Gambaran Karakteristik dan Sosial Budaya Masyarakat Terhadap Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Sawit Seberang Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat 2014

(1)

GAMBARAN KARAKTERISTIK DAN SOSIAL BUDAYA

MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI DI

WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAWIT SEBERANG

KECAMATAN SAWIT SEBERANG

KABUPATEN LANGKAT

TAHUN 2015

SKRIPSI

OLEH :

SHELLA MONICA

NIM :101000036

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(2)

GAMBARAN KARAKTERISTIK DAN SOSIAL BUDAYA

MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI DI

WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAWIT SEBERANG

KECAMATAN SAWIT SEBERANG

KABUPATEN LANGKAT

TAHUN 2015

Skripsi ini Diajukan Sebagai

Salah Satu SyaratUntuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH :

SHELLA MONICA

NIM :101000036

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(3)

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “GAMBARAN KARAKTERISTIK DAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS SAWIT

SEBERANG KECAMATAN SAWIT SEBERANG KABUPATEN

LANGKAT TAHUN 2015” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Juli 2015


(4)

(5)

ABSTRAK

Gambaran karakteristik dan sosial budaya masyarakat terhadap kejadian hipertensi adalah untukmengambarkan cara hidup masyarakat yang perwujudannya tampak pada tingkah laku penderita hipertensi.Jenis penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptifdengan pendekatan kualitatif yang menggunakan metode wawancara mendalam (indepth interview) dengan 5 informan. bertujuan untuk menggambarkan karakteristik dan sosial budaya masyarakat terhadap kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Sawit Seberang Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat Tahun 2015.

Hasil penelitian ini menunjukkan pengetahuan informan sudah cukup baik yaitu dapat menyebutkan pengertian hipertensi, gejala hipertensi, pencegahan hipertensi dan memakan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan untuk hipertensi, konsumsi alkohol dan merokok. Penderita memiliki sikap mendukung tentang hipertensi terjadi pada usia lanjut, hipertensi lebih sering pada laki-laki dari pada perempuan, hipertensi terjadi pada orang yang pekerjaan dan pendapatan yang baik, hipertensi sebagai penyakit turunan. Tindakan informan memiliki kebiasaan pola makan yang kurang baik karena masih mengkonsumsi makanan yang tidak dianjurkan untuk penderita hipertensi, masih merokok dan minum kopi.


(6)

ABSTRACT

The characteristic feature ofsocial cultureandthe incidence of hypertensionistoportray theway of life ofthe peoplewholookedat thebehavioralmanifestationsof hypertensive patients.This type of researchisresearch that isdescriptivewithqualitative approachusingin-depth interviews(depth interview) withfiveinformants. aimsto describe thesocial andculturalcharacteristics ofthe communityon the incidenceof hypertensionin PuskesmasSubdistrictSawitSawitSeberangSeberangLangkat2015.

Results ofthis studydemonstrateknowledge ofinformantshas been good enoughthat it canmentionunderstandinghypertension, hypertensionsymptoms, preventionof hypertensionandeat food thatis recommendedandnot recommendedforhypertension, alcohol consumption and smoking. Patientshad an attitudesupportiveofhypertensionoccursin the elderly, hypertension is more commonin menthanin women, hypertensionoccursin peoplewhoworkandgood income, hypertensionas ahereditary disease. Actioninformantshaveeating habitsthat are lesswell becausetheyconsume foods that arenot recommendedforpatients with hypertension, stillsmoking anddrinkingcoffee.


(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Shella Monica

Tempat Lahir : Sawit Seberang

tanggal lahir : 12 Desember 1992

Suku Bangsa : Indonesia

Agama : Islam

Nama Ayah : Waris Sucipto (Ayah)

Nama Ibu : Zuraida (Ibu)

Pendidikan Formal

1.SD/TamatTahun : SD INPRES 056625 Desa Mekar Sawit/ 1999 – 2005

2.SLTP/Tamat Tahun : SMP Negeri 1 Sawit Seberang/ 2005 – 2007 3.SLTA/Tamat Tahun : SMA Swasta Taman Siswa Sawit Seberang/

2007 – 2010

4.Akademi/Tamat Tahun : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU/ 2010 – 2015


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT serta shalawat salam bagi Rasulallah SAW atau segala rahmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini yang berjudul “Gambaran Karakteristik dan Sosial Budaya Masyarakat Terhadap Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Sawit Seberang Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat 2014” Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada bapak Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes selaku dosen pembimbing I dan bapak Drs. Eddy Syahrial, MS selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan juga dukungan berbagai pihak, baik moril maupun materil. Untuk itu, disampaikan rasa terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Tukiman, MKMselaku Ketua Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak dr.Taufik Ashar, MKMdan Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi. MKMselaku Dosen Penguji yang telah meberikan kritik dan saran serta motivasi untuk perbaikan skripsi ini.

4. Ibu Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kesselaku Dosen Pembimbing Akademik. 5. Para Dosen dan Staf di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara khususnya Departemen PKIP, ibu Lita Sri Andayani, M.Kes, ibu dr. Linda T. Maas, M.PH, ibu Namora Lumongga Lubis, Msc. Ph.D dan bapak Warsitoyang telah memberikan ilmu dan bimbingannya.


(9)

6. Dr. Joseph M.Silitonga Selaku Kepala Puskesmas Sawit Seberang atas dukungan dan bantuan selama penulis mengadakan penelitian.

7. Sembah sujud kepada kedua orangtua terkasih Ayahanda Waris Sucipto dan Ibunda Zuraidayang senantiasa memberikan doa, kasih sayang, cinta, perhatian, semangat, dukungan moral, spritual dan juga material.

8. Abang Tersayang Dian Arista dan Andi Permana yang juga senantiasa memberikan doanya, semangat, perhatian, dan dukungannya untuk selama ini.

9. Dan tak lupa pula penulis ucapkan banyak terima kasih untuk wak Loso dan wak Kasni yang selalu memberikan semangat, material dan kasih sayangnya.

10.Kakak-kakaku tercinta kak Susi, kak Eka, Kak leni terima kasih untuk motivasi dan doanya.

11.Sahabat Terbaikku Fadhillah Tia Nur, Mulia Warman yang selalu memberikan semangat, dukungan dan motivasinya.

12.Teman-temanku Ade, Fitri, Arnis, Reni, Desi, Enti, Effi, Dian fifit, Siti kurnia, melda, rini, hesti, putri, ayu, kak mai, aidha, kak vika, kak tira, dan Bolem. terima kasih untuk waktu, tenaga, pikiran, dan motivasinya dalam pengerjaan skripsi ini.

13.Seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan bantuan dan dorongan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan menuju yang lebih baik. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi siapapun yang membacanya.

Medan, Juli 2015 Penulis,


(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN... i

ABSTRAK ...ii

ABSTRACT ...iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...iv

KATA PENGANTAR ...v

DAFTAR ISI ...vii

DAFTAR MATRIKS ...xi

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1. Latar Belakang ...1

1.2. Rumusan Masalah ...8

1.3. Tujuan Penelitian ...8

1.3.1. Tujuan Umum ...8

1.3.2. Tujuan Khusus ...9

1.4. Manfaat Penelitian ...9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...11

2.1. Karakteristik ...11

2.1.1. Umur ...11

2.1.2. Jenis Kelamin ...11

2.1.3. Pekerjaan ...12

2.2. Sosial Budaya...13

2.2.1. Definisi ...13

2.2.2. Unsur-unsur Kebudayaan...15

2.2.3. Aspek Sosial Budaya yang Mempengaruhi Kesehatan ...18


(11)

2.2.4. Persepsi Budaya dan makanan ...19

2.2.3. Konsep Masyarakat ...19

2.3. Hipertensi ...21

2.3.1.Definisi Hipertensi ...21

2.3.2.Klasifikasi Hipertensi...23

2.3.3.Jenis Hipertensi ...24

2.3.4.Gejala Hipertensi ...25

2.3.5.Faktor-faktor Risiko Hihertensi ...27

2.3.6.Pencegahan ...31

2.4. Perilaku ...33

2.4.1. Batasan Perilaku ...33

2.4.2. Domain Perilaku ...34

2.4.3. Perilaku Kesehatan...36

2.5. Landasan Teori...38

2.6. Kerangka Pikir ...39

BAB III METODE PENELITIAN ...40

3.1. Jenis Penelitian ...40

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ...40

3.2.1. Lokasi Penelitian ...40

3.2.2. Waktu Penelitian ...40

3.3. Informan ...40

3.4. Metode Pengumpulan Data ...41

3.4.1 Metode Wawancara ...41

3.5. Definisi Istilah ...41

3.6. Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis ...42

BAB IV HASIL PENELITIAN ...43

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...43


(12)

4.1.2. Situasi Upaya Kesehatan ...43

4.1.3. Situasi Sumber Daya Kesehatan ...44

4.2. Hasil Wawancara Informan Berdasarkan Variabel Penelitian ...47

4.2.1. Pengetahuan Informan Tentang Hipertensi ...47

4.2.2. Sikap Informan Tentang Hipertensi ...51

4.2.3. Sosial Budaya Informan Tentang Hipertensi ...55

BAB V PEMBAHASAN ...60

5.1. Karakteristik Informan ...60

5.2. Pengetahuan ...63

5.2.1. Pengetahuan Informan Tentang Penyakit Hipertensi ...63

5.2.2. Pengetahuan Informan Tentang Penyebab Hipertensi ...65

5.2.3. Pengetahuan Informan Tentang Gejala Hipertensi ...67

5.2.4. Pengetahuan Informan Tentang Bahaya Penyakit Hipertensi ...68

5.2.5. Pengetahuan Informan Tentang Makanan Untuk Penderita Hipertensi ...71

5.2.6. Pengetahuan Informan Tentang Cara Mencegah Hipertensi ...73

5.3. Sikap ...76

5.3.1. Sikap Informan Tentang Hipertensi Pada Umumnya Terkena Pada Usia Lanjut ...76

5.3.2. Sikap Informan Tentang Hipertensi Pada Umumnya Lebih Banyak Terkena Pada Laki-laki dari pada Perempuan ...79


(13)

Terkena Pada Orang yang Memiliki Pekerjaan dan

Pendapatan yang Baik ...81

5.4. Sosial Budaya...82

5.4.1. Makanan yang Selalu Dikonsumsi Setiap Hari ...82

5.4.2. Kebiasaan Informan Dalam Makan-makanan yang Asin ...85

5.4.3 Kebiasaan Informan Dalam Makan-makanan yang Bersantan dan Berlemak ...85

5.4.4. Kebiasaan Informan Dalam Merokok dan Minum Alkohol ...87

5.4.5. Kebiasaan Informan Dalam Minum Kopi ...89

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN...92

6.1. Kesimpulan ...92

6.2. Saran ...92

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Lampiran 1 : Pedoman Wawancara

