ASESMEN ASPEK EMOSI UNTUK MENGETAHUI HAMBATAN PERKEMBANGAN EMOSI ANAK PRASEKOLAH.

(1)

Panji Rama Donna, 2012

Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

vii DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMAKASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR DIAGRAM ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Metode ... 7

F. Definisi Konsep ... 8

BAB II KAJIAN TEORI A. Perkembangan Emosi ... 12


(2)

Panji Rama Donna, 2012

Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

viii

C. Perkembangan Emosi Anak Pra Sekolah ... 27

D. Asesmen ... 43

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 58

B. Strategi Pengumpulan ... 61

C. Analisis Data ... 65

D. Langkah-langkah Penelitian ... 69

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Analisis ... 70

1. Bentuk Draf Rancangan Instrumen Asesmen Perkembangan Emosi aNak Pra Sekolah ... ..70

2. Hasil Validasi Oleh Para Ahli ... 94

3. Hasil Uji Coba ... 110

B. Pembahasan ... 137

1. Penyusunan Draf Instrumen Asesmen ... ..137

2. Hasil Validasi ... 138

3. Hasil Uji Coba ... 139

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ………. ...143

B. Rekomendasi ………143

DAFTAR PUSTAKA ... 145 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(3)

Panji Rama Donna, 2012

Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tidak ada seorang individu pun yang sama persis satu sama lain didunia ini sekalipun mereka kembar pasti memiliki perbedaan. Individu terlahir dengan beragam perbedaan dan berjuta potensi yang bisa dikembangkan. Perkembangan individu baik atau tidak tergantung kepada lingkungan tempat individu tersebut berada. Apakah lingkungannya dapat memberikan apa yang dibutuhkan individu tersebut atau sebaliknya malah menghambat perkembangan pada individu tersebut. Lingkungan yang mendukung perkembangan individu adalah lingkungan yang dapat memberikan segala sesuatu yang dibutuhkan individu tersebut untuk mendukung perkembangannya.

Secara alami seorang individu akan mengalami tahapan proses perkembangannya dimulai dari keluarganya. Keluarga mempunyai peran penting untuk mengembangkan potensi individu. Lingkungan berikutnya yang akan didatangi oleh seorang individu yaitu sekolah. Ruang lingkup sekolah lebih besar ketimbang keluarga karena aspek–aspek yang mempengaruhi perkembangan individu disekolah lebih luas lagi. Aspek perkembangan kognitif, komunikasi, moral/etika, social, emosi dan motorik di sekolah lebih luas daripada di rumah. Orang tua harus mempersiapkan anaknya untuk memasuki lingkungan sekolah yang lebih beragam dalam hal interaksi. Orang tua perlu memperhatikan aspek emosi anaknya yang akan memasuki usia sekolah. Aspek emosi adalah modal


(4)

Panji Rama Donna, 2012

Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

2 awal bagi anak untuk memasuki lingkungan sekolah karena di sekolah anak akan berinteraksi dengan banyak orang.

Karena emosi memainkan peran yang sedemikian penting dalam menentukan cara penyesuaian pribadi dan sosial yang akan dilakukan anak, tidak hanya dalam masa kanak – kanak tetapi juga setelah mereka tumbuh menjadi remaja dan dewasa maka perkembangan mereka harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan penyesuaian yang baik (Hurlock, 2005). Segala sesuatu yang mengganggu perkembangan emosi yang baik akan menghambat penyesuaian yang dilakukan anak. Lagipula, karena dasar bagi berbagai pola emosi terletak pada awal kehidupan, maka tahun - tahun awal kehidupan adalah periode yang penting dalam menentukan bentuk pola itu.

Penelitian-penelitian mengenai emosi yang dilakukan pada anak-anak menunjukkan bahwa emosi memainkan peranan penting dalam perkembangan seorang anak. Pentingnya peranan emosi dalam perkembangan anak akan terlihat melalui akibat yang muncul sebagai akibat deprivasi emosi. Deprivasi emosi diartikan sebagai keadaan dimana seorang anak kurang memperoleh kesempatan untuk mendapatkan pengalaman emosional yang menyenangkan, khususnya kasih sayang, kegembiraan, kesenangan, dan rasa ingin tahu (Sunaryo & Sunardi, 2006). Hal ini biasanya dijumpai pada anak-anak yang diterlantarkan atau ditolak oleh orang tuanya, atau anak-anak yang dirawat di lembaga-lembaga seperti rumah sakit atau panti-panti asuhan dalam waktu yang lama (Sunaryo & Sunardi, 2006).

Meskipun pola perkembangan emosi dapat diramalkan, tetapi terdapat variansi dalan segi frekuensi, intensitas serta jangka waktu dari berbagai macam


(5)

Panji Rama Donna, 2012

Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

3 emosi dan juga usia pemunculannya. Variasi ini sudah mulai terlihat sebelum masa bayi berakhir dan semakin sering terjadi dan lebih mencolok dengan meningkatnya usia kanak-kanak (Hurlock, 2005).

Dengan meningkatnya usia anak, semua emosi diekspresikan secara lebih lunak karena mereka harus mempelajari reaksi orang lain terhadap luapan emosi yang berlebihan, sekalipun emosi itu berupa kegembiraan atau emosi yang menyenangkan lainnya (Hurlock, 2005). Selain itu, karena anak-anak mengekang sebagian ekspresi emosi mereka, emosi cenderung bertahan lebih lama daripada dengan jika ekspresi itu diekspresikan secara lebih kuat (Hurlock, 2005).

