu menunjukkan untuk apa penelitian dilakukan

 Memiliki relevansi dengan fokus kajian

 Mampu menjelaskan manfaat hasil penelitian 3.3.4. Ruang lingkup dan setting penelitian

 Berisi penjelasan mengenai batas-batas subyek yang diteliti

 Berguna untuk mencegah generalisasi temuan

 Menunjukkan berlakunya kesimpulan dalam penelitian 3.3.5. Perspektif teoritik dan kajian pustaka

 Dalam proposal penelitian perspektif teori tidak perlu disampaikan secara detil, karena keberadaan teori lebih berfungsi sebagai guidance bagi peneliti. Peneliti diharapkan dapat mengembangkan teori dan bahkan menemukan teori berdasarkan pengamatannya selama di lapangan.


(32)

 Menjelaskan secara konsepsional teoritis kerangka berfikir peneliti terhadap fenomena yang diteliti

 Menunjukkan keberpihakan peneliti terhadap perspektif yang dipakai

 Kajian pustaka merupakan referensi teoritik terhadap masalah/thema yang diteliti.

3.3.6. Metode yang digunakan

 Berisi penjelasan mengenai “bagaimana penelitian tersebut dilakukan”

 Menunjukkan alat dan cara yang dipakai peneliti dalam mengmpulkan dan menganalisis data

 Harus menunjukkan alasan-alasan ilmiah peneliti terhadap pilihan penggunaan alat dan cara penelitian 3.3.7. Sampling – Pemilihan Informan dan Situasi Sosial

• Tidak menggambarkan karakteristik populasi atau menggeneralisasi, tetapi representasi terhadap realitas/fenomena sosial.

• Prosedur sampling yang terpenting adalah bagaimana menentukan informan kunci dan situasi sosial tertentu yang sarat informasi sesuai dengan fokus penelitian

• Pemilihan sampel dilakukan secara sengaja (purposive

sampling).Teknik yang sering dipakai adalah snowball sampling, dengan ketentuan:

 Pemilihan sampel awal (informan atau situasi sosial) yang terkait dengan fokus penelitian


(33)

 Pemilihan sampel lanjutan berguna untuk memperluas deskripsi informasi dan melacak variasi informasi

 Cukup lama dan intensif menyatu dengan kegiatan atau medan aktivitas yang menjadi informasi.

 Masih terlibat secara aktif pada lingkungan/kegiatan yang menjadi perhatian peneliti

 Mempunyai cukup waktu atau kesempatan untuk diwawancarai

 Jika dalam proses pengumpulan data sudah tidak lagi ditemukan variasi informasi maka tidak perlu mencari informan baru.

 Jumlah sampel tergantung dari:

• Tepat tidaknya pemilihan informasi kunci. Variasi sampel informan diperlukan Agar tidak terbatas pada sekelompok individu yang seringkali memeiliki kepentingan tertentu, penyebab bias.

 Kompleksitas dan keragaman fenomena sosial yang diteliti. Oleh karena itu berikut adalah tips untuk memilih fenomena sosial:

 Relatif banyak merangkum informasi tentang domain-domain yang tercakup dalam topik penelitian (organizing domain)

 Cukup sederhana untuk diamati (simplicity)

 Situasi sosial yang relatif mudah untuk dimasuki (accessibility)


(34)

 Situasi sosial yang diperkenankan untuk diamati (permissiveness), baik secara etika/moral maupun aturan hukum/birokrasi yang berlaku

 Tergolong tidak menimbulkan gangguan situasi apabila diobservasi (unobstrusiveness), agar proses pengamatan berjalan wajar dan alamiah

 Situasi sosial yang berlangsung relatif sering atau berulang (frequently recurring activiting)

 Situasi sosial yang memudahkan peneliti jika hendak berpartisipasi (easy of participating), aplikasi metode observasi partisipant

Merancang desain penelitian kualitatif beserta informasi apa saja yang perlu disajikan sering menyulitkan bagi peneliti yang terbiasa menggunakan penelitian kualitatif. Tabel berikut (Sugiyono, 2005) memudahkan anda membandingkan penekanan-penekanan yang disampaikan kedua jenis penelitian tersebut.


(35)

Tabel 1. Perbandingan Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif

No Metode Kuantitatif Metode Kualitatif 1. Desain  Spesifik, jelas,rinci

 Ditentukan secara matang sejak awal

 Menjadi pegangan langkah demi langkah

 Umum  Fleksibel

 Berkembang dan muncul dalam proses penelitian

2. Tujuan  Menunjukkan hubungan antar variabel

 Mengkaji teori  Mencari generalisasi

 Menemukan pola hubungan yang bersifat interaktif

 Menggambarkan realita yang kompleks

 Memperoleh pemahaman akan makna  Menemukan teori

3.Teknik Penelitian

 Eksperimen, survey  Kuesioner

 Observasi dan wawancara terstruktur

 Participant observation  In depth interview  Dokumentasi  triangulasi 4.

Instrumen Penelitian

 tes, angket, wawancara terstruktur

 instrumen yang telah terstandar

 peneliti sebagai instrumen (human instrument)

 buku catatan, tape recorder, kamera, handycam dan lain-lain

5. Data  Kuantitatif

 Hasil pengukuran variabel yang dioperasionalkan dengan menggunakan instrumen

 Deskriptif

 Dokumen pribadi, catatan lapangan, ucapan dan tindakan responden, dokumen dan lain-lain

6. Sampel  Besar  Representatif

 Sedapat mungkin random  Ditentukan sejak awal

 Kecil

 Tidak representatif  Purposive, snowball

 Berkembang selama proses penelitian 7.

Hubungan dengan Responden

 Berjarak, bahkan sering tanpa kontak

 Peneliti merasa lebih tinggi  Jangka pendek

 Empati, akrab

 Kedudukan sama bahkan berperan sebagai guru atau konsultan  Jangka lama

8. Usulan desain

 Luas dan rinci

 Literatur yang berhubungan dengan masalah dan variabel penelitian

 Prosedur yang spesifik dan rinci langka-langkahnya  Hipotesis dirumuskan dengan

jelas

 Ditulis secara rinci dan jelas sebelum terjun ke lapangan

 Singkat

 Literatur yang digunakan bersifat sementara, tidak menjadi pegangan utama

 Prosedur bersifat umum seperti akan merencanakan tour/pikinik

 Masalah bersifat sementara dan akan ditemukan setelah studi pendahuluan  Tidak dirumuskan hipotesis karena

justru akan menemukan hipotesis  Fokus penelitian ditetapkan setelah

diperoleh data awal dari lapangan


(36)

3.4. Hubungan antara pertanyaan penelitian – pengumpulan data/metode – justifikasi.

Desain penelitian adalah rencana yang mengarahkan peneliti untuk menjawab permasalahan penelitiannya. Anda perlu mengarahkan segala aktivitas baik tindakan maupun pemikiran anda pada pertanyaan penelitian ini sebagai jangkar dalam penelitian ini. Oleh karena itu perlu dibuat sebuah skema yang memudahkan anda untuk menentukan data apa yang hendak dikumpulkan, dari sumber mana data itu diperkirakan akan diperoleh dan apa justifikasi atau alasan anda membutuhkan data tersebut. Nabiah, 2006 memberikan contoh sebagai berikut:


(37)

Latihan

1. Mengapa peneliti perlu membuat desain penelitian?

2. Mengapa tidak ada desain penelitian yang baku pada penelitian kualitatif?

3. Apakah hipotesis diperlukan dalam penelitian kualitatif? Berikan alasan anda.

4. Apakah yang dimaksud dengan fokus permasalahan dalam penelitian kualitatif?

5. Apa yang dimaksud dengan informan? Apa beda informan dan responden ?

6. Bagaimana memilih informan, apa kriteria memilih informan? 7. Cari jurnal penelitian kualitatif, lakukan critical review

terhadap informasi apa saja yang dipublikasikan dalam jurnal tersebut !

