Studi Deskriptif Mengenai Work-Family Conflict pada Musisi Wanita yang sudah Berkeluarga di Komunitas "X" Kota Bandung.

(1)

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan Work Familly Conflict yang dihayati oleh musisi wanita yang sudah berkeluarga di komunitas “X” Kota Bandung. Studi yang digunakan adalah studi deskriptif, dengan metode survey, wawancara dan observasi serta dengan menyebarkan kuesioner.

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan alat ukur dari Dawn Carlson dan Michael Krechmar yang diterjemahkan oleh Indah Soca M.Psi.,Psikolog dan kemudian peneliti memutuskan untuk memodifikasi alat ukur yang disesuaikan dengan karakteristik populasi sampel yang diambil. Validitas yang digunakan menggunakan uji statistik Rank Spearman dengan hasil masing-masing item yang berkisar dari 0,37 sampai dengan 0,70. Reliabilitas yang digunakan adalah untuk mencari internal konsistensi dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach yang didapatkan hasilnya 0,86.

Work Familly Conflict terbentuk dari enam dimensi yaitu, Time-Based WIF, Strain-Based WIF, Behavior-Strain-Based WIF, Time-Strain-Based FIW, Strain-Strain-Based FIW dan Behavior-Strain-Based FIW.Faktor yang menggambarkan Work Familly Conflict dapat dilihat dari domain atau area pekerjaan dan keluarga. Hasil dari penelitian yang diperoleh yaitu sebanyak 54% musisi menghayati Work Familly Conflict dengan intensitas yang tingi dan sebanyak 46% musisi menghayati Work Familly Conflict dengan intensitas yang rendah. Dimensi yang dominan yaitu dimensi Time-Based WIF.

Untuk peneliti yang tertarik dengan Work Familly Conflict pada musisi selanjutnya diharapkan agar lebih menjelaskan secara komprehensif dengan melibatkan faktor lain yang berkaitan dengan kajian mengenai Work Familly Conflict. Diharapkan pula peneliti selanjutnya untuk menambah variabel penelitian serta menggunakan analisis lain seperti komparatif, korelasional, kontribusi, agar mendapatkan gambaran yang lebih mendalam.


(2)

This research aims to describe Work Familly Conflict lived by women musicians who are already married in community "X" Bandung. The study used are descriptive studies, by the method of survey, interview and observation as well as by disseminating a questionnaire.

Measuring instrument used in this study using a measuring instrument of Dawn Carlson and Michael Krechmar translated by Indah Soca M.Psi.,Psikolog and then researchers decided to modify the measuring instrument tailored to the characteristics of the population of the samples taken. The validity of the used statistical tests using Rank Spearman with the results of each item that ranges from 0.37 up to 0.70. Reliability is used to search for internal consistency by using Cronbach Alpha formula obtained result 0.86.

Work Familly Conflict formed from six dimensions, namely, Time-Based WIF, Strain-Based WIF, Behavior-Strain-Based, Time-Strain-Based WIF FIW, Strain-Strain-Based FIW and Behavior-Strain-Based FIW. Factors that describe Work Familly Conflict can be seen from the domain or area of work and family. The results of the research obtained namely by as much as 54% live musicians Work with Conflict intensity Familly height and as much as 46% musicians live up to Work with Conflict intensity Familly. The dominant dimension that is the dimension of Time-Based WIF.

For researchers who are interested in the Work of the next Conflict on Familly musicians expected to better explain comprehensively by involving other factors relating to the study on Work Familly Conflict. Researchers also expected further to add variable research as well as using other analysis such as comparative, korelasional, contributions, in order to get a more in-depth description.


(3)

HALAMAN JUDUL ...i

LEMBAR PENGESAHAN...ii

PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN... iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ...iv

KATA PENGANTAR...…..v

ABSTRAK ...viii

ABSTRACT ...ix

DAFTAR ISI...x

DAFTAR BAGAN…...xiv

DAFTAR TABEL ...xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ...1

1.2 Identifikasi Masalah ... 11

1.3 Maksud dan Tujuan ... 11

1.3.1 Maksud Penelitian ...11

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Kegunaan Penelitian ...12

1.4.1 Kegunaan Teoritis ...12

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 12

1.5 Kerangka Pemikiran ... 12


(4)

2.1 Pengertian Peran dan Konflik Peran... 21

2.2 Work-Family Conflict...25

2.2.1 DefinisiWork-Family Conflict………...25

2.2.2 BentukWork -Family Conflict...25

2.2.3 Sumber atau penyebabWork family conflict... 28

2.2.4 DimensiWork Family Conflict...28

2.3 Tahap Perkembangan... 29

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian dan Prosedur Penelitian ... 32

3.2 Bagan Prosedur Penelitian ... 32

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 33

3.3.1 Variabel Penelitian ...33

3.3.2 Definisi Operasional ...33

3.4 Alat Ukur ...34

3.4.1 Alat UkurWork Family Conflict... 34

3.4.2 Prosedur Pengisian Kuesioner ... 37

3.4.3 Sistem Penilaian ...37

3.4.4 Data Pribadi dan Data Penunjang ...38

3.4.5 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 39

3.4.5.1 Validitas Alat Ukur ...39

3.4.5.2 Reliabilitas Alat Ukur ...41

3.5 Populasi Penelitian ... 42


(5)

3.6 Teknis Analisis Data ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Sampel Penelitian ...44

4.1.1 Gambaran Sampel Berdasarkan Usia...44

4.1.2 Gambaran Sampel Berdasarkan Pendidikan... 45

4.1.3 Gambaran Sampel Bedasarkan Bidang Seni...45

4.1.4 Gambaran Sampel Berdasarkan Jam Kerja... 46

4.1.5 Gambaran Sampel Berdasarkan Total Masa Kerja...47

4.1.6 Gambaran Sampel Berdasarkan Lama Menikah...47

4.1.7 Gambaran Sampel Berdasarkan Keberadaan Tinggal dalam Keluarga Besar...48

4.1.8 Gambaran Sampel Berdasarkan Kepemilikan Pembantu...48

4.1.9 Gambaran Sampel Berdasarkan Jumlah Anak...49

4.1.10 Gambaran Sampel Berdasarkan Usia Anak Terkecil... 49

4.1.11 Gambaran Sampel Berdasarkan Jumlah Penghasilan Perbulan...50

4.1.12 Gambaran Sampel Berdasarkan Jumlah Waktu dalam Melakukan Pekerjaan Rumah Tangga...50

4.2 Hasil Penelitian... 51

4.2.1 Gambaran MengenaiWork Family Conflict...51

4.2.2 Gambaran Mengenai DimensiWork Family Conflict... 52

4.3 Pembahasan...53


(6)

5.1 Simpulan...65

5.2 Saran... 65

5.2.1 Saran Teoritis...65

5.2.2 Saran Praktis... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 60

DAFTAR RUJUKAN ...61 LAMPIRAN


(7)

Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran ...19 Bagan 2.1Work-Family Role Pressure Incompatibility...24 Bagan 3.1 Rancangan Penelitian ...32


(8)

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Alat Ukur ... ...36

Tabel 3.2 Skor Jawaban ...38

Tabel 3.3 Kriteria Validitas………39

Tabel 3.4 Hasil Alat Ukur ... 40

Tabel 3.5 Kriteria Reliabilitas……… 41

Tabel 3.6 Hasil Reliabilitas Alat Ukur………...41

Tabel 4.1.Gambaran Sampel Berdasarkan Usia………...44

Tabel 4.2. Gambaran Sampel Berdasarkan Pendidikan………. 45

Tabel 4.3. Gambaran Sampel Berdasarkan Bidang Seni………...………… 45

Tabel 4.4. Gambaran Sampel Berdasarkan Jam Kerja ………...………46

Tabel 4.5.Gambaran Sampel Berdasarkan Total Masa Kerja... 47

Tabel 4.6. Gambaran Sampel Berdasarkan Lama Menikah………...…47

Tabel 4.7. Gambaran Sampel Berdasarkan Keberadaan Tinggal dalam Keluarga Besar………...……… 48

Tabel 4.8. Gambaran Sampel Berdasarkan Kepemilikan Pembantu………...… 48

Tabel 4.9. Gambaran Sampel Berdasarkan Jumlah Anak………...………49

Tabel 4.10. Gambaran Sampel Berdasarkan Usia Anak Terkecil……...………49

Tabel 4.11. Gambaran Sampel Berdasarkan Jumlah Penghasilan Perbulan...50

Tabel 4.12. Gambaran Sampel Berdasarkan Jumlah Waktu Dalam Melakukan Pekerjaan Rumah Tangga ………...………...50

Tabel 4.13 Gambaran MengenaiWork-Family Conflict………...……51


(9)

Lampiran 1 KuesionerWork-Family Conflict Lampiran 2 Kisi-Kisi Alat Ukur

Lampiran 3 Hasil Input Data

Lampiran 4 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

Lampiran 5 TabelCrosstabs


(10)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Berkarir dalam industri musik menjadi salah satu bidang pekerjaan yang difavoritkan oleh banyak orang, terutama golongan muda. Jika di era tahun 70an ke belakang, bekerja dalam bidang kesenian (musik) dianggap tidak dapat menjamin penghidupan yang layak, kini justru diapresiasi sebagai salah satu tambang uang yang penuh peluang (http://www.kerjausaha.com/2013, diakses pada tanggal 02 Desember 2015).

