PENERAPAN METODE HYPNOTEACHING BERBASIS PEMECAHAN MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK INFORMASI.

(1)

PENERAPAN METODE HYPNOTEACHING BERBASIS PEMECAHAN MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK INFORMASI

( Penelitian Eksperimen pada siswa kelas X SMA Negeri 12 Bandung Tahun Pelajaran 2012-2013)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

oleh Nisa Alrochmah

NIM 1101637

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH PASCASARJANA


(2)

Dalam Pembelajaran Menyimak Informasi

Oleh Nisa Alrochmah

S.Pd UPI Bandung, 2010

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Nisa Alrochmah 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Disetujui oleh:

Pembimbing I,

Prof. Dr. H. Iskandarwassid, M.Pd. NIDN 002073902

Pembimbing II,

Dr. Hj. Yeti Mulyati, M.Pd. NIP 196008091986012001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia


(4)

DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK INFORMASI Nisa Alrochmah

1101637

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan yang ditemukan bahwa pembelajaran menyimak belum maksimal diterapkan oleh para guru di SMA N 12 Bandung. Hasil observasi menyatakan bahwa kompetensi dasar menyimak sering dilupakan untuk dibelajarkan kepada siswanya dengan dengan beberapa alasan. Pertama, kompetensi dasar menyimak tidak diteskan dalam ujian nasional. Kedua, pelaksanaan pembelajaran menyimak tidak menarik dan membosankan karena kegiatan siswa hanya mendengarkan teks yang dibacakan oleh guru atau diperdengarkan melalui rekaman. Ketiga, pembuatan bahan ajar menyimak membutuhkan keterampilan khusus, sedangkan tidak semua guru terlatih atau belum biasa membuat bahan ajar berupa rekaman. Akibatnya para siswa menganggap pembelajaran menyimak monoton yang berdampak pada prestasi siswa dalam kompetensi menyimak.

Penelitian ini bertujuan menguji efektivitas suatu metode pembelajaran sebagai salah satu alternatif untuk membantu masalah mengenai pembelajaran menyimak. Metode pembelajaran yang dimaksud adalah metode hypnoteaching berbasis pemecahan masalah. Adapun syntax dalam metode ini yakni, pengkondisian agar siswa nyaman, pemberian motivasi, pemutaran rekaman yang disertai dengan penguatan, kerja sama, dan penggunaan kata positif.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen. Variabel bebas pada penelitian ini adalah perlakuan yaitu metode hypnoteaching dan variable terikat yaitu kedua kelompok perlakuan yaitu menyimak informasi. Rancangan penelitian ini menggunakan prates dan pascates di setiap kelompok yang akan diteliti. Desain penelitian yang digunakan adalah desain kelompok kontrol nonekuivale yang hampir sama dengan pretest-posttest control group design, perbedaannya pada kelompok eksperimen maupun kontrol tidak dipilih secara random.

Berdasarkan uji hipotesis dengan uji persyaratan terlebih dahulu, diketahui bahwa metode hypnoteaching berbasis pemecahan masalah efektif digunakan dalam pembelajaran menyimak informasi. Hal ini terbukti dari pengujian hipotesis melalui uji t yang menunjukkan bahwa bahwa hasil uji-t independen data postes kelas eksperimen dan kontrol adalah signifikas karena memiliki nilai P<0.05. Hal ini menunjukkan adanya penerimaan Hipotesis. Ini berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan mengenai pembelajaran menyimak informasi antara kelompok eksperimen dan kontrol. Selain dapat dilihat dari nilai P pernyataan itu diperkuat oleh perbedaan rata-rata kedua kelas ini yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan metode hypnoteaching berbasis pemecahanan masalah memberikan pengaruh terhadap kelas eksperimen.


(5)

ABSTRACT

APPLICATION HYPNOTEACHING METHOD BASED PROBLEM SOLVING IN LISTENINGTHE INFORMATION

Nisa Alrochmah 1101637

This research is motivated by the fact that it was found that learning to listen is not maximized implemented by teachers at 12 Senior High School Bandung. The results of observation is that the basic competencies to be taught listening is often forgotten by their students for several reasons. First, a basic competence in listening not tested in national exam. Second, the implementation of learning listening unattractive and boring because the activities students just listen to the text read by the teacher or played through a recording. Third, creation of teaching materials requiring special skills listening, while not all teachers have not been trained or used to make teaching materials in the form of a recording. As a result, the students listened to the monotonous learning assume that impact on student achievement in listening competence.

This study aims to test the effectiveness of a learning method as an alternative to help the problem of learning to listen. Learning method in question is a problem solving method based hypnoteaching. The syntax in this method conditioning to make students comfortable, motivating, recording playback, along with strengthening, cooperation, and use positive words.

This study uses a quantitative approach to the experimental method. The independent variable in this study is the method of treatment and the dependent variable is hypnoteaching both treatment groups are listening to the information. The design of this study used a pre-test and post-test in each group to be studied. The study design used is the design of the control group nonekuivale similar to the pretest-posttest control group, the difference in the experimental and control group was not chosen randomly.

Based on a hypothesis test with the test requirements in advance, it is known that the problem-solving method based hypnoteaching effectively used in teaching listening to the information. This is evident from the testing of hypotheses through the t test showed that that the


(6)

are significant differences between the information about learning to listen to experimental and control groups. It can be seen from the statement P values reinforced by differences in both the average high this class. This suggests that the application of the method based hypnoteaching problem solving giving effect to the experimental class.


(7)

DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN ………. i

ABSTRAK ………... .ii

KATA PENGANTAR……….. iii

UCAPAN TERIMA KASIH ………iv

DAFTAR ISI ……….vii DAFTAR TABEL ……….xi

DAFTAR DIAGRAM ………. xii

DAFTAR LAMPIRAN ………xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ……… 1

1.2 Identifikasi Masalah Penelitian ………. 6

1.3 Rumusan Masalah Penelitian ………. 7

1.4 Tujuan Penelitian ……… 7

1.5 Manfaat Penelitian ………. 8

1.6 Anggapan Dasar ……… 9

1.7 Hipotesis ……….. 10

1.8 Metode dan Teknik Penelitian ………. 10

1.9 Definisi Operasional ……… 11

BAB II METODE HYPNOTEACHING BERBASIS PEMECAHAN MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK INFORMASI 2.1 Hakikat Metode Hypnoteaching……… 12

2.1.1 Pengertian Hypnoteaching ……….. 12

2.1.2 Jenis Gelombang Otak ……… 16

2.1.3Manfaat Hypnoteaching ……….. 17


(8)

2.1.5 Kelebihan Hypnoteaching ……… 21

2.2 Pembelajaran Pemecahan Masalah ………... 23

2.2.1 Pengertian Masalah ………. 23

2.2.2 Pembelajaran dengan Pemecahan Masalah ……….. 24

2.3 Menyimak Informasi ……… 27

2.3.1 Keterampilam Menyimak ……… 27

2.3.2 Hakikat Menyimak ………. 27

2.3.3 Tujuan Menyimak ………. 29

2.3.4 Tahap-tahap Menyimak ………. 30

2.3.5 Ragam Menyimak ……….. 32

2.3.6 Kriteri Pemilihan Ajar Menyimak ………. 36

2.3.7 Kriteria Penilaian Menyimak ………. 37

2 .4 Hakikat Informasi ……… 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ………. 41

3.2 Desain Penelitian ……….. 41

3.3 Prosedur Penelitian ……….. 42

3.4 Paradigma Penelitian ……… 43

3.5 Populasi dan Sampel ……… 45

3.6 Teknik Pengumpulan Data ……… 45

3.7 Instrumen Penelitian ………. 47

3.8 Teknik Pengolahan Data ……….. 54

BAB IV HASIL DAN ANALISIS DATA 4.1 Profil Kemampuan Menyimak Informasi di Kelas Eksperimen………. 57

4.1.1Kemampuan Awal Menyimak Informasi Siswa di Kelas Eksperimen….. 57

4.1.1.1 Analisis Kemampuan Awal Menyimak Informasi Siswa di Kelas Eksperimen ………. 57


(9)

4.1.1.2 Deskripsi Kemampuan Awal Menyimak Informasi Siswa di Kelas

Eksperimen ………69

4.1.2 Kemampuan Akhir Menyimak Informasi di Kelas Eksperimen …………..74 4.1.2.1 Analisis Kemampuan Akhir Menyimak Informasi Siswa di Kelas

Eksperimen ………..74

4.1.2.2 Deskripsi Kemampuan Akhir Menyimak Informasi Siswa di Kelas

Eksperimen ………..81

4.2Profil Kemampuan Menyimak Informasi di Kelas Kontrol ………. 85 4.2.1 Kemampuan Awal Menyimak Informasi Siswa di Kelas Kontrol …….. 85 4.2.1.1Analisis Kemampuan Awal Menyimak Informasi Siswa di Kelas