8. Berdasarkan proyek penelitian anda, buat outline desain penelitian kualitatif anda beserta kisi-kisi ringkasnya.


(38)

4.1.Jenis Data

Jenis data pada penelitian kuantitatif dan kualitatif berbeda. Penelitian kuantitatif menggunakan angka sebagai data utama, karena dibutuhkan statistik untuk mengenalnya dan mengolahnya supaya hipotesis yang diajukan dapat diuji. Topik yang sifatnya kualitatifpun seperti perilaku perlu dikuantitatifkan, diukur dengan kuesioner tertutup yang sudah tersedia pilihan – pilihan angka sehingga responden dapat memilihnya. Berikut contoh data dalam penelitian kualitatif.

Tabel 1. Contoh data kuantitatif – kuesioner tertutup Manfaat program

corporate social responsibility bagi masyarakat

Tidak ada 1 2 3 4 5 sangat besar

Dampak negatif keberadaan perusahaan bagi masyarajat

Tidak ada 1 2 3 4 5 sangat besar

Dampak positif keberadaan perusahaan bagi masyarakat

Tidak ada 1 2 3 4 5 sangat besar

Sumber: Patrioty, 2009

Data dalam penelitian kualitatif adalah catatan-catatan yang sifatnya deskriptif. Peneliti perlu mengumpulkan semua hal terkait dengan permasalahannya yang dimunculkan oleh individu yang diteliti. Penelitian kualitatif lebih banyak menggunakan narasi dalam transkripsi, deskripsi, cerita, dokumen tertulis dan tidak tertulis (gambar, foto).


(39)

Pertanyaan : Bagaimana dampak keberadaan perusahaan terhadap masyarakat?

Jawaban:

“karena disadari dengan berdirinya korporasi, langsung atau tidak langsung pasti menimbulkan dampak negatif yaitu berupa ketertinggalan dan kemiskinan, contoh ; sebelum ada pabrik kita yang ada di tuban orang tuban desa yang ada di dekat wilayah pabrik, itu memiliki sapi 2, 3 sudah kaya, begitu ada pabrik lha nduwe sapi 10 sek melarat. Jadi dampak negatifnya, dulu sebelum ada pabrik tuban harga – harga di tuban terutama di desa itu murah, makan 1500, 1000 wes sak piring, sekarang dengan adanya pabrik, 15.000 iku lho. Jadi itu salah satu dampak negatif karena ada gerakan ekonomi yang cukup besar, orang yang tidak terakomodasi pasti akan ketinggalan, lha inilah tugas CSR, tugas comdev untuk merangkul mereka”.

Pernyataan Kepala Bagian PKBL

Sumber: Rekaman hasil wawancara , skripsi Candra, 2008 Dengan demikian data dalam penelitian kualitatif meliputi: 2. Catatan harian kegiatan peneliti

3. Catatan harian tentang informan/partisipan 4. Surat-surat pribadi

5. Dokumen publik

6. Tulisan otobiografi dan biografi 7. Foto dan video kegiatan informan 8. Gambar, diagram

9. Bukti fisik

10. Film tentang sebuah kegiatan kelompok 11. E-mail, data elektronik, internet

12. Kumpulan hasil rekaman 13. Obyek ritual, artefak


(40)

Selanjutnya untuk memperoleh gambaran lebih jelas aktivitas dalam proses penelitian data pada penelitian kualitatif anda perlu membedakan proses pengumpulan data dan pencatatan data itu sendiri. Pengumpulan data adalah proses yang dilakukan peneliti dengan mengoptimalkan seluruh panca inderanya, terutama penglihatan, melakukan pengamatan terhadap apa yang dilakukan subyek penelitian, mendengar apa yang dikatakannya, mengamati dokumen-dokumen kemudian merekam dalam bentuk kaset, video maupun mengambil gambar dengan kamera.

Pencatatan data adalah aktivitas yang segera harus dituangkan dalam bentuk tulisan yang nanti akan digunakan dalam proses analisis selanjutnya, seperti proses pengkodean dalam upaya mencari tema, melakukan refleksi maupun interpretasi. Ada dua istilah yang perlu dipahami peneliti kualitatif yaitu deskriptif dan reflektif. Deskriptif adalah pencatatan data seperti fakta yang sebenarnnya terjadi, karena deskripsi berisi gambara tentang subyek, rekonstruksi dialog, deskripsi latar, catatan kejadian khusus, lukisan kegiatan maupun tingkah laku pengamat. Reflektif adalah proses pencatatan data dari hasil proses perenungan dan interpretasi peneliti terhadap data transkripsi.

Oleh karena itu pada bahasan berikut akan dijelaskan teknik-teknik pengumpulan data dan bagaimana melakukan pencatatan data.


(41)

4.2.Teknik Pengumpulan Data

Ada tiga cara yang lazim digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu observasi, wawancara mendalam dan analisis dokumen. Secara detil anda dapat mempelajari ketiganya dalam uraian berikut.

1. Observasi

Observasi berarti melakukan kegiatan pengamatan. Obyek yang diamati dapat berupa lingkungan sosial informan untuk merasakan atmosfir dalam upaya proses ”verstehen” memahami apa yang dirasakan oleh informan. Anda perlu membuat catatan tentang apapun yang anda mati.

Ada beberapa jenis observasi, tergantung dari keterlibatan peneliti dengan subyek penelitian.

a) Murni pengamat. Anda hanya mengamati obyek penelitian tanpa berpartisipasi dan terlibat dalam kegiatan organisasi dimana obyek penelitian anda berada. Contoh, anda mengamati bagaimana seorang kasir bekerja. Anda dapat membeli secangkir kopi dan mengamati bagaimana seorang kasir di rumah makan waralaba, selain bertindak sebagai kasir juga berperan sebagai pelayan yang menyiapkan makanan anda.

b) Murni sebagai partisipan. Anda terlibat penuh dan berpartisipasi aktif dalam lingkungan obyek yang diamati dan berusaha mengambil peran dalam organisasi. Ludigdo, 2007, mengambil peran


(42)

sebagai konsultan sebuah KAP di Malang untuk meneliti perilaku etis akuntan publik.

c) Partisipasi pasif, berarti peneliti ikut berada dalam organisasi tetapi tetap sebagai orang luar. Misalnya untuk dapat merasakan aura organisasi yang diteliti, Candra, 2008, megikuti program magang selama 3 bulan pada bagian PKBL di PT Semen Gresik ketika meneliti implementasi corporate social responsibilitydi perusahaan ini.

2. Wawancara

Wawancara bertujuan untuk mencari dan menggali informasi berupa pandangan atau pendapat obyek penelitian.

2.1. Jenis Wawancara

1. Wawancara tidak terstruktur yaitu wawancara yang pertanyaan dan jawabannya diserahkan kepada informan sehingga pertanyaan tidak dilakukan secara ketat terstruktur. Wawancara dilakukan secara open ended (terbuka) untuk menggali kedalaman informasi sehingga mengarah kepada penemuan masalah. Wawancara ini biasanya dilakukan pada saat survey awal, dimana peneliti mencoba menggali permasalahan secara lebih dalam.


(43)

2. Wawancara terstruktur yaitu wawancara terfokus dimana masalah ditentukan peneliti sebelum wawancara dilakukan (ada pedoman wawancara).

a. Wawancara terstruktur biasanya digunakan untuk menggali informasi sosio demografi responden, meliputi, usia, pendidikan, pengalaman, data keluarga

b. Jenis wawancara ini biasanya dilakukan setelah beberapa kali melakukan interaksi dan pertemuan dengan informan dimana permasalahan penelitian sudah mulai jelas. Pertanyaan dan jawaban penelitian biasanya diarahkan pada kerangka pikir peneliti.

