PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN SAINTIFIK INKUIRI PADA POKOK BAHASAN KLASIFIKASI MATERI UNTUK MENINGKATKAN LITERASI DAN SIKAP SAINS SISWA.

(1)

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN SAINTIFIK INKUIRI PADA POKOK BAHASAN KLASIFIKASI MATERI

UNTUK MENINGKATKAN LITERASI DAN SIKAP SAINS SISWA

TESIS

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Kimia

oleh:

Wati Sukmawati (1202248)

Pembimbing I : Prof. Dr. Anna Permanasari, M.Si Pembimbing II : Dr.rer.nat. Ahmad Mudzakir, M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG


(2)

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN SAINTIFIK INKUIRI PADA POKOK BAHASAN KLASIFIKASI MATERI

UNTUK MENINGKATKAN LITERASI DAN SIKAP SAINS SISWA

oleh:

Wati Sukmawati (1202248)

Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan Kimia

© Wati Sukmawati 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian


(3)

Wati Sukmawati 1202248

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN SAINTIFIK INKURI PADA POKOK BAHASAN KLASIFIKASI MATERI

UNTUK MENINGKATKAN LITERASI DAN SIKAP SAINS SISWA

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING Pembimbing I

Prof. Dr. Anna Permanasari, M.Si 19581207198332000

Pembimbing II

Dr. Rer.nat. H. Ahmad Mudzakir, M.Si NIP. 196611211991031002

Mengetahui

Plt. Ketua Program Studi S2 Pendidikan Kimia Sekolah Pasca Sarjana

Dr. Rer.nat. H. Ahmad Mudzakir, M.Si NIP. 196611211991031002


(4)

Wati Sukmawati, 2014

Pembelajaran Kontekstual Dengan Saintifik Inkuiri Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi Untuk Meningkatkan Literasi Dan Sikap Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

PERNYATAAN………... I

KATA PENGANTAR………. ii

UCAPAN TERIMAKASIH……… iii

ABSTRAK……… iv

ABSTRACK………. v

DAFTAR ISI……… vi

DAFTAR TABEL……… vii

DAFTAR GAMBAR………... viii

DAFTAR LAMPIRAN……… ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……… 1

B. Rumusan Masalah……….. 5

C. Tujuan Penelitian……… 5

D. Manfaat Penelitian……….. 5

E. Definisi Operasional……… 6

F. Hipotesis………... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kontekstual……… 8

B. Pembelajaran Saintifik Inkuiri………. 14

C. Literasi Sains……….. 15

D. Sikap Sains……….. 22

E. Mind Mapping……….. 25


(5)

Wati Sukmawati, 2014

Pembelajaran Kontekstual Dengan Saintifik Inkuiri Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi Untuk Meningkatkan Literasi Dan Sikap Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian………... 30

B. Lokasi dan Subyek Penelitian……… 31

C. Instrumen Penelitian……….. 31

D. Teknik Analisis Instrumen Penelitian……….. 35

E. Teknik Pengumpulan Data……… 35

F. Alur dan Prosedur Penelitian……… 36

G. Analisis dan Teknik Pengumpulan Data……….. 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Rancangan Pembelajaran Kontekstual dengan Saintifik Inkuiri………….. 42

B. Implementasi Rancangan Pembelajaran……….. 44

C. Peningkatan Literasi Sains Siswa dan Sikap Sains Siswa……….. 50

1. Peningkatan Literasi Sains Siswa……….. 50

2. Peningkatan Sikap Sains Siswa……….. 54

3. Korelasi antara Sikap Sains Siswa dengan Literasi Sains Siswa………… 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan………... 62

B. Saran……… 62

DAFTAR PUSTAKA……….. 63

LAMPIRAN-LAMPIRAN……….. 66 RIWAYAT HIDUP


(6)

Wati Sukmawati, 2014

Pembelajaran Kontekstual Dengan Saintifik Inkuiri Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi Untuk Meningkatkan Literasi Dan Sikap Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Konteks Aplikasi Sains……… 17

2.2 Proses Sains……………… 21

2.3 Sikap Terhadap Isu-Isu Sains……….………... 23

3.1 Desian Penelitian……….… 30

3.2 Kisi-kisi Soal Literasi Sains……….………... 32

3.3 Kisi-kisi Soal Sikap Sains……….. 33

3.4 Teknik Pengumpulan Data………... 35

3.5 Intepretasi Keterlaksanaan Pembelajaran……….. 37

3.6 Klasifikasi Gain Ternormalisasi………... 38

3.7 Pedoman Analisis Korelasi………... 40

4.1 Deskripsi Kegiatan pada Tahap Kontak………. 45

4.2 Deskripsi Kegiatan pada Tahap Kuriositi..………. 46

4.3 Deskripsi Kegiatan pada Tahap Elaborasi……….. 47

4.4 Perolehan Literasi Sains Siswa Secara Keseluruhan………. 50

4.5 Pengelompokkan Perolehan Literasi Sains Siswa……….. 52

4.6 Hasil Uji Beda (Uji-t) Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen…………...………… 53

4.7 Perolehan Sikap Sains Siswa Secara Keseluruhan………..……. 55

4.8 Hasil Uji Signifikansi Sikap Sains Siswa………...…. 56

4.9 Hasil Uji Normalitas Literasi Sains Siswa……….. 57

4.10 Hasil Uji Homogenitas Literasi Sains Siswa………. 58

4.11 Hasil Uji Normalitas Sikap Sains Siswa….………...……... 59

4.12 Hasil Uji Homogenitas Sikap Sains Siswa……… 59


(7)

Wati Sukmawati, 2014

Pembelajaran Kontekstual Dengan Saintifik Inkuiri Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi Untuk Meningkatkan Literasi Dan Sikap Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Assesmen Sains PISA 2012……… 16

2.2 Perubahan Wujud Materi……… 27

2.3 Proses Panen Garam……… 28

3.1 Alur dan Prosedur Penelitian………..……… 36

4.1 Contoh Mind Mappig yang Dikembangkan Siswa Setelah Pembelajaran... 48


(8)

Wati Sukmawati, 2014

Pembelajaran Kontekstual Dengan Saintifik Inkuiri Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi Untuk Meningkatkan Literasi Dan Sikap Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN

A.1 Lembar Validasi Kesesuaian Indikator dan Tujuan Pembelajaran. 66

A.2 Teks dan Rancangan Soal……….. 71

A.3 RPP Kelas Eksperimen……… 80

A.4 RPP Kelas Kontrol………..……… 90

A.5 Rancangan Instrumen Penelitian………... 96

B.I Soal Pretest dan Postest………..……… 100

B.2 Format Observasi Kegiatan Pembelajaran……… 105

B.3 Format Observasi Kegiatan Siswa……….. 107

B.4 Mind Mapp Standar………. 110

B.5 Hasil Mind Mapp……….. 111

B.6 Pedoman Wawancara……….. 112

C.1 Data Literasi Sains……… 113 C.2 Data Sikap Sains……….. 120

C.3 Data Uji Korelasi………. 127


(9)

Wati Sukmawati, 2014

Pembelajaran Kontekstual Dengan Saintifik Inkuiri Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi Untuk Meningkatkan Literasi Dan Sikap Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masih rendahnya mutu pendidikan Indonesia dalam hal literasi sains, sehingga perlu adanya pembelajaran yang dapat mengaitkan antara sains dengan fenomena kehidupan. Salah satu pembelajaran yang prospektif adalah pembelajaran kontekstual dengan saintifik inkuiri. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan gambaran tentang literasi dan sikap sains siswa yang melaksanakan proses pembelajaran kontekstual pada pokok bahasan klasifikasi materi dengan pendekatan inkuri. Metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi eksperiment atau eksperimen semu dengan menggunakan

desain penelitian yang digunakan adalah “purposive randomized pretest-posttest control group design” dengan menentukan kelas kontrol secara acak per kelas. Subjek penelitian 30 orang siswa kelas VII untuk masing-masing kelas eksperimen dan kontrol di satu SMP di Jakarta. Pengumpulan data dilakukan melalui tes pilihan ganda untuk mengukur kemampuan literasi dan sikap sains siswa, lembar observasi, pedoman wawancara, dan hasil mind mapp siswa setelah melakukan pembelajaran. Hasil pengumpulan data tes selanjutnya dihitung dan dianalisis berdasarkan nilai N-Gain (%). Sedangkan data non tes dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan secara keseluruhan pembelajaran dapat meningkatkan literasi sains siswa (62%) dan sikap sains siswa (56%) serta korelasi yang kuat antara sikap sains terhadap literasi sains (60%). Berdasarkan lembar observasi siswa mengikuti hampir seluruh kegiatan pembelajaran (88,23%) dan hasil wawancara yang menunjukkan ketertarikan siswa dalam pembelajaran serta siswa memahami pembelajaran dengan baik dengan terlihat dari rata-rata hasil mind map siswa (65,9) yang diperoleh setelah pembelajaran.