Lampiran 2 : Permohonan Izin Survei Pendahuluan Lampiran 3 : Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 4 : Surat Balasan Izin Penelitian Lampiran 5 : Surat Selesai Penelitian


(14)

DAFTAR MATRIKS

No Judul Halaman

Matriks 4.1 Pengetahuan Informan Tentang Hipertensi ...47

Matriks 4.2 Pengetahuan Informan Tentang Penyebab Hipertensi ...47

Matriks 4.3 Pengetahuan Informan Tentang Gejala Hipertensi ... 48

Matriks 4.4 Pengetahuan Informan Tentang Bahaya Hipertensi ...49

Matriks 4.5 Pengetahuan Informan Tentang Makanan Untuk Penderita Hipertensi ...49

Matriks 4.6 Pengetahuan Informan Tentang Cara Mencegah Hipertensi ...50

Matriks 4.7 Sikap Informan Tentang Hipertensi Pada Umumnya Terjadi Pada Usia Lanjut ...51

Matriks 4.8 Sikap Informan Tentang Hipertensi Lebih Sering Terjadi Pada Laki-laki dari Pada Perempuan ...52

Matriks 4.9 Sikap Informan Tentang Hipertensi terjadi Pada Orang yang Pekerjaan dan Pendapatan yang baik...53

Matriks 4.10 Sikap Informan Tentang Hipertensi Sebagai Penyakit turunan...54


(15)

Matriks 4.11 Makanan yang Selalu di Konsumsi Informan Setiap hari ...55

Matriks 4.12 Kebiasaan Informan Dalam Makan-makanan yang Asin ...56 Matriks 4.13 Kebiasaan Informan Dalam Makan-makanan yang

Bersantan dan Berlemak ...57

Matriks 4.14 Kebiasaan Informan Dalam Mengkonsumsi Rokok

dan Alkohol ...57

Matriks 4.15 Kebiasaan Informan Dalam Minum Kopi ...58 Matriks 4.16 Kebiasaan Informan Makan Diluar Rumah………. 59


(16)

ABSTRAK

Gambaran karakteristik dan sosial budaya masyarakat terhadap kejadian hipertensi adalah untukmengambarkan cara hidup masyarakat yang perwujudannya tampak pada tingkah laku penderita hipertensi.Jenis penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptifdengan pendekatan kualitatif yang menggunakan metode wawancara mendalam (indepth interview) dengan 5 informan. bertujuan untuk menggambarkan karakteristik dan sosial budaya masyarakat terhadap kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Sawit Seberang Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat Tahun 2015.

Hasil penelitian ini menunjukkan pengetahuan informan sudah cukup baik yaitu dapat menyebutkan pengertian hipertensi, gejala hipertensi, pencegahan hipertensi dan memakan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan untuk hipertensi, konsumsi alkohol dan merokok. Penderita memiliki sikap mendukung tentang hipertensi terjadi pada usia lanjut, hipertensi lebih sering pada laki-laki dari pada perempuan, hipertensi terjadi pada orang yang pekerjaan dan pendapatan yang baik, hipertensi sebagai penyakit turunan. Tindakan informan memiliki kebiasaan pola makan yang kurang baik karena masih mengkonsumsi makanan yang tidak dianjurkan untuk penderita hipertensi, masih merokok dan minum kopi.


(17)

ABSTRACT

The characteristic feature ofsocial cultureandthe incidence of hypertensionistoportray theway of life ofthe peoplewholookedat thebehavioralmanifestationsof hypertensive patients.This type of researchisresearch that isdescriptivewithqualitative approachusingin-depth interviews(depth interview) withfiveinformants. aimsto describe thesocial andculturalcharacteristics ofthe communityon the incidenceof hypertensionin PuskesmasSubdistrictSawitSawitSeberangSeberangLangkat2015.

Results ofthis studydemonstrateknowledge ofinformantshas been good enoughthat it canmentionunderstandinghypertension, hypertensionsymptoms, preventionof hypertensionandeat food thatis recommendedandnot recommendedforhypertension, alcohol consumption and smoking. Patientshad an attitudesupportiveofhypertensionoccursin the elderly, hypertension is more commonin menthanin women, hypertensionoccursin peoplewhoworkandgood income, hypertensionas ahereditary disease. Actioninformantshaveeating habitsthat are lesswell becausetheyconsume foods that arenot recommendedforpatients with hypertension, stillsmoking anddrinkingcoffee.


(18)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Hipertensi adalah faktor penyebab timbulnya penyakit berat seperti serangan jantung, gagal ginjal, dan stroke. Apalagi di masa sekarang ini, pola makan masyarakat Indonesia yang sangat menyukai makanan berlemak dan yang berasa asin atau gurih, terutama makanan cepat saji yang memicu timbulnya kolesterol tinggi. Kolesterol tinggi juga sering dituduh sebagai penyebab utama penyakit hipertensi disamping karena adanya faktor keturunan. Hipertensi atau darah tinggi sangat bervariasi bergantung bagaimana seseorang memandangnya. Secara umum hipertensi adalah kondisi tekanan darah seseorang yang berada di atas batas-batas tekanan darah normal. Hipertensi disebut juga pembunuh gelap atau silent killer. Hipertensi dengan secara tiba-tiba dapat mematikan seseorang tanpa diketahui gejalanya terlebih dahulu (Susilo, 2011).

Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah salah satu jenis penyakit pembunuh paling terbesar di dunia saat ini. Usia merupakan salah satu faktor risiko hipertensi. Dengan semakin bertambahnya usia, kemungkinan seseorang menderita hipertensi juga semakin besar. Pengaruh usia terhadap kemunculan stress sering terjadi juga. Banyak ditemukan para pensiunan yang sudah tak bekerja lagi menghadapi perubahan lingkungan ekstrem. Menghadapi kondisi dirumah yang tanpa aktifitas dan diposisikan sebagai orang yang tak mampu lagi melakukan beberapa pekerjaan memunculkan stress (Fauzi, 2014).

Hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu hipertensi primer atau esensial (90% kasus hipertensi) yang penyebabnya tidak diketahui dan


(19)

hipertensi sekunder (10%) yang disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit endokrin, penyakit jantung, gangguan ginjal. Menurut JNC VII Report 2003, diagnosis hipertensi ditegakkan apabila didapatkan tekanan darah sistolik (TDS) ≥140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik (TDD) ≥ 90 mmHg pada dua kali pengukuran dalam waktu yang berbeda (Indrayani, 2009).

Perhatian terhadap penyakit tidak menular makin hari makin meningkat karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya pada masyarakat. Bangsa Indonesia yang sementara membangun dirinya dari suatu negara agraris yang sedang berkembang menuju negara masyarakat industri membawa kecenderungan baru dalam pola penyakit dalam masyarakat. Transisi epidemiologi penyakit adalah perubahan yang kompleks dalam pola penyakit dan kesakitan ditunjukkan dengan adanya kecenderungan semakin meningkatnya prevalensi penyakit noninfeksi (penyakit tidak menular) dibandingkan dengan penyakit infeksi (penyakit menular).Hal ini sering terjadi seiring dengan berubahnya gaya hidup, sosial ekonomi dan meningkatnya pola risiko timbulnya penyakit degeneratif seperti penyakit jantung koroner, diabetes mellitus, hipertensi, dan lain sebagainya (Bustan, 2007).

Satu dari lima pria berusia antara 35-44 tahun memiliki tekanan darah yang tinggi. Angka prevalensi tersebut menjadi dua kali lipat pada usia antara 45-54 tahun. Separuh dari mereka yang berusia 55-64 tahun mengidap penyakit ini. Pada usia 65-74 tahun, prevalensi menjadi lebih tinggi lagi, sekitar 60% menderita hipertensi. Sampai usia 55 tahun pria beresiko lebih tinggi dibandingkan wanita. Tetapi diatas usia tersebut, justru wanita (setelah mengalami menopouse) yang


(20)

berpeluang lebih besar. Para pakar menduga perubahan hormonal berperan besar dalam terjadinya hipertensi dikalangan wanita usia lanjut (Lumbantobing, 2008).

Kalau saja hipertensi tidak mengundang segudang risiko komplikasi, barangkali permasalahannya menjadi lebih sederhana. Masalahnya, tekanan darah di atas normal yang tidak ditangani dengan baik akan merembet kepada komplikasi yang lebih berat (Bakri, 2008).

Seiring berubahnya gaya hidup mengikuti era globalisasi, kasus hipertensi terus meningkat, gaya hidup yang gemar makan makanan fast food yang kaya lemak, malas berolahraga, stress, alkohol atau garam yang lebih dalam makanan bisa memicu terjadinya hipertensi. Stress cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu, jika stress telah berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal (M. Shadine, 2010).

Pola makan dan aktivitas yang tak seimbang juga memiliki kontribusi yang besar penyebab hipertensi. Kebiasaan merokok, minum-minuman beralkohol dan kurang olahraga dapat pula mempengaruhi peningkatan tekanan darah. Berat badan berlebih apalagi penderita obesitas akan mengalami tekanan darah yang lebih tinggi dibanding dengan mereka yang mempunyai berat badan normal. Peningkatan tekanan darah ini ditemukan sepanjang hari, termasuk juga malam hari ( Fauzi, 2014).

Kejadian hipertensi dengan bertambahnya usia selalu mengalami peningkatkan sehingga perlu diwaspadai dan ditangani dengan tepat karena risikonya yang dapat menyebabkan kematian. Hipertensi mengakibatkan jantung bekerja lebih keras sehingga proses perusakan dinding pembuluh darah berlangsung dengan lebih cepat. Hipertensi meningkatkan resiko penyakit


(21)

jantung dua kali dan meningkatkan resiko stroke dibanding dengan orang yang tidak mengalami hipertensi. Selain itu hipertensi juga menyebabkan terjadinya payah jantung, gangguan pada ginjal dan kebutaan serta yang paling parah adalah efek jangka panjangnya yang berupa kematian mendadak (Sustrani,2006).