Perkembangan emosional mempunyai suatu arah yaitu keseimbangan emosional yang diartikan sebagai suatu pengendalian emosi yang menyenangkan dan emosi yang tidak menyenangkan. Satu hal perlu diperhatikan dalam keseimbangan emosional yaitu pengendalian emosi yang diartikan sebagai pengarahan energi emosional ke dalam saluran ekspresi yang berguna dan dapat diterima oleh lingkungan sosial. Bila seseorang individu telah berhasil mengendalikan emosinya, maka dikatakan bahwa dia telah mencapai kematangan emosional.

Karena emosi memainkan peran yang sedemikian penting dalam kehidupan, maka penting diketahui bagaimana perkembangan dan pengaruh emosi terhadap penyesuaian pribadi dan sosial. Sukar mempelajari emosi anak-anak karena informasi tentang aspek emosi yang subjektif hanya dapat diperoleh dengan cara introspeksi sedangkan anak-anak tidak dapat menggunakan cara


(6)

Panji Rama Donna, 2012

Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

4 tersebut dengan baik karena mereka masih berusia sedemikian muda (Hurlock, 2005).

Asesmen merupakan salah satu cara dalam proses pengumpulan data untuk tujuan pembuatan keputusan dan menerapkan seluruh proses pembuatan keputusan tersebut, mulai dari diagnosa paling awal terhadap problem perkembangan sampai penentuan akhir terhadap program anak, serta merupakan salah satu komponen dari dua komponen utama dalam perkembangan manusia yang sengaja didesain untuk mencegah kelainan agar dapat berkembang secara optimal. Komponen yang satunya adalah intervensi (Sunaryo & Sunardi).

Asesmen perkembangan emosi sangat diperlukan untuk mengetahui hambatan perkembangan emosi anak prasekolah. Namun saat ini asesmen yang bisa digunakan untuk mengetahui hambatan perkembangan emosi anak prasekolah sangat sedikit sekali, sekalipun ada saat ini hanya bisa mendeteksi hambatan emosi berdasarkan berat dan ringan tidak mendeteksi setiap aspek perkembangan emosinya. Sebagaimana dikemukakan oleh (Herlina, 2007) bahwa

“bentuk dari hambatan perkembangan emosi anak itu ada 3 kategori besar yaitu 1) behavior problems yaitu problem perilaku, tidak merugikan orang lain, namun dapat merugikan perkembangan diri si anak, dan masih dalam taraf ringan. 2) behavior disorder yaitu perilaku yang menyimpang bila dibandingkan anak seusianya, yang ini sudah agak berat karena sudah tergolong merugikan diri sendiri dan orang lain. 3) behavior maladjusting yaitu perilaku yang keliru yang dilakukan anak-anak untuk mengatasi tuntutan dari lingkungan maupun dari dalam dirinya sendiri, juga merupakan kompensasi yang negatif”.

Oleh sebab itu untuk memudahan, dalam mengetahui hambatan perkembangan emosi anak prasekolah perlu dikembangkan instrumen asesmen dengan memetakan seluruh aspek perkembangan emosi anak prasekolah secara


(7)

Panji Rama Donna, 2012

Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

5 specifik sehingga bisa menggambarkan perkembangan emosi pada tiap aspek perkembangan emosi anak secara detail. Hasilnya kemudian dilakukan analisis secara cermat sehingga dapat diketahui tentang kondisi obyektif anak, terutama kekuatan dan kelemahan pada tiap-tiap aspek perkembangan emosi, yang selanjutnya perlu mendapatkan penguatan melalui intervensi.

Mengingat begitu minimnya instrumen asesmen perkembangan emosi anak prasekolah dan pentingnya mengetahui hambatan perkembangan emosi anak pra sekolah secara dini maka peneliti memutuskan untuk menyusun sebuah instrumen asesmen emosi anak pra sekolah yang dibuat berdasarkan teori perkembangan emosi sebagaimana dikemukakan oleh Elizabeth B. Hurlock, yang dianggap bisa menjelaskan aspek-aspek perkembangan emosi anak pra sekolah. Aspek-aspek perkembangan emosi anak prasekolah menurut Elizabeth B. Hurlock yaitu rasa takut, malu, canggung, khawatir, marah, cemburu, dukacita, keingintahuan, kegembiraan/keriangan/kesenangan, dan kasih sayang. Instrumen asesmen aspek emosi diharapkan dapat digunakan untuk mengetahui setiap aspek perkembangan emosi anak prasekolah, sehingga apabila anak mengalami hambatan atau bahkan kelainan pada salah satu aspek perkembangan emosinya, akan lebih mudah terditeksi secara dini sehingga makin dini dan mudah intervensi yang diberikan karena intervensi yang diberikan hanya pada aspek perkembangan emosi yang mengalami hambatan saja (Herlina, 2007). Oleh karena itu peneliti mengambil judul “ASESMEN ASPEK EMOSI UNTUK MENGETAHUI


(8)

Panji Rama Donna, 2012

Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

6

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Berangkat dari latar belakang tersebut, permasalahan pokok penelitian ini

adalah : ”Bagaimana aplikasi teori Elizabeth B. Hurlock dalam asesmen aspek emosi untuk mengetahui hambatan perkembangan emosi anak pra sekolah?”

Untuk mengarahkan pelaksanaan penelitian, maka dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana draf rancangan instrumen asesmen aspek emosi bagi anak pra sekolah berdasarkan teori Elizabeth Hurlock ?

2. Bagaimana hasil uji coba instrumen asesmen aspek emosi anak pra sekolah ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk membuat sebuah instrumen asesmen aspek emosi untuk mengetahui hambatan perkembangan emosi anak pra sekolah. Asesmen tersebut dikembangkan berdasarkan teori perkembangan emosi yang dikemukakan oleh Elizabeth B. Hurlock. Jadi, produk dari penelitian ini adalah tersusunnya sebuah instrumen asesmen aspek emosi untuk mengetahui hambatan perkembangan emosi anak pra sekolah.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam disiplin ilmu pendidikan terutama dalam pendidikan kebutuhan khusus.