Kontrol ………. 85

4.2.1.2Deskripsi Kemampuan Awal Menyimak Informasi Siswa

di Kelas Kontrol ……… …95 4.2.2 Kemampuan Akhir Menyimak Informasi Siswa di Kelas Kontrol ……….99 4.2.2.1 Analisis Kemampuan Akhir Menyimak Informasi Siswa

di Kelas Kontrol ……….. 100 4.2.2.2 Deskripsi Kemampuan Akhir Menyimak Informasi Siswa

di Kelas Kontrol ………...………….……… 105 4.3 Perbandingan Hasil Kemampuan Siswa di Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol ………110

4.3.1 Perbandingan Hasil Prates dan Pascates di Kelas Eksperimen ………… 110 4.3.2 Perbandingan Hasil Prates dan Pascates di Kelas Kontrol ………112 4.3.3 Perbandingan Kelas Kontrol dan Eksperimen ……….. 113 4.4 Pelaksanaan Pembelajaran Menyimak Informasi dengan Metode


(10)

4.4.1 Pelaksanaan Pembelajaran Menyimak Informasi dengan Metode Hypnoteaching Berbasis Pemecahan Masalah pada

Pertemuan Pertama ……… 118

4.4.2 Pelaksanaan Pembelajaran Menyimak Informasi dengan Metode Hypnoteaching Berbasis Pemecahan Masalah pada Pertemuan Kedua ..128

4.4.3 Pelaksanaan Pembelajaran Menyimak Informasi dengan Metode Hypnoteaching Berbasis Pemecahan Masalah pada Pertemuan Ketiga. 138 4.5 Pengujian Analisis Data ………....148

4.5.1 Uji Normalitas ………... 149

4.5.2 Uji Homogenitas ………150

4.6 Pengujian Hipotesis ……….151

5.1 Simpulan ………...154

5.2 Saran ………157

DAFTAR PUSTAKA ………159

LAMPIRAN ………..161


(11)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Penelitian

Keterampilan menyimak merupakan aspek yang paling dominan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dibandingkan dengan keterampilan lainnya seperti membaca, menulis, dan berbicara. Hampir setiap hari kegiatan manusia melibatkan keterampilan ini. Tanpa mereka sadari bahwa kegiatan menyimak selalu hadir dalam kegiatan apapun, pada siapapun dan dimanapun. Hal itu senada dengan Wilt (Tarigan, 2008:11) yang mengemukakan bahwa 42% waktu penggunaan bahasa tertuju pada menyimak.

Sayangnya potensi menyimak manusia sangat terbatas. Tarigan (2008:27) menyatakan manusia yang sudah terlatih baik dan sering melaksanakan tugas-tugas menyimak, disertai kondisi fisik dan mental yang prima, hanya dapat menangkap isi simakan maksimal hanya 50%. Maka dari itu keterampilan menyimak perlu dikembangkan agar daya simak manusia dapat lebih maksimal.

Schilling dalam Ariani, dkk (2009:1) menyataka kemampuan mendengarkan yang efektif sangat membantu dalam membangun hubungan dan karier; memahami dan memecahkan masalah; mengembangkan akal dan rasa percaya diri. Hal senada diungkapkan pula oleh Goleman dalam Arini, dkk (2009:1) yang menyimpulkan bahwa kemampuan mendengarkan yang baik diperlukan secara mutlak demi keberhasilan suatu pekerjaan. Hasil suatu pekerjaan dapat jauh lebih baik jika kita menyimak dan menghargai sudut pandang lawan bicara. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan menyimak yang efektif mutlak diperlukan dalam kehidupan.

Sementara itu peranan mendengarkan yang efektif dalam pendidikan pun tidak kalah penting. Burhan dalam Arini, dkk (2009:2) menjelaskan bahwa pelajar


(12)

atau mahasiswa yang tidak pandai mendengarkan pelajaran/kuliah yang diberikan guru guru/dosennya akan mendapat kesukaran dalam mengikuti pelajarannya itu, bahkan besar sekali kemungkinannya gagal bagi mereka. Dalam proses KBM pelajaran apapun akan terjadi komunikasi antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa. Selama proses komunikasi berlangsung baik siswa maupun guru akan menggunakan kemampuan mendengarkan dengan sebaik-baiknya. Siswa harus dapat menangkap dan memahami dengan benar informasi yang disampaikan oleh guru atau siswa yang lainnya.

Siswa yang tidak memiliki kemampuan mendengarkan yang efektif (menyimak) akan salah memahami atau menafsirkan informasi tersebut, akibatnya siswa akan memperoleh dan memiliki pengetahuan yang tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran. Hal tersebut dikuatkan oleh pernyataan Burhan dalam Arini, dkk (2009:2) yang menjelaskan bahwa kemampuan mendengarkan sangat penting dalam kehidupan anak di masyarakat dalam jabatan apapun dia bekerja. Maka dari itu, kemampuan mendengarkan yang efektif mutlak diperlukan oleh para peserta didik sebagai kemampuan dasar untuk mempelajari berbagai pengetahuan.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat simpulkan bahwa kedudukan menyimak perlu mendapat perhatian di sekolah, untuk memenuhi pernyataan tersebut peranan guru Bahasa Indonesia sangat diperlukan untuk memberikan perhatian yang lebih terhadap pembelajaran menyimak daripada kemampuan berbahasa yang lain. Sayangnya, pembelajaran menyimak tidak diajarkan secara kondusif di sekolah. Hal tersebut berdasarkan hasil observasi penulis pada tanggal 7 januari 2013 terhadap beberapa guru Bahasa Indonesia yang sebagian besar menyatakan bahwa kemampuan menyimak dapat langsung dimiliki oleh para peserta didik, yang berbeda dengan keterampilan berbahasa lainnya yang membutuhkan latihan.

Pernyataan guru tersebut senada dengan Program Peningkatan Mutu Pendidikan (PPMP) Provinsi Jawa Barat tahun 2007 yang memperoleh pengamatan


(13)

3

terhadap proses pembelajaran di sekolah yang dilakukan oleh guru SD, SMP, S.MA, dan SMK. Kompetensi dasar kemampun mendengarkan sering dilupakan untuk dibelajarkan kepada siswanya dengan beberapa alasan. Pertama, kompetensi dasar mendengarkan tidak diteskan baik pada ulangan harian, ulangan umum, atau ujian nasional. Kedua, pelaksanaan pembelajaran mendengarkan tidak menarik dan membosankan, karena pembelajarannya bersifat monoton, siswa mendengarkan teks yang dibacakan oleh guru atau diperdengarkan melalui tape recorder. Ketiga, pembuatan bahan ajar mendengarkan membutuhkan alat perekam, sedangkan alat tersebut belum tentu dimiliki oleh setiap sekolah. Keempat, guru bahasa Indonesia belum terlatih atau belum terbiasa membuat bahan ajar berupa rekaman.

Berdasarkan hasil observasi dilakukan terhadap salah satu guru di SMA Negeri 12 Bandung pada tanggal 7 Januari 2013 yang menyatakan bahwa dalam proses pembelajaran menyimak, guru hanya menayangkan sebuah rekaman sebanyak dua kali kemudian memberikan LKS kepada siswanya berupa pertanyaan-pertanyaan ingatan seputar rekaman yang ditanyangkan.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran menyimak hanya untuk meningkatkan kemampuan menghapal, bukan untuk meningkatkan kemampuan menyimak. Sementara itu, Badan Standar Nasional Pendidikan (2006:10) menerangkan bahwa kegiatan pembelajaran harus mendukung tumbuh kembangnya pribadi peserta didik yang berjiwa kewirausahaan dan mempunyai kecakapan hidup. Pernyataan tersebut sesuai dengan yang tertuang dalam Sisdiknas (2003) yang menjelaskan bahwa guru berkewajiban menciptakan suasana pembelajaran yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis. Berdasarkan tuntutan BSNP dan Sisdiknas di atas dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswanya diharapkan untuk meningkatkan kemampuan cara memperoleh pengetahuan dan menerapkan


(14)

pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai bekal dalam menjalani kehidupannya pada masa kini dan yang akan datang.

Sehubungan dengan hal di atas Standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah yang tertuang dalam Badan Standar Nasional Pendidikan Indonesia mata pelajaran Bahasa Indonesia menyatakan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Salah satu tujuannya adalah menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial. Salah satu Kompetensi Dasar yang menunjang tujuan tersebut adalah memahami siaran atau cerita yang disampaikan secara langsung/tidak langsung.

