PERKEMBANGAN INDIVIDU dari aspek emosi (1)

PERKEMBANGAN INDIVIDU

Oleh :

ROSE NUR VITASARI

(14050974045)

SYARIF HIDAYATULLAH

(14050974051)

RISTYAWAN KAUTSAR

(14050974052)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA
PRODI PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMASI
2016


PERKEMBANGAN INDIVIDU

A. Perkembangan Fisik
1. Masa Kanak-kanak
Ditandai dengan hilangnya ciri-ciri perut yang menonjol, seperti kaki dan
tubuh yang tumbuh lebih cepat dari kepala mereka. Pada masa ini juga
mengalami perkembangan pada salah satu sisi tubuh, misal menggunakan
tangan kanan lebih sering daripada tangan kiri, dan pada umumnya anak-anak
cenderung menggunakan bagian tubuh kanan lebih aktif daripada bagian kiri.
Pada masa ini juga anak-anak mulai berjalan, berlari, menali sepatu, menulis,
mewarnai,dan memotong dengan gunting. Setalah 6 atau 7 tahun keterampilan
dasar tersebut mulai dikuasai.
2. Masa Pra-Remaja
Perkembangan fisik anak-anak lebih lambat daripada masa kanak-kanak, dan
perubahan relatif sedikit. Pertumbuhan otot didahului oleh pertumbuhan
tulang dan kerangka.
Pada usia 9-10 tahun banyak anak perempuan yang terus tumbuh hingga usia
18 tahun, pertumbuhan ini dimulai dengan semakin panjangnya tangan dan
kaki secara cepat. Pada usia ini juga mereka menjadi kurang koordinasi yang

mengakibatkan canggung atau kikuk.
Menginjak umur 11-12 tahun, hampir semua anak perempuan telah tumbuh
otot dan tulang rawan, mereka juga telah mendapatkan kembali kekuatan dan
koordinasi mereka. Pada akhir umur 11 tahun anak perempuan lebih tinggi,
lebih berat, dan lebih kuat dari anak laki-laki, dan perlahan tumbuh sampai
akhir masa anak-anak, dan mulai mengalami menstruasi.
Untuk anak laki-laki masa pra-remaja ditandai dengan ejakulasi pertama
antara umur 13 hingga 16 tahun
3. Masa Remaja
Pubertas adalah rangkaian perubahan fisik yang membuat organisme matang
dan mampu bereproduksi, mereka mengalami perubahan tinggi, proporsi
tubuh, dan perkembangan seksual.
Tantangan penting untuk remaja adalah menyesuaikan diri terhadap perubahan
tubuhnya, termasuk koordinasi tubuh, perubahan keterampilan, dan aktivitas
fisik.
Penelitian menunjukkan bahwa :

Anak yang matang lebih cepat mempuyai rasa cemas, lebih suka marah, sering
konflik dengan orang tua. Tapi seiring perubahan waktu mereka akan
menyesuaikan diri dengan perubahan yang lebih lama, mereka lebih populer

dan mudah bergaul, serta lebih matang.

B. Perkembangan Kognitif
Jean Piaget mengatakan kemampuan atau perkembangan kognitif adalah hasil
dari hubungan perkembangan otak dan sistem saraf dengan pengalamanpengalaman yang membantu individu untuk beradaptasi dengan lingkungannya.
Piaget jiga mengasumsikan bahwa manusia dalam perkembangannya akan
memperlihatkan keseragaman, atau tahap-tahap perkembangan yang manusia lalui
akan sama.
Tabel perkembangan kognitif menurut Piaget
Tahap-tahap

Usia

Kemampuan

(tahun
)
0-2

Belum memiliki konsep permanensi objek


Pra-operasional

2-7

(suatu objek tetap ada meskipun tidak terlihat)
Kemampuan menggunakan simbol untuk

