PENGARUH AKTIVITAS JASMANI DALAM PERMAINAN AKTIVITAS LUAR SEKOLAH TERHADAP KEPEDULIAN SOSIAL SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 1 MARGAHAYU.

(1)

SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 1 MARGAHAYU

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi salah satu syarat dalam menempuh ujian sidang sarjana Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

oleh

Zico Prasetya Aldrine

0802639

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

PENGARUH AKTIVITAS JASMANI DALAM PERMAINAN AKTIVITAS LUAR SEKOLAH TERHADAP KEPEDULIAN SOSIAL

SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 1 MARGAHAYU

Oleh : Zico Prasetya Aldrine

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Zico Prasetya Aldrine 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

NAMA : ZICO PRASETYA ALDRINE

NIM : 0802639

JUDUL :PENGARUH AKTIVITAS JASMANI DALAM

PERMAINAN AKTIVITAS LUAR SEKOLAH TERHADAP KEPEDULIAN SOSIAL SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 1 MARGAHAYU

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I

Dr. Bambang Abdul Jabar. M.Pd NIP. 196509091991021001

Pembimbing II

Supyar Mudjianto M.Pd NIP. 1975503222008011005

Mengetahui : Ketua Program Studi

Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Drs. Mudjihartono M. Pd NIP. 19650817199001001


(4)

ABSTRAK

PENGARUH AKTIVITAS JASMANI DALAM PERMAINAN AKTIVITAS LUAR SEKOLAH TERHADAP KEPEDULIAN SOSIAL

SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 1 MARGAHAYU

Pembimbing 1 : Dr. Bambang Abdul Jabar, M.Pd Pembimbing 2 : Supyar Mudjianto, M.Pd

Zico Prasetya A*

Peneletian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aktivitas permainan

outbound terhadap sikap kepedulian siswa. Metode penelitian yang penulis

gunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan desain penelitian

The Randomized Pretest-Posttest Control Group Design. Populasi dan sampel

penelitian ini adalah siswa SMAN 1 Margahayu dengan sample siswa kelas X 80 orang. Sampel diperoleh melalui teknik random sampling yang terbagi atas dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Untuk menjawab masalah dan menguji hipotesis, penulis menggunakan tes dan pengukuran sebagai alat pengumpul data dengan menggunakan instrumen tes berupa angket dan dibantu dengan observasi. Data-data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis dengan uji t. Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, Tehnik analisis hasil penelitian dengan menggunakan uji-t rata-rata pada taraf kepercayaan (a) = 5%. Hasil pengambilan data ini diperoleh bahwa nilai thitung 4,99, nilai ttabel pada (dk) =

(N1+N2) -2 = (40+40) – 2 = 78 pada taraf kepercayaan 5% = 1,70 jadi thitung lebih

besar dari ttabel. Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan

yang signifikan antara kelas yang mendapatkan aktivitas outbound dengan kelas yang mendapatkan metode konvensional terhadap sikap kepedulian sosial siswa.


(5)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ……… i

UCAPAN TERIMA KASIH ……… ii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Batasan Penelitian ... 6

F. Anggapan Dasar... 7

G. Metode Penelitian ... 8

H. Populasi Sampel ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Jasmani………... 12

1. Konsep Pendidikan Jasmani ………. 12

2. Pengertian Aktivitas Jasmani..………... 13

B. Aktivitas Alam Terbuka………... 14

1. Aktivitas Alam Terbuka ……… 14

2. Pengertian Outbound ……… 16

3. Metode Outbound ………….………. 18

4. Manfaat Outbound ... 20

5. Tujuan Outbound ……… 22

C. Sikap kepedulian sosial……... 23


(6)

2. Indikator Sikap Kepedulian Sosial ……… 27

3. Komponen Sikap ………..………. 27

D. Teori Kognitif Sosial... 29

E. Hubungan Outbound Activity dengan Kepedulian Sosial…….….. 31

F. Hipotesis... 34

BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 35

B. Lokasi dan Sampel Penelitian ... 37

C. Desain dan Langkah-langkah Penelitian ... 48

D. Definisi Operasional ………. 42

D. Instrumen Penelitian ... 43

E. Teknik Pengolahan data ... 45

1. Observasi ……… 45

2. Angket/kuesioner ……….. 45

F. Proses pengembangan instrument ……….. 45

1. uji validitas ………. 45

2. uji reabilitas ……… 49

G. Teknik Pengolahan data ……….. 50

1. Identifikasi Data………. 50

2. Analisis Data... 50

3. Menguji normalitas ……….……….. 51

4. Uji homogenitas ... 51

5. Uji hipotesis ... 51

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA A. Hasil Pengolahan dan Analisis Data ... 53

B. Uji Prasyarat Analisis ... 54

C. Uji Signifikasi ………. 55 1. Uji Perbedaan Sikap Kepedulian Sosial Siswa kelas kontrol


(7)

dan eksperimen pada Saat Pretest ………... 55

2. Uji Perbedaan Sikap Kepedulian Sosial Siswa kelas kontrol dan eksperimen pada Saat Post-test ………. 56

3. Uji Pretest dan Posttest Pada Kelompok Eksperimen ……. 57

4. Uji Pretest dan Posttest Pada Kelompok kontrol ………… 58

C. Diskusi Penemuan ... 59

1 Proses Belajar ………. 59

2. Pembahasan ……… 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 63

B. Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 65

RIWAYAT HIDUP ... xii


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Contoh pernyataan dalam skala likert………... 10

Tabel 2.1 tujuan permainan outbound ……… 32

Table 3.1 Karakteristik sampel ……….. 38

Tabel 3.2 program perlakuan kelas eksperimen ……….. 40

Tabel 3.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ………. 41

Tabel : 3.4 Kisi-kisi/indikator sikap kepedulian sosial peserta didik ……… 43

Tabel 3.5 Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban ………. 44

Tabel 3.6 Hasil Pengujian Validitas Butir Angket Kepedulian Sosial Siswa ……… 47

Tabel 4.1 Nilai perhitungan rata-rata dan hasil Simpangan baku pre-test……… 53

Tabel 4.2 Nilai perhitungan rata-rata dan hasil Simpangan baku post-test……… 53

Tabel 4.3. Hasil pengujian distribusi normal variabel penelitian ... 54

Tabel 4.4. Uji homogenitas ... 54

Tabel 4.5.Pengujian Pretest Sikap Kepedulian Sosial Siswa Kedua Kelompok... 55

Tabel 4.6 Pengujian Post-test Sikap Kepedulian Sosial Siswa Kedua Kelompok... 56

Tabel 4.7 Pengujian Sikap Kepedulian Sosial Siswa Kelompok Eksperimen Pada Saat Pretest dan Posttest………. 57

Tabel 4.8Pengujian Sikap Kepedulian Sosial Siswa Kelompok Kontrol Pada Saat Pretest dan Posttest ……… 58


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 The Randomized Pretest-Posttest Control Group Design... 9 Gambar 2.1 fase observational learning... 30 Gambar 2.2 hubungan fase observational learning dengan

kepedulian sosial... 32 Gambar 3.1. Desain penelitian ... 38 Gambar 3.2. Langkah-langkah penelitian ... 39


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat ……….. 68

Lampiran 2. Hasil Perhitungan ……… 77

Lampiran 3. Daftar Tabel ……….. 92

Lampiran 4. Angket Kepedulian Sosial ………. 96

Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ……….. 100


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut UU NO. 20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Di dalam intensifikasi penyelengaraan pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup, peranan Pendidikan Jasmani adalah sangat penting, yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung dalam aneka pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, bermain dan olahraga yang dilakukan secara sistematis. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina, sekaligus membentuk gaya hidup sehat dan aktif sepanjang hayat.