Istilah profesi dalam kehidupan sehari – hari menunjukkan pekerjaan seseorang. Profesi atau pekerjaan yaitu melayani masyarakat, merupakan karir yang dilakukan sepanjang hayat. Melakukan bidang dan ilmu juga keterampilan tertentu dan memerlukan latihan khusus dalam jangka waktu yang lama (Ornstien dan Levine, 1984). Bagi seseorang yang memiliki profesi atau sebagai musisi yang bekerja dalam bidang musik disebut musisi. Musisi yaitu meliputi penyanyi, komposer musik, mengatur, melaksanakan dan melakukan komposisi musik ( Klasifikasi Baku Jabatan Indonesia, 2014 ).

Tugas musisi antara lain adalah menciptakan struktur melodis harmonis dan irama untuk mengkspesikan ide dan emosi dalam bentuk musik, menerjemahkan ide dan konsep ke dalam tanda – tanda dan simbol musikal standar untuk reproduksi dan pertunjukan, menyesuaikan atau mengatur musik untuk grup instrumental atau vokal, melakukan kelompok instrumental atau vokal, menyeleksi musik untuk pertunjukan dan mengatur bagian instrumental untuk musisi, memainkan satu atau lebih alat musik sebagai penyanyi solo atau sebagai anggota orchestraatau kelompok musik, menyanyi sebagai solois atau anggota kelompok vokal atau band, berlatih dan berlatih untuk menjaga standar pertunjukan yang tinggi. Klasifikasi jabatannya antara lain


(11)

sebagai pemimpin band, komposer, pemain musik, konduktor musik, musisi klub malam, penyanyi klub malam, orchestrator, penyanyi, musisi jalan, penyanyi jalan (Klasifikasi Baku Jabatan Indonesia, 2014).

Seiring perkembangan jaman dan emansipasi wanita saat ini di Indonesia semakin banyak wanita yang juga bekerja. Dalam survei di Indonesia menyebutkan sebanyak 42% wanita di Indonesia lebih memilih bekerja dibandingkan harus tinggal diam di rumah, meskipun tidak memiliki masalah keuangan (http://bisnis.liputan6.com). Mayoritas hal yang menjadi latar belakang wanita memilih untuk bekerja disamping menjadi ibu rumah tangga diantaranya, (59%) adalah untuk menambah penghasilan (Dwiatmadja, 2000). Sisanya wanita memilih untuk bekerja adalah untuk lebih mengaktualisasikan diri dan menambah aktifitas, bekerja sebagai ajang bersosialisasi, pendapatan suami yang belum dapat memenuhi kebutuhan, atau juga karena mengalami perceraian. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Agustus 2013 mencapai 139.991.800 orang atau kira-kira 70% dari populasi wanita di Indonesia.

Dalam tugas perkembangan, Santrock (2002), orang dewasa muda termasuk masa transisi, baik secara fisik (physically trantition) transisi secara intelektual (cognitive trantition), serta transisi peran sosial (social role trantition). Perkembangan sosial masa dewasa awal adalah puncak dari perkembangan sosial masa dewasa. Masa dewasa awal adalah masa beralihnya pandangan egosentris menjadi sikap yang empati. Santrock mengatakan masa dewasa awal dimulai pada umur 20 sampai umur 40 tahun. Masa dewasa awal adalah masa untuk bekerja dan menjalin hubungan dengan lawan jenis, terkadang menyisakan sedikit waktu untuk hal lainnya. Mungkin yang paling luas diakui sebagai tanda memasuki masa dewasa adalah ketika seseorang mendapatkan pekerjaan penuh waktu yang kurang lebih tetap.


(12)

Di Indonesia peran wanita dalam dunia kerja masih terbatas karena Indonesia adalah salah satu negara yang masih mengikuti aturan danstereotypetradisional. Wanita masih dianggap tidak pantas dan tidak setara dengan kemampuan laki-laki dalam hal bekerja. Pekerjaan yang dilakukan wanita di Indonesia masih banyak di bidang pelayanan jasa dan publik (Ghurobi, 2014). Seorang Ibu mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan suatu keluarga, baik perannya bagi suami maupun anaknya (Pujosuwarno, 1994:44). Dalam kehidupan rumah tangga, seorang ibu berkewajiban untuk melayani suami dan anaknya dalam semua aspek yang ada dalam kehidupan keluarganya. Kewajiban seorang ibu tidak hanya berbelanja, memasak, mencuci, berdandan, mengatur keuangan, dan melahirkan serta merawat anak, akan tetapi seorang ibu mempunyai peran yang lebih dominan dalam kehidupan suatu keluarga dibandingkan dengan peran suami.

Namun begitu, kebutuhan hidup yang semakin meningkat, maka kebanyakan dari wanita turut bekerja untuk membantu keuangan keluarga (http://id.theasianparent.com). Salah satunya bagi wanita-wanita yang terdapat di komunitas X kota Bandung yang memilih profesinya sebagai musisi disamping juga menjadi istri dan ibu bagi anak-anaknya. Dalam survei awal peneliti melakukan wawancara terhadap anggota-anggota wanita komunitas X. Komunitas X tersebut telah berdiri sejak 2009 di Kota Bandung dan memiliki anggota 206 orang. Komunitas tersebut memiliki prestasi dimana banyak melahirkan musisi muda berbakat.

Komunitas X ini berbeda dengan komunitas lainnya karena dalam komunitas ini menyediakan tempat yang layak bagi anggota komunitasnya dimana setiap hari anggota dapat menggunakan tempat tersebut untuk melakukan latihan gitar, harmonika dan alat musik lainnya bahkan alat musik tradisional seperti suling, kecapi sunda dan karinding. Tidak hanya menyediakan tempat saja, dalam mewadahi kegiatan pelatihan alat-alat musik tersebut, komunitas ini juga menyediakan praktisi alat musik sebagai pembimbing anggota-anggota yang ingin mendalami instrumen-instrumen tersebut. Bukan hanya itu saja, komunitas ini juga


(13)

memiliki salah satu visi besar, yaitu agar kedepannya para anggota yang telah mendalami serta menguasai alat musik dengan baik disana, dapat diikut sertakan dalam acara festival musik atau seni nasional maupun internasional.

Komunitas tersebut juga merupakan tempat yang mewadahi musisi di Kota Bandung agar dapat lebih mengaktualisasikan dirinya dan juga sebagai penyalur jasa musik bagi konsumen (event organizer atau penyelenggara acara) sesuai dengan kebutuhan acara. Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua komunitas, untuk mendapatkan pekerjaan biasanya musisi di rekomendasikan oleh rekan-rekannya atau ketua komunitas tersebut memilih anggota komunitas sesuai dengan kebutuhan acara. Ketua komunitas tersebut mengambil fee sebesar 10 % dari dealing fee terhadap musisi tersebut yang nantinya akan digunakan untuk uang kas komunitas yang dapat digunakan untuk merealisasikan event bulanan atau membeli alat yang di butuhkan bagi anggota komunitas tersebut. Komunitas ini mewadahi musisi dengan berbagai genre musik seperti Jazz,Bluess, Pop, dan tradisional. Komunitas ini terbuka untuk umum dan tidak dibatasi oleh usia juga jenis kelamin. Aktifitas yang rutin dilakukan dalam komunitas ini selain mengadakan acara perform dan sesi jamming perbulannya, setiap satu minggu sekali dilakukan acara nonton bersamafilmmusikal danworkshopalat musik.