Operasional

7-11

menggambarkan objek di sekitar
Mampu berpikir logis, belum bisa berpikir

kongkrit
Operasional formal

11 dst


abstrak
Mampu berpikir abstrak, menganalisis dan

Sensori-motorik

menyelesaikan masalah secara ilmiah
1. Tahap sensori-motorik
Piaget berpendapat bahwa dalam tahap ini intelegensi anak masih dalam
bentuk aktivitas motorik sebagai reaksi stimulisasi sensorik, misal menghisap,
meraih, memegang, menggoyang badan, dan memukul sesuatu.
Dalam tahap ini perkembangan kognitif adalah permanensi objek, artinya
merujuk pada kemampuan untuk menghadirkan objek, apakah objek itu ada

atau tidak. Dalam tahap ini yang paling penting adalah hal-hal yang kongkret
bukan imaginer.
Menurut Piaget

permanensi

objek


diperlukan

sebelum

anak

dapat

menyelesaikan masalah, atau sebelum mereka berpikir dengan apa yang
dikeluarkan dari otak mereka.
Piaget memberi saran untuk mendorong perkembangan kognitif selanjutnya:
a. Memberikan berbagai macam objek dengan berbagai bentuk, ukuran, dan
warna untuk digunakan oleh bayi.
b. Bayi harus dibebaskan untuk terlibat aktif dengan lingkungan, seperti
memegang, meremas, melempar atau menarik benda-benda di sekitar
mereka karena memang bayi belajar dengan cara ini.
2. Tahap pra-operasional
Dalam tahan ini anak mulai menggunakan berbagai simbol, seperti bahasa,
meskipun belum dapat secara mental melakukan manipulasi. Maksudnya

anak-anak belum bisa diminta menguraikan kubus menjadi pola dua dimensi
dalam pikiran mereka.
Anak-anak juga dapat meniru tingkah laku orang lain sesudah beberapa waktu,
ini berarti mereka memiliki cara simbolik bagaimana mengingat tingkah laku
orang lain yang dianggap model.
Kemampuan anak di tahap ini memiliki keterbatasan, yaitu:
a. Pemusatan, kecenderungan anak memusatkan pikiran pada satu bagian
objek tertentu
b. Egosentrisme, segala sesuatu berjalan menurut kehendak anak-anak, atau
merasa dunia adalah milik mereka dalam konteks mereka
c. Irresiversibility, kemampuan membalik proses berpikir.
Piaget mengatakan ada beberapa aktivitas yang disukai anak-anak
a. Imitasi, anak-anak dapat menirukan aktivitas yang baru disaksikannya
b. Permainan simbolis, misalnya berpura-pura menjadi orang lain
c. Menggambar, karya seni mereka merupakan gambaran atau refleksi
kemampuan berpikir mereka dan apa yang sedang mereka lakukan
d. Kesan mental
e. Bahasa
3. Tahap operasional kongkrit
Berpikir logis (kongkrit) adalah ciri utama dalam tahap ini. Anak-anak dapat

memahami kejadian-kejadian kongkrit tapi belum bisa memahami pernyataanpernyataan verbal.
Beberapa ciri tahap operasional kongkrit:
a. Konservasi, kemampuan untuk menyadari hakikat dari suatu benda adalah
konstan
b. Kemampuan untuk membalik pikiran

c. Klasifikasi, kemampuan membuat pengelompokan objek ke dalam
kelompok yang leboh besar
d. Pikiran untuk menghitung atau mengerti kesatuan dan pengukuran.
4. Tahap operasional formal
Berikut ini beberapa kemampuan kognitif remaja pada tahap operasional
formal:
a. Kemampuan memisahkan kenyataan dan kemungkinan
b. Berpikir dengan gagasan-gagasan
c. Mengumpulkan banyak informasi dan membuat kombinasi antar variable
sebanyak mungkin

C. Perkembangan Bahasa
Sekitar usia satu tahun, anak-anak dapat merespon kata-kata seperti ya atau
tidak, segera sesudah itu anak-anak dapat mengucapkan kata-kata seperti Ayah,

Ibu. Antara usia satu setengah sampai dua tahun, anak-anak dapat menguasai
sekitar 24-200 kata, dan saat masuk SD dapat memahami sekitar 8000 kata dan
bisa menggunakan sekitar 4000 kata dalam kata-kata mereka. Kategori berbahasa
yang utama pada anak-anak pra-opeasional (2-7th) menurut Piaget :
1. Berbicara Egosentris
Yaitu ketika anak-anak tidak peduli dengan siapa mereka berbicara, atau
apakah ada yang mendengar atau tidak, ciri-cirinya ; (1) Pengulangan; (2)
Monolog; (3) Monolog koletif.
2. Berbicara Sosial
Yaitu ketika anak-anak saling bertukar pikiran dan mengkritisi satu sama lain,
bertanya, menjawab, memerintah, atau bahkan mengancam.