(9)

Panji Rama Donna, 2012

Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

7 2. Manfaat praktis.

Dalam tataran praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan emosi anak pra sekolah, sehingga apabila anak mengalami hambatan atau bahkan kelainan pada aspek perkembangan emosinya, bisa terditeksi secara dini sehingga akan makin dini pula intervensi dapat dilakukan.

a. Bagi lembaga-lembaga pendidikan usia dini/prasekolah

Tersedianya instrumen asesmen aspek emosi untuk mengetahui hambatan perkembangan emosi anak prasekolah.

b. Bagi Guru

Dapat digunakan guru untuk mengetahui sejauh mana perkembangan emosi anak pra sekolah.

c. Peneliti Selanjutnya

Manfaat bagi peneliti selanjutnya adalah sebagai pembelajaran yang sangat berharga untuk mengembangkan diri dalam penyusunan instrumen-instrumen asesmen yang lainnya, sebagai bekal pengabdian di masyarakat terutama pada jalur pendidikan kebutuhan khusus.

E. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui dua tahap:

1. Tahap pertama: penelitian tahap pertama dilakukan untuk mengetahui bentuk draf rancangan instrumen asesmen emosi yang dibuat berdasarkan teori Elizabeth Hurlock. Pada tahap ini peneliti melakukan analisis literatur


(10)

Panji Rama Donna, 2012

Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

8 terhadap teori-teori, konsep-konsep perkembangan emosi anak prasekolah menurut Elizabeth B. Hurlock. Setelah itu, peneliti melakukan expert

judgment untuk memvalidasi draft rancangan instumen asesmen aspek emosi.

Metode kualitatif adalah metode yang digunakan untuk meneliti pada tahap pertama.

2. Tahap kedua: penelitian tahap kedua dilakukan untuk menguji coba instrumen sehingga akhirnya diperoleh instrumen asesmen aspek emosi anak pra sekolah yang valid dan reliabel. Metode kuantitatif adalah metode yang digunakan dalam penelitian tahap kedua.

F. Definisi Konsep

1. Asesmen

Selain istilah penilaian kini juga populer istilah asesmen (assessment) dan orang yang melakukan asesmen disebut asesor. Menurut popham (1995:3) asesmen pendidikan merupakan sebuah usaha formal untuk menentukan status peserta didik berkenaan dengan berbagai variasi pendidikan yang menjadi perhatian guru. Di pihak lain, menurut Airasian (1991:3) asesmen merupakan proses pengumpulan, penafsiran, dan sintesis informasi untuk membuat keputusan.

Asesmen terkait langsung dan menjadi bagian dengan proses pembelajaran dan dilakukan secara berkelanjutan selama berlangsungnya proses pembelajaran tersebut. Dengan asesmen proses berbagai kegiatan peserta didik akan dapat


(11)

Panji Rama Donna, 2012

Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

9 dipantau dan dapat dijadikan bukti dan informasi yang diperlukan dalam penilaian. Jadi asesmen dilakukan baik secara informal maupun formal baik lewat pengamatan, penugasan, maupun tes dan lain – lain yang dapat memberikan informasi otentik tentang peserta didik. Dengan demikian, tes yang dimaksudkan untuk mengukur kopetensi peserta didik berkaitan dengan hasil pembelajaran, hanyalah bagian dari asesmen. Menurut Brown (2004:6) semua tes bersifat formal, tetapi tidak semua asesmen formal merupakan tes. Misalnya, asesmen porto - folio dan proyek.

2. Emosi

Emosi merupakan suatu keadaan atau perasaan yang bergejolak dalam diri individu yang sifatnya disadari. Oxford English Dictionary mengartikan emosi sebagai suatu kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu atau setiap keadaan mental yang hebat. Selain itu, Daniel Goleman merumuskan emosi sebagai sesuatu yang merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis, serta serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi dapat dikelompokkan sebagai suatu rasa marah, kesedihan, rasa takut, kenikmatan, cinta, terkejut, jengkel atau malu (http://www.e-psikologi.com).

Menurut Elizabeth B. Hurlock (1978:79) reaksi yang tidak menyenangkan pada bayi dapat diperoleh dengan cara mengubah posisi tubuh secara tiba-tiba, membuat suara keras atau membiarkan bayi menggunakan popok yang basah. Rangsangan ini menimbulkan reaksi emosional berupa tangisan dan ativitas yang


(12)

Panji Rama Donna, 2012

Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

10 kuat. Sebaliknya reaksi yang menyenangkan dapat tampak jelas tatkala bayi menyusui pada ibunya.

3. Perkembangan

Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 1998).

4. Pola Perkembangan Emosi Masa Kanak – Kanak Awal menurut Elizabeth B.

Hurlock.

Perkembangan Emosi adalah kemampuan untuk mengekspresikan perasaan – perasaan seperti : takut, malu, canggung, khawatir, marah, cemburu, dukacita, keingintahuan, kegembiraan/keriangan/kesenangan, dan kasih sayang.

5. Hambatan perkembangan emosi

Hambatan perkembangan emosi menurut Elizabet B.Hurlock yaitu suatu gangguan pada pola perkembangan emosi baik pada satu aspek atau lebih.


(13)

Panji Rama Donna, 2012

Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

11 6. Pengertian Usia Anak Pra Sekolah

Menurut Kozier, rentang usia untuk masa prasekolah adalah mulai 3-4 tahun, sedangkan menurut Wong periode prasekolah berkisar antara usia 3-5 tahun. Di Indonesia, masa prasekolah berdasarkan Peraturan Pemerintah No 20 tahun 1990, bahwa yang dimaksud usia prasekolah adalah anak yang berumur kalender antara 3-6 tahun (Yusuf,2004), menurut Elizabeth B. Hurlock bahwa yang dimaksud usia pra sekolah anak yang berumur kalender antara 3-6 tahun.