Untuk dapat bekerja sebagai musisi membutuhkan keahlian dalam bidang seni khususnya seni musik. Musisi harus menguasai suatu alat musik atau teknik bernyanyi dimana proses menguasai alat musik tersebut relatif membutuhkan waktu yang cukup lama. Selain itu sebagai musisi harus dapat menguasai bermacam-macam genre lagu khususnya untuk memenuhi kebutuhan atau permintaan dari kliennya. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, musisi dapat bekerjasama dengan pihak penyelenggara atau klien dengan atau tanpa menggunakan kontrak kerja. Untuk pekerjaan yang menggunakan kontrak kerja secara tertulis dengan pihak penyelenggara atau pihak penyedia jasa seni biasanya kontrak berisikan ketentuan seperti tempat,


(14)

waktu dan jadwal pertunjukan, deskripsi pekerjaan dan jadwal latihan yang sudah pasti termasuk upah atau fee bagi musisi tersebut. Sedangkan musisi yang bekerja tanpa menggunakan kontrak yaitu musisi menerima pekerjaan yang menyesesuaikan dengan permintaan atau persetujuan klien atau penyedia jasa seni tersebut tanpa adanya kontrak secara tertulis. Muisisi yang belum memiliki kontrak kerjasama dapat diartikan bahwa dirinya belum terikat dengan pihak manapun dan hal tersebut memungkinkan musisi untuk bekerja secara tidak menetap, maksudnya adalah bekerja sesuai dengan panggilan dan jadwal kerja yang tentatif, contohnya menerima pekerjaan secara mendadak baik itu berdasarkan rekomendasi antar musisi atau pihak penyelenggara sendiri yang menghubungi musisi tersebut.

Musisi yang sudah memiliki kontrak kerjasama dengan pihak penyelenggara maka harus dapat memenuhi kewajibannya, apabila tidak dilakukan maka musisi tersebut akan dikenakan sanksi hukum sesuai dengan pasal yang terdapat dalam kontrak tersebut. Berbeda dengan musisi yang bekerja atau melakukan kerjasama tanpa kontrak, dalam hal kehadiran apabila musisi tersebut berhalangan atau dalam kondisi yang membuat musisi tersebut tidak dapat hadir dalam memenuhi perjanjian kerjasama secara tidak tertulis, maka musisi tersebut memiliki pilihan lain yaitu dengan melimpahkan tanggung jawabnya kepada musisi lain yang direkomendasikan oleh musisi yang bersangkutan atau dengan kata lain, musisi dapat mencari pengganti tentunya setelah mendapat persetujuan dari pihak penyelenggara terlebih dahulu dengan alasan yang rasional atau dapat diterima. Konsekuensi untuk pekerjaan yang tidak menggunakan kontrak antara lain adalah memungkinkannya kerjasama dibatalkan secara sepihak tanpa adanya ganti rugi yang diterima oleh musisi itu sendiri karena kemungkinan musisi untuk mendapatkan down payment relatif kecil. Hal tersebut dapat mengakibatkan musisi mengalami kerugian terlebih apabila musisi sudah menolak penawaran kerja di waktu yang sama dengan kerjasama yang tiba-tiba saja dibatalkan tersebut.


(15)

Berdasarkan observasi dan wawancara, dalam seminggu umumnya musisi pada komunitas tersebut rata-rata dapat bekerja atau perform kurang lebih 7 sampai 10 kali dalam suatu event. Setiapeventmenghabiskan waktu kurang lebih 5 jam, dimana 1 jam untukstandbysebelum acara dimulai, dan 2 sampai 3 jam untuk pelaksanaan acara tersebut. Berbeda dengan musisi yang bekerja berdasarkan kontrak kerja. Banyak juga musisi yang bekerja di luar daerah bahkan di luar negeri, istilahnya adalah musisi long trip. Musisi long trip biasanya bekerja 6 hari dalam seminggu dan hanya memiliki 1 hari libur. Pada siang hari, musisi harus melakukan latihan baik dengan kelompoknya ataupun individual, dan di sore juga malam hari adalah waktu untuk pertunjukan, jadi dalam sehari terdapat 2 kali untuk waktu pertunjukan. Namun hal tersebut tidak baku, sesuai dengan isi kontrak dimana isi kontrak tersebut menyesuaikan dengan kebutuhan instansi atau pihak penyelenggara. Lamanya kontrak kerja dapat bermacam-macam. Kontrak selama 1 minggu, atau 1 sampai 3 bulan lamannya. Kontrak dapat diperpanjang apabila pihak penyelenggara mengajukan hal tersebut. Bagi musisi long tripjuga memungkinkan untuk adanya penambahan jam kerja atau yang biasa disebut dengan over time. Hal tersebut dapat terjadi apabila klien atau penonton meminta waktu lebih dari bagian pertunjukan dengan syarat membayar upah musisi sesuai perjanjian kedua belah pihak, yaitu klien dan musisi.

Pada kenyataannya musisi baik yang bekerja dengan ataupun tidak menggunakan kontrak, mereka berupaya untuk mendapatkan panggilan pekerjaan sehingga dalam seminggu mereka dapat bekerja setiap hari meski dalam jumlah performance yang berbeda-beda untuk mendapatkan uang setiap harinya. Terlebih bagi musisi yang tidak memiliki pekerjaan sampingan atau pekerjaan lain juga kemampuan lain dan hanya mengandalkan penghasilannya dari pekerjaan seni.

Selain itu waktu kerja bagi musisi bukan hanya saatperformsaja, tetapitechnical meeting juga merupakan bagian dari pekerjaan musisi yang terkadang diselenggarakan pada jam-jam


(16)

sesuai permintaan klien dan tidak menutup kemungkinan diadakan pada malam hari yang sifatnya tentatif dan belum lagi permasalahan yang dialami oleh musisi yaitu kurangnya perhatian dari partner kerja yang tidak konsisten dan tidak tepat waktu, hal tersebut mempengaruhi technical meeting berlangsung mundur. Berdasarkan wawancara dari salah satu responden mengatakan bahwa tidak semua partner kerja yang belum berkeluarga dapat berempati dalam memandang musisi wanita yang telah berkeluarga. Hal-hal seperti itu menjadi salah satu penyebab musisi wanita harus bekerja hingga larut malam dan waktu yang tidak tetap.

Berdasarkan survey dan wawancara pada musisi di komunitas X tersebut didapatkan sebanyak 86 orang wanita dan 120 orang pria dimana 50 orang wanita telah menikah dan suami bekerja serta memiliki anak minimal 1 orang. Rata-rata musisi mendapatkan penghasilan perbulan minimal sebesar Rp.6000.000. Bekerja sebagai musisi juga menjadi satu-satunya pilihan untuk musisi wanita disamping untuk memperoleh pendapatan yang dapat membantu menutupi kebutuhan keluarga juga bekerja sebagai musisi adalah untuk dapat lebih mengaktualisasikan dirinya. Namun begitu di sisi lain keluarga juga seringkali membutuhkan kehadirannya, meskipun seringkali keluarga memberi dukungan penuh, tetapi perasaan bersalah seringkali muncul.

Bagi wanita yang memilih untuk menjadi ibu rumah tangga dan bekerja, memiliki kemungkinan untuk mengalami konflik peran, yaitu perannya dalam pekerjaan dan peran sebagai ibu rumah tangga. Ketika menghadapi dua peran dalam waktu yang bersamaan, inilah yang dinamakan dengan interrole conflict. Dalam perkembangannya, konflik antara pekerjaan dan keluarga dinamakan work family conflict. Work-Family Conflict adalah salah satu dari bentuk Interrole Conflict yaitu tekanan atau ketidakseimbangan peran antara peran di pekerjaan dengan peran didalam keluarga (Greenhaus & Beutell, 1985).


(17)

Pada survei awal dilakukan kepada 20 orang responden, dan mendapatkan hasil yang berbeda-beda dari konflik yang dihayati oleh masing-masing responden tersebut. 20% wanita mengatakan bahwa dirinya merasa bersalah dan sering tidak dapat merawat anaknya yang sedang sakit sehingga anaknya tersebut harus dirawat oleh mertua atau suaminya (Time based WIF). Terdapat 20% wanita yang mengatakan bahwa dirinya di tegur oleh vendordan kehilangan klien karena datang terlambat pada saat acara karena sebelumnya harus mengurus anak dan suaminya dirumah (Time based FIW). Survei dari 20 orang terdapat 10 % wanita yang mengatakan bahwa dirinya pernah dipanggil oleh guru dari anak-anaknya, karena anaknya sering terlambat datang ke sekolah dikarenakan telat bangun pagi (Strain based WIF). Survei dari 20 orang terdapat 20% wanita yang mengatakan bahwa dirinya sering jatuh sakit karena kelelahan mengurus keluarga dan tetap memaksakan diri untuk bekerja sebagai musisi karena dirinya membutuhkan uang untuk keluarganya, namun hasilnya wanita tersebut tidak optimal saat perform di panggung, contohnya seperti lupa lirik lagu, tidak dapat menarik vocal yang terlalu tinggi dan hilang fokus dengan bit atau bagan lagu (Strain based FIW).

Survei yang dilakukan dari 20 orang, terdapat 10 % wanita yang mengatakan bahwa dirinya kerap ditegur oleh keluarga karena sering keluar atau pulang larut malam, dimana hal tersebut dipandang sebagai suatu hal yang tidak patut dilakukan oleh serorang ibu (Behavior based WIF). Survei dari 20 orang terdapat 20% wanita yang mengatakan bahwa dirinya terkadang tidak dapat menahan diri untuk memarahipartneratauplayer yang salah saat bermain musik. Hal tersebut dikarenakan kebiasaannya untuk memarahi atau menegur anak-anaknya yang melakukan kesalahan. Hal itu membuat relasi dengan partner atau player menjadi kurang baik (Behavior based FIW).