D. Perkembangan Sosio-Emosional
1. Masa Kanak-Kanak
Perkembangan sosial pada masa ini tumbuh dari hubungan yang erat dengan
orang tua, atau pengasuh laintermasuk anggota keluarga. Interaksi
berkembang dari rumah ke tetangga, dan dari TK ke SD. Identifikasi cara
orang tua mendidik anak menurut Diane Baumrind (1983)
a. Orang tua otoriter
1) Melarang anak dengan mengorbankan otonomi anak

2) Tidak mendorong sikap give and take

3) Menganggap anak-anak harusnya menerima otoriter tanpa banyak
bertanya
b. Orang tua permisif
1) Memberikan kebebasan pada anak-anak mereka
2) Menempatkan harapan-harapan pada anak-anak mereka
c. Orang tua yang dapat dipercaya
1) Menghargai kemampuan anak secara langsung,

sekaligus

menunjukkan standar tingkah laku mereka
2) Bersedia berkompromi
3) Bersikap hangat tapi juga menuntut
2. Masa Pra-Remaja
Pada masa ini (6-12) hubungan antar teman menjadi sangat penting, diterima
dan menjadi anggota kelompok menjadi tujuan utama. Kemudian antara umur
7-9 tahun membentuk persahabatan yang erat dengan kelompoknya yang
sejenis. Mereka cenderung melihat kelompok mereka cenderung melihat

kelompok mereka sebagai model tingkah laku dan sebagai social
reinforcement, seperti yang sering mereka lihat pada keluarga mereka sendiri
bahkan mereka saling percaya satu sama lain.
Masalah yang berhubungan dengan perkembangan fisik, kognitif, dan sosial
pada anak-anak ini adalah umum. Banyak dari para remaja yang memiliki
ketakutan dan tekanan seperti tugas sekolah. Remaja harus bisa menyadari
bahwa emosi-emosi yang mereka rasakan adalah hal yang wajar.
3. Masa Remaja
Perkembangan remaja dimulai dari masa puber, yaitu sekitar 12-14 tahun, ini
adalah masa dimana perkembangan fisik dan mental berkembang dengan
cepat. Setelah umur 14-16 tahun akan memasukin pertengahan remaja yang
lebih stabil, kemudian usia 18-20 tahun merupakan remaja akhir ditandai
dengan mulai munculnya rasa tanggungjawab.
Salah satu ciri remaja adalah kecenderungan untuk berpikir tentang apa yang
terjadi pada pikiran seseorang dan mempelajari dirinya sendiri. Remaja mulai
terlihat lebih dekat diri mereka sendiri untuk mendefinisikan bahwa diri
mereka berbeda. Mereka menjadi tidak puas dengan diri mereka sendiri.
Berikut adalah beberapa konsep dalam perkembangan sosioemosional pada
remaja hingga dewasa
a. Identitas
Tahap remaja adalah berpusat kepada siapa saya, dengan identitas apa
sebetulnya saya. Perubahan pubertas memerlukan remaja untuk mengubah

konsep fisik mereka, dan penyesuaian diri. Kemampuan intelektual remaja
tumbuh termasuk kecenderungan baru tentang refleksi diri dan juga
membuat perubahan dalam konsep diri.
Perubahan fisik dan intelektual remaja dapat berpotensi mengacaukan
perasaan dan pribadi anak secara keseluruhan. Tugas psikososial remaja
adalah menciptakan suatu perasaan ego identity. Untuk mencapainya
tergantung beberap aktifitas.
1) Mereka menaruh perhatian besar pada cara orang lain memandang
mereka.
2) Mereka mencari sesuatu yang sudah berlalu
3) Mereka bertindak pada perasaan dan mengekspresikan kepercayaan
serta pendapat mereka
b. Otonomi
Perkembangan kepribadian lain yang penting pada masa remaja adalah
tuntutan otonomi yang bertambah untuk menentukan dirinya sendiri.
Perkembangan remaja sama seperti orang dewasa begitu pula dengan
kemampuan mereka berpikir dan analisis sehingga sulit bagi mereka untuk
menerima arahan orang dewasa.
c. Penyesuaian Diri
Pada saat yang sama ketika remaja sedang mencari otonomi dari orangtua
mereka dan orang lain, mereka juga sedang mencari penyesuaian. Mereka
juga