Kata kunci: Pembelajaran kontekstual, saintifik inkuiri, literasi dan sikap sains, mind mapping, klasifikasi materi.


(10)

Wati Sukmawati, 2014

Pembelajaran Kontekstual Dengan Saintifik Inkuiri Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi Untuk Meningkatkan Literasi Dan Sikap Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

The low quality of education in Indonesia in term of scientific literacy is still faced in science education in Indonesia. The learning which can connect science and the phenomenon of life is needed. The contextual learning and scientific inquiry is one of models and used in this study. The purpose of this study is to get an overview of scientific literacy and scientific attitude of students who undertake the process of contextual learning in the subject of material classification through inquiry approach. The research method used in this study was quasi-experimental and models with “purposive pretest-posttest control group design” consisted of a control class and an experimental class. The research subject of this study was 30 junior high school students of grade 7 in one of Junior High School in Jakarta. Data collecting is done through multiple choice test to measure students’ ability in scientific literacy and their attitudes toward science, observation sheet, guidance interviews, and the

result of students’ mind mapping after undertaking the learning process. The result of data collection was calculated and analyzed based on N-Gain (%). Meanwhile, the non-test data was analyzed descriptively. The results showed that the learning process could improve the scientific literacy of the students (62%) and scientific attitude of the students (56%). There was a strong correlation between scientific attitude toward scientific literacy. Based on the observation sheet, the students followed all learning process (88,23%) and the result of interview showed the interest of the students in joining the learning process and they also understood the material well. This could be seen from the average result of the students’ mind mapping (65,9) after the learning process.

Key words : Contextual learning, scientific inquiry, literacy and scientific attitude, mind mapping, material classification.


(11)

Wati Sukmawati, 2014

Pembelajaran Kontekstual Dengan Saintifik Inkuiri Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi Untuk Meningkatkan Literasi Dan Sikap Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Semakin pesatnya arus globalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional menjadi dorongan kepada bangsa ini untuk melakukan perubahan dalam pendidikan yaitu dengan memberlakukan kurikulum baru kurikulum 2013. Perubahan kurikulum diharapkan dapat menjawab segala tantangan dimasa yang akan datang. Perubahan kurikulum pada dasarnya bertujuan untuk menyempurnakan proses pembelajaran guna mencapai hasil yang maksimal.

Dalam pandangan Kurikulum 2013, kegiatan pembelajaran adalah suatu proses pendidikan yang memberikan kesempatan bagi siswa agar dapat mengembangkan segala potensi yang mereka miliki menjadi kemampuan yang semakin lama semakin meningkat dilihat dari aspek sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor). Kemampuan ini akan diperlukan oleh siswa tersebut untuk kehidupannya, bermasyarakat, dan berbangsa, serta berkontribusi pada kesejahteraan kehidupan umat manusia. Berdasarkan alas an itu suatu kegiatan pembelajaran seharusnya mempunyai arah yang menuju pemberdayaan semua potensi siswa agar dapat menjadi kompetensi yang diharapkan. Hal ini sejalan dengan pendapat Mudzakir (2005) bahwa pendidikan sains berpotensi mampu melahirkan peserta didik yang cakap dalam bidangnya dan berhasil menumbuhkan kemampuan berpikir logis, berpikir kreatif, memecahkan masalah, berpikir kritis, menguasai teknologi, melek sains, serta adaptif terhadap perubahan dan perkembangan zaman. Dalam mata pelajaran sains, kurikulum pembelajaran seperti diuraikan di atas sangat diperlukan untuk membangun literasi sains siswa.

Literasi sains adalah kemampuan menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti, dalam rangka memahami serta membuat keputusan berkenaan dengan alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia (OECD,2009). Salah satu program yang mengukur berapa jauh


(12)

Wati Sukmawati, 2014

Pembelajaran Kontekstual Dengan Saintifik Inkuiri Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi Untuk Meningkatkan Literasi Dan Sikap Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tingkat literasi sains siswa di dunia adalah PISA (Programme for International Student

Assessment).

Hasil kajian PISA 2012 menunjukkan bahwa literasi sains siswa Indonesia berada di peringkat ke-64 dari 65 negara yang berpartisipasi dalam tes dengan skor literasi sains pada kajian ilmu pengetahuan alam siswa Indonesia adalah 382. Sedangkan rerata skor dari semua negara peserta berdasarkan OECD (Organization for Economic Cooperation and

Development) adalah 501. Dengan demikian skor yang diperoleh siswa Indonesia masih

sangat rendah sehingga dapat dikatakan bahwa siswa Indonesia mempunyai pengetahuan sains yang lemah dan terbatas. Salah satu faktor yang menyebabkan hal tersebut adalah kurangnya pembelajaran sains dikaitkan dengan konteks permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Pada data PISA juga dijelaskan bahwa ternyata siswa dari negara yang menempati peringkat bawah tidak dapat menangani permasalahan sederhana karena tidak mampu mengaitkan antara konsep ilmu yang mereka peroleh di sekolah dengan permasalahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari (Holbrook, 2005).

Lemahnya literasi sains siswa Indonesia berdasarkan hasil PISA telah dianalisis oleh tim literasi sains dari Puspendik. Terungkap dari komposisi jawaban siswa yang mengindikasikan lemahnya pemahaman siswa terhadap konsep-konsep dasar sains yang sebetulnya telah diajarkan, namun mereka tidak mampu mengaplikasikannya untuk menginterpretasi data, menerangkan hubungan kausal, serta memecahkan masalah sederhana sekalipun. Lemahnya kemampuan siswa dalam membaca dan menafsirkan data dalam bentuk gambar, tabel, diagram dan bentuk penyajian lainnya adalah faktor kelemahan lain. Lebih lanjut terungkap adanya keterbatasan kemampuan siswa dalam mengungkapkan pikiran berupa tulisan serta ketelitian siswa membaca masih rendah. Selain itu, terungkap pula bahwa siswa tidak terbiasa menghubungkan informasi-informasi dalam teks untuk dapat menjawab soal. Keadaan seperti itu mengindikasikan bahwa kemampuan nalar ilmiah siswa yang masih rendah, serta lemahnya penguasaan siswa terhadap konsep-konsep dasar sains dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari dan kesehatan (PISA, 2012).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ekohariadi (2009) ditemukan bahwa tinggi rendahnya literasi sains dipengaruhi pula oleh sikap siswa terhadap sains. Sikap sains merupakan salah satu hasil yang paling penting dari pembelajaran sains. Sebagian orang berpendapat bahwa sikap ilmiah atau sikap sains sama pentingnya dengan aspek pengetahuan. Untuk mengembangkan sikap ilmiah, guru harus selalu memperhatikan adanya


(13)

Wati Sukmawati, 2014

Pembelajaran Kontekstual Dengan Saintifik Inkuiri Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi Untuk Meningkatkan Literasi Dan Sikap Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pertanyaan-pertanyaan dan semangat penyelidikan, sehingga pembelajaran sains tidak hanya berupa penerimaan konsep pengetahuan. Uraian kelemahan di atas mengindikasikan rendahnya kualitas proses pembelajaran.