Data dari survei awal tersebut menggambarkan bahwa musisi memiliki penghayatan akan konflik antara perannya sebagai ibu rumah tangga dan perannya sebagai musisi yang disebut


(18)

sebagai Work Family Conflict. Menurut Gutek et al (dalam Carlson 2000) konflik kerja-keluarga dapat muncul dalam dua arah yaitu konflik dari pekerjaan yang mempengaruhi kehidupan keluarga (WIF: Work interfering with family) dan konflik dari keluarga yang mempengaruhi pekerjaan (FIW:Family interfering with work).

Berdasarkan wawancara, dampak bagi musisi itu sendiri apabila menghayati Work Family Conflict yang tinggi maka musisi sering merasa kebingungan dalam memenuhi kebutuhan antara keluarga dan perannya sebagai musisi. Kerap kali musisi merasa kehilangan konsentrasi atau mengalami penurunan kinerja sehingga merasa dirinya tidak produktif pada saat memenuhi tuntutan perannya baik sebagai musisi ataupun seorang ibu.

Menurut Kurt Lewin, terkadang individu menghadapi beberapa macam faktor-faktor yang saling bertentangan dan tarik menarik. Individu berada dalam keadaan konflik, yaitu suatu pertentangan batin, suatu kebimbangan yang bila tidak segera diselesaikan, mengakibatkan frustasi dan ketidak seimbangan kejiwaan. Konflik dapat dibedakan menjadi empat, yaitu (approach-approach conflict) yaitu kondisi psikis yang dialami individu karena menghadapi dua motif positif yang sama kuat. Motif positif maksudnya adalah motif yang disenangi atau yang diinginkan individu. (avoidance-avoidance conflict) yaitu kondisi psikis yang dialami imdividu karena menghadapi dua motif negatif yang sama kuat. Motif negatif itu adalah motif yang tidak disenangi individu. (approach-avoidance conflict) yaitu kondisi psikis yang dialami oleh individu karena menghadapi satu situasi mengandung motif positif dan negatif sama kuat. (double approach-avoidance conflict) yaitu konflik psikis yang dialami oleh individu dalam menghadapi dua situasi atau lebih yang masing-masing mengandung motif positif dan negatif sekaligus dan sama kuat. (http://www.referensimakalah.com/2013, diakses pada tanggal 29 Juli 2016).

Konflik yang dialami oleh musisi yang menghayati Work Family Conflict termasuk (approach-approach conflict), yaitu dimana perannya sebagai musisi dan seorang ibu sama


(19)

penting dan sama kuatnya. Menurut Wijono (1993: 42-66), untuk mengatasi konflik dalam diri individu diperlukan paling tidak tujuh strategi, yaitu menciptakan kontak dan membina hubungan, menumbuhkan rasa percaya dan penerimaan, menumbuhkan kemampuan atau kekuatan diri sendiri, menentukan tujuan, mencari beberapa alternatif, memilih alternatif, merencanakan pelaksanaan jalan keluar.

Menurut Greenhause (1985), menjelaskan faktor-faktor penyebab terjadinya konflik kerja keluarga yaitu lingkup atau area kerja dan keluarga, tetapi keduanya mempunyai kesamaan yaitu saling memberi tekanan. Berdasarkan observasi dan wawancara, lingkup pekerjaan itu sendiri terdiri dari waktu kerja yang kaku atau bekerja sesuai dengan kontrak, durasi atau lamanya bekerja dalam satu kali acara yaitu minimal 3 jam, jadwal latihan yang dilakukan baik bersama kelompok atau individual guna mempersiapkan komposisi dan konsep musik yang akan disuguhkan, technical meetingyang bersifat tentatif karena disesuaikan dengan permintaan klien. Penambahan jam kerja yaitu penambahan durasi pertunjukan atas permintaan klien (overtime). Pekerjaan yang ditawarkan secara mendadak atau tentatif. Sedangkan dalam lingkup keluarga diantaranya adalah, memiliki anak kecil terlebih balita atau bayi yang masih membutuhkan asi dan perawatan, kepemilikan pembantu rumah tangga dimana hal tersebut dapat membantu musisi dalam mengerjakan pekerjaan rumah apabila musisi wanita tersebut harus bekerja dan meninggalkan keluarga. Suami yang bekerja, dimana suami bekerja sebagai musisi atau bidang lain. Setidaknya suami yang bekerja sebagai musisi diharapkan memiliki toleransi yang lebih terhadap musisi wanita dibandingkan dengan musisi lain yang bekerja dalam bidang lain. Tinggal dalam keluarga besar seperti adanya ayah atau ibu atau anggota keluarga lain, dimana hal tersebut dapat musisi manfaatkan untuk menjaga anak apabila musisi harus meninggalkan anak untuk bekerja atau bekerja keluar kota.


(20)

Penelitian ini dianggap menarik oleh peneliti disamping populasi yang akan di teliti tergolong unik dilihat dari segi pekerjaan yang membutuhkan kemampuan dalam bidang kesenian dan waktu bekerja yang cenderung tentatif. Penelitian ini diharapkan dapat membantu musisi wanita yang telah berkeluarga untuk dapat lebih memahami konflik yang dapat menghambat efektifitas dalam bekerja dan perannya dalam keluarga sebagai ibu rumah tangga.

Data dari survey awal hanya sebagian menegaskan terjadinya Work Family Conflict sehingga peneliti tertarik untuk mencari gambaran yang lebih spesifik tentang Work Family Conflictpada musisi wanita yang sudah berkeluarga di komunitas “X” Kota Bandung.

1.2 Bdentifikasi Masalah

Dari penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran mengenai derajat penghayatanWork Family Conflictpada musisi wanita yang sudah berkeluarga di komunitas “X” Kota Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan 1.3.1 Maksud Penelitian

Penelitian ini memiliki maksud untuk memperoleh gambaran mengenai derajat Work Family Conflictpada musisi wanita yang sudah berkeluarga di komunitas “X” Kota Bandung. 1.3.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mencari gambaran mengenai penghayatan derajat Work Family Conflict yang dilihat dari enam dimensi Work Family Conflict yaitu Time Based WIF, Strain Based WIF, Behavior Based WIF, Time Based FIW, Strain Based FIW, Behavior Based FIW dan juga berdasarkan data penunjang berupa faktor-faktor dari domain keluarga dan juga domain pekerjaan.


(21)

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

1. Memberikan informasi mengenai Work Family Conflictpada musisi wanita yang sudah berkeluarga di komunitas “X” Kota Bandung kedalam ilmu Psikologi khususnya dalam bidang ilmu Psikologi Industri Organisasi, dan bidang ilmu Psikologi Sosial.

2. Memberikan informasi dan masukan bagi peneliti lain yang berminat melakukan penelitian mengenai Work Family Conflict dan mendorong dikembangkannya penelitian-penelitian lain yang berhubungan dengan topik tersebut.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Memberikan informasi kepada musisi wanita yang sudah berkeluarga di komunitas “X” Kota Bandung mengenai konflik yang dialami pada perannya sebagai musisi dan ibu rumah tangga, sehingga dapat mengantisipasi masalah-masalah yang dapat timbul dari akibatwork family conflict.

2. Memberikan informasi kepada komunitas “X” yang bergerak di bidang seni kota Bandung mengenai dimensiwork family conflict pada musisi wanita yang sudah berkeluarga sehingga dapat memberikan layanan konsultasi pada anggota komunitas tersebut untuk mengatasiwork family conflictyang terjadi.

1.5 Kerangka Pikir

Menurut Herman dan Gyllstrom (1977) seperti yang dikutip dalam Greenhaus dan Beutell (1985) menyatakan seseorang yang sudah menikah lebih sering mengalami work-family conflict (WFC) dibandingkan yang belum menikah. Seseorang yang telah menikah memiliki tanggung


(22)

jawab yang lebih besar dibandingkan yang belum menikah saat menyeimbangkan peran-perannya demi menjaga keutuhan rumah tangganya.

Hal tersebut digeneralisasikan pada musisi wanita yang telah berkeluarga sekaligus ibu dari anak-anaknya dimana sebagai ibu diharapkan dapat bertanggungjawab atas kebutuhan anak dan suami. Sementara waktu yang dimiliki oleh musisi untuk memenuhi semua kebutuhan keluarga tidak sama musisi yang belum berkeluarga. Musisi sering kali merasa bahwa dirinya tidak mampu memenuhi kebutuhan keluarga dikarenakan jadwal atau pekerjaan yang sangat padat. Begitu pula dengan pekerjaan, dimana musisi merasa dirinya tidak optimal karena sudah merasa kelelahan dengan pekerjaan rumah tangga. Hal tersebut didukung oleh hasil wawancara yang dilakukan kepada 20 partisipan.