(14)

Panji Rama Donna, 2012

Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

58

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Produk akhir dari penelitian ini adalah sebuah instrumen asesmen aspek emosi untuk mengetahui hambatan perkembangan emosi anak prasekolah. Penelitian dilaksanakan menggunakan mixed method research design.

Pada Bab I tesis ini dikemukakan bahwa terdapat dua pertanyaan penelitian yang coba dijawab melalui peneletian ini. Pertanyaan penelitian pertama, “Bagaimana draf rancangan instrumen asesmen aspek emosi bagi anak prasekolah berdasarkan teori Elizabeth.B Hurlock ”. difokuskan pada analisis literatur dan pendapat para ahli atau stakeholder mengenai rancangan instrumen asesmen aspek emosi bagi anak prasekolah berdasarkan teori Elizabeth.B Hurlock.

Data yang diperoleh melalui pertanyaan penelitian tersebut merupakan data kualitatif.

Di pihak lain, gugus pertanyaan penelitian kedua, ” Bagaimana hasil uji coba instrumen asesmen aspek emosi anak pra sekolah”. Difokuskan pada analisis hasil uji instrumen asesmen aspek emosi anak pra sekolah dilapangan.

Pertanyaan penelitian kedua menghasilkan data kuantitatif tentang hasil pengukuran reliabilitas instrumen tersebut.


(15)

Panji Rama Donna, 2012

Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

59 Dengan demikian, penelitian ini harus menangani dua jenis data, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif, dan oleh karenanya desain penelitian yang hanya menggunakan metode kualitatif saja atau metode kuantitatif saja untuk penelitian ini tidak akan memadai; penelitian ini harus menggunakan desain yang mengkombinasikan kedua metode tersebut – yang disebut mixed methods research

design. Mixed methods research design adalah suatu prosedur untuk mengumpulkan,

menganalisis, dan "mencampur" metode penelitian kuantitatif dan kualitatif dalam satu kajian untuk memahami sebuah masalah penelitian (Creswell, 2008). Asumsi dasarnya adalah bahwa penggunaan metode kuantitatif dan metode kualitatif, yang dikombinasikan, memberikan pemahaman yang lebih baik tentang masalah penelitian dan pertanyaan penelitian daripada hanya menggunakan salah satu metode saja.

Terdapat berbagai alasan mengapa mixed methods design harus digunakan untuk melaksanakan suatu kajian. Secara umum, sebuah penelitian dilaksanakan menggunakan mixed methods apabila kita mempunyai data kualitatif maupun data kuantitatif, dan kedua jenis data tersebut secara bersama-sama memberikan pemahaman yang lebih baik tentang masalah penelitian itu daripada jika kita hanya mempunyai salah satu dari kedua jenis data tersebut. Penelitian dengan Mixed

methods merupakan suatu desain yang baik digunakan jika kita ingin memanfaatkan

kelebihan dari data kualitatif maupun data kuantitatif tersebut.

Dalam hal perlakuan peneliti terhadap data kualitatif dan data kuantitatif, dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut.


(16)

Panji Rama Donna, 2012

Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

60 1. Peneliti mengumpulkan data kualitatif terlebih dahulu, kemudian mengumpulkan data kuantitatif, dan pengumpulan data dilakukan dalam dua fase yang terpisah.

2. Peneliti lebih memperioritaskan data kualitatif (QUAL) daripada data kuantitatif (quan). Pemberian prioritas ini dilakukan dengan menganalisis sumber-sumber literater dan mengajukan lebih banyak pertanyaan terbuka (open-ended

question) daripada pertanyaan tertutup, dan membahas hasil data kualitatif

secara lebih rinci daripada hasil data kuantitatif.

3. Peneliti membangun data kuantitatif berdasarkan data kualitatif. Data kuantitatif tentang uji reliabiltas instrumen asesmen aspek emosi diperoleh setelah peneliti mendapatkan data kualitatif yang digunakan untuk menyusun intrumen tersebut. Berdasarkan hal-hal tersebut, maka desain penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah mixed methods research design. Pada umumnya desain ini diaplikasikan untuk mengidentifikasi tema-tema, merancang suatu instrumen, dan selanjutnya mengujinya. Peneliti menggunakan desain ini apabila tidak terdapat instrumen, variabel, dan alat ukur untuk populasi yang sedang dikajinya, atau peneliti tidak mengetahui keberadaannya (Creswell, 2008).


(17)

Panji Rama Donna, 2012

Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

61

QUAL (Data dan Hasil)

Membangunl quan (Data dan Hasil)

Gambar 3.1: Mixed Methods Research Design (diadaptasikan dari Creswell, 2008)

Keterangan:

 Tanda panah menunjukkan urutan pengumpulan data. Pengumpulan data kuantitatif dilakukan setelah diperoleh data kualitatif.

 Huruf kapital menunjukkan prioritas data. QUAL menunjukkan bahwa data kualitatif lebih diprioritaskan daripada data kuantitatif (quan).

B. Strategi Pengumpulan Data

Di atas telah dikemukakan bahwa data yang dikumpulkan melalui penelitian ini terdiri dari data kualitatif dan data kuantitatif. Pengumpulan data kualitatif dilakukan pada penelitian fase pertama, sedangkan pengumpulan data kuantitatif dilakukan pada penelitian fase kedua. Data kualitatif itu berupa data deskriptif tentang hasil analisis terhadap literatur dan beberapa pendapat para ahli atau

stakeholder; sedangkan data kuantitatif adalah berupa hasil uji coba instrument

dilapangan yang disusun berdasarkan data kualitatif tersebut.