Rendahnya literasi sains siswa sangat berkaitan dengan proses pembelajaran yang terjadi saat ini. Pada saat ini, pembelajaran IPA di sekolah umumnya masih terpaku pada konsep dan belum mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari. Pembelajaran lebih cenderung berpusat pada guru, dimana guru mengajarkan IPA hanya sebagai produk. Siswa hanya menghafal konsep, teori, dan hukum. Menurut Zamroni (2008) hal tersebut diakibatkan karena adanya kecenderungan pembelajaran di kelas yang tidak berusaha mengaitkan konten pelajaran dengan kehidupan sehari-hari. Selain itu banyak guru yang masih kurang memberikan perhatian atau masih menganggap sikap sains siswa sebagai hal yang tidak penting. Hal ini akan berakibat pada kurangnya penguasaan IPA sebagai proses, sikap, dan aplikasi. Akibatnya, siswa hanya mempelajari IPA pada domain kognitif terendah. Padahal, perkembangan kognitif siswa dilandasi oleh gerakan dan perbuatan (Semiawan,1990). Hal tersebut nampak dari hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti di salah satu SMP swasta di Jakarta yang memperlihatkan bahwa siswa tidak dapat mengaitkan konsep IPA yang dipelajari dengan kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hasil wawancara juga terlihat kegiatan pembelajaran yang berlangsung masih mengutamakan konsep tanpa memperhatikan konteksnya, hal tersebut terlihat dari kemampuan literasi dan sikap sains siswa yang masih minim. Siswa belum dapat menggunakan ilmu pengetahuan dalam menjawab fenomena yang ditemui. Demikian pula siswa belum memahami aplikasi konsep ilmu yang mereka miliki dan siswa belum mampu bersikap ilmiah.

Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan perubahan pada cara pembelajaran IPA di sekolah. Pembelajaran IPA yang semula hanya guru yang aktif sedangkan siswa pasif, menjadi siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat membangun penguasaan konsep dan literasi dan sikap sains siswa adalah pembelajaran kontekstual.

Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang berusaha mengaitkan konten pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa menghubungkan pengetahuan yang dimiliki dengan kehidupan sehari-hari (Blancard, 2001 dan Johnson 2002). Untuk mewujudkan pembelajaran yang memiliki karakteristik di atas dapat dilakukan dengan pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik merupakan pembelajaran yang berpusat pada


(14)

Wati Sukmawati, 2014

Pembelajaran Kontekstual Dengan Saintifik Inkuiri Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi Untuk Meningkatkan Literasi Dan Sikap Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

siswa, pembelajaran yang membentuk “Student Self Concept”. Pendekatan saintifik ini

meliputi beberapa tahapan, diantaranya: mengamati, menanya, menalar, mencoba dan mengkomunikasikan (Kemendikbud, 2013). Dari uraian tentang pengertian dan karakteristik pembelajaran kontekstual dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual dan saintifik inkuiri dapat memperbaiki kelemahan dalam pembelajaran IPA.

Proses saintifik inkuri membantu dalam meningkatkan kualitas proses karena di dalamnya mendorong siswa untuk menggunakan ketrampilan berpikir. Menggunakan konteks di dalam proses pembelajaran dapat mendekatkan siswa kepada realitas kehidupan sehari-hari, dengan demikian kebermaknaan pembelajaran lebih besar karena dirasakan langsung akibatnya pada siswa. Oleh karena itu, pembelajaran kontekstual dengan saintifik inkuiri yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari diharapkan dapat meningkatkan literasi dan sikap sains siswa.

Pokok bahasan klasifikasi materi dipilih dalam penelitian ini dengan alasan karena: (1) di dalam PISA 2012 pokok bahasan klasifikasi materi menjadi salah satu konteks materi yang dibahas di dalamnya,(2) klasifikasi materi merupakan pokok bahasan yang harus diajarkan dalam mata pelajaran IPA menurut kurikulum 2013, (3) dan pada kurikulum KTSP juga pokok bahasan klasifikasi materi merupakan salah satu pokok bahasan yang diajarkan di kelas VII, (4) pokok bahasan klasifikasi materi merupakan materi kunci yang terintegrasi dengan materi dan mata pelajaran yang lain. Berdasarkan karakteristiknya klasifikasi materi perlu diajarkan menggunakan model kontekstual dengan pendekatan inkuiri.

Untuk menindak lanjuti permasalahan tersebut maka penulis memandang perlu untuk melakukan suatu kajian mengenai pembelajaran kontekstual pada pokok bahasan klasifikasi materi untuk meningkatkan literasi sains dan sikap siswa.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah pokok dalam penelitian ini adalah

“Bagaimana pembelajaran kontekstual dengan saintifik inkuiri pada pokok bahasan klasifikasi materi meningkatkan literasi dan sikap sains siswa?”

Untuk mempermudah pengkajian secara sistematis terhadap permasalahan yang akan diteliti, maka rumusan masalah tersebut dirinci menjadi sub masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana peningkatan literasi dan sikap sains siswa setelah mengikuti pembelajaran kontekstual dengan pendekatan saintifik?


(15)

Wati Sukmawati, 2014

Pembelajaran Kontekstual Dengan Saintifik Inkuiri Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi Untuk Meningkatkan Literasi Dan Sikap Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Bagaimana kontribusi sikap sains terhadap literasi sains siswa setelah mengikuti pembelajaran kontekstual dengan pendekatan saintifik?

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diungkapkan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk “mendapatkan gambaran tentang literasi dan sikap sains siswa yang melaksanakan proses pembelajaran kontekstual pada pokok bahasan klasifikasi materi dengan pendekatan inkuri”.

D. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat menjadi jalan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga dapat bermanfaat untuk:

1. Bagi siswa

a. Meningkatkan minat belajar sains siswa. b. Meningkatkan capaian literasi sains siswa. 2. Bagi guru

Dapat dijadikan acuan dalam mengembangkan pembelajaran yang aktif dan interaktif untuk materi yang lain.

3. Bagi peneliti

Dapat dijadikan sebagai acuan dalam penelitian sejenis dengan topik berbeda. 4. Lembaga pendidikan

Memberikan informasi dan dapat dijadikan sebagai salah satu rujukan untuk menilai dan memberikan kebijakan untuk proses pengembangan pembelajaran serta memberikan bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan pendidikan.


(16)

Wati Sukmawati, 2014

Pembelajaran Kontekstual Dengan Saintifik Inkuiri Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi Untuk Meningkatkan Literasi Dan Sikap Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Untuk menghindari kekeliruan dalam mengartikan dan menafsirkan istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka peneliti akan menjelaskan beberapa penjelasan istilah yang digunakan, diantaranya:

1. Model pembelajaran kontekstual dengan saintifik inkuiri merupakan adopsi adaptasi dari pembelajaran kontekstual dan saintifik inkuri dengan tahapan : tahap kontak (Contact

Phase)/mengamati, tahap kuriositi (Curiosity Phase)/menanya, tahap elaborasi

(Elaboration Phase)/menalar, tahap nexus (Nexus Phase)/mencoba, dan tahap pengambilan keputusan (Decision Making Phase)/menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Efektifitas dalam pembelajaran kontekstual ini dievaluasi dengan lembar observasi keterlaksanaan belajar dan lembar observasi kegiatan siswa dan guru serta hasil mind mapping siswa.

2. Klasifikasi materi merupakan pokok bahasan yang membahas tentang karakteristik zat serta perubahan fisika dan kimia pada zat yang dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Literasi sains adalah kemampuan pengetahuan sains yang mencakup empat dimensi yaitu: proses sains, konten sains, konteks aplikasi sains, dan sikap sains. Dalam penelitian ini kemampuan literasi sains diukur dengan tes tulisan berganda dengan konteks.

4. Sikap sains adalah kemampuan sains seseorang di dalamnya memuat sikap-sikap tertentu, seperti kepercayaan, termotivasi, pemahaman diri, dan nilai-nilai. Dalam penelitian ini untuk penilaian sikap, diuji dengan tes tulis pilihan berganda, wawancara, dan observasi untuk mendukung tes tulis.