Secara tidak langsung BSNP mata pelajaran bahasa Indonesia mengamanatkan agar peserta didik terampil menyimak untuk mengembangkan intelektual, sosial, dan emosionalnya. Berkaitan dengan hal tersebut, Tarigan (1986:58) menyatakan bahwa menyimak bukan hanya sekedar mendengar (hearing) saja, tetapi memerlukan kegiatan lainnya, yakni memahami (understanding) isi pembicaraan yang disampaikan si pembicara. Lebih jauh lagi diharapkan dapat menafsirkan (interpreting) butir-butir pendapat yang disimaknya baik tersurat maupun tersirat. Kegiatan selanjutnya dalam proses menyimak adalah kegiatan evaluasi (evaluating). Pada kegiatan ini si penyimak menilai gagasan baik dari segi keunggulan maupun dari segi kelemahannya. Kegiatan akhir yakni menanggapi (responding). Pada tahap akhir ini, mencamkan, menyerap, serta menerima gagasan yang dikemukakan oleh si pembicara.

Sayangnya, terdapat masalah mengenai keterampilan menyimak ini dalam hubungannya dengan pembelajaran bahasa Indonesia. Berdasarkan observasi, masih terdapat masalah mengenai menyimak pada para pelajar kelas X di SMA N 12


(15)

5

Bandung, hal tersebut dituturkan oleh salah satu guru mata pelajaran bahasa Indonesia yang menyatakan dalam proses menyimak, para peserta didik nampak tidak terlalu memperhatikan informasi dari media elektronik, hal itu terlihat dari aktivitas peserta didik yang asik bermian HP, mengobrol dengan temannya, dan kegiatan lainnya yang tidak berhubungan dengan menyimak informasi. Pernyataan tersebut dikuatkan oleh hasil belajar yang mayoritas mendapatkan nilai rendah dalam menanggapi isi informasi ke dalam bentuk tulisan. Hal tersebut disebabkan para peserta didik belum mampu menuliskan tanggapan dalam bentuk pemecahan masalah berdasarkan isi informasi yang disimaknya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa, mereka menyatakan bahwa pembelajaran menyimak untuk mata pelajaran bahasa Indonesia membosankan. Guru hanya hanya memberikan sebuah tayangan kemudian memberikan LKS yang harus dijawab seputar tayangan yang telah diputar itu.

Sementara itu hal yang dibutuhkan dalam proses menyimak adalah konsentrasi yang sangat tinggi. Agar dapat menanggapi suatu informasi maka peserta didik harus melewati tahap-tahap menyimak yaitu mendengar, memahami, menafsirkan, dan evaluasi, hingga akhirnya peserta didik dapat menanggapi sebuah informasi yang disimaknya. Dari masalah yang dikemukakan di atas jelas bahwa para peserta didik tidak dapat belajar menyimak secara optimal. Dengan kata lain, dibutuhkan suatu metode pembelajaran yang dapat mengobati masalah-masalah di atas.

Berdasarkan masalah mengenai pembelajaran menyimak di atas, maka dibutuhkan suatu metode yang dapat dapat meningkatkan daya konsentrasi siswa, adanya interaksi antara guru dengan peserta didik, dan dapat membuat peserta didik nyaman pada saat pembelajaran agar dapat melewati tahap-tahap menyimak dengan baik sehingga pembelajaran menyimak tidak lagi membosakan. Hal tersebut


(16)

ditujukan agar para peserta didik dapat menyimak informasi secara utuh agar dapat menanggapi isi informasi.

Berdasarkan uraian di atas, penulis akan mencoba menerapkan sebuah metode pembelajaran yang dapat mengobati masalah-masalah di atas yaitu dengan menerapkan metode hypnoteaching berbasis pemecahan masalah. Metode hypnoteaching merupakan metode yang menggunakan sugesti-sugesti positif untuk mencapai alam bawah sadar anak didik agar dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan sekaligus menarik sehingga menambah kegairahan peserta didik untuk belajar. Dengan kondisi yang menyenangkan, peserta didik akan lebih mudah menerima dan menguasai materi yang disampaikan oleh guru, di mana dibutuhkan kekreativitasan guru untuk membawa peserta didik mencapai alam bawah sadar.

Agar dapat mencapai tujuan pembelajaran, yakni peserta didik harus mampu menanggapi informasi yang disampaikan maka penulis menambahkan sebuah metode pemecahan masalah dengan tujuan agar para peserta didik dapat berpikir kritis dan tanggap terhadap ssebuah persoalan yang dihadapinya.

Sesuai dengan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pembelajaran menyimak informasi. Penelitian ini penulis tuangkan ke dalam sebuah judul Penerapan Metode Hypnoteaching Berbasis Pemecahan Masalah dalam Pembalajaran Menyimak Informasi (Kuasi Eksperimen di Kelas X SMA Negeri 12 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013).

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian di atas, ada beberapa masalah yang muncul yang kemudian penting untuk diteliti. Masalah-masalah tersebut berkenaan dengan bagaimana caranya merancang pembelajaran, khususnya pembelajaran menyimak, agar maksud dan tujuan yang diharapkan BSNP tercapai.


(17)

7

Masalah selanjutnya adalah mengenai penerapan metode hypnoteaching berbasis pemecahan masalah sebagai salah satu metode yang diharapkan dapat menjadi alternatif metode pembelajaran menyimak. Selain itu, mengenai bagaimana penerapan metode hypnoteaching berbasis pemecahan masalah di kelas. Yang menjadi permasalahan lain yang muncul sebagai bagian dari uraian latar belakang adalah mengenai pengaruh yang mucul dari penerapan metode rersebut berkenaan dengan kemampuan menyimak siswa

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas, penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimanakah profil kemampuan menyimak informasi di kelompok eksperimen sebelum dan sesudah diterapkan metode hypnoteaching berbasis pemecahan masalah?

2. Bagaimanakah profil kemampuan menyimak informasi di kelompok control sebelum dan sesudah diterapkan metode konvensional?

3. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran menyimak informasi dengan metode hypnoteaching berbasis pemecahan masalah di kelas X SMA Negeri 12 Bandung? 4. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan menyimak informasi di kelas X SMA Negeri 12 Bandung antara siswa yang diterapkan metode hypnoteaching berbasis pemecahan masalah dengan siswa yang diterapkan metode konvensional?


(18)

1.4 Tujuan Penelitian

Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk memaparkan penerapan suatu metode pembelajaran sebagai salah satu alternatif dalam pemilihan metode pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya dalam pembelajaran menyimak. adapun metode pembelajaran yang dimaksud adalah metode hypnoteaching berbasis pemecahan masalah.

Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan:

1. kemampuan menyimak informasi di kelompok eksperimen sebelum dan sesudah diterapkan metode hypnoteaching berbasis pemecahan masalah;

2. kemampuan menyimak informasi di kelompok control sebelum dan sesudah diterapkan metode konvensional;

3. pelaksanaan pembelajaran menyimak informasi dengan metode hypnoteaching berbasis pemecahan masalah pada siswa di kelas X SMA Negeri 12 Bandung; 4. perbedaan peningkatan kemampuan menyimak informasi kelas X SMA Negeri 12

Bandung antara siswa yang diterapkan metode hypnoteaching berbasis pemecahan masalah dengan siswa yang diterapkan metode konvensional.

1.5 Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai teori-teori atau prinsip-prinsip dasar penerapan metode hypnoteaching berbasis pemecahan masalah dalam pembelajaran menyimak informasi.

b. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini dapat dilihat dari manfaat bagi peneliti, guru, siswa, dan bidang ilmu keilmuan.


(19)

9

1) Bagi peneliti; penelitian ini dapat menambah pengalaman dan pengetahuan mengenai pembelajaran menyimak informasi, serta mampu menggunakan metode dan teknik pembelajaran Bahasa Indonesia yang menarik minat siswa dalam meningkatkan prestasi belajar

2) Bagi guru; penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan untuk memilih metode dan teknik pengajaran yang sesuai agar mampu menarik minat siswa serta dapat menjadi masukan bagi guru dalam menyusun bahan pembelajaran yang lebih bervariasi.

3) Bagi siswa; penelitian ini diharapkan dapat memperoleh pengalaman dan pengetahuan yang lebih baik, sehingga dapat meningkatkan keterampilan menyimak , khususnya dalam pembelajaran menyimak informasi.

4) Bagi bidang keilmuan; penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi dalam pengembangan pembelajaran menyimak informasi.