Pendidikan Jasmani merupakan bagian penting dari sistem pendidikan untuk mendorong perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan, penalaran, penghayatan nilai (sikap-mental-emosional-spiritual-sosial), dan pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan serta perkembangan yang seimbang dan menyeluruh. Pendidikan Jasmani pada siswa akan memperoleh berbagai ungkapan yang erat kaitannya dengan kesan pribadi yang menyenangkan serta berbagai ungkapan yang kreatif, inovatif, terampil, memiliki kebugaran jasmani, kebiasaan hidup sehat dan memiliki pengetahuan serta pemahaman terhadap gerak manusia.

Dalam proses pembelajaran Pendidikan Jasmani guru diharapkan mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan dan olahraga, internalisasi nilai-nilai (sportifitas, jujur, kerjasama, dan lain-lain) serta pembiasaan pola hidup sehat. Pelaksanaannya bukan melalui pengajaran


(12)

konvensional di dalam kelas yang bersifat kajian teoritis, namun melibatkan unsur fisik, mental, intelektual, emosi dan sosial. Aktivitas yang diberikan dalam pengajaran harus mendapatkan sentuhan didaktik-metodik, sehingga aktivitas yang dilakukan dapat mencapai tujuan pengajaran.

Pendidikan jasmani telah menjadi bagian dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan maksud untuk mengubah perilaku peserta didik. Dalam hal ini sebagaimana yang dikemukakan Abdul Gafur yang dikutip oleh Lutan dan Cholik (1997:14) yaitu:

“Pembelajaran olahraga adalah sesuatu proses yang dilakukan secara sadar dan sistematis melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kesegaran jasmani, kemampuan dan keterampilan, keerdasan, dan perkembangan watak serta kepribadian yang harmonis dalam rangka membentuk manusia indonesia seutuhnya dan berkualitas berdasarkan pancasila”.

Proses belajar mengajar (PBM) merupakan interaksi berkelanjutan antara perilaku guru dan perilaku siswa (Moston dan asworth,

1994,http://pjhyperx.blogspot.com/2010/10/kaedah-pengajaran-pendidikan-jasmani.html). Salah satu prinsip penting dalam pendidikan jasmani adalah partisipasi siswa secara penuh dan merata. Oleh karena itu guru pendidikan jasmani harus memperhatikan kepentingan siswa. Persiapan siswa untuk mendapatkan pengalaman belajar adalah berupa pengantar yang merujuk pada komponen antisipasi. Dalam membuka pelajaran guru mempersiapkan siswa dengan mengembangkan minat mereka pada mata pelajaran tersebut. Dalam mempersiapkan siswa guru menyampaikan apa yang akan dipelajari dan hubungannya dengan pelajaran sebelumnya dan aktivitas saat ini atau yang akan datang.

Tidak ada pendidikan yang tidak mempunyai sasaran padagogis, dan tidak ada pendidikan yang lengkap tanpa adanya Pendidikan Jasmani, karena gerak atau aktivitas jasmani adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia dan dirinya sendiri yang secara alamiah berkembang searah dengan perkembangan zaman.


(13)

Proses belajar mengajar (PBM) pendidikan jasmani memanfaatkan aktivitas jasmani yaitu terjadinya belajar siswa menyentuh pula aspek sosial siswa. Belajar sosial siswa bias terjadi manakala guru penjas merancang aktivitas jasmaninya mengutamakan pada terjadinya interaksi diantara siswa. Pendidikan jasmani selalu mengutamakan gerak, tetapi gerak itu sendiri menyentuh aspek sosial siswa. Dampak sosial dari belajar gerak ini dapat dimanfaatkan guru untuk mempengaruhi aspek sosial siswa. (http://widhoy.multiply.com/journal/item/15)

Banyaknya jumlah anak yang mengalami gangguan perilaku perlu mendapat perhatian yang serius untuk segera diberikan intervensi yang tepat. Penelitian menunjukkan bahwa gangguan perilaku ini berdampak sangat merugikan, tidak hanya bagi anak-anak dan remaja yang mengalaminya, tetapi juga bagi masyarakat. Meskipun anak dengan masalah perilaku tidak selalu menjadi dewasa yang antisosial, namun sebagian besar diantara mereka setelah dewasa cenderung terlibat dengan tindakan kriminal dan mengembangkan perilaku antisosial, serta bermasalah dengan obat-obatan.

Dalam beberapa harian media cetak disebutkan bahwa sering terjadinya tawuran antar pelajar, pemakaian obat-obat terlarang, pergaulan bebas, dan sedang marak kasus pada saat ini adalah kasus geng motor. Pada beberapa media cetak disebutkan bahwa kebanyakan anggota geng motor tersebut adalah pelajar tingkat menengah atas. Anak-anak tersebut juga cenderung memiliki masalah psikologis, sulit menyesuaikan diri dengan pendidikan dan pekerjaan, memiliki perkawinan yang tidak stabil, resisten terhadap upaya penyembuhan, serta cenderung akan bersikap keras dalam mengasuh anak-anaknya yang pada akhirnya akan membuat anak-anak mereka mengalami gangguan perilaku juga. Gangguan perilaku merupakan gangguan yang bersifat kompleks dan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berinteraksi. Faktor-faktor keluarga seperti pola asuh orang tua dan stabilitas keluarga, dan faktor lingkungan seperti kualitas hubungan dengan sebaya.