(18)

Panji Rama Donna, 2012

Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

62

a. Studi Literatur

Yang menjadi kajian utama dari studi literatur yaitu, aspek-aspek perkembangan emosi, komponen dan indikator dari buku yang berjudul Child

Development 6th, karangan elizabeth B. hurlock yang diterjemahkan dalam bahasa

Indonesia serta literatur-literatur lainnya yang berkaitan dengan perkembangan emosi anak pra sekolah.

b. Studi Delphie

Agar dapat mengungkap data tentang Bagaimana draf rancangan instrumen asesmen aspek emosi bagi anak pra sekolah berdasarkan teori Elizabeth.B Hurlock, kajian dilakukan dengan metode studi Delphi, yakni sebuah komunikasi interaksi yang terstruktur antara peneliti dan ahli di lapangan dalam rangka mengembangkan tema, kebutuhan, arahan dan prediksi suatu topik (delphistudy.org/about.html). Para pakar studi Delphi (wilderdom.com/delphi.html) mengatakan bahwa teknik Delphi adalah sebuah cara inovatif untuk melibatkan para ahli dan spesialis sibuk yang mungkin tidak dapat datang bersama-sama untuk melakukan brainstorming, namun yang tetap perlu berinteraksi dengan satu sama lain untuk menghasilkan ide-ide baru.

1) Pemilihan Kelompok Delphi

Pendekatan kelompok Delphi adalah teknik untuk mengumpulkan data yang serupa dengan kelompok fokus (focus group discussion). Tidak seperti kelompok fokus (FGD), kelompok Delphi tidak harus bertemu secara fisik. Teknik Delphi adalah sebuah metode untuk menghasilkan ide-ide dan memfasilitasi konsensus


(19)

Panji Rama Donna, 2012

Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

63 antara individu-individu yang memiliki pengetahuan khusus untuk berbagi, tetapi yang tidak selalu berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Secara cermat, studi Delphi memilih individu-individu yang memiliki pengetahuan yang diperlukan (para ahli) untuk menganalisis masalah tertentu. Ini berarti bahwa penentuan kelompok dalam penelitian ini tidak dimaksudkan untuk mewakili satu populasi tertentu, dan oleh karenanya hasilnya pun tidak dimaksudkan untuk digeneralisasikan pada populasi tertentu. Peneliti menggunakan teknik purposive sampling untuk memilih kelompok Delphi. Dengan menggunakan purposive sampling, peneliti meningkatkan cakupan atau kisaran data serta mempertinggi kemungkinan terungkapnya realita secara lebih baik. Peneliti dapat mempergunakan pertimbangannya (judgment) untuk memilih sampel yang paling tepat berdasarkan pertanyaan penelitian yang hendak dicarikan jawabannya (Fetterman, 1989).

Oleh karena itu, pemilihan kelompok Delphi untuk penelitian ini lebih didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan berdasarkan kriteria sebagai berikut: a) Memiliki pemahaman yang luas terhadap teori perkembangan emosi.

b) Memiliki pemahaman terhadap cara-cara penyusunan instrumen asesmen.

Berdasarkan kriteria di atas, peneliti menemukan lima orang ahli yang dapat dilibatkan sebagai kelompok delphi dalam studi delphi ini. Kelima ahli merupakan dosen Universitas Pendidikan Indonesia.


(20)

Panji Rama Donna, 2012

Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

64 Untuk mengumpulkan data kualitatif peneliti menurunkan konsep teori perkembangan emosi anak prasekolah menurut Elizabeth B.Hurlock kedalam draf kisi-kisi instrumen asesmen yang meliputi aspek-aspek perkembangan emosi apa saja yang sesuai, komponen-komponen dari setiap aspek, indikator dari setiap komponen, dan item pertanyaan dari setiap indikator selanjutnya melakukan studi delphi dengan membagikan kuesioner/angket tentang draf rancangan instrumen asesmen kepada para ahli. Adapun langkah dalam studi delphi adalah sebagai berikut:

a) Mempersiapkan dan mendistribusikan instrumen survei awal.

b) Menerima dan menganalisis tanggapan pertama. Menyusun tanggapan dengan pertanyaan, dengan hanya sedikit pengeditan yang diperlukan untuk kejelasan dan konsistensi.

c) Mempersiapkan dan mendistribusikan instrumen survei kedua.

d) Menerima dan menganalisa tanggapan kedua (data gelombang kedua). e) Ulangi proses dengan gelombang tambahan, jika perlu.

f) Mempersiapkan dan mendistribusikan laporan akhir kepada anggota panel.

C. Pengumpulan Data Kuantitatif

Sebagaimana telah dikemukakan pada Bab I, penelitian ini dimaksudkan untuk menghasilkan sebuah instrument asesmen aspek emosi anak pra-sekolah. Intrumen tersebut disusun berdasarkan hasil studi Delphi. Agar peneliti memiliki alasan untuk menafsirkan bahwa memiliki taraf kepercayaan atau reliabilitas yang


(21)

Panji Rama Donna, 2012

Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

65 tinggi, maka untuk mengukur reliabilitas inteumens asesmen tersebut diperlukan data kuantitatif hasil uji coba. Intrumens tersebut. Uji coba ini dilakukan pada beberapa TK/PAUD.

a. Pemilihan Sampel

Pemilihan sample untuk penelitian menggunakan teknik Cluster Sampling

(Area Sampling). Peneliti menggunakan teknik sammpling ini karena objek penelitian

ini luas. Sebagaimana yang dikemukakan oleh sugiyono (2008 : 121), bahwa teknik

cluster sampling digunakan untuk menentukan sampel bila objek yang akan diteliti

atau sumber data sangat luas. Adapun sampel dalam penelitian yaitu dua TK/PAUD yang berada di daerah pedesaan, dua TK/PAUD yang berada di daerah semi perkotaan atau daerah transisi, dan dua TK/PAUD yang berada di daerah perkotaan.

b. Teknik dan Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah instrumen asesmen aspek emosi yang sudah divalidasi oleh para ahli melalui studi delphi. Teknik yang digunakan yaitu dengan cara meminta guru/orang tua dari siswa TK/PAUD mengisi instrumen asesemen aspek emosi sesuai dengan kondisi siswa yang sebenarnya.