Menurut Greenhaus 1985, membedakan dua hal untuk menjelaskan faktor-faktor penyebab terjadinya konflik kerja keluarga yaitu lingkup/area kerja dan keluarga, tetapi keduanya mempunyai kesamaan yaitu saling memberi tekanan. Namun begitu disisi lain area kerja dan keluarga dapat mendukung musisi dalam menjalankan peran baik sebagai musisi dan ibu rumah tangga. Adapun area kerja yang dapat menjadi faktor terjadinya konflik berdasarkan survey awal dan observasi adalah waktu kerja yang padat dan tidak teratur, jadwal latihan , tuntutan kerja yang berlebihan dan jam kerja malam, sedangkan dari area keluarga, tekanan-tekanan tersebut adalah jumlah anak, usia anak yang menjadi sumber utama adalah ketika musisi wanita masih memiliki bayi atau anak usia balita, sekolah, dan remaja, keluhan yang berasal dari anak dan suami yang menuntut musisi untuk berada di rumah, ditambah lagi pandangan keluarga mengenai wanita sebagai ibu rumah tangga yang sering pulang malam dinilai kurang baik dan disamping itu akan mengganggu kesehatan karena jam tidur yang tidak teratur. Hal ini sesuai dengan tahap perkembangan Santrock (2002) mengatakan masa dewasa awal adalah masa untuk bekerja dan menjalin hubungan dengan lawan jenis, terkadang menyisakan sedikit waktu untuk hal lainnya.


(23)

Mungkin yang paling luas diakui sebagai tanda memasuki masa dewasa adalah ketika seseorang mendapatkan pekerjaan penuh waktu yang kurang lebih tetap.

Source pressurepada musisi berdasarkan dari masing-masingdomain, yaitu pekerjaan dan keluarga. Beberapa faktor pada domain keluarga diantaranya adalah young children atau kehadiran anak yang masih balita, dimana wanita sebagai ibu dituntut untuk merawat dan memberi ASI. Pekerjaan suami, yaitu suami yang bekerja atau tidak, dan apakah pekerjaan suami sudah dapat memenuhi kebutuhan keluarga atau wanita sebagai musisi yang harus mencari nafkah bagi keluarganya. Adapula tinggal dalam keluarga besar, yaitu tinggal bersama orangtua atau keluarga lainnya dimana terdapat tuntutan dari keluarga yang berbentuk etika pulang malam dan persepsi mengenai musisi yang bekerja di tempat hiburan tertentu contohnya klub malam.

Faktor pada domain pekerjaan yaitu, waktu yang tidak teratur, dimana pekerjaan yang diperoleh tidak tetap atau sesuai panggilan. Hal tersebut berlaku pula pada musisi yang bekerja secara tetap atau bekerja dengan kontrak karena kemungkinan-kemungkinan musisi yang bekerja tetap atau dengan kontrak pada suatu tempat akan mencari pekerjaan lain atau pekerjaan diluar kontrak kerjasama guna mengisi hari-hari yang masih kosong sehingga musisi dalam seminggu memiliki kemungkinan untuk bekerja setiap hari meski dalam jumlahperformanceyang berbeda-beda dalam seharinya. Selain itu ada pula faktor jadwal yang padat baik dari segi pekerjaan atau panggilan juga padatnya waktu latihan. Musisi dituntut untuk melatih kemampuannya terlebih dalam mempersiapkan suatu acara baik dari segi unjuk kerja ataupun format pertunjukan yang berupa aransemen musik. Selain itu tuntutan pekerjaannya adalah musisi harus menghadiri technical meeting per acara yang akan diselenggarakan dan standby tepat waktu sebelum acara dimulai. Musisi juga dituntut untuk mencapai target upah per acara dan target kepuasan klien karena dengan begitu diharapkan klien tersebut akan memberikan pekerjaan di lain waktu dalam kata lain berkesinambungan.


(24)

Faktor-faktor dari masing-masingdomaintersebut mengarahkan ke dimensi-dimensiWork family conflict. Menurut Gutek et al (dalam Carlson 2000) konflik kerja-keluarga dapat muncul dalam dua arah, yaitu konflik dari pekerjaan yang mempengaruhi kehidupan keluarga (WIF: Work interfering with family). Dimensinya yaitu Time based WIF, Strain based WIF, Behavior based WIF. Konflik dari keluarga yang mempengaruhi pekerjaan (FIW: Family interfering with work). Bentuknya yaituTime based FIW, Strain based FIW, Behavior based FIW.

Timebased Work interfering with family yaitu konflik yang berkaitan dengan tuntutan waktu pada peran sebagai pekerja menghambat pemenuhan waktu pada peran dalam keluarga. Pada musisi yang sudah berkeluarga yang mengalami Timebased Work interfering with family tidak dapat memenuhi tuntutan waktu pada perannya sebagai ibu rumah tangga karena waktu yang dimiliki bersama dengan keluarga terbatas dan harus memenuhi tuntutan perannya di pekerjaan. Musisi yang memiliki pekerjaan dalam seminggu penuh dan pulang di malam hari membuat musisi sebagai ibu rumah tangga tidak dapat mendampingi anak-anaknya bahkan tidak dapat menyiapkan makan siang dan makan malam bagi anak maupun suaminya. Ditambah lagi musisi yang memiliki pekerjaan di hari sabtu dan minggu membuat musisi tidak dapat menemani anak-anaknya berlibur. Waktu yang dimiliki musisi berkurang untuk mengurus anak dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga berkurang sehingga musisi kurang dapat memenuhi tuntutannya sebagai ibu rumah tangga.

Strainbased Work Interfering with Family, yaitu konflik yang berkaitan dengan kelelahan dalam peran sebagai musisi yang mengambat pemenuhan tuntutan peran dalam keluarga. Musisi yang sudah berkeluarga dan mengalami Strainbased Work Interfering with Family tidak dapat memenuhi tuntutan peran pada perannya sebagai ibu rumah tangga karena musisi sudah kelelahan saat menjalani pekerjaan dan tanggung jawab di tempat atau acara yang diselenggarakan ditambah lagi dengan jarak yang ditempuh juga banyaknya acara yang harus


(25)

musisi hadiri dalam sehari sehingga pada saat musisi tiba dirumah, musisi lebih memilih untuk beristirahat dan tidak dapat berkomunikasi dengan anak-anaknya dikarenakan sudah tertidur. Musisi juga tidak dapat mengikuti perkembangan anak secara menyeluruh, tidak memiliki banyak waktu untuk menemani anak belajar dan bermain. Hal – hal tersebut membuat musisi kurang dapat memenuhi tuntutannya sebagai ibu rumah tangga.

Behavior based Work Interfering with Family, yaitu konflik yang berkaitan dengan tuntutan pola perilaku pada peran sebagai musisi tidak sesuai dengan tuntutan pola perilaku pada peran dalam keluarga. Musisi yang sudah berkeluarga dan mengalamiBehavior Work Interfering with Family tidak dapat memenuhi tuntutan pola perilaku pada peran keluarga saat musisi yang terbiasa memberikan toleransi terhadap aturan dan tidak menganggap peraturan adalah hal yang penting dan kemudian menerapkannya dalam perilaku dalam mendidik dan membesarkan anak – anaknya. Hal tersebut menimbulkan toleransi yang berlebihan ataupun kurangnya wibawa sebagai ibu dalam membuat peraturan yang konsisten bagi anak-anaknya karena anak terlalu bebas dalam menyampaikan pendapat ataupun hal pribadi, menjadikan ibu sebagai teman sehingga kurangnya batasan – batasan atauboundariesantara ibu dan anak.

Timebased Family interfering with work yaitu konflik yang berkaitan dengan tuntutan waktu pada peran dalam keluarga menghambat pemenuhan waktu pada peran sebagai musisi. Musisi yang sudah berkeluarga dan mengalami Timebased Family interfering with work tidak dapat memenuhi tuntutan waktu pada perannya sebagai musisi yang sudah berkeluarga di dalam pekerjaannya karena sebagian besar waktu yang dimiliki telah digunakan untuk memenuhi tuntutan perannya sebagai ibu rumah tangga. Saat anak jatuh sakit atau memiliki seorang bayi yang harus diberi asi dapat berdampak pada pekerjaan yaitu terlambat datang ke acara yang diselenggarakan sehingga tidak dapat mempersiapkan penampilan secara optimal.