2.2. Tips melakukan wawancara yang baik

 Responsif. Anda perlu cekatan dan tanggap dalam merespon kegelisahan informan. Ketika informan anda mulai melirik jam tangannya maka anda perlu meresponnya dan menanyakan padanya apakah masih ada waktu untuk melanjutkan atau tidak.

 Peneliti tidak boleh subyektif, perlu menjaga netralitasnya dalam berkata-kata dan bersikap.

 menyesuaikan diri dengan responden tetapi jangan mengarahkan responden untuk menyetujui pada jawaban tertentu.


(44)

 siapkan alat perekam, pastikan berfungsi dengan baik, jangan sampai kehilangan momen hanya gara-gara alat perekam rusak, kaset habis atau mike yang tidak sensitif

 buat pedoman wawancara agar tetap bisa fokus sehingga tujuan wawancara dapat tercapai

 Tentukan tempat untuk melakukan wawancara. Jika mungkin ruangan cukup tenang, tidak ada gangguan dan nyaman bagi partisipan.

 Selama wawancara, cocokkan dengan pertanyaan, lengkapi pada waktu tersebut (jika memungkinkan), hargai partisipan dan selalu bersikap sopan santun. Pewawancara yang baik adalah yang lebih banyak mendengarkan daripada berbicara ketika wawancara sedang berlangsung.

 mengusahakan pembicaraan bersifat kontinyu,

 jangan terlalu sering meminta responden mengingat masa lalu,

 memberi pengertian kepada responden tentang pentingnya informasi mereka

 jangan mengajukan pertanyaan yang mengandung banyak hal. Peneliti pemula biasanya ingin segera memperoleh informasi sebanyak-banyaknya

2.3. Lama dan Waktu Wawancara

Field & Morse (1985 dalam Holloway & Wheeler, 1996) menyarankan bahwa wawancara harus selesai dalam satu jam. Sebenarnya waktu wawancara


(45)

bergantung pada partisipan. Peneliti perlu melakukan konfirmasi dengan informan tentang jadwal wawancara sehingga mereka dapat merencanakan kegiatannya pada hari itu tanpa terganggu oleh wawancara. Pada umumnya informan menginginkan waktunya cukup satu jam atau sesuai dengan kebutuhan topik penelitiannya. Umumnya lamanya wawancara tidak lebih dari tiga jam. Jika lebih dari tiga jam, konsentrasi tidak akan diperoleh bahkan bila wawancara tersebut dilakukan oleh peneliti berpengalaman sekalipun. Jika dalam waktu yang maksimal tersebut data belum semua diperoleh, wawancara dapat dilakukan lagi. Beberapa kali wawancara singkat akan lebih efektif dibanding hanya satu kali dengan waktu yang panjang.

2.4. Ketrampilan lain yang dibutuhkan saat wawancara

1. Mendengar. Peneliti perlu memberikan perhatian penuh kepada informan, usahakan silent suara HP, jangan biarkan mata terlihat gelisah menunggu kapan pembicaraan berakhir, sehingga mengesankan peneliti merasa bosan. 2. Mengingat. Kemampuan mengingat manusia sangat

terbatas. Seringkali peneliti kesulitan untuk mengingat kembali topik yang sudah disampaikan oleh informan atau nara sumber. Sekali lagi kemampuan untuk konsentrasi dan fokus mutlak. Namun demikian, tetap, diperlukan cara untuk menyimak dan mendengarkan dengan teliti. Salah satu cara yang biasa dilakukan peneliti adalah mencatat kata-kata kunci.


(46)

3. Berbicara. Tentu saja berbicara adalah kemampuan utama untuk mengorek informasi dari informan. Kegiatan yang dilakukan antara lain mengajukan pertanyaan, menyela maupun merespon informan.

4. Memahami gesture (bahasa tubuh). Bahasa tubuh merupakan cara komunikasi non verbal yang unik, untuk menyampaikan informasi, mengekspresikan diri melalui gerakan sadar atau bawah sadar, gerak-gerik tubuh atau ekspresi wajah. Memahami bahasa tubuh calon informan ketika sedang melakukan pendekatan akan sangat menentukan ”timing” untuk masuk berterus terang bahwa akan mengamati yang bersangkutan atau menahan diri dulu untuk menunggu ketika terlihat ekspresi wajah sedang dalam kondisi kecewa.

3.

Dokumen.

Metode atau teknik dokumenter adalah teknik pengumpulan data dan informasi melalui pencarian dan penemuan bukti-bukti. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang telah berlalu, bisa berbentuk tulisan, gambar, karya-karya monumental dari seseorang (Bogdan, 1993). yang semuanya itu memberikan informasi bagi proses penelitian.

Dokumen yang terdiri dari biografi, otobiografi, surat pribadi, surat, catatan harian, momorial, kliping, dokumen pemerintah dan swasta, cerita roman / rakyat, foto, tape, mikrofilm, disc, compact disk, data di server / flashdisk, data yang tersimpan diweb site, dan lainnya secara berbeda.


(47)

Bungin (2008; 123), mengelompokkan dokumen pribadi dan dokumen resmi.

a. Dokumen pribadi adalah catatan seseorang secara tertulis tentang tindakan, pengalaman, dan kepercayaannya. Berupa buku harian, surat pribadi, & otobiografi.

b. Dokumen resmi terbagi dua: pertama intern; memo, pengumuman, instruksi, aturan lembaga untuk kalangan sendiri, laporan rapat, keputusan pimpinan, konvensi; kedua ekstern; majalah, buletin, berita yang disiarkan ke mass media, pemberitahuan.

4.3 Pencatatan Data

Proses penelitian kualitatif yang bersifat interplay, selalu melibatkan kegiatan pengecekan fenomena sebenarnya di lapangan melalui berbagai teknik observasi dan wawancara yang dilanjutkan dengan proses perenungan peneliti melalui refleksi terhadap kegiatan dan isu permasalahan penelitiannya. Oleh karena itu jenis data dapat dikelompokkan menjadi data mentah yang dikumpulkan pada saat berinteraksi di lapangan dengan informannya dan data yang diolah di rumah setelah melalui proses refleksi. Secara rinci data yang perlu dikumpulkan dan dikelola dalam analisis penelitian kualitatif adalah:

1. Data telah diolah. Peneliti kualitatif perlu melakukan telaah, perenungan dalam upaya memahami fenomena yang terjadi. Oleh karena itu kegiatan ini perlu dilakukan setiap hari apalagi selepas melakukan observasi dan wawancarara. Pada


(48)

hakekatnya segala kegiatan tersebut merupakan refleksi diri peneliti yang dituangkan dalam bentuk:

a. Personal notes, merupakan catatan reaksi personal, tentang apa yang dirasakan peneliti, refleksi diri, memori dan impresi. Sepintas seperti diary. Hal ini penting untuk menilai pengaruh emosi dan subyektivitas peneliti di kemudian hari, penting dalam pengumpulan dan analisis data. Personal notes membantu peneliti melakukan dialog pribagi (inner dialogue), menjawab keragu-raguan, kepuasan pribadi bahkan juga rasa marah dan frustasi peneliti, juga bagaimana perjuangan peneliti dalam mengumpulkan data.

Tabel 4.3 Personal Note

Catatan TRANSKRIPSI Saya

senang karena proses getting in yang mudah

3 Pebruari 08

Wawancara dengan bu A kemarin merupakan sebuah hal yang tidak terduga. Saya baru hubungi by phone kemarin dan langsung direspon, oke buk besok saja sekalian saya ambil tesis saya. Sungguh sangat cepat diluar perkiraan saya.