1.6 Anggapan Dasar

Penelitian ini dilandasi oleh beberapa anggapan dasar, yakni sebagai berikut. a. Suasana kelas yang menyenangkan dan siswa yang mampu memahami pelajaran

dengan maksimal merupakan tolok ukur efektivitas dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah (Hajar, 2011:78). Pernyataan tersebut menjadi alasan mengapa seorang guru perlu menerapkan hypnoteaching. Dengan menyinergikan antara metode hypnoteaching maka akan memberikan totalitas penguasaan dan wawasan materi pengajaran guru sekaligus pengaplikasian komunikasi yang efektif kepada siswa karena pada dasarnya dalam hypnoteaching terdapat unsur-unsur yang dapat membuat peserta didik nyaman seperti yang disebutkan oleh


(20)

Yustisia (2012:76) yaitu: rasa simpati, sikap yang empatik, penggunaan bahasa yang baik, dan motivasi. Sesuai dengan pernyataan di atas dapat diasumsikan bahwa penerapan hypnoteaching dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. b. Generasi muda harus digiring untu dapat memecahkan masalah yang dihadapinya

secara mandiri agar mereka siap menghadapi dunia nyata yang penuh tantangan, maka dari itu, akan sangat bermanfaat jika pendekatan berbasis pemecahan masalah diterapkan dalam kegiatan pembelajaran agar mereka dapat terlatih. Skemp dalam Evilya (2013:8) mengatakan bahwa pendekatan pemecahan masalah merupakan suatu pedoman mengajar yang sifatnya teoritis atau konseptual untuk melatihkan siswa memecahkan masalah dengan menggunakan berbagai strategi dan langkah pemecahan masalah yang ada. Lebih lanjut Mulyati (2011: 19) memaparkan pembelajaran berbasis masalah yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran, pembelajaran berbasis masalah digunakan untuk merangsang berpikit tingkat tinggi dalam situasi yang berorientasikan masalah, termasuk di dalamnya belajar bagaimana belajar. Berdasarkan uraian di atas, dapat diasumsikan bahwa pembelajaran berbasis pemecahan masalah dapat merangsang daya kritis siswa untuk dapat mengemukakan gagasannya terhadap informasi yang disimaknya.

c. Tarigan (1986:27) menyatakan manusia yang sudah terlatih dengan baik dan sering melaksanakan tugas-tugas menyimak, disertai kondisi fisik dan mental yang prima, hanya dapat menangkap isi simakan maksimal 50% saja. Maka dari itu, keterampilan menyimak perlu dikembangkan agar daya simak manusia lebih maksimal.


(21)

11

d. Penerapan metode yang relevan dengan materi pembelajaran dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

1.7 Hipotesis

H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan menyimak informasi di kelas X antara siswa yang diterapkan metode

hypnoteaching berbasis pemecahan masalah dengan siswa yang diterapkan metode konvensional.

H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan

menyimak informasi di kelas X antara siswa yang diterapkan metode hypnoteaching berbasis pemecahan masalah dengan siswa yang diterapkan metode konvensional.

1.8 Metode dan Teknik Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen. Penelitian ini dilakukan untuk menguji penerapan metode hypnoteaching berbasis pemecahan masalah untuk diterapkan pada proses pembelajaran menyimak informasi pasa siswa kelas X SMA Negeri 12 Bandung. Rancangan penelitian ini adalah Rancangan Kelompok Kontrol Non-Ekuivalen menggunakan prates dan pascates di setiap kelompok yang akan diteliti, yaitu dengan memberikan perlakuan pada suatu sampel yang telah diberikan prates sebelumnya. Untuk menguji keberhasilan perlakuan yang telah diberikan, dilakukan pascates terhadap kelompok tersebut. Rancangan ini hampir sama dengan pretest-posttest control group design, hanya pada design ini kelompok eksperimen maupun kelompok control tidak dipilih secara random (Sugiyono, 2010:79)


(22)

a. Metode Hypnoteaching adalah salah satu metode pembelajaran yang memakai sugesti-sugesti positif untuk memberikan rasa nyaman peserta didik agar dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan sekaligus menarik sehingga menambah kegairahan peserta didik untuk belajar.

b. Pembelajaran berbasis pemecahan masalah adalah jenis pembelajaran yang menggunakan masalah yang nyata di sekitar untuk merangsang daya pikir siswa. c. Menyimak informasi adalah kegiatan untuk mendapatkan data yang telah diproses

menjadi bentuk yang memiliki makna untuk mengetahui dan memahami apa yang terkandung di dalamnya.

d. Kemampuan menyimak informasi adalah kemampuan siswa dalam mengungkapkan tanggapannya mengenai informasi yang disimaknya yang diwujudkan melalui kegiatan menulis pemecahan masalahnya. Kemampuan menyimak ditinjau dari beberapa aspek, yakni (1) bahasa; (2) isi; (3) pengorganisasian gagasan; dan (4) tata tulis. Bobot yang paling tinggi terdapat pada aspek isi dengan bobot 4 karena pada aspek itulah proses menyimak terjadi.


(23)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada metodologi penelitian ini akan diuraikan mengenai metode penelitian, desain penelitian, prosedur penelitian, paradigma penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, dan teknik pengolahan data.

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode ekperimen. Penelitian ini dilakukan untuk menguji penggunaan metode hypnoteaching berbasis pemecahan masalah untuk diterapkan pada proses pembelajaran menyimak informasi pada siswa kelas X SMA Negeri 12 Bandung. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas pada kelompok perlakuan (eksperimen) ialah penggunaan metode hypnoteaching berbasis pemecahan masalah, sedangkan variabel terikat dari kedua kelompok perlakuan tersebut adalah menyimak informasi. Rancangan penelitian menggunakan prates dan pascates di setiap kelompok yang akan diteliti, yaitu dengan memberikan perlakuan pada suatu sampel yang telah diberikan prates sebelumnya. Untuk menguji keberhasilan perlakuan yang diberikan dilakukan pascates terhadap kelompok tersebut.

3.2 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Desain Kelompok KontrolNon-Ekuivalen. Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group design, hanya pada desain ini kelompok ekperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random (Sugiyono, 2010: 79). Untuk lebih jelasnya rancangan desain penelitian ini digambarkan sebagai berikut.


(24)

Tabel 3.1

Rancangan Penelitian Eksperimen

Keterangan:

X = pembelajaran dengan metode hypnoteaching berbasis pemecahan masalah O = tes yang diberikan untuk mengetahui kemampuan menyimak informasi(prates dan pascates).

3.3 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini akan dijelaskan melalui langkah-langkah sebagai berikut. a. Penulis melakukan studi pendahuluan untuk mengetahui permasalahan

pembelajaran dari siswa dengan mewawancarai salah satu guru bahasa Indonesia di SMA N 12 Bandung. Selain itu, penulis juga mewawancarai beberapa siswa. Dari studi pendahuluan tersebut didapatkan permasalahan yaitu rendahnya kemampuan menyimak.

b. Melakukan pengkajian literatur untuk memutuskan metode yang dirasa tepat untuk permasalah tersebut.

c. Membuat rencana penelitian yang di dalamnya mencakup: 1) memilih rancangan penelitian yang tepat,

2) menentukan populasi dan sampel,

O1 X O2

……… ..


(25)

43

3) membuat instrument dan memvalidasi instrumen,

4) mengidentifikasi prosedur pengumpulan data, pengolahan data, dan menentukan hipotesis.

d. Mengadakan pretes baik di kelas kontrol maupun kelas ekperimen untk melihat kemampuan siswa dalam menyimak informasi.

e. Mulai melakukan pembelajaran dengan menggunakan metode hypnoteaching berbasis pemecahan masalah.

f. Melakukan postes terhadap kedua kelas untuk melihat adakah perbedaan hasil belajar antara kelas ekperimen yang menggunakan metode hypnoteaching berbasis pemecahan masalah dengan kelas kontrol.

g. Menganalisis data dan melakukan tes signifikasi dengan teknik statistika yang relevan untuk menentukan tahap signifikasi hasilnya.

h. Menginterpretasikan hasil dan merumuskan kesimpulan.

3.4 Paradigman Penelitian

Paradigma penelitian ini berpijak pada fenomena pembelajaran menyimak informasi di SMA yang masih kurang, minat siswa dalam keterampilan menyimak rendah sehingga mereka tidak mendapatkan hasil yang memuaskan untuk pembelajaran ini. Selain itu, keterampilan menyimak juga tidak disampaikan secara maksinal oleh para guru di SMA sehingga para perserta didik menilai pembelajaran menyimak terkesan membosankan. Penelitian ini mengamati penerapan sebuah metode pembelajaran yang diujicobakan pada kelas eksperimen. Untuk lebih menguatkan keefektifan metode yang di ujicobakan, penelitian inipun mengamati pembelajaran dengan metode konvensional: ceramah (pembanding) di kelas kontrol. Setelah mengamati pembelajaran di dua kelas tersebut, penelitian ini hendaknya membandingkan hasil pembelajaran baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol. Untuk lebih jelasnya lihat bagan berikut.


(26)

Bagan 3.1 Paradigma Penelitian

Pasca-tes

Kelas kontrol

Perlakuan dengan menggunakan metode

hypnoteaching berbasis pemecahan masalah

Perlakuan dengan menggunakan metode konvensional

bandingkan

Hasil belajar kelas eksperimen

Hasil belajar kelas kontrol Kelas

Eksperimen

Fenomena:

Minat siswa dalam pembelajaran menyimak kurang Kesulitan menanggapi

atau merespon infomasi

Metode pembelajaran kurang variatif

sehingga murid menjadi bosan.

Pra-tes


(27)

45

3.5 Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA N 12 Bandung yaitu berjumlah 240 siswa dari delapan buah kelas.