(26)

Strainbased Family interfering with work yaitu konflik yang berkaitan dengan kelelahan dalam peran sebagai musisi yang menghambat pemenuhan tuntutan peran dalam keluarga. Musisi yang sudah berkeluarga dan mengalami Strainbased Family interfering with work tidak dapat memenuhi tuntutan peran sebagai musisi di dalam pekerjaannya karena musisi mengalami kelelahan dengan pekerjaan rumah tangganya yang mengakibatkan musisi tidak optimal dalam bermain musik, tingkat konsentrasi dan stamina yang menurun dan mengakibatkan unjuk kerja yang tidak optimal dalam memenuhi tuntutan pekerjaan dan juga tidak sesuai dengan harapan klien atau penonton.

Behaviorbased Family interfering with workyaitu konflik yang berkaitan dengan tuntutan pola perilaku pada peran dalam keluarga tidak sesuai dengan tuntutan pola perilaku pada peran sebagai pekerja. Musisi yang sudah berkeluarga dan mengalami Behaviorbased Family interfering with work tidak dapat memenuhi tuntutan pola perilaku sebagai musisi dikarenakan peran sebagai Ibu yang berperilaku secara hangat dan terbuka terbawa pada saat bekerja dan menghadapi klien. Seharusnya sebagai musisi dapat menjaga sikap agar tetap ada batasan antara musisi dan klien atau dalam kata lain musisi tersebut tidak dapat menjaga sikap profesionalitas terhadap klien.

Berdasarkan Khan et al. dalam Greenhaus dan Beutell (1985), definisi work family conflictadalah sebuah bentukinterrole conflictdimana tekanan peran yang berasal dari pekerjaan dan keluarga saling mengalami ketidakcocokan dalam beberapa karakter. Dengan demikian, partisipasi untuk berperan dalam pekerjaan (keluarga) menjadi lebih sulit dengan adanya partisipasi untuk berperan di dalam keluarga (pekerjaan). Work family conflictdapat memberikan dampak baik pada lingkup atau area kerja maupun pada lingkup atau area keluarga. Dampak pada area kerja dapat berkaitan dengan kepuasan kerja, komitmen organisasi, ketidakhadiran, performa


(27)

kerja, dan kesuksesan karir, sedangkan dampak pada lingkup atau area keluarga dapat berkaitan dengan kepuasan hidup dan kepuasan pernikahan (Allen et al (2000).

Setiap musisi wanita yang telah berkeluarga menghayati konflik yang berbeda-beda tipe satu dengan yang lainnya. Musisi wanita yang sudah berkeluarga yang tidak dapat memenuhi tanggung jawab di dalam keluarga maupun pekerjaannya dapat dikatakan bahwa musisi wanita yang telah berkeluarga mengahayatiwork family conflictdalam intensitas yang tinggi. Di sisi lain musisi wanita yang sudah berkeluarga yang dapat memenuhi tanggungjawab dalam keluarga maupun pekerjaan, dapat dikatakan bahwa musisi wanita yang sudah berkeluarga menghayati work family conflictyang rendah.


(28)

Work domain

 Waktu kerja yang teratur/baku (Inflexible work)

 Jadwal latihan , performancedan technical meetingpadat

 Penambahan jam kerja /overtime Overtime

Bagan 1.1 Kerangka Pikir Musisi

wanita

Family domainYoung children

 Adanya

pembantu rumah tangga

 Suami yang bekerja/Spouse Employment  Tinggal dalam

keluarga besar/ Large Families

Work Family Conflict

WIF Time based WIF Strain based WIF Behavior WIF

FIW Tim based FIW Strain based FIW Behavior FIW

Tinggi


(29)

1.6 Asumsi Penelitian

1. Setiap musisi wanita yang sudah berkeluarga di komunitas “X” Kota Bandung pernah mengalamiwork family conflict.

2. Work Family Conflictdapat terjadi pada dua arahwork interfering with family(WIF) yaitu konflik dari pekerjaan yang memengaruhi kehidupan keluarga atau family interfering with work (FIW) yaitu konflik dari keluarga yang mempengaruhi pekerjaan.

3. Work interfering with family (WIF) dapat terjadi karena waktu kerja yang padat, jadwal latihan dantechnical meetingyang padat , dan pekerjaan yang berlebihan. 4. Family interfering with work (FIW) dapat terjadi karena jumlah anak, memiliki

tanggung jawab pada anak usia balita, sekolah, dan remaja dan keberadaan keluarga yang tidak mendukung yang dapat mempengaruhi unjuk kerja menjadi kurang optimal.

5. Work –Family Conflict yang dirasakan oleh musisi di komunitas “X” di kota Bandung dapat dipengaruhi oleh faktor lingkup area kerja dan faktor lingkup area keluarga.


(30)

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 50 orang musisi di komunitas “X” Kota bandung, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Sebagian besar musisi di komunitas “X” Kota Bandung menghayati Work Familly Conflictyang tinggi.

2. DimensiWork Familly Conflictyang dominan dihayati oleh musisi di komunitas “X” Kota Bandung adalah dimensiTime-Based WIF.

3. Work Familly Conflict yang tinggi dapat digambarkan berdasarkan dari data penunjang yaitu bidang seni, jam kerja perminggu, total masa kerja, lama menikah, jumlah anak sebanyak satu orang, usia anak terkecil, jumlah penghasilan perbulan, total jam melakukan pekerjaan rumah tangga dalam seminggu.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Teoritis

1. Diharapkan agar peneliti selanjutnya melakukan modifikasi terhadap dimensi Work Family Conflict yang memiliki reliabilitas yang rendah yaitu pada dimensi Time-Based FIWdanBehavior-Based FIW.

2. Diharapkan peneliti selanjutnya melakukan kajian yang lebih spesifik mengenai penelitan Work Family Conflict dengan mengkaitkan faktornya seperti pada gitaris, keyboardis dan arranger, memiliki anak dengan usia terkecil seperti batita, balita, total masa kerja, lama menikah, jumlah penghasilan, korelasi dengan variabel


(31)

kepuasan pernikahan, kepuasan kerja, stress kerja dan lain sebagainya. Melakukan penelitian baik dengan studi kontribusi atau kualitatif.

3. Diharapkan peneliti selanjutnya melakukan kajian yang lebih komprehensif mengenai penelitan Work Family Conflict dengan memfokuskan kepada karakteristik pekerjaannya seperti pada musisi yang sedang menjalani kontrak kerja seperti pada label/ industri musik.

5.2.2 Saran Praktis

1. Disarankan kepada musisi wanita yang sudah berkeluarga di komunitas “X” Kota Bandung yang menghayati Work Familly Conflict yang tinggi agar lebih dapat mengatur waktu antara pemenuhan peran dalam pekerjaan maupun peran dalam keluarganya.

2. Disarankan kepada musisi wanita yang sudah berkeluarga di komunitas “X” Kota Bandung yang menghayati Work Familly Conflict yang tinggi agar lebih selektif untuk menerima pekerjaan tanpa mengabaikan pemenuhan peran di keluarga.


(32)

WANITA WANITA YANG SUDAH BERKELUARGA DI KOMUNITAS ‘X’ KOTA BANDUNG

Diajukan untuk Sidang Sarjana pada Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha

Disusun oleh : Sarah Herliani Saputri

NRP : 0930148

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG


(33)

(34)

(35)

Puji dan syukur atas rahmat dan karunia yang diberikan oleh Allah SWT serta tauladan dari Nabi Muhammad SAW, penulis dapat menyelesaikan penulisan penelitian ini.

Penelitian ini diajukan untuk memenuhi mata kuliah skripsi di Fakultas Psikologi

Universitas Kristen Maranatha. Dalam penulisan skripsi ini peneliti memilih judul : “Studi Deskriptif Mengenai Work-Family Conflict pada musisi wanita yang sudah berkeluarga di komunitas “X” Kota Bandung.”

Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekeliruan dan kekurangan dalam penulisan penelitian ini. Namun demikian peneliti berharap agar dalam segala kekurangannya penelitian ini masih dapat memberikan manfaat bagi Fakultas Psikologi khususnya dan masyarakat pada umumnya. Untuk itu peneliti terbuka terhadap segala bentuk saran dan kritik yang dapat membantu penyempurnaan penelitian ini.

Selama melakukan penyusunan skripsi ini peneliti banyak mendapatkan dorongan, dukungan serta bantuan dari berbagai pihak oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. DR. Yuspendi, M.Psi., M.Pd. selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

2. Dr. Irene P. Edwina, M.Si., psikolog selaku Pembantu Dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

3. Lie Fun Fun, M.Psi., Psikolog selaku Kepala Program pendidikan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

4. Gianti Gunawan, M.Psi., psikolog selaku dosen pembimbing utama yang telah membantu, membimbing, memberi arahan serta memberikan koreksi selama penyusunan skripsi ini.


(36)

menyediakan waktu, tenaga, pikiran dan perhatiannya dalam membimbing peneliti, memberi semangat serta memberikan koreksi selama proses penyusunan skripsi ini.