membuat

aturan-aturan

dalam

kelompok

agar

bisa

saling

menyesuaikan diri. Meskipun kelompok merupakan suatu pernyataan
emansipasi sosial, tidak terlepas dari adanya bahaya, sebab setiap
pembentukan kelompok kecenderungan kohesi bertambah kuat.
Dalam kelompok dengan kohesi yang kuat, berkembang norma kelompok
tertentu. Terdapat sedikit bahaya dari norma yang dibentuk dalam
kelompok tersebut karena mereka bisa saja mementingkan norma dalam
kelompok daripada diri sendiri. Bila kelompok sudah menuntut hak
bertindak kolektif yang membatasi kebebasan individu, maka hilanglah
kesempatan emansipasi. Konformitas kelompok ada hubungannya dengan
kontrol eksternal. Remaja yang kontrol eksternalnya lebih tinggi akan
lebih peka terhadap pengaruh kelompoknya.
d. Perkembangan Pribadi
Persahabatan, popularitas, konflik dengan kelompoknya, berkencan, dan
berhubungan seksual, semua menghabiskan waktu remaja yang cukup

besar. Pada permulaan remaja dua kebutuhan baru muncul yaitu; (1)
kebutuhan akan berhubungan dengan orang lain secara akrab; (2)
kebutuhan untuk kepuasan seks. Tugas remaja adalah mengembangkan
keterampilan untuk berhubungan dengan orang lain secara akrab.
e. Keintiman
Tingkah laku manusia dibentuk oleh usaha kita untuk tetap menjalin
hubungan dengan orang lain secara enak dan menyenangkan. Kita sering
menjaga agar hubungan dengan orang lain terjaga. Hubungan selalu akan
berkembang, anak anak juga akan bersosialisasi dengan masyarakat luas.
Tapi yang terpenting adalah hubungan dengan orang lain yang aman dan
dapat memberikan motivasi.
Belajar dengan memberikan motivasi yang akrab dengan teman adalah
salah satu tugas remaja. Keakraban antar teman bisa berbeda antara
dengan sesama jenis dan lawan jenis. Karena keakraban dengan teman
lawan jenis kadang ada tujuan lain yaitu berhubungan seks. Mereka
dibingungkan antara teman biasa atau teman untuk memenuhi hubungan
seks. Tetapi remaja yang baik akan mengerti kapan mereka diperbolehkan
untuk melakukan itu.
Remaja telah menghabiskan waktu untuk kegiatan sosial dan bersenangsenang dengan seorang lawan jenis. Pertama dengan keterlibatan mereka
dengan jenis kelamin yang sama kemudian dengan lawan jenis. Mereka
mementingkan bagaimana menyesuaikan diri dengan lawan jenis,
sehingga kadang mereka melakukan kencan untuk memahami itu. Reaksi
dari lawan jenis memberikan informasi tentang bagaimana berperan
sebagai laki-laki atau perempuan. Perkembangan berlanjut sampai para
remaja menemukan pasangan yang tetap.

E. Perkembangan Moral
Perilaku atau tingkah laku moral merupakan kombinasi yang kompleks dari
kognisi (bagaimana kita berpikir tentang apa yang kita lakukan), emosi (perasaan
mengenai apa yang harus dilakukan atau telah dilakukan), dan perilaku (apa yang
nyata-nyata dilakukan). Berikut adalah ringkasan dari pola perkembangan moral
secara umum dari anak-anak hingga remaja.
1. Tahap dasar

Anak-anak dari lahir hingga usia 2-3 tahun mulai belajar mengenai benar dan
salah dari orang tua mereka, terutama dari modeling (mengambil seseorang
sebagai contoh atau model untuk ditiru perilakunya). Orang tua yang sering
berdialog dengan anak-anak mereka, memberikan contoh atau model perilaku
moral yang baik, mendorong perilaku anak-anak yang positif dan
menggunakan

