PENGARUH KEBERADAAN INDUSTRI ALKOHOL DI DESA BEKONANG KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO TERHADAP LINGKUNGAN, EKONOMI, DAN SOSIAL

(1)

PENGARUH KEBERAD KECAMATAN MOJO

LINGK

Diajukan Sebag P

PROGRAM STU JURUSAN

UNI

TUGAS AKHIR

ADAAN INDUSTRI ALKOHOL DI DESA BEK JOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO TER

KUNGAN, EKONOMI, DAN SOSIAL

bagai Syarat untuk Mencapai Jenjang Strata-1 Perencanaan Wilayah dan Kota

Disusun Oleh : YULIA PRATIWI

I 0607076

TUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA AN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

NIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2011

BEKONANG TERHADAP

1


(2)

MOTTO

Ya Allah muliakanlah aku dengan cahaya ilmu dan kecepatan pemahaman,

keluarkanlah aku dari kegelapan, keraguan, bukakanlah untukku pintu-pintu

rahmat-Mu, ajarilah aku rahasia-rahasia hikmah-Mu.

”Hadapi masalah sebagai bagian yang tak terelakkan dari hidup dan jika masalah

datang, tegakkan kepala. Tatap masalah langsung di matanya dan katakan, Saya

akan lebih besar dari kamu. Kamu tak bisa mengalahkan saya ” (Ann Landers )


(3)

PERSEMBAHAN

Tugas Akhir ini ku persembahkan kepada

Kedua Orangtua

Beno Suharjo, S. Pd dan Sri Sularni

“Terima kasih atas doa-doa yang sungguh mustajab. Terima kasih telah mengajarkan Lia banyak hal, tidak ada yang pernah menyayangi dan

mencintai Lia seperti kalian dan terima kasih untuk segalanya.”

My big sista and My twin sista

Septyana Galuh ASD, S.Ked & Ayudhia Pratiwi, S.SiT

”Yang selalu menyayangi, memotivasi dan mendukung Lia, selalu mengingatkan Lia untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini, terima kasih

untuk segalanya.”

Keluarga Besar Wiryosuwignyo dan Joyo Sukarto Temen-temen

Teman-teman Ku (Ipah, Nuyin, Woro, Ucicant, Citra) Makasih atas dukungan dan semangatnya, buat Indra yang telah membantu menjadi

tim dan Temen-temen seperjuangan PWK 2007 yang tidak dapat disebutkan satu per satu, Ayo selesaikan TA kalian dan buktikan kalau


(4)

(5)

commit to user

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Sasaran Penelitian 1. Tujuan dan Penelitian... 5

2. Sasaran Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis ... 6

2. Manfaat Aplikatif ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Lokasi ... 7

2. Ruang Lingkup Aspek ... 10


(6)

commit to user

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tentang Alkohol dan Industri

1. Pengertian Alkohol dan Gambaran Proses Pengolahan Alkohol ... 13

2. Pengertian Industri, Sentra ndustri dan Usaha Industri Alkohol ... 13

3. Klasifikasi Jenis-Jenis Kegiatan Industri ... 14

B. Pengaruh Lingkungan dalam Industri 1. Pencemaran Air ... 16

2. Pencemaran Tanah atau Daratan ... 22

3. Pencemaran Udara ... 22

C. Pengaruh Industri Terhadap Guna Lahan ... 23

D. Pengaruh Ekonomi dalam Industri 1. Tingkat Pendapatan ... 23

2. Tenaga Kerja ... 26

E. Pengaruh Sosial dan Budaya dalam Industri 1. Pengertian Perubahan Sosial ... 30

2. Ruang Lingkup Sosial ... 31

3. Perilaku Menyimpan dan Penyimpangan Sosial ... 31

4. Indikator Dampak Sosial Budaya ... 34

F. Kondisi Sosial Ekonomi dalam Industri... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 37

B. Pengumpulan Data 1. Variabel ... 38

2. Jenis dan Sumber Data ... 41

3. Teknik Pengumpulan Data ... 42

C. Vailiditas dan Reliabilitas ... 48

D. Populasi ... 48


(7)

commit to user

2. Teknik Pengambilan Sampel ... 49

F. Metode Analisis 1. Teknik Analisis ... 50

2. Jenis Analisis... 51

BAB IV TEMUAN LAPANGAN A. Gambaran Umum Desa Bekonang 1. Orientasi dan Letak Administratif Desa Bekonang ... 56

2. Kondisi Fisik Dasar Desa Bekonang ... 59

3. Penggunaan Lahan Desa Bekonang ... 61

4. Aksesibilitas Desa Bekonang a. Internal ... 61

b. Eksternal ... 62

5. Perumahan dan Permukiman ... 64

6. Kependudukan a. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 64

b. Komposisi Penduduk Menurut Umur ... 65

c. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 67

d. Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan ... 68

e. Komposisi Penduduk Menurut Agama ... 69

f. Kepadatan Penduduk Desa Bekonang Tahun 2000-2009 ... 69

g. Tingkat Kesejahteraan Penduduk Desa Bekonang ... 70

7. Sarana Desa Bekonang... 73

8. Prasarana Desa Bekonang ... 76

B. Potensi dan Kondisi Perekonomian Desa Bekonang 1. Penggalian Potensi dan Perekonomian Desa Bekonang ... 80

2. Sejarah Industri Alkohol Desa Bekonang ... 82

3. Klasifikasi Industri Alkohol ... 83

C. Tingkat Perkembangan Industri Alkohol ... 86


(8)

commit to user

F. Kondisi Lingkungan

1. Kondisi Air ... 91

2. Kondisi Tanah ... 93

3. Kondisi Udara ... 94

G. Ketenagakerjaan 1. Pengusaha/ Pemilik Usaha Alkohol a. UmurPengusaha Alkohol ... 94

b. Jenis Kelamin Pengusaha Alkohol ... 95

c. Tingkat Pendidikan Pengusaha Alkohol ... 95

d. Status Perkawinan Pengusaha Alkohol ... 95

e. Beban Tanggungan Keluarga Pengusaha Alkohol ... 96

2. Pekerja atau Buruh a. Umur Pekerja ... 97

b. Jenis Kelamin Pekerja ... 98

c. Tingkat Pendidikan Pekerja ... 98

d. Status Perkawinan Pekerja ... 99

e. Beban Tanggungan Keluarga Pekerja ... 100

f. Daerah Asal Pekerja ... 100

g. Lama Kerja Buruh ... 101

h. Sistem Upah ... 102

H. Kondisi Ekonomi Hasil Industri Alkohol 1. Bagi Pengusaha Alkohol a. Pendapatan Bersih ... 102

b. Tingkat Pengeluaran atau Konsumsi Pengusaha Alkohol ... 104

c. Kemampuan Menabung atau Tabungan Pengusaha Alkohol ... 104

2. Bagi Pekerja a. Pendapatan dan Pengeluaran Pekerja ... 105

b. Kemampuan Menabung Pekerja atau Buruh ... 106

I. Kondisi Sosial ... 106


(9)

commit to user

A. Analisis Tingkat Perkembangan Industri Alkohol ... 109

B. Analisis Klasifikasi Industri Alkohol Skala Kecil dan Besar ... 111

C. Analisis Instalasi Pembuangan Limbah (IPAL) ... 113

D. Analisis Pengaruh Industri Alkohol terhadap Lingkungan 1. Pengaruh Industri terhadap Lingkungan Keruangan(Spasial) a. Peruntukan Guna Lahan akibat adanya Industri Alkohol ... 118

b. Permukiman dan Jaringan Jalan ... 121

2. Pengaruh Industri terhadap Lingkungan Non Keruangan a. Analisis Limbah yang dihasilkan dari Proses Produksi ... 124

b. Pengaruh terhadap Air ... 128

c. Pengaruh terhadap Tanah ... 137

d. Pengaruh terhadap Udara ... 140

E. Analisis Pengaruh Industri Alkohol terhadap Ekonomi 1. Keterkaitan Industri ... 140

2. Analisis Pekerjaan Sampingan dan Utama Pengusaha Alkohol ... 142

3. Analisis Perbandingan Keuntungan Produksi Alkohol 30 % dan 90... 143

4. Kontribusi pendapatan bersih Pengusaha Alkohol terhadap Konsumsi Kemampuan Menabung, Kondisi Perumahan, Kepemilikan kendaraan pribadi dan tingkat pendidikan anak ... 144

5. Pendapatan, Konsumsi dan Kemampuan Menabung Pekerja Sebelum dan Sesudah Bekerja di Industri Alkohol ... 150

F. Analsisi Pengaruh Industri Alkohol terhadap Sosial

1.

Penyalahgunaan Produksi Alkohol Kadar 30 % ... 158

2. Pengaruh penyalahgunaan produksi alkohol setengah jadi (kadar 30 %) terhadap kriminalitas dan mabuk-mabukan ... 159

3. Kondisi Sosial berdasarkan pernyataan responden ... 160

4. Pengaruh Kegiatan Industri Alkohol terhadap Kepedulian Pengusaha, Pekerja dan Masyarakat yang tidak memiliki usaha akan kesehatan. ... 161


(10)

commit to user

A. Kesimpulan

1. Lingkungan ... 163 2. Ekonomi ... 163 3. Sosial ... 164

B. Saran

1. Bagi Pemerintah ... 164 2. Bagi Pengusaha ... 165


(11)

commit to user

Tabel 2.1. Baku Mutu Air Limbah Menurut Perda Propinsi Jawa Tengah

Nomor 10 Tahun 2004 Untuk Industri Alkohol/ Etanol ... 21

Tabel 2.2. Baku Mutu Air Sungai Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 ... 22

Tabel 2.3. Pembagian Tingkat Kesejahteraan ... 25

Tabel 3.1. Variabel dan Indikator Penelitian ... 40

Tabel 3.2. Identifikasi Kebutuhan Data dan Metode Pencarian Data ... 44

Tabel 4.1. RW di Desa Bekonang Kecamatan Mojolaban Sukoharjo ... 57

Tabel 4.2. Luas Penggunaan Lahan Desa Bekonang Tahun 2005-2009 ... 61

Tabel 4.3. Tingkat Aksesibilitas Desa Bekonang ... 62

Tabel 4.4. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Bekonang Tahun 2000-2009 ... 64

Tabel 4.5. Jumlah Penduduk Menurut Umur di Desa Bekonang Tahun 2009 ... 65

Tabel 4.6. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Bekonang Tahun 2009 ... 67

Tabel 4.7. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan di Desa Bekonang Tahun 2009 ... 68

Tabel 4.8. Jumlah Penduduk Menurut Agama di Desa Bekonang Tahun 2009 ... 69

Tabel 4.9. Jumlah Rumah Tangga (KK) dan Kepadatan Penduduk Desa Bekonang Tahun 2000-2009 ... 69

Tabel 4.10. Tingkat Kesejahteraan Penduduk Desa Bekonang Tahun 2009 ... 71

Tabel 4.11. Jenis Industri di Desa Bekonang Tahun 2010... 81

Tabel 4.12. Industri Alkohol di Dukuh Sentul dan Sembung Kulon ... 81

Tabel 4.13. Jumlah industri, tenaga kerja, investasi, produksi dan nilai produksi industri alkohol ... 86