6. Indah Soca M.Psi.,Psikolog selaku dosen wali yang telah menyediakan waktu, memberi motivasi dan membantu selama proses penyusunan skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu pengurus perpustakaan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha yang telah membantu menyediakan buku referensi yang dibutuhkan dalam menyusun skripsi.

8. Para musisi wanita dan ketua dari komunitas “X” Bandung atas waktu dan

kesempatan yang diberikan kepada peneliti untuk proses pengambilan data dengan cara melakukan wawancara sehingga tersusunnya skripsi.

9. Ayah, ibu, kakak dan adik tercinta, yang telah memberikan dukungan, doa, dorongan dan kasih sayangnya juga segala fasilitas yang dibutuhkan.

10. Rivaba Satrio yang telah memberikan inspirasi, dukungan, semangat, keyakinan dan kesabaran selama peneliti membuat skripsi ini.

11. Bernand Joseph, Audy Vondra, Becip, Nissan Fortz , Trifosa Rakhma, Alvina Ilone, Annisa, Heigun, Wulmul, Epen, Lady, serta sahabat-sahabat lain yang selalu memberikan dukungan dan selalu bersedia untuk sharing selama pembuatan skripsi ini.

12. Semua pihak yang telah membantu, memberi dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga Allah SWT berkenan membalas segala bantuan, Ibu, Bapak dan rekan-rekan sekalian.


(37)

membaca kepada semua pembaca dengan harapan dapat bermanfaat bagi yang membacanya. Peneliti menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penelitian ini mengingat pada keterbatasan waktu dan kemampuan dari peneliti, maka peneliti mengharapkan petunjuk, kritik dan saran sebagai sarana untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Bandung, 20 Mei 2016


(38)

Allen, Tammy D., Herst, David E.L., Bruck, Carly S., & Sutton, Martha. (2000). Consequence assosiated with work-to-family conflict : A review and agenda for

future research. Journal of Occupational Health Psychology,Vol 5 No. 2(278-308).

Barling, J.,Kelloway, F. Kelvin, & Frone, Michael R.1999. “Handbook of Work Stress”. California: Sage Publications Inc.

Baron, R. A, & Byrne, D. E (2004). Social Psychology (10th edition). USA: Pearson.

Beall, Anne E., & Sternberg, Robert J (Eds). (1993).The Psychology of Gender.New

York: Guilford Press.

Biddle, B.J. dan Thomas, E.J. (1966). Role theory : Concept and research. New York :

Wiley.

Burke, S., Jeffrey W, Bethel., Amber F B.2012. Assessing Disaster Preparedness among Latino Migrant and Seasonal 60 Farmworkers in Eastern North Carolina. California: Departement of Health Sciences California State University

Carlson, Dawn S., K. Michele Kacmar, Larry J. Williams. (2000). Construction and

initial validation of a multidimensional measure of work–family conflict.Journal of

Vocational Behavior, Vol 56. (249–276).

Duxbury, L.E., & Higgins, C.A. (1991). Gender differences in work-family conflict.

Journal of Applied Psychology,Vol 76, No. 1.(60-74).

Dwi Atmadja dan Kusumaningrum, Y.M. 2000. Potret Perempuan Pekerja Di Masa Krisis Ekonomi. Telaah Bisnis, Vol 1. No. 2, 123-123.

Edgar H., Schein. 1991. Organizational Culture and Leadership. San Fransisco: Oxford Jossey-Bass Publisher.

Friedenberg, Lisa, 1995. Psychological Testing : Design, Analysis and Use. Boston: Allyn & Bacon.

Frone, M. R., Russell, M., & Cooper, M .L. (1992). Antecedents and outcomes of

work–family conflict: Testing a model of the work–family interface. Journal of

Applied Psychology,Vol 77 No. 1(65–75).

Frone, M. R. (2000). Work-family Conflict and Employee Psychiatric Disorder : The

National Comorbidity Survey. Journal of Applied Psychology, Vol 85 No. 6


(39)

Hasudungan, Bernand Joseph. (2016). Studi Deskriptif mengenai work-family conflict

pada polwan yang sudah berkeluarga di wilayah Polda Jabar. Skripsi: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Kelly, R., and Voydanoff , P. 1985. “ Work/Family Role Strain Among Employed

Parents”.

Journal of Family Relations, 34: 367-374.

Korabik, Karen., Donna S Lero, Denise L. Whitehead. (2008).Handbook of work–family

integration. Canada : Academic Press.

Maria, Christina & Kuntari, Indah Soca R. (2014). Hubungan work-family conflict

dengan burnout pada satpam PT “X” Bandung, Humanitas-Jurnal Psikologi

Indonesia, Vol. 1 No 3, (233-244).

Mufida, Alia. (2008). Hubungan Antara Work Family Conflict Dengan Psychology Well

Being Pada Ibu Yang Bekerja.Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Nazir, Moh., Ph.D. (2003).Metode penelitian. Bogor : Gahlia Indonesia.

Pujosuwarno, Sayekti. 1994. Bimbingan Dan Konseling Keluarga. Yogyakarta: Menara Mas Offset.

Santrock. J. W. (2002). Life-span development: Perkembangan masa hidup (edisi

kelima). Jakarta: Erlangga.

Sugiyono, Prof. DR. (2005). Statistika untuk penelitian (cetakan ke-8). Bandung :


(40)

Annisa, Ratu Siti (2009) Skripsi: Studi Deskriptif Mengenai Dimensi Work Family Conflict pada PerawatInap Wanita yang Sudah Berkeluarga si Rumah Sakit “X” Kota Cilegon. Fakultas Psikologi Kristen Maranatha: Bandung.

Berthathalia. 26 Juni 2015. (Online)

(http://www.kompasiana.com/berthathalita/dampak-positif-dan-negatif-wanita-karir_ 55001d3d8133119f19fa720c, diakses pada tanggal 11 Desember 2015)

Benny Cristovel (2014). Musisi Sekuler dan Gerejawi. Sekolah Tinggi Theologia Jaffay (Online) (http://ojs.sttjaffay.ac.id/index.php/JJV71/article/view/124, diakses pada tanggal 15 Desember 2015)

Klasifikasi Baku Jabatan Indonesia, Kementrian Ketenagakerjaan dan Badan Pusat

Statistik (2014).

(https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://bi napenta.naker.go.id/uploads/ebook/KBJI-2014.pdf&ved=0ahUKEwjZp8zg8-X MAhXE4KYKHXd2BTUQFggZMAA&usg=AFQjCNFOSKw9kmW_PhdnfE DkvWe8SrA-Pg&sig2=0cAozesCsxZk_OzahzLpmA, diakses pada tanggal 02 April 2015)

Mengapa Soraya Abdullah Menutupi Kabar Pernikahannya? (Online)

(http://www.bintang.com/celeb/read/2346296/mengapa-soraya-abdullah-menutupi-kabar-pernikahannya, diakses pada tanggal 12 Desember 2015)

Muhammad Rizal Ghurobi. 06 Februari 2014. (Online)

(http://ghurobi0ne-fisip10.web.unair.ac.id/artikel_detail-92322-Umum-Fenomena%2 0Glass%20Ceiling%20pada%20Sektor%20Public.html, diakses pada 05 Januari 2016)

Septian Deny. 07 Maret 2014. (Online)

(http://bisnis.liputan6.com/read/2019532/42-wanita-lebih-pilih-bekerja-daripada-dia m-di-rumah, diakses pada tanggal 05 Januari 2016)

Sih Darmi Astuti. (2012) Skripsi: KONFLIK PEKERJAAN-KELUARGA FUTURISTIK DAN NURTURISTIK: SEBUAH KONTRIBUSI DALAM PENGUKURAN MULTIDIMENSIONAL KONFLIK PEKERJAAN KELUARGA. Fakultas Ekonomi Unisbank. Semarang.

Sistem Gaji Berbagai Profesi di Industri Musik. (Online).


(41)

%20PSIKOLOGI%20HUMANISTIK%20:%20FENOMENA%20GLASS%20CEILI NG%20DI%20INSTANSI%20PEMERINTAHAN%20DAERAH.html, diakses pada tanggal 11 Desember 2015)

Yesaya Whisnu Wardhana. Kamis, 11 September 2014. (Online)

(http://www.compusiciannewa.com/read/Ternyata-Jadi-Guru-Musik-Itu-Profesi-Seor ang-Musisi-Lho-1543, diakses pada tanggal 12 Desember 2015)


(1)

vi

5. Djusmierly E., S.Psi., psikolog selaku dosen pembimbing pendamping yang telah menyediakan waktu, tenaga, pikiran dan perhatiannya dalam membimbing peneliti, memberi semangat serta memberikan koreksi selama proses penyusunan skripsi ini.

6. Indah Soca M.Psi.,Psikolog selaku dosen wali yang telah menyediakan waktu, memberi motivasi dan membantu selama proses penyusunan skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu pengurus perpustakaan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha yang telah membantu menyediakan buku referensi yang dibutuhkan dalam menyusun skripsi.