2. Sampel

Berdasarkan observasi awal di SMA N 12 Bandung dan melihat keberagaman siswa dalam segi kemampuan dan latar belakang sosial, pemilihan sampel dilakukan dengan teknik cluster sample random karena peneliti mengambil kelas yang sudah ada untuk dijadikan sampel dalam penelitian. Hal ini merupakan salah satu ciri dari penelitian kuasi eksperimen yaitu tidak dilakukannya penugasan secara acak. Maka sampel yang diteliti dalam penelitian ini adalah siswa kelas X-5 berjumlah 32 orang sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas X-6 berjumlah 32 orang sebagai kelas kontrol.

Adapun banyaknya sampel yang akan dijadikan objek dalam penelitian ini, dijelaskan dalam tabel berikut.

Tabel 3.2

Data Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Ekperimen 14 18 32


(28)

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes, observasi, angket, dan wawancara.

1. Tes

Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar yang berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran serta tujuan pengajaran. Tes ini dilakukan penulis untuk memperoleh data dan informasi tentang prestasi hasil belajar siswa pada pokok bahasan tertentu dalam kegiatan belajar mengajar. Bentuk tes yang digunakan adalah bentuk tes uraian, yaitu bentuk tes yang terdiri atas pertanyaan atau suruhan yaitu menulis tanggapan. Tes dilakukan dalam bentuk tes awal dan tes terakhir. Tes awal digunakan untuk mengukur kemampuan siswa menyimak informasi sebelum diberikan pembelajaran (perlakuan), dan tes akhir digunakan untuk mengukur keberhasilan siswa setelah diberikan pembelajaran menyimak informasi dengan menerapkan metode

hypnoteaching berbasis pemecahan masalah dalam pembelajaran menyimak

informasi. 2. Observasi

Observasi dibuat untuk melakukan pengamatan langsung terhadap objek atau situasi yang diteliti. Dalam hal ini pengamatan langsung terhadap berbagai kejadian atau situasi nyata di kelas, sehingga melalui teknik ini penulis dapat merekam atau mencatat secara teliti dan utuh peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan penelitian. Observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk mengamati aktivitas yang terkait dengan pelaksanaan penerapan metode hypnoteaching berbasis pemecahan masalah dalam pembelajaran menyimak informasi.

3. Wawancara

Wawancara digunakan untuk menggali informasi tambahan yang bersumber dari guru atau pendidik dan siswa tentang aplikasi penerapan metode hypnoteaching


(29)

47

berbasis pemecahan masalah dalam pembelajaran menyimak informasi. Selain itu, wawancara digunakan untuk menggali informasi mengenai permasalahan pembelajaran yang ada di sekolah.

Sugiyono (2006:194) mengemukakan wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil. Hadi dalam Sugiyono (2006:194) mengemukakan bahwa anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam menggunakan metode wawancara yakni: subjek (responden) adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri, apa yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya, interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti kepadanya adalah sama dan dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti.

Untuk mengetahui profil awal kemampuan menyimak informasi, peneliti menggunakan metode wawancara tidak terstruktur. Sugiyono (2006:198) wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

Sugiyono (2006:198) dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti belum mengetahui secara pasti data apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang diceritakan oleh responden. Berdasarkan analisis terhadap setiap jawaban dari responden tersebut, maka peneliti dapat mengajukan berbagai pertanyaan berikutnya yang lebih terarah pada suatu tujuan. Dalam melakukan wawacara jenis ini, peneliti menggunakan cara yang disebut oleh Sugiyono dengan istilah berputar-putar baru menukik artinya pada awal wawancara, yang dibicarakan


(30)

adalah hal-hal yang tidak terkait dengan tujuan, dan bila sudah terbuka kesempatan untuk menanyakan sesuatu yang menjadi tujuan, maka segera ditanyakan.

3.7 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam mengamati pelaksanaan proses pembelajaran yaitu lembar observasi, dan tes.

1. Tes

Lembar tes digunakan untuk mendapatkan data kemampuan menyimak informasi para siswa. Penelitian ini akan menggunakan teknik tes berupa prates dan postes. Prates dilakukan untuk semua kelompok. Setelah melakukan pretes, kelas ekperimen belajar dengan menggunakan metode hypnoteaching berbasis pemecahan masalah dan kelas kontrol menggunakan metode konvensional. Setelah itu dilakukan postes untuk kedua kelompok. Lembar tes kemampuan ini berupa kertas A4 atau kertas folio. Lembar tes ini diberikan kepada siswa pada prates dan postes. Hal ini dilakukan untuk mengukur kemampuan siswa dalam menyimak informasi mulai dari prates sampai dengan postes. Lembar tes kemampuan ini dikumpulkan, tujuannya yaitu untuk melihat proses pembelajaran menulis siswa, apakah ada peningkatan atau tidak. Selain dari kumpulan karangan tersebut dapat dilihat letak kesalahan siswa.

Berikut adalah pedoman penilaian karangan narasi yang akan digunakan penulis dalam penelitian ini yang diadaptasi dari Nurgiyantoro (2008)

Tabel 3.3

Profil Kriteria Penilaian Menyimak Informasi


(31)

49

No .

Aspek yang dinilai

Komponen Kriteria Skor bobot 1. Bahasa kosakata tepat dan

luas

struktur kalimat runtut

bahasa baik dan sopan

tulisansingkat, jelas,dan padat.

tulisan mencerminkan keempat komponen bahasa secara tepat

4

1 tulisan mencerminkan

tiga komponen bahasa 3 tulisan mencerminkan dua komponen bahasa

2 tulisan mencerminkan hanya satu komponen bahasa

1

2. Isi tulisan sesuai dengan topik gagasan disertai

dengan alasan gagasan tidak

menjatuhkan pihak lain

 bertujuan untuk memecahkan masalah

tulisan sesuai dengan empat komponen isi

4

4 tulisan sesuai dengan

tiga komponen isi

3 tulisan hanya sesuai

dengan dua komponen isi

2

Tulisan hanya sesuai dengan satu komponen isi

1

3.

Peng-organisasian gagasan pendahuluan (meliputi apa, siapa, dimana, kapan, mengapa, dan bagaimana masalah pemecahan masalah

penutup (simpulan)

Tulisan sesuai dengan empat komponen organisasi gagasan

4

2 Tulisan sesuai dengan

tiga komponen organisasi gagasan

3

Tulisan sesuai dengan dua komponen

organisasi gagasan

2

Tulisan hanya sesuai dengan satu komponen organisasi gagasan

1

4. Tata tulis kapitalisasi tanda baca

Tulisan sesuai dengan empat komponen tatatulis


(32)

kata penghubung kata baku

Tulisan sesuai dengan tiga komponen tatatulis

3 1 Tulisan sesuai dengan

dua komponen tatatulis 2 tulisan hanya sesuai

dengan satu komponen tatatulis

1

Bentuk tabel diadaptasi dari Nurgiyantoro (2008) 2. Observasi

Lembar observasi digunakan penulis untuk mendapatkan data yang dijadikan bahan informasi tentang kualitas pembelajaran. Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran langsung mengenai aktivitas siswa dan guru dalam proses pembelajaran menulis karangan narasi yang berlangsung. Jadi, setiap obsever mengamati setiap perilaku siswa dan guru di kelas.

Format observasi pelaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.4

Format Observasi Proses Pembelajaran Menyimak Informasi Aspek yang

diamati

Indikator Kriteria

1 2 3 4 Proses

Pembelajaran

1. Pendahuluan

a. Guru menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses

pembelajaran dengan memberikan ice breaking


(33)

pertanyaan-51

pada materi yang akan dipelajari dengan memberikan

pacing dan leading.

2. Kegiatan inti a. eksplorasi:

 melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan memberikan

modeling tentang informasi yang diambil dari fakta langsung

 menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain.  memfasilitasi terjadinya

interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya  melibatkan peserta didik

secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran b. elaborasi:

 memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis.

 memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut


(34)

 menfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok  memfasilitasi peserta didik

melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.

c. Konfirmasi:

 memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupunhadiah terhadap keberhasilan peserta didik  memfasilitasi peserta didik

melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan  memberikan motivasi kepada

peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif.

3. Kegiatan Penutup  bersama-sama dengan

peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran

 melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsis-ten dan terprogram


(35)

53

 memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran

Sebelum observasi terhadap proses pembelajaran, para observer terlebih dahulu mengobservasi perencanaan dalam bentuk RPP apakah perencanaan yang dibuat oleh peneliti sesuai dengan pembelajaran atau tidak. Hal tersebut dilakukan sebagai penuntun bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran. Berikut pedomannya.

Pedoman Observasi Perangkat Pembelajaran Tanggal observasi :

Tempat :

Nama Observer : Aspek yang

diamati

Indikator Kriteria

1 2 3 4

Perangkat Pembelajaran (RPP)

a. Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang

menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran.

b. Kompetensi dasar merupakan sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran.