Tabel 4.14. Hasil Pengujian Air Limbah Industri Alkohol ... 92


(12)

commit to user

Tabel 4.17. Tingkat Pendidikan Terakhir Pengusaha Alkohol ... 95

Tabel 4.18. Status Perkawinan Pengusaha Alkohol ... 95

Tabel 4.19. Beban Keluarga Pengusaha Alkohol ... 96

Tabel 4.20. Umur Pekerja ... 97

Tabel 4.21. Jenis Kelamin Pekerja ... 98

Tabel 4.22. Tingkat Pendidikan Pekerja ... 98

Tabel 4.23. Status Perkawinan Pekerja ... 99

Tabel 4.24. Komposisi Pekerja atau Buruh Menurut Beban Keluarga ... 100

Tabel 4.25. Daerah Asal Pekerja ... 100

Tabel 4.26. Lama Kerja Buruh ... 101

Tabel 4.27. Sistem Upah Pekerja. ... 102

Tabel 4.28. Pendapatan Bersih Pengusaha Alkohol ... 103

Tabel 4.29. Konsumsi atau Pengeluaran Pengusaha Alkohol Tiap Bulan ... 104

Tabel 4.30. Kemampuan Menabung Pengusaha Alkohol Tiap Bulan ... 105

Tabel 4.31. Pendapatan dan Pengeluran Buruh Sebelum dan Sesudah Bekerja di Industri Alkohol ... 105

Tabel 4.32. Tabungan atau Kemampuan Menabung Buruh Sebelum dan Sesudah Bekerja di Industri Alkohol ... 106

Tabel 5.1. Pembagian Pengusaha Industri Alkohol Skala Besar, Sedang dan Kecil di Desa Bekonang ... 111

Tabel 5.2. Hasil Pengujian Air Limbah Industri Alkohol ... 128

Tabel 5.3. Hasil Pemantauan Kualitas Air Sungai ... 132

Tabel 5.4. Pekerjaan Utama dan Sampingan Pengusaha Alkohol ... 142

Tabel 5.5. Perbandingan pendapatan alkohol 30 % dengan alkohol 90 % .... 143

Tabel 5.6. Kontribusi Pendapatan terhadap Perumahan ... 147

Tabel 5.7. Kepemilikan Kendaraan Bermotor ... 148

Tabel 5.8. Kontribusi Pendapatan Alkohol terhadap Kepemilikan Kendaraan Bermotor ... 149

Tabel 5.9. Kemampuan Pengusaha Untuk Pendidikan Anak ... 150


(13)

commit to user

Tabel 5.12. Paired Sample Test untuk Pendapatan ... 152

Tabel 5.13. Paired Sample Statistik untuk Pengeluaran ... 153

Tabel 5.14. Paired Sample Correlations untuk Pengeluaran ... 154

Tabel 5.15. Paired Sample Test untuk Pengeluaran ... 154

Tabel 5.16. Paired Sample Statistik untuk Tabungan ... 155

Tabel 5.17. Paired Sample Correlations untuk Tabungan ... 156

Tabel 5.18. Paired Sample Test untuk Tabungan ... 156

Tabel 5.19. Jenis Mata Pencaharian Buruh Sebelum Bekerja Di Industri Alkohol ... 157

Tabel 5.20. Kondisi Sosial Menurut Pendapat Responden ... 160


(14)

commit to user

Gambar 1.1. Diagram Prosentase Jenis Industri Desa Bekonang Tahun 2009 ... 3

Gambar 1.2. Peta Administrasi Kabupaten Sukoharjo ... 8

Gambar 1.3. Peta Lokasi Penelitian ... 9

Gambar 1.4. Kerangka Pikir Penelitian ... 12

Gambar 2.1. Kondisi Sosial Ekonomi Menurun Akibat Industri. ... 35

Gambar 2.2. Kondisi Sosial Ekonomi Meningkat Akibat Industri. ... 36

Gambar 2.3. Kondisi Sosial Ekonomi Tidak Berubah Akibat Industri. ... 36

Gambar 4.1 Peta Pembagian Dukuh Desa Bekonang ... 58

Gambar 4.2. Peta Jenis Tanah Desa Bekonang ... 60

Gambar 4.3 Peta Aksesibilitas Desa Bekonang Kecamatan Mojolaban ... 63

Gambar 4.4. Diagram Prosentase Klasifikasi Penduduk Produktif dan Tidak Produktif di Desa Bekonang Tahun 2009. ... 66

Gambar 4.5. Grafik Kepadatan Penduduk Desa Bekonang Tahun 2000-2009 ... 70

Gambar 4.6 Peta Persebaran KK Miskin dan Tidak Miskin Desa Bekonang ... 72

Gambar 4.7. Peta Persebaran Sarana Desa Bekonang ... 75

Gambar 4.8. Peta Prasarana Desa Bekonang ... 79

Gambar 4.9. Alkohol Meter ... 87

Gambar 4.10. Spiral Pendingin ... 87

Gambar 4.11. Diagram Alir Proses Pengolahan Alkohol ... 89

Gambar 4.12. Air Limbah yang di buang ke saluran ... 92

Gambar 4.13. Diagram Beban Keluarga Pengusaha Alkohol ... 96

Gambar 4.14. Jumlah Pekerja atau Buruh menurut Umur ... 97

Gambar 4.15. Jumlah Pekerja atau buruh Menurut Jenis Kelamin ... 98

Gambar 4.16. Tingkat Pendidikan Pekerja ... 99

Gambar 4.17. Jumlah Pekerja atau Buruh Menurut Asal ... 101

Gambar 5.1. Diagram Analisis Unit Usaha Alkohol Tahun 2001-2010 ... 109

Gambar 5.2. Peta Persebaran Industri Alkohol Desa Bekonang ... 112

Gambar 5.3. Alur Pengolahan Limbah di IPAL ... 113


(15)

commit to user

Gambar 5.6. Grafik Perubahan Luas Lahan Pertanian Tahun 2005-2009 ... 118

Gambar 5.7. Grafik Perubahan Luas Lahan TerbangunTahun 2005-2009 ... 118

Gambar 5.8. Peta Tata Guna Lahan ... 120

Gambar 5.9 Bahan baku dan hasil di simpan di halaman rumah ... 122

Gambar 5.10. Penyimpanan kayu di tempat khusus. ... 122

Gambar 5.11. Peta Pengaruh Kegiatan Industri terhadap Permukiman ... 123

Gambar 5.12. Asap pembakaran dari proses penyulingan ... 124

Gambar 5.13. Limbah Lumpur “Badek” ... 125

Gambar 5.14. Air limbah yang dibuang ke jalan. ... 126

Gambar 5.15. Analisis Proses Pengolahan Alkohol ... 127

Gambar 5.16. Peta Aliran Pembuangan Air Limbah ... 136

Gambar 5.17. Peta Pengaruh Limbah terhadap pertanian ... 138

Gambar 5.18. Peta Jangkauan Air Limbah ke Pertanian ... 139

Gambar 5.19. Diagram Pendapatan Bersih Pengusaha Alkohol ... 144

Gambar 5.20. Diagram Konsumsi Pengusaha Alkohol ... 145

Gambar 5.21. Diagram Kemampuan Menabung Pengusaha Alkohol ... 146

Gambar 5.22. Kontribusi Pendapatan terhadap Perumahan ... 147

Gambar 5.23. Kontribusi Pendapatan terhadap kepemilikan alat transportasi ... 149

Gambar 5.24. Diagram Perbandingan Pendapatan Pekerja Sebelum dan Sesudah Bekerja di Industri Alkohol ... 151

Gambar 5.25. Diagram Perbandingan Pengeluaran Pekerja Sebelum dan Sesudah Bekerja di Industri Alkohol ... 153

Gambar 5.26. Diagram Perbandingan Tabungan Pekerja Sebelum dan Sesudah Bekerja di Industri Alkohol ... 155


(16)

commit to user

Lampiran A. Data Umum Pengusaha dan Pekerja

Lampiran B . Pendapatan, Pengeluaran, Tabungan Pengusaha dan Pekerja. Lampiran C. Kuesioner Penelitian.


(17)

Yulia Pratiwi, I0607076, 2011. PENGARUH KEBERADAAN INDUSTRI ALKOHOL DI DESA BEKONANG KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO TERHADAP LINGKUNGAN, EKONOMI, DAN SOSIAL. Prodi Perencanaan Wilayah & Kota Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Industri rumah tangga semakin berkembang pesat sehingga mampu meningkatan pendapatan dan menyerap tenaga kerja. Industri rumah tangga juga menimbulkan permasalahan dari aspek lingkungan dan sosial. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh industri alkohol di Desa Bekonang terhadap lingkungan, ekonomi, dan sosial.

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan metode Purposive

Sampling. Besar sampel adalah 30 sampel pengusaha alkohol, 30 sampel penduduk di

Bekonang yang tidak memiliki industri alkohol dan 30 sampel pekerja. Data dianalisis menggunakan metode deskriptif kualitatif untuk indikator sosial dan metode kuantitatif untuk indikator lingkungan dan ekonomi.

Hasil analisis menunjukkan bahwa parameter air limbah melebihi baku mutu (TSS, COD dan BOD). Air, sungai, tanah dan udara tidak mengalami pencemaran karena limbah sudah diolah di IPAL dan limbah bersifat organik sehingga menyuburkan tanah. Industri alkohol tidak mengakibatkan perubahan tata guna lahan karena industri alkohol merupakan industri rumah tangga. Industri alkohol berpengaruh positif terhadap pendapatan, konsumsi, tabungan, perumahan, kepemilikan alat transportasi dan pendidikan anak bagi pengusaha alkohol. Untuk uji T-test pekerja, diketahui bahwa dari hasil analisis p = 0.000, berarti terjadi perbedaan sebelum dan setelah bekerja di industri alkohol dan ekonomi pekerja dapat meningkat setelah bekerja di industri alkohol. Hasil analisis sosial, terdapat penyalahgunaan konsumsi alkohol yang berkadar 30 % oleh masyarakat Bekonang. Dari hal-hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa industri alkohol di Desa Bekonang berpengaruh positif terhadap Lingkungan dan Ekonomi dan berpengaruh negatif terhadap Sosial.


(18)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul Pengaruh Keberadaan Industri Alkohol Di Desa Bekonang Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo terhadap Lingkungan, Ekonomi, dan Sosial”, untuk mencapai Jenjang Strata-1 Perencanaan Wilayah dan Kota.

Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan Tugas Akhir ini tidak lepas dari bantuan beberapa pihak, baik berupa bimbingan, dorongan dan nasihat-nasihat, oleh karena itu perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Dr. Ir. Mohamad Muqoffa, MT, Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ir. Galing Yudana, MT, Ketua Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ir. Ana Hardiana, MT selaku Ketua Panitia Tugas Akhir Program Studi Wilayah dan Kota Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan pengarahan terkait Tugas Akhir.

4. Ir. Widharyatmo, MSI selaku pembimbing utama atas segala petunjuk, bimbingan, motivasi dan saran bagi penulis untuk kebaikan penulisan Tugas Akhir.


(19)

5. Ir. Kuswanto Nurhadi, MSP selaku pembimbing kedua atas segala petunjuk, bimbingan, motivasi dan saran bagi penulis untuk kebaikan penulisan Tugas Akhir.

6. Ir Rizon Pamardhi Utomo MURP selaku Pembimbing tamu atas segala saran dan masukan bagi kebaikan penulisan Tugas Akhir.