Salah satu dampak dari interaksi beberapa faktor di atas yang cukup penting mempengaruhi munculnya gangguan perilaku adalah rendahnya kepedulian sosial anak, yaitu kemampuan anak mengatur emosi dan perilakunya


(14)

untuk menjalin interaksi yang efektif dengan orang lain atau lingkungan. Rendahnya kepedulian sosial ini membuat anak kurang mampu menjalin interaksi secara efektif dengan lingkungannya dan memilih tindakan agresif. Anak-anak tersebut cenderung mengganggap tindakan agresif merupakan cara yang paling tepat utnuk mengatasi permasalahan sosial dan mendapatkan apa yang diinginkan. Akibatnya, anak-anak tersebut sering ditolak oleh orang tua, teman sebaya, dan lingkungan.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti di SMA 1 Negeri Margahayu, terdapat siswa-siswa yang masih kesulitan dalam berhubungan dengan teman sebayanya, seperti tidak mau bekerjasama dengan teman yang tidak dekat dengan siswa tersebut dan hanya mau bermain dengan teman yang sudah dekat dengannya saja, terkadang terjadi konflik yang menyebabkan suatu kekerasan, perasaan benci, amarah, dan menyebabkan timbulnya keinginan untuk menghancurkan lawan.

Secara sosiologis, hal itu terjadi tatkala individu atau kelompok yang beriteraksi mengabaikan norma dan nilai-nilai sosial dalam mencapai tujuannya masing-masing. Dengan diabaikannya norma dan nilai-nilai sosial ini akan terjadi tindakan-tindakan irasional yang cenderung merugikan pihak lain namun mengguntungkan diri sendiri. Akibatnya terjadi konflik yang bermuara pada kekerasan. Nilai-nilai sosial sangat penting bagi anak, karena berfungsi sebagai acuan bertingkah laku terhadap sesama, sehingga dapat diterima di masyarakat. Kepedulian sosial mempunyai fungsi sebagai sarana untuk memperoleh hubungan yang baik dalam berinteraksi dengan orang lain.

Mengingat pentingnya kepedulian sosial bagi siswa, maka penelitian menitikberatkan pada bagaimana meningkatkan kepedulian sosial kepada siswa. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kepedulian sosial kepada siswa yaitu melalui aktivitas luar sekolah yaitu outbound activity. Dari uraian latar belakang masalah tersebut, penulis ingin mencoba untuk melakukan sebuah penelitian yang berjudul Pengaruh aktivitas jasmani dalam permainan aktivitas luar sekolah terhadap kepedulian sosial siswa kelas X di SMAN 1 Margahayu.


(15)

B. Rumusan Masalah

Penelitian ini akan membahas mengenain kepedulian sosial yang dimana dapat ditumbuh kembangkannya melalui penerapan kegiatan aktivitas jasmani diluar sekolah (alam terbuka). Kepedulian sosial yang dimaksud adalah perilaku peduli sesama siswa. Artinya siswa menunjukan sikap tolong menolong, menerima siswa lainnya, dan menunjukan sikap simpati serta empati sesama siswa. Aktivitas luar sekolah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah psikal berupa aktivitas permainan untuk menjalin kebersamaan sesama siswa. besarnya harapan aktivitas permainan dapat menggugah kepedulian siswa.

Atas uraian pernyataan masalah-masalah diatas, maka dapat dinyatakan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh signifikan dari aktivitas jasmani luar sekolah terhadap kepedulian sosial siswa?

2. Apakah ada pengaruh signifikan pada siswa yang tidak menjalani aktivitas jasmani luar sekolah terhadap kepedulian sosial siswa?

3. Apakah ada perbedaan kepedulian sosial siswa yang signifikan diantara siswa yang menjalani aktivitas luar sekolah dalam hal yang sama pada siswa yang tidak menjalani perlakuan aktivitas luar sekolah ?

C.Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk meningkatkan kepedulian sosial siswa dalam proses pembelajaran penjas, secara khusus tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Pengaruh signifikan dari aktivitas jasmani luar sekolah terhadap kepedulian sosial siswa.

2. Pengaruh signifikan pada siswa yang tidak menjalani aktivitas jasmani luar sekolah terhadap kepedulian sosial siswa.

3. Perbedaan kepedulian sosial siswa yang signifikan diantara siswa yang menjalani aktivitas luar sekolah dalam hal yang sama pada siswa yang tidak menjalani perlakuan aktivitas luar sekolah.


(16)

D. Manfaat penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan penelitian ini adalah:

1. Bagi guru dapat dimanfaatkan sebagai salah satu altenatif didalam memilih pembelajaran aktivitas permainan bukan hanya untuk pembelajaran permainan yang berkaitan dengan cabang olahraga.

2. Bagi siswa, diharapkan siswa dapat meningkatkan kerja sama,toleransi,saling menghargai dan disiplin siswa dan lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran penjas.

3. Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran penjas disekolah.

4. Bagi peneliti sendiri, penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan dalam menerapkan pembelajaran yang dapat meningkatkan kerja sama, toleransi, saling menghargai, displin dan keaktifan siswa.

E. Batasan Penelitian

Supaya penelitian ini lebih terarah, maka penulis membatasi ruang lingkup penelitian agar tidak terlalu luas dan untuk menghindari kesalahan tafsiran khususnya istilah-istilah yang tertera dalam penelitian ini. Adapun batasan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menyadari atas keterbatasan waktu, tenaga, biaya dan kemampuan penulis, maka penelitian ini penulis tujukan pada pengaruh aktivitas jasmani dalam permainan aktivitas luas sekolah (outbound activity/soft

games) terhadap kepedulian sosial.

2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kepedulian sosial siswa akan tetapi yang akan diteliti meliputi tolong menolong, peduli, empati, simpati, toleransi, dan kerjasama.

3. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah aktivitas jasmani luar sekolah. Dalam hal ini peneliti menerapkan fun outbound seperti sap-sip-sup, how

long you can go, moving bom, salome, water volcano, spider web dan


(17)

4. Sumber data atau populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah siswa SMA 1 Negeri margahayu sesuai untuk kebutuhan penelitian ini.

F. Anggapan Dasar

Anggapan dasar diperlukan sebagai pegangan dalam pelaksanakan proses penelitian, anggapan dasar merupakan suatu titik tolak pendapat dalam menilai suatu bahasan dengan menelusuri gejala yang akan diamati dalam suatu penelitian atau sebagai titik tolak dari proses yang dilakukan dalam penelitian dan harus didasarkan atas kebenaran yang telah diyakini oleh para peneliti. Dalam hal ini

Arikunto (2006:24) menjelaskan bahwa ”anggapan dasar adalah sesuatu yang

diyakini kebenarannya oleh peneliti yang akan berfungsi sebagai hal-hal yang

dipakai untuk tempat berpijak bagi peneliti didalam melaksanakan penelitiannya.”

Pada dasarnya manusia dalam menjalankan hidupnya tidak terlepas dari apa yang dinamakan dengan aktivitas, karena aktivitas merupakan salah satu ciri hakiki dari manusia sebagai makhluk hidup. Dengan beraktivitas manusia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan fisik ataupun kebutuhan rohani.