hukuman-hukuman

ringan

jika

diperlukan,

biasanya

memberikan anak arahan adalah awal terbaik bagi perkembangan moralnya.
2. Tahap kanak-kanak awal
Fase berikutnya (2-6 tahun) menggambarkan kematangan pertumbuhan
kognitif anak dan kemampuan yang semakin berkembang untuk memutuskan
antara yang benar dan yang salah. Mereka mulai berinteraksi dengan berbagai
figur otoritas selain orang tua mereka, misalnya guru.
3. Tahap kanak-kanak madya
Anak-anak pada fase ini (6-11 tahun) mulai banyak berinteraksi dengan teman
sebaya mereka, di sekolah, maupun di lingkungan tempat mereka tinggal. Di
sini mereka belajar peraturan-peraturan lain yang tidak dibuat oleh orang tua
mereka, dan akibatnya mereka belajar bagaimana membuat dan mengikuti
aturan.
4. Tahap remaja
Anak-anak pada usia 12 atau 13 tahun (sebenarnya sulit untuk benar-benar
memastikan waktu yang tepat dimulainya masa remaja), anak-anak belajar
untuk mengendalikan perilaku-perilaku impulsif yang tidak sesuai dengan
peraturan yang ada di masyarakat. dalam pergaulan dengan teman-teman
sebaya, anak-anak mulai belajar untuk membuat keputusan sendiri dan
mengevaluasi nilai-nilai yang perilaku teman-teman mereka dan menentukan
apakah hal itu benar atau salah. Keputusan-keputusan tersebut dipengaruhi
antara lain oleh pengalaman mereka di rumah, hubungan mereka dengan orang
tua dan guru (orang dewasa lain), dan dibarengi dengan kemampuan kognitif
mereka yang terus berkembang. Tapi ada yang harus diingat, bahwa pada usia
ini, tekanan dari teman-teman sebaya sangat kuat, yang tidak selalu sesuai
dengan apa yang dipelajari remaja di rumah.
Perkembangan Moral Menurut Piaget
Tahap perkembangan moral menurut Piaget baru dimulai kira-kira pada umur 6
tahun, ketika anak-anak mulai membuat transisi dari tahap pra-operasional ke

pikiran kongkrit operasional. Menurut Piaget ada dua tahap perkembangan moral,
yaitu:
1. Heteronomous morality atau moral realism atau morality of constraint
Yaitu suatu masa dimana anak-anak tunduk pada peraturan yang berlaku tanpa
penalaran dan penilaian. Mereka semata-mata menghindari hukuman sebab
mereka percaya bahwa orang jahat akan mendapat hukuman. Hal ini membuat
anak percaya bahwa aturan moral harus ditepati dan tidak bisa berubah.
2. Autonomous morality (moralitas otonomi) atau morality of cooperation
(moralitas atas kerjasama)
Tahap ini menurut Piaget, dimulai antara 7 atau 8 tahun hingga 12 tahun atau
lebih, dan timbul akibat berkembangnya dunia sosial anak yang makin luas,
termasuk dunia anak remaja bersama kelompok-kelompoknya. Dengan
berinteraksi dan bekerjasama terus menerus dengan orang lain, pikiran tentang
moral mulai berubah. Anak menilai perilaku atas dasar tujuan yang
mendasarinya. Berikut adalah poin-poin singkat mengenai perkembangan
moral menurut Piaget.
Menurut pengamatan Piaget, kira-kira sebelum anak berumur 6 tahun, tidak ada
aturan yang benar. Anak-anak dengan umur kira-kira 2 tahun bermain kelereng
secara sederhana. Dari 2 sampai 6 tahun mereka mengekspresikan kesadaran
tentang aturan, tetapi tidak mengerti kebutuhan mengikuti aturan. Ide tentang
"menang" dalam permainan juga tidak tampak, atau walaupun tampak adanya
keinginan untuk menang, bukan karena aturan.
Antara umur 6 sampai 10 tahun, Piaget menemukan bahwa anak-anak mulai
mengetahui adanya aturan-aturan, walaupun mereka sering tidak konsisten dalam
mengikuti aturan tersebut. Pada umur ini anak juga tidak mengerti bahwa aturan
dari satu permainan kadang-kadang bisa diubah. Walau demikian, mereka melihat
bahwa aturan-aturan seperti dipaksakan oleh orangtua yang kedudukannya lebih
tinggi dan tidak berubah.
Pada usia 10 atau 12 tahun, Piaget menemukan bahwa anak-anak secara sadar
menggunakan dan mengikuti aturan. Anak-anak mengerti bahwa aturan-aturan
yang ada diperlukan untuk mengurangi perselisihan diantara pemain. Mereka