7. Ir. Galing Yudana, MT, selaku Pembimbing tamu atas segala saran dan masukan bagi kebaikan penulisan Tugas Akhir.

8. Seluruh dosen dan karyawan Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah membantu dalam penyusunan Tugas Akhir ini.

9. Badan Lingkungan Hidup, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo dan instansi pemerintahan lain, atas ijin yang diberikan untuk melakukan penelitian ini. 10.Joko Tanyono H.W, Kepala Desa Bekonang Kecamatan Mojolaban Kabupaten

Sukoharjo, atas ijin yang diberikan untuk melakukan penelitian ini.

11.Sabariyanto selaku ketua KUD Sapta Usaha Mulya dan Masyarakat Desa Bekonang, atas ketersediaannya untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

12.Semua pihak yang terkait yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penulisan Tugas Akhir ini.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini belum sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak untuk perbaikan penelitian ini dan semoga bermanfaat bagi kita semua.


(20)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Industri adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sehingga terwujud kualitas manusia yang lebih baik. Tujuan utama pembangunan industri tidak hanya untuk mencapai kegiatan mandiri, tetapi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bekerja pada sektor pertanian. Akan tetapi, sekarang ini pemerintah berusaha meningkatkan dan mendorong sektor industri guna mengatasi masalah kesempatan kerja yaitu dengan memperluas dan menambah lapangan pekerjaan di sektor industri.

Mengingat peranan industri sangat penting dalam pembangunan nasional, maka pembangunan sektor industri semakin memegang peranan penting dan strategis dalam menggerakkan usaha-usaha kearah terciptanya landasan pembangunan yang kokoh bagi tahap pembangunan jangka panjang selanjutnya.

Industri yang semakin berkembang pesat yang mempengaruhi sektor perekonomian masyarakat yaitu jenis kegiatan industri kecil dan industri rumah tangga (home industri). Industri kecil maupun rumah tangga di Indonesia mampu menyumbang peningkatan pendapatan perkapita dan mampu menyerap tenaga kerja sehingga mengurangi pengangguran.

Industri kecil dan industri rumah tangga mempunyai nilai strategis secara khusus bagi suatu perekonomian yaitu:

- Dalam banyak produk tertentu, perusahaan besar banyak bergantung kepada perusahaan-perusahaan kecil, karena apabila dikerjakan sendiri oleh perusahaan besar maka marginnya menjadi tidak ekonomis.


(21)

- Merupakan pemerataan konsentrasi dari kekuatan-kekuatan ekonomi dalam masyarakat. (Harimurti Subanar, 1994).

Dengan terbukanya industri di perdesaan maka memberikan peluang bagi masyarakatnya untuk bekerja di luar sektor pertanian. Industri kecil dan rumah tangga di perdesaan tersebut belum sepenuhnya menggunakan teknologi, permodalan, manajemen dan pemasaran yang baik dan umumnya masih bersifat tradisional. Akan tetapi, dengan sifat tradisional tersebut, memberi keuntungan bagi masyarakat di perdesaan karena untuk memasuki atau berusaha dibidang industri kecil maka tidak memerlukan pendidikan yang tinggi atau modal yang besar dengan teknologi canggih.

Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Sukoharjo, Desa Bekonang yang termasuk salah satu desa yang berada di Kecamatan Mojolaban termasuk dalam Sub Wilayah Pembangunan (SWP) III, dimana salah satu peruntukkannya dikembangkan sebagai wilayah industri kecil dan rumah tangga. Jenis industri kecil dan rumah tangga yang ada di Desa Bekonang sangat beragam dan sangat potensial untuk berkembang.

Menurut data monografi Desa Bekonang tahun 2010, jenis industri kecil dan rumah tangga yang ada di Desa Bekonang antara lain yaitu industri pembuatan makanan (tempe, kerupuk, roti, jamur tiram, telur asin dll), industri alumunium, industri tekstil, gamelan, industri genteng dan batu bata serta industri alkohol. Tercatat bahwa dalam data monografi tersebut, sekitar 55, 08 % industri yang ada di Desa Bekonang merupakan industri alkohol yaitu industri yang mengolah tetes tebu menjadi alkohol dimana sentra industri alkohol tersebut berada di Dukuh Sentul. Selain di Dukuh Sentul, keberadaan industri alkohol juga berkembang di Dukuh Sembung Kulon. Berikut diagram persentase jumlah industri menurut jenisnya yang ada di Desa Bekonang pada tahun 2010.


(22)

Gambar 1.1. Diagr

Industri kecil p Kecamatan Mojolaban mampu meningkatkan masyarakat. Selain itu yang tidak sedikit sehi alkohol tidak tergantu bahan baku dari dala didapatkan pada daera dijangkau dengan alat berasal dari pabrik g Pekalongan, dan bahka (Ngawi dan Madiun) d Bekonang ini yait SUBOSUKAWONOS Wonogiri, Sragen, Kla Jawa Timur.

55,08%

agram Persentase Jenis Industri Desa Bekonang Tahun

il pada sektor industri pengolahan alkohol di Des an Sukoharjo mampu bertahan dalam produktif an hasil produksinya yang dapat menambah itu industri alkohol juga memerlukan jumlah t ehingga dapat menciptakan lapangan kerja baru, tung dengan bahan baku impor dari luar negeri alam negeri yaitu berasal dari tetes tebu dim erah sekitarnya maupun dari luar daerah yang m lat transportasi yang ada. Bahan baku dari tete gula yang ada di wilayah Surakarta, Karang hkan ada yang berasal dari provinsi lain seperti J

dan Jawa Barat. Pemasaran hasil produksi alko yaitu untuk wilayah Bekonang dan

SRATEN (Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, K Klaten) dan hingga ke provinsi lain seperti Jawa

15.25% 0.85% 0.85% 26.27% 1.69% 55,08%

Diagram Persentase Jumlah Industri Menurut Jenisnya di Desa Bekonang Tahun 2010

P e m b u a t a n m a k a n a n I n d u s t r i a l u m u n i u m I n d u s t r i T e k s t i l I n d u s t r i G e n t e n g , B a B a t a d a n b e t o n G a m e l a n I n d u s t r i A l k o h o l

hun 2007

esa Bekonang tifitasnya dan h pendapatan tenaga kerja u, dan industri eri melainkan imana mudah masih mudah tetes tebu ini nganyar, Pati, ti Jawa Timur lkohol di Desa sekitarnya, Karanganyar, wa Barat dan a n


(23)

Keberadaan industri alkohol di Desa Bekonang tepatnya di Dukuh Sentul dan Sembung Kulon menimbulkan berbagai permasalahan baik dari aspek lingkungan dan sosial. Dari aspek lingkungan, ada keluhan masyarakat mengenai keruhnya air untuk irigasi akibat limbah dari hasil pengolahan alkohol yang dibuang tidak pada instalasi pembuangan air limbah (IPAL). Selain itu, apabila melintasi wilayah yang menjadi sentra industri alkohol, juga timbul bau yang menyengat. Sedangkan dari aspek sosial yaitu penyalahgunaan penjualan produksi alkohol yaitu banyaknya produsen yang menjual alkohol dalam bentuk setengah jadi (alkohol yang masih berkadar 30 %). Alkohol setengah jadi ini dijual dalam bentuk minuman keras. Dengan tidak terkontrolnya peredaran alkohol dalam bentuk minuman keras maka dapat mengakibatkan mabuk-mabukan. Penjualan alkohol setengah jadi yang berkadar 30 % ini dipasarkan ke wilayah Solo, Boyolali, Wonogiri, Sragen, dan Klaten hingga ke daerah lain seperti Wonosobo, Semarang dan daerah lainnya sehingga banyak kasus yang terjadi yaitu tertangkapnya penduduk yang mengkonsumsi minuman keras dari Desa Bekonang yang mengganggu ketertiban umum di wilayah-wilayah tersebut.

Dari latar belakang masalah tersebut penulis tertarik mengadakan penelitian dengan judul “PENGARUH KEBERADAAN INDUSTRI ALKOHOL DI DESA BEKONANG KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO TERHADAP LINGKUNGAN, EKONOMI, SOSIAL.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka perumusan masalah di daerah penelitian adalah bagaimana pengaruh kegiatan industri alkohol ditinjau dari lingkungan, ekonomi dan sosial.


(24)

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh kegiatan industri alkohol terhadap lingkungan keruangan dan lingkungan non keruangan di Desa Bekonang Kecamatan Mojolaban.

2. Untuk mengetahui pengaruh kegiatan industri alkohol terhadap kondisi ekonomi tenaga kerja (pengusaha alkohol dan buruh industri alkohol) di Desa Bekonang Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo.

3. Untuk mengetahui pengaruh kegiatan industri alkohol terhadap sosial penduduk di Desa Bekonang Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo.

D. Sasaran Penelitian 1. Lingkungan

a. Mengidentifikasi lingkungan keruangan yaitu perubahan tata guna lahan Desa Bekonang akibat kegiatan industri alkohol.

b. Mengidentifikasi lingkungan non keruangan yaitu kualitas air, tanah dan udara di wilayah industri alkohol.

2. Ekonomi

a. Mengidentifikasi keterkaitan industri alkohol di Desa Bekonang terhadap industri lain (keterkaitan asal bahan baku dan pemasaran hasil). b. Mengidentifikasi tingkat pendapatan, pengeluaran, kemampuan

menabung pengusaha alkohol.

c. Mengidentifikasi kontribusi pendapatan bersih dari usaha alkohol terhadap kondisi perumahan, kepemilikan alat transportasi dan tingkat pendidikan anak penduduk yang memiliki usaha pengolahan alkohol. d. Mengidentifikasi tingkat pendapatan, pengeluaran dan kemampuan

menabung pekerja atau buruh sebelum dan sesudah bekerja di usaha pengolahan alkohol.


(25)

3. Sosial

a. Mengidentifikasi kerukunan penduduk.

b. Mengidentifikasi kebudayaan, perilaku, interaksi dan kesehatan penduduk.

E. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat memberi informasi dan wawasan akan kegiatan industri alkohol dari proses pengolahan hingga cara menjual hasil produksi alkohol sehingga dapat diketahui pengaruhnya terhadap lingkungan, ekonomi dan sosial dan dapat diketahui kegiatan industri alkohol menjadikan lingkungan, ekonomi dan sosial mengalami perubahan (penurunan atau peningkatan) atau tetap.

2. Manfaat Aplikatif a. Peneliti

Dengan adanya penelitian ini maka peneliti akan dapat mengetahui pengaruh yang ditimbulkan dari adanya kegiatan industri alkohol baik pengaruh positif maupun pengaruh negatif terhadap lingkungan yaitu air, tanah dan udara; untuk ekonomi yaitu ekonomi tenaga kerja (pengusaha alkohol dan buruh industri alkohol) di Desa Bekonang Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo; untuk sosial yaitu perilaku, interaksi dan kesehatan masyarakat.

b. Pembaca

Dengan adanya penelitian ini maka dapat dijadikan sebagai bahan bacaan baik untuk menambah wawasan bagi pembaca maupun untuk referensi dalam melakukan penelitian di bidang atau disiplin ilmu yang sama.