Aktivitas jasmani merupakan suatu kegiatan yang melibatkan jasmani bergerak, dengan kata lain aktivitas jasmani berarti gerak badan. Seperti menurut

Abduljabar (2008:2) yang menyatakan bahwa “Aktivitas jasmani adalah semua bentuk menggerakan badan, termasuk gerak berjalan kaki, berlari, melempar, menangkap, merayap, merangkak, berlompat, berloncat, dan bentuk gerak dasar

lainnya.” Berdasarkan pendapat tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa

aktivitas jasmani merupakan kegiatan mengerakkan anggota badan seperti berlari, melompat, merayap, melempar, mengayun, menangkap dan bentuk gerak lainnya.

Aktivitas jasmani atau gerak badan yang selama ini juga terkait dangan istilah human movement yang dalam bahasa Indonesia dapat diartikan menjadi gerak insani atau gerak manusiawi. Gerak insani merupakan inti dari semua bentuk istilah seperti olahraga pendidikan, olahraga kesehatan, olahraga rehabilitatif, olahraga adaptif, termasuk pula pendidikan jasmani dan pendidikan olahraga. Dengan demikian gerak insani adalah suatu bentuk istilah sangat luas


(18)

maknanya, mencangkup semua tema yang terkait dengan menggerakan badan. Menurut Sunarya (2007:41) menyatakan bahwa:

Aktivitas jasmani dipaparkan sebagai kegiatan pelaku gerak untuk meningkatkan keterampilan motorik dan nilai-nilai fungsional yang mencakup aspek kognitif, afektif dan sosial. Aktivitas ini harus dipilih dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan pelaku.

Berdasarkan pendapat di atas aktivitas jasmani berfungsi untuk meningkatkan keterampilan motorik dan nilai-nilai fungsional yang mencakup aspek kognitif, afektif dan sosial. Sebaiknya aktivitas jasmani yang dilakukan sesuai dengan tingkat perkembangan, selain itu aktivitas jasmani bisa dilakukan kapan saja tergantung kebutuhan dan dapat dilakukan di dalam ruangan (indoor).

G.Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu cara yang di tempuh untuk memperoleh data, menganalisis dan menyimpulkan hasil penelitian. Penggunaan metode dalam pelaksanaan sangat penting, karena dengan menggunakan metode penelitian yang tepat, diharapkan dapat mencapai tujuan yang diinginkan yaitu untuk menguji apakah aktivitas jasmani dalam permainan outbound dapat berpengaruh terhadap sikap kepedulian siswa.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperiment atau eksperimen semu. Penelitian kuasi eksperimen merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari “sesuatu” yang dikenakan pada subjek selidik (Sukardi 2003:183). Untuk melaksanakan eksperimen secara murni maka variabel yang mungkin berpengaruh dan mempengaruhi variabel bebas harus dapat dikontrol dengan ketat. Pengontrol yang ketat hanya mungkin dilakukan dalam eksperimen di laboratorium. Mengingat penelitian ini bukan dalam kondisi laboratorium tapi dalam kegiatan sehari-hari sehingga tidak dimungkinkan untuk mengontrol semua variabel bebas dan terikat secara ketat, maka bentuk penelitian


(19)

ini adalah eksperimen semu (kuasi eksperimen). Jenis desain dalam penelitian ini berbentuk desain The Randomized Pretest-Posttest Control Group Design (Sukardi 2003:185).

Subjek dalam penelitian ini dipilih secara acak, tetapi diterima apa adanya subjek untuk diteliti. Subjek penelitian dibagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen diberi perlakuan khusus, yaitu pembelajaran permainan

outbound dengan pendekatan analisis nilai, sedang kelompok kontrol tidak

mendapatkan perlakuan pembelajaran permainan outbound dengan pendekatan analisis nilai tapi menggunakan metode konvensional. Perlakuan yang diberikan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kedua tipe pembelajaran yang diterapkan terhadap sikap kepedulian sosial. Gambaran dari random desain pretes-postes grup atau randomized, pretes-pretes-postest control group design dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Treatment Group R Y1 X Y2

Control Group R Y1 - Y2

Gambar 1.1 The Randomized Pretest-Posttest Control Group Design (Sukardi 2003:185).

Keterangan:

R : Random assignment untuk kelas eksperimen dan kelas control

- : Control tidak diberi perlakuan khusus (penerapan konvensional), merupakan perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas control yang diasumsikan merupakan efek dari treatment atau perlakuan yang diberikan sewaktu eksperimen

Y : prates dan pascates yang diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

X : perlakuan pembelajaran kelas eksperimen aktivitas permainan outbound

Y : perlakuan pembelajaran kelas kontrol dengan model konvensional (model

guru)

Di penelitian pendidikan, komponen konstruk yang terkait dengan variable subjek yang hendak diteliti, sering diidentifikasi sebagai variable penting dalam pendidikan misalnya, keterampilan, motivasi, pencapaian hasil belajar, bakat dan


(20)

kemampuan, sikap, hubungan manusia dengan manusia lainnya dan interes individu maupun kelompok. Variable selalu menjadi objek perhatian yang menarik bagi peneliti pendidikan.

Tes merupakan prosedur sistematik dimana individual yang dites direpresentasikan dengan suatu set stimuli jawaban mereka yang dapat menunjukan kedalam angka. Subjek dalam hal ini, harus bersedia mengisi item-item dalam tes yang sudah direncanakan sesuai dengan pilihan hati dan pikiran guna menggambarkan respons subjek terhadap item yang diberikan.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan skala likert guna mengukur persepsepsi atau sikap seseorang. Skala ini menilai sikap atau tingkah laku yang diinginkan oleh peneliti dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan kepada responden. Responden dianjurkan memilih katagori jawaban yang telah diatur oleh peneliti, misalnya sering dilakukan (SD), dilakukan (D), pernah dilakukan (PD), dan tidak pernah dilakukan (TPD).

Tabel 1.1 Contoh pernyataan dalam skala likert.

Pernyataan (SD) (D) (PD) (TPD)

Saya akan menolong teman yang kecelakaan dalam perjalanan walaupun saya harus tidak masuk sekolah

Saya selalu mengabaikan jika teman saya itu miskin

Selain dengan tes peneliti juga menggunakan instrument lain yaitu observasi. Dalam penelitian ini, instrument observasi digunakan sebagai alat pelengkap. Dalam observasi ini peneliti lebih banyak menggunakan salah satu dari pancainderanya yaitu indra penglihatan. Observasi akan lebih efektif jika informasi yang hendak diambil berupa kondisi atau fakta alami, tingkah laku, dan hasil kerja.