Untuk mendapatkan data kuantitatif, maka hasil pengisian intrumen tersebut dikuantifikasikan sebagai berikut :

1). untuk penilaian item pertanyaan positif skor 4 diberikan untuk jawaban selalu skor 3 diberikan untuk jawaban sering


(22)

Panji Rama Donna, 2012

Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

66 skor 2 diberikan untuk jawaban jarang

skor 1 diberikan untuk jawaban jarang sekali 2). untuk penilaian item pertanyaan negatif

skor 4 diberikan untuk jawaban jarang sekali skor 3 diberikan untuk jawaban jarang skor 2 diberikan untuk jawaban sering skor 1 diberikan untuk jawaban selalu

D. Analisis Data

Data kualitatif yang diperoleh melalui studi Delphi dan data kuantitatif yang diperoleh melalui uji coba dianalisis secara terpisah, dan peneliti menginterpretasikan kaitan antara kedua jenis data hasil penelitian tersebut.

1. Analisis Data Kualitatif

Di dalam penelitian kualitatif, analisis dan interpretasi data adalah upaya untuk memahami apa yang telah dikatakan orang, mencari pola-pola, mengaitkan apa yang dikatakan orang di satu tempat dengan apa yang dikatakannya di tempat lain, dan memadukan apa yang dikatakan oleh orang-orang yang berbeda-beda (Patton, 1990). Analisis data secara kualitatif dilakukan dengan cara melihat, memeriksa, membandingkan, dan menafsirkan pola-pola atau tema-tema yang bermakna yang muncul dalam data penelitian (Frechtling & Sharp, 1997). Pada tingkat yang paling sederhana, analisis kualitatif adalah upaya untuk memeriksa kumpulan data yang relevan guna mengetahui bagaimana data tersebut dapat menjawab pertanyaan penelitian.


(23)

Panji Rama Donna, 2012

Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

67 Dalam penelitian ini, data yang sudah diperoleh atau terkumpul kemudian diolah dan dianalisis guna bisa dideskripsikan agar sesuai dengan pertanyaan permasalahan yang diangkat. Proses analisis dalam penelitian ini menggunakan kerangka yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (Frechtling & Sharp, 1997; Bloland, 1992), yang terdiri dari tiga fase, yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan konklusi dan verifikasi.

Reduksi data adalah proses menyeleksi, memfokuskan, menyederhanakan, mengabstraksikan, dan mentrasformasikan data yang tercantum dalam transkrip draf validasi intrumen asesmen. Reduksi data ini tidak hanya dimaksudkan agar data menjadi padat sehingga mudah dikelola, tetapi juga agar lebih mudah dipahami dari perspektif masalah yang dibahas.

Fase kedua dari analisis data ini adalah menentukan bagaimana data itu akan disajikan. Sajian data ini menampilkan rakitan informasi yang padat dan terorganisasi untuk memudahkan penarikan konklusi.

Fase ketiga dari proses analisis data itu adalah penarikan konklusi dan verifikasi. Penarikan konklusi dilakukan dengan melihat kembali data untuk menimbang-nimbang makna dari data yang sudah dianalisis itu dan untuk menimbang implikasinya bagi pertanyaan penelitian terkait. Verifikasi, yang terkait secara integral dengan penarikan konklusi, dilakukan dengan membaca ulang data berkali-kali untuk melakukan cross-check atau menguji kebenaran konklusi yang telah dibuat.


(24)

Panji Rama Donna, 2012

Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

68

2. Analisis Data Kuantatif

Menurut Suherman (2003: 131) suatu intsrumen dikatakan reliabel, jika hasil dari instrument tersebut relatif tetap jika digunakan untuk subyek yang sama.

Uji reliabilitas diperlukan untuk melengkapi syarat validnya sebuah alat evaluasi. Untuk mengetahui apakah sebuah instrumen memiliki reliabilitas tinggi, sedang atau rendah dilihat dari nilai koefisien reliabilitasnya. Teknik perhitungan koefisien reliabilitas dilakukan dengan menggunakan prinsip ketetapan intern. Pada cara ini skor pada satu item pertanyaan dikorelasikan dengan skor pada item-item pertanyaan sisanya. Rumus yang dipakai adalah rumus korelasi Alpha Cronbach, dengan menggunakan bantuan soffware SPSS versi 17.0 for windows. Peneliti memilih rumus Alpha Cronbach, karena dapat menganalisis butir instrumen sekaigus.