(36)

menggambarkan perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian

pembelajaran menyimak. Indikator pencapaian kompetensi

dirumuskan dengan

menggunakan kata kerja opera-sional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam menyimak informasi.

d. Tujuan pembelajaran

menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan tercapai oleh peserta didik agar mampu menanggapi informasi

e. Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditayangkan dalam bentuk media ajar berupa rekaman f.Alokasi waktu ditentukan sesuai

dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar.

g.Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai.

h.Kegiatan pembelajaran meliputi pendahuluan, kegiatan inti, dan


(37)

55

i. Penilaian hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar Penilaian.

Instrumen di atas dinyatakan valid karena sudah berdasarkan pertimbangan para pakar lewat diskusi dan saran yang diberikan. Adapun yang menjadi pakar dalam pertimbangan ini adalah adalah Dr. Isah Cahyani, M.Pd. sebagai pakar pembelajaran bahasa dan Dr. Hj. Nuny Sulistiany Idris, M.Pd. sebagai pakar evaluasi pembelajaran bahasa Indonesia.

3.8Teknik Pengolahan Data

Teknik yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan teknik statistik deskriptif dan inferensial. Teknik statistik deskriptif dan inferensial ini digunakan sebagai alat bantu penulis dalam memahami data. Langkah awal yang akan dilakukan yaitu melakukan pengolahan data untuk menguji hipotesis dengan bantuan sofwereexcel dan SPSS 18. Berikut proses pengolahan data penelitian ini.

1. Memberikan skor pada hasil tulisan menyimak informasi dengan instrumen yang digunakan seperti pada tabel 3.4 di mana secara garis besar menilai aspek bahasa, isi, pengorganisasian, dan tata tulis.

2. Menyajikan statistik deskriptif skor prates dan pascates yang meliputi skor tertinggi, skor terendah, dan rata-rata. Seperti yang telah disinggung sebelumnya bahwa dalam pengolahan data ini, peneliti menggunakan bantuan sofwereexcel

dan SPSS 18, Susetyo (2010:269) memaparkan langkah-langkah pengujian

statisti deskriptif sebagai berikut.


(38)

c. Pilih descriptive statistic. d. Pilih descriptive.

e. Pilih nama variable yang akan dideskripsikan dan masukkan dalam kolom variable.

f. Pilih option.

g. Pilih perhitungan yang diperlukan, missal: mean, sum, standar deviasi, dll. Dengan memberikan tanda chek pada kotak di depannya.

h. Pilih continue. i. OK

3. Melakukan uji normalitas pada data skor prates dan pascates kemampuan menyimak informasi. Susetyo (2010:271) pengujian normalitas data digunakan untuk mengetahui bentuk distribusi data (sampel) yang digunakan dalam penelitian. Data yang digunakan harus berbentuk distribusi normal khususnya untuk statistika parametric, cara yang dipakai untuk uji normalitas ini adalah dari nilai skewnees. Berikut cara penghitungan normalitas dari nilai skewnees dengan bantuan SPSS versi 18.

a. Pilih analyze.

b. Pilih descriptive statistic. c. Pilih descriptive.

d. Pilih nama variabel yang akan diuji dan masukkan dalam kolom variable. e. Pilih option.

f. Pilih skewnees dan kurtosis. g. Pilih continue.

h. Pilih OK.

Normalitas data dilihat dari nilai skewnees yang merupakan nilai kecondongan/kemiringan suatu kurva. Data yang mendekati distribusi normal memiliki kemiringan yang cenderung seimbang.


(39)

57

4. Menguji homogenitas data prates dan pascates kemampuan menyimak informasi dengan tujuan untuk mengetahui apakah varians kedua kelompok homogen atau tidak homogen.

Susetyo (2010:296) memaparkan langkah-langkah pengujian homogenitas dengan SPSS sebagai berikut.

a. Masukkan data dalam format SPSS dengan format kolom satu penimbang dan kolom dua nilai.

b. Pilih menu analysis, compare means, dan pilih Oneway Anova.

c. Pilih Option dan tandai Descriptive dan homogeneity df Variance test. d. Pilih continue.

e. Pilih OK.

5. Menguji perbedaan antara prates dan pascastes kedua kelompok kemampuan menyimak informasi dengan uji t.

6. Menentukan signifikasi hasil kedua tes.


(40)

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian, diperoleh beberapa simpulan yang dapat menjawab rumusan-rumusan masalah yang diajukan sebelumnya. Rumusan- rumusan masalah yang diajukan tersebut di antaranya adalah profil kemampuan menyimak informasi di kelas eksperimen sebelum dan sesudah diterapkan metode hypnoteaching berbasis pemecahan masalah, profil kemampuan menyimak informasi di kelas kontrol sebelum dan sesudah diterapkan metode konvensional, pelaksanaan pembelajaran menyimak informasi dengan metode

hypnoteaching berbasis pemecahan masalah, mengetahui perbedaan peningkatan

kemampuan menyimak informasi antara siswa yang diterapkan metode hypnoteaching berbasis pemecahan masalah dengan siswa yang diterapkan metode konvemasional.

Berdasarkan hasil ptates di kelas eksperimen sebelum diterapkan metode hypnoteaching berbasis pemecahan masalah, diperoleh data bahwa siswa berkategori baik sekali dengan rentang nilai antara 86 sampai 100 memiliki persentase sebesar 9% dengan jumlah 3 dari 32 siswa. Jumlah tersebut sama pada kategori baik dengan rentang nilai antara 76 sampai 85. Sementara kelompok kategori cukup dengan rentang nilai antara 56 samapi 75 memiliki persentase sebessar 44% yaitu berjulah 4 dari 32 siswa. Terakhir siswa yang masuk dalam kategori kurang dengan rentang nilai 10 sampai 55 sekitar 38% yaitu berjumlah 12 dari 32 siswa. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas siswa di kelas eksperimen sebelum diterapkan metode hypnoteaching berbasis pemecahan masalah berkemampuan cukup dan kurang.


(41)

155

Untuk mengetahui kemampuan menyimak informasi sesudah diterapkan metode hypnoteaching berbasis pemecahan masalah dapat dilihat pada hasil pascates di kelas eksperimen. Berdasarkan hasil pascates diperoleh data persentase berkategori baik sekali sebesar 34% yaitu 11 dari 32 siswa, walaupun jumlahnya masih di bawah kelompok berkategori cukup sebesar 41% yaitu 13 dari 32 siswa. Sementara itu, kelompok berkategori baik sebesar 19% yaitu 6 dari 32 siswa. Dan kelompok berkategori kurang yang sangat turun dari kemampuan awal menjadi 6% yaitu 2 dari 32 siswa. Berdasarkan data tersebut, mayoritas kemampuan menyimak informasi siswa di kelas eksperimen setelah diterapkan metode hypnoteaching berbasis pemecahan masalah adalah cukup sebesar 41% dan baik sekali sebesar 34%.

Sesuai dengan uraian di atas dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang tinggi antara hasil prates dan pascates di kelas eksperimen sebelum dan setelah diterapkan metode hypnoteaching berbasis pemecahan masalah.

Profil kemampuan menyimak informasi di kelas kontrol sebelum diterapkan metode konvensional dapat dilihat dari hasil prates. Dari haril prates diketahui bahwa dalam kategori kurang yaitu sebesar 53% yaitu 17 dari 32 siswa, sementara kategori yang paling sedikit siswanya adalah kategori baik sekali dengan perolehan hanya 6% saja yaitu 2 dari 32 siswa. Sementara kategori baik hanya sebesar 10% yaitu 3 dari 32 siswa. Dan berkategori cukup sebesar 32% yaitu 10 dari 32 siswa. Jadi mayoritas kemampuan awal menyimak informasi di kelas kontrol berada dalam kategori kurang yaitu 53% dengan jumlah siswa 17 dari 32 siswa.

Untuk mengetahui kemampuan profil menyimak informasi di kelas kontrol sesudah diterapkan metode konvensional dapat dilihat dari hasil pascates. Berdasarkan hasil pascates di kelas kontrol diperoleh data siswa yang masuk dalam kategori kurang sebesar 41% yaitu 13 dari 32 siswa, sementara itu kemampuan siswa berkategori cukup adalah kategori yang paling banyak anggotanya sebesar 44% yaitu 14 dari 32 siswa. Sementara kelompok berkategori baik sekali sebesar 9% yaitu 3 dari


(42)

32 siswa. Dan yang paling sedikit anggotanya adalah kelompok kategori baik sebesar 6%, yaitu 2 dari 32 siswa. Jadi mayoritas kemampuan menyimak informasi di kelas kontrol setelah diterapkan metode konvensional cukup dan kurang.