(21)

H. Populasi dan Sampel

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Margahayu Kab. Bandung. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa yang terdaftar pada kelas X di SMAN 1 Margahayu pada tahun ajaran 2012/2013, jumlah populasi keseluruhan adalah 438 orang.

Dalam proses penelitian ini, penulis mengambil sebagian dari populasi untuk dijadikan sampel. Seperti yang dikemukakan oleh Arikunto (2006:131)

bahwa “Jika kita hanya akan meneliti sebagian dari populasi, maka penelitian

tersebut disebut penelitian sampel. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi

yang diteliti.” Tentang jumlah sampel penelitian penulis berpedoman kepada pendapat Arikunto (2006:134) sebagai berikut “Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitian merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjek besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.”

Sampel penelitian diperoleh untuk menentukan kelas eksperimen yaitu kelas yang akan dikenai perlakuan dengan menggunakan aktivitas permainan outbound/soft games, dan kelas kontrol yaitu kelas yang tidak dikenai perlakuan. Dari sepuluh kelas yang ada pada kelas X peneliti hanya mengambil dua kelas saja, satu kelas sebagai kelas kontrol dan satu kelas lagi sebagai kelas eksperimen.

Pertimbangan penetapan siswa kelas X (sepuluh) dalam penelitian ini, karena siswa di kelas XII (sebelas) sudah terjadinya penjurusan bidang akademik, sedangkan siswa kelas XII (duabelas) dalam persiapan menghadapi Ujian Nasional. Karakteristik gerak siswa kelas X (sepuluh) disini cenderung hampir sama kecuali beberapa siswa yang ikut dalam jalur prestasi olahraga pada saat penerimaan siswa baru. Oleh karena itu kelas X (sepuluh) dianggap paling ideal untuk penelitian ini.


(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Metode Penelitian

Pada dasarnya metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Suatu hasil dari penelitian harus diuji melalui metode yang diterapkan. Sehingga dari penerapan metode akan diketahui apakah tujuan penelitian berhasil atau gagal. Seperti yang dijelaskan oleh Sudjana

(2005:25) bahwa “metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan

telaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandanganpandangan filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi”. Hal ini diperkuat dengan adanya teori dari para ahli yang mengemukakan metode sebagai suatu cara untuk mengetahui pencapaian tujuan penelitian kita, yang diungkapkan oleh Surakahmad (1990) yang dikutip dari Darsono (2011:52), sebagai berikut:

Metode adalah merupakan suatu cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji hipotesa, dengan mempergunakan teknik serta alat-alat tertentu. Cara ini dipergunakan setelah penyelidikan, perhitungkan kewajarannya, ditinjau dari tujuan penelitian serta dari situasi penelitian

Dalam suatu penelitian terdapat banyaknya metode penelitian yang berbeda satu sama lain. Hal ini dipengaruhi oleh tujuan hingga rumusan masalah yang akan diteliti. Maka perlu adanya perbandingan lurus antara rumusan masalah yang hendak diteliti dengan metode penelitian yang digunakan. Ada beberapa jenis metode penelitian yang sering digunakan, metode tersebut adalah metode historis, deskriptif dan eksperimen.

Metode penelitian adalah suatu cara yang di tempuh untuk memperoleh data, menganalisis dan menyimpulkan hasil penelitian. Penggunaan metode dalam pelaksanaan sangat penting, karena dengan menggunakan metode penelitian yang tepat, diharapkan dapat mencapai tujuan yang diinginkan yaitu untuk menguji apakah


(23)

aktivitas jasmani dalam permainan outbound dapat berpengaruh terhadap sikap kepedulian sosial siswa.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperiment atau eksperimen semu. Penelitian kuasi eksperimen merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya

akibat dari “sesuatu” yang dikenakan pada subjek selidik. Untuk melaksanakan eksperimen secara murni maka variabel yang mungkin berpengaruh dan mempengaruhi variabel bebas harus dapat dikontrol dengan ketat. Pengontrol yang ketat hanya mungkin dilakukan dalam eksperimen di laboratorium. Mengingat penelitian ini bukan dalam kondisi laboratorium tapi dalam kegiatan sehari-hari sehingga tidak dimungkinkan untuk mengontrol semua variabel bebas dan terikat secara ketat, maka bentuk penelitian ini adalah eksperimen semu (kuasi eksperimen).

Jenis desain dalam penelitian ini berbentuk desain The Randomized

Pretest-Posttest Control Group Design. Dengan demikan penelitian ini akan menguji aspek

perilaku siswa melalui aktivitas outbound kepada salah satu kelompok siswa. Satu kelompok akan diberikan sebuah bentuk perlakuan khusus melalui aktivitas

outbound, sedangkan kelompok satunya tidak akan menerima perlakuan aktivitas outbound dan digunakan sebagai pembanding dilakukan melalui randomize sampling.

Yaitu kelompok eksperimen dengan sengaja diberi sebuah perlakuan dengan aktivitas outbound melalui permainan-permainan yang bertujuan untuk mempengaruhi sikap dan perilaku siswa. Sebelum melakukan sebuah bentuk perlakuan peneliti terlebih dahulu melakukan prates yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kepedulian sosial siswa melalui tes sikap yaitu menggunakan skala likert. setelah prates dilakukan lalu diberikan sebuah perlakuan pada kelompok eksperimen dengan sengaja agar siswa mengalami sebuah perubahan sikap dan perilaku seperti apa yang diharapkan peneliti. Setelah beberapa kali kelompok eksperimen diberikan perlakuan aktivitas outbound peneliti memberikan post-test pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol guna untuk mengetahui seberapa besar perubahan kepedulian sosial siswa melalui tes sikap dan selanjutnya di analisis secara statistik melalui beberapa


(24)

uji dan lalu dibandingkan nilai pra-tes dan post-test dan dilihat sebarapa besar perbandingannya. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan secara sengaja melalui didaktik dan metodik pembelajaran penjas dengan pembelajaran aktivitas outbound untuk mengetahui perubahan sikap dan perilaku kepedulian sosial siswa.

B. Populasi dan Sampel a. Populasi

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Margahayu Kab. Bandung. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa yang terdaftar pada kelas X di SMAN 1 Margahayu pada tahun ajaran 2012/2013, jumlah populasi keseluruhan adalah 438 orang.

b. Sampel

Dalam proses penelitian ini, penulis mengambil sebagian dari populasi untuk

dijadikan sampel. Seperti yang dikemukakan oleh Arikunto (2006:131) bahwa “Jika

kita hanya akan meneliti sebagian dari populasi, maka penelitian tersebut disebut

penelitian sampel. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.”