Sistem sosial budaya yaitu merupakan keseluruhan dari unsur tata nilai, tata sosial dan tata laku manusia yang saling berkaitan dan masing-masin unsur bekerja secara mandiri serta bersama-sama satu sama lain mendukung untuk mencapai tujuan hidup manusia dalam bermasyarakat (Muhammad, 2008). Berkaitan dengan pengaruh budaya terhadap asupan makan kepada keluarga, menarik untuk disimak pendapat Baliwati (2004) yang menyampaikan bahwa kegiatan ekonomi, sosial dan budaya suatu keluarga, suat kelompok masyarakat suatu negara atau suatu bangsa mempunyai pengaruh yang kuat dan kekal terhadap apa, kapan, dengan bagaimana penduduk makan (Baliwati, 2004).

Hubungan antara budaya dan kesehatan sangat erat hubungannya adapun masalah kesehatan yang sering terjadi sekarang ini salah satunya karena budaya masyarakat itu sendiri. Kebudayaan atau kultur dapat membentuk kebiasaan dan respons terhadap kesehatan dan penyakit dalam segala masyarakat tanpa memandang tingkatannya. Pada tingkat awal proses sosialisasi, seorang anak diajarkan antara lain bagaimana cara makan, bahan makanan apa yang dimakan, cara buang air kecil dan besar, dan lain-lain. Kebiasaan tersebut terus dilakukan sampai anak tersebut dewasa, dan bahkan menjadi tua. Kebiasaan tersebut sangat mempengaruhi perilaku kesehatan dan sulit untuk diubah (Notoatmodjo, 2010).

Menurut perkiraan Badan Kesehatan Dunia (WHO, World Health Organization), sekitar 30% penduduk dunia tidak terdiagnosa adanya hipertensi


(22)

(underdiagnosed condition). Hal ini disebabkan tidak adanya gejala yang pasti bagi penderita hipertensi. Kalaupun ada gejala seperti sakit kepala, tengkuk nyeri, dan lain-lain, ini tidak pasti menunjukkan penderitanya terkena hipertensi. Padahal hipertensi jelas merusak organ tubuh, seperti jantung (70% penderita hipertensi akan mengalami kerusakan jantung), ginjal, otak, mata, serta organ tubuh lainnya (Susilo, 2011).

Hipertensi dapat menyerang hampir semua golongan masyarakat di seluruh dunia. Jumlah mereka yang menderita hipertensi terus bertambah dari tahun ke tahun. Dari data penelitian terakhir, dikemukakan bahwa terdapat sekitar 50 juta (21,7%) orang dewasa Amerika menderita hipertensi. Penderita hipertensi juga menyerang Thailand sebesar 17% dari total penduduk, Vietnam 34,6%, Singapura 24,9%, Malaysia 29,9%,dan di Indonesia memiliki angka yang cukup tinggi, yaitu 15%. Bayangkan saja, 15% dari 230 juta penduduk Indonesia, berarti hamper 35 juta penduduk Indonesia terkena hipertensi. Jumalah yang luar biasa banyak. Bisa jadi kita termasuk salah satu dari jumlah penduduk yang terkena hipertensi (Susilo, 2011)

Untuk kasus di Indonesia, penyebaran jumlah penderita hipertensi sangat tidak merata. Selain data masyarakat yang mengalami hipertensi tersebut, banyak juga masyarakat Indonesia yang terkena hipertensi, tetapi tidak terdiagnosa. Misalnya saja hasil survey kesehatan menunjukkan bahwa jumlah penderita hipertensi yang sangat rendah terdapat di daerah Lembah Baliem, Pegunungan Jaya Wijaya, Papua. Di daerah Lembah Baliem ini yang terkena hipertensi hanya 0,6%. Sedangkan daerah yang memiliki jumlah penderita hipertensi paling tinggi terdapat di Talang, Sumatera Barat yaitu sebesar 17,8% (Susilo, 2011).


(23)

Secara langsung kita pasti dapat menduga penyebabnya. Masyarakat Baliem hidup dengan kultur alam yang kuat dengan makanan pokoknya mayoritas ubi dan berbagai hasil bumi lainnya. Sedangkan masyarakat Talang, Sumatera Barat mayoritas makanan pokoknya adalah segala makanan yang mengandung kolesterol tinggi, seperti masakan balado, rending, santan, dan berbagai olahan daging yang memicu kolesterol tinggi serta membuat hupertensi lebih mudah datang menghampiri (Susilo, 2011).

Penderita hipertensi terbesar di Sumatera Utara adalah berada di Kabupaten Karo. Hal ini belum diketahui apa penyebabnya, diperkirakan tingginya penderita hipertensi di Kabupaten Karo karena banyak mengkonsumsi makanan yang di awetkan sehingga membuat darah tinggi meningkat. Karena seharusnya yang berpotensi menjadi penderita hipertensi tinggi berada di wilayah pantai. 59,5% penyebab kematian diakibatkan oleh penyakit tidak menular, selanjutnya diikuti oleh penyakit menular, trauma dan sebab maternal atau perinatal. Khusus untuk penyakit Hipertensi, Kabupaten Karo menjadi daerah tertinggi penderita Hipertensi yaitu 37,5% (Riskesdas, 2013)

Menurut Profil Kesehatan Kota Medan Tahun 2011, hipertensi menduduki peringkat kedua dari sepuluh penyakit terbesar di Kota Medan dengan jumlah penderita sebanyak 60.628 orang. Hal ini menunjukkan bahwa hipertensi selalu menduduki peringkat lima teratas dalam hal penyakit terbesar di Kota Medan dengan jumlah penderita yang sangat tidak bisa diprediksi jumlahnya (Dinkes Kota Medan, 2011).

Kabupaten Langkat memiliki jumlah penduduk sebanyak 967.535 jiwa. Jumlah penduduk laki-laki di Kabupaten Langkat lebih banyak dari perempuan,


(24)

jumlah laki-laki sebanyak 487.676 jiwa sedangkan jumlah perempuan sebanyak 479.859 jiwa dimana jenis kelamin laki- laki merupakan faktor risiko terbesar menderita hipertensi.

Sekarang ini hipertensi sudah menyebar di wilayah agroindustri seperti diwilayah perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Sawit Seberang tidak hanya di kota saja. Dimana faktor geografis dan budaya menjadi faktor pemicu secara tidak langsung dan faktor pemicu lainnya bisa dengan tingkat konsumsi garam yang tinggi, pola makan yang tidak sehat, kelebihan berat badan (Obesitas), kurangnya olahraga dan juga dari faktor usia yang semakin tua usia seseorang, semakin tinggi pula peluang menjadi korban tekanan darah tinggi. Orang yang lebih tua biasanya berisiko memiliki tekanan sistolik tinggi. Penyebabnya adalah karena pengerasan pembuluh darah yang semakin menjadi ketika usia semakin lanjut dengan data usia, dan faktor keturunan, merokok, minum alkohol, obesitas/kegemukan dan juga kurangnya olahraga.

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan peneliti pada bulan Juni 2014 masih banyaknya penduduk di Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat yang menderita Hipertensi. Adapun data yang diperoleh dari Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat Terdapat 392 kasus Hipertensi dan Hipertensi merupakan penyakit terbesar di wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat.

Berdasarkan hal itu peneliti berkeinginan untuk melakukan suatu kajian ilmiah dalam judul penelitian yaitu Gambaran Karakteristik dan Sosial Budaya Masyarakat Terhadap Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat


(25)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian ini yaitu menggambarkan bagaimana Karakteristik dan Sosial Budaya Masyarakat mempengaruhi tingginya kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat.

1.3 Tujuan Penelitan 1.3.1 Tujuan Umum

Menggambarkan Karakteristik dan Sosial Budaya Masyarakat terhadap Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat

1.3.1 Tujuan Khusus

1. Untuk Mengetahui Karakteristik (Usia, Jenis Kelamin, Pekerjaan)Pada Masyarakat Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat.

2. Untuk Mengetahui Sosial Budaya ( Kebiasaan, Nilai) Pada Masyarakat Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat.

3. Untuk Mengetahui Seberapa Besar Pengetahuan Pada Masyarakat Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat.

4. Untuk Mengetahui Sikap Pada Masyarakat Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat.


(26)

1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti

Merupakan pengalaman berharga bagi peneliti dalam memperluas wawasan dan pengetahuan tentang penyakit hipertensi melalui penelitian lapangan dan mengetahui mengenai arti penting masalah sosial budaya yang terjadi pada masyarakat terhadap kejadian hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat.

2.Bagi Puskesmas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi Puskesmas Kecamatan Sawit Seberang dalam penentuan arah kebijakan program penanggulangan penyakit hipertensi dan sebagai bahan masukan tentang pentingnya memberikan pelayanan khusus seperti pemberian penyuluhan kepada keluarga yang memiliki aggota keluarga yang sakit hipertensi.

3. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan wawasan mengenai kebiasaan-kebiasaan masyarakat yang dapat menimbulkan penyakit hipertensi.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik

2.1.1 Umur

Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah. Tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis. Penyakit hipertensi paling banyak dialami oleh kelompok umur 31-55 tahun dan umumnya berkembang pada saat umur seseorang mencapai paruh baya yakni cenderung meningkat khususnya yang berusia lebih dari 40 tahun bahkan pada usia lebih dari 60 tahun keatas. Tekanan darah sistolik dan diastolic berpengaruh nyata dengan umur pada laki-laki maupun perempuan (Krummel 2004).

Kepekaan terhadap hipertensi akan meningkat seiring dengan bertambahnya umur seseorang. Individu yang berumur di atas 60 tahun, 50-60% mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal itu merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang bertambah usianya. Bukan berarti kita harus takut dengan bertambahnya usia. Proses menua adalah hal alami yang tidak bisa kita hindari. Namun, menjadi tua dengan tetap sehat adalah hal yang bisa kita usahakan sejak dini (Susilo, 2011).

2.1.2 Jenis kelamin

Penyakit hipertensi cenderung lebih rendah pada jenis kelamin perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Namun demikian, perempuan yang mengalami masa premenopause cenderung memiliki tekanan darah lebih tinggi daripada laki-laki. Hal tersebut disebabkan oleh hormon estrogen, yang dapat melindungi


(28)

wanita dari penyakit kardiovaskuler. Hormon estrogen ini kadarnya akan semakin menurun setelah menopause (Armilawati 2007).

Setiap jenis kelamin memiliki stuktur organ dan hormone yang berbeda. Demikian juga pada perempuan dan laki. Berkaitan dengan hipertensi, laki-laki mempunyai risiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi lebih awal. Laki-laki juga mempunyai risiko lebih besar terhadap morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler. Sedangkan pada perempuan biasanya lebih rentan terhadap hipertensi ketika mereka sudah berumur di atas 50 tahun (Susilo, 2011).