(26)

c. Pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pemerintah baik pemerintah tingkat desa, kecamatan, dan kabupaten serta pihak-pihak lain yang terkait dalam upaya meningkatkan pengembangan industri alkohol kearah yang lebih baik sehingga kedepannya, industri alkohol Desa Bekonang tersebut dapat selaras dan serasi dengan alam dan dapat menjadi masukan bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan terkait pengembangan industri dan pencegahan, penanggulangan pencemaran serta mengendalikan pemanfaatan ruang di wilayah industri.

d. Masyarakat

Masyarakat setempat merupakan subyek utama yang berperan utama dalam melakukan proses industri, sehingga dengan adanya penelitian ini maka dapat dijadikan masukan bagi masyarakat mengenai kondisi yang ada akibat keberadaan indutri dan dapat melakukan suatu tindakan untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan dan melakukan upaya pengembangan untuk meningkatkan kemajuan industri yang sudah ada.

F. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Lokasi

Yaitu wilayah industri Alkohol di Desa Bekonang, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo. Desa Bekonang memiliki luas 255 ha dengan batas administrasi desa sebagai berikut :

Sebelah Utara : Desa Demakan Sebelah Selatan : Desa Ngombakan Sebelah Barat : Desa Wirun Sebelah Timur : Desa Cangkol


(27)

Gambar 1.2. Peta Administrasi Kabupaten Sukoharjo Peta Administrasi Kabupaten Sukoharjo.


(28)

Gambar 1.3 Peta Administrasi Desa Bekonang Kecamatan Mojolaban. Peta Lokasi Penelitian.


(29)

2. Ruang Lingkup Aspek

Yaitu aspek lingkungan keruangan yaitu tata guna lahan, lingkungan non keruangan yang meliputi kondisi air, tanah dan udara. Aspek ekonomi yang meliputi ekonomi tenaga kerja (pengusaha alkohol dan pekerja atau buruh industri alkohol), serta aspek sosial yang meliputi perilaku, interaksi dan kesehatan.

G. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi uraian tentang latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan, sasaran, ruang lingkup, sistematika pembahasan dan kerangka pikir.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka berisi teori yang berkaitan dengan diantaranya yang berkaitan dengan pengertian alkohol, industri, industri alkohol serta teori lingkungan terkait pencemaran, teori terkait ekonomi dan teori perilaku dan penyimpangan sosial.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi tentang penjelasan dan penjabaran serta metodologi yang akan digunakan dalam melakukan penelitian yang dimulai dari tahap pengumpulan data hingga tahap analisis.

BAB IV TEMUAN LAPANGAN

Bab ini berisi tentang gambaran umum Desa Bekonang sebagai lokasi penelitian yang menyangkut letak geografis dan administrasi, penggunaan lahan, kependudukan, data lingkungan terkait kualitas air, tanah dan udara serta kondisi ekonomi dan sosial.


(30)

BAB V PEMBAHASAN

Memuat hal-hal yang berbeda antara teori dan lapangan dimana dilakukan pembahasan hasil temuan di lapangan dan melakukan analisis pengaruh adanya kegiatan industri.

BAB VI PENUTUP

Bab ini terdiri atas kesimpulan dan saran yang menerangkan mengenai berbagai rekomendasi dari penulis dalam upaya penyelesian masalah yang ditemukan dalam penelitian.


(31)

Masalah

Kurangnya pengawasan

pengelolaan limbah

menimbulkan pengaturan

limbah yang kurang baik

sehingga timbul

permasalahan lingkungan

yaitu keruhnya air di saluran air. Penyalahgunaan hasil produksi alkohol kadar 30% mengakibatkan alkoholisme. Akan tetapi dengan industri tersebut, masyarakat dapat

mendapatkan lapangan

pekerjaan dengan melakukan pengolahan alkohol.

sebagai sentra industri industri alkohol.

Tujuan

Untuk mengetahui kegiatan industri alkohol di Desa Bekonang terhadap kondisi lingkungan, ekonomi dan sosial. EK O N O M I SOSIAL Non Spasial - Air - Tanah - Udara Pengusaha Alkohol

Tingkat pendapatan pengusaha alkohol dan kontribusinya terhadap konsumsi atau pengeluaran, perumahan, kepemilikan kendaraan pribadi, pendidikan anak dan kemampuan menabung.

- Perilaku

- Interaksi sosial-budaya

- Kesehatan Klasifikasi tenaga kerja (pengusaha dan buruh) berdasarkan:

- Demografi tenaga kerja

- Sosial ekonomi tenaga kerja

Buruh atau Pegawai Tingkat pendapatan, konsumsi atau pengeluaran, dan kemampuan menabung/ tabungan buruh,

sebelum dan

sesudah bekerja

di industri

alkohol.

ANALISIS KUANTITATIF tata guna lahan menurut

Jayadinata dan Soerjono Soekanto.

Kriteria air, tanah dan udara yang tercemar menurut Wisnu Arya Wardhana, PP RI No.82 Tahun 2001 dan PERDA Provinsi Jateng No.10 Tahun 2004.

Kategori-kategori tingkat pendapatan dan tingkat konsumsi hidup

sehari-hari dan tingkat

kesejahteraan dan

kemiskinan menurut

BKKBN.

Karakteristik tenaga kerja (Heru Kristanto.2009:18).

- Kriteria kesehatan fisik, mental dan sosial. Soekidjo Notoatmodjo. Pendidikan dan perilaku. - Perilaku umum dalam

kejahatan, (Sumarni, 2002) kesehatan.2003:181. ANALISIS KUANTITATIF (Air) dan ANALISIS DESKRIPTIF KUALITATIF (Tanah dan Udara) ANALISIS KUANTITATIF ANALISIS DESKRIPTIF KUALITATIF ANALISIS KUANTITATIF KESIMPULAN DAN SARAN


(32)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tentang Alkohol dan Industri

1. Pengertian Alkohol dan Gambaran Proses Pengolahan Alkohol Alkohol sangat berguna dalam berbagai bidang. Alkohol sering digunakan dalam bidang kedokteran, yaitu untuk alat-alat operasi yang berguna sebagai pembunuh kuman (mensterilkan), sebagai salah satu bahan dalam pembuatan kosmetik contohnya parfum, dan dapat digunakan sebagai bahan campuran obat. Selain di bidang kedokteran, alkohol dapat digunakan untuk pembuatan rokok, spirtus dan lain sebagainya. Alkohol dapat dibuat salah satunya dari fermentasi tebu dengan bantuan bakteri zimase.

Dalam proses pembuatan alkohol terdapat beberapa tahap yaitu tahap fermentasi, pemasakan, dan tahap destilasi atau penyulingan. Alkohol yang dihasilkan berupa alkohol 30% (ciu/ minuman keras) dan alkohol murni 90%-100% yang digunakan dalam bidang kedokteran. Dari proses pembuatan alkohol maka didapatkan reaksi fermentasi alkohol yaitu:

amilase zimase

(C6H12O6)n + n H2O ---> nC6H12O6---> 2C2H5OH + 2CO2 Amilum glukosa etanol limbah

(Sumber: Ketua KUD Sapta Usaha Mulya)

2. Pengertian Industri, Sentra Industri dan Usaha Industri Alkohol Industri menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang perindustrian adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi dan /atau barang jadi menjadi barang yang mempunyai nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan rekayasa industri.


(33)

Menurut Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, pengertian sentra industri lebih merupakan pengelompokkan aktivitas bisnis yang serupa di satu lokasi. Satu atau beberapa sentra industri bisa merupakan bagian integral dan sebagai “titik masuk (entry point)” dari upaya pengembangan atau penguatan klaster industri.

Usaha industri pengolahan menurut Biro Pusat Statistik adalah suatu unit (kesatuan) produksi yang terletak pada suatu tempat tertentu yang melakukan kegiatan mengubah barang dasar (bahan mentah) menjadi barang jadi atau setengah jadi dan atau dari barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya.

Usaha industri alkohol sebagai salah satu dari industri kecil dalam kegiatannya memerlukan modal usaha, modal yang merupakan milik sendiri atau pinjaman dari bank atau lembaga pemerintah merupakan faktor yang penting. Semua pekerjaan industri alkohol memakai tenaga manusia dengan memakai peralatan yang sederhana, sehingga besar kecilnya modal yang dimiliki secara langsung akan berpengaruh pemakaian tenaga kerja yang juga akan berpengaruh terhadap besar kecilnya jumlah produksi.

3. Klasifikasi Jenis-Jenis Kegiatan Industri

Menurut BPS Tahun 1999, Industri di Indonesia berdasarkan jumlah tenaga kerja diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Industri rumah tangga yaitu suatu bentuk usaha pengelolaan dan manajerialnya dikerjakan semua oleh seseorang dalam satu rumah tangga, tenaga kerja berkisar antara 1 sampai 4 orang.

b. Industri kecil adalah suatu usaha industri yang melibatkan tenaga kerja antara 5 sampai 9 orang.


(34)

c. Industri sedang adalah industri yang mempunyai tenaga kerja antara 20 sampai 90 orang.

d. Industri besar adalah industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang.

Sedangkan Jenis industri menurut Burger, terdapat tiga jenis industri yaitu:

a. Industri rumah tangga di pedesaan yang umumnya hanya merupakan pekerjaan sambilan.

b. Industri kecil yang sudah memakai sistem pekerjaan upahan tetapi belum memakai mesin, dengan jumlah buruh kurang dari 50 orang. c. Industri pabrik yang sudah memakai mesin dan pekerjanya lebih dari

50 orang.

B. Pengaruh Lingkungan dalam Industri.

Pengertian pengaruh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1997 Tentang Lingkungan Hidup, lingkungan didefinisikan sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perkehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.

Menurut Soerjono Soekanto. 1990, lingkungan dibedakan dalam kategori-kategori sebagai berikut: Lingkungan fisik, yakni semua benda mati yang ada di sekeliling manusia; Lingkungan biologi, yakni segala sesuatu di sekeliling manusia yang berupa organisme yang hidup (manusia termasuk juga di dalamnya); Lingkungan sosial yang terdiri dari orang-orang, baik individual maupun kelompok yang berada di sekita manusia.


(35)

Ruang lingkup pengaruh lingkungan dalam industri yaitu pengaruh akibat adanya aktivitas pengolahan atau produksi alkohol terhadap pencemaran. Pencemaran, menurut SK Menteri Kependudukan Lingkungan Hidup No 02/MENKLH/1988 adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam air/tanah/udara, atau berubahnya tatanan air/tanah/udara oleh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas air/tanah/udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya. Pencemaran yang dimaksud terdiri atas tiga kategori yaitu pencemaran air, tanah dan udara. Pencemaran tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pencemaran Air

Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai kondisi air sehingga dapat diketahui apakah kondisi air terjadi penurunan kualitas dan mengalami pencemaran air atau tidak. Pencemaran air yang dimaksud akan dijelaskan yaitu sebagai berikut :

Air dikatakan terjadi pencemaran akibat limbah yang dihasilkan dari proses industri apabila tidak sesuai dengan kondisi semulanya. (Wisnu Arya Wardhana. Dampak Pencemaran Lingkungan. 1995:74). Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2001 Bab I Pasal 1 butir (11), yang dimaksud dengan pencemaran air adalah masuknya atau dimasukannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Menurut Wisnu Arya Wardhana, air limbah industri tidak boleh langsung dibuang ke lingkungan karena dapat menyebabkan pencemaran. Indikator atau tanda air lingkungan yang telah tercemar adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati


(36)

melalui: suhu air, pH, warna, bau, endapan, bahan terlarut dan mikroorganisme.

a. Parameter Kualitas Air Secara Fisika 1) Suhu

Suhu dipengaruhi oleh musim, letak lintang, ketinggian dari permukaan laut, waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan. Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia dan biologi.