Hal ini dimudahkan karena topik terkait dengan penelitian tesisnya tentang konflik. kedua dia mantan mahasiswa saya jadi lebih mudah. Bu A menghargai saya, dan saya respek beliau, saya katakan padanya tentang sikapnya yang berani..perempuan pemberani.

Sumber: Yuhertiana, 2008

b. Methodology Notes. Catatan metodologi ini menggambarkan tentang metode yang digunakan, alasan, ide-ide tentang kemungkinan berubahnya metode. Catatan ini penting untuk memahami alasan ketika


(49)

metodologi diputuskan untuk dirubah atau dimodifikasi. Melalui observasi, wawancara mendalam atau butuh tidaknya dilakukan focus group discussion.

c. Theoretical Notes. Catatan tentang proposisi penelitian sebelumnya, tren mendatang, yang mendukung dugaan-dugaan tentang masalah penelitian. Catatan ini juga bergunan untuk merefleksikan dan menghubungkan berbagai propsisi, hipotesisis maupun teori yang berguna untuk menyimpulkan penelitian.

Tabel 4.4 Theoritical Notes

REFLEKSI PENELITIAN TERKAIT

Rencana proposal yang belum optimal sebagai penelitian kualitatif dari sisi metodologi, mungkin ini penyebab mengapa kok gak diterima. Tapi catatan teorititsnya cukup lengkap.

Budgetary slack dan etika

indikasi keberadaan budgetary slack pada pemerintah daerah

budgetary slack dianggap oleh individu pembuat anggaran sebagai sesuatu yang etis sehingga budgetary slackyang diciptakan semakin besar.

Budgetary slack memang bukan korupsi tetapi budgetary slack yang tidak terkontrol, didukung oleh adanya moral hazard dan dysfunctional behavior dalam konteks principal-agent theory akan mendorong terciptanya korupsi

Blanchette et al., (2002) menemukan bahwa bawahan menganggap budgetary slack adalah etis sehingga berpengaruh positif. Dengan demikian cenderung untuk menaikkan budgetary slack.

Budetary slack dan tekanan sosial

Perilaku individu dipengaruhi oleh interaksinya dengan lingkungan sosial. Beberapa teori psikologi menyebutkan teori tentang social


(50)

penetration theory, teori social influence dan teori moral development Kohlberg.

Social penetration theory (Altmant & Taylor dalam Baack et al., 2000) menjelaskan tentang perkembangan hubungan interpersonal, menteorikan bahwa perubahan dalam hubungan interpersonal secara normal berkembang menjadi lebih dalam dan saling percaya karena orang secara gradual saling mengungkapkan satu sama lain sepanjang waktu..

Teori social influence. Teori ini berhubungan dengan efek interaksi sosial dalam individu. Dalam riset awal tentang teori social influence dapat ditelusuri temuan Allport dalam Van der Stede (2000) yang menyatakan bahwa individu akan memberi penilaian yang lebih konservatif pada kondisi dimana ada keberadaan orang lain daripada di keadaan terisolasi. Sherif (1936) dalam Van der Stede (2000) menjelaskan adanya pengaruh orang/hal lain, yang disebutnya sebagai norma sosial.

Terkait dengan budgetary slack pemerintah daerah, Vabo (2001) menyatakan bahwa without political pressure the slack would have been greater.

Jakarta, 18 feb 08

Pada kenyataannya korupsi lebih merupakan sebuah attitude/perilakuatau hasil darisistem yang lemah/tidak benarlKorupsi tidak hanya berbicara tentangbad people, tetapi juga merupakan gambaran daribad systems


(51)

Latihan

Sebelum ke lapangan: 1. Tentukan obyek observasi

2. Mengapa anda menganggap bahwa obyek adalah penting untuk diobservasi?

3. Bagaimana anda merencanakan proses getting in?

Pada saat di lapangan

1. Amati obyek penelitian anda secara detil

2. Gunakan panca indera anda untuk mengamati perilaku obyek 3. Gunakan media yang dapat membantu anda melakukan

pengamatan, misalnya kamera, video atau notes

Setelah selesai pengamatan

1. Segera catat dan deskripsikan hasil observasi anda menurut kondisi sebenarnya, tidak perlu melakukan interpretasi.


(52)

Proses penelitian kualitatif bersifat sirkuler, interplay berbalasan sambil bergerak maju. Oleh karena itu tidak dapat ditentukan kapan sebenarnya analisis data dalam penelitian kualitatif dimulai. Bahkan dalam proses pengumpulan datapun peneliti perlu melakukan upaya-upaya penafsiran, mulai menghubung-hubungkan fenomena yang diamati dan mulai mepertanyakan makna dari sebuah fenomena yang muncul dan menjadi fokus amatan peneliti. Kalau begitu bagaimana sebenarnya analisis data dalam penelitian kualitatif? Seorang peneliti pemula, merasa kebingungan, tidak tahu apa yang harus dilakukan, karena kehilangan beberapa momen pentng yang tidak sempat direkam dan dicatatnya. Bab berikut menjelaskan secara praktis apa yang harus anda lakukan dalam melakukan analisis pada penelitian kualitatif.

5.1. Pengertian Analisis Data

Analisis data adalah suatu proses pengklasifikasian, pengkategorian, penyusunan, dan elaborasi, sehingga data yang telah terkumpul dapat diberikan makna untuk menjawab masalah penelitian yang telah dirumuskan atau untuk mencapai tujuan penelitian.

Ada beberapa jenis penelitian kualitatif seperti etnografi, biografi, studi kasus, grounded research, fenomenologi. Masing-masing memliki tujuan dan karakteristik yang berbeda. Bagaimana analisis dalam pendekatan tersebut?. Memang ada beberapa poin yang membedakannnya, etnografi lebih berfokus menguak realita budaya, biografi mencoba mendalami pengalaman seorang pribadi, fenomenologi bertujuan mendalami fenomena yang muncul dalam


(53)

realita sosial masyarakat, studi kasus bermaksud mencermati secara lengkap sebuah realita sodial dan grounded theory secara khusus bertujuan untuk menemukan sebuah teori baru. Meskipun berbagai tujuan membedakan kelima jenis penelitian kualitatif tersebut namun pada dasarnya teknik menganalis data memiliki sebuah kesamaan yaitu dilakukan dengan logika berpikir induksi yang diimplementasikan melalui kegiatan :

 Merekam data berdasarkan fakta sesungguhnya

 Melakukan transkripsi atas keseluruhan data

 Membaca berulang-ulang agar peneliti familier dengan data

 Mencari tema, kata kunci

 Melakukan interpretasi

Sebagai panduan analisis data, anda perlu melakukan langkah-langkah berikut:

1. Mengorganisasi data

2. Menguraikan data menjadi satuan yang dapat diatur 3. Mensintesis data

4. Mencari pola

5. Menemukan yang penting

6. Memutuskan yang akan dilaporkan

Neuman, 2006, memudahkan anda memahami proses analisis data melalui gambar sebagai berikut.


(54)

Sumber: Adaptasi Neuman, 2006

Perhatikan gambar di atas. Ada tiga jenis data yang digunakan dalam analisis, yaitu:

 Data 1 : Raw sense data adalah data mentah, pengalaman peneliti yang dikumpulkan melalui wawancara, observasi, mendengarkan.

 Data 2 : Recorded data, data yang sudah dicatat dalam bentuk fisik, rekaman, coretan peneliti, gambar-gambar yang telah ditranskripsikan dan siap untuk dikelompokkan dan dikodekan

 Data 3 :Selected processed data, adalah data terpilih yang sudah direduksi dari proses pengkodean. Data inilah yang digunakan dalam laporan akhir, untuk interpretasi selanjutnya dalam upaya untuk menemukan berbagai


(55)

alternatif teori dan menjawab pertanyaan penelitian sekaligus akan menuntun peneliti membuat kesimpulan.

