PENGARUH KEBERADAAN INDUSTRI TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA MASYARAKAT: Studi di Desa Lagadar Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung.
IMAM NAWAWI, 2014
Pengaruh Keberadaan Industri Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Dan Budaya Masyarakat Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENGARUH KEBERADAAN INDUSTRI TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA MASYARAKAT
(Studi di Desa Lagadar Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung)
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Studi Pendidikan Sosiologi
Oleh Imam Nawawi
1001839
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG 2014
(2)
IMAM NAWAWI, 2014
Pengaruh Keberadaan Industri Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Dan Budaya Masyarakat Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
EKONOMI DAN BUDAYA MASYARAKAT
(Studi di Desa Lagadar Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung)
Oleh Imam Nawawi
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Sosiologi
© Imam Nawawi 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis.
(3)
IMAM NAWAWI, 2014
Pengaruh Keberadaan Industri Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Dan Budaya Masyarakat Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(4)
IMAM NAWAWI, 2014
Pengaruh Keberadaan Industri Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Dan Budaya Masyarakat Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
PENGARUH KEBERADAAN INDUSTRI TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA MASYARAKAT
(Studi di Desa Lagadar Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung)
Imam Nawawi 1001839
Pembangunan industri merupakan salah satu upaya manusia dalam meningkatkan kualitas hidupnya, salah satu tujuan dari pembangunan industri di antaranya untuk memperluas lapangan kerja, menunjang pemerataan pembangunan, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pembangunan industri di suatu daerah yang tentunya menimbulkan dampak positif maupun negatif bagi masyarakat. Dampak positifnya seperti penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat sedangkan dampak negatifnya seperti pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh industri. Dampak positif dan negatif dari keberadaan industri akan menimbulkan perubahan bagi masyarakat baik kondisi sosial ekonomi maupun kondisi budaya.
Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui seberapa besar pengaruh dari keberadaan industri terhadap kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat. Penelitian dilaksanakan di kawasan industri Desa Lagadar Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung dengan populasi sebanyak 5662 kepala keluarga dan sampel sebanyak 73 responden. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan campuran (mixed method) yaitu kuantitatif dan kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket tertutup kemudian hasil dari angket diperdalam dengan wawancara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan keberadaan industri terhadap kondisi sosial ekonomi, dengan tingkat korelasi yang tinggi dari mata pencaharian, pendapatan, kesehatan, dan kepemilikan fasilitas hidup, sedangkan pendidikan berkorelasi rendah dengan keberadaan industri. Kemudian tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari keberadaan industri terhadap kondisi budaya. Kegiatan gotong royong masyarakat masih dijalankan dengan baik dan dilestarikan sampai sekarang serta tidak berubah meskipun adanya pembangunan industri di Desa Lagadar. Rekomendasi bagi penelitian ini di antaranya bagi pihak industri harus memperhatikan dampak negatif yang ditimbulkan bagi masyarakat dan lingkungan, dan pihak industri harus mengadakan kegiatan yang berhubungan dengan pendidikan sehingga tingkat pendidikan masyarakat dapat meningkat.
(5)
IMAM NAWAWI, 2014
Pengaruh Keberadaan Industri Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Dan Budaya Masyarakat Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
EFFECT OF THE PRESENCE OF INDUSTRY CONDITIONS OF SOCIO ECONOMIC AND CULTURAL SOCIETY
(Studies in Rural Lagadar Margaasih District of Bandung Regency) Imam Nawawi
1001839
Construction industry is one man's attempt to improve the quality of life, one of the goals of industrial development in them to expand employment, support equitable development, improving incomes and welfare of the community. This research is motivated by industrial development in an area which is of course positive and negative impacts for the community. Positive impacts such as employment and income generating while the negative impacts such as environmental pollution caused by the industry. Positive and negative effects of the presence of the industry will lead to a change for the good of society and the socio-economic conditions of the culture conditions.
The purpose of this study is to determine how much influence the existence of industries towards the socio-economic and cultural conditions of the community. Research carried out in the industrial area of the District Rural Lagadar Margaasih Bandung regency with a population of 5662 head of household and 73 samples of respondents. This study used a descriptive method with a mixed approach (mixed method) is quantitative and qualitative. Data collection techniques in this study using questionnaire covered subsequently deepened with the results of the questionnaire interview.
The results showed that there is a significant influence on the industry where socio-economic conditions, with a high degree of correlation of livelihood, income, health, and living facilities ownership, while lower education is correlated with the presence of industry. Then there is no significant effect of the presence of the condition of the culture industry. Activities of mutual aid societies still run and preserved until now and has not changed despite the absence of industrial development in the Village Lagadar. Recommendations for the study of which the industry should pay attention to the negative impacts for society and the environment, and the industry should conduct activities associated with education that can increase levels of public education.
(6)
IMAM NAWAWI, 2014
Pengaruh Keberadaan Industri Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Dan Budaya Masyarakat Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang direncanakan sebagai salah satu upaya manusia dalam meningkatkan kualitas hidupnya. Begitu pun dengan pembangunan secara nasional yang erat kaitannya dengan kemampuan negara dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki baik dengan menggunakan bantuan teknologi ataupun tanpa bantuan teknologi. Pembangunan nasional pada hakikatnya bersifat multidimensi dengan melibatkan berbagai sektor, seperti sektor pendidikan, pertanian, kesehatan, industri dan sebagainya.
Menurut Arsyad (1992, hlm. 31) bahwa, “Proses industrialisasi merupakan satu jalur kegiatan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang lebih maju maupun taraf hidup yang lebih bermutu.” Sehingga konsep pembangunan sering kali dikaitkan dengan proses industrialisasi. Salah satu pembangunan nasional yang sedang mendapatkan perhatian pemerintah adalah pembangunan di bidang ekonomi.
Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang mengupayakan perkembangan ekonomi melalui industrialisasi. Sektor industri sering disebut juga sebagai sektor pemimpin (leading sector), karena dengan pembangunan industri akan memicu dan mengangkat pembangunan sektor-sektor lainnya seperti sektor jasa. Sehingga sektor industri dapat dikatakan sebagai tulang punggung pembangunan nasional. Selain itu proses industrialisasi akan dapat menjadi penggerak utama laju pertumbuhan ekonomi dan perluasan lapangan kerja. Di Indonesia sektor industrialisasi diarahkan untuk mendorong peningkatan kesempatan usaha, peningkatan investasi, pengembangan teknologi, peningkatan pemanfaatan sumber daya ekonomi secara optimal sehingga menghasilkan produk yang berkualitas dan bisa bersaing dengan produk luar negeri.
(7)
IMAM NAWAWI, 2014
Pengaruh Keberadaan Industri Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Dan Budaya Masyarakat Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2
Salah satu tujuan dari adanya pembangunan industri itu di antaranya untuk memperluas lapangan kerja, menunjang pemerataan pembangunan sehingga ketimpangan antar wilayah dapat diminimalisir, dan menciptakan daerah yang
(8)
mandiri sehingga dapat membantu perekonomian negara. Sehingga pembangunan industri diharapkan dapat membantu perkembangan ekonomi dan tentunya pembangunan nasional, serta dapat mempercepat terciptanya kesejahteraan masyarakat yang makmur, adil dan merata.
Akan tetapi keberadaan industri mempunyai pengaruh yang dapat memberikan dampak dalam masyarakat, dampak yang dirasakan oleh masyarakat bisa dalam berbagai bentuk yang berbeda, baik itu dampak positif maupun negatif yang berujung pada perubahan. Perubahan yang terjadi biasanya meliputi bidang sosial, ekonomi, politik dan budaya yang tidak dapat dipungkiri dan dihindari bahwa dalam dinamika kehidupan perubahan senantiasa terjadi, baik dalam hal kecil maupun besar dan perubahan dalam arti kemajuan atau sebuah kemunduran akan tetap ada baik disadari maupun tidak.
Kehidupan manusia merupakan proses dari satu tahap hidup ke tahap lainnya, dan perubahan sosial merupakan bagian dari gejala kehidupan sosial dan merupakan gejala sosial yang normal. Garna (1992, hlm. 1) menjelaskan mengenai perubahan sosial yaitu, “Perubahan yang menyangkut kehidupan manusia, atau terkait dengan lingkungan kehidupannya yang berupa fisik, alam
dan sosial.” Kemudian Setiadi & Kolip (2011, hlm. 619) menjelaskan perubahan sosial berdasarkan Teori Siklus bahwa, “Perubahan sosial bagaikan roda yang sedang berputar, yang artinya perputaran zaman merupakan sesuatu hal yang tidak dapat dielak oleh siapa pun dan tidak dapat dikendalikan oleh siapa pun.”
Keberadaan industri di tengah masyarakat merupakan suatu perubahan masyarakat menuju ke arah yang lebih maju dari tahapan sebelumnya. Keberadaan industri dapat dikatakan sebagai salah satu ciri masyarakat modern, sebagaimana diketahui dalam industri sudah adanya perkembangan dalam hal teknologi. Selain itu keberadaan industri di tengah masyarakat merupakan salah satu penyebab terjadinya perubahan sosial dalam masyarakat.
Perubahan yang ditimbulkan dari adanya pembangunan industri dapat menghasilkan dampak yang positif dan negatif. Dampak positif yang ditimbulkan dari adanya pembangunan industri dilihat dari bidang ekonomi di antaranya penyerapan tenaga kerja. Keberadaan industri di suatu wilayah tentu akan
(9)
4
membutuhkan tenaga kerja dan biasanya masyarakat sekitar industri akan lebih banyak kesempatan untuk terserap dan bekerja di sektor industri tersebut. Selain itu dengan adanya industri di suatu wilayah akan membuka lapangan pekerjaan lain seperti adanya warung makan dan penyewaan rumah atau kontrakan untuk para pekerja dari luar wilayah tersebut dan harga jual tanah di sekitar kawasan industri pun akan tinggi. Adanya pembangunan industri di suatu wilayah akan memberikan perubahan yang amat berarti dalam struktur perekonomian masyarakat.