F. HIPOTESIS

Dalam penelitian ini, dilakukan menggunakan metode quasi eksperimen, dengan membandingkan kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran kontekstul dan saintifik inkuiri dengan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran diskusi dan pendekatan konsep. Oleh karena itu hipotesisnya adalah:

H0 : Tidak ada perbedaan kemampuan literasi dan sikap sains antara siswa yang

mendapatkan pembelajaran kontekstual dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan kontrol pada materi klasifikasi materi.


(17)

Wati Sukmawati, 2014

Pembelajaran Kontekstual Dengan Saintifik Inkuiri Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi Untuk Meningkatkan Literasi Dan Sikap Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

H1 : Terdapat perbedaan kemampuan literasi dan sikap sains antara siswa yang

mendapatkan pembelajaran kontekstual dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan kontrol pada materi klasifikasi materi.


(18)

Wati Sukmawati, 2014

Pembelajaran Kontekstual Dengan Saintifik Inkuiri Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi Untuk Meningkatkan Literasi Dan Sikap Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Dalam penelitian yang mengacu pada Cresswell (2008) metode quasi eksperiment atau eksperimen semu. Dalam penelitian ini, telah dikaji ada atau tidaknya akibat dari perlakuan yang diberikan pada subyek yang telah dipilih selanjutnya diteliti seberapa besar perbandingan peningkatan penguasaan konsep dan kemampuan literasi siswa antara yang menggunakan pembelajaran kontekstual dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran kontrol.

Selain itu, dalam penelitian ini juga menggunakan desain penelitian yang digunakan adalah “Purposive Randomized Pretest-Posttest Kontrol Group Design”(Frankel dan Wallen,2007) dengan menentukan kelas kontrol secara acak per kelas. Penggunaan desain ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh suatu perlakuan terhadap subyek pada saat sebelum dan setelah mengikuti pembelajaran. Desain ini dilakukan dengan pembelajaran kontekstual dengan saintifik inquiri untuk kelas eksperimen dan menggunakan pembelajaran kontekstual dengan pendekatan konsep pada kelas kontrol. Desain penelitian yang digunakan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.1. Desain Penelitian

The Randomized Pretest-Posttest Kontrol Group Design

Kelompok Pre-test Perlakuan Post-test

Eksperimen O1 X1 O2

Kontrol O1 X2 O2

Keterangan:

O1 = Tes awal pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

O2 = Tes akhir pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (soal yang

sama dengan pretest)

X1 = Perlakuan model pembelajaran kontekstual pada kelas eksperimen

X2 = Perlakuan model pembelajaran kontrol pada kelas kontrol

Penelitian dilaksanakan dengan desain Pretest + Treatment + Posttest. Menurut Murray (1990) dalam terjemahannya menjelaskan bahwa dalam memperoleh dasar yang lebih meyakinkan dalam memperkirakan pengaruh dan suatu materi guru dapat mengganti desain pembelajaran, yang semula menggunakan treatment+ evaluation menjadi menggunakan desain Pretest + Treatment + Posttest. Dalam hal ini sebelum memulai pembelajaran guru


(19)

Wati Sukmawati, 2014

Pembelajaran Kontekstual Dengan Saintifik Inkuiri Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi Untuk Meningkatkan Literasi Dan Sikap Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memberikan pretest terlebih dahulu pada siswa kemudian melakukan tahapan pembelajaran dan diakhiri dengan pemberian posttest pada siswa. Untuk mengetahui sejauh mana perolehan hasil belajar, guru harus menghitung selisih antara nilai akhir dengan nilai awal tes siswa sehingga dari nilai selisih tersebut diperoleh informasi mengenai seberapa besar tingkat keberhasilan atau tingkat kegagalan dari perlakuan yang telah dilakukan oleh guru.

B. Lokasi dan Subyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di salah satu SMP Swasta di Kota Jakarta. Subyek penelitian yang digunakan adalah siswa kelas VII yang terdiri dari dua kelas paralel terdiri atas ± 30 orang siswa dimana terdiri atas kelas eksperimen dan kelas kontrol. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara cluster random sampling. Sampel penelitian diambil dua kelas secara acak dari lima kelas yang memiliki kemampuan yang setara tanpa mengacak siswa dalam kelas tersebut. Pengelompokan sampel terdiri atas satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol.

C. Instrumen Penelitian

Untuk menjawab penelitian yang dilakukan maka diperlukan suatu instrumen penelitian. Peneliti telah mempersiapkan dan menyusun beberapa instrumen untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut, yaitu : (1) tes tertulis pilihan berganda literasi sains berdasarkan sebuah konteks, (2) tes tertulis pilihan berganda sikap sains berdasarkan sebuah konteks dan (3) lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dan kegiatan siswa, (4) mind

mapping, dan (5) pedoman wawancara. Berikut instrumen yang disediakan: 1. Tes Kemampuan Literasi Sains

Tes ini dilakukan untuk mengukur kemampuan literasi sains siswa terhadap konsep klasifikasi materi, jenis soal yang digunakan adalah jenis soal pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban yang dilakukan dua kali, yaitu sebelum pembelajaran (pretest) dan sustelah pembelajaran (posttest). Tes untuk melihat kemampuan literasi sains siswa ini meliputi pada aspek konten, konteks, proses sains, dan sikap sains. dengan indikator: Mengidentifikasi isu ilmiah, Menjelaskan fenomena secara ilmiah, dan Menggunakan bukti ilmiah pada pokok bahasan klasifikasi materi. Soal tes kemampuan literasi sains dirancang lalu divalidasi oleh dua orang pembimbing. Soal kemampuan literasi sains disusun sebanyak 25 soal pilihan


(20)

Wati Sukmawati, 2014

Pembelajaran Kontekstual Dengan Saintifik Inkuiri Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi Untuk Meningkatkan Literasi Dan Sikap Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ganda. Kisi-kisi soal yang diberikan dipaparkan pada Tabel 3.2, sedangkan instrument tes dapat dilihat pada lampiran B.1.

Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal Literasi Sains

No Aspek Literasi Sains Nomor Soal

Konten

1 Materi dan wujudnya 4,8,9,11,12,13,17,21,24,25 2 Unsur, senyawa, campuran 14,15,20,22

3 Pemisahan campuran 10,18,19

4 Perubahan fisika dan perubahan kimia 1,2,3,5,6,7,16,23 5

Materi dan wujudnya, unsur, senyawa, campuran, pemisahan campuran, perubahan fisika dan perubahan kimia.

1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,1 4,15,16,17,18,19,20,21,22,23, 24,25.

Konteks Aplikasi

1 Membuat batu bata merah secara tradisional 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12 2 Penambangan dan pembuatan perhiasan emas 13,14,15,16,17,18,19,20,21,22

,23,24,25 Proses

1 Menerapkan ilmu pengetahuan dalam situasi

tertentu. 1,10,15,17,18

2 Mengidentifikasi deskripsi, eksplanasi dan

prediksi yang tepat. 4,6,11,16,20,22 3 Menjelaskan atau menafsirkan fenomena

secara ilmiah dan memprediksi perubahan. 8,13,23 4 Mengidentifikasi asumsi, bukti dan alasan

dibalik kesimpulan. 14

Sikap/Nilai terhadap Isu-isu Sains

1 Menunjukkan kepedulian pada dampak

lingkungan akiban perilaku manusia. 2,5,12 2 Menunjukkan rasa bertanggungjawab personal

untuk memelihara lingkungan. 3,19 3 Menunjukkan kemauan untuk mengambil

sikap menjaga sumber alam. 7,24,25 4 Menunjukkan kekuatan kemampuan ilmiah. 9,21

2. Tes Kemampuan Sikap Sains

Tes ini dilakukan untuk mengukur kemampuan sikap sains siswa terhadap konsep klasifikasi materi, jenis soal yang digunakan adalah jenis soal pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban yang dilakukan dua kali, yaitu sebelum pembelajaran (pretest) dan setelah pembelajaran (posttest). Indikator test untuk melihat kemampuan sikap sains siswa ini meliputi: mendukung inkuiri sains, percaya diri sebagai pembelajar sains, ketertarikan terhadap sains, dan tanggungjawab terhadap sumber dan lingkungan alam pada pokok


(21)

Wati Sukmawati, 2014

Pembelajaran Kontekstual Dengan Saintifik Inkuiri Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi Untuk Meningkatkan Literasi Dan Sikap Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bahasan klasifikasi materi. Soal tes kemampuan sikap sains dirancang lalu divalidasi oleh dua orang pembimbing. Soal kemampuan sikap sains disusun sebanyak 10 soal pilihan ganda. Kisi-kisi soal yang diberikan dipaparkan pada Tabel 3.3, sedangkan instrumen tes dapat dilihat pada lampiran B.1.