Adapun langkah-langkah dalam analisis yaitu sebagai berikut : a. Melakukan pengskoran.

b. Mentabulasikan data.

c. Menguji reliabilitas intrumen untuk setiap aspek dengan menggunakan bantuan

soffware SPSS versi 17.0 for windows..

d. Menghitung koefesien koreliasi untuk setiap butir untuk setiap aspek dengan menggunakan bantuan soffware SPSS versi 17.0 for windows..

e. Menguji reliabilitas instrumen secara keseluruhan dengan menggunakan bantuan


(25)

Panji Rama Donna, 2012

Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

69 Kreteria pengambilan keputusan:

a. Reliabilitas instrumen

Nilai korelasi dari hasil pengujian diinterprestasikan kedalam klasifikasi yang dibuat oleh Guilford. Kriteria reliabilitas yang dibuat oleh Guilford (Suherman, 2003: 139) dikategorikan sebagai berikut:

Tabel 3.1

Interpretasi Reliabilitas

Derajat Reliabilitas Interpretasi

0,90  r11 1,00 Sangat tinggi

0,70  r11 < 0,90 Tinggi

0,40  r11 < 0,70 Sedang

0,20  r11 < 0,40 Rendah r11 < 0,20 Sangat rendah

b. Analisis butir instrumen

r

n

> r

xy = butir insrumen dihapus atau dibuang keterangan :

r

n

=

Nilai alpha butir pertanyaan pada kolom Cronbach’s Alpha if Item

Delete

r

xy

=

Nilai alpha cronbach keseluruhan.

2. Langkah-langkah Penelitian

Secara keseluruhan, langkah-langkah penelitian ini dapat digambarkan seperti yang dapat dilihat pada Gambar 3.2 berikut ini.

Analisis aspek – aspek emosi

Rancangan instrumen

Validasi Ahli


(26)

Panji Rama Donna, 2012

Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

70

Gambar 3.2


(27)

Panji Rama Donna, 2012

Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

143

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, peneliti mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Bentuk instumen asesmen aspek perkembangan emosi, yaitu berbentuk angket. Terdapat 7 aspek perkembangan emosi dalam instrumen, yaitu item AE.1.1.1 - AE.1.4.4 untuk aspek takut, item AE.2.1.1 - AE.2.24 untuk aspek marah, item AE.3.1.1-AE.3.3.3 untuk aspek cemburu, item AE.4.1.1- AE.4.2.3 untuk aspek dukacita, item AE.5.1.1 - AE.5.3.1 untuk aspek keingintahuan, AE.6.1-AE.6,3 untuk aspek kesenangan/keriangan/ kegembiraan, AE.7.1.1 - AE.7.3.3 untuk aspek kasih sayang.

2. Hasil validasi para ahli dan uji coba lapangan menunjukkan instrumen asesmen perkembangan emosi valid dan reliabel.

3. Hasil uji coba menunjukan ada beberapa orang anak yang terjaring dan diduga mengalami hambatan dalam perkembangan emosinya. Dengan demikian, instrumen asesmen aspek emosi ini dapat digunakan untuk membantu mengetahui hambatan perkembangan emosi anak prasekolah.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil temuan-temuan penelitian ini, penulis merekomendasikan hal-hal sebagai berikut.

1. Bagi lembaga-lembaga yang menyelenggarakan layanan pendidikan usia dini diharapkan untuk mengujicobakan dan menggunakan instumen asesmen


(28)

Panji Rama Donna, 2012

Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

144 aspek emosi ini dalam menggali hambatan perkembangan emosi anak prasekolah.

2. Bagi guru dalam mengaplikasikan asesmen ini, perlu diperhatikan hal-hal berikut:

a. Asesmen ini dimaksudkan untuk mengetahui hambatan perkembangan emosi anak pada usia pra sekolah.

b. Asesmen ini hendaknya dipakai oleh asesor untuk mengasesmen anak pada saat anak berada pada usia 3 tahun sampai 6 tahun yang sedang atau sudah mengikuti pendidikan di TK atau PAUD.

c. Dalam menggunakan asesmen ini, hendaknya asesor berkolaborasi dengan guru TK/PAUD dan orang tua anak.

d. Asesor yang berwenang memakai asesmen ini adalah mereka yang memiliki pengetahuan tentang perkembangan anak..

e. Asesmen ini bisa dipakai oleh guru maupun orang tua yang memang mengetahui perilaku dan sikap keseharian anak.

3. Untuk penelitian yang serupa, disarankan dalam penyusuanan instrumen asesmen terutama instrumen yang berbentuk angket, hendaknya memperhatikan hal-hala sebagai berikut:

a. Merperhatikan prinsip-prinsip penyusunan kisi-kisi. b. Memperhatikan prisnsip penyusunan angket.


(1)

Panji Rama Donna, 2012

Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

67 Dalam penelitian ini, data yang sudah diperoleh atau terkumpul kemudian diolah dan dianalisis guna bisa dideskripsikan agar sesuai dengan pertanyaan permasalahan yang diangkat. Proses analisis dalam penelitian ini menggunakan kerangka yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (Frechtling & Sharp, 1997; Bloland, 1992), yang terdiri dari tiga fase, yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan konklusi dan verifikasi.

Reduksi data adalah proses menyeleksi, memfokuskan, menyederhanakan, mengabstraksikan, dan mentrasformasikan data yang tercantum dalam transkrip draf validasi intrumen asesmen. Reduksi data ini tidak hanya dimaksudkan agar data menjadi padat sehingga mudah dikelola, tetapi juga agar lebih mudah dipahami dari perspektif masalah yang dibahas.

Fase kedua dari analisis data ini adalah menentukan bagaimana data itu akan disajikan. Sajian data ini menampilkan rakitan informasi yang padat dan terorganisasi untuk memudahkan penarikan konklusi.

Fase ketiga dari proses analisis data itu adalah penarikan konklusi dan verifikasi. Penarikan konklusi dilakukan dengan melihat kembali data untuk menimbang-nimbang makna dari data yang sudah dianalisis itu dan untuk menimbang implikasinya bagi pertanyaan penelitian terkait. Verifikasi, yang terkait secara integral dengan penarikan konklusi, dilakukan dengan membaca ulang data berkali-kali untuk melakukan cross-check atau menguji kebenaran konklusi yang telah dibuat.