Dampak positif bidang sosial dari keberadaan industri di antaranya bertambah dan beragamnya mata pencaharian. Keberhasilan dari industri akan menyebabkan sebagian besar anggota masyarakat menggantungkan mata pencahariannya pada sektor industri, dengan demikian pengangguran akan berkurang. Selain itu dampak positif dari adanya pembangunan industri jika dilihat dari bidang atau segi budaya masyarakat di antaranya perubahan pola gaya hidup yang positif seperti lebih menghargai waktu, masyarakat lebih berorientasi ke depan, dan etos kerja tinggi, sebagaimana diketahui sebagian besar masyarakat pinggiran mempunyai etos kerja yang rendah karena tidak adanya saingan.
Keberadaan industri selain membawa perubahan dan dampak yang positif terhadap masyarakat maupun pekerja di sektor industri juga terdapat dampak negatif yang ditimbulkan. Dampak negatif dari adanya industri jika dilihat dari bidang sosial ekonomi seperti kehilangan mata pencaharian. Perubahan mata pencaharian itu biasanya dari petani, karena sebagian besar industri dibangun di suatu daerah yang menggusur banyak ladang pertanian sehingga masyarakat yang bekerja sebagai petani menjadi kehilangan mata pencaharian seperti masyarakat yang sudah tidak produktif dan tidak dapat bersaing untuk bekerja di sektor industri, dan hal tersebut akan berpengaruh pada perekonomian masyarakat.
Selain itu, dampak negatif yang ditimbulkan dari adanya pembangunan industri yang banyak ditemui seperti pencemaran lingkungan, polusi udara, air maupun tanah, meningkatnya migrasi dan bertambahnya penduduk serta meningkatnya mobilitas penduduk yang menimbulkan keruwetan lalu lintas dan tata kota. Selain itu banyaknya bangunan semi permanen atau bangunan liar, dan
(10)
biaya hidup meningkat terus. Dalam bidang budaya, keberadaan industri berdampak negatif seperti melemah dan melunturnya budaya gotong royong diakibatkan dari kesibukan dan banyaknya masyarakat yang menghabiskan waktu di tempat kerja. Kesibukan itulah yang membuat masyarakat menjadi kurang perhatian terhadap lingkungan sekitarnya yang menyebabkan melunturnya budaya gotong royong.
Adanya kawasan industri memberikan banyak dampak positif maupun negatif bagi masyarakat sekitar maupun lingkungan sekitar lokasi industri. Pengaruh dari pembangunan industri yang positif dalam arti mendukung ke arah kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat haruslah terus dikembangkan, sedangkan pengaruh yang sifatnya negatif perlu dihindari dan diminimalisir.
Kabupaten Bandung merupakan salah satu wilayah industri yang terpenting di Indonesia khususnya Jawa Barat, hal ini dimungkinkan karena Bandung sebagai ibukota Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia yang memiliki lokasi yang strategis untuk tumbuh dan berkembangnya sektor industri. Membaiknya perekonomian nasional dan regional merupakan salah satu faktor pendorong pertumbuhan sektor industri, hal ini terbukti dengan peningkatan sektor industri di Kabupaten Bandung dari tahun ke tahun yang terus meningkat dan keberadaannya terus dikembangkan. Berikut data pertumbuhan industri di Kabupaten Bandung, yaitu:
Tabel 1.1.
Pertumbuhan Industri di Kabupaten Bandung Pada Tahun 2008-2010
No Jenis Industri 2008 2009 2010
1. Besar 109 141 152
2. Menengah 180 213 215
3. Kecil 331 368 374
Jumlah 620 722 741
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bandung Tahun 2011
http://www.bandungkab.go.id/arsip/2372/perdagangan-dan-perindustrian
Sektor industri di Kabupaten Bandung mempunyai kontribusi besar terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Bandung. PDRB per kapita
(11)
6
atau pendapatan per kapita merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk menggambarkan tingkat kemakmuran masyarakat secara makro. PDRB per kapita Kabupaten Bandung pada tahun 2010 berdasarkan harga berlaku mencapai Rp. 12.856.303,00, angka ini meningkat 5,01% dibandingkan tahun 2008 yang mencapai Rp 12.242.428,00.
http://www.bandungkab.go.id/arsip/2365/pdrb-perkapita.
Desa Lagadar merupakan kawasan industri yang berada di Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung. Menurut Data Profil Desa dan Kelurahan Lagadar tahun 2011 luas wilayah Desa Lagadar 319,90 ha/m² dengan jumlah penduduk sebanyak 21.127 jiwa dan kepadatan penduduk 663 per km. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa daerah Lagadar merupakan kawasan yang padat penduduk.
Desa Lagadar merupakan kawasan industri, banyak sekali pembangunan industri di daerah tersebut. Menurut Profil Desa dan Kelurahan Lagadar tahun 2011 luas wilayah Desa Lagadar 319,90 ha/m² sebagian lahannya merupakan kawasan industri dengan luas 11 ha/m². Data industri dalam skala besar yang berada di Desa Lagadar adalah sebagai berikut:
Tabel 1.2.
Data Industri Besar Desa Lagadar Tahun 2014
No Jenis Jumlah Unit
1. Industri Tekstil dan Garmen 8 2. Industri Material Bahan Bangunan 2
3. Industri Galian C (Batu) 3
4. Alat musik 1
Jumlah 14
Sumber: hasil pra penelitian Tahun 2014
Banyaknya industri dapat menyerap tenaga kerja yang cukup besar bagi masyarakat, sebagaimana yang dikemukakan oleh Alfian (Syaifullah, 2009, hlm. 41) „dalam bidang sosial, peranan dominan industri dapat diperkirakan akan menyebabkan terjadinya perubahan struktur sosial, dimana sebagian besar masyarakat akan menggantungkan mata pencahariannya pada sektor industri.‟ Hal
(12)
tersebut terlihat dengan keberadaan industri di Desa Lagadar banyak menyerap tenaga kerja, berdasarkan data Profil Desa dan Kelurahan tahun 2011 dari jumlah penduduk sebesar 21127 warga, sekitar 4129 warga Desa Lagadar bekerja sebagai karyawan perusahaan swasta atau bekerja pada sektor industri, hal tersebut merupakan hal positif bagi masyarakat sekitar, khususnya dalam mata pencaharian.
Akan tetapi kawasan industri di daerah Lagadar ini, berpotensi pula pada masalah dan perubahan sosial, lingkungan, ekonomi maupun budaya di daerah tersebut. Pengaruh industri terhadap kesehatan, berdasarkan Data Profil Desa dan Kelurahan Lagadar tahun 2011 adanya pencemaran kualitas udara dari industri yang bersumber dari pabrik (kapur, marmer dan lain-lain) dengan tiga jumlah lokasi pencemar, yang berefek samping pada kesehatan khususnya pernapasan dan ISPA. Selain pencemaran udara terdapat pencemaran suara dari perusahaan tekstil yang mengeluarkan suara bising sehingga berdampak pada penduduk dengan adanya penduduk yang mengalami tuna rungu. Hal tersebut merupakan salah satu dampak negatif dari adanya pembangunan industri pada aspek sosial.
Dampak negatif yang ditimbulkan dari adanya industri bagi kondisi ekonomi di antaranya perubahan mata pencaharian dan daya serap tenaga kerja. Dalam arti adanya industri yang didirikan di atas ladang pertanian atau persawahan yang sebelumnya menjadi salah satu mata pencaharian masyarakat sekitar akan tetapi dengan adanya pembangunan industri lahan mereka menjadi tergerus dan berubah sehingga masyarakat yang sudah tua dan tidak produktif bekerja serta tidak tersaring oleh adanya industri mengalami kerugian dan kehilangan mata pencahariannya, sehingga akan berdampak negatif pula pada berkurangnya pendapatan.
Pada dasarnya pembangunan industri atau industrialisasi selalu menjanjikan penyediaan lapangan kerja, pendapatan asli daerah maupun peningkatan kesejahteraan masyarakat, akan tetapi sebaliknya tidak jarang industrialisasi menciptakan kerusakan maupun pencemaran lingkungan dan marginalisasi masyarakat lokal.
(13)
8
B. Identifikasi Masalah Penelitian
Keberadaan industri di suatu daerah dapat menimbulkan berbagai pengaruh, baik itu pengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi maupun kondisi budaya. Karena keberadaan industri dalam suatu wilayah akan menghasilkan berbagai dampak yang akan dirasakan oleh masyarakat sekitar kawasan industri tersebut. Dampak yang dirasakan oleh setiap masyarakat akan berbeda, baik itu dampak positif maupun dampak negatif. Dampak tersebut membawa perubahan dalam kehidupan masyarakat, perubahan yang banyak terjadi meliputi kondisi sosial, kondisi ekonomi, dan kondisi budaya. Alfian (Syaifullah, 2009, hlm. 47) memberikan uraian mengenai berbagai ekses atau dampak industrialisasi yang terjadi dalam masyarakat di antaranya:
Ditinjau dari sudut ekonomi, keberhasilan tentunya akan menyebabkan perubahan yang amat berarti dalam struktur perekonomian masyarakat. Dalam bidang sosial, diperkirakan industrialisasi akan menyebabkan terjadi struktur sosial dimana sebagian besar dari anggota masyarakat akan menggantungkan mata pencahariannya pada sektor industri. Sedangkan dari
segi budaya, industrialisasi diperkirakan akan menimbulkan perubahan
nilai-nilai dan pola gaya hidup (life style pattern) masyarakat yang amat berarti pula
Tanpa mengesampingkan dampak positif dari adanya industri, dampak negatif dari industri di daerah Desa Lagadar terdapat suatu gejala kesenjangan antara harapan dan kenyataan, sebagaimana telah diungkapkan bahwa tujuan utama dari pembangunan industri tersebut untuk kemajuan khususnya dalam perekonomian akan tetapi masih ada masyarakat sekitar kawasan industri yang belum semuanya bisa merasakan hal positif dari keberadaan industri tersebut.