Tabel 3.3 Kisi-kisi Soal Sikap Sains

No Aspek Sikap Nomor

1 Menunjukkan kepedulian pada dampak

lingkungan akiban perilaku manusia. 2,5,12 2 Menunjukkan rasa bertanggungjawab personal

untuk memelihara lingkungan. 3,19 3 Menunjukkan kemauan untuk mengambil

sikap menjaga sumber alam. 7,24,25 4 Menunjukkan kekuatan kemampuan ilmiah. 9,21

3. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran dan kegiatan siswa melalui Pendekatan Kontekstual

Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran ini digunakan untuk mengukur keterlaksanaan pembelajaran melalui pendekatan kontekstual sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Lembar observasi disusun sesuai langkah-langkah pembelajaran kesesuaian antara pembelajaran kontekstual (Nentwig,2002) dengan saintifik inkuiri (Bruce,Joyce, 1976). Lembar observasi siswa digunakan untuk mengetahui kegiatan siswa selama pembelajaran berlangsung pada pokok bahasan klasifikasi materi. Lembar observasi tersebut dirancang lalu divalidasi oleh dua orang pembimbing. Lembar observasi yang dilakukan oleh observer (guru IPA di sekolah) dapat dilihat pada Lampiran B.3.

4. Mind mapping

Pedoman mind mapping ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana kualitas pembelajaran sesaat setelah proses pembelajaran berlangsung pada pokok bahasan klasifikasi materi. Pedoman mind mapping ini dirancang lalu divalidasi oleh dua orang pembimbing. Untuk menilai mind mapping yang dihasilkan siswa maka perlu dibuat mind map standar yang dapat dilihat pada Lampiran B.4.


(22)

Wati Sukmawati, 2014

Pembelajaran Kontekstual Dengan Saintifik Inkuiri Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi Untuk Meningkatkan Literasi Dan Sikap Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pedoman wawancara digunakan untuk memperoleh secara langsung perspektif dan ketertarikan siswa dalam pembelajararan kontekstual pada pokok bahasan klasifikasi materi, pedoman wawancara dalam penelitian ini berperan sebagai instrumen pendukung. Wawancara adalah suatu dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara (Dalam Arikunto,2010). Pedoman wawancara dirancang lalu divalidasi oleh dua orang pembimbing. Salah satu tujuan wawancara menurut Sugiyono (2011) adalah untuk mengetahui berbagai hal dari responden secara lebih mendalam.

D. Teknik Analisis Instrumen Penelitian

Berdasarkan instrumen yang digunakan dilakukan beberapa tahapan:

1. Dilakukan validasi indikator dan tujuan sebagai langkah awal pembuatan instrumen soal literasi dan sikap sains.

2. Validasi soal literasi sains dan sikap sains.

3. Validasi format observasi keterlaksanaan pembelajaran dan kegiatan siswa. 4. Validasi mind mapping.

5. Validasi format pedoman wawancara.

E. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan dua macam cara dalam mengumpulkan data, yaitu melalui tes dan observasi. Dalam pengambilan data ini terlebih dahulu menentukan sumber data, jenis data, teknik pengumpulan data, dan instrumen yang digunakan, teknik pengumpulan data secara lengkap dapat dilihat:

Tabel 3.4. Teknik Pengumpulan Data No Sumber

data Jenis data

Teknik

pengumpulan Instrumen 1 Siswa Kemampuan literasi sains sebelum dan

sesudah perlakuan

Pretest-posttest

Soal pg kemampuan literasi sains. 2 Siswa Kemampuan sikap sains sebelum dan

sesudah perlakuan

Pretest- posttest

Soal pg kemampuan sikap sains 3 Guru Keterlaksanaan pembelajaran Observasi Lembar

observasi 4 Siswa Kegiatan siswa selama pembelajaran Observasi Lembar

observasi 5 Siswa Hasil mind mapping siswa Observasi Pedoman


(23)

Wati Sukmawati, 2014

Pembelajaran Kontekstual Dengan Saintifik Inkuiri Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi Untuk Meningkatkan Literasi Dan Sikap Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mind mapping

6 Siswa Hasil wawancara setelah pembelajaran kontekstual berlangsung.

Wawancara Pedoman wawancara

F. Alur dan Prosedur Penelitian

Kelas kontrol (kontrol) Posttest

Studi pendahuluan wawancara dengan siswa dan guru

Penentuan latar belakang

Penyusunan instrumen:

1. Soal literasi dan sikap

sains.

2. Pedoman observasi

keberlangsungan model kontekstual dan pedoman kegiatan siswa.

3. Pedoman mind mapping.

4. Pedoman wawancara.

Penyusunan RPP Penentuan teks

wacana dan video pembelajaran yang dikonsultasikan dengan pembimbing Judgement, revisi Kelas eksperimen (kontekstual) Pretest 1. Lembar observasi 2. Pedoman mind mapping. 3. Pedoman wawancara. Analisis data Kesimpulan


(24)

Wati Sukmawati, 2014

Pembelajaran Kontekstual Dengan Saintifik Inkuiri Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi Untuk Meningkatkan Literasi Dan Sikap Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.1 Alur dan Prosedur Penelitian G. Analisis dan Teknik Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini merupakan data kuantitatif berupa hasil tes kemampuan literasi sains dan penguasaan konsep siswa sedangkan data kualitatif berupa lembar observasi selama pembelajaran.

Data-data kuantitatif diperoleh dalam bentuk hasil uji instrumen, data

pretest,posttest,N-gain. Data hasil uji instrumen diolah dengan menggunakan program excel 2007 untuk memperoleh pretest, posttest, N-gain, normalitas, homogenitas dan uji korelasi.

1. Analisis keterlaksanaan model pembelajaran

Analisis keterlaksanaan model menggunakan lembar observasi. Pengisian lembar observasi dilakukan oleh observer pada saat pembelajaran berlangsung. Format observasi ini berbentuk rating scale dan membuat kolom ya/tidak. Untuk observasi keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dihitung dengan:

Untuk mengetahui kriteria keterlaksanaan model pembelajaran pada setiap pertemuan, maka data hasil observasi diolah menjadi dalam bentuk presentasi yang tercantum dalam tabel berikut:

Tabel 3.5. Intepretasi Keterlaksanaan Pembelajaran No % kategori keterlaksanaan model

pembelajaran Interpretasi

1 P=0 Tak satu kegiatan pun

2 0≤P<25 Sebagian kecil kegiatan

3 25≤P<50 Hampir setengah kegiatan

4 P=50 Setengah kegiatan

5 50<P<75 Sebagian besar kegiatan

6 75≤P<100 Hampir seluruh kegiatan

7 P=100 Seluruh kegiatan

(Sugiono,2011 )


(25)

Wati Sukmawati, 2014

Pembelajaran Kontekstual Dengan Saintifik Inkuiri Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi Untuk Meningkatkan Literasi Dan Sikap Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hasil tes kemampuan literasi dan sikap sains siswa digunakan untuk menelaah peningkatan kemampuan literasi dan sikap sains siswa yang mendapatkan pembelajaran kontekstual dibandingkan dengan pembelajaran dengan model kontrol. Kemudian dengan tes ini kita akan mendapatkan hubungan korelasi antara sikap sains dengan kemampuan literasi sains siswa.