Dalam kegiatan industri seringkali proses disertai dengan timbulnya panas reaksi atau panas dari suatu gerakan mesin. Agar proses industri dan mesin-mesin yang menunjang kegiatan tersebut dapat berjalan baik maka panas yang terjadi harus dihilangkan. Menghilangkan panas dilakukan dengan proses pendinginan oleh air. Air pendingin akan mengambil panas yang terjadi, kemudian air menjadi panas. Air yang menjadi panas tersebut kemudian dibuang ke lingkungan. Apabila air yang panas tersebut dibuang ke sungai maka air sungai akan menjadi panas.

Air sungai yang suhunya naik akan mengganggu kehidupan hewan air dan organisme air lainnya karena kadar oksigen yang terlarut dalam air akan turun bersamaan dengan kenaikan suhu. Padahal setiap kehidupan memerlukan oksigen untuk bernapas. Oksigen yang terlarut dalam air berasal dari udara yang secara lambat terdifusi ke dalam air. Semakin tinggi kenaikan suhu air maka semakin sedikit oksigen yang terlarut di dalamnya (Wisnu Arya Wardhana. Dampak Pencemaran Lingkungan.1995:75).

Kenaikan suhu air akan menimbulkan beberapa akibat sebagai berikut: jumlah oksigen terlarut di dalam air, kecepatan reaksi kimia meningkat, kehidupan ikan dan hewan lainnya terganggu,


(37)

jika batas suhu yang mematikan terlampaui maka ikan dan hewan air lainnya akan mati (Fardiaz, 1992:22-23).

2) TSS (Total Suspended Solid)

Bahan buangan dari kegiatan industri yang berbentuk padat apabila tidak dapat larut sempurna akan mengendap di air. Padatan tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan, tidak terlarut dan tidak dapat mengendap langsung. Padatan tersuspensi terdiri dari partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil daripada sedimen (diameter >1 mm), Padatan tersuspensi dalam air umumnya terdiri dari fitoplankton, zooplankton, kotoran manusia, kotoran hewan, lumpur dan limbah industri (Sastrawijaya, 1991:98).

3) Warna, Bau dan Rasa Air

Air yang tercemar dapat diketahui dengan indikator fisika yaitu dengan mengetahui kondisi air yang berwarna dan cenderung keruh tidak seperti kondisi normal, dan air berubah menjadi bau. Kualitas estetika air tergantung pada kejernihannya dan karakteristik alirannya. Ada dua macam warna pada air yaitu apparent color (suspensi zat organik) dan true color (suspensi zat anorganik ). Debu, sedimen dan algae dapat mengurangi kualitas air secara fisik. Selain itu, keputusan kualitatif juga harus diambil terhadap kejernihan air, yaitu jernih, moderat, agak keruh atau keruh. Sedangkan dalam air yang bersih (fisik) tidak terdapat seperti rasa asin, manis, pahit dan asam. Begitu pula terhadap bau. Air dapat dikatakan bersih secara fisik apabila air tersebut tidak mengeluarakan bau, seperti bau amis, busuk, dan sebagainya. Timbulnya bau pada air lingkungan secara mutlak dapat dipakai


(38)

sebagai salah satu tanda terjadinya pencemaran. Timbulnya endapan, koloidal, dan bahan terlarut.

b. Parameter Kualitas Air Secara Kimia 1) pH

Karakteristik air limbah juga dapat ditinjau dari pH, yang menyatakan keasaman atau alkalinitas dari suatu cairan encer dan mewakili konsentrasi hidrogen ionnya. Pengukuran pH adalah sesuatu yang penting dan praktis, karena banyak reaksi-reaksi kimia dan biokimia yang penting terjadi pada tingkat PH yang khusus dan dalam kisaran pH sempit (Mahida, 1993: 36-38).

Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH berkisar antara 6,5-7,5. Air dapat bersifat asam atau basa tergantung pada besar kecilnya pH air atau besarnya konsentrasi ion Hidrogen di dalam air. Air yang mempunyai pH lebih besar dari normal akan bersifat basa.

Air limbah dan bahan buangan dari kegiatan industri yang dibuang ke sungai akan mengubah pH perairan yang pada akhirnya dapat mengganggu kehidupan organisme di dalam air (Wisnu Arya Wardhana. Dampak Pencemaran Lingkungan.1995:75). Nilai pH yang normal adalah sekitar netral yaitu antara 6-8, sedangkan pH air yang tercemar misalnya air limbah buangan berbeda-beda tergantung dari jenis limbahnya (Kristanto,2002 :73).

2) BOD (Biological Oxygen Demand)

BOD (Biological Oxygen Demand) atau kebutuhan oksigen biologis adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme di dalam air lingkungan untuk memecah (mendegradasi) bahan buangan organik yang ada di dalam air


(39)

lingkungan. (Wisnu Arya Wardhana. Dampak Pencemaran Lingkungan. 1995:93).

Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan industri. Penguraian zat organis adalah peritiwa alamiah. Apabila suatu daerah air dicemari oleh zat organis, bakteri dapat menghabiskan oksigen terlarut dalam air, selama proses oksidasi tersebut dapat mengakibatkan kematian ikan-ikan dalam air dan keadaan menjadi anaerobik dan dapat menimbulkan bau busuk pada perairan tersebut (Alaerts dan Santika, 1984 :159).

Nilai BOD perairan dipengaruhi oleh suhu, densitas, plankton, keberadaan mikroba serta jenis dan kandungan bahan organik (Hefni Effendi, 2003 : 123).

3) COD (Chemical Oxygen Demand)

COD (Chemical Oxygen Demand) atau kebutuhan oksigen kimia adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada di dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia (Wisnu Arya Wardhana. Dampak Pencemaran Lingkungan.1995:92). Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara alamiah dapat dioksidasikan dengan proses kimia dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut di dalam air (Alaerts dan Santika. 1984 :149). Keberadaan bahan organik dapat berasal dari alam atau aktivitas rumah tangga dan industri. Nilai COD yang tinggi tidak sesuai untuk lahan pertanian dan perikanan. Nilai COD pada perairan yang tidak tercemar biasanya kurang dari 20 mg/ltr, sedangkan pada perairan tercemar dapat lebih dari 200 mg/ltr dan pada limbah industri dapat mencapai


(40)

60.000 mg/ltr (UNESCO/WHO/UNEP, 1992 dalam Hefni Effendi, 2003 :127).

c. Baku Mutu

1) Baku Mutu Air Limbah/ Baku Mutu Limbah Cair

Menurut Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004 Bab I Pasal 1 Butir (13), yang dimaksud baku mutu air limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar dan atau jumlah unsur pencemar yang diperbolehkan keberadaannya dalam air limbah yang akan dibuang ke lingkungan.

2) Baku Mutu Air

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Bab I Pasal 1 butir (9), yang dimaksud baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat energi atau komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya di dalam air.

3) Nilai Baku Mutu Air

Nilai baku mutu air dapat digunakan untuk mengetahui kadar unsur pencemar dari air limbah yang dihasilkan dari industri dan kadar unsur pencemar yang ada di sungai yang berhubungan langsung dengan buangan limbah industri.

Tabel 2.1. Baku Mutu Air Limbah

Menurut Perda Propinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004 Untuk Industri Alkohol/ Etanol.

No. Parameter Satuan Baku Mutu

1. TSS/ Total Suspended Solids Mg/L 100

2. pH - 6,0-9,0

3. COD/ Chemical Oxygen Demand Mg/L 300 4. BOD/ Biological Oxygen Demand Mg/L 100


(41)

Tabel 2.2. Baku Mutu Air Sungai

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001

No. Parameter Satuan

Baku Mutu Klasifikasi

Mutu Air Kelas II

Klasifikasi Mutu Air

Kelas III

Klasifikasi Mutu Air

Kelas IV

1. TDS Mg/L 1.000 1.000 2.000

2. TSS Mg/L 50 400 400

3. pH - 6-9 6-9 6-9

4. COD/ Chemical Oxygen

Demand Mg/L 25 50 100

5. BOD/ Biological Oxygen

Demand Mg/L 3 6 12

Sumber : Peraturan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001.

2. Pencemaran Tanah atau Daratan

Tanah atau daratan mengalami pencemaran apabila terdapat bahan-bahan yang bersifat organik dan anorganik dipermukaan tanah yang mengakibatkan menurunnya daya dukung daratan bagi kelangsungan kehidupan manusia. Komponen pencemaran darat yaitu : kertas, limbah bahan makanan, gelas, logam, plastik, kayu, karet, dan logam lainnya. (Wisnu Arya Wardhana. Dampak Pencemaran Lingkungan :1995).

Indikator tanah tercemar yang dapat diamati secara fisik yaitu tanah tidak subur yang dapat diketahui dari rusaknya ekosistem, berbau busuk, kering, dan mengandung sampah anorganik.

3. Pencemaran Udara

Udara dikatakan tercemar aktivitas industri apabila kondisi udara mengalami perubahan dari kondisi semula (Wisnu Arya Wardhana. Dampak Pencemaran Lingkungan :1995).

Indikator udara tercemar yaitu udara kotor dan berasap sehingga udara yang tercemar akan menjadi polusi udara.


(42)

C. Pengaruh Industri terhadap Guna Lahan

Pengertian lahan adalah tanah yang sudah ada peruntukannya dan umumnya ada pemiliknya. Sedangkan tata guna lahan adalah pengaturan pemanfaatan lahan atau metode pengaturan penggunaan lahan secara legal guna melindungi hak-hak masyarakat terhadap kesehatan, keamanan dan kesejahteraan (Jayadinata. Guna Lahan dalam Perencanaan Pedesaan Perkotaan dan Wilayah. 1990:10).

Menurut Canter (Dikutip dalam Chafid Fandelli. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. 1992:146), tata guna lahan diklasifikasikan untuk pertanian, perdagangan, industri, rekreasi, permukiman dan hutan.

Menurut Saefulhakim dan Nasoetion (1995), penggunaan lahan atau land use diartikan sebagai setiap bentuk intervensi manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.

Menurut Soerjono Soekanto (1990), pembangunan industri di wilayah perdesaan akan sangat berpengaruh terhadap penggunaan lahan yang ada di wilayah perdesaan. Wilayah perdesaan yang identik dengan lahan pertanian akan mengalami penurunan luas lahan akibat meningkatnya kebutuhan lahan industri untuk membangun kawasan operasi industri. Pembangunan lahan untuk industri secara langsung akan menyebabkan perubahan pola guna lahan perdesaan yaitu yang semula merupakan lahan pertanian maka berubah menjadi lahan non pertanian. Perubahan guna lahan ini tentunya akan diikuti oleh dampak ikutan industri seperti kebutuhan akan fasilitas jalan serta fasilitas pendukung lainnya.