Tentang jumlah sampel penelitian penulis berpedoman kepada pendapat Arikunto

(2006:134) sebagai berikut “Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitian merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjek besar dapat diambil antara 10-15% atau

20-25% atau lebih.” Sampel penelitian diperoleh untuk menentukan kelas eksperimen yaitu kelas yang akan dikenai perlakuan dengan aktivitas permainan outbound, dan kelas kontrol yaitu kelas yang tidak dikenai perlakuan. Dari sepuluh kelas yang ada pada kelas X peneliti hanya mengambil dua kelas saja, satu kelas sebagai kelas kontrol dan satu kelas lagi sebagai kelas eksperimen. Pertimbangan penetapan siswa kelas X (sepuluh) dalam penelitian ini, karena siswa di kelas XII (sebelas) sudah terjadinya penjurusan bidang akademik, sedangkan siswa kelas XII (duabelas) dalam persiapan menghadapi Ujian Nasional. Karakteristik gerak siswa kelas X (sepuluh) disini cenderung hampir


(25)

sama kecuali beberapa siswa yang ikut dalam jalur prestasi olahraga pada saat penerimaan siswa baru. Oleh karena itu kelas X (sepuluh) dianggap paling ideal untuk penelitian ini. Adapun karakteristik sampel sebagai berikut:

Table 3.1 Karakteristik sampel

Sampel Kelas

Eksperimen Kontrol

Laki-laki 18 19

Perempuan 22 21

Usia 16 tahun 16 tahun

C.Desain Penelitian dan langkah-langkah Penelitian

Desain yang dinilai sesuai untuk penelitian yang dapat mengkontrol perlakuan dalam eksperimen adalah kuasi eksperimen. Adapun desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen dengan desain The Randomized Pretest-Posttest

Control Group Design. Rancangan penelitian yang dimaksud dapat dilihat dalam

diagram berikut:

Treatment Group R Y1 X Y2

Control Group R Y1 - Y2

Gambar 3.1 The Randomized Pretest-Posttest Control Group Design (Sukardi 2003:185).

Keterangan:

R : Random assignment untuk kelas eksperimen dan kelas control

- : Control tidak diberi perlakuan khusus (penerapan konvensional), merupakan perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas control yang diasumsikan merupakan efek dari treatment atau perlakuan yang diberikan sewaktu eksperimen

Y : prates dan pascates yang diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol X : perlakuan pembelajaran kelas eksperimen aktivitas permainan outbound

Y : perlakuan pembelajaran kelas kontrol dengan model konvensional (model


(26)

Selanjutnya dalam penelitian ini penulis menggambarkan rancangan atau langkah-langkah penelitian tersebut sebagai berikut :

Gambar 3.2 Bagan rancangan penelitian

Adapun prosedur dari rancangan penelitian tersebut di atas dari sebelum penelitian sampai akhir penelitian adalah sebagai berikut :

1. Tahapan I

a. Merumuskan masalah dan tujuan penelitian Kelompok

Eksprimen

Studi Pendahuluan

Persiapan penelitian

Penyusunan materi, membuat rancangan media,instrument, uji

coba. Menentukan Sampel penelitian

Kelompok Kontrol

Aktivitas permainan outbound

Pre-test

Post-test

Pembelajaran konvensional

Pengolahan & Analisis data Laporan penelitian/ skripsi Wawancara


(27)

b. Menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat pelaksanaan penelitian. c. Menghubungi pihak sekolah dan menghubungi guru mata pelajaran bersangkutan.

d. Membuat surat izin penelitian e. Menentukan sampel penelitian.

f. Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 2. Tahapan II

a. Memberikan pretest pada sampel penelitian untuk mengetahui keadaan awal.. b. Memberikan perlakuan pada sampel penelitian yaitu dengan menerapkan aktivitas permainan outbound

c. Memberikan post test pada sampel penelitian untuk mengetahui apakah ada peningkatan hasil belajar terhadap materi yang disampaikan setelah diberikan perlakuan.

3. Tahapan III

a. Mengolah dan menganalisis data hasil post test b. Menganalisis hasil penelitian

c. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan data untuk menjawab permasalahan penelitian.

Selain membuat tahapan-tahapan bentuk penelitian peneliti membuat program perlakuan untuk kelas eksperimen sebagai berikut:

Tabel 3.2 program perlakuan kelas eksperimen

Perlakuan Tanggal Alokasi waktu Jenis permainan

1 10 nopember 2x45 menit Pre-test

2 17 nopember 2x45 menit Sap-sip-sup

Bola gila

3 24 nopember 2x45 menit Salome

Pohon Tumbang

4 1 desember 2x45 menit How long you can go

Dragon war

5 8 desember 2x45 menit Pralon bolong

Moving bom


(28)

Dalam rangka mengimplementasikan program pembelajaran yang sudah dituangkan dalam silabus, guru harus menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP merupakan pegangan guru dalam melaksanakan pembelajaran baik di kelas, laboratorium, dan/atau lapangan untuk setiap kompetensi dasar. Oleh karena itu, apa yang tertuang di dalam RPP membuat hal-hal yang langsung berkait dengan aktivitas pembelajaran dalam upaya pencapaian penguasaan suatu kompetensi dasar (Depdiknas, 2006 : 17).

Dalam menyusun RPP, guru harus mencantumkan Standar Kompetensi (SK) yang memayungi Kompetensi Dasar (KD) yang akan disusun dalam RPPnya. RPP harus memuat secara rinci tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, langkah-langkah kegiatan pembelajaran, sumber belajar dan penilaian.

Dalam menyusun RPP, guru harus berpedoman pada kurikulum dan silabus. RPP harus dapat menggambarkan kegiatan belajar mengajar yang diharapkan guru. Dalam terminologi kurikulum 2004 disebut skenario pembelajaran. Dengan demikian, RPP merupakan pedoman guru melaksanakan kegiatan pembelajaran.

Langkah-langkah penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah sebagai berikut:

1) mencantumkan Identitas;

2) mencantumkan Tujuan Pembelajaran; 3) mencantumkan Materi Pembelajaran; 4) mencantumkan Metode Pembelajaran;

5) mencantumkan Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran; 6) mencantumkan Sumber Belajar.

Untuk memudahkan penyusunan program pembelajaran, peneliti menampilkan format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berikut.

Tabel 3.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)


(29)

Mata Pelajaran : ... Kelas/Semester : ... Standar Kompetensi : ... Kompetensi Dasar : ... Indikator : ...

Alokasi Waktu : ... x 40 menit ( ... pertemuan)

A. Tujuan Pembelajaran B. Materi Pembelajaran C. Metode Pembelajaran

D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Pertemuan 1

Pertemuan 2 dst

E. Sumber Belajar F. Penelitian

D.Definisi Operasional

1. Definisi outbound ditinjau dari sudut pandang psikososial adalah Suatu proses pembelajaran yang berlangsung di alam terbuka, dengan cakupan materi meliputi pendidikan lingkugan hidup seperti konservasi, pelatihan mengenai petualangan, terapi dan rekreasi di alam terbuka.