(2)

Panji Rama Donna, 2012

Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

68

2. Analisis Data Kuantatif

Menurut Suherman (2003: 131) suatu intsrumen dikatakan reliabel, jika hasil dari instrument tersebut relatif tetap jika digunakan untuk subyek yang sama.

Uji reliabilitas diperlukan untuk melengkapi syarat validnya sebuah alat evaluasi. Untuk mengetahui apakah sebuah instrumen memiliki reliabilitas tinggi, sedang atau rendah dilihat dari nilai koefisien reliabilitasnya. Teknik perhitungan koefisien reliabilitas dilakukan dengan menggunakan prinsip ketetapan intern. Pada cara ini skor pada satu item pertanyaan dikorelasikan dengan skor pada item-item pertanyaan sisanya. Rumus yang dipakai adalah rumus korelasi Alpha Cronbach, dengan menggunakan bantuan soffware SPSS versi 17.0 for windows. Peneliti memilih rumus Alpha Cronbach, karena dapat menganalisis butir instrumen sekaigus.

Adapun langkah-langkah dalam analisis yaitu sebagai berikut : a. Melakukan pengskoran.

b. Mentabulasikan data.

c. Menguji reliabilitas intrumen untuk setiap aspek dengan menggunakan bantuan

soffware SPSS versi 17.0 for windows..

d. Menghitung koefesien koreliasi untuk setiap butir untuk setiap aspek dengan menggunakan bantuan soffware SPSS versi 17.0 for windows..

e. Menguji reliabilitas instrumen secara keseluruhan dengan menggunakan bantuan


(3)

Panji Rama Donna, 2012

Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

69 Kreteria pengambilan keputusan:

a. Reliabilitas instrumen

Nilai korelasi dari hasil pengujian diinterprestasikan kedalam klasifikasi yang dibuat oleh Guilford. Kriteria reliabilitas yang dibuat oleh Guilford (Suherman, 2003: 139) dikategorikan sebagai berikut:

Tabel 3.1

Interpretasi Reliabilitas

Derajat Reliabilitas Interpretasi 0,90  r11 1,00 Sangat tinggi 0,70  r11 < 0,90 Tinggi 0,40  r11 < 0,70 Sedang 0,20  r11 < 0,40 Rendah

r11 < 0,20 Sangat rendah

b. Analisis butir instrumen

r

n

> r

xy = butir insrumen dihapus atau dibuang

keterangan :

r

n

=

Nilai alpha butir pertanyaan pada kolom Cronbach’s Alpha if Item

Delete

r

xy

=

Nilai alpha cronbach keseluruhan.

2. Langkah-langkah Penelitian

Secara keseluruhan, langkah-langkah penelitian ini dapat digambarkan seperti yang dapat dilihat pada Gambar 3.2 berikut ini.

Analisis aspek – aspek emosi

Rancangan instrumen

Validasi Ahli Tahap 1


(4)

Panji Rama Donna, 2012

Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

70 Gambar 3.2


(5)

Panji Rama Donna, 2012

Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

143 BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, peneliti mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Bentuk instumen asesmen aspek perkembangan emosi, yaitu berbentuk angket. Terdapat 7 aspek perkembangan emosi dalam instrumen, yaitu item AE.1.1.1 - AE.1.4.4 untuk aspek takut, item AE.2.1.1 - AE.2.24 untuk aspek marah, item AE.3.1.1-AE.3.3.3 untuk aspek cemburu, item AE.4.1.1- AE.4.2.3 untuk aspek dukacita, item AE.5.1.1 - AE.5.3.1 untuk aspek keingintahuan, AE.6.1-AE.6,3 untuk aspek kesenangan/keriangan/ kegembiraan, AE.7.1.1 - AE.7.3.3 untuk aspek kasih sayang.

2. Hasil validasi para ahli dan uji coba lapangan menunjukkan instrumen asesmen perkembangan emosi valid dan reliabel.

3. Hasil uji coba menunjukan ada beberapa orang anak yang terjaring dan diduga mengalami hambatan dalam perkembangan emosinya. Dengan demikian, instrumen asesmen aspek emosi ini dapat digunakan untuk membantu mengetahui hambatan perkembangan emosi anak prasekolah.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil temuan-temuan penelitian ini, penulis merekomendasikan hal-hal sebagai berikut.

1. Bagi lembaga-lembaga yang menyelenggarakan layanan pendidikan usia dini diharapkan untuk mengujicobakan dan menggunakan instumen asesmen


(6)

Panji Rama Donna, 2012

Asesmen Aspek Emosi Untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan Emosi Anak Prasekolah Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

144 aspek emosi ini dalam menggali hambatan perkembangan emosi anak prasekolah.

2. Bagi guru dalam mengaplikasikan asesmen ini, perlu diperhatikan hal-hal berikut:

a. Asesmen ini dimaksudkan untuk mengetahui hambatan perkembangan emosi anak pada usia pra sekolah.

b. Asesmen ini hendaknya dipakai oleh asesor untuk mengasesmen anak pada saat anak berada pada usia 3 tahun sampai 6 tahun yang sedang atau sudah mengikuti pendidikan di TK atau PAUD.

c. Dalam menggunakan asesmen ini, hendaknya asesor berkolaborasi dengan guru TK/PAUD dan orang tua anak.

d. Asesor yang berwenang memakai asesmen ini adalah mereka yang memiliki pengetahuan tentang perkembangan anak..

e. Asesmen ini bisa dipakai oleh guru maupun orang tua yang memang mengetahui perilaku dan sikap keseharian anak.

3. Untuk penelitian yang serupa, disarankan dalam penyusuanan instrumen asesmen terutama instrumen yang berbentuk angket, hendaknya memperhatikan hal-hala sebagai berikut:

a. Merperhatikan prinsip-prinsip penyusunan kisi-kisi. b. Memperhatikan prisnsip penyusunan angket.