8. Para musisi wanita dan ketua dari komunitas “X” Bandung atas waktu dan kesempatan yang diberikan kepada peneliti untuk proses pengambilan data dengan cara melakukan wawancara sehingga tersusunnya skripsi.

9. Ayah, ibu, kakak dan adik tercinta, yang telah memberikan dukungan, doa, dorongan dan kasih sayangnya juga segala fasilitas yang dibutuhkan.

10. Rivaba Satrio yang telah memberikan inspirasi, dukungan, semangat, keyakinan dan kesabaran selama peneliti membuat skripsi ini.

11. Bernand Joseph, Audy Vondra, Becip, Nissan Fortz , Trifosa Rakhma, Alvina Ilone, Annisa, Heigun, Wulmul, Epen, Lady, serta sahabat-sahabat lain yang selalu memberikan dukungan dan selalu bersedia untuk sharing selama pembuatan skripsi ini.

12. Semua pihak yang telah membantu, memberi dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga Allah SWT berkenan membalas segala bantuan, Ibu, Bapak dan rekan-rekan sekalian.


(2)

Alhamdulillah, akhirnya skripsi ini telah selesai dan peneliti mengucapkan selamat membaca kepada semua pembaca dengan harapan dapat bermanfaat bagi yang membacanya. Peneliti menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penelitian ini mengingat pada keterbatasan waktu dan kemampuan dari peneliti, maka peneliti mengharapkan petunjuk, kritik dan saran sebagai sarana untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Bandung, 20 Mei 2016


(3)

Universitas Kristen Maranatha 67

DAFTAR PUSTAKA

Allen, Tammy D., Herst, David E.L., Bruck, Carly S., & Sutton, Martha. (2000). Consequence assosiated with work-to-family conflict : A review and agenda for

future research. Journal of Occupational Health Psychology,Vol 5 No. 2(278-308).

Barling, J.,Kelloway, F. Kelvin, & Frone, Michael R.1999. “Handbook of Work Stress”. California: Sage Publications Inc.

Baron, R. A, & Byrne, D. E (2004). Social Psychology (10th edition). USA: Pearson.

Beall, Anne E., & Sternberg, Robert J (Eds). (1993).The Psychology of Gender.New

York: Guilford Press.

Biddle, B.J. dan Thomas, E.J. (1966). Role theory : Concept and research. New York :

Wiley.

Burke, S., Jeffrey W, Bethel., Amber F B.2012. Assessing Disaster Preparedness among Latino Migrant and Seasonal 60 Farmworkers in Eastern North Carolina. California: Departement of Health Sciences California State University

Carlson, Dawn S., K. Michele Kacmar, Larry J. Williams. (2000). Construction and

initial validation of a multidimensional measure of work–family conflict.Journal of

Vocational Behavior, Vol 56. (249–276).

Duxbury, L.E., & Higgins, C.A. (1991). Gender differences in work-family conflict.

Journal of Applied Psychology,Vol 76, No. 1.(60-74).

Dwi Atmadja dan Kusumaningrum, Y.M. 2000. Potret Perempuan Pekerja Di Masa Krisis Ekonomi. Telaah Bisnis, Vol 1. No. 2, 123-123.

Edgar H., Schein. 1991. Organizational Culture and Leadership. San Fransisco: Oxford Jossey-Bass Publisher.

Friedenberg, Lisa, 1995. Psychological Testing : Design, Analysis and Use. Boston: Allyn & Bacon.

Frone, M. R., Russell, M., & Cooper, M .L. (1992). Antecedents and outcomes of

work–family conflict: Testing a model of the work–family interface. Journal of

Applied Psychology,Vol 77 No. 1(65–75).

Frone, M. R. (2000). Work-family Conflict and Employee Psychiatric Disorder : The

National Comorbidity Survey. Journal of Applied Psychology, Vol 85 No. 6


(4)

Greenhaus, Jeffrey. H., Nicholas J. Beutell. (1985). Sources of conflict between work and

family roles.Journal The Academy of Management Review, Vol. 10, No. 1(76-88).

Hasudungan, Bernand Joseph. (2016). Studi Deskriptif mengenai work-family conflict

pada polwan yang sudah berkeluarga di wilayah Polda Jabar. Skripsi: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Kelly, R., and Voydanoff , P. 1985. “ Work/Family Role Strain Among Employed

Parents”.

Journal of Family Relations, 34: 367-374.

Korabik, Karen., Donna S Lero, Denise L. Whitehead. (2008).Handbook of work–family

integration. Canada : Academic Press.

Maria, Christina & Kuntari, Indah Soca R. (2014). Hubungan work-family conflict

dengan burnout pada satpam PT “X” Bandung, Humanitas-Jurnal Psikologi

Indonesia, Vol. 1 No 3, (233-244).

Mufida, Alia. (2008). Hubungan Antara Work Family Conflict Dengan Psychology Well

Being Pada Ibu Yang Bekerja.Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Nazir, Moh., Ph.D. (2003).Metode penelitian. Bogor : Gahlia Indonesia.

Pujosuwarno, Sayekti. 1994. Bimbingan Dan Konseling Keluarga. Yogyakarta: Menara Mas Offset.

Santrock. J. W. (2002). Life-span development: Perkembangan masa hidup (edisi

kelima). Jakarta: Erlangga.

Sugiyono, Prof. DR. (2005). Statistika untuk penelitian (cetakan ke-8). Bandung :


(5)

Universitas Kristen Maranatha 69

DAFTAR RUJUKAN

Annisa, Ratu Siti (2009) Skripsi: Studi Deskriptif Mengenai Dimensi Work Family

Conflict pada PerawatInap Wanita yang Sudah Berkeluarga si Rumah Sakit “X”

Kota Cilegon. Fakultas Psikologi Kristen Maranatha: Bandung.

Berthathalia. 26 Juni 2015. (Online)

(http://www.kompasiana.com/berthathalita/dampak-positif-dan-negatif-wanita-karir_ 55001d3d8133119f19fa720c, diakses pada tanggal 11 Desember 2015)

Benny Cristovel (2014). Musisi Sekuler dan Gerejawi. Sekolah Tinggi Theologia Jaffay (Online) (http://ojs.sttjaffay.ac.id/index.php/JJV71/article/view/124, diakses pada tanggal 15 Desember 2015)

Klasifikasi Baku Jabatan Indonesia, Kementrian Ketenagakerjaan dan Badan Pusat

Statistik (2014).

(https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://bi napenta.naker.go.id/uploads/ebook/KBJI-2014.pdf&ved=0ahUKEwjZp8zg8-X MAhXE4KYKHXd2BTUQFggZMAA&usg=AFQjCNFOSKw9kmW_PhdnfE DkvWe8SrA-Pg&sig2=0cAozesCsxZk_OzahzLpmA, diakses pada tanggal 02 April 2015)

Mengapa Soraya Abdullah Menutupi Kabar Pernikahannya? (Online)

(http://www.bintang.com/celeb/read/2346296/mengapa-soraya-abdullah-menutupi-kabar-pernikahannya, diakses pada tanggal 12 Desember 2015)

Muhammad Rizal Ghurobi. 06 Februari 2014. (Online)

(http://ghurobi0ne-fisip10.web.unair.ac.id/artikel_detail-92322-Umum-Fenomena%2 0Glass%20Ceiling%20pada%20Sektor%20Public.html, diakses pada 05 Januari 2016)

Septian Deny. 07 Maret 2014. (Online)

(http://bisnis.liputan6.com/read/2019532/42-wanita-lebih-pilih-bekerja-daripada-dia m-di-rumah, diakses pada tanggal 05 Januari 2016)

Sih Darmi Astuti. (2012) Skripsi: KONFLIK PEKERJAAN-KELUARGA FUTURISTIK DAN NURTURISTIK: SEBUAH KONTRIBUSI DALAM PENGUKURAN MULTIDIMENSIONAL KONFLIK PEKERJAAN KELUARGA. Fakultas Ekonomi Unisbank. Semarang.

Sistem Gaji Berbagai Profesi di Industri Musik. (Online).


(6)

Wendi Surya.O. 29 Desember 2014. (Online) (http://wendy-s-o-fpsi11.unair.ac.id/artikel_detail-119665-Umum-TUGAS%20UAS %20PSIKOLOGI%20HUMANISTIK%20:%20FENOMENA%20GLASS%20CEILI NG%20DI%20INSTANSI%20PEMERINTAHAN%20DAERAH.html, diakses pada tanggal 11 Desember 2015)

Yesaya Whisnu Wardhana. Kamis, 11 September 2014. (Online)

(http://www.compusiciannewa.com/read/Ternyata-Jadi-Guru-Musik-Itu-Profesi-Seor ang-Musisi-Lho-1543, diakses pada tanggal 12 Desember 2015)