2.1.3 Pekerjaan

Meningkatnya tingkat pendapatan juga berpengaruh terhadap pemilihan jenis makanan. Seseorang yang memiliki pendapatan tinggi cenderung mengkonsumsi pangan tinggi kalori (tinggi lemak dan karbohidrat) daripada pangan tinggi serat. Seperti banyak diketahui bahwa pangan tinggi kalori dan rendah serat dapat menyebabkan obesitas yang berdampak pada peningkatan tekanan darah dan penyakit degeneratif. Makanan berisiko lainnya adalah makanan asin, makanan awetan, dan jeroan. Semua makanan tersebut berkontribusi dalam peningkatan timbunan lemak tubuh yang berujung pada peningkatan berat badan, penimbunan lemak berlebih dan peningkatan tekanan darah. Peningkatan asupan kalori juga berhubungan dengan peningkatan insulin plasma, yang berperan sebagai faktor natriuretik dan menyebabkan peningkatan reabsorbsi natrium ginjal sehingga menyebabkan meningkatnya tekanan darah.

2.2 Sosial Budaya 2.2.1 Definisi


(29)

Kata sosial berasal dari kata “socius” yang berarti segala sesuatu yang lahir, tumbuh dan berkembang dalam kehidupan bersama. Kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Dengan demikian kebudayaan atau budaya menyangkut keseluruhan aspek kehidupan manusia baik material maupun non material (Soemardi dalam setiadi, dkk 2008)

Kebudayaan sebagai bangunan indah, candi, tari-tarian, seni suara, dan seni rupa. Atau dengan kata lain kebudayaan diartikan sebagai kesenian. Ada pula yang memberikan definisi kebudayaan sebagai hasil dari cipta, karsa, dan rasa. Sebenarnya kata budaya berasal dari bahasa Sansekerta budhaya, bentuk jamak dari budhi, yang berarti budi atau akal (Notoatmodjo, 2010).

Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum dan adat istiadat (menurut EB.Taylor). serta mempunyai kepribadian yaitu organisai faktor-faktor biologis, psikologis dan sosialisasi yang mendasari perilaku individu (Syafrudin,2009).

Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang saling bergantung kehidupannya satu sama lain, karena manusia tidak bisa hidup sendiri dan selalu membutuhkan pertolongan orang lain. Dengan perkataan lain, manusia harus hidup bermasyarakat. Di samping itu, manusia makhluk berbudaya, yang dikaruniai akal oleh Tuhan yang berbeda dengan binatang. Oleh karena itu, manusia selalu menggunakan akalnya untuk memecahkan masalah yang dihadapinya, termasuk masalah kesehatan (Notoatmodjo, 2010)

Wujud dari suatu budaya terbagi dalam 3 hal, yaitu (a) wujud merupakan suatu kompleks dari ide-ide,gagasan, nilai-nilai, norma-norma dan peraturan, (b), wujud kebudayaan merupakan suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola


(30)

dari manusia dalam masyarakat, dan (c), wujud kebudayaan di anggap sebagai benda-benda hasil karya manusia (Koentjaraningrat,1990). Kebudayaan adalah suatu system norma-norma yang rumit, cara merasa dan bertindak yang diharapkan yang distandarisasi, yang dikenal dan diikuti secara umum oleh para anggota masyarakat. Dalam kebudayaan mengandung:

1. Kebiasaan (folkways) hanyalah satu cara yang lazim yang wajar dan di ulang-ulang dalam melakukan sesuatu oleh kelompok orang, generasi baru menyerap kebiasaan sebagian dengan pendidikan yang terencana yang diperhatikan dan dihayat.

2. Tata kelakuan adalah gagasan yang kuat mengenai salah dan benar yang menuntut tindakan tertentu dan melarang yang lain. Tata kelakuan adalah keyakinan tentang salah dan benar dalam perilaku/tindakan.

3. Lembaga kelompok kebiasaan dan tata kelakuan yang diorganisasi yang berhubungan kegiatan-kegiatan penting diwujudkan dalam lembaga sosial.

Sosio budaya sangat berpengaruh terhadap terbentuknya perilaku seseorang. Teori snehandu B Kar dalam Notoadmodjo (2010) menyatakan bahwa terdapat 5 determinan perilaku yaitu:

1. Adanya Niat (intention) seseorang untuk bertindak sehubungan dengan objek atau stimulus di luar dirinya.

2. Adanya dukungan dari masyarakat sekitarnya (sosial support) di dalam kehidupan seseorang di masyarakat, perilaku orang tersebut cenderung memerlukan legitimasi dari masyarakat sekitarnya. Apabila perilaku tersebut bertentangan atau tidak memperoleh dukungan dari masyarakat. Maka ia akan merasa kurang atau tidak nyaman dengan perilaku tersebut.


(31)

3. Terjangkauan informasi (accessibility of information) adalah tersedianya informasi terkait dengan tindakan yang akandi ambil oleh seseorang

4. Adanya otonomi atas kebebasan pribadi (personal outonomy) untuk mengambil keputusan

5. Adanya kondisi dan situasi yang memungkinkan (action situation) artinya ada kondisi serta kemampuan yang memungkinkan untuk bertindak.

2.2.2 Unsur-unsur Kebudayaan

Setiap kebudayaan mempunyai tujuh unsur dasar,yaitu : kepercayaan, nilai, norma dan sanksi, simbol, teknologi, bahasa, dan kesenian.

1. Kepercayaan

Kepercayaan berkaitan dengan pandangan tentang bagaimana dunia ini beroperasi. Kepercayaan itu bisa berupa pandangan-pandangan atau interpretasi-interpretasi tentang masa lampau, bisa berupa penjelasan-penjelasan tentang masa sekarang, bisa berupa prediksi-prediksi tentang masa depan, dan bisa juga berdasarkan commonsense, akal sehat, kebijaksanaan yang dimiliki suatu bangsa, agama, ilmu pengetahuan, atau suatu kombinasi antara semua hal tersebut.

Kepercayaan membentuk pengalaman, baik pengalaman pribadi maupun pengalaman sosial. Orang barat , misalnya, percaya bahwa waktu tak dapat berbalik atau berulang. Mereka memunyai persepsi waktu linear, yakni bahwa waktu bergerak lurus kedepan. Waktu bergerak ke depan, karena itu ada kemajuan.


(32)

2. Nilai

Jika kepercayaan menjelaskan apa itu sesuatu, nilai menjelaskan apa yang seharusnya terjadi. Nilai itu luas, abstrak, standar kebenaran yang harus dimiliki, yang diinginkan, dan yang layak dihormati. Meskipun mendapat pengakuan luas, nilai-nilai pun jarang ditaati oleh setiap anggota masyarakat. Namun nilai lah yang menentukan suatu kehidupan kebudayaan dan masyarakat.

3. Norma dan sanksi

Ada norma-norma yang disebut mores atau tata kelakuan. Tata kelakuan mencerminkan sifat-sifat yang hidup dari kelompok manusia yang dilaksanakan sebagai alat pengawas, secara sadar ,maupun tidak sadar, oleh masyarakat terhadap anggota-anggotanya.

Jika norma-norma adalah garis pedoman, sanksi-sanksi merupakan kekuatan penggeraknya. Sanksi adalah ganjaran ataupunhukuman yang memungkinkan orang mematuhi norma. Tanpa sanksi norma kehilangan kekuatan

4. Teknologi

Pengetahuan dan teknik-teknik suatu bangsa dipakai untuk membangun kebudayaan materialnya. Dengan pengetahuan dan teknik-teknik yang dimilikinya, suatu bangsa membangun lingkungan fisik, sosial, dan psikologis yang khas.

5. Simbol

Simbol adalah sesuatu yang dapat mengeksprasikan atau memberikan makna. Simbol bisa berupa barang sehari-hari, barang yang sudah memperoleh arti khusus . Mobil-mobil tertentu menunjukkan kekayaan; mobil-mobil lain menunjukkan kemudahan, keberanian, atau gaya hidup pemiliknya.


(33)

6. Bahasa

Bahasa adalah “gudang kebudayaan” (Harroft, 1962). Dalam kehidupan masyarakat kontemporer, bahasa semakin penting artinya, yakni sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu dan teknologi modern-canggih. Tanpa bahasa ilmu dan teknologi modern tak dapat berkembang maju. Kemampuan berbahasa secara baik dan benar-benar merupakan syarat bagi pengembangan ilmu dan teknologi modern-canggih.

Ada bahasa lisan dan ada bahasa tulisan ( dengan bermacam-macam ragamnya seperti bahasa sastra, bahasa ilmiah ), dan ada pula bahasa tubuh. Makna bahasa lisan tergantung dari bunyi-bunyi, suara-suara yang dikeluarkan dari mulut manusia. Makna bahasa tulisan tergantung dari susunan simbol-simbol. Dan makna bahasa tubuh tergantung dari gerak-gerik atau mimic-mimik tubuh.

7. Kesenian

Melalui karya-karya seni, seperti seni sastra, musik, tari, lukis dan drama, manusia mengekspresikan ide-ide, nilai-nilai, cita-cita, serta perasaan-perasaannya. Dalam hal ini kaya-karya seni mengungkapkan makna-makna hakiki yang hanya dapat ditangkap dengan kepekaan perasaan estesis yang tinggi. 2.2.3 Aspek Sosial Budaya Yang Mempengaruhi Kesehatan

Banyak sekali pengaruh atau faktor-faktor yang menyebabkan berbagai aspek kesehatan dinegara kita, bukan hanya karena pelayanan medik yang tidak memadai atau kurangnya perhatian dari instansi kesehatan. Tetapi banyak yang mempengaruhi kesehatan di Indonesia, antara lain masih adanya pengaruh sosial budaya yang turun temurun masih di anut sampai sekarang (Syafrudin, 2007).


(34)

Selain itu ditemukan pula sejumlah pengetahuan dan perilaku budaya yang dinilai tidak sesuai dengan prinsip kesehatan menurut ilmu kedokteran atau bahkan memberikan dampak kesehatan yang kurang menguntungkan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan di tinjau dari aspek sosial budaya.

1. faktor sosial ekonomi meliputi pekerjaan, pendapatan dan kondisi perumahan.

2. Faktor pendidikan. Rendahnya pendidikan dan pengetahuan berpengaruh pada tingkat kesadaran dan kesehatan, pencegahan penyakit.