D. Pengaruh Ekonomi dalam Industri.

Dalam Gunarwan Suratmo. Analisis Mengenai Dampak lingkungan. 1995:109, pengaruh aktivitas industri terhadap ekonomi yaitu: terbukanya lapangan kerja sehingga menyerap tenaga kerja, berkembangnya aktivitas


(43)

industri, peningkatan pendapatan keluarga. Indikator pengaruh adanya industri terhadap ekonomi yaitu sebagai berikut :

1. Tingkat Pendapatan

Apabila terjadi perubahan pendapatan maka dapat diketahui sumbangan keberadaan industri terhadap pendapatan tenaga kerja baik pengusaha maupun buruh atau pegawai. Tingkat pendapatan dapat menentukan suatu keluarga dapat dikatakan miskin atau sejahtera.

Menurut laporan PBB, terdapat 12 komponen kebutuhan dasar, yaitu kesehatan, makanan dan gizi, pendidikan, kondisi pekerjaan, situasi kesempatan kerja, konsumsi dan tabungan, pengangkutan, perumahan, sandang, rekreasi dan hiburan, jaminan sosial, serta kebebasan.

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menerapkan ukuran kemiskinan dengan pendekatan kesejahteraan keluarga. Kesejahteraan Keluarga dapat dibagi dalam beberapa kategori yaitu:

a. Kategori Miskin 1) Pra sejahtera

Adalah keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih dari lima kebutuhan dasarnya (basic needs) seperti kebutuhan akan pengajaran agama, pangan, papan, sandang dan kesehatan. Luas lantai per anggota keluarga kurang dari 6 m2. Dalam seminggu belum tentu mengkonsumsi daging/ telur/susu.

2) Kurang Sejahtera

Adalah keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi sebagian lima kebutuhan dasarnya. Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan 2 (dua) kali sehari atau lebih hanya mengkonsumsi daging/telor/ susu sekali dalam seminggu. Hanya membeli satu stel pakaian dalam setahun. Luas lantai per orang antara 6-7 m2.


(44)

b. Kategori Sejahtera atau Tidak Miskin

Adalah keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi lima kebutuhan dasarnya. Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan 2 (dua) kali sehari atau lebih dengan mengkonsumsi daging/telur/susu, lebih dari sekali dalam seminggu. Mampu membeli lebih dari satu stel pakaian dalam setahun. Luas lantai per orang minimal 8 m2.

Indikator ekonomi digunakan untuk mengukur kondisi ekonomi masyarakat dari hasil usaha pengolahan alkohol. Dengan mengetahui tingkat pendapatan penduduk yang memiliki usaha pengolahan alkohol maka juga dapat diketahui kontribusi pendapatan terhadap rumah tinggal, konsumsi sehari-hari dan kendaraan pribadi. Selain itu, kondisi ekonomi masyarakat yang memiliki usaha pengolahan alkohol juga dapat untuk mengetahui tingkat kesejahteraan yang terbagi menjadi dua tingkatan yaitu keluarga miskin dan tidak miskin atau sejahtera. Berikut indikator keluarga miskin dan sejahtera yang dapat dilihat dari indikator fisik tempat tinggal/ perumahan dan indikator ekonomi:

Tabel 2.3 Pembagian Tingkat Kesejahteraan.

No. Indikator Tingkatan Kesejahteraan

Miskin Tidak Miskin

Pra Sejahtera Kurang Sejahtera Sejahtera 1. Indikator Fisik

Tempat Tinggal

a.Luas Lantai Tempat

Tinggal

< 6 m2 per orang 6-7 m2 per orang ≥ 8 m2 per

orang

b.Dinding Tempat

Tinggal

Dinding dari bambu, rumbia, kayu kualitas rendah.

Dinding dari bambu,

rumbia, kayu

berkualitas rendah dan sebagian sudah berupa tembok.

Dinding sudah berupa tembok

c.Lantai Bangunan Lantai masih berupa

tanah.

Lantai sebagian masih

berupa tanah dan

sebagian sudah berupa

cor, tegel dan

keramik.

Lantai sudah

berupa cor,

tegel dan


(45)

No. Indikator Tingkatan Kesejahteraan

Miskin Tidak Miskin

Pra Sejahtera Kurang Sejahtera Sejahtera 2. Indikator Ekonomi

a.Penghasilan Kepala

Keluarga

Penghasilan kurang

dari Rp 300.000 per bulan.

Penghasilan kurang

dari Rp 600.000-Rp 300.000 per bulan.

Penghasilan Rp

600.000 per

bulan atau

lebih.

b.Konsumsi Makanan Belum tentu

mengkonsumsi daging/ telur/ susu

satu kali dalam

seminggu.

Hanya mengkonsumsi daging/ telur/susu satu kali dalam seminggu.

Mengkonsumsi

daging/ telur/

susu lebih dari satu kali dalam seminggu.

c.Kepemilikan Barang Tidak memiliki

barang yang mudah dijual.

Memiliki barang yang mudah dijual dengan nilai barang kurang dari Rp 500.000

Memiliki

barang yang

mudah dijual

dengan nilai

barang lebih

dari Rp 500.000

seperti mobil,

sepeda motor

dll.

Sumber : Analsis Peneliti, 2011 berdasarkan ukuran kemiskinan dari BKKBN.

2. Tenaga Kerja

Tenaga kerja menurut Biro Pusat Statistik adalah semua orang yang biasanya bekerja di perusahaan atau usaha. Tenaga kerja dibagi atas tenaga kerja di bayar dan tenaga kerja tak dibayar. Tenaga kerja di bayar atau sering disebut dengan buruh atau pegawai adalah pekerja yang mendapat upah atau gaji dan tunjangan-tunjangan, baik berupa uang atau barang. Sedangkan tenaga kerja tak dibayar adalah pemilik perusahaan dan pekerja keluarga yang ikut aktif dalam perusahaan, tetapi tidak mendapat upah atau gaji.

Tenaga Kerja dapat dikelompokkan menjadi tenaga kerja berdasarkan aspek demografi dan sosial ekonomi. Tenaga kerja berdasarkan aspek demografi dilihat dari umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan,


(46)

beban tanggungan keluarga dan daerah asal tenaga kerja. Sedangkan tenaga kerja berdasarkan aspek sosial ekonomi dilihat dari lama kerja, sistem upah dan lama jam kerja. (Heru Kristanto, 2009:18). Pengklasifikasian tersebut yaitu :

a. Tenaga Kerja Berdasarkan Aspek Demografi 1)Umur

Umur menentukan data demografi yang sangat vital karena umur dapat digunakan sebagai dasar kependudukan yang erat kaitannya dengan ekonomi penduduk. Umur dapat diketahui dari tanggal, bulan, dan tahun kelulusan. Perhitungan umur dinyatakan dalam tahun yang dibulatkan kebawah atau menurut ulang tahun terakhir (Nurdin, dalam Wirosuhardjo). Komposisi penduduk menurut umur (Samadi.2006:32) dapat dikelompokkan menjadi :

a) Umur 0-14 tahun

Pada kelompok umur ini maka seseorang dikatakan mempunyai usia yang belum produktif atau belum mampu bekerja.

b) Umur 15-59 tahun

Pada kelompok umur ini maka seseorang dapat dikatakan mempunyai usia yang sudah produktif atau usia kerja.

c) Umur diatas 60 tahun

Pada kelompok umur ini maka seseorang dapat dikatakan mempunyai usia yang sudah tidak produktif lagi atau tidak mampu bekerja.

Dengan mengelompokkan komposisi tenaga kerja menurut umur maka dapat di ketahui tenaga kerja industri alkohol termasuk dalam kelompok tenaga kerja berusia belum produktif, produktif atau tidak produktif.


(47)

2)Jenis Kelamin

Jenis kelamin dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui tenaga kerja industri alkohol termasuk kategori jenis kelamin laki-laki atau perempuan.

3)Tingkat Pendidikan

Untuk mengetahui tingkat pendidikan terakhir yang ditempuh tenaga kerja yaitu membagi tingkat pendidikan sebagai berikut:

a) Tidak Tamat SD b) Tamat SD c) Tamat SLTP d) Tamat SLTA

e) Tamat Diploma/ Sarjana 4)Status Perkawinan

Menurut Wirosuhardjo 1981:146, status perkawinan di kelompokkan menjadi :

a) Belum Kawin b) Kawin

c) Janda/Duda d) Cerai

Dengan mewawancarai para tenaga kerja maka diketahui status perkawinan para tenaga kerja industri alkohol. Tahap mengetahui status perkawinan para tenaga kerja sangat penting karena status perkawinan mempengaruhi beban tanggungan keluarga.

5)Beban Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga menjadi indikator untuk mengetahui tingkat konsumsi dan biaya rumah tangga. Semakin tinggi jumlah tanggungan keluarga maka akan semakin berat tanggungan ekonomi yang harus dipikul kepala rumah tangga dan sebaliknya. Pencarian


(48)

informasi beban tanggungan keluarga terhadap para tenaga kerja dapat untuk mengetahui berapa jumlah anggota keluarga atau orang yang ikut tinggal dan menggantungkan hidup pada rumah tangga masing-masing tenaga kerja.

6)Daerah Asal

Data mengenai daerah asal para tenaga kerja digunakan untuk mengetahui apakah tenaga kerja termasuk dalam kelompok tenaga kerja asli daerah tersebut atau tenaga kerja pendatang dari daerah lain. Seseorang akan melakukan mobilitas ke daerah lain untuk memperoleh peningkatan pendapatan dalam mencapai pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan hidup.

7)Tenaga kerja berdasarkan aspek sosial ekonomi a) Lama Kerja

Lama kerja berkaitan erat dengan waktu bekerja (tahun) tenaga kerja. Dengan mencari data lama kerja maka untuk mengetahui berapa lama para tenaga kerja sudah bekerja di industri tersebut. b) Sistem Upah

Sistem upah merupakan hal penting dalam menentukan tingkat pendapatan yang diterima para tenaga kerja sehingga dapat diketahui seberapa besar pendapatan tersebut meningkatkan taraf kesejahteraan hidup. Sistem upah dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan lama kerja/pengalaman/keahlian masing-masing tenaga kerja.

c) Lama Jam Kerja

Jam kerja merupakan total waktu para tenaga kerja bekerja dari mulai masuk kerja sampai dengan pulang kerja. Jam kerja mempengaruhi tingkat pendapatan tenaga kerja.


(49)

E. Pengaruh Sosial dan Budaya dalam Industri. 1. Pengertian Perubahan Sosial

Pengertian dari perubahan sosial sangat dekat artinya dengan kebudayaan sehingga para ahli memberikan batasan-batasan yang jelas antara perubahan sosial dan kebudayaan itu sendiri. William F. Ogburn (dalam Soerjono Soekanto, 1990:335) memberikan suatu pengertian tertentu walau tidak memberikan definisi tentang perubahan sosial. William F. Ogburn mengemukakan ruang lingkup perubahan-perubahan sosial meliputi unsur-unsur sosial kebudayaan baik yang material maupun yang immaterial.

Kingsley Davis (dalam Soerjono Soekanto, 1990:335) mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Misalnya timbulnya pengorganisasian buruh dalam masyarakat kapitalis telah menyebabkan perubahan-perubahan dalam hubungan antara buruh dengan majikan dan seterusnya menyebabkan perubahan dalam organisasi ekonomi dan politik.