2. Aktivitas permainan adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh beberapa anak untuk mencari kesenangan yang dapat membentuk proses kepribadian anak dan membantu anak untuk mencapai perkembangan fisik, intelektual, sosial, moral dan emosional. Aktivitas permainan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah aktivitas permainan yang dilakukan oleh siswa Siswa adalah objek belajar dan anak didik yang terlibat dalam proses belajar mengajar di sekolah dalam rangka memperoleh ilmu.


(30)

3. Kepedulian sosial berarti sikap memerhatikan atau menghiraukan urusan orang lain (sesama anggota masyarakat). Kepedulian sosial yang di maksud bukanlah untuk mencampuri urusan orang lain, tetapi lebih pada membantu menyelesaikan permasalahan yang di hadapi orang lain dengan tujuan kebaikan dan perdamaian. Merujuk kepada pendapat Raven (1977: 221-227), yang meliputi nilai: (1) kasih sayang (tolong menolong, dan kepedulian); (2) tanggung jawab (disiplin, dan empati ); dan (3) keserasian hidup (toleransi dan kerjasama).

E.Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes sikap dalam bentuk pernyataan atau kuesioner yang dikembangkan oleh peneliti dibawah bimbingan ahli. Tes sikap dikembangkan untuk mendapatkan pemahaman tentang sikap kepedulian sosial peserta didik. Berikut disajikan kisi-kisi instrumen penelitian, dimana nilai-nilai kepedulian sosial yang dikembangkan dalam penelitian ini berdasarkan pendapat Raven (1977: 221-227), yang meliputi nilai: (1) kasih sayang (tolong menolong, dan kepedulian); (2) tanggung jawab (disiplin, dan empati ); dan (3) keserasian hidup (toleransi dan kerjasama).

Tabel : 3.4 Kisi-kisi/indikator sikap kepedulian sosial peserta didik Variable Sub Variabel Indikator No. pernyataan

Sikap kepedulian

sosial

Kasih sayang Tolong menolong 1,2,3,4,5,6,7,8

Peduli 9,10,11,12,13,14,15,16 Tanggung jawab Disiplin 17,18,19,20,21,22,23,24

Empati 24,25,26,27,28,29,30,31,32 Keserasian hidup Toleransi 33,34,35,36,37,38,39,40,


(31)

Indikator-indikator yang telah dirumuskan ke dalam bentuk kisi-kisi tersebut di atas selanjutnya dijadikan bahan penyusunan butir-butir pertanyaan atau soal dalam skala. Butir-butir pertanyaan atau soal tersebut dibuat dalam bentuk pernyataan-pernyataan dengan kemungkinan jawaban yang tersedia. Mengenai alternatif jawaban dalam skala, penulis menggunakan skala sikap yakni skala Likert. Sudjana dan Ibrahim (2004:107) menjelaskan sebagai berikut:

Skala Likert dinyatakan dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden, apakah pernyataan itu didukung atau ditolak, melalui rentangan nilai tertentu. Oleh sebab itu pernyataan yang diajukan ada dua kategori, yakni pernyataan positif dan pernyataan negatif. Salah satu skala sikap yang sering digunakan dalam penelitian pendidikan adalah skala Likert. Dalam skala Likert, pernyataan-pernyataan yang diajukan baik pernyataan positif maupun negatif dinilai subyek sangat setuju, setuju, tidak punya pilihan, tidak setujudan sangat tidak setuju.

Berdasarkan uraian tentang alternatif jawaban dalam skala, penulis menetapkan kategori penyekoran sebagai berikut : Kategori untuk setiap butir pernyataan positif, yaitu Sangat Sering Dilakukan = 5, Sering Dilakukan = 4, dilakukan = 3, Pernah Dilakukan = 2 dan Tidak Pernah Dilakukan = 1. Kategori untuk setiap butir pernyataan negatif, yaitu Sangat Sering Dilakukan = 5, Sering Dilakukan = 4, dilakukan = 3, Pernah Dilakukan = 2 dan Tidak Pernah Dilakukan = 1. Kategori pemberian skor tampak dalam Tabel 3.5

Tabel 3.5

Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban Alternatif jawaban Skor alternatife jawaban

Positif Negatif Sangat Sering Dilakukan (SSD) 5 1

Sering Dilakukan (SD) 4 2

Dilakukan (D) 3 3

Pernah Dilakukan (PD) 2 4


(32)

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, dan angket/ kuesioner.

1. Observasi

Observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk mengamati aktivitas pembelajaran permainan outbound dengan Menggunakan model pembelajaran kooperatif learning di kelas eksperimen yang meliputi kegiatan awal, inti dan akhir.

2. Angket/ Kuesioner

Angket adalah daftar pertanyaan yang didistribusikan melalui pos untuk diisi dan dikembalikan atau dapat juga dijawab di bawah pengawasan peneliti (Nasution, 2004: 129)

Angket yang digunakan dalam penelitian ini merupakan angket tertutup karena jawaban pertanyaan dalam angket telah disertakan atau disediakan. Angket diberikan sesudah perlakuan pembelajaran permaianan aktivitas outbound dilaksanakan. Tujuan penyebaran angket adalah untuk mengetahui respon siswa dan guru terhadap model dan metode yang telah diterapkan.

F. Proses pengembangan instrumen 1. Uji Validitas

Suharsimi Arikunto (2006: 168) menjelaskan definisi validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu alat ukur dikatakan valid jika alat ukur ini mengukur apa yang seharusnya diukur. Adapun daya beda butir juga dihitung dari hubungan atau korelasi item tes terhadap skor total tes. Untuk menentukan daya beda butirdapat dilakukan dengan digunakanrumus korelasi Product Moment dariPearson. Rumus korelasi Product


(33)

  

 

 

 2 2 2 2 -Y Y N X X N Y X XY N rxy Keterangan :

rxy : koefisien korelasi antara x dan y

X : skor butir Y : skor total N : ukuran data

Nilairxy yang diperoleh akan kemudian dilanjutkan taraf signifikasi korelasi

dengan menggunakan t student yaitu,

√ √

(Suharsimi Arikunto,2002:263)

Keterangan:

t : nilai t-hitung yang dicari r : koefisien seluruh tes

n – 2 : Jumlah soal/pernyataan dikurangi dua

Selanjutnya membandingkan nilai t-hitung dengan nilai t-tabel dalam taraf nyata 0.05 atau dengan tingkat kepercayaan 95%. Instrumen penelitian ini memiliki tingkat kebebasan n1 + n2 – 2 maka dapat dinilai t-tabel menunjukkan harga 1.71.