mengerti bahwa adalah sesuatu yang sederhana, dimana setiap orang menyetujui
dan karena itu jika tiap orang setuju untuk mengubahnya, aturan itu dapat diubah.
Setelah dicermati tahapan perkembangan moral menurut Piaget, dilihat dari satu
teori perbandingan yang dicetuskan Lawrence Kohlberg, yang merupakan
sebenarnya merupakan perbaikan dan perluasan dari teori Piaget. Perbandingan
teori Piaget dan Kohlberg.
Perkembangan Moral Menurut Kohlberg
Teori perkembangan moral Lawrence Kohlberg merupakan pengembangan teori
struktural-kognitif yang telah dilakukan Piaget sebelumnya. Di atas bangunan
teori Piaget itu, Lawrence Kohlberg mengusulkan suatu teori perkembangan
pemikiran moral (teori development-kognitif). Teori ini menyatakan bahwa setiap
individu melalui sebuah "urutan berbagai tahapan" (invariant sequence of stages)
moral.
Tahap 1.
Anak-anak terutama
hanya
memperhatikan

Hukuman dan kepatuhan. Anak-anak
mematuhi peraturan semata-mata untuk
menghindari hukuman; tidak ada

Level I. Pra-

kontrol budaya atau

konvensional

kultural untuk

(sekitar 4-10

menghindari

Tahap 2. Perilaku instrumental yang

tahun)

hukuman dan

naif. Anak-anak mematuhi peraturan

memperoleh

tapi semata-mata karena keinginan dan

kepuasan. Terdapat

kepuasan pribadi, tanpa

2 tahap, yaitu:

mempertimbangkan keadilan bagi orang

pertimbangan moral.

lain.

Tahap 3. Anak-anak mencari
Pada tahap ini anakanak mencari
Level II.
Konvensiona
l (sekitar 1013 tahun)

persetujuan dari
orang di sekitar
mereka. Mereka
tidak hanya patuh,

persetujuan dari orang lain; mentalitas
'anak baik'. Mereka juga mulai menilai
perbuatan dari niat atau tujuan
perbuatan itu, bukan semata-mata untuk
melihat perbuatan yang dilakukan; "Dia
bermaksud baik".

tapi juga secara aktif

Tahap 4. Mentalitas hukum dan aturan.

mendukung standar

Anak-anak tertarik pada otoritas dan

masyarakat. Ada 2

kegiatan untuk mempertahankan

tahapan, yaitu:

keteraturan sosial. Perilaku yang baik
adalah 'melakukan apa yang menjadi
tugasnya'.

Level III.

Jika moralitas yang

Tahap 5. Individu membuat keputusan

Post-

sebenarnya (kode

moral berdasarkan hukum atau

konvesional

moral internal) dapat

legalitas, artinya nilai-nilai yang terbaik

(13 tahun ke

berkembang, maka

adalah nilai-nilai yang didukung oleh

atas)

perkembangan itu

hukum, sebab itu artinya nilai-nilai

akan terjadi pada

tersebut telah diterima oleh seluruh

masa ini. Individu

masyarakat. Jika ada konflik antara

tidak lagi menilai

kebutuhan manusia dan hukum yang

orang lain

ada, maka hukum itu harus diubah.

berdasarkan

Tahap 6. Kata hati atau nurani

pertimbangan moral,

menentukan apa yang benar. Manusia

melainkan

bertindak bukan karena takut hukum

melainkan melalui

atau mencari persetujuan, melainkan

"nurani yang

berdasarkan standar yang mereka

tercerahkan"

tanamkan dalam diri mereka sendiri

(enlightened

mengenai apa yang benar atau salah.

conscience). Ada
dua tahap, yaitu:

F. Tugas-Tugas Perkembangan
Kekuatan-kekuatan dalam diri yang berinteraksi dengan lingkungan akan
menumbuhkan kepribadian dengan kemampuan untuk memenuhi tugas-tugas
perkembangan. Untuk memudahkan pengajian maka tahapan atau masa
perkembangan secara relatif umumnya ditunjukkan dengan batas relatif berbentuk
usia. Berikut ini adalah Tugas-Tugas Perkembangan berdasarkan tahapan
perkembangan menurut Havighurst.
Menurut Havighurst pada masa anak kecil atau early childhood (2-3 tahun), ada
tiga tugas perkembangan, yaitu:
1. Membentuk konsep dan belajar bahasa untuk menggambarkan realitas sosial
dan lingkungan fisik.
2. Menyiapkan diri belajar membaca.
3. Belajar membedakan yang benar dari yang salah dan mulai mengembangkan
kata hatinya.
Setelah melalui usia early childhood anak-anak pada umumnya telah lancar
berjalan, mampu bercakap-cakap, melakukan koordinasi gerak secara lebih
efesien, mampu membentuk konsep sederhana tentang lingkungannya, dapat
berinteraksi sosial dan emosional dalam keluarga serta teman sebaya, serta
mampu membedakan baik-buruk atau benar-salah dalam kemampuan moralnya.
Pemenuhan Tugas-Tugas Perkembangan membawanya pada kesiapan memasuki
lingkungan yang lebih luas. Anak telah siap dimasukkan ke sekolah.
Pada masa anak sekolah dasar, mereka aktif melakukan sesuatu. Erickson
menyebutkan masa ini sebagai periode aktif, sementara Havighurst menyebutkan
masa ini sebagai middle childhood, dengan tugas-tugas perkembangan berikut.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan biasa.
Membentuk sikap sehat terhadap diri.
Belajar bergaul bersama teman sebaya.
Mempelajari peranan sosial yang sesuai untuk pria atau wanita.
Mengembangkan kemampuan dasar membaca, menulis berhitung.
Mengembangkan konsep dasar yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.

7. Mengembangkan kata hati, menurut suatu skala nilai.
8. Mencapai kebebasan pribadi.
9. Mengembangkan sikap demokratis terhadap kelompok sosial dan lembagalembaga kemasyarakatan. Umumnya tugas-tugas perkembangan masa ini
dapat dicapai mereka yang normal di tengah lingkungan pada waktunya. Pada
akhir masa ini, mereka memasuki tahap remaja awal serta siap menghadapi
tugas-tugas perkembangan berikutnya.
Masa remaja atau adolescence, dalam masyarakat kita disebut masa belasan tahun.
Masa ini berlangsung sekitar 11-17 tahun bagi wanita, atau 13-19 tahun bagi pria.
Beberapa penulis (Luella Cole, 1996) membaginya ke dalam beberapa sub
tahapan. Tugas perkembangan remaja sebagian adalah kelanjutan, atau
peningkatan tugas perkembangan masa sebelumnya.
Mereka membina hubungan sosial berbentuk persahabatan dengan teman sebaya
baik laki-laki maupun wanita. Usia remaja biasanya ditandai dengan pembentukan
kelompok kecil remaja, yang bersifat akrab, tertutup, dan masyarakat, mereka
bereksplorasi dan bereksperimen, dan belajar berperilaku seperti orang dewasa,
misalnya mulai mengembangkan hubungan yang lebih dekat dengan lawan jenis.
Tugas perkembangan masa remaja menurut Havighurst, adalah sebagai berikut:
1. Mencapai hubungan-hubungan baru yang lebih matang dengan teman seusia.
2. Mencapai suatu peranan sosial kepriaan (masculine) atau keputihan
(feminime).
3. Mencapai bentuk fisik dan kemampuan memanfaatkan tubuh secara efektif.
4. Mencapai kebebasan emosional dalam hubungan dengan orang tua atau orang
dewasa lainnya.
5. Menyiapkan diri untuk perkawinan dan kehidupan berkeluarga.
6. Memiliki suatu sistem nilai dan etika sebagai pedoman berperilaku.
7. Berkeinginan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab.
Tidak semua peserta didik mampu mempelajari, mencapai dan memenuhi tugastugas perkembangan pada waktunya. Keterlambatan atau ketidakberhasilan
memenuhi tugas perkembangan, membawa masalah yang lebih berat pada tahap
berikutnya. Remaja sebagai peserta didik menghadapi berbagai masalah, antara
lain masalah-masalah pribadi, belajar, persiapan kerja, pacaran, dan berkeluarga.
Sebagian permasalahan memerlukan layanan khusus, agar mereka mampu

melaksanakan tugas-tugas perkembangan secara sehat, etis, dan bertanggung
jawab.