Dalam penelitian ini penulis akan memfokuskan pada keberadaan industri dengan meneliti lebih dalam serta pengaruhnya pada kondisi sosial ekonomi dan budaya. Kondisi sosial ekonomi lebih difokuskan pada aspek pendidikan, kesehatan, pendapatan, mata pencaharian, dan kepemilikan fasilitas hidup. Sementara kondisi budaya akan difokuskan pada gotong royong.
Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti tentang keberadaan industri di Desa Lagadar Kecamatan Margaasih, terutama ingin melihat pengaruh keberadaan industri terhadap kondisi sosial ekonomi maupun
(14)
budaya masyarakat. Oleh karena itu penelitian ini berjudul “PENGARUH
KEBERADAAN INDUSTRI TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA MASYARAKAT (Studi di Desa Lagadar Kecamatan
Margaasih Kabupaten Bandung)”.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka permasalahan yang diajukan adalah bagaimana pengaruh dari keberadaan industri terhadap kondisi sosial ekonomi, dan budaya masyarakat Desa Lagadar Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung, permasalahan ini diuraikan ke dalam lima pertanyaan penelitian yaitu:
1. Bagaimana keberadaan industri di Desa Lagadar Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung?
2. Bagaimana kondisi sosial ekonomi di Desa Lagadar Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung?
3. Bagaimana kondisi budaya di Desa Lagadar Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung?
4. Seberapa besar pengaruh keberadaan industri terhadap kondisi sosial ekonomi di Desa Lagadar Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung? 5. Seberapa besar pengaruh keberadaan industri terhadap kondisi budaya di
Desa Lagadar Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung?
D. Tujuan Penelitian
1. Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh yang ditimbulkan dari adanya industri terhadap kondisi sosial ekonomi dan budaya pada masyarakat Desa Lagadar Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung.
2. Khusus
Gambaran yang lebih spesifik dari tujuan penelitian ini dapat dirumuskan dalam bentuk khusus, yaitu untuk:
(15)
10
a. Mendeskripsikan keberadaan industri di Desa Lagadar Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung.
b. Mendeskripsikan kondisi sosial ekonomi di Desa Lagadar Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung.
c. Mendeskripsikan kondisi budaya di Desa Lagadar Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung.
d. Mengetahui seberapa besar pengaruh keberadaan industri terhadap kondisi sosial ekonomi di Desa Lagadar Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung. e. Mengetahui seberapa besar pengaruh keberadaan industri terhadap kondisi
budaya di Desa Lagadar Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung.
E. Manfaat Penelitian
Suatu penelitian akan lebih bermakna bila bermanfaat baik bagi pengembangan ilmu pengetahuan, maupun bagi kehidupan masyarakat. Maka dari itu, penelitian ini mempunyai kegunaan secara teoretis maupun praktis.
1. Kegunaan Teoretis
Kegunaan teoretis yang diperoleh dari penelitian ini akan memberikan wawasan keilmuan bagi penulis, memberikan sumbangan konsep-konsep baru, yang diharapkan akan menunjang terhadap pengembangan konsep pendidikan sosiologi khususnya yang berkenaan dengan pengaruh dari keberadaan industri terhadap kondisi sosial ekonomi, dan budaya masyarakat.
2. Kegunaan Praktis
Kegunaan praktis dari penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara langsung maupun tidak langsung dalam praktek kehidupan sehari-hari, diantaranya:
a. Bagi penulis, semoga semakin memperluas wawasan berfikir dalam memahami dampak industrialisasi terhadap kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat.
b. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan sebagai bahan informasi mengenai informasi kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat serta
(16)
dapat memberikan informasi tentang pengaruh keberadaan industri di Desa Lagadar Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung.
c. Bagi industri atau perusahaan, penelitian ini diharapkan sebagai bahan informasi yang padat dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan perusahaan.
d. Bagi intansi pemerintah, penelitian ini diharapkan sebagai data dan informasi mengenai pengaruh adanya industri terhadap kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat Desa Lagadar Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung, serta dapat dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan dan sumbangan pemikiran bagi dinas-dinas terkait dalam bidang ini.
F. Struktur Organisasi Skripsi
Dalam penyusunan penelitian ini terdiri dari beberapa bab yang disusun secara bertahap, di antaranya:
Bab I, merupakan pendahuluan yang meliputi bagian latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi dari penelitian.
Bab II, merupakan pengembangan dari kajian teori yang berhubungan dengan permasalahan yang dikaji, penelitian terdahulu, kerangka pikir, dan hipotesis penelitian.
Bab III, merupakan bab yang mengkaji tentang metodologi penelitian yang digunakan oleh peneliti, di dalamnya meliputi pendekatan penelitian, lokasi dan subjek penelitian, populasi dan sampel penelitian, definisi operasional, variabel penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, dan analisis data.
Bab IV, merupakan bab yang mengkaji hasil penelitian dan menganalisis data yang telah ditemukan serta pembahasan dari hasil penelitian.
Bab V, merupakan bab terakhir yang berisi simpulan dan rekomendasi dari hasil penelitian.
(17)
IMAM NAWAWI, 2014
Pengaruh Keberadaan Industri Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Dan Budaya Masyarakat Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
49 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan pendekatan penelitian campuran (mixed method) yang menggabungkan antara pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Sebagaimana dikemukakan oleh Creswell (2013, hlm. 5) bahwa, “Penelitian metode campuran merupakan pendekatan penelitian yang mengkombinasikan atau mengasosiasikan bentuk kualitatif dan bentuk kuantitatif.” Sedangkan menurut Todd dkk (dalam Putra & Hendarman, 2013, hlm. 32) bahwa, “Metode campur sari dapat digunakan untuk mengkaji masalah yang memang sulit atau kompleks dan kurang efektif jika dilakukan dengan salah satu metode, serta membutuhkan sekaligus penjelasan teoritis dan pemanfaatan praktis.”
Penelitian ini merupakan penelitian fenomena sosial, dengan keberadaan industri di tengah-tengah masyarakat. Putra & Hendarman (2013, hlm. 32) mengatakan “jika ingin meneliti fenomena sosial dengan akurat, lengkap, dan mendalam sebaiknya gunakan metode campur sari (mixed method). Pada dasarnya pendekatan kualitatif maupun kuantitatif mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Creswell (2013, hlm. 5) mengemukakan bahwa, “Penelitian kualitatif merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan.” Sedangkan penelitian kuantitatif menurut Creswell (2013, hlm. 5) “merupakan metode-metode untuk menguji teori-teori tertentu dengan cara meneliti hubungan antarvariabel.” Sehingga jika dengan menggabungkan dari kedua pendekatan tersebut dalam hasilnya pun akan lebih baik. Sebagaimana menurut Tashakori & Teddlie (dalam Putra & Hendarman, 2013, hlm. 24) terdapat tiga keunggulan dari penelitian campuran yaitu:
(18)
(1) Penelitian metode campuran sanggup menjawab pertanyaan penelitian yang tidak mampu dijawab oleh metodologi yang lain. (2) Penelitian metode campuran memberikan proses pengambilan kesimpulan yang lebih baik (atau lebih kuat). (3) Metode campuran memberikan peluang untuk menyajikan keanekaragaman pandangan yang lebih besar.
Mixed method merupakan metode penelitian yang memadukan pendekatan
kuantitatif dan kualitatif dalam tahapan proses penelitian dan metodologi penelitian, sehingga dengan menggunakan Mixed method dapat menghasilkan fakta yang komperhensif dalam meneliti masalah penelitian, karena dalam penelitiannya peneliti mempunyai kebebasan untuk menggunakan semua alat pengumpulan data sesuai dengan jenis data yang dibutuhkan.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan strategi metode campuran sekuensial/bertahap (sequential mixed methods) terutama strategi eksplanatoris sekuensial. Creswell (2013, hlm. 22) mengemukakan bahwa:
Strategi metode campuran sekuensial/ bertahap (sequential mixed methods) merupakan prosedur-prosedur di mana di dalamnya peneliti berusaha menggabungkan atau memperluas penemuan-penemuannya yang diperoleh dari satu metode dengan penemuan-penemuannya dari metode yang lain. Strategi eksplanatoris sekuensial merupakan penelitian metode campuran yang lebih condong pada kuantitatif, sebagaimana dikemukakan oleh Creswell (2013, hlm. 317) bahwa, “Strategi eksplanatoris sekuensial merupakan strategi yang cukup populer dalam penelitian metode campuran sering kali digunakan oleh para peneliti yang lebih condong pada proses kuantitatif.”
Menurut Creswell (2013, hlm. 317) bahwa, “Strategi eksplanatoris sekuensial diterapkan dengan pengumpulan data analisis data kuantitatif pada tahap pertama yang diikuti oleh pengumpulan dan analisis data kualitatif pada tahap kedua yang dibangun berdasarkan hasil awal kuantitatif.” Dalam penelitian ini prioritas diberikan pada data kuantitatif, kemudian hasil kuantitatif diperdalam dengan data kualitatif.
(19)
51
2. Metode Penelitian
Penggunaan metode penelitian akan berpengaruh pada keberhasilan penelitian, oleh karena itu penelitian haruslah ilmiah yang terdiri dari beberapa tahapan atau langkah-langkah sehingga penelitian dapat dipertanggung jawabkan. Metode penelitian menurut Silalahi (2012, hlm. 12) merupakan “cara dan prosedur yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki suatu masalah tertentu dengan maksud mendapatkan informasi untuk digunakan sebagai solusi atas masalah tersebut.”