Data yang diperoleh dari hasil kemampuan literasi dan sikap sains diolah melalui tahapan sebagai berikut:

1) Memberikan skor jawaban siswa sesuai dengan kunci jawaban dan pedoman penskoran yang digunakan.

2) Membuat tabel skor pretest dan posttest siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.

3) Menentukan skor peningkatan kemampuan literasi dan sikap sains dengan rumus N-gain ternormalisasi Meltzer (2008) yaitu:

Hasil perhitungan N-gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi sebagai berikut:

Tabel 3.6 Klasifikasi Gain Ternormalisasi Besarnya N-gain (g) Klasifikasi

g ≥0,70 Tinggi

0,03≤g≥0,70 Sedang

g<0,30 Rendah

(Meltzer, 2008)

Melakukan uji normalitas untuk mengetahui kenormalan data N-gain penguasaan konsep dan kemampuan literasi sains menggunakan uji statistik dengan metode

Liliefors. Uji normalitas dengan metode liliefors digunakan apabila datanya

tidak dalam distribusi frekuesi data bergolong. Pada metode liliefors setiap data xi diubah menjadi bilangan baku zi dengan transformasi.

Statistik uji untuk metode ini ialah : L=Maks|F(zi)s(zi)|

Dengan


(26)

Wati Sukmawati, 2014

Pembelajaran Kontekstual Dengan Saintifik Inkuiri Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi Untuk Meningkatkan Literasi Dan Sikap Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

S(zi) = Proporsi cacah Z ≤ zi terhadap seluruh z Sebagai daerah kritis untuk uji ini ialah :

DK = {L|L > Lα;n } dengan n adalah ukuran sampel Untuk beberapa α dan n nilai Lα;n dapat dilihat pada tabel.

4) Untuk uji homogenitas variansi dengan 2 populasi (Uji-F) d i o l a h dengan menggunakan Microsoft Excel 2007. Jadi, Jika Fh < Ft maka Ho diterima. Karena DK={F|F>Ftabel} dan jika Fh DK maka H0 Diterima (homogen).

5) Setelah data memenuhi syarat normal dan homogen, selanjutnya dilakukan uji kesamaan rataan skor pretest dan uji perbedaan rataan skor posttest dan N- gain menggunakan uji –t yaitu independent sample t-test.

6) Melakukan uji korelasi untuk mengetahui hubungan antara sikap sains dan literasi sains siswa pada kelas eksperimen dengan korelasi.

3. Data t-test literasi dan sikap sains siswa

Uji t-test two –sample assuming equal variances yang digunakan untuk menguji perbedaan rata-rata (mean) 2 variabel dari sampel yang berbeda dengan mengasumsikan kedua sampel memiliki variance yang sama. Uji t-test diolah dengan menggunakan Microsoft Excel 2007. Dengan taraf signifikansi 0,05 kriteria penerimaan uji hipotesis:

Terima Ho jika t hitung ≤ t tabel Tolak Ho jika t hitung ≥ t tabel.

Jika nilai t hitung diatas 1,96 maka biasanya kesimpulannya adalah “ada perbedaan pada taraf 95%”

Jika nilai t hitung diatas 2,56 maka biasanya kesimpulannya adalah “ada perbedaan pada taraf 99%”

4. Data korelasi antara sikap sains terhadap literasi sains

Pengujian korelasi ini untuk mengetahui seberapa besar pengaruh sikap sains terhadap literasi sain siswa. Penilaian ini dilakukan dengan menggunakan program excel 2007 dan hasilnya dianalisis dengan pedoman berikut:

Tabel 3.7. Pedoman Analisis Korelasi

kekuatan hubungan dua variabel dibagi kedalam empat area: r=0,00-0,25 tidak ada hubungan /hubungan lemah r=0,26-0,50 hubungan sedang


(27)

Wati Sukmawati, 2014

Pembelajaran Kontekstual Dengan Saintifik Inkuiri Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi Untuk Meningkatkan Literasi Dan Sikap Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

r=0,76-1,00 hubungan sangan kuat/sempurna

(fajarnoverdi,2009)

5. Pengujian Terhadap Hipotesis

Pada umumnya pengujian terhadap hipotesis dapat dilakukan dengan uji parametrik dan non parametrik .

Parametrik dilakukan jika asumsi-asumsi penelitian parametrik terpenuhi, antara lain jika data dalam pengujian hipotesis ini, data yang dimaksud ialah gain ternormalisasi yang dicapai kedua kelas bersifat normal dan memiliki varian yang homogen. Analisis data gain ternormalisasi dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Jika asumsi-asumsi penelitian parametrik tidak terpenuhi, maka pengujian terhadap hipotesis harus dilakukan dengan uji non- parametrik. Oleh karena itu, untuk mengetahui pengujian statistik mana yang tepat, sebelumnya perlu diketahui normalitas dan homogenitas dari gain kedua kelas.

a) Uji Normalitas N gain

Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji kenormalan data yang diperoleh dari hasil penelitian. Uji normalitas ini juga dilakukan untuk mengetahui apakah sampel telah mewakili populasi atau tidak. Dalam penelitian ini pengujian normalitas menggunakan metode

Liliefors.

Dimana jika: L< Ltabel maka data berdistribusi normal. L>Ltabel maka data tidak terdistribusi normal b) Uji Homogenitas

Jika Fh < Ft maka Ho diterima. Karena DK={F|F>Ftabel} dan jika Fh DK maka H0

Diterima (homogen). Dan jika F<Ftabel maka H0 ditolak (tidak homogen).

c) Uji Hipotesis N gain

Uji statistik parametrik akan dilakukan jika data N gain kedua kelompok terdistribusi normal dan memiliki varian yang homogen.

d) Uji t-test

Untuk menguji hipotesisnya dapat menggunakan uji-t dengan sampel n=30 pada tingkat signifikansi 0,05 dengan tes satu ekor.

e) Uji korelasi

Uji korelasi dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh atau kontribusi sikap sains terhadap literasi sains.


(28)

Wati Sukmawati, 2014

Pembelajaran Kontekstual Dengan Saintifik Inkuiri Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi Untuk Meningkatkan Literasi Dan Sikap Sains Siswa


(29)

Wati Sukmawati, 2014

Pembelajaran Kontekstual Dengan Saintifik Inkuiri Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi Untuk Meningkatkan Literasi Dan Sikap Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual dengan saintifik inkuiri pada pokok bahasan kasifikasi materi dapat meningkatkan literasi dan sikap sains siswa.

Untuk lebih rincinya kesimpulan dapat dituliskan sebagai berikut:

1. Pembelajaran kontekstual dengan saintifik inkuiri dapat meningkatkan literasi sains siswa dengan diperoleh hasil N-Gain 62% dengan kategori sedang. Selain itu pembelajaran kontekstual juga mampu meningkatkan sikap sains siswa dengan diperoleh hasil N-Gain sebesar 56% dengan kategori sedang.

2. Pembelajaran kontekstual dengan pendekatan saintifik pada konsep klasifikasi materi memberikan kontribusi dengan korelasi yang kuat antara sikap sains terhadap kemampuan literasi sains siswa dengan diperoleh hasil korelasi sebesar 0,6 dengan kategori kuat.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan disertai hasil temuan yang diperoleh, maka terdapat beberapa hal yang dapat menjadi saran agar penelitian berikutnya dapat lebih baik, yaitu:

1. Sebaiknya pembelajaran kontekstual dengan saintifik inkuiri dapat dikembangkan pada konten dan konteks yang lainnya.

2. Dalam penelitian ini, sikap sains yang dinilai baru terbatas pada pengetahuan sikap sains. Disarankan pada penelitian berikutnya dilakukan penilaian sikap sains secara menyeluruh baik pengetahuan


(30)

Wati Sukmawati, 2014

Pembelajaran Kontekstual Dengan Saintifik Inkuiri Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi Untuk Meningkatkan Literasi Dan Sikap Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S.(2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Berns, G. R dan Erickson, M.P. (2001). Contextual Teaching Learning: Preparing Students for the New Economy.