3. Perilaku hidup tidak sehat seperti makan tidak cuci tangan, perokok, pecandu alkohol dsb.

4. Faktor perilaku yang bersifat budaya. Tradisi yang ada dimasyarakat seperti pandangan budaya mengenai hipertensi, kesakitan dan kematian di tiap-tiap daerah berbeda-beda sesuai kepercayaan dan adat istiadat yang berlaku.

2.2.4 Persepsi Budaya dan Makanan

Dalam catatan antropologi peradaban manusia dibedakan berdasarkan mata pencaharian masyarakat. Pola mengkonsumsi manusia pada masa itu dengan makan makanan hasil ramuan bahan tumbuhan yang dikumpulkan dari hutan atau memakan hasil hutan (hewan atau tumbuhan) yang diburu dan kemudian dibakar.

Setelah berevolusi mata pencaharian manusia sudah bukan lagi berburu dan meramu, melainkan sudah bercocok tanam. Setiap masyarakat memiliki persepsi yang berbeda mengenai benda yang dikonsumsi. Perbedaan persepsi ini, sangat dipengaruhi oleh nilai dan budaya yang berlaku dimasyarakat.


(35)

Pola makan masyarakat modern cenderung mengkonsumsi makanan cepat saji (fast food). Hal ini mereka lakukan karena tingginya jam kerja atau tingginya kompetensi hidup yang membutuhkan kerja keras. Padahal dibalik pola makan tersebut, misalnya hasil olahan siap santap, memiliki kandungan garam yang sangat tinggi dan lemak.

2.2.5 Konsep Masyarakat

Manusia adalah makhluk sosial yang dalam kehidupannya tidak bisa hidup sendiri sehingga membentuk kesatuan hidup yang dinamakan masyarakat (Notoatmodjo, 2010)

Menurut R. Linton yang merupakan seorang ahli Anrtopologi mengemukakan bahwa : Masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama sehingga mereka ini dapat mengorganisasi dalam kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu(Syafrudin,2009).

1. Masyarakat Desa

Masyarakat desa adalah sekelompok orang hidup bersama dan bekerja sama yang erat tahan lama dengan sifat-sifat yang hampir sama(Homogen) di suatu daerah tertentu dengan bermata pencaharian dari sektor agraris.

Adapun cirri-ciri antara lain:

a. Masyarakat desa di antara warganya mempunyai hubungan yang lebih mendalam dan erat.

b. Sistem kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan c. Sebagian besar warga masyarakat desa hidup dari pertanian


(36)

d. Masyarakat tersebut homogeny seperti dalam mata pencaharian,agama,adat istiadat,dsb.

2. Masyarakat Kota

Masyarakat kota adalah suatu himpunan penduduk masalah tidak agraris yang bertempat tinggal di dalam dan disekitar suatu kegiatan ekonomi, pemerintah, kesenian, ilmu pengetahuan,dsb. Pengertian masyarakat kota lebih ditekankan pada sifat-sifat kehidupannya serta ciri-ciri kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat pedesaan.

Ciri-ciri Masyarakat Kota

a. Kehidupan keagaman berkurang bila dibandingkan dengan masyarakat desa. b. Orang kota pada umumnya dapat mengurus diri sendiri.

c. Pembagian kerja warga kota tegas dan batas-batasnya nyata. d. Kemungkina untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak. e. Jalan pikiran rasional.

f. Jalan kehidupan cepat mengakibatkan pentingnya faktor waktu. g. Perubahan faktor-faktor sosial tampak dengan nyata.

3. Masyarakat pinggiran

Masyarakat yang tinggalnya di daerah-daerah pinggirankota yang kehidupannya selalu diwarnai dengan kegelisahan dan kemiskinan dan mencari nafkahnya dengan cara menjadi pemulung.

2.3 Hipertensi

2.3.1 Definisi Hipertensi

Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah salah satu jenis penyakit pembunuh paling terbesar di dunia saat ini. Usia merupakan salah satu


(37)

faktor risiko hipertensi. Lebih banyak dijumpai bahwa penderita penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi pada usia senja (Fauzi, 2014)

Hipertensi atau darah tinggi sangat bervariasi bergantung bagaimana seseorang memandangnya. Secara umum hipertensi adalah kondisi tekanan darah seseorang yang berada di atas batas-batas tekanan darah normal. Hipertensi disebut juga pembunuh gelap atau silent killer. Hipertensi dengan secara tiba-tiba dapat mematikan seseorang tanpa diketahui gejalanya terlebih dahulu (Susilo, 2011).

Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang member gejala yang akan berlanjut ke suatu organ target seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan hipertropi ventrikel kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak yang berupa stroke, hipertensi menjadi penyebab utama stroke yang membawa kematian tinggi (Bustan,2007).

Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg. Hipertensi diklasifikasikan atas hipertensi primer (esensial) (90-95%) dan hipertensi sekunder (5-10%). Dikatakan hipertensi primer bila tidak ditemukan penyebab dari peningkatan tekanan darah tersebut, sedangkan hipertensi sekunder disebabkan oleh penyakit/keadaan seperti feokromositoma, hiperaldosteronisme primer (sindroma Conn), sindroma Cushing, penyakit parenkim ginjal dan renovaskuler, serta akibat obat (Bakri, 2008).

Nilai normal tekanan darah seseorang dengan ukuran tinggi badan, berat badan, tingkat aktifitas normal dan kesehatan secara umum adalah 120/80 mmHG. Dalam aktivitas sehari-hari, tekanan darah normalnya adalah dengan nilai angka


(38)

kisaran stabil. Tetapi secara umum, angka pemeriksan tekanan darah menurun saat tidur dan meningkat diwaktu beraktifitas atau berolahraga (Susilo, 2014).

Angka 120 menunjukkan tekanan pada pembuluh arteri ketika jantung berkontraksi. Disebut dengan tekanan sistolik. Angka 80 menunjukkan tekanan ketika jantung sedang berelaksasi. Disebut dengan tekanan diastolik. Sikap yang paling baik untuk mengukur tekanan darah adalah dalam keadaan duduk atau berbaring (Fauzi,2014).

Seseorang divonis hipertensi bila tekanan darahnya jauh melebihi batas normal. Batas normal tersebut 120/80 mmHg yang berarti tekanan sistolik 120 mmHg dan tekanan diastolik 80 mmHg. Hipertensi ada banyak macamnya sesuai dengan kondisi tekanan masing-masing penderitanya. Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan oleh dokter atau petugas kesehatan di laboratorium kesehatan. Saat mengukur tekanan darah seharusnya pasien untuk duduk istirahat selama lebih kurang 5 menit agar tidak terjadi kekeliruan membaca data saat pengukuran (Susilo, 2011).

2.3.2 Klasifikasi Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibedakan menjadi dua golongan yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer atau hipertensi esensial adalah suatu kondisi di mana terjadinya tekanan darah tinggi sebagai akibat dampak dari gaya hidup seseorang dan faktor lingkungan. Seseorang yang pola makannya tidak terkontrol dan mengakibatkan kelebihan berat badan atu bahkan obesitas, merupakan pencetus awal untuk terkena penyakit tekanan darah tinggi (Fauzi, 2014).


(39)

Hipertensi sekunder atau hipertensi renal merupakan suatu kondisi dimana terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi sebagai akibat seseorang mengalami/menderita penyakit lainnya seperti gagal jantung, gagal ginjal, atau kerusakan system hormone tubuh. Sedangkan pada ibu hamil, tekanan darah secara umum meningkat saat kehamilan berusia 20 mingu. Terutama pada wanita yang berat badannya di atas normal atau gemuk (Fauzi, 2014)

Berdasarkan bentuknya, hipertensi dibedakan menjadi tiga golongan yaitu hipertensi sistolik, hipertensi diastolik, dan hipertensi campuran. Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension) merupakan peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan diastolik dan umumnya ditemukan pada usia lanjut. Tekanan sistolik berkaitan dengan tingginya tekanan pada arteri apabila jantung berkontraksi (denyut jantung). Tekanan sistolik merupakan tekanan maksimum dalam arteri dan tercermin pada hasil pembacaan tekanan darah sebagai tekanan atas yang nilainya lebih besar.

Hipertensi diastolik (diastolic hypertension) merupakan peningkatan tekanan diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik, biasanya ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda. Hipertensi diastolik terjadi apabila pembuluh darah kecil menyempit secara tidak normal, sehingga memperbesar tahanan terhadap aliran darah yang melaluinya dan meningkatkan tekanan diastoliknya. Tekanan darah diastolik berkaitan dengan tekanan arteri bila jantung berada dalam keadaan relaksasi di antara dua denyutan. Hipertensi campuran merupakan peningkatan pada tekanan sistolik dan diastolik.

Klasifikasi hipertensi menurut gejala dibedakan menjadi dua yaitu hipertensi benigna dan hipertensi maligna. Hipertensi benigna merupakan keadaan


(40)

hipertensi yang tidak menimbulkan gejala-gejala, biasanya ditemukan saat penderita cek up. Hipertensi maligna merupakan keadaan hipertensi yang membahayakan biasanya disertai keadaan kegawatan sebagai akibat komplikasi pada organ-organ seperti otak, jantung dan ginjal.

2.3.3 Jenis Hipertensi

Hipertensi ada dua jenis, yaitu hipertensi utama (primary hypertension) dan hipertensi sekunder (Secondary hypertension). Hipertensi utama adalah suatu kondisi yang jauh lebih sering dan meliputi 95% dari hipertensi. Penyebab dari hipertensi utama adalah berbagai faktor yang memiliki efek-efek kombinasinyasehingga menyebabkan hipertensi. Pada hipertensi sekunder yang meliputi 5 % dari hipertensi disebabkan oleh suatu kelainan spesifik pada salah satu organ atau system tubuh (Susilo, 2011).

Seperti disebutkan sebelumnya hipertensi, 5% dari orang-orang dengan hipertensi memunyai apa yang disebut hipertensi sekunder. Hipertensi pada individu-individu ini disebabkan oleh suatu kelainan spesifik dari suatu organ tertentu atau pembuluh darah seperti ginjal, kelenjar adrenal, atau pembuluh darah aorta. Penyakit-penyakit ginjal dapat menyebabkan hipertensi sekunder. Tipe dari hipertensi sekunder ini disebut hipertensi ginjal atau hipertensi renal karena adanya suatu persoalan didalam ginjal (Susilo, 2011).