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif menurut Silalahi (2012, hlm. 27) bahwa, “Penelitian deskriptif menyajikan satu gambar yang terperinci tentang satu situasi khusus, setting sosial, atau hubungan.” Hal tersebut sependapat dengan Zuriah (2009, hlm. 47) bahwa, “Penelitian deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian, secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.”
Sedangkan penelitian deskriptif menurut Tan (dalam Silalahi, 2012, hlm. 28) bahwa:
Penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan frekuensi atau penyebaran suatu gejala atau frekuensi adanya hubungan tertentu antara suatu gejala dan gejala lain dalam masyarakat.
Berdasarkan pengertian di atas bahwa penelitian deskriptif dilakukan untuk menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematis dan akurat dari suatu keadaan sosial, gejala sosial, hubungan antara gejala yang satu dengan gejala lainnya dalam masyarakat.
Dengan menggunakan metode deskriptif diharapkan dapat memaparkan keadaan yang sebenarnya mengenai pengaruh keberadaan industri terhadap kondisi sosial ekonomi dan budaya serta dapat memaparkan kondisi sosial ekonomi dan budaya yang meliputi aspek-aspek pendidikan, kesehatan, pendapatan, kepemilikan fasilitas hidup, mata pencaharian dan gotong royong di Desa Lagadar Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung.
(20)
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini dilakukan di wilayah kawasan industri Kabupaten Bandung, tepatnya di Desa Lagadar Kecamatan Margaasih. Alasan melakukan penelitian di daerah tersebut karena di daerah Desa Lagadar banyak pembangunan industri dan merupakan kawasan industri yang selama ini diyakini berpengaruh dalam kehidupan masyarakat Desa Lagadar. Subjek penelitiannya adalah pihak-pihak yang dapat menjadi sumber informasi bagi peneliti dalam hal ini adalah masyarakat sekitar Desa Lagadar.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Sugiyono (2011, hlm. 61) bahwa, “Populasi wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.” Sedangkan populasi menurut Zuriah (2009, hlm. 116) “Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian peneliti dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang ditentukan.” Pernyataan tersebut sejalan dengan populasi menurut Arikunto (2010, hlm. 173) yaitu “keseluruhan subjek penelitian.”
Sedangkan populasi menurut Riduwan (2012, hlm. 54) “merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian.”
Berdasarkan pernyataan tersebut bahwa yang menjadi populasi itu seluruh data yang menjadi perhatian peneliti dan tidak hanya orang atau manusia, akan tetapi benda atau objek lainnya bisa menjadi populasi asalkan mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti dalam ruang lingkup dan waktu yang ditentukan.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh warga yang ada di Desa Lagadar, Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung sebanyak 21127 orang, dengan jumlah laki-laki sebanyak 10587 dan perempuan sebanyak 10540 orang. Berikut klasifikasi populasi berdasarkan mata pencaharian pokok:
(21)
53
Tabel 3.1.
Keadaan Populasi Penelitian Berdasarkan Kepala Keluarga Tahun 2011
Jumlah Total
Jumlah laki-laki 10587 orang
Jumlah perempuan 10540 orang
Total 21127 orang
Jumlah kepala keluarga 5662 KK
Sumber: data profil Desa dan Kelurahan Tahun 2011
2. Sampel
Menurut Sugiyono (2011, hlm. 62) bahwa “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.” Sedangkan sampel menurut Arikunto (2010, hlm. 174) bahwa sampel adalah “sebagian atau wakil populasi yang diteliti.” Jadi berdasarkan pengertian tersebut bahwa sampel diambil dari sebagian populasi saja tidak mengambil keseluruhan untuk diteliti.
Menurut Sugiyono (2009, hlm. 118) bahwa “teknik sampling pada dasarnya dikelompokan menjadi probability sampling dan nonprobability sampling.” Pada
penelitian ini menggunakan teknik sampel probability sampling. Menurut Sugiyono (2009, hlm. 120) “probability sampling adalah teknik pengambilan
sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.”
Simple random sampling menurut Sugiyono (2009, hlm. 120) adalah
“Pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.” Perhitungan sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus dari Dixon & B. Leach (dalam Tika, 2005, hlm. 25), dengan rumus:
n = 2
dimana:
n = jumlah sampel
Z = tingkat kepercayaan (confidence level), nilai confidence level (Z) level
(22)
v = variabel yang dapat diperoleh dengan menggunakan rumus p = (100-p) dimana p = presentase karakteristik sampel yang dianggap benar = 50% C = confidence limit/batas kepercayaan (%) dalam penelitian ini 10%
Menentukan presentase karakteristik:
p = x 100
p = x 100 = 0,267 x 100
= 26,7 dibulatkan menjadi 27%
Menentukan variabel (v)
v = (100-p) v = (100-27) v = (73) v =
v = 44,39 dibulatkan menjadi 44
Menentukan jumlah sampel (n)
n = 2
n = 2
n =
n = (8,624)2
n = 74,37 Maka sampel penduduk dibulatkan menjadi 74.
Untuk menghitung jumlah sampel yang sebenarnya, langkah berikut adalah dibuat koreksi dengan rumus dalam Tika (2005, hlm. 25) sebagai berikut:
Keterangan:
= jumlah sampel yang telah dikoreksi
(23)
55
N = jumlah populasi (kepala keluarga )
= 73,26 = 73
Jadi, berdasarkan perhitungan tersebut jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 73 orang/responden.
D. Definisi Operasional
Penelitian ini berjudul “Pengaruh Keberadaan Industri terhadap Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat (Studi di Kawasan Industri Desa Lagadar Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung)” untuk memberikan kemudahan dan menghindari salah tafsir dalam penelitian ini maka penulis akan membatasi definisi operasional sebagai berikut:
1. Industri
Kegiatan industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi. Industri disini adalah manufacturing yaitu kegiatan mengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau barang setengah jadi. Dalam variabel yang akan diteliti dari keberadaan industri peneliti memfokuskan pada kegiatan dan dampak dari industri.
2. Kondisi Sosial Ekonomi
Singarimbum dan Penny (1987, hlm. 76) mengungkapkan bahwa, “Kondisi sosial ekonomi adalah keadaan struktur sosial ekonomi masyarakat dalam suatu daerah. Dengan empat parameter yang digunakan untuk mengukur kondisi sosial ekonomi yaitu: mata pencaharian, pendidikan, kesehatan, transportasi.”
Kondisi sosial ekonomi yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu keadaan masyarakat yang dilihat dari:
(24)
b. Kesehatan, dengan menganalisis tingkat kesehatan dari masyarakat yang dilihat dari riwayat kesehatannya.
c.Pendapatan, dengan menganalisis perubahan masyarakat dalam bidang pendapatan.
d. Mata pencaharian, dengan menganalisis perubahan masyarakat dalam bidang mata pencaharian.
e.Kepemilikan fasilitas hidup, dengan menganalisis perubahan masyarakat dalam bidang kepemilikan fasilitas hidup dengan melihat kepemilikan alat elektronik dan kepemilikan kendaraan.
3. Kondisi Budaya
Menurut Koentjaraningrat (1993, hlm. 11) mengatakan bahwa:
contoh dari suatu nilai budaya dalam masyarakat kita adalah konsepsi bahwa hal yang bernilai tinggi adalah apabila manusia itu suka bekerjasama dengan sesamanya berdasarkan rasa solidaritas yang besar. Konsep ini, yang biasanya kita sebut nilai gotong royong.
Berdasarkan uraian di atas, kondisi budaya dalam penelitian ini akan difokuskan pada gotong royong.
Gotong royong merupakan suatu sikap atau kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat secara kerja sama dan tolong menolong dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau masalah dengan sukarela dan rasa solidaritas yang tinggi tanpa imbalan.
4. Masyarakat
Masyarakat merupakan kelompok orang yang hidup bersama di suatu tempat, dalam waktu yang lama, dan mempunyai aturan sendiri untuk keberlangsungan hidupnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Setiadi & Kolip (2011, hlm. 37) bahwa masyarakat adalah:
Sekelompok manusia yang bertempat tinggal di daerah tertentu dalam waktu yang relatif lama, memiliki norma-norma yang mengatur kehidupannya menuju tujuan yang dicita-citakan bersama, dan di tempat tersebut anggota-anggotanya melakukan regenerasi (beranak pinak).
(25)
57
Dalam penelitian ini masyarakat yang dimaksud adalah masyarakat yang berada di daerah industri khususnya Desa Lagadar Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung.
E. Variabel Penelitian
Menurut Arikunto (2010, hlm. 161) variabel adalah: “Objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.” Sedangkan menurut Sugiyono (2011, hlm. 2) “Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.” Berdasarkan pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel penelitian merupakan objek penelitian yang ditetapkan oleh peneliti yang mempunyai variasi tertentu untuk dipelajari, diteliti dan ditarik kesimpulan.
Terdapat dua macam variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel bebas atau variabel independen, dan variabel terikat atau variabel dependen. Sebagaimana menurut Sugiyono (2011, hlm. 4):
Variabel bebas atau independen adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). sedangkan variabel terikat atau dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.
Dalam penelitian ini peneliti menetapkan keberadaan industri sebagai variabel bebas atau variabel independen (X) dan kondisi sosial ekonomi (Y1), serta kondisi budaya masyarakat sebagai variabel terikat atau variabel dependen (Y2).
Berdasarkan variabel tersebut, peneliti menguraikannya lagi kepada beberapa indikator dari tiap variabel. Variabel X yaitu keberadaan industri, indikatornya:
a. Kegiatan industri b. Dampak dari industri
Variabel Y1 yaitu kondisi sosial ekonomi. Indikatornya adalah: a. Pendidikan
(26)
c. Pendapatan d. Mata pencaharian
e. Kepemilikan fasilitas hidup
Sedangkan variabel Y2 yaitu kondisi budaya, indikatornya adalah gotong royong.