Dengan demikian analisis data dalam penelitian kualitatif melibatkan aktivitas : pemeriksaan, penyortiran, pengelompokan, evaluasi,rkode sama ba membandingkan, sintesis dan kontemplasi data terkode (data 3) sama baiknya ketika mereview raw data (data 1) dan data yang sudah tertranskripsi (data 2).

5.2. Mengorganisir Data

Data yang diperoleh dalam field research tidak hanya berupa kaset hasil rekaman saja namun data dapat berupa angka, simbol, pernyataan, kejadian-kejadian dan sebagainya. Media simpannya juga bermacam-macam ada yang berupa foto, gambar, rekaman audio dan video, kliping koran, surat kabar, berbagai catatan yang dibuat ketika di lapangan seperti jotted notes ( catatan berisi kode-kode, simbol atau kata kunci yang berfungsi mempermudah peneliti mengingat kembali sebuah fenomena), personal notes, theoretical notes dan methodological notes. Masalahnya adalah data yang terkumpul masih mentah, jumlahnya sangat banyak, bervariasi dan bersifat non kuantitatif yang tidak dapat digunakan secara langsung untuk dianalisis. Oleh karena itu data perlu diorganisir dalam format yang memungkinkan dilakukan proses tersebut.

Tahap pertama proses analisis data dalam penelitian kualitatif dengan pendekatan apapun seperti fenomenologi, etnografi, grounded, biografi dan lain-lain adalah mengorganisir data. Mengorganisir data berarti mengelola data, mengelompokkan dalam file-file, menyimpan ke dalam media yang tepat sehingga seluruh


(56)

data siap untuk di analisis. Field note selama observasi dapat diorganisir ke dalam form dengan judul tertentu misalnya: tanggal, jam, peristiwa, partisipan, deskripsi peristiwa, dimana terjadinya, bagaimana terjadi, apa yang dikatakan, serta opini dan perasaan peneliti. Data dari analisis catatan organisasi (arsip) dapat diorganisir ke dalam format tertentu untuk mendukung data dari observasi dan interview

Banyak keuntungan mengelola, menyimpan dan mengorganisasi data dengan baik. Diantaranya adalah :

1. peneliti akan memiliki data yang berkualitas karena data akan aman dari resiko-resiko hilang atau terbakar misalnya.

2. Peneliti dapat melakukan analisis dengan optimal karena data terdokumentasi dengan baik.

Data – data apa saja yang penting untuk disimpan dan diorganisir? Tentu saja seluruh data yang relevan, baik berupa data mentah, data yang sebagian sudah diproses, data yang sudah diberi kode, lembar listing kode dan kategori, melalui gambar atau skema, Memo dan draft untuk analisis data, personal notes, methodological notes maupun theoretical notes. Tentu saja termasuk draft laporan. Sebelum memahami bagaimana melakukan analisis data dalam penelitian kualitatif perlu dipahami karakteristik dari data yang digunakan. Data kualitatif biasanya berbentuk teks, kata-kata tertulis juga simbol yang mewakili orang, tindakan dan peristiwa dalam kehidupan sosial. Penelitian kualitatif mengorganisasikan data tersebut, menemukan tema dan pada akhirnya akan diperoleh jawaban atas pertanyaan penelitian yang diajukannya. Hal lain,


(57)

paling mendasar adalah bahwa dalam melakukan analisis data, peneliti harus selalu ingat dengan tujuan dan pertanyaan penelitian. Tujuan penelitian terkait dengan maksud dilakukannya penelitian, apakah untuk menggambarkan secara gamblang fenomena sosial yang sedang terjadi, ataukah untuk menganalisis atau melakukan penilaian terhadap fenomena sosial tersebut.

Ada tiga hal perlu diperhatikan pada tahap awal proses analisis data ini, yaitu:

1. Pastikan data yang dibutuhkan sudah tersedia dan lengkap. Sifat penelitian kualitatif adalah iteratif, jadi tidak perlu bersikap menunggu menganalisis sampai data benar-benar lengkap, karena selalu saja setelah di analisis pun selalu ada kemungkinan untuk mempertajam kesimpulan sementara yang diambil dengan kembali mencari data untuk mempertegas atau memperjelas dugaan tersebut. Maksud tersedia dan lengkap disini adalah jangan disibukkan dengan kegiatan bolak-balik kembali ke meja dan mencari klipingan file yang terlupa dimasukkan dalam map/folder kelompok data. Selain menghabiskan waktu, kegiatan ini dapat menghilangkan mood peneliti yang sebenarnya sudah siap untuk melakukan refleksi.

2. Pastikan semua data sudah digandakan atau di back-up, termasuk audio maupun video file. Data yang hilang karena kecurian atau kebakaran akan menyulitkan peneliti. Peneliti perlu menjaga keamanan data karena keberadaan data dan kemudahan untuk melacak kembali juga menjadi salah satu ukuran validitas dan reliabilitas penelitian kualitatif. Kalau ada


(58)

kebutuhan untuk melacak kembali dan menelaah data untuk keperluan tertentu maka data tetap tersedia. Saat ini kemajuan teknologi mempermudah peneliti untuk memback-up segala bentuk data dalam CD, misalnya dokumen-dokumen penting dapat di-scan untuk disimpan kembali dalam bentuk digital.

3. Buat filing system. Pengelompokkan data ke dalam file-file akan mempermudah peneliti melakukan analisis dan menelusur kembali jika data tersebut dibutuhkan. Tabel berikut berisi contoh filing yang biasa dilakukan peneliti kualitatif.

Tabel 5.1. Pengelompokan Data

JENIS FILE ISI

File Data Kronologis Seluruh data tersimpan menurut urutan kronologis proses pengumpulannya

File Journal Note Berisi seluruh catatan peneliti yang dibuat di lapangan, seperti ide awal tentang makna sebuah data.

File Methodological Note Seluruh catatan tentang metode penelitian, seperti metode pengumpulan data, bagaimana proses memperoleh data, strategi merubahnya kalau tidak cocok, termasuk catatan tentang validitas dan reliabilitas penelitian.

File Personal Note Berisi catatan pribadi yang berisi perasaan dan pengamalan peneliti ketika berada di lapangan, diperlukan untuk mem-validasi peneliti sendiri sebagai instrument penelitian

File Lain-lain, berisi berbagai topik yang relevan dan terkait dengan penelitian

Berbagai kliping Koran atau data lain tentang fenomena obyek dan subyek penelitian yang diduga memiliki relevansi dengan topik penelitian


(59)

5.3. Familiarisasi – Upaya mengenal dan familier terhadap data Untuk dapat memahami benar-benar bagaimana kondisi obyek penelitian, juga sebagai bekal melangkah pada aktivitas selanjutnya berupa refleksi, interpretasi serta analisis maka peneliti perlu familiar dengan apa yang ditulis dalam transkripsi. Oleh karena itu transkripsi perlu dilihat kembali, dicermati untuk menemukan nuansa dari data yang telah dikumpulkan. Aktivitas ini membutuhkan sensitivitas peneliti, baik kepekaan terhadap apa yang disampaikan obyek penelitian maupun kepekaan terhadap teori. Kepekaan ini sangat membantu untuk menemukan kata kunci, tema, kategori maupun sub kategori.