Mac Iver (dalam Soerjono Soekanto, 1990:336) membedakan antara utilitarian elements dengan cultural elements yang didasarkan pada kepentingan manusia yang primer dan sekunder. Utilitarian elements merupakan semua mekanisme dan organisasi yang dibuat manusia dalam upaya menguasai kondisi-kondisi kehidupannya termasuk didalamnya sistem-sistem organisasi, teknik dan alat-alat material. Sedangkan culture elements adalah ekspresi jiwa yang terwujud dalam cara-cara hidup dan berpikir, pergaulan hidup, seni kesusasteraan, agama, rekreasi, dan hiburan. Mac iver mengeluarkan unsur material dalam ruang lingkup culture. Perubahan-perubahan sosial dikatakannya sebagai perubahan-perubahan dalam hubungan sosial atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan hubungan sosial.


(50)

John Gillin dan Lewis Gillin (dalam Soerjono Soekanto, 1990:337) mengatakan perubahan-perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi maupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat.

Menurut Selo Soemardjan pengaruh sosial adalah segala perubahan-perubahan pada lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap dan pola perilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Definisi tersebut menekankan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan sebagai himpunan pokok manusia, perubahan-perubahan mana yang kemudian mempengaruhi struktur masyarakat lainnya (Soemardjan, 1962 : 379).

2. Ruang Lingkup Sosial

Menurut Canter (dalam Hadi, 1995 : 26) menyatakan bahwa empat komponen lingkungan aspek sosial terdiri dari tata guna lahan, rekreasi, estetika dan kebudayaan. Menurut pedoman penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dari Menneg. Lingkungan Hidup No: 014 Tahun 1994, aspek sosial ekonomi budaya meliputi komponen demografi, ekonomi, budaya, dan kesehatan masyarakat.

3. Perilaku Menyimpang dan Penyimpangan Sosial

Menurut Mar’at (dalam Soerjono Soekanto, 1981: 12), perilaku merupakan suatu reaksi yang terbuka akibat adanya rangsangan (stimulan) setelah melalui proses rangsang. Perilaku ini dilandasi oleh asumsi-asumsi bahwa perilaku selalu mempunyai sebab, perilaku selalu mempunyai motivasi, perilaku selalu mempunyai tujuan.


(51)

Karakteristik individu meliputi berbagai variabel seperti motif, nilai-nilai, sifat kepribadian, dan sikap yang saling berinteraksi satu sama lain dan kemudian berinteraksi pula dengan faktor-faktor lingkungan dalam menentukan perilaku.

Menurut Robert M. Z. Lawang dalam Arief Herdiyanto C (Penyimpangan Sosial. 2006: 5), perilaku menyimpang merupakan perbuatan yang tidak sesuai dengan norma yang berlaku dan menimbulkan usaha dari pihak yang berwenang dalam sistem tersebut untuk memperbaiki perilaku menyimpang.

Keberadaan industri alkohol juga mempengaruhi masyarakatnya dalam hal perilaku. Masyarakat mempunyai kecenderungan untuk menyalahgunakan hasil produksi setengah jadi yang berkadar rendah untuk dikonsumsi. Hal ini berarti melakukan perilaku menyimpang yaitu alkoholisme, karena alkoholisme merupakan suatu perilaku menyimpang dan melanggar norma masyarakat (Sumarni. Modul Sosiologi Kesehatan Jurusan Perilaku Promosi Kesehatan Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat. 2002). Menurut Sundeen Tahun 1997, kecenderungan tindakan alkoholisme yaitu sebagai berikut :

a. Penggunaan alkohol yang bersifat eksperimental.

Adalah suatu kondisi penggunaan alkohol pada taraf awal, disebabkan rasa ingin tahu dari seseorang (biasanya remaja). Sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembangnya, ingin mencari pengalaman baru atau sering juga dikatakan taraf coba-coba.

b. Penggunaan alkohol yang bersifat rekreasional.

Adalah penggunaan alkohol pada waktu berkumpul bersama-sama teman sebaya, misalnya pada waktu pertemuan malam minggu, ulang tahun atau acara pesta lainnya. Penggunaan ini mempunyai tujuan untuk rekreasi bersama teman sebaya.


(52)

c. Penggunaan alkohol yang bersifat situasional.

Seseorang minum-minuman alkohol mempunyai tujuan tertentu secara individual, hal itu sebagai pemenuhan kebutuhan seseorang yang harus dipenuhi. Seringkali penggunaan ini merupakan cara untuk melarikan diri atau mengatasi masalah yang dihadapi. Seseorang akan minum-minuman beralkohol pada saat sedang menghadapi konflik, stress dan frustasi.

d. Penggunaan alkohol yang bersifat penyalahgunaan.

Penggunaan alkohol yang bersifat patologis, sudah mulai digunakan secara rutin, paling tidak sudah berlangsung selama 1 (satu) bulan. Sudah terjadi penyimpangan perilaku, mengganggu fungsi dalam peran di lingkungan sosial seperti lingkungan pendidikan atau pekerjaan.

e. Penggunaan alkohol yang bersifat ketergantungan.

Penggunaan alkohol yang sudah cukup berat, telah terjadi ketergantungan fisik dan psikologis. Ketergantungan fisik ditandai dengan adanya toleransi dan sindroma putus zat (alkohol). Suatu kondisi dimana individu yang bisa menggunakan zat adiktif (misal alkohol) secara rutin pada dosis tertentu akan menurunkan jumlah zat yang digunakan atau berhenti memakai, sehingga akan menimbulkan gejala sesuai dengan macam zat yang digunakan. Toleransi suatu kondisi dari individu yang mengalami peningkatan dosis (jumlah zat), untuk mencapai tujuan yang biasa diinginkan.

Dari rentang respon individu terhadap penyalahgunaan alkohol seperti tersebut diatas, dampak yang diakibatkan oleh individu yang sudah berada pada fase penyalahgunaan dan ketergantungan adalah fase yang paling berat. Individu yang sudah berada pada fase penyalahgunaan dan ketergantungan akan dapat berperilaku anti sosial. Mencuri, suka


(53)

berkelahi dan marah-marah, acuh dan apatis terhadap permasalahan dan kondisi sosialnya adalah sifat-sifat yang sering muncul pada orang dengan penyalahgunaan dan ketergantungan terhadap alkohol.

Pada fase eksperimental, rekreasional, dan situasional, dampak yang muncul biasanya diakibatkan oleh perilaku kelompok remaja pemakai alkohol pada tahap awal ini adalah kebut-kebutan, berkelahi dan tawuran.

Dampak penyimpangan sosial terhadap masyarakat atau kelompok (Arief Herdiyanto C. Penyimpangan Sosial. 2006 : 16) yaitu: Kriminalitas, Keseimbangan sosial menjadi terganggu, nilai dan norma semakin diabaikan.

4. Indikator Dampak Sosial-Budaya

Menurut Soekidjo Notoatmodjo. Dalam Pendidikan dan perilaku kesehatan. 2003, indikator dampak sosial budaya akibat adanya suatu kegiatan industri ada tiga macam yaitu kesehatan fisik, kesehatan mental dan kesehatan sosial. Berikut penjelasan dari masing-masing indikator: a. Kesehatan fisik

Apabila individu merasa tubuhnya sehat atau tidak sakit dan dapat melakukan aktivitasnya.

b. Kesehatan Mental

Apabila kesehatan pikiran dan emosional berada kondisi baik. Kesehatan pikiran yang baik apabila individu mampu berpikir rasional sedangkan kesehatan emosional yang baik apabila individu mampu mengendalikan emosionalnya.

c. Kesehatan Sosial

Individu dalam berinteraksi dengan orang lain atau kelompok lain tanpa memandang perbedaan dan dapat membaur dengan baik.


(54)

F. Kondisi Sosial Ekonomi Dalam Industri

Menurut Gunarwan Suratmo, 1995 : 89-90 kondisi sosial ekonomi dengan adanya proyek atau industri adalah sebagai berikut :

1. Kondisi sosial ekonomi yang semakin merosot akibat adanya proyek atau industri. Pengaruh adanya proyek atau industri pada suatu kawasan berakibat pada perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Proyek atau industri pada suatu kawasan berpengaruh negatif terhadap perubahan sosial ekonomi. Kondisi sosial ekonomi mengalami penurunan dari keadaan sebelumnya. Kondisi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1. Kondisi Sosial Ekonomi Menurun Akibat Industri.

2. Kondisi sosial ekonomi yang semakin baik akibat adanya proyek atau industri. Pengaruh adanya proyek atau industri pada suatu kawasan berakibat pada perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Proyek atau industri pada suatu kawasan berpengaruh positif terhadap perubahan sosial ekonomi. Kondisi sosial ekonomi mengalami peningkatan dari keadaan sebelumnya yaitu dengan semakin baiknya kehidupan masyarakat dan interaksi sosial masyarakat yang semakin luas. Kondisi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Kualitas Sosial Ekonomi

Kondisi sosial ekonomi tanpa industri

Kondisi sosial ekonomi dengan industri

Waktu


(55)

Gambar 2.2. Kondisi Sosial Ekonomi Meningkat Akibat Industri.

3. Kondisi sosial ekonomi yang relatif tidak berubah dengan adanya proyek atau industri. Adanya proyek atau industri tidak berpengaruh terhadap perubahan kondisi sosial ekonomi. Kondisi sosial ekonomi tidak berubah dari kondisi sebelumnya. Kondisi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.3. Kondisi Sosial Ekonomi Tidak Berubah Akibat Industri.

Kondisi sosial ekonomi dengan industri

Kualitas Sosial Ekonomi

Kondisi sosial ekonomi tanpa industri

Waktu

Ti

Kualitas Sosial Ekonomi

Kondisi sosial ekonomi dengan atau tanpa proyek

Waktu


(56)

(57)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yang bersifat analitik dengan metode kualitatif dan kuantitatif sehingga data yang digunakan adalah data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Penelitian analitik, hasilnya sudah tidak hanya berhenti pada taraf menguraikan atau pendiskripsian, akan tetapi dilanjutkan sampai pada taraf pengambilan kesimpulan yang berlaku secara umum serta menerangkan hubungan sebab akibat (Mochammad Arief T. Pengantar Metodologi Penelitian. 2004:8). Pengambilan keputusan atau kesimpulan akan dilakukan dengan menggunakan uji statistik.

Metode Kualitatif adalah metode atau teknik pengumpulan data dengan meninjau lapangan (daerah) yang akan diteliti secara langsung (field research) sehingga dapat mengetahui kondisi di daerah tersebut yang kemudian akan disesuaikan dengan data yang di dapat dari sumber lain. Data yang diperoleh dari metode ini merupakan data primer, yaitu data yang langsung berasal dari sumbernya dan data sekunder yang diperoleh dari instansi yang terkait dengan topik kajian. Sedangkan metode kuantitatif adalah jenis penelitian yang menggunakan rancangan penelitian berdasarkan prosedur statistik atau dengan cara lain dari kuantifikasi untuk mengukur variabel penelitiannya. Penggunaan data kuantitatif diperlukan dalam analisis yang dapat dipertanggungjawabkan keshahihannya demi tercapainya ketepatan data dan ketepatan penggunaan model hubungan variabel bebas dan variabel tergantung (Suparlan. 1997:95).

Menurut Soeryono Soekanto, 2004 : 250, suatu tata cara penelitian yang menghasilkan data yang dinyatakan responden secara lisan, tertulis dan perilaku nyata yang diteliti dan dipelajari sebagai suatu yang utuh. Penelitian ini menekankan


(58)

fisik lingkungan yaitu berkenaan dengan limbah yang dihasilkan, dan pengaruh terhadap ekonomi, sosial budaya masyarakat.