Bagan 3.1: Hubungan variabel indipenden (X) dengan variabel dependen (Y1) dan (Y2).
F. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2009, hlm. 193) “terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu kualitas instrumen penelitian, dan kualitas pengumpulan data.” Dalam penelitian selain dibutuhkan metode yang tepat, perlu juga memilih teknik dan pengumpulan data yang relevan agar hasil dari penelitiannya objektif. Zuriah (2009, hlm. 171) menyatakan bahwa, “Penggunaan teknik dan alat pengumpul data yang tepat memungkinkan diperolehnya data yang objektif.”
Menurut Bungin (2011, hlm. 133) “Metode pengumpulan data adalah bagian instrumen pengumpulan data yang menentukan berhasil atau tidaknya
KEBERADAAN INDUSTRI (X)
1. Kegiatan Industri 2. Dampak dari Industri
KONDISI SOSIAL EKONOMI (Y1)
1. Pendidikan 2. Kesehatan 3. Pendapatan 4. Mata pencaharian
5. Kepemilikan fasilitas hidup
(Bintarto, 1977, hlm. 51)
KONDISI BUDAYA (Y2)
Gotong oyong
(27)
59
suatu penelitian.” Oleh karena itu teknik pengumpulan data yang digunakan harus sesuai dengan sifat dan karakteristik penelitian yang dilakukan.
Karena penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian campuran (mixed
method) maka dalam pengumpulannya menggunakan teknik pengumpulan
pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Untuk kuantitatif teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket atau kuesioner, sedangkan untuk kualitatif menggunakan wawancara dan observasi dalam pengumpulan datanya.
1. Angket atau Kuesioner
Angket sering juga disebut sebagai kuesioner. Menurut Sugiyono (2009, hlm. 199) “Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.” Sedangkan kuesioner menurut Zuriah (2009, hlm. 182) adalah “Suatu alat pengumpul informasi dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula.” Kemudian Riduwan (2012, hlm. 71) menyatakan bahwa, “Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain bersedia memberikan respons (responden) sesuai dengan permintaan pengguna.
Berdasarkan pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa angket atau kuesioner merupakan salah satu alat mengumpulkan data dalam penelitian dengan memberikan beberapa pertanyaan kepada responden dengan tujuan memperoleh data dan informasi yang lengkap mengenai suatu masalah.
Peneliti memilih teknik penyebaran angket dengan tujuan untuk memperoleh data dalam bentuk kuantitatif khususnya dalam mengumpulkan data mengenai kondisi sosial ekonomi, dan memperoleh data dari lapangan yang tidak bisa didapatkan melalui wawancara dan observasi. Pertimbangan lain memilih teknik penyebaran angket karena jumlah responden yang banyak dan tersebar di lokasi penelitian yang luas. Sasaran dalam penyebaran angket adalah masyarakat yang sudah dianggap sebagai sampel atau yang dianggap mewakili dari keseluruhan objek penelitian. Sehingga dengan menggunakan teknik pengumpulan data melalui angket ini dapat membantu peneliti dalam mencari dan mengumpulkan data dari lapangan.
(28)
2. Wawancara
Wawancara menurut Zuriah (2009, hlm. 179) adalah “Alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula.” Sedangkan Sugiyono (2009, hlm. 194) menyatakan bahwa:
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil. Peneliti melakukan teknik wawancara dengan tujuan menggali informasi mendalam dari responden mengenai hal yang akan diamati dan sebagai studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti.
Dalam wawancara peneliti bertindak sebagai pewawancara sekaligus sebagai pemimpin dalam proses wawancara tersebut. Sedangkan responden adalah orang yang diwawancarai yang dimintai informasi oleh peneliti. Responden yang di mintai wawancara diharapkan mengetahui data ataupun informasi serta data yang dibutuhkan oleh penelti. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan bentuk wawancara sistematik, dimana peneliti terlebih dahulu menyiapkan pedoman wawancara sebelum melakukan wawancara terhadap responden.
Wawancara yang dilakukan yaitu dengan wawancara secara terstruktur, sebagaimana dikemukakan Sugiyono (2009, hlm. 194) bahwa, “Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh.” Sehingga peneliti sebelum ke lapangan menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan.
Alasan peneliti melakukan teknik pengumpulan data dengan wawancara di antaranya peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan di lapangan, dan memperdalam data kuantitatif yang diperoleh melalui angket.
(29)
61
3. Observasi
Pemanfaatan observasi dalam pengumpulan data penelitian sosial dianggap sangat penting, terutama dalam menghadapi masyarakat yang tertutup. Sehingga peneliti dapat lebih memahami dan mendalami pola pikir dan pola kehidupan masyarakat yang diteliti.
Menurut Bungin (2011, hlm. 133) “Observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja pancaindera mata serta dibantu dengan pancaindera lainnya.” Sedangkan menurut Riduwan (2012, hlm. 76) “Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan.”
Berdasarkan pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data dalam penelitian dengan melakukan pengamatan langsung objek yang akan diteliti yang dalam pengamatannya menggunakan pancaindera mata.
Observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah observasi langsung. Menurut Zuriah (2009, hlm. 173) “Observasi langsung yaitu observasi yang dilakukan dimana observer berada bersama objek yang diselidiki.”
Alasan peneliti melakukan teknik pengumpulan data dengan observasi di antaranya untuk memperoleh data dari objek penelitian yang tidak bisa didapatkan melalui wawancara dan angket, kemudian dengan observasi peneliti dapat berbaur langsung dengan objek penelitian di lapangan. Sehingga dengan observasi peneliti bisa melihat secara langsung keadaan yang sebenarnya di lapangan.
4. Dokumentasi
Menurut Arikunto (2010, hlm. 274) dokumentasi yaitu “Mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.” Sedangkan menurut Riduwan (2012, hlm. 77) “Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter, data yang relevan penelitian.”
(30)
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan mencari data langsung dari tempat penelitian yang meliputi data yang relevan seperti buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter, surat kabar dan sebagainya.
Dalam penelitian ke lapangan, peneliti akan menggunakan teknik ini untuk mendapatkan bahan maupun informasi yang mendukung penelitian ini, serta sebagai bagian dari teknik pengumpulan data yang lain untuk saling menguatkan. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data-data seperti data berbagai dokumen yang akan menguatkan penelitian ini dan foto-foto sebagai bukti otentik di lapangan.
G. Instrumen Penelitian
Pada prinsipnya penelitian merupakan proses pengukuran, agar penelitian tersebut hasilnya relevan maka dibutuhkan alat ukur untuk mengukurnya, selain itu instrumen dapat mempermudah dalam pengumpulan datanya. Sebagaimana menurut Arikunto (2010, hlm. 203) bahwa
instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.
Sugiyono (2012, hlm. 105) menjelaskan bahwa “instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti.” Dengan demikian jumlah variabel akan menentukan banyaknya instrumen penelitian. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu keberadaan industri sebagai variabel X dan kondisi sosial ekonomi sebagai variabel Y1, serta kondisi budaya sebagai variabel Y2. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini di antaranya angket atau kuesioner dan pedoman wawancara.
(31)
63
Tabel 3.2.
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Angket (Sebelum Uji Validitas)
Variabel Indikator Sub Indikator Instrumen No
Angket A. Keberadaan industri (X) 1. Kegiatan industri
a. Kegiatan industri untuk masyarakat
Angket 1, 2, 3, 4 b. Kegiatan industri untuk
lingkungan
Angket 5, 6 2. Dampak dari
industri
a. Dampak terhadap masyarakat
Angket 7, 8 b. Dampak terhadap
lingkungan
Angket 9, 10, 11
B. Kondisi sosial ekonomi (Y1)
1. Pendidikan a. Persepsi terhadap pendidikan
Angket 12
b. Rencana pendidikan anak
Angket 13
c. Kondisi pendidikan Angket 14 2. Kesehatan a. Akses air bersih Angket 15
b. Kualitas air Angket 16
c. Riwayat kesehatan Angket 17, 18, 19, 20 d. Kondisi kesehatan Angket 21 3. Pendapatan a. Jumlah pendapatan
perbulan
Angket 22, 23 b. Tanggungan hidup Angket 24 c. Jumlah pengeluaran
perbulan
Angket 25, 26 4. Mata
pencaharian
a. Mata pencaharian sebelum adanya industri
Angket 27
b. Mata pencaharian sampingan
Angket 28
5. Kepemilikan fasilitas hidup
a. Kepemilikan rumah Angket 29, 30, 31, b. Alat elektronik Angket 32, 33 c. Kendaraan pribadi Angket 34, 35
C. Kondisi Budaya (Y2)
Gotong royong a. Bentuk kegiatan yang dilakukan dengan gotong royong
Angket, 36, 37
b. Intensitas kegiatan gotong royong yang dilakukan
(32)
Variabel Indikator Sub Indikator Instrumen No Angket
c. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan gotong royong
Angket 40, 41, 42 d. Bentuk partisipasi
masyarakat dalam gotong royong
Angket, 43, 44
e. Pengaruh industri bagi gotong royong
Angket 45, 46, 47 f. Keadaan gotong
royong sebelum dan sesduah ada industri dalam masyarakat
Angket, 48, 49
Tabel 3.3.