Dalam tahap ini peneliti perlu membaca semua data secara cermat dan hati-hati. Beri tanda kalimat yang dirasa penting dengan spidol berwarna atau lingkari saja. Baca berkali-kali sampai dikenali dan diketemukan kata kunci serta dapat dibangun kategori keseluruhan data secara sistematis. Kata kunci tadi beri kode dan kelompokkan dalam kategori yang sesuai. Seperti dikatakan Patton (2002) aktivitas membangun kategori ini dapat disamakan dengan kegiatan mengkonstruksi indeks sebuah buku. Perlu memberi nama kategori tadi. Bila banyak data yang tidak dapat dan sulit dikategorikan biasanya ada sesuatu yang salah dalam sistem atau data yang diperoleh peneliti.

Pengkodean adalah proses yang biasa dilakukan dalam penelitian kuantitatif ketika data akan digunakan dalam analisis data. Fenomena sosial yang menghasilkan data kualitatif misalnya persepsi seseorang tentang konflik, tidak dapat diolah oleh statistik tanpa merubahnya


(60)

dahulu kedalam data kuantitatif. Proses pengkodean adalah proses yang cukup sulit karena berupaya untuk meringkas kumpulan data yang demikian banyak dan beragam (transkripsi berbagai notes, bentuk visual, dokumen, memori peneliti). Pengkodean memiliki arti dan peran yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Peneliti mengorganisasikan data mentah menjadi kategori.

Langkah-langkah dalam Koding:

1. Peneliti menyusun transkrip kata demi kata atau catatan lapangan, memberi kolom kosong di sisi kanan-kiri catatan, memungkinkan dilakukan koding. Narasi (deskripsi) yang telah diorganisir dapat dikelompokkan kedalam tema tertentu, dengan menggunakan code. Pengelompokan tema tersebut harus koheren dengan tujuan penelitian dan keyakinan yang dibuat oleh peneliti sesuai dengan fenomena penelitian. 2. Peneliti secara urut dan kontinu melakukan penomoran pada

baris-baris transkrip.

3. Peneliti memberikan nama untuk masing-masing berkas dengan kode tertentu. Gunakanlah kode yang sesuai dengan catatan penelitian tersebut. Data yang dikelompokkan ke dalam tema tertentu kemudian diberi kode untuk melihat kesamaan pola temuan. Coding harus dilakukan sesuai dengan kerangka teoritis yang dikembangkan sebelumnya. Coding memungkinkan peneliti untuk mengkaitkan data dengan masalah penelitian.

4. Membaca transkrip untuk mengidentifikasi kemungkinan tema-tema yang muncul. Tema ini dapat memodifikasi proses pengambilan data berikutnya.


(61)

5. Membaca transkrip berulang-ulang sebelum melakukan koding untuk memperoleh ide umum tentang tema, sekaligus menghindari kesulitan mengambil kesimpulan

6. Selalu membawa buku catatan, komputer atau tape recorder untuk mencatat pemikiran-pemikiran analitis yang muncul secara spontan.

Menemukan tema adalah jantung penelitian kualitatif demikian kata Ryan dan Bernard, 2000. Aktivitas ini sangat menentukan proses grounded sebuah penelitian kualitatif. Menurut mereka terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan untuk mensarikan tema, antara lain adalah :

1. Word repetitions, jumlah kata yang paling sering diulang, muncul dan disebut, biasanya itulah kata itu dianggap paling penting dan memiliki arti bagi informan.

2. Indigenous categories, kata-kata yang mencerminkan ungkapan lokal, natif, asli penduduk setempat. Berikut adalah kutipan dari wawancara dengan seorang informan ketika ditanyakan konsep rejeki halal.

”Lha dilihat darimana dulu asal usulnya, ya kayak orang DPR itu slep-slep gak ero, yo iku kliru wong iku duwik soko korupsi, jadi tahu apa yang kita makan akan punya akibat, misalnya apa yang kita makan dari hasil korupsi, jadi tahu apa akibatnya, jadi orang yg narkoba, sekolahnya gak karuan, jadi seperti itu gak berkah, tapi kalau kita menerima. Insya allah akan berkah, saya sering seperti itu, jadi saya punya temen, ya itu dia punya rumah yang disewakan untuk orang2 nakal, dia kaget gak pernah ada orang yang mengingatkan seperti


(62)

saya. Dia hidup di lingkungan itu, ya orang yg berselingkuh itu lho buk, yang namanya apa short time”

Sumber: Yuhertiana, 2008

Kata “ slep-slep” yang dicetak miring dan digaris bawahi ini adalah ungkapan lokal yang disampaikan informan untuk menggambarkan sikap permissif kelompok masyarakat yang enggan mempertanyakan asal-usul rejeki yang diterimanya. Menurutnya, seseorang harusnya tidak asal begitu saja menerima pendapatan, harus dilihat darimana asal – usulnya, apakah memang merupakan konsekuensi dari sebuah pekerjaan yang telah dilakukannya. Pada kalimat selanjutnya, informan mempertegas, sikap demikian memang akan membuat seseorang berkelimpahan dari sisi materi tetapi kemudian ada akibat buruk lain dalam kehidupannya karena menerima rejeki yang tidak berkah.

3. Key-words-in-context (KWIC), kata kunci yang ditekankan oleh informan sesuai dengan konteks penelitian.

4. Compare and contrast, teknik ini biasa dilakukan oleh peneliti grounded. Biasanya mereka menganalisis baris per baris dari transkripsi yang dibuat, kemudian mempertanyakan beberapa pertanyaan seperti:

 bagaimana teks ini berbeda dengan teks sebelumnya,

 apa yang terjadi jika informan yang menjawanya pria atau wanita?

 Bagaimana jawaban pada teks ini memiliki persamaan dengan pengalaman saya?


(63)

 Ketika saya membaca teks ini, apa yang teringat oleh saya?

4. Social science queries, menemukan tema dengan menelusuri perkembangan ilmu sosial itu sendiri. Ini akan memberi ide bagi peneliti sehingga mudah untuk menemukan tema. Kemampuan mengembangkan kepekaan terhadap teori melalui penelusuran literature akan memudahkan peneliti.

Proses coding adalah proses yang memerlukan konsentrasi serius dari peneliti kualitatif. Dibutuhkan persiapan khusus, terutama dari peneliti sendiri sehingga insight penelitian dapat diperoleh.

5.4. Melakukan Interpretasi

Interpretation means to assign significance or coherent meaning (Neuman, 2006). Interpretasi berarti upaya untuk menguak makna atas intisari data yang sudah melalui reduksi dalam proses pengkodean.

Peneliti harus bisa membuat perbedaan yang jelas antara deskripsi dan interpretasi. Data deskriptif adalah what the data says sedangkan interpretasi berarti what the data means. Sebelum melakukan analisis data di lapangan perlu disajikan secara jelas apa adanya dalam catatan lapangan, yang disebut juga sebagai transkripsi, ini adalah kegiatan mendeskripsikan, menggambarkan realita sosial sebenarnya. Sedangkan dalam melakukan interpretasi peneliti berupaya mengupas makna apa yang terkandung didalam data. Oleh karena itu peneliti perlu menemukan tema-tema yang saling berhubungan, membuat inferensi, melekatkan makna dan


(64)

menganalisis kasus-kasus yang kontradiktif. Pekerjaan ini membutuhkan kepekaan teoritikal. Peneliti perlu melakukan secara hati-hati dan teliti dengan pekerjaan yang membutuhkan keahlian intelektual ini. Fase ini sangat penting karena menuntut telaah dalam dan hati-hati karena menyangkut pembuktian validitas penelti sebagai instrument penelitian. Pada tahap ini software computer tidak dapat membantu peneliti untuk menemukan makna.