Walaupun peningkatan antara prates dan pascates di kelas kontrol tidak setinggi pada kelas eksperimen, tetap terjadi peningkatan hasil kemampuan menyimak informasi siswa. Artinya, walau hanya diberikan metode konvensional terjadi peningkatan terhadap kemampuan menyimak informasi di kelas kontrol.

Secara umum syntax pelaksanaan pembelajaran informasi dengan penerapan metode hypnoteaching berbasis pemecahan masalah dimulai dengan pengkondisian agar para siswa dapat nyaman. Dari perlakuan pertama sampai perlakuan ketiga, usaha yang dilakukan guru untuk mengkondisikan suasana itu adalah dengan menggunakan ice breaking. Ice breaking yang dilakukan guru adalah aksi reaksi antara guru dan siswa untuk menggiring perhatian siswa. Selanjutnya disusul oleh pemberian motivasi agar mereka minat belajar, kemudian pemberian pacing yaitu menyamakan posisi, gerak tubuh, bahasa, serta gelombang otak dengan paa siswa. Hal itu adalah perlakuan yang dilakukan pada kegiatan awal.

Pada kegiatan inti guru memberikan modeling yaitu pemberian teladan atau contoh melalui ucapan dan perilaku yang konsisten tentang informasi yang akan ditayangkan berupa informasi faktual. Selanjutnya guru member kesempatan kepada siswa untuk memberikan pendapat atau tanggapannya mengenai cerita atau pengalaman yang disampaikan. Guru harus memberikan penghargaan kepada siswa yang berani mengungkapkan pendapat atau gagasannya secara lisan. Setelah itu pemutaran tayangan informasi berupa masalah sebanyak satu kali dilanjutkan dengan pemabahasan identifikasi informasi. Setelah pembahasan indentifikasi yang dilakukan bersama, selanjutnya pemutaran kembali tayangan yang sama untuk menginterpretasi maksud dari tayangan itu dan diakhiri dengan pembagian lks mengenai informasi yang telah disimak.


(43)

157

Pada kegiatan penutup guru dan siswa membahasa pembelajaran yng telah dilakukan dengan cara diskusi forum besar dalam satu kelas dipandu oleh guru. Guru memberikan hadiah berupa kata positif atau pujian kepada para siswa yang bernai mengungkapkan gagasannya.

Berdasarkan uji hipotesis dengan uji persyaratan terlebih dahulu, diketahui bahwa metode hypnoteaching berbasis pemecahan masalah efektif digunakan dalam pembelajaran menyimak informasi. Hal ini terbukti dari pengujian hipotesis melalui uji t yang menunjukkan bahwa bahwa hasil uji-t independen data postes kelas eksperimen dan kontrol adalah signifikas karena memiliki nilai P<0.05. Hal ini menunjukkan adanya penerimaan Hipotesis. Ini berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan mengenai pembelajaran menyimak informasi antara kelompok eksperimen dan kontrol. Selain dapat dilihat dari nilai P pernyataan itu diperkuat oleh perbedaan rata-rata kedua kelas ini yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan metode hypnoteaching berbasis pemecahanan masalah memberikan pengaruh terhadap kelas eksperimen.

5.2 Rekomendasi

Berdasarkan simpulan yang diperoleh dari penelitian yakni penerapan metode

hypnoteaching berbasis pemecahan masalah dalam pembelajaran menyimak

informasi, peneliti memberikan beberaoa rekomendasi berkaitan penelitian ini. Adapun rekomendasi itu adalah sebagai berikut.

1. Pembelajaran akan efektif jika sebelumnya dilakukan perencanaan yang matang. Oleh karena itu, para pengajar hendaknya melakukan persiapan terlebih dahulu sebelum melaksanakan proses pembelajaran. Sebagai salah satu bentuk perencanaan, pengajar dapat menyiapkam bahan materi atau bahan yang relevan dengan tujuan pembelajaran. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara menyiapkan materi atau bahan pembelajaran menyimak yang berupa informasi


(44)

terbaru atau up to date yang berbeda dengan informasi yang dipelajarinya, informasi berupa masalah yang sedikit melebihi kemampuan siswa, bahan pembelajaran setaraf dengan tingkat perkembangan kognitif siswa, dan disesuaikan dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah satuan pendidikan dan peserta didik.

2. Untuk mengefektifkan pembelajaran, diperlukan motivasi yang tinggi dari siswa. Oleh karena itulah guru hendaknya menguasai metode ini. Adapun cara yang dilakukan guru untuk memotivasi siswa di antaranya: kuasai materi secara komprehensif, libatkan siswa secara aktif, lakukan interaksi informal dengan siswa, berikan siswa kewenangan dan tanggung jawab atas belajarnya, yakinkan bahwa setiap siswa memiliki cara belajar yang berbeda, yakinkan siswa bahwa mereka mampu berhasil dalam pelajaran, dan beri kesempatan kepada siswa untuk melakukan sesuatu secara kolaboratif atau kooperatif.

3. Karena berbagai keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian, untuk penelitian selanjutnya mengenai metode hypnoteaching berbasis pemecahan masalah dapat dikaji dan dikembangkan ulang agar lebih efektif diterapkan bukan hanya dalam pembelajaran menyimak informasi saja.

4. Karena keterbatasan dalam catatan lapangan, untuk penelitian selanjutnya mengenai metode hypnoteaching diharapkan menampilkan bagaimana ekspresi diri dari peserta didik.


(45)

(46)

BSNP. (2006) Standar isi. Jakarta:BSNP.

Depdiknas. (2002). Kegiatan belajar mengajar. Jakarta : Puskur.

Depdiknas. (2005). Kamus besar bahasa indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Depdiknas. (2003). Manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah, pembelajaran dan pengajaran kontekstual. Depdiknas : Direktorat PLP.

Depdiknas. (2003). Konsep pendidikan kecakapan hidup.Depdiknas: Dikmenjur.

Fraenkel, J.R & Norman E. Wallen. (1997). How to design and evaluate research in education. san francisco : Mc Grow Hill.

Hajar, I. (2011). Hypnoteaching. Yogyakarta : Diva Press.

Iskandarwassid & Dadang S. (2011). Strategi pembelajaran bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Kurnila, N. (2011 ). Pemanfaatan sugesti imaginatif melalui media lagu bagi peningkatan kemampuan menulis karangan deskripsi siswa kelas X SMA N Katapang, Kalimantan Barat. Tesis. Univerisitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Majid, A. (2008). Perencanaan pembelajaran. Bandung : Rosda.

Mc Millan, J.H. & Sally Schumacker. (1997). Research in education. New York: Addison Wesley Longman.

Mulyati, Y. (2011). Pembelajaran bahasa indonesia berbasis pemecahan masalah. Bandung: artikulasi jurnal pendidikan bahasa dan sastra Indonesia.

Nunan, David. (1992). Research methods in leanguage learning. Cambridge: Cambridge University Press.

Santosa, P, dkk. (2009). Meteri dan pembelajaran bahasa indonesia sekolah dasar. Jakarta: Universitas Terbuka.


(47)

160

Sriwidaningsih, W. (2012). Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe example dalam pembelajaran menulis dengan focus penggunaan bahasa Indonesia baku. Tesis. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Sriwidyaningsih, N. (2008). Pembelajaran keterampilan berbicara dengan menggunakan model advokasi. Tesis. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Sudjana, N. & Ibrahim. (2012). Penelitian dan penilaian pendidikan. Bandung : Sinar Baru Algesindo.

Sulistyo, J. (2011). 6 hari jago SPSS 17. Jakarta: Cakrawala.

Sugiyono. (2010). Metode penelitian pendidikan. Bandung: alfabeta.

Susetyo, B. (2010). Statistika untuk analisis data penelitian. Bandung: PT Refika Utama. Syamsuddin. & Vismaia S. Damaianti. (2009). Metode penelitian pendidikan bahasa. Bandung:

Rosda.

Syaripudin, T. & Kutniasih. (2008). Pengantar filsafat pendidikan. Bandung: Percikan Ilmu. Syaripudin, T. & Kutniasih. (2008). Pedagogik teoritis sistematis. Bandung: Percikan Ilmu. Syaripudin, T. & Kutniasih. (2006). Landasan pendidikan. Bandung: Upi press.

Syukur, F.F. (2010). Menjadi guru dahsyat. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Tarigan, H, T. (2008). Menyimak sebagai suatu keterampilan berbahasa. Bandung: Angkasa. Wena, M. (2009). Strategi pembelajaran inovatof kontemporer: suatu tinjauan konseptual


(1)

32 siswa. Dan yang paling sedikit anggotanya adalah kelompok kategori baik sebesar 6%, yaitu 2 dari 32 siswa. Jadi mayoritas kemampuan menyimak informasi di kelas kontrol setelah diterapkan metode konvensional cukup dan kurang.