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Pedoman Wawancara
Variabel Indikator Sub Indikator Instrumen
No Pedoman wawancara A. Keberadaan industri (X) 1. Kegiatan industri
a. Kegiatan industri untuk masyarakat
Pedoman wawancara
1, 3, 4 b. Intensitas kegiatan Pedoman
wawancara
2, 8 c. Kegiatan industri
untuk lingkungan Pedoman wawancara 6, 7 d. Usaha menanggulangi dampak negatif Pedoman wawancara 11,1 2
e. Kondisi lingkungan sebelum dan sesudah adanya industri Pedoman wawancara 13
2. Dampak dari industri
a. Dampak kegiatan industri
Pedoman wawancara
5, 9, 10
B. Kondisi Sosial (Y2)
1. Pendidikan a. Tingkat pendidikan sebelum dan sesudah adanya industri
Pedoman wawancara
(33)
65
Variabel Indikator Sub Indikator Instrumen
No Pedoman wawancara
2. Mata
pencaharian
a. Mata pencaharian sebelum dan sesudah adanya industri Pedoman wawancara 17
b. Perubahan mata pencaharian
Pedoman wawancara
18 3. Pendapatan a. Pendapatan
masyarakat
Pedoman wawancara
19 4. Kesehatan a. Kondisi kesehatan
sebelum dan sesudah adanya industri
Pedoman wawancara
20, 21, 22
5. Kepemilikan Fasilitas Hidup a. Kepemilikan fasilitas hidup Pedoman wawancara 23 C. Kondisi Sosial (Y1)
Gotong royong a. Kegiatan yang dilakukan dengan gotong royong Pedoman wawancara 24 b. Partisipasi masyarakat dalam gotong royong Pedoman wawancara 25, 26
c. Pengaruh industri bagi kegiatan gotong royong
Pedoman wawancara
27, 28
d. Dampak industri bagi kegiatan gotong royong masyarakat Pedoman wawancara 29
H. Proses Pengembangan Instrumen
1. Uji Validitas
Suatu instrumen penelitian dikatakan layak dan baik apabila memenuhi persyaratan valid dan reliabel. Oleh karena itu sebelum digunakan instrumen akan diuji coba terlebih dahulu melalui validasi instrumen agar instrumen yang digunakan valid atau tepat mengukur apa yang harus diukur. Validitas menurut Purwanto (2012, hlm. 197) adalah “Kemampuan alat ukur mengukur secara tepat
(34)
keadaan yang diukurnya.” Untuk menguji validitas konstruk setiap item dalam indikatornya menggunakan analisis dengan rumus korelasi product moment. Rumus korelasi product moment menurut Riduwan (2012, hlm. 98) sebagai berikut:
Dimana:
= koefisien korelasi = jumlah skor item
= jumlah skor total (seluruh item) n = jumlah responden
Selanjutnya dihitung dengan uji-t. Menurut Riduwan (2012, hlm. 98) menggunakan rumus sebagai berikut:
Dimana:
= nilai
r = nilai Koefisien Korelasi n = jumlah responden
distribusi (Tabel t) untuk α = 0,05 dengan derajat kebebasan (dk = n-2) kaidah keputusan: jika > berarti valid, sebaliknya
< berarti tidak valid
Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran mengenai indeks korelasinya (r) seperti menurut Riduwan (2012, hlm. 98) di antaranya sebagai berikut:
Antara 0,800 sampai dengan 1,000: sangat tinggi Antara 0,600 sampai dengan 0,799: tinggi
Antara 0,400 sampai dengan 0,599: cukup tinggi Antara 0,200 sampai dengan 0,399: rendah
(35)
67
Pengujian validitas dilakukan terhadap 11 item angket keberadaan industri, 24 item angket kondisi sosial ekonomi, dan 14 item angket kondisi budaya, dengan jumlah subjek 30 orang masyarakat. Uji validitas ini dilaksanakan bukan pada objek penelitian yang sesungguhnya, akan tetapi dilaksanakan di Desa Melong sebagai desa tetangga yang mempunyai karakteristik sama dengan Desa Lagadar yang merupakan daerah kawasan industri. Berikut hasil dari uji validitas angket:
Tabel 3.4.
Hasil Uji Validitas Angket Keberadaan Industri
No item r xy (r hitung) r tabel (5%) Keterangan
1 0,670 0,361 Valid
2 0,471 0,361 Valid
3 0,696 0,361 Valid
4 0,664 0,361 Valid
5 0,627 0,361 Valid
6 0,602 0,361 Valid
7 0,441 0,361 Valid
8 0,467 0,361 Valid
9 0,486 0,361 Valid
10 0,482 0,361 Valid
11 0,382 0,361 Valid
Tabel 3.5.
Hasil Uji Validitas Angket Kondisi Sosial Ekonomi
No item r xy (r hitung) r tabel (5%) Keterangan
12 0,437 0,361 Valid
13 0,632 0,361 Valid
14 0,405 0,361 Valid
15 0,492 0,361 Valid
16 0,547 0,361 Valid
17 0,794 0,361 Valid
18 0,383 0,361 Valid
19 0,596 0,361 Valid
20 0,397 0,361 Valid
21 0,392 0,361 Valid
22 0,697 0,361 Valid
23 0,439 0,361 Valid
24 0,390 0,361 Valid
(36)
26 0,495 0,361 Valid
27 0,714 0,361 Valid
28 0,657 0,361 Valid
29 0,677 0,361 Valid
30 0,776 0,361 Valid
31 0,860 0,361 Valid
32 0,717 0,361 Valid
33 0,657 0,361 Valid
34 0,438 0,361 Valid
35 0,881 0,361 Valid
36 0,781 0,361 Valid
Berdasarkan tabel di atas, bahwa hasil uji validitas angket untuk keberadaan industri dan kondisi sosial ekonomi valid semua. Sedangkan untuk angket kondisi budaya hasil uji validitas angketnya sebagai berikut:
Tabel 3.6.
Hasil Uji Validitas Angket Kondisi Budaya
No item r xy (r hitung) r tabel (5%) Keterangan
37 0,695 0,361 Valid
38 0,396 0,361 Valid
39 0,306 0,361 Tidak Valid
40 0,476 0,361 Valid
41 0,421 0,361 Valid
42 0,521 0,361 Valid
43 0,063 0,361 Tidak valid
44 0,011 0,361 Tidak valid
45 0,668 0,361 Valid
46 0,385 0,361 Valid
47 0,098 0,361 Tidak valid
48 0,572 0,361 Valid
49 0,491 0,361 Valid
Tabel 3.7.
Keterangan Hasil Uji Validitas Angket Kondisi Budaya
Keterangan No Item Jumlah
Valid 37, 38, 40, 41, 42, 45, 46, 48, 49
9
(37)
69
Berdasarkan data di atas bahwa data yang tidak valid yaitu nomor 39, 43, 44 dan 47, data yang tidak valid tersebut tidak diikut sertakan dalam analisis data selanjutnya karena sudah terwakili dengan no item soal yang lainnya.
Setelah dilakukan uji validitas maka diperoleh item soal yang telah valid dan akan diikut sertakan dalam pengolahan data. Berikut kisi-kisi instrumen angket setelah dilakukan uji validitas:
Tabel 3.8.
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Angket (Sesudah Uji Validitas)
Variabel Indikator Sub Indikator Instrumen No
Angket A. Keberadaan industri (X) 1. Kegiatan industry a. Kegiatan industri untuk masyarakat
Angket 1, 2, 3, 4 b. Kegiatan
industri untuk lingkungan
Angket 5, 6
2. Dampak dari industri
a. Dampak terhadap masyarakat
Angket 7, 8
b. Dampak terhadap lingkungan
Angket 9, 10, 11
B. Kondisi sosial ekonomi (Y1)
1. Pendidikan a. Persepsi terhadap pendidikan
Angket 12
b. Rencana pendidikan anak
Angket 13
c. Kondisi pendidikan
Angket 14 2. Kesehatan a. Akses air
bersih
Angket 15 b. Kualitas air Angket 16 c. Riwayat
kesehatan
Angket 17, 18, 19, 20 d. Kondisi
kesehatan
Angket 21 3. Pendapatan a. Jumlah
pendapatan perbulan
(38)
Variabel Indikator Sub Indikator Instrumen No Angket
b. Tanggungan hidup
Angket 24 c. Jumlah
pengeluaran perbulan
Angket 25, 26
4. Mata pencaharian a. Mata pencaharian sebelum adanya industri
Angket 27
b. Mata pencaharian sampingan
Angket 28
5. Kepemilikan fasilitas hidup
a. Kepemilikan rumah
Angket 29, 30, 31, b. Alat elektronik Angket 32, 33 c. Kendaraan
pribadi
Angket 34, 35
C. Kondisi Budaya (Y2) 1. Gotong royong a. Bentuk
kegiatan yang dilakukan dengan gotong royong
Angket, 36, 37
b. Intensitas kegiatan
gotong royong yang dilakukan
Angket 38
c. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan gotong royong
Angket 39, 40, 41
d. Pengaruh industri bagi gotong royong
Angket 42, 43
e. Keadaan gotong royong sebelum dan sesduah ada industri dalam masyarakat
(39)
71
2. Uji Reliabilitas
Menurut Purwanto (2012, hlm. 196) bahwa, “Reliabilitas menunjukkan kemampuan memberikan hasil pengukuran yang relatif tetap.” Dalam penelitian ini dalam uji reliabilitasnya menggunakan metode Alpha. Menurut Riduwan (2012, hlm. 115) “Metode mencari reliabilitas internal yaitu dengan menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran”, rumus yang digunakan adalah Alpha sebagai berikut:
=
Dimana:
= nilai reliabilitas
= jumlah varians skor tiap-tiap item St = varians item
k = jumlah item
Kuesioner dinyatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisien alpha yang lebih besar dari 0,6.
Keputusan dengan membandingkan dengan
Kaidah keputusan: jika > berarti reliabel, dan < berarti tidak reliabel
Berdasarkan perhitungan reliabilitas dengan menggunakan bantuan program
Microsoft Excel 2013¸ maka diperoleh nilai reliabilitas 0,912345 dan angket
tersebut memiliki tingkat reliabilitas sangat tinggi.
I. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian merupakan sesuatu yang sangat penting, sebagaimana menurut Zuriah (2009, hlm. 198) bahwa, “Analisis data dalam penelitian merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dan memerlukan ketelitian serta kekritisan dari peneliti.” Dalam penelitian ini karena menggunakan
(40)
pendekatan campuran (mixed method) maka analisis datanya pun ada dua, yaitu analisis data kuantitatif dan analisis data kualitatif.
1. Analisis Data Kuantitatif
Menurut Zuriah (2009, hlm. 199) prosedur yang sering dilakukan dalam analisis data ialah sebagai berikut:
a. Penyusunan Data
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan data:
1) Hanya memasukan data yang penting dan benar-benar dibutuhkan; 2) Hanya memasukan data yang bersifat objektif;
3) Hanya memasukan data yang autentik;
4) Perlu dibedakan antara data informasi denghan kesan pribadi responden;
b. Pengolahan Data
Kegiatan pengolahan data dalam penelitian menurut S. Margono (Zuriah, 2009, hlm. 199) adalah sebagai berikut:
1) Pengklasifikasian data, yaitu menggolongkan aneka jawaban ke dalam kategori-kategori yang jumlahnya lebih terbatas;
2) Koding, yaitu usaha mengklasifikasikan jawaban-jawaban responden dengan jalan menandai masing-masing kode tertentu. Dalam analisis kuantitatif maka kode yang diberikan adalah angka; 3) Tabulasi, yaitu usaha penyajian data, terutama pengolahan data
yang akan menjurus ke analisis kuantitatif, biasanya menggunakan tabel, baik tabel distribusi frekuensi maupun tabel silang;
Zuriah (2009, hlm. 198) menyebutkan ada dua cara dalam pengolahan data atau analisis data yang tergantung datanya, yaitu: “ (1) analisis nonstatistik; dan (2) analisis statistik.” Karena penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan kuantitaif maka analisis data yang diambil adalah analisis statistik.
Jenis dari analisis statistik menurut Sugiyono (2012, hlm. 169) ada dua macam yaitu: “ statistik deskriptif dan statistik inferensial.” Teknik analisis data berkaitan dengan perhitungan menjawab rumusan masalah dan pengujian hipotesis. Dalam penelitian ini terdiri dari dua rumusan masalah dan satu rumusan assosiatif, oleh karena itu teknik analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
(41)
73
a. Analisis Deskriptif
Teknik ini dilakukan dengan maksud untuk mendeskripsikan. Sebagaimana menurut Wirartha (2006, hlm. 155) bahwa, “penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan secara sistematis dan akurat fakta dan karakteristik populasi atau bidang tertentu.” Data yang dikumpulkannya bersifat deskriptif yang tidak menguji hipitesis maupun membuat prediksi, akan tetapi hanya menjelaskan suatu fenomena, gejala atau kejadian di lapangan yang sebenarnya terjadi.
b. Analisis Statistik Kuantitatif 1) Perhitungan Persentase
Menurut Santoso (2011, hlm. 229) bahwa, “untuk mengetahui kecenderungan jawaban responden dan fenomena di lapangan digunakan analisis persentase dengan menggunakan formula.” Formula persentasenya sebagai berikut:
Keterangan:
p = persentase
f = data yang didapatkan n = jumlah seluruh data
100% = bilangan konstan
Hasil dari perhitungan tersebut kemudian dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan. Kriteria penafsiran nilai persentase menurut Effendi dan Manning (1991, hlm. 263) dapat dilihat pada tabel berikut:
(42)
Tabel 3.9. Kriteria Penilaian Persentase/Skor
Persentase Kriteria
100 % Seluruhnya
75 % - 99 % Sebagian besar
51 % - 74 % Lebih besar dari setengahnya
50 % Setengahnya
25% - 49 % Kurang dari setengahnya 1 % - 24 % Sebagian kecil
0 % Tidak ada/tak seorang pun Sumber: Effendi dan Manning 1991
2) Hubungan Antar Variabel
Dalam suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan pengaruh antar variabel maka diperlukan analisis yang menghubungkan antar variabel, begitupun sama halnya dalam peneltian ini. Dalam menganalisis variabel penelitian diperlukan skala pengukuran. Skala pengukuran merupakan suatu cara dalam mengklarifikasi variabel yang akan diukur agar tidak terjadi kesalahan dalam analisis data dan langkah penelitian selanjutnya.
Penelitian ini dalam analisis datanya menggunakan skala nominal. Skala nominal menurut Riduwan (2011, hlm. 6) adalah “skala yang paling sederhana disusun menurut jenis (kategorinya) atau fungsi bilangan hanya sebagai simbol untuk membedakan sebuah karakteristik dengan karakteristik lannya.”
Oleh karena itu untuk menganalisis data yang diperoleh pada penelitian ini, khususnya assosiatif data nominal yang memerlukan perhitungan korelasi atau hubungan antar variabel, maka digunakan prosedur analisis statistik Chi Kuadrat.
a) Chi Kuadrat
Chi Kuadrat dengan tujuan berusaha menguji hipotesis bahwa antara variabel independen dan variabel dependen terdapat hubungan yang signifikan. Rumus yang digunakan untuk menghitung Chi Kuadrat menurut Riduwan (2012, hlm. 132) yaitu:
(43)
75
Rumus untuk menghitung yaitu:
Keterangan:
= nilai chi-kuadrat
= frekuensi yang diobservasi (frekuensi empiris) = frekuensi yang diharapkan (frekuensi teoritis)
Rumus mencari frekuensi teoritis (fe)
Keterangan:
fe = frekuensi yang diharapkan (frekuensi teoritis) = jumlah frekuensi pada kolom
= jumlah frekuensi pada baris
= jumlah keseluruhan baris atau kolom
Untuk melihat pengaruh antara dua variabel dilakukan dengan membandingkan nilai hitung dengan tabel, dengan ketentuan:
a.Jika diperoleh hasil chi kuadrat hitung < chi kuadrat tabel berarti Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak ada pengaruh antara kedua variabel tersebut.
b. Jika diperoleh hasil chi kuadrat hitung > chi kuadrat tabel berarti Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada pengaruh antara kedua variabel tersebut.
b) Koefisien Kontingensi C
Koefisien Kontingensi C merupakan alat ukur untuk menentukan keeratan atau korelasi antara dua variabel. Sebagaimana menurut Sugiyono (2008, hlm. 299) bahwa “Koefisien Kontingensi C digunakan untuk menghitung hubungan antar variabel bila datanya berbentuk nominal.” Teknik ini mempunyai kaitan erat
(44)
dengan Chi Kuadrat, oleh karena itu rumus yang digunakan mengandung nilai Chi Kuadrat. Rumus dari keofisien kontingensi adalah sebagai berikut:
C = Keterangan:
C = kontingensi = Chi Kuadrat N = banyaknya sampel
Agar kontingensi dapat dipakai dengan menilai derajat assosiatif atau hubungan antar variabel, maka C perlu dibandingkan dengan koefisien kontingensi maksimum yang biasa terjadi, makin dekat dengan harga C kepada makin besar derajat assosiasi antar faktor, artinya variabel yang satu semakin berkaitan dengan variabel lain. Adapun formula untuk mengetahui yang dikemukakan Sudjana (1992, hlm. 282) sebagai berikut:
=
Keterangan:
= C maksimal
m = harga minimum antar baris dan kolom
Untuk menentukan koefisien kontingensi menggunakan kriteria yang dikemukakan oleh Nugraha (1985, hlm. 60) dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.10. Penafsiran Nilai Koefisien Kontingensi
Nilai C Keterangan
C = 0 Tidak mempunyai korelasi 0 < C < 0,20 Korelasi rendah sekali 0,20 < C < 0,40 Cmax Korelasi rendah 0,40 < C < 0,60 Cmax Korelasi sedang 0,60 < C < 0,80 Cmax Korelasi tinggi
0,80 < C < Cmax Korelasi tinggi sekali C = Cmax Korelasi sempurna
(45)
77
2. Analisis Data Kualitatif
Analisis data kualitatif menurut Sugiyono (2009, hlm. 335) adalah
Proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang lebih penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga sudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Menurut Miles & Huberman dalam Sugiyono (2009, hlm. 337) aktivitas dalam analisis data kualitatif di antaranya data reduction, data display, dan
conclusion drawing verification. Adapun dalam penelitian ini langkah-langkah
yang akan ditempuh dijabarkan sebagai berikut:
a. Data Reduction (Reduksi Data)
Reduksi data menurut Sugiyono (2009, hlm. 338) artinya “merangkum, memilah hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu.” Dalam melakukan reduksi data peneliti harus mempunyai wawasan yang luas, sebagaimana dikemukakan oleh Sugiyono (2009, hlm. 339) bahwa “Reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi.”