Blancard, A.(2001). Contekstual Teaching Learning.B.E.S.T.

Bundu, P.(2006). Penilian Ketrampilan Proses dan Sikap Ilmiah Dalam Pembelajaran Sains. Jakarta: Depdiknas.

Buzan, T.(2007). Buku Pintar mind map. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Conny, R. Semiawan. dkk.(1990). Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah. Jakarta:Gramedia.

Creswell, J.W.(2008). Research Desig:Qualitative and Quantitative Apporch. California: Sage Publication.

Depdiknas. (2013).Lampiran Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun

2013 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: BSNP.

Depdiknas. (2008). Panduan Pengembangan Materi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Dikdasmen. (2003). Panduan Pengembangan Materi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Ekohariadi.(2009). Perkembangan Kemampuan Sains Siswa Indonesia Berusia 15 Tahun

Berdasarkan Data Studi PISA. Jakarta: Pusat Penelitian Pendidikan Depertemen

Pendidikan Indonesia.

Frankel,R.J&E.N. Wallen. (2007). How to Design and Evaluate Research and Education. Crwonhelm.Ltd. London.

Holbrook, J.(1998). Operationalising Scientific and Technological Literacy-a New Approach to Science Teaching. Science Education International, Vol.9,No 2,

Holbrook, J.(2005). Making Chemiistry Teaching Relevant. Chemical Education International, Vol. 6, No.1.

Hull’s D.,& Sounders. (1996). The Coming Challenge: Are Community Colleges Ready for the New Wave of Contextual Learners?. Community College Journal.67,(2), 15-17.


(31)

Wati Sukmawati, 2014

Pembelajaran Kontekstual Dengan Saintifik Inkuiri Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi Untuk Meningkatkan Literasi Dan Sikap Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Jhonson, E.B.(2002). Contextual Teaching and Learning: What it is and Why it is Here to

Stay, California USA: Corwin Press. Inc.

Johnson,E.B.(2004). Contekstual Teaching Learning. California: Corwin Press,Inc. Joyce, B, et al.(1976). Models of Teacing. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Kemendikbud. (2013). Permendikdud No. 54 tentang Standar Kompetensi Lulusan

Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Kememtrian Pendidikan dan

Kebudayaan.

Kemendikbud.. (2013). Permendikdud No. 64 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan

Menengah. Jakarta: Kememtrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kemendikbud.. (2013). Permendikdud No. 65 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan

Menengah. Jakarta: Kememtrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kemendikbud. (2013). Permendikdud No. 66 tentang Standar Penilaian Pendidikan Jakarta: Kememtrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Metz, K.E. (1995). Reassessment of Developmental Constrains on Children’s Science

Instructions. Review of Educational Research, No. 65(2).

Meltzer, D.E. (2002). The Relationship Between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Grains in Physics: A Possible “Hidden Variable” in Diagnostice Pretest

Score. American Journal Physics. 70, (12), 1259-1286.

Mudzakir, A. (2005). Chemie im Kontext (Konsepsi Inovatif Pembelajaran Kimia

di Jerman). Makalah pada Seminar Nasional Pendidikan Kimia. UPI

Bandung.

Nentwig, et al.(2002). Chemie im Conteks from Situated Learning in Relevant Context to a

Systematic International of Basic Chemical Concept.Kiel. jerman.

Nentwig, et al.(2007). Chemie im Conteks from Situated Learning in Relevant Context to a

Systematic International of Basic Chemical Concept.Kiel. jerman.

OECD. (2009). PISA 2009 Result: Learning Trends Changes in Student Performance Since

2000 (Volume V). [online]. Tersedia: http//www.oecd.org/dataoecd/pisa_2009_5.pdf

[16 Februari 2013]

OECD . (2013) PISA 2012 Result in focus. What 15-years-olds know and what they can do

with what they know. [online]. Programme for International Student Assessment.Tersediadi:http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source

=web&cd=2&cad=rja&ved=0CC4QFjAB&url=http%3A%2F%2Fwww.oecd.org%2 Fpisa%2Fkeyfindings%2Fpisa-2012-results

overview.pdf&ei=sHf1UtfmHIWQrgfcoIHgBg&usg=AFQjCNFpcZJYYvAiGNlmO LGF7Wn94ZrwXQ&bvm=bv.60983673,d.bmk.[7 februari 2013]


(32)

Wati Sukmawati, 2014

Pembelajaran Kontekstual Dengan Saintifik Inkuiri Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi Untuk Meningkatkan Literasi Dan Sikap Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Parker, L, & Offer, J. (1987). School Science Achievement: Conditions for Equality.

International Journal for Science Education, No.8.

PISA. (2012). The PISA 2012 Assesment of Reading, Mathematical and Scientific Literacy. [online]. Tersedia: http//www.pisa.oecd.org/dataoecd.pdf.[26 februari 2013].

Schoubel, L., Klopfer ,L.E & Raghaven.(1991). Student’s Transtition fron an Engineering

Model to a Science Model of Experimentation. Journal of Reaserch on Science Teaching, No. 28.

Shwartz. et al.(2006). The Use of Scientific Literacy Taxonomy for Assessing The

Development of Chemical Literaci Among High-School Student. Journal of

Education Research and Practice:7(4),203-225.

Suanda. (2010). Pengaruh Implementasi Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Terhadap

Prestasi Belajar IPA dan Sikap Sains Siswa Kelas VII SMPN 11 Denpasar. Tesis

(tidak diterbitkan). UPI. Bandung

Sugiono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D. Bandung:Alfabet.

Thomas, R. Murray.(1990). International Comparative Education: Practices, Issues, and

Prospects. Newyork: Pergamon Press.

Suanda. (2013). Pembelajara Kimia Unsur Menggunakan Konteks Keunggulan Lokal

Tambang Timah di Pulau Bangka dan Pengaruhnya pada Literasi Sains Siswa SMA Klas XII. Tesis (tidak diterbitkan). UPI. Bandung


(1)

Wati Sukmawati, 2014

Pembelajaran Kontekstual Dengan Saintifik Inkuiri Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi Untuk Meningkatkan Literasi Dan Sikap Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu r=0,76-1,00 hubungan sangan kuat/sempurna

(fajarnoverdi,2009)

5. Pengujian Terhadap Hipotesis

Pada umumnya pengujian terhadap hipotesis dapat dilakukan dengan uji parametrik dan non parametrik .

Parametrik dilakukan jika asumsi-asumsi penelitian parametrik terpenuhi, antara lain jika data dalam pengujian hipotesis ini, data yang dimaksud ialah gain ternormalisasi yang dicapai kedua kelas bersifat normal dan memiliki varian yang homogen. Analisis data gain ternormalisasi dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Jika asumsi-asumsi penelitian parametrik tidak terpenuhi, maka pengujian terhadap hipotesis harus dilakukan dengan uji non- parametrik. Oleh karena itu, untuk mengetahui pengujian statistik mana yang tepat, sebelumnya perlu diketahui normalitas dan homogenitas dari gain kedua kelas.

a) Uji Normalitas N gain

Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji kenormalan data yang diperoleh dari hasil penelitian. Uji normalitas ini juga dilakukan untuk mengetahui apakah sampel telah mewakili populasi atau tidak. Dalam penelitian ini pengujian normalitas menggunakan metode

Liliefors.

Dimana jika: L< Ltabel maka data berdistribusi normal. L>Ltabel maka data tidak terdistribusi normal b) Uji Homogenitas

Jika Fh < Ft maka Ho diterima. Karena DK={F|F>Ftabel} dan jika Fh DK maka H0

Diterima (homogen). Dan jika F<Ftabel maka H0 ditolak (tidak homogen). c) Uji Hipotesis N gain

Uji statistik parametrik akan dilakukan jika data N gain kedua kelompok terdistribusi normal dan memiliki varian yang homogen.

d) Uji t-test

Untuk menguji hipotesisnya dapat menggunakan uji-t dengan sampel n=30 pada tingkat signifikansi 0,05 dengan tes satu ekor.

e) Uji korelasi

Uji korelasi dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh atau kontribusi sikap sains terhadap literasi sains.