5.4.1. Alat yang digunakan dalam interpretasi

Diagram atau mind mapping adalah teknik yang banyak digunakan untuk menghubungkan berbagai intisari dari hasil pengkodean. Cara kerja otak dipermudah dengan visualisasi diagram hasil pemikiran berbagai tema pokok yang muncul. Misalnya, eksplorasi awal untuk memahami permasalahan tentang banjir yang tiap tahun terjadi di Jawa Timur, setelah dilakukan penelusuran dalam berbagai sumber data dapat divisualisasikan dalam bentuk mind-mappingberikut.

Mind mapping adalah pemetaan sederhana, dimana perlu direnungkan kembali dengan berbagai data dan pengamatan. Oleh karena itu pada proses ini tiga hal penting dibutuhkan : Reflective thinking, Intuition, Insights (Nabiha, 2006) agar diperoleh pemahaman atas korelasi yang mungkin terjadi antara kategori (tema pokok yang muncul dari proses refleksi)


(65)

Gambar 1.Contoh mind mapping

5.4.2. Kepekaan Teoritis

Tak dapat dipungkiri bahwa saat paling penting dalam analisis data adalah kemampuan peneliti untuk memberi makna. Seorang peneliti pemula biasanya akan kesulitan pada tahap ini. Oleh karena itu disarankan bagi mereka yang masih belajar seperti mahasiswa S1 untuk melakukan penelitian yang sifatnya deskriptif kualitatif.

Dalam melakukan analisis data dibutuhkan adanya kepekaan teoritis, karena dalam analisis data peneliti sebenarnya sedang melakukan upaya pengembangan teori. “In making sense of the data, you are engaged in theorizing – the construction of meaningful

patterns and organizations of facts. A theory is an

arrangement of facts in the form of an explanation or interpretation” (Jorgensen, 1989).


(66)

Kualitas personal yang dimiliki peneliti, mengindikasikan kesadaran tentang detail dan kompleksitas makna dari data. Sensitivitas peneliti ditentukan oleh jenis dan penguasaan referensi, pengalaman, dan kepekaan terhadap fenomena yang diteliti. Oleh karena itu peneliti yang memiliki hobby berorganisasi dan terbiasa berdiskusi tentang fenomena sosial yang ada di masyarakat akan lebih mudah menterjemahkan, melakukan interpretasi, dalam upaya memahami “verstehen” sebuah fenomena sosial. Kemampuan ini akan mempertajam peneliti untuk mengolah “insight”, memberi makna pada data, memahami, memilih dan memilah data.

Ringkasnya kepekaan teoritis dapat diperoleh dari :

1. Literatur. Kekayaan bahan bacaan tentang teori, penelitian, berbagai jenis dokumen (laporan, biografi, koran, majalah). 2. Pengalaman Profesi. Semakin banyak seorang peneliti

melakukan penelitian dan terjun ke lapangan, semakin baik baik memperoleh gambaran tentang bagaimana segala sesuatu berlangsung, mengapa, dan bagaimana sesuatu akan terjadi pada kondisi tertentu.

3. Pengalaman Pribadi. Mengalami langsung dan bersentuhan dengan masalah-masalah yang kita teliti akan memperkaya kemampuan analisis kita, dibanding hanya membaca atau mendengar dari orang lain.

4. Proses Analisis. Wawasan dan pemahaman tentang fenomena akan meningkat ketika penelitian berinteraksi dengan data.


(1)

alur bahwa yang dipermasalahkan di sini adalah belum siapnya PKBL dalam melakukan spesialisasi tugas (pembagian tugas seksi pelaksana menjadi regu – regu pelaksana). Padahal jika dilihat dari pelaksanaan aktifitas PKBL, spesialisasi tugas tersebut merupakan suatu kebutuhan yang mendesak.

Implikasi dari adanya permasalahan tersebut pada tahap reporting adalah menyangkut kredibilitas fungsi seksi administrasi dan keuangan dalam menyusun laporan PKBL, dimana dalam hal ini selaku Kepala Seksi administrasi dan keuangan juga merupakan bendahara umum PKBL dan penyusun laporan PKBL. Jika dilihat dari sistem yang seharusnya, maka kondisi seperti ini adalah kondisi yang tidak bisa dianggap benar. Tetapi dengan pertimbangan demi terlaksananya program CSR membuktikan kondisi seperti itu sedang berlangsung.

Bentuk Pelaporan CSR

Sejak aktifitas sosial mulai dilakukan dengan penyisihan laba perusahaan pada tahun 1990, PT. Semen Gresik melaporkan aktifitasnya dalam bentuk yang berubah – ubah karena tidak ada format yang baku, sehingga tidak dapat dibandingkan laporan tiap periode. Bentuk Pelaporan aktifitas sosial PT. Semen Gresik mulai berstandart atau mempunyai bentuk yang baku mulai dikeluarkannya Keputusan Menteri BUMN nomor : KEP-236/MBU/2003 pada tahun 2003. Yang kemudian mulai awal tahun 2007 bentuk pelaporan berubah mengikuti PER-05/MBU/2007 sampai sekarang.

Pada intinya, laporan PKBL yang merupakan laporan aktifitas CSR PT. Semen Gresik dalam penyajiannya tidak lepas dari 3 isu utama yaitu : ekonomi, sosial dan lingkungan. Aktifitas ekonomi dilaporakan dalam kegiatan Program Kemitraan (PK) sementara isu sosial dan lingkungan dilaporakan melalui aktifitas Bina Lingkungan (BL)

Keterkaitan Pelaporan Dengan Tahapan Evaluasi

Format pelaporan yang disajikan PKBL dalam pembahasan sebelumnya dapat dilihat adanya pengungkapan tentang perkembangan mitra binaan, tetapi informasi yang terkandung didalamnya tidak bisa dijadikan tolak ukur atau evaluasi terhadap perkembangan mitra binaan seperti yang dibahas pada tahapan evaluasi, bahwa evaluasi belum dilakukan secara data sehingga data yang dilaporkan cenderung minimalis yang dilaporkan. Dalam hal ini adalah data tentang jumlah mitra binaan dari tiap periode.

Pernyataan tentang harapan untuk lebih bisa menggambarkan kegiatan pemberdayaan ekonomi dalam aktifitas CSR pada pelaporan PKBL. Seperti dalam pembahasan sebelumnya dimana monitoring atau evaluasi secara riil data perkembangan mitra binaan belum didapatkan karena terkendala keterbatasan SDM, data perkembangan mitra meliputi perkembangan omset, aset dan tenaga kerja diharapkan dapat dilaporakan dalam bentuk prosentase perkembangan mitra yang berhasil. Sehingga kebutuhan informasi tentang aktifitas pemberdayaan ekonomi dari hasil yang dicapai dapat terpenuhi, dan dari segi konteks pelaporan dapat memenuhi


(2)

karakteristik relevan yang merupakan evaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, dan juga karakteristik reliability yang berarti laporan dapat diandalkan sesuai dengan fakta secara jujur serta dapat diverifikasi, sejalan dengan yang diatur dalam SE-04/MBU.S/2007 tentang karakteristik kualitatif pelaporan.

Rumus tersebut dianggap tidak sesuai karena untuk mendapatkan tingkat efektifitas dana yang disalurkan mitra seharusnya dilakukan evaluasi tentang bagaimana mitra binaan tersebut menerima bantuan, apa saja

manfaat ataupun kendala yang dialami dalam penyaluran dana.

Kecenderungan penilaian tersebut menginterprestasikan bahwa semakin banyak dana yang tersedia akhir periode dinilai kinerja PKBL semakin buruk, sedangkan untuk mengeluarkan dana penyaluran sehingga kenerjanya dapat dinilai bagus, bisa dilakukan dengan mempercepat dan memperbanyak jumlah penyaluran. Harapan tentang penilaian kinerja tersebut antara lain penilaian dari hasil evaluasi mitra binaan yang seharusnya dilakukan secara data, hasil evaluasi diharapkan dapat diperoleh informasi yang dapat menilai keefektifan penyaluran dana, sehingga dapat mempengaruhi keputusan pada periode selanjutnya.

Simpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan serta pelaporan aktifitas Corporate Social Responsibility (CSR) pada PT. Semen Gresik dan berdasarkan pembahasan serta data – data yang diuraikan pada bab – bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :

1. PT. Semen Gresik dalam melakukan aktifitas CSR mengacu pada regulasi yang lebih tinggi sesuai konteks kedudukan PT. Semen Gresik sebagai BUMN, regulasi tersebut adalah : PER-05/MBU/2007 tentang

Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL), dan

SE-04/MBU.S/2007 tentang Pedoman Akuntansi PKBL

2. Aktifitas sosial yang dilakukan PT. Semen Gresik kepada masyarakat kendati terdapat unsur kemanusiaan yang dilakukan perusahaan

dengan berupaya memberikan imbal balik perusahaan kepada

masyarakat, karena masyarakat sudah banyak berkorban untuk perusahaan. Namun, kepentingan akan terbangunnya citra perusahaan yang akan berpengaruh terhadap kelancaran bisnis perusahaan dalam jangka panjang tidak dapat dipungkiri

3. Penyisihan laba perusahaan (droping) dibahas dan ditetapkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Salah satu yang menjadi pertimbangan jumlah droping yang diperoleh adalah saldo dana yang tersisa pada akhir periode. Sehingga ada kecenderungan bahwa semakin banyak dana yang tersisa semakin kecil jumlah droping yang diperoleh. Hal tersebut menggambarkan bahwa penganggaran dalam aktifitas sosial PT. Semen Gresik yang berpolatop down


(3)

4. Evaluasi yang seharusnya menjadi sarana tolak ukur keberhasilan mitra binaan yang dibina ternyata belum bisa mengakomodir secara data perkembangan mitra binaan yang menyangkut efektifitas bantuan yang disalurkan. Permasalahan tersebut terjadi karena keterbatasan SDM yang dimiliki

5. PKBL mempunya posisi sebagai unit kerja yang mandiri dan mempunyai kewenangan atas pengelolaan dana, sumberdaya dan pelaporan aktifitas CSR secara terpisah dengan perusahaan induk

6. Dalam tubuh administrasi dan keuangan PKBL selaku pengelola pembukuan dan penyusun laporan PKBL belum ada pemisahan fungsi jelas dikarenakan keterbatasan SDM

7. Bentuk pelaporan pada umumnya mengacu pada standart yang ditetapkan Menteri, tapi PKBL juga melakukan modifikasi detail pelaporan atas program CSR yang dilakukan.

8. Kegiatan evaluasi yang belum bisa mengakomodir data keefektifan program CSR yang dirasakan masyarakat, berdampak pada pelaporan perkembangan mitra binaan

9. Pada umumnya informasi yang diungkap dalam laporan PKBL adalah mengenai isu ekonomi, sosial dan lingkugan. Isu ekonomi melalui laporan aktifitas Program kemitraan sementara sosial lingkungan melalui laporan aktifitas bina lingkungan


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Belkaoui, Ahmed, 2000,Teori Akuntansi, Salemba Empat, Jakarta. Belkaoui, Ahmed, 1986,Teori Akuntansi, AK Group, Yogyakarta

Bogdan dan Taylor, 1993, Kualitatif Dasar-dasar Penelitian, Usaha Nasional, Surabaya

Darwin, Ali, 2006, Akuntabilitas, Kebutuhan, Pelaporan dan Pengungkapan CSR bagi perusahaan di Indonesia,EBAR (Economic Business Accounting Review).Corporate Social Responsibility.Edisi III/September – Desember 2006

Efferin Sudjoko, Darmadji Hadi Stevanus dan Tan Yuliawati, 2004, Metode Penelitian Untuk Akuntansi, Bayumedia Publishing, Malang Grayson, David, 2004, Corporate social opportunity! 7 steps to make

corporate social responsibility work for your business. Greenleaf Publishing Limited, United Kingdom.

Gray, Rob dan Jan Bebbington, 2001, Accounting For Environtment, Sage Publication, London

Harahap, Syafri Sofyan, 2007, Teori Akuntansi, Rajagrafindo Persada, Jakarta

Hartanti, Dwi, 2006, MaknaCorporate Social Responsibility: Sejarah dan Perkembangnnya,EBAR (Economic Business Accounting Review).Corporate Social Responsibility.Edisi III/September – Desember 2006

Ikhsan dan Ishak, 2007,Akuntansi Keprilakuan, Salemba Empat, Jakarta

Keputusan Menteri BUMN Nomor: 236/MBU/2003, Mengenai

Penyelenggaraan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan. Kiroyan, Noke, 2006,Good Corporate Governance(GCG) danCorporate

Social Responsibility(CSR) adakah kaitan diantara keduanya?, EBAR (Economic Business Accounting Review).Corporate Social Responsibility.Edisi III/September – Desember 2006


(5)

Surat Edaran Menteri BUMN Nomor : SE-04/MBU.S/2007, Mengenai Pedoman Akuntansi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Mardiyah dan Widyastuti, 2007, PengaruhStakeholderTerhadap Tanggung

Jawab Sosial Dan Akuntansi Sosial,Simposium Riset Ekonomi III, Universitas PETRA Surabaya, hal 1-23

Miles dan Huberman, 1992,Analisis Data Kualitatif, UI Press, Jakarta Mirfazli dan Nurdiono 2007, Evaluasi Pengungkapan Informasi Pertanggung

Jawabab Sosial Pada Laporan Tahunan Perusahaan Dalam Kolompok Aneka Industri Yang Go Publik di BEJ,Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 12 No.1, januari 2007, hal 1-11.

Moleong, Lexy J.2002.Metode Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Mulyana, Deddy, 2001,Metode Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung

Nursahid, fajar, 2006,Praktik Kedermawanan Sosial BUMN.Jurnal Galang. Vol.1 No.2

Pambudi, Teguh Sri, 2006, CEO dan CSR : Antara Citra dan Kepedulian, EBAR (Economic Business Accounting Review). Corporate Social Responsibility.Edisi III/September – Desember 2006 Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor: PER– 05/MBU/2007 Tentang

Program kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan

Sahat Sihombing, 2007, CSR Untuk Siapa?, Tersedia di URL :

http://www.sinarharapan.co.id/berita/0708/03/eko02.html, diakses bulan maret 2008

Soemanto, Bakdi, 2007, Sustainable Corporation (Implikasi Hubungan

harmonis Perusahaan dan masyarakat), PT Semen Gresik

(Persero) Tbk, Gresik

Sukarno dan Anggraini, 2007,Corporate ReputationMelalui Pendekatan Corporate Social Responsibilitydi Lingkungan PT. Perkebunan Nusantara X,Simposium Riset Ekonomi III, Universitas PETRA Surabaya, Hal 1-11.


(6)

Sumarsono, 2004, Metode Penelitian Akuntansi : Beserta Contoh Interpretasi Hasil Pengolahan Data. Edisi Revisi, Surabaya. Sukoharsono, Eko Ganis, 2006,Alternatif Riset Kualitatif Sains

Akuntansi : Biografi, Phenomologi, Grounded Theory, Critical Ethnografi, dan Case Study. Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya, Malang

SWA. Edisi 26/XXI/19 Desember 2005 – 11 Januari

Untung, Hendrik Budi, 2008, Corporate Social Responsibility, Sinar Grafika, Jakarta

Wibisono, Yusuf, 2007,Membedah Konsep dan Aplikasi CSR (Corporate Social Responsibility), Fascho Publishing, Gresik