Peneliti dalam penelitian ini membuat rangkuman dan memilah data yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan melalui wawancara, kemudian mengambil data yang pokok dalam penelitian. Selanjutnya data yang telah dipilah, dibuat kategorisasi dan dikelompokkan ke dalam bagian-bagian dengan pengkodean berupa angka atau huruf untuk menadai data-data tersebut untuk masuk ke bagian mana sehingga terlihat polanya.
b. Display data (penyajian data)
Menurut Sugiyono (2009, hlm. 341) “dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,
(1)
76
dengan Chi Kuadrat, oleh karena itu rumus yang digunakan mengandung nilai Chi Kuadrat. Rumus dari keofisien kontingensi adalah sebagai berikut:
C = Keterangan:
C = kontingensi = Chi Kuadrat N = banyaknya sampel
Agar kontingensi dapat dipakai dengan menilai derajat assosiatif atau hubungan antar variabel, maka C perlu dibandingkan dengan koefisien kontingensi maksimum yang biasa terjadi, makin dekat dengan harga C kepada makin besar derajat assosiasi antar faktor, artinya variabel yang satu semakin berkaitan dengan variabel lain. Adapun formula untuk mengetahui yang dikemukakan Sudjana (1992, hlm. 282) sebagai berikut:
=
Keterangan:
= C maksimal
m = harga minimum antar baris dan kolom
Untuk menentukan koefisien kontingensi menggunakan kriteria yang dikemukakan oleh Nugraha (1985, hlm. 60) dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.10. Penafsiran Nilai Koefisien Kontingensi
Nilai C Keterangan
C = 0 Tidak mempunyai korelasi 0 < C < 0,20 Korelasi rendah sekali 0,20 < C < 0,40 Cmax Korelasi rendah 0,40 < C < 0,60 Cmax Korelasi sedang 0,60 < C < 0,80 Cmax Korelasi tinggi
0,80 < C < Cmax Korelasi tinggi sekali C = Cmax Korelasi sempurna Sumber: Nugraha (1985:60)
(2)
77
2. Analisis Data Kualitatif
Analisis data kualitatif menurut Sugiyono (2009, hlm. 335) adalah
Proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang lebih penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga sudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Menurut Miles & Huberman dalam Sugiyono (2009, hlm. 337) aktivitas dalam analisis data kualitatif di antaranya data reduction, data display, dan conclusion drawing verification. Adapun dalam penelitian ini langkah-langkah yang akan ditempuh dijabarkan sebagai berikut:
a. Data Reduction (Reduksi Data)
Reduksi data menurut Sugiyono (2009, hlm. 338) artinya “merangkum,
memilah hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari
tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu.” Dalam melakukan reduksi
data peneliti harus mempunyai wawasan yang luas, sebagaimana dikemukakan oleh Sugiyono (2009, hlm. 339) bahwa “Reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan keluasan dan kedalaman wawasan yang
tinggi.”
Peneliti dalam penelitian ini membuat rangkuman dan memilah data yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan melalui wawancara, kemudian mengambil data yang pokok dalam penelitian. Selanjutnya data yang telah dipilah, dibuat kategorisasi dan dikelompokkan ke dalam bagian-bagian dengan pengkodean berupa angka atau huruf untuk menadai data-data tersebut untuk masuk ke bagian mana sehingga terlihat polanya.
b. Display data (penyajian data)
Menurut Sugiyono (2009, hlm. 341) “dalam penelitian kualitatif, penyajian
data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.” Selanjutnya Miles & Huberman (dalam Sugiyono,
(3)
78
2009, hlm. 341) mengatakan „yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.‟
Dalam penelitian ini, data yang telah direduksi dan telah ditemukan polanya kemudian dipaparkan dengan jelas, terperinci dan menyeluruh dalam bentuk narasi maupun bagan, sehingga dengan demikian akan dapat gambaran yang jelas di lapangan.
c. Conclusion drawing/verification
Langkah ke tiga dalam analisis data menurut Miles & Huberman dalam Sugiyono (2009, hlm. 345) adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Dalam hal ini kesimpulan yang diambil harus kredibel yang didukung oleh bukti. Kesimpulan kredibel menurut Sugiyono (2009, hlm. 345) merupakan “kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan
(4)
IMAM NAWAWI, 2014
Pengaruh Keberadaan Industri Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Dan Budaya Masyarakat Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abdurachmat, Idris dan Enok, Maryani. (1997). Geografi Ekonomi. Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS IKIP Bandung
Alfian. (1996). Transformasi Sosial dan Budaya Pembangunan Nasional. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Andarina, Fika. (2006). Kehidupan Masyarakat Pengrajin Bata Merah di Desa Mekarsari Kecamatan Ciparay. Bandung: Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS UPI
Arsyad, Lincolin. (1992). Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: STIE YKPN Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT.
Rineka Cipta: Jakarta.
Bintarto, R. (1977). Pengantar Geografi Kota. Yogyakarta: U. P. Spring.
Bintarto, R. (1980). Gotong Royong: Suatu Karakteristik Bangsa Indonesia. Surabaya: PT. Bina Ilmu.
Bungin, Burhan. (2011). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Creswell, John. W. (2013). Research Design Pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Daldjoeni, N. (1992). Dasar-Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Mahasiswa IKIP (FKIP) dan Guru Sekolah Lanjutan. Bandung: Alumni.
Dharmawan, A. (1986). Aspek-Aspek dalam sosiologi Industri. Bandung: Binekacipta.
Djojodipuro, Marsudi. (1956). Teori Lokasi. Jakarta: FEUI. Dumairy. (1996). Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Effendi, Ridwan dan Elly Malihah. (2011). Panduan Kuliah Pendidikan Lingkungan Sosial, Budaya, dan Teknologi. CV. Maulana Media Grafika: Bandung
Effendi, Tadjoeddin N. dan Manning, Chris. (1991). Urbanisasi, Pengangguran dan Sektor Informal di Kota. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Entjang, I. (1993). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: Citra Aditya Bakti Garna, Judistira. K. (1992). Teori-Teori Perubahan Sosial. Bandung: Percetakan
Program Pascasarjana.
Koentjaraningrat. (1993). Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Lauer, Robert. H. (1989). Perspektif Tentang Perubahan Sosial. Jakarta: PT MeltonPutra.
Marzali, Amri. (2005). Antropologi dan Pembangunan Indonesia. Jakarta: Kencana
Mutakin, Awan. dan Kamil Pasya. (2004). Geografi Budaya. Bandung: Buana Nusasntara.
Mutakin, Awan. dan Pasya, Gurniwan K. (2000). Masyrakat Indonesia dalam Dinamika. Bandung: Buana Nusasntara.
(5)
IMAM NAWAWI, 2014
Pengaruh Keberadaan Industri Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Dan Budaya Masyarakat Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Nugraha, E. (1985). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Permadi. Parker dkk. (1992). Sosiologi Industri. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Pasha, Gurniwan Kamil. (2009). Gotong Royong dalam Kehidupan Masyarakat. Jurnal Geografi GEA. 9. (1), 39-50
Rasyidin, dkk. (2010). Landasan Pendidikan. Sub Koordinator MKDP Landasan Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia: Bandung
Riduwan. (2011). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Riduwan. (2012). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.
Ritzer, George. (2012). Teori Sosiologi, dari Sosiologi Klasik sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rustiati Ridwan, Ita. (2007). Dampak Industri terhadap Lingkungan dan Sosial. Bandung: GEA Pendidikan Geografi.
Santoso. S. (2011). SPSS Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Jakarta: Elek Media Komputido.
Setiadi, Elly. M dan Usman Kolip (2011). Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya. Bandung: Kencana Prenada Media Group.
Silalahi, Ulber. (2012). Metode Penelitian Sosial. Refika Aditama: Bandung. Singarimbum, Masri. dan D. H. Penny. (1987). Penduduk dan Kemiskinan.
Jakarta: Bhatara Karya Aksara.
Singgih, Bambang, S. (1991). Perkembangan Masyarakat Akibat Pertumbuhan Industri di Daerah-Daerah Jawa Timur. Jakarta: Depdikbud RI.
Soedjito. (1960). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Erlangga.
Soekanto, Soerjono. (2007). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Sumaatmadja, Nursid. (1988). Studi Geografi Pendekatan dan Analisa Keruangan. Bandung: Alumni
Sunarto, Kamanto. (2004). Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Sudjana. (1992). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Administratif dilengkapi dengan Metode R&D. Alfabeta: Bandung
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif, dan R & D. Alfabeta: Bandung
Sugiyono. (2011). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suwarsono, dan So, Alvin Y. (2006). Perubahan Sosialdan Pembangunan. Jakarta: LP3ES.
Syaifullah. (2009). Industrialisasi, Manusia Industri dan Perubahan Sosial. Jurnal Geografi GEA. 9. (1), 39-50
Tika, P. (2005). Metode Penelitian Geografi. Jakarta: Rosda
Purwanto. (2012). Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan Pendidikan. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Putra, Nusa. dan Hendarman. (2013). Metode Riset Campur Sari. Jakarta: PT. Indeks.
(6)
IMAM NAWAWI, 2014
Pengaruh Keberadaan Industri Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Dan Budaya Masyarakat Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Veeger, K. J.(1990). Realitas Sosial, Refleksi Filsafat Sosial atas hubungan Individu-Masyarakat dalam Cakrawala Sejarah Sosiologi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Wirartha, I Made. (2006). Metodologi Penelitian sosial Ekonomi. Andi Offset: Yogyakarta.
Zuriah, Nurul. (2009). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori Aplikasi. PT. Bumi Aksara: Jakarta.
Dokumen
Data Profil Desa dan Kelurahan. (2011). Daftar Isian Data Profil Desa dan Kelurahan. Soreang: Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemeintahan Desa Kabupaten Bandung.
Undang-Undang No 5 Tahun 1960 tentang tingkat kepadatan penduduk Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1984 tentang perindustrian Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003
Skripsi
Cahyadi, Aldi. (2011). Keberadaan Industri Konveksi Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Kota Tasikmalaya. (Skripsi). Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung Hidayat, Dahlan. (2009). Pengaruh Keberadaan Industri Air Minum Kemasan
Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Kecamatan Cidahu Kabupaten Sukabumi. (Skripsi). Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Nurmiladiyah, Melly. (2012). Pengaruh Keberadaan Industri Batu Alam terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Pekerja di Kecamatan Sindangwangi Kabupaten Majalengka. (Skripsi). Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Internet
Pemerintah Kabupaten Bandung. (2012). Indikator Makro Ekonomi PDRB per
kapita. [Online]. Tersedia di:
http://www.bandungkab.go.id/arsip/2365/pdrb-perkapita. Diakses 22 Januari 2014.
Pemerintah Kabupaten Bandung. (2012). Indikator Makro Sosial Perdagangan
dan Perindustrian. [Online]. Tersedia di:
http://www.bandungkab.go.id/arsip/2372/perdagangan-dan-perindustrian. Diakses 22 Januari 2014.