2.3.4 Gejala Hipertensi

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala yang khusus. Meskipun secara tidak sengaja, beberapa gejala yang bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan hipertensi. Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung (mimisan), migren, atau sakit kepala sebelah,


(41)

wajah kemerahan, mata berkunang-kunang, sakit tengkuk, dan kelelahan (Susilo, 2011).

Gejala-gejala tersebut bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal. Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak napas, gelisah, pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung, dan ginjal (Susilo, 2011).

Perjalanan penyakit hipertensi sangat perlahan. Penderita hipertensi mungkin tidak menunjukkan gejala selama bertahun – tahun. Masa laten ini menyelubungi perkembangan penyakit sampai terjadi kerusakan organ yang bermakna. Bila terdapat gejala biasanya bersifat tidak spesifik, misalnya sakit kepala atau pusing. Gejala lain yang sering ditemukan adalah epistaksis, mudah marah, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk, sukar tidur, dan mata berkunang-kunang. Apabila hipertensi tidak diketahui dan tidak dirawat dapat mengakibatkan kematian karena payah jantung, infark miokardium, stroke atau gagal ginjal. Namun deteksi dini dan parawatan hipertensi dapat menurunkan jumlah morbiditas dan mortalitas (Julius, 2008).

Hipertensi dapat diketahui dengan mengukur tekanan darah secara teratur. Penderita hipertensi, apabila tidak ditangani dengan baik, akan mempunyai resiko besar untuk meninggal karena komplikasi kardiovaskular seperti stroke, serangan jantung, gagal jantung, dan gagal ginjal (Fauzi, 2014).

Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala sampai bertahun-tahun. Gejala bila ada menunjukan adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh


(42)

pembuluh darah bersangkutan. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan azetoma [peningkatan nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin]. Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien yang bermanifestasi sebagai paralisis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan (Wijayakusuma,2000). Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala, keluaran darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain-lain (Wiryowidagdo,2002).

2.3.5 Faktor-faktor Risiko Hipertensi

1. Faktor Risiko yang Tidak Dapat Dikontrol a). Usia

Kepekaan terhadap hipertensi akan meningkat seiring dengan bertambahnya umur seseorang. Individu yang berumur di atas 60 tahun, 50-60% mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal itu merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang bertambah usianya. Bukan berarti kita harus takut dengan bertambahnya usia. Proses menua adalah hal alami yang tidak bisa kita hindari. Namun, menjadi tua dengan tetap sehat adalah hal yang bisa kita usahakan sejak dini (Susilo, 2011).

b). Jenis kelamin

Jenis kelamin mempunyai pengaruh penting dalam regulasi tekanan darah. Sejumlah fakta menyatakan hormon sex mempengaruhi sistem renin angiotensin. Secara umum tekanan darah pada laki – laki lebih tinggi daripada perempuan.


(43)

Pada perempuan risiko hipertensi akan meningkat setelah masa menopause yang mununjukkan adanya pengaruh hormon (Julius, 2008).

Setiap jenis kelamin memiliki stuktur organ dan hormone yang berbeda. Demikian juga pada perempuan dan laki. Berkaitan dengan hipertensi, laki-laki mempunyai risiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi lebih awal. Laki-laki juga mempunyai risiko lebih besar terhadap morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler. Sedangkan pada perempuan biasanya lebih rentan terhadap hipertensi ketika mereka sudah berumur di atas 50 tahun (Susilo, 2011).

c). Riwayat keluarga

Perjalanan penyakit hipertensi sangat perlahan. Penderita hipertensi mungkin tidak menunjukkan gejala selama bertahun – tahun. Masa laten ini menyelubungi perkembangan penyakit sampai terjadi kerusakan organ yang bermakna. Bila terdapat gejala biasanya bersifat tidak spesifik, misalnya sakit kepala atau pusing. Gejala lain yang sering ditemukan adalah epistaksis, mudah marah, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk, sukar tidur, dan mata berkunang-kunang. Apabila hipertensi tidak diketahui dan tidak dirawat dapat mengakibatkan kematian karena payah jantung, infark miokardium, stroke atau gagal ginjal. Namun deteksi dini dan parawatan hipertensi dapat menurunkan jumlah morbiditas dan mortalitas (Julius, 2008).

Individu dengan riwayat keluarga memiliki penyakit tidak menular lebih sering menderita penyakit yang sama. Jika ada riwayat keluarga dekat yang memiliki faktor keturunan hipertensi, akan mempertinggi risiko terkena hipertensi pada keturunannya. Keluarga dengan riwayat hipertensi akan meningkatkan risiko hipertensi sebesar empat kali lipat. Data statistik membuktikan jika seseorang


(44)

memiliki riwayat salah satu orang tuanya menderita penyakit tidak menular, maka dimungkinkan sepanjang hidup keturunannya memiliki peluang 25% terserang penyakit tersebut. Jika kedua orang tua memiliki penyakit tidak menular maka kemungkinan mendapatkan penyakit tersebut sebesar 60%.

2. Faktor Risiko yang Dapat Dikontrol a). Konsumsi garam

Hipertensi memang bisa dipicu oleh kelebihan asupan garam didalam tubuh tertutama yang berasal dari makanan-makanan gurih dan makanan cepat saji. Namun demikian kekurangan garam juga tidak baik bagi kesehatan. Oleh karena itu, kita tetap harus mengkonsumsi garam dalam jumlah cukup sesuai dengan keperluan (Susilo, 2011).

b). Obesitas

Kegemukan (Obesitas) juga merupakan salah satu faktor yang menyeabkan timbulnya berbagai macam penyakit bera, salah satunya hipertensi. Penelitian epidemiologi menyebutkan adanya hubungan antara berat badan dengan tekanan darah baik pada pasien hipertensi maupun normotensi. Pada populasi yang tidak ada peningkatan berat badan seiring umur, tidak dijumpai peningkatan tekanan darah sesuai peningkatan umur. Yang sangat mempengaruhi tekanan darah adalah kegemukan pada tubuh bagian atas dengan peningkatan jumlah lemak pada bagian perut atau kegemukan terpusat (Susilo, 2011).

Dari data observasional WHO tahun 1996, regresi multivariat dari tekanan darah menunjukkan sebuah peningkatan 2-3 mmHg tekanan darah sistolik dan 1-3 mmHg tekanan darah diastolik pada setiap 10 kg kenaikan berat badan. Mereka


(45)

yang memiliki lemak yang bertumpuk didaerah sekitar pinggang dan perut lebih mudah terkena tekanan darah tinggi bila dibandingkan dengan mereka yang memiliki kelebihan lemak dipanggul dan paha.

c). Konsumsi Rokok

Penelitian terbaru menyatakan bahwa merokok menjadi salah satu faktor risiko hipertensi yang dapat di modifikasi. Merokok merupakan faktor risiko yang potensial untuk ditiadakan dalam upaya melwan arus peningkatan hipertensi khususnya dan penyakit kardiovaskuler secara umum di Indonesia (Susilo,2011) d). Konsumsi Alkohol

Alkohol juga sering dihubungkan dengan hipertensi. Orang yang minum alkohol terlalu sering atau terlalu banyak memiliki tekanan darah yang lebih tinggi daripada individu yang tidak minum atau minum sedikit.

Menurut Hendra Budiman dari FK-UNIKA Atmajaya, pada penelitian epidemiologi dengan pendekatan cross sectional rata-rata tekanan darah meningkat bila intake alkohol diatas tiga gelas per hari. Pada penderita hipertensi yang konsumsi alkoholnya tinggi, tekanan darah akan menurun dengan menurunnya konsumsi alkohol.

e). Stres

Stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatetik. Adapun stress ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal. Stress tidak hanya memicu timbulnya hipertensi, tetapi juga banyak penyakit fisik berat lainnya yang disebabkan oleh stress (Susilo, 2011).


(46)

Meskipun tekanan darah meningkat secara tajam, ketika berolah raga secara teratur anda akan lebih sehat dan memiliki tekanan darah yang lebih rendah daripada mereka yang tidak melakukan olah raga. Hal ini sebagian disebabkan karena mereka yang berolah raga makan secara lebih sehat, tidak merokok, dan tidak minum banyak alkohol, meskipun olah raga juga tampaknya memiliki pengaruh langsung terhadap menurunnya tekanan darah . Sebaiknya melakukan olah raga yang teratur dengan jumlah yang sedang daripada melakukan olah raga berat tetapi hanya sesekali.

Dengan melakukan gerakan yang tepat selama 30-45 menit atau lebih dari 3-4 hari perminggu dapat menurunkan tekanan darah sebanyak 10 mm Hg pada bacaan sistolik maupun diastolik. Selain dapat menurunkan tekanan darah,olah raga juga dapat menurunkan berat badan,membakar lebih banyak lemak dalam darah dan memperkuat otot.

2.3.6 Pencegahan

Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil tindakan pencegahan yang baik (stop High Blood Pressure), antara lain menurut (Crea, 2008), dengan cara sebagai berikut:

1). Mengurangi konsumsi garam.

Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal 2 g garam dapur untuk diet setiap hari.

2). Menghindari kegemukan (obesitas).

Hindarkan kegemukan (obesitas) dengan menjaga berat badan (b.b) normal atau tidak berlebihan. Batasan kegemukan adalah jika berat badan lebih 10% dari berat badan normal.


(47)

3). Membatasi konsumsi lemak.

Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol darah tidak terlalu tinggi. Kadar kolesterol darah yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya endapan kolesterol dalam dinding pembuluh darah. Lama kelamaan, jika endapan kolesterol bertambah akan menyumbat pembuluh nadi dan menggangu peredaran darah. Dengan demikian, akan memperberat kerja jantung dan secara tidak langsung memperparah hipertensi.

4). Olahraga teratur.

Menurut penelitian, olahraga secara teratur dapat meyerap atau menghilangkan endapan kolesterol dan pembuluh nadi. Olahraga yang dimaksud adalah latihan menggerakkan semua sendi dan otot tubuh (latihan isotonik atau dinamik), seperti gerak jalan, berenang, naik sepeda. Tidak dianjurkan melakukan olahraga yang menegangkan seperti tinju, gulat, atau angkat besi, karena latihan yang berat bahkan dapat menimbulkan hipertensi.

5). Makan banyak buah dan sayuran segar.

Buah dan sayuran segar mengandung banyak vitamin dan mineral. Buah yang banyak mengandung mineral kalium dapat membantu menurunkan tekanan darah. 6). Tidak merokok dan minum alkohol.

7). Latihan relaksasi atau meditasi.