(2)

Wati Sukmawati, 2014

Pembelajaran Kontekstual Dengan Saintifik Inkuiri Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi Untuk Meningkatkan Literasi Dan Sikap Sains Siswa


(3)

Wati Sukmawati, 2014

Pembelajaran Kontekstual Dengan Saintifik Inkuiri Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi Untuk Meningkatkan Literasi Dan Sikap Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual dengan saintifik inkuiri pada pokok bahasan kasifikasi materi dapat meningkatkan literasi dan sikap sains siswa.

Untuk lebih rincinya kesimpulan dapat dituliskan sebagai berikut:

1. Pembelajaran kontekstual dengan saintifik inkuiri dapat meningkatkan literasi sains siswa dengan diperoleh hasil N-Gain 62% dengan kategori sedang. Selain itu pembelajaran kontekstual juga mampu meningkatkan sikap sains siswa dengan diperoleh hasil N-Gain sebesar 56% dengan kategori sedang.

2. Pembelajaran kontekstual dengan pendekatan saintifik pada konsep klasifikasi materi memberikan kontribusi dengan korelasi yang kuat antara sikap sains terhadap kemampuan literasi sains siswa dengan diperoleh hasil korelasi sebesar 0,6 dengan kategori kuat.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan disertai hasil temuan yang diperoleh, maka terdapat beberapa hal yang dapat menjadi saran agar penelitian berikutnya dapat lebih baik, yaitu:

1. Sebaiknya pembelajaran kontekstual dengan saintifik inkuiri dapat dikembangkan pada konten dan konteks yang lainnya.

2. Dalam penelitian ini, sikap sains yang dinilai baru terbatas pada pengetahuan sikap sains. Disarankan pada penelitian berikutnya dilakukan penilaian sikap sains secara menyeluruh baik pengetahuan


(4)

Wati Sukmawati, 2014

Pembelajaran Kontekstual Dengan Saintifik Inkuiri Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi Untuk Meningkatkan Literasi Dan Sikap Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S.(2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Berns, G. R dan Erickson, M.P. (2001). Contextual Teaching Learning: Preparing Students for the New Economy.

Blancard, A.(2001). Contekstual Teaching Learning.B.E.S.T.

Bundu, P.(2006). Penilian Ketrampilan Proses dan Sikap Ilmiah Dalam Pembelajaran Sains. Jakarta: Depdiknas.

Buzan, T.(2007). Buku Pintar mind map. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Conny, R. Semiawan. dkk.(1990). Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah. Jakarta:Gramedia.

Creswell, J.W.(2008). Research Desig:Qualitative and Quantitative Apporch. California: Sage Publication.

Depdiknas. (2013).Lampiran Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun

2013 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: BSNP.

Depdiknas. (2008). Panduan Pengembangan Materi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Dikdasmen. (2003). Panduan Pengembangan Materi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Ekohariadi.(2009). Perkembangan Kemampuan Sains Siswa Indonesia Berusia 15 Tahun

Berdasarkan Data Studi PISA. Jakarta: Pusat Penelitian Pendidikan Depertemen

Pendidikan Indonesia.

Frankel,R.J&E.N. Wallen. (2007). How to Design and Evaluate Research and Education. Crwonhelm.Ltd. London.

Holbrook, J.(1998). Operationalising Scientific and Technological Literacy-a New Approach to Science Teaching. Science Education International, Vol.9,No 2,

Holbrook, J.(2005). Making Chemiistry Teaching Relevant. Chemical Education International, Vol. 6, No.1.

Hull’s D.,& Sounders. (1996). The Coming Challenge: Are Community Colleges Ready for


(5)

Wati Sukmawati, 2014

Pembelajaran Kontekstual Dengan Saintifik Inkuiri Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi Untuk Meningkatkan Literasi Dan Sikap Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Jhonson, E.B.(2002). Contextual Teaching and Learning: What it is and Why it is Here to

Stay, California USA: Corwin Press. Inc.

Johnson,E.B.(2004). Contekstual Teaching Learning. California: Corwin Press,Inc. Joyce, B, et al.(1976). Models of Teacing. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Kemendikbud. (2013). Permendikdud No. 54 tentang Standar Kompetensi Lulusan

Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Kememtrian Pendidikan dan

Kebudayaan.

Kemendikbud.. (2013). Permendikdud No. 64 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan

Menengah. Jakarta: Kememtrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kemendikbud.. (2013). Permendikdud No. 65 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan

Menengah. Jakarta: Kememtrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kemendikbud. (2013). Permendikdud No. 66 tentang Standar Penilaian Pendidikan Jakarta: Kememtrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Metz, K.E. (1995). Reassessment of Developmental Constrains on Children’s Science

Instructions. Review of Educational Research, No. 65(2).

Meltzer, D.E. (2002). The Relationship Between Mathematics Preparation and Conceptual

Learning Grains in Physics: A Possible “Hidden Variable” in Diagnostice Pretest Score. American Journal Physics. 70, (12), 1259-1286.

Mudzakir, A. (2005). Chemie im Kontext (Konsepsi Inovatif Pembelajaran Kimia

di Jerman). Makalah pada Seminar Nasional Pendidikan Kimia. UPI

Bandung.

Nentwig, et al.(2002). Chemie im Conteks from Situated Learning in Relevant Context to a

Systematic International of Basic Chemical Concept.Kiel. jerman.

Nentwig, et al.(2007). Chemie im Conteks from Situated Learning in Relevant Context to a

Systematic International of Basic Chemical Concept.Kiel. jerman.

OECD. (2009). PISA 2009 Result: Learning Trends Changes in Student Performance Since

2000 (Volume V). [online]. Tersedia: http//www.oecd.org/dataoecd/pisa_2009_5.pdf

[16 Februari 2013]

OECD . (2013) PISA 2012 Result in focus. What 15-years-olds know and what they can do

with what they know. [online]. Programme for International Student Assessment.Tersediadi:http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source

=web&cd=2&cad=rja&ved=0CC4QFjAB&url=http%3A%2F%2Fwww.oecd.org%2 Fpisa%2Fkeyfindings%2Fpisa-2012-results

overview.pdf&ei=sHf1UtfmHIWQrgfcoIHgBg&usg=AFQjCNFpcZJYYvAiGNlmO LGF7Wn94ZrwXQ&bvm=bv.60983673,d.bmk.[7 februari 2013]


(6)

Wati Sukmawati, 2014

Pembelajaran Kontekstual Dengan Saintifik Inkuiri Pada Pokok Bahasan Klasifikasi Materi Untuk Meningkatkan Literasi Dan Sikap Sains Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Parker, L, & Offer, J. (1987). School Science Achievement: Conditions for Equality.

International Journal for Science Education, No.8.

PISA. (2012). The PISA 2012 Assesment of Reading, Mathematical and Scientific Literacy. [online]. Tersedia: http//www.pisa.oecd.org/dataoecd.pdf.[26 februari 2013].

Schoubel, L., Klopfer ,L.E & Raghaven.(1991). Student’s Transtition fron an Engineering

Model to a Science Model of Experimentation. Journal of Reaserch on Science Teaching, No. 28.

Shwartz. et al.(2006). The Use of Scientific Literacy Taxonomy for Assessing The

Development of Chemical Literaci Among High-School Student. Journal of

Education Research and Practice:7(4),203-225.

Suanda. (2010). Pengaruh Implementasi Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Terhadap

Prestasi Belajar IPA dan Sikap Sains Siswa Kelas VII SMPN 11 Denpasar. Tesis

(tidak diterbitkan). UPI. Bandung

Sugiono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D. Bandung:Alfabet.

Thomas, R. Murray.(1990). International Comparative Education: Practices, Issues, and

Prospects. Newyork: Pergamon Press.

Suanda. (2013). Pembelajara Kimia Unsur Menggunakan Konteks Keunggulan Lokal

Tambang Timah di Pulau Bangka dan Pengaruhnya pada Literasi Sains Siswa SMA Klas XII. Tesis (tidak diterbitkan). UPI. Bandung