B. Pengumpulan Data 1. Variabel

Variabel yang ada dalam penelitian ini yaitu terdiri dari : a. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kegiatan industri alkohol. b. Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perubahan lingkungan, ekonomi dan sosial.

c. Definisi Operasional Variabel

Definisi Operasional Variabel merupakan petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Definisi operasional variabel berisikan indikator-indikator dari suatu variabel yang memungkinkan peneliti mengumpulkan data yang relevan untuk variabel tersebut. Dalam penelitian ini, definisi operasional variabel adalah sebagai berikut:

1) Kegiatan Industri Alkohol

Kegiatan atau aktivitas industri merupakan aktivitas pengolahan suatu barang dari proses awal hingga barang tersebut menjadi barang yang lebih tinggi nilainya dari segi ekonomi. Kegiatan pengolahan industri alkohol yaitu pengolahan tetes tebu dengan melakukan penyulingan hingga menjadi alkohol yang mempunyai nilai ekonomi lebih tinggi. Dengan adanya aktivitas industri alkohol ini maka akan mempengaruhi kondisi lingkungan, ekonomi maupun sosial.

2) Lingkungan


(1)

commit to user

Berdasarkan wawancara dari responden yang menjadi sampel yaitu

sebanyak 30 pengusaha alkohol maka digunakan untuk menganalisis

kemampuan pengusaha untuk memberikan pendidikan kepada

anak-anaknya. Berikut hasil tabel yang menyajikan pernyataan responden:

f.

Tingkat Kesejahteraan Pengusaha Alkohol.

Sesuai dengan analisis kontribusi pendapatan terhadap pengeluaran,

perumahan dan kepemilikan kendaraan pribadi maka dengan mengacu

pada pembagian tingkat kesejahteraan penduduk berdasarkan standar

BKKBN, dapat dianalisis bahwa semua pengusaha alkohol termasuk

keluarga sejahtera.

4.

Pendapatan, Konsumsi (pengeluaran), Tabungan (

Saving

) Pekerja sebelum

dan sesudah bekerja di industri alkohol.

a.

Pendapatan Pekerja Sebelum dan Sesudah Bekerja di Industri

1)

Perbandingan Pendapatan Pekerja Sebelum dan Sesudah Bekerja

di Industri Alkohol

Berikut ini merupakan diagram yang menyatakan perbandingan

pendapatan pekerja sebelum dan sesudah bekerja di industri

alkohol:

2)

Uji T Pendapatan Sebelum dan Sesudah Bekerja di Industri

Alkohol

Dari tabel tersebut maka dapat dianalisis bahwa rata-rata pendapatan pekerja sebelum

bekerja di industri alkohol adalah sebesar Rp 533.333,33 sedangkan sesudah bekerja

di industri alkohol, rata-rata pendapatan pekerja adalah sebesar Rp 1.025.000,00


(2)

commit to user

b.

Pengeluaran Pekerja Sebelum dan Sesudah Bekerja di Industri

1)

Perbandingan Pengeluran Pekerja Sebelum dan Sesudah Bekerja di

Industri Alkohol.

Berikut ini merupakan diagram yang menyatakan perbandingan

pengeluaran pekerja sebelum dan sesudah bekerja di industri

alkohol:

2)

Uji T Konsumsi atau Pengeluaran Sebelum dan Sesudah Bekerja

di Industri Alkohol.

Dari tabel tersebut maka dapat dianalisis bahwa rata-rata

pengeluaran pekerja sebelum bekerja di industri alkohol adalah

sebesar Rp 445.000 sedangkan sesudah bekerja di industri alkohol,

rata-rata pendapatan pekerja adalah sebesar Rp 776.666,67.


(3)

(4)

commit to user

BAB VI

PENUTUP

A.

Kesimpulan

1.

Lingkungan

Keberadaan industri alkohol tidak mempengaruhi tata guna lahan Desa

Bekonang karena industri alkohol merupakan industri rumah tangga. Air

limbah sisa produksi memiliki parameter yang hasil ujinya tidak sesuai

dengan baku mutu yang berlaku. Air limbah yang dibuang melalui

saluran-saluran air yang menuju aliran Sungai Samin, tidak mengakibatkan

penurunan kualitas karena parameter yang melebihi baku mutu, unsur atau

zat sumber pencemarnya bukan berasal dari pembuatan alkohol. Sedangkan

kondisi tanah wilayah yang terkena buangan limbah tidak mengalami

penurunan kualitas. Limbah padat dan cair dapat digunakan sebagai pupuk

untuk pertanian karena limbah ini dapat menyuburkan tanah. Untuk

indikator udara, kegiatan pengolahan alkohol tidak menyebabkan terjadinya

penurunan kualitas udara.

Dari hal-hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa industri alkohol

memberikan pengaruh positif terhadap lingkungan Desa Bekonang.

2.

Ekonomi

Keberadaan industri alkohol di Desa Bekonang telah memberikan

pengaruh besar terhadap penyerapan tenaga kerja. Selain itu keberadaan

industri alkohol juga mampu meningkatkan pendapatan, konsumsi rumah

tangga, kemampuan menabung, kondisi perumahan, kepemilikan alat

transportasi, pendidikan anak bagi pengusaha alkohol. Hasil uji T-Test

menyatakan bahwa dengan keberadaan industri alkohol Desa Bekonang

maka pekerja atau buruh mempunyai pendapatan, tingkat konsumsi dan

kemampuan menabung yang lebih baik daripada sebelum bekerja di indutri

alkohol dengan nilai signifikansi 0.000. Dari hal-hal tersebut maka dapat


(5)

commit to user

disimpulkan bahwa industri alkohol memberikan pengaruh positif terhadap

ekonomi pengusaha alkohol Desa Bekonang dan pekerjanya.

3.

Sosial

Kegiatan industri alkohol tidak mempengaruhi kerukunan dan hubungan

kebertetanggaan masyarakat Desa Bekonang karena kerukunan dan

kebertetanggaan antar masyarakat masih dalam kondisi yang baik dan

harmonis. Terdapat penyimpangan sosial yaitu kegiatan mabuk-mabukan

(alkoholisme) akibat penyalahgunaan konsumsi alkohol berkadar 30 % akan

tetapi tidak menimbulkan terjadinya tindakan kriminalitas di Desa

Bekonang. Dari hal-hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa industri

alkohol memberikan pengaruh negatif terhadap sosial masyarakat terkait

penyimpangan perilaku yaitu alkoholisme.

B.

Saran

1.

Bagi Pemerintah

a.

Pemerintah hendaknya memberikan penyuluhan dan sosialisasi kepada

masyarakat terutama masyarakat yang memiliki industri alkohol untuk

menjaga dan melestarikan lingkungan hidup.

b.

Pemerintah hendaknya melakukan pengawasan dan kontrol secara

teratur terhadap kinerja IPAL.

c.

IPAL sudah mampu menampung limbah yang dihasilkan pengusaha

alkohol setiap harinya. Akan tatapi apabila jumlah limbah yang

dihasilkan pengusaha semakin meningkat dan IPAL dikemudian hari,

sudah tidak mampu menampung air limbah tersebut maka perlu upaya

pembangunan IPAL. IPAL hendaknya dibangun ditempat yang strategis

sehingga semua pengusaha alkohol dapat menjangkau dengan mudah.

d.

Pemerintah hendaknya melakukan pengawasan terhadap produksi

alkohol kadar 30 % untuk mengurangi penyalahgunaan alkohol yang

berkadar 30 % tersebut.


(6)

commit to user

e.

Pemerintah bekerjasama dengan masyarakat mengurangi perilaku

penyalahgunaan penggunaan alkohol melalui dukungan terhadap

perilaku hidup sehat.

f.

Pemerintah hendaknya lebih meningkatkan pemberian bantuan fasilitas

dan peralatan dan memberikan modal lunak sehingga pengusaha alkohol

skala kecil yang sebelumnya hanya dapat memproduksi alkohol

berkadar 30 %, dapat memproduksi alkohol berkadar 90 %. Peningkatan

kualitas produksi alkohol 90 % merupakan upaya untuk mengurangi

penyalahgunaan alkohol.

g.

Pemerintah hendaknya lebih meningkatkan perhatian dengan melakukan

penelitian secara periodik untuk mengetahui lingkungan di sekitar

industri terjadi pencemaran atau masih dalam kondisi batas normal.

h.

Jumlah industri gula semakin berkurang sehingga Pemerintah

hendaknya meneliti bahan baku lain sebagai alternatif pengganti tetes

tebu dan memberikan lapangan kerja baru sebagai pengalihan profesi

apabila industri alkohol sudah tidak menjadi industri yang menjanjikan.

2.

Bagi Pengusaha

a.

Pengusaha lebih memperhatikan lingkungan yang ada di sekitanya

dengan tidak membuang air limbah di saluran drainase dan saluran air

tetapi dibuang ke IPAL yang sudah di sediakan pemerintah.

b.

Pengusaha sebaiknya dapat mengelola limbah padat yang dapat

digunakan sebagai pupuk. Dan apabila dapat dikelola dengan baik maka

limbah dapat dimanfaatkan sebagai peluang usaha baru.

c.

Pengusaha tidak meletakkan kayu bakar dan drum kosong di dekat jalan

yang dimungkinkan akan dapat mengganggu pergerakan jalan.

d.

Pengusaha alkohol selalu memproduksi alkohol yang berkadar 90%,

supaya dapat meningkatkan harga jual dan mengurangi penyalahgunaan

alkoholisme.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Keberadaan Dan Kegiatan Industri Pulp Dan Rayon Terhadap Lingkungan Sosial Ekonomi Dan Budaya Masyarakat Petani Sekitar Di Kecamatan Porsea Kabupaten Toba Samosir

0 28 111

STUDI INDUSTRI GENTENG DI DESA DEMAKAN KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2007

2 5 126

PERKEMBANGAN INDUSTRI ROTAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI DESA TRANGSAN KECAMATAN GATAK KABUPATEN SUKOHARJO

0 26 91

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT TERHADAP BANJIR DI DESA TEGALMADE KECAMATAN MOJOLABAN Kesiapsiagaan Masyarakat Terhadap Banjir Di Desa Tegalmade Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo.

0 0 14

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT TERHADAP BANJIR DI DESA TEGALMADE KECAMATAN MOJOLABAN Kesiapsiagaan Masyarakat Terhadap Banjir Di Desa Tegalmade Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo.

0 1 14

MAKNA REFERSENSIAL PADA NAMA GENTENG DI DESA BEKONANG KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO.

0 2 6

ANALISIS PERKEMBANGAN PRODUKSI USAHA INDUSTRI ALKOHOL DI DESA BEKONANG KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2002 – TAHUN 2006.

0 0 19

JUAL BELI ALKOHOL DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM DI PABRIK CIU DESA BEKONANG KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO.

0 3 26

PENGARUH KEBERADAAN INDUSTRI SIRUP JERUK NIPIS PERAS TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI DESA CIAWIGEBANG KECAMATAN CIAWIGEBANG KABUPATEN KUNINGAN.

9 27 40

PENGARUH KEBERADAAN INDUSTRI TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA MASYARAKAT: Studi di Desa Lagadar Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung.

19 76 49