Relaksasi atau meditasi berguna untuk mengurangi stress atau ketegangan jiwa. Relaksasi dilaksanakan dengan mengencangkan dan mengendorkan otot tubuh sambil membayangkan sesuatu yang damai, indah, dan menyenangkan. Relaksasi dapat pula dilakukan dengan mendengarkan musik, atau bernyanyi. 8). Berusaha membina hidup yang positif.


(48)

Dalam kehidupan dunia modern yang penuh dengan persaingan, tuntutan atau tantangan yang menumpuk menjadi tekanan atau beban stress (ketegangan) bagi setiap orang. Jika tekanan stress terlampau besar sehingga melampaui daya tahan individu, akan menimbulkan sakit kepala, suka marah, tidak bisa tidur, ataupun timbul hipertensi. Agar terhindar dari efek negative tersebut, orang harus berusaha membina hidup yang positif. Beberapa cara untuk membina hidup yang positif adalah sebagai berikut:

a. Mengeluarkan isi hati dan memecahkan masalah

b. Membuat jadwal kerja, menyediakan waktu istirahat atau waktu untuk kegiatan santai.

c. Menyelesaikan satu tugas pada satu saat saja, biarkan orang lain menyelesaikan bagiannya.

d. Sekali-sekali mengalah, belajar berdamai. e. Cobalah menolong orang lain.

f. Menghilangkan perasaan iri dan dengki. 2.4 Perilaku

2.4.1 Batasan Perilaku

Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berprilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing.. sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia, pada hakekatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang


(49)

sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya (Notoadmodjo,2010).

Skiner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organism, dan kemudian organism tersebut merespons, maka teori Skiner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus Organisme Respons (Notoadmodjo,2010). 2.1.2 Domain Perilaku

Dalam perkembangan selanjutnya, berdasarkan pembagian domain oleh Bloom ini, dan untuk kepentingan pendidikan praktis, dikembangkan menjadi 3 tingkat ranah perilaku sebagai berikut :

1. Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda secara garis besarnya di bagi dalam 6 tingkat pengetahuan yaitu :

a. Tahu (know)

Tahu di artikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.


(50)

Memahani suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan/atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.

2. Sikap (Attitude)

Sikap adalah juga respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang


(51)

bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya (Notoatmodjo,2010)

2.1.3 Perilaku Kesehatan

Berdasarkan batasan perilaku dari Skiner tersebut, maka perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulis atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman serta lingkungan. Seorang ahli lain Becker ( 1979) dalam Notoadmodjo (2010) membuat klasifikasi tentang perilaku kesehatan yang terdiri dari:

1. Perilaku Hidup Sehat

Perilaku hidup sehat adalah perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Perilaku ini mencakup antara lain :

a). Makan dengan menu seimbang (appropriate diet). Menu seimbang disini dalam arti kualitas (mengandung zat-zat gizi yang diperlukan tubuh), dan kuantitas dalam arti jumlahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh (tidak kurang, tetapi juga tidak lebih). Secara kualitas mungkin di Indonesia dikenal dengan ungkapan empat sehat lima sempurna.

b). Olahraga teratur, juga mencakup kualitas (gerakan), dan kuantitas dalam arti frekuensi dan waktu yang digunakan untuk olahraga. Dengan sendirinya kedua aspek ini akan tergantung dari usia, dn status kesehatan yang bersangkutan.

c). Tidak merokok. Merokok adalah kebiasaan jelek yang mengakibatkan berbagai macam penyakit. Ironisnya kebiasaan merokok ini, khususnya


(52)

di Indonesia, seolah-olah sudah membudaya. Hampir 50% penduduk Indonesia usia dewasa merokok. Bahkan dari hasil suatu penelitian, sekitar 15% remaja kita telah merokok. Inilah tantangan pendidikan kesehatan kita.

d). Tidak minum-minuman keras dan narkoba. Kebiasaan minum miras dan mengkonsumsi narkoba (narkotik dan bahan-bahan berbahaya lainya) juga cenderung meningkat. Sekitar 1% penduduk Indonesia dewasa diperkirakan sudah mempunyai kebiasaan minum miras ini.

e). Mengendalikan stress. Stress akan terjadi pada siapa saja, dan akibatnya bermacam-macam bagi kesehatan. Stress tidak dapat dihindari, yang penting dijaga agar strestidak menyebabkan gangguan kesehatan, jika harus dapat mengendalikan atau mengelola stress dengan kegiatan-kegiatan yang positif.

f). Istirahat yang cukup. Dengan meningkatna kebutuhan hidup akibat tuntutan untuk penyesuaian dengan lingkungan modern, mengharuskan orang untuk bekerja keras dan berlebihan, sehingga waktu istirahat berkurang. Hal ini juga dapat membahayakan kesehatan.

g). Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan misalnya : tidak berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks, penyesuaian diri kita dengan lingkungan, dan sebagainya.

2. Perilaku sakit (illness behaviour)

Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang : penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit, dan sebagainya.


(53)

3.Perilaku peran sakit (the sick role behaviour)

Dari segi sosiologi, orang sakit (pasien) mempunyai peran yang mencakup hak-hak orang sakit (right) dan kewajiban sebagai orang sakit (obligation). Hak dan kewajiban ini harus diketahui oleh orang sakit sendiri maupun orang lain ( terutama keluarganya), yang selanjutnya disebut perilaku peran orang sakit ( the sick role).

2.5 Landasan Teori

1. 1. Teori Lawrence Green

Berawal dari analisi penyebab masalah kesehatan, Green membedakan adanya dua determinan masalah kesehatan tersebut, yakni behavioral factors (faktor perilaku), dan non behavioral factors atau faktor non-perilaku. Selanjutnya Green menganalisis, bahwa faktor perilaku sendiri di tentukan oleh 3 faktor utama, yaitu :

a). Faktor-faktor predisposisi (pre disposing factors), yaitu faktor-faktor yang mempermudah ayau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dan sebagainya.

b). Faktor-faktor pemungkin (enabling factors), adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan, misalnya Puskesmas, Posyandu, Rumah Sakit, tempat pembuangan air, tempat pembuangan sampah, tempat olahraga, makanan bergizi, uang dan sebagainya.


(54)

c). Faktor-faktor Penguat (reinforcing factors), adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Kadang-kadang, meskipun seorang tahu dan mampu untuk berprilau sehat, tetapi tidak melakukannya.

2.6 Kerangka Pikir

Berdasarkan kerangka pikir di atas, dapat dilihat bahwa dari Umur, Jenis Kelamin, Pekerjaan, Pengetahuan, Sikap dan Kebiasaan merupakan gambaran terhadap kejadian hipertensi.

KejadianHipertensi Karakteristik

 Usia

 Jenis Kelamin

 Pekerjaan

 Riwayat

 Lama Menderita Pengetahuan Sikap


(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang dimaksudkan untuk memperoleh informasi dan memahami fenomena yang di alami oleh subjek penelitian secara holistik mengenai karakteristik dan sosial budaya pada masyarakat terhadap kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat secara mendalam dan komprenhensif.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada Bulan November sampai dengan Bulan Januari 2015.

3.3 Informan

Informan pada penelitian ini adalah penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat. Informan dalam penelitian ini berdasarkan azas kesesuaian dan kecukupan apabila tidak terdapat variasi terhadap jawaban maka peneliti tidak akan melanjutkan penelitian dengan informan lain.


(56)

3.3 Metode Pengumpulan Data 3.3.1 Metode Wawancara

Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data, dimana penelitian mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (Notoatmodjo, 2010).

Data primer diperoleh melalui wawancara mendalam (indepth interview) dan tidak terstruktur kepada subjek penelitian dengan pedoman yang telah dibuat.. Data sekunder diperoleh melalui administrasi Puskesmas Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat.

3.4 Definisi Istilah

1. Usia adalah lama hidup responden dari sejak lahir sampai tahun terakhir 2. Jenis Kelamin adalah pensifatan atau pembagian dua jenis kelamin

manusia yang ditentukan secara biologis, bersifat permanen (tidak dapat ditukar antara laki-laki dan perempuan), dibawa sejak lahir dan merupakan pemberian tuhan sebagai seorang laki-laki atau perempuan.

3. Pekerjaan adalah suatu kegiatan atau aktivitas utama yang dilakukan dan digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang.

4. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang hadir dan terwujud dalam jiwa dan pikiran seseorang dikarenakan adanya reaksi.

5. Sikap adalah Perasaan, pikiran dan kecenderungan seseorang yang kurang bersifat permanen mengenal aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya.


(57)

6. Sosial Budaya adalah segala hal yang dicipta oleh manusia dengan pemikiran dan budi nuraninya untuk dan atau dalam kehidupan bermasyarakat.

3.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data hasil wawancara mendalam diolah dengan pengolahan data kualitatif dan dianalisis dengan menggunakan analisis domain yaitu dengan menjelaskan secara mendalam berdasarkan jawaban dan keterangan informan. Dan kemudian jawaban yang diperoleh dari informan akan di narasikan. Analisis data ini disajikan dalam bentuk matriks.


(58)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Geografis dan Demografi

Kecamatan Sawit Seberang merupakan salah satu Kecamatan dari 23 Kecamatan yang ada di Kabupaten Langkat yang berjarak 30 KM ke kantor

Bupati Kabupaten Langkat dengan luas wilayah 209.10 KM2, dengan batas wilayah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara : Kecamatan Sei Lepan

2. Sebelah Selatan : Kecamatan Batang Serangan 3. Sebelah Timur : Kecamatan Padang Tualang 4. Sebelah Barat : Kecamatan Babalan

Puskesmas Sawit Seberang wilayah kerjanya adalah wilayah kecamatan Sawit Seberang yang pada mulanya terdiri dari 5 desa dan pada tahun 1974 pemekaran menjadi 7 desa yakni Kelurahan Sawit Seberang, Desa Mekar Sawit, desa Sei Tasik Litur, desa Alur Gadung, desa Alur Melati, desa Simpang Tiga, desa Sawit Hulu.

4.1.2 Situasi Upaya Kesehatan

1. Program Pokok Puskesmas Sawit Seberang

Program pokok kegiatan Puskesmas Kecamatan Sawit Seberang berguna untuk meningkatkan derajat kesehatan kerja puskesmas Kecamatan Sawit Seberang adapun program pokok kegiatan Puskesmas Kecamatan Sawit Seberang


(59)

1. Upaya Promkes 2. Upaya Kesling 3. Upaya KB

4. Upaya Perbaikan Gizi Msyarakat 5. Upaya Pencegahan dan P2M

6. Upaya Kuratif dan di lengkapi kegiatan penunjang 4.1.3 Situasi Sumber Daya Kesehatan

Gambaran mengenai sumber daya kesehatan dikelompokkan menjadi sarana kesehatan, Tenaga Kesehatan, dan Pra Sarana Kesehatan Puskesmas Sawit Seberang.