Walaupun peningkatan antara prates dan pascates di kelas kontrol tidak setinggi pada kelas eksperimen, tetap terjadi peningkatan hasil kemampuan menyimak informasi siswa. Artinya, walau hanya diberikan metode konvensional terjadi peningkatan terhadap kemampuan menyimak informasi di kelas kontrol.

Secara umum syntax pelaksanaan pembelajaran informasi dengan penerapan metode hypnoteaching berbasis pemecahan masalah dimulai dengan pengkondisian agar para siswa dapat nyaman. Dari perlakuan pertama sampai perlakuan ketiga, usaha yang dilakukan guru untuk mengkondisikan suasana itu adalah dengan menggunakan ice breaking. Ice breaking yang dilakukan guru adalah aksi reaksi antara guru dan siswa untuk menggiring perhatian siswa. Selanjutnya disusul oleh pemberian motivasi agar mereka minat belajar, kemudian pemberian pacing yaitu menyamakan posisi, gerak tubuh, bahasa, serta gelombang otak dengan paa siswa. Hal itu adalah perlakuan yang dilakukan pada kegiatan awal.

Pada kegiatan inti guru memberikan modeling yaitu pemberian teladan atau contoh melalui ucapan dan perilaku yang konsisten tentang informasi yang akan ditayangkan berupa informasi faktual. Selanjutnya guru member kesempatan kepada siswa untuk memberikan pendapat atau tanggapannya mengenai cerita atau pengalaman yang disampaikan. Guru harus memberikan penghargaan kepada siswa yang berani mengungkapkan pendapat atau gagasannya secara lisan. Setelah itu pemutaran tayangan informasi berupa masalah sebanyak satu kali dilanjutkan dengan pemabahasan identifikasi informasi. Setelah pembahasan indentifikasi yang dilakukan bersama, selanjutnya pemutaran kembali tayangan yang sama untuk menginterpretasi maksud dari tayangan itu dan diakhiri dengan pembagian lks mengenai informasi yang telah disimak.


(2)

157

Nisa Alrochmah, 2013

Penerapan Metode Hypnoteaching Berbasis Pemecahan Masalah Dalam Pembelajaran Menyimak Informasi

Pada kegiatan penutup guru dan siswa membahasa pembelajaran yng telah dilakukan dengan cara diskusi forum besar dalam satu kelas dipandu oleh guru. Guru memberikan hadiah berupa kata positif atau pujian kepada para siswa yang bernai mengungkapkan gagasannya.

Berdasarkan uji hipotesis dengan uji persyaratan terlebih dahulu, diketahui bahwa metode hypnoteaching berbasis pemecahan masalah efektif digunakan dalam pembelajaran menyimak informasi. Hal ini terbukti dari pengujian hipotesis melalui uji t yang menunjukkan bahwa bahwa hasil uji-t independen data postes kelas eksperimen dan kontrol adalah signifikas karena memiliki nilai P<0.05. Hal ini menunjukkan adanya penerimaan Hipotesis. Ini berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan mengenai pembelajaran menyimak informasi antara kelompok eksperimen dan kontrol. Selain dapat dilihat dari nilai P pernyataan itu diperkuat oleh perbedaan rata-rata kedua kelas ini yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan metode hypnoteaching berbasis pemecahanan masalah memberikan pengaruh terhadap kelas eksperimen.

5.2 Rekomendasi

Berdasarkan simpulan yang diperoleh dari penelitian yakni penerapan metode hypnoteaching berbasis pemecahan masalah dalam pembelajaran menyimak informasi, peneliti memberikan beberaoa rekomendasi berkaitan penelitian ini. Adapun rekomendasi itu adalah sebagai berikut.

1. Pembelajaran akan efektif jika sebelumnya dilakukan perencanaan yang matang. Oleh karena itu, para pengajar hendaknya melakukan persiapan terlebih dahulu sebelum melaksanakan proses pembelajaran. Sebagai salah satu bentuk perencanaan, pengajar dapat menyiapkam bahan materi atau bahan yang relevan dengan tujuan pembelajaran. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara menyiapkan materi atau bahan pembelajaran menyimak yang berupa informasi


(3)

terbaru atau up to date yang berbeda dengan informasi yang dipelajarinya, informasi berupa masalah yang sedikit melebihi kemampuan siswa, bahan pembelajaran setaraf dengan tingkat perkembangan kognitif siswa, dan disesuaikan dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah satuan pendidikan dan peserta didik.

2. Untuk mengefektifkan pembelajaran, diperlukan motivasi yang tinggi dari siswa. Oleh karena itulah guru hendaknya menguasai metode ini. Adapun cara yang dilakukan guru untuk memotivasi siswa di antaranya: kuasai materi secara komprehensif, libatkan siswa secara aktif, lakukan interaksi informal dengan siswa, berikan siswa kewenangan dan tanggung jawab atas belajarnya, yakinkan bahwa setiap siswa memiliki cara belajar yang berbeda, yakinkan siswa bahwa mereka mampu berhasil dalam pelajaran, dan beri kesempatan kepada siswa untuk melakukan sesuatu secara kolaboratif atau kooperatif.

3. Karena berbagai keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian, untuk penelitian selanjutnya mengenai metode hypnoteaching berbasis pemecahan masalah dapat dikaji dan dikembangkan ulang agar lebih efektif diterapkan bukan hanya dalam pembelajaran menyimak informasi saja.

4. Karena keterbatasan dalam catatan lapangan, untuk penelitian selanjutnya mengenai metode hypnoteaching diharapkan menampilkan bagaimana ekspresi diri dari peserta didik.


(4)

159

Nisa Alrochmah, 2013

Penerapan Metode Hypnoteaching Berbasis Pemecahan Masalah Dalam Pembelajaran Menyimak Informasi


(5)

BSNP. (2006) Standar isi. Jakarta:BSNP.

Depdiknas. (2002). Kegiatan belajar mengajar. Jakarta : Puskur.

Depdiknas. (2005). Kamus besar bahasa indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Depdiknas. (2003). Manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah, pembelajaran dan pengajaran kontekstual. Depdiknas : Direktorat PLP.

Depdiknas. (2003). Konsep pendidikan kecakapan hidup.Depdiknas: Dikmenjur.

Fraenkel, J.R & Norman E. Wallen. (1997). How to design and evaluate research in education. san francisco : Mc Grow Hill.

Hajar, I. (2011). Hypnoteaching. Yogyakarta : Diva Press.

Iskandarwassid & Dadang S. (2011). Strategi pembelajaran bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Kurnila, N. (2011 ). Pemanfaatan sugesti imaginatif melalui media lagu bagi peningkatan kemampuan menulis karangan deskripsi siswa kelas X SMA N Katapang, Kalimantan Barat. Tesis. Univerisitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Majid, A. (2008). Perencanaan pembelajaran. Bandung : Rosda.

Mc Millan, J.H. & Sally Schumacker. (1997). Research in education. New York: Addison Wesley Longman.

Mulyati, Y. (2011). Pembelajaran bahasa indonesia berbasis pemecahan masalah. Bandung: artikulasi jurnal pendidikan bahasa dan sastra Indonesia.

Nunan, David. (1992). Research methods in leanguage learning. Cambridge: Cambridge University Press.

Santosa, P, dkk. (2009). Meteri dan pembelajaran bahasa indonesia sekolah dasar. Jakarta: Universitas Terbuka.


(6)

160

Nisa Alrochmah, 2013

Penerapan Metode Hypnoteaching Berbasis Pemecahan Masalah Dalam Pembelajaran Menyimak Informasi

Sriwidaningsih, W. (2012). Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe example dalam pembelajaran menulis dengan focus penggunaan bahasa Indonesia baku. Tesis. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Sriwidyaningsih, N. (2008). Pembelajaran keterampilan berbicara dengan menggunakan model advokasi. Tesis. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Sudjana, N. & Ibrahim. (2012). Penelitian dan penilaian pendidikan. Bandung : Sinar Baru Algesindo.

Sulistyo, J. (2011). 6 hari jago SPSS 17. Jakarta: Cakrawala.

Sugiyono. (2010). Metode penelitian pendidikan. Bandung: alfabeta.

Susetyo, B. (2010). Statistika untuk analisis data penelitian. Bandung: PT Refika Utama. Syamsuddin. & Vismaia S. Damaianti. (2009). Metode penelitian pendidikan bahasa. Bandung:

Rosda.

Syaripudin, T. & Kutniasih. (2008). Pengantar filsafat pendidikan. Bandung: Percikan Ilmu. Syaripudin, T. & Kutniasih. (2008). Pedagogik teoritis sistematis. Bandung: Percikan Ilmu. Syaripudin, T. & Kutniasih. (2006). Landasan pendidikan. Bandung: Upi press.

Syukur, F.F. (2010). Menjadi guru dahsyat. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Tarigan, H, T. (2008). Menyimak sebagai suatu keterampilan berbahasa. Bandung: Angkasa. Wena, M. (2009). Strategi pembelajaran inovatof kontemporer: suatu tinjauan konseptual