1. Sarana Kesehatan

Puskesmas dalam perkembangannya dari tahun ketahun di upayakan terus untuk meningkatkan kualitas agar tingkat kepercayaan masyarakat semakin meningkat untuk datang berobat. Sampai dengan saat ini Puskesmas Sawit Seberang terdiri dari 1 unit Puskesmas induk dan di bantu dengan 5 unit Puskesmas Pembantu, yakni:

a. Puskesmas Pembantu Sawit Seberang b. Puskesmas Pembantu Mekar Sawit c. Puskesmas Pembantu Sei Tasik Litur d. Puskesmas Pembantu Alur Gadung, dan

7 Unit Poskesdes, yakni:


(60)

b. Poskesdes Sawit Hulu c. Poskesdes Sei Litur Tasik d. Poskesdes Alur Melati e. Poskesdes Simpang Tiga f. Poskesdes Alur gadung g. Poskesdes Mekar Sawit 2. Tenaga Kesehatan

a. Dokter Umum : 3 Orang b. Dokter Gigi : 1 Orang

c. Perawat : 6 Orang

d. Bidan : 9 Orang

e. Bidan Desa : 7 Orang

f. Asisten Apoteker : 1 Orang g. Kesmas (S-1) : 3 Orang h. Sanitarian : 2 Orang i. Tenaga Gizi : 1 Orang j. Analis Lab : 1 Orang 3. Sarana dan Pra Sarana

a. Kendaraan Roda empat : 0 Unit b. Kendaraan Roda Dua : 4 Unit


(61)

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Informan di Wilayah Kerja Puskesmas Sawit Seberang Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat.

Nama Keterangan Informan

Umur Jenis Kelamin

Pekerjaan Lama Menderita

Riwayat Keluarg a

Alamat

Lasimin I 60 Pria Pensiunan

BUMN

8 tahun Tidak ada Kebun Sayur Siti Habibah Siregar

II 51 Wanita Ibu

Rumah Tangga

2 tahun Ada Pondok 13 Belakang pabrik

Yahmin III 50 Pria Karyawan

BUMN

3 tahun Tidak ada

Vak 18

Muliyadi IV 57 Pria Wiraswas

ta

5 tahun Tidak Diketah ui Pondok 13 Belakang Pabrik Sri Mulyani

V 48 Wanita PNS 2 tahun Tidak

Ada

Fraksion asi


(62)

Dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa umur informan berada di antara 48-60 tahun, untuk jenis kelamin terdapat 3 orang yang berjenis kelamin laki-laki dan 2 orang yang berjenis kelamin perempuan dari 5 informan. Kemudian pekerjaan informan terdapat 1 dari informan adalah pensiunan BUMN, 1 informan adalah ibu rumah tangga, 1 informan adalah Karyawan BUMN, 1 informan memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta dan I informan adalah Pegawai Negeri Sipil. Untuk lama menderita hipertensi terdapat 1 orang menderita hipertensi selama 8 tahun, terdapat 2 orang informan menderita hipertensi selama 2 tahun, terdapat 1 orang informan menderita hipertensi selama 3 tahun dan 1 orang informan menderita hipertensi selama 5 tahunsedangkan untuk riwayat keluarga menderita hipertensi terdapat 1 dari 5 orang yang memiliki riwayat hipertensi dan 3 orang tidak memiliki riwayat hipertensi dan 1 orang tidak tahu memiliki riwayat hipertensi.

4.2 Hasil Wawancara Informan Berdasarkan Variabel Penelitian 4.2.1 Pengetahuan Informan Tentang Penyakit Hipertensi

Matriks 4.1 Pengetahuan Informan Tentang Hipertensi

Informan Pernyataan

1 Iya tahu darah tinggi kan.

2 Darah tinggi lah kalau apa di tensi tuh wawak bisa sampe 180 /100 gitu, sakit kali kepala rasanya.

3 Ya sama aja sama darah tinggi itu lah.

4 Hipertensi itu kalo enggak salah ya darah tinggi juga.

5 Hipertensi itu tekanan darah tinggi, ibuk hampir 2 tahun juga tuh, dulu waktu tau nya ya pening kepala ibuk tensi kan lah. Lupa pula ibuk dulu tuh berapa tensi ibuk terakhir lah kemarin abis pesta tensi ibuk 160/90.


(63)

Dari matriks di atas dapat diketahui bahwa seluruh informan mengetahui hipertensi yaitu menyebutkan hipertensi sebagai penyakit darah tinggi.

Matriks 4.2 Pengetahuan Informan Tentang Penyebab Hipertensi

Informan Pernyataan

1 Penyebabnya kalau enggak salah ya dari makanan kayak kari karna bapak suka kali tu kari kambing mungkin karena suka makan itu makanya bapak darah tinggi.

2 Ya kalau wawak memang udah dari orang tua wawak bapak sama mamak wawak memang pada darah tinggi semua, sama pun mungkin karna wawak da kegemukan ya kan

3 Makanan lah yang pakai penyedap kan sekarang yang buat penyakit tu kan penyedap tu.

4 Suka makan asin lah itu, sama makanan yang banyak kolesterolnya kayak kari kambing sama sop sop daging tu kalau udah makannya terasa kali pusing kepala habis itu

5 Makanan yang enggak sehat, yang suka makan asin-asin sama berlemak, keturunan bisa juga penyebab darah tinggi kan.

Dari matriks di atas dapat diketahui bahwa seluruh informan mengetahui penyebab hipertensi yaitu dari makanan yang asin dan berlemak, kegemukan, riwayat keluarga.


(64)

Matriks 4.3 Pengetahuan Informan Tentang Gejala Hipertensi

Informan Pernyataan

1 Ini kepala itu pusing semua kayaknya muter-muter nanti tau tau ilang muter-muternya terus pundak leher belakang ini berat kali rasanya

2 Pening kali kepala, leher kayaknya tegang, lemas pun badan ya kalau udah kayak gitu udah jelas mau darah tinggi

3 Pusing tujuh keliling, mata berkunang-kunang udahlah mau nya tidur aja tapi tidur pun gak bisa bawaannya gelisah

4 Punuk ini sakit kali, kepala pun pusing mau ngapa-ngapain udah enggak enak tengok kanan kiri semua goyang

5 Aduh kalau gejalanya itu pusing lah kepala, terasa kali dibadan tuh lemas kali pundak ini berat ya kalau udah kayak gini paling langsung lah minta tensi.

Dari matriks di atas dapat diketahui bahwa seluruh informan mengetahui gejala-gejala hipertensi yaitu menyebutkan kepala pusing, badan lemas, mata berkunang-kunang, tengkuk leher terasa berat.


(1)

Pedoman Wawancara

Gambaran Karakteristik dan Sosial Budaya Terhadap Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Sawit Seberang

Kabupaten Langkat Tahun 2014

Pembukaan

Saya adalah mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat di Universitas Sumatera Utara yang sedang melakukan penelitian terhadap Kejadian Hipertensi. Mohon Bapak/Ibu untuk membagi pengalaman tentang kejadian Hipertensi, termasuk semua peristiwa pendapat, pikiran dan perasaan yang Bapak/Ibu alami dan saya sangat berterima kasih kepada Bapak/ibu.

Bapak/Ibu bisa ceritakan bagaimana perasaan Bapak/Ibu ketika pertama kali mengetahui menderita Hipertensi.

A. Identitas Informan

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Pendidikan Terakhir :

Pekerjaan :

Suku :

Tekanan Darah Saat Hipertensi : Tekanan Darah Saat ini : Lama Menderita Hipertensi : B. Pertanyaan selanjutnya

PENGETAHUAN


(2)

4. Apakah anda tahu tentang bahayanya hipertensi? Probing :

5. Apa saja makanan yang dianjurkan untuk penderita hipertensi? 6. Apakah anda tahu cara mencegah hipertensi ?

SIKAP

1. Bagaimana tanggapan anda tentang hipertensi pada umumnya terjadi pada usia lanjut?

2. Apa tanggapan anda tentang hipertensi pada umumnya lebih banyak terjadi pada laki-laki dari pada perempuan?

3. Bagaimana tanggapan anda tentang hipertensi terjadi pada orang yang berpendapatan/pekerjaan yang baik?

KEBIASAAN

1. Makanan apa saja yang selalu dikonsumsi setiap hari? Probing :

2. Bagaimana dengan kebiasaan anda dalam makan-makanan yang asin? Probing :

3. Bagaimana dengan kebiasaan dalam makanan yang bersantan dan berlemak ?

Probing :

4. Bagaimana dengan kebiasaan merokok dan alkohol ? Probing :

5. Bagaimana dengan kebiasaan anda dalam minum kopi ? Probing :

6. Bagaimana dengan kebiasaan anda dalam makan diluar rumah ? Probing :


(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Pernikahan Usia Muda di Kelurahan Sawit Seberang Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat

2 94 114

Analisis Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Puskesmas Sawit Seberang Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat

20 192 114

Solidaritas Kekerabatan Pada Masyarakat Jawa Perantauan (Studi Deskriptif Di Kelurahan Sawit Seberang, Kecamatan Sawit Seberang, Kabupaten Langkat)

20 108 98

Pengaruh Keberadaan PTPN II Kebun Sawit Seberang Terhadap Tingkat Pendapatan Masyarakat Setempat (Studi Kasus : Kec. Sawit Seberang Kab. Langkat).

0 23 84

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PERNIKAHAN USIA MUDA DI KELURAHAN SAWIT SEBERANG KECAMATAN SAWIT SEBERANG KABUPATEN LANGKAT

0 0 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik 2.1.1 Umur - Gambaran Karakteristik dan Sosial Budaya Masyarakat Terhadap Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Sawit Seberang Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat 2014

1 12 28

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Gambaran Karakteristik dan Sosial Budaya Masyarakat Terhadap Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Sawit Seberang Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat 2014

0 2 9

GAMBARAN KARAKTERISTIK DAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAWIT SEBERANG KECAMATAN SAWIT SEBERANG KABUPATEN LANGKAT

0 1 15

BAB I PENDAHULUAN - Analisis Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Puskesmas Sawit Seberang Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat

0 0 9

Analisis Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Puskesmas Sawit Seberang Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat

0 1 18