Dalam menentukan valid tidaknya sebuah butir pernyataan tes dilakukan pendekatan signifikansi, yaitu jika t-hitung lebih besar atau sama dengan t-tabel maka dinyatakan pernyataan tersebut dapat digunakan sebagai alat pengumpul data (valid), tetapi jika sebaliknya, jika t-hitung lebih kecil dari t-tabel maka pernyataan tersebut tidak signifikan, dengan kata lain pernyataan tersebut tidak dapat dijadikan sebagai alat pengumpul data (tidak valid). Adapun hasil uji validitas angket dapat dilihat pada tabel 3.6 sebagai berikut:


(34)

Tabel 3.6

Hasil Pengujian Validitas Butir Angket Kepedulian Sosial Siswa

No T- Tabel T- Hitung Keterangan

1 1.71 2.331 Valid

2 1.71 2.349 Valid

3 1.71 3.225 Valid

4 1.71 1.595 Tidak valid

5 1.71 2.629 Valid

6 1.71 2.658 Valid

7 1.71 0.032 Tidak valid

8 1.71 2.954 Valid

9 1.71 2.055 Valid

10 1.71 2.537 Valid

11 1.71 3.524 Valid

12 1.71 1.759 Valid

13 1.71 1.605 Tidak valid

14 1.71 3.087 Valid

15 1.71 1.701 Tidak valid

16 1.71 2.775 Valid

17 1.71 2.285 Valid

18 1.71 3.283 Valid

19 1.71 3.234 Valid

20 1.71 1.909 Valid

21 1.71 -0.075 Tidak valid

22 1.71 0.938 Tidak valid

23 1.71 2.733 Valid


(35)

25 1.71 2.487 Valid

26 1.71 2.506 Valid

27 1.71 1.695 Tidak valid

28 1.71 2.252 Valid

29 1.71 1.937 Valid

30 1.71 2.319 Valid

31 1.71 0.612 Tidak valid

32 1.71 2.538 Valid

33 1.71 1.093 Valid

34 1.71 2.066 Valid

35 1.71 1.897 Valid

36 1.71 1.479 Valid

37 1.71 2.573 Valid

38 1.71 2.127 Valid

39 1.71 1.494 Tidak valid

40 1.71 0.612 Tidak valid

41 1.71 3.289 Valid

42 1.71 3.275 Valid

43 1.71 2.054 Valid

44 1.71 2.841 Valid

45 1.71 1.617 Tidak valid

46 1.71 2.944 Valid

47 1.71 1.506 Tidak valid


(36)

Berdasarkan perhitungan validitas terhadap perilaku sosial siswa angket yang berjumalh 48 butir pertanyaan setelah diolah ternyata terdapat 36 butir pertanyaan tersebut mmenuhi syarat untuk digunakan atau mampu mengukur apa yang hendak diukur.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk kepada keajegan pengukuran. Keajegan suatu hasil tes adalah apabila dengan tes yang sama diberikan kepada kelompok siswa yang berbeda, atau tes yang berbeda diberikan pada kelompok yang sama akan memberikan hasil yang sama. Jadi, berapa kalipun dilakukan tes dengan instrumen yang reliabel akan memberikan data yang sama. Untuk memperoleh reliabilitas soal sikap kepedulian sosial digunakan rumus Alpha Cronbach yaitu (Suharsimi Arikunto, 2006: 178-196):

r11 =

            

2

2 1 1 t b k k   Keterangan :

r11 = Koefisien reliabilitas instrumen yang dicari

k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

2 b

 = Jumlah variansi skor butir soal ke-i i = 1, 2, 3, 4, …n

2 t

 = Variansi total

Nilai r yang diperoleh dari hasil perhitungan dengan rumus Alpha Cronbach kemudian akan dikonsultasikan dengan harga r tabel dengan  = 0,05 dan dk = N-2 (N = banyaknya siswa). Bila rhit> rtab maka instrumen dinyatakan reliabel. Sedangkan

untuk mengetahui tinggi rendahnya reliabilitas instrumen digunakan kategori sebagai berikut:


(37)

1. 0,800 – 1,000 : sangat tinggi 2. 0,600 – 0,799 : tinggi

3. 0,400 – 0,599 : cukup 4. 0,200 – 0,399 : rendah 5. 0,000 – 0,199 : sangat rendah

Setelah dilakukan perhitungan reliabilitas dengan menggunakan program exceldiperoleh rhitung = 0.963 >0,423 = rtabeldengan = 0,05 dan dk = 23. Dalam hal

ini koefisien reliabilitas instrumen termasuk dalam kriteria reliabilitas tinggi.

G. Teknik Pengolahan Data 1. Identifikasi Data

Data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang berupa kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis cerpen yang dihasilkan dari nilai pada tes awal dan tes akhir. Analisis data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan teknik statistik sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian. Statistik diperlakukan sebagai alat bantu dalam memahami data penelitian.

Peneliti melakukan pengidentifikasian data agar dalam pengolahannya tidak mengalami kesulitan. Data kualitatif untuk angket, peneliti menentukan penskoran berskala positif. Data tersebut dianalisis berdasarkan aspek-aspek yang dinilai. Penggunaan skala penilaian ini dilakukan untuk menghindari subjektivitas penilaian yang mungkin terjadi. Hasil analisis tersebut diberi komentar berdasarkan kriteria teoretik.

2. Analisis Data

Sebagaimana telah diuraikan di atas, analisis data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan teknik statistik. Data yang diolah menghasilkan selisih antara skor prates dan pascates dengan langkah-langkah sebagai berikut:


(38)

3. Uji Normalitas

Pengujian normalitas dalam penelitian ini menggunakan rumus sebagai berikut

  k l i i i i E E O x 2 2

(Sudjana, 2002 : 273)

Keterangan:

X2 : kuadrat chi yang dicari Oi : frekuensi yang tampak

Ei : frekuensi yang diharapkan

4. Uji Homogenitas

Teknik pengujian homogenitas dalam penelitian ini menggunakan rumus sebagai berikut: k S b S F 2 2

 (Sudjana, 2002 : 249)

Keterangan : F = harga varians yang akan diuji

S2b = varians yang lebih besar S2k = varians yang lebih kecil

5. Uji Hipotesis

Untuk mendapatkan perbedaan dua rata-rata untuk n (sampel) lebih dari 30 menggunakan rumus uji t sebagai berikut:

2 2 2 1 2 1 2 1 n S n S M M t  

 (Sudjana, 2002 : 241)

Keterangan : M1 = mean sampel kelompok eksperimen M2 = mean sampel kelompok kontrol

n1 = jumlah sampel kelompok eksperimen

n2 = jumlah sampel kelompok kontrol

S12 = variansi sampel kelompok eksperimen

S22 = variansi sampel kelompok kontrol

untuk mengalisis data nilai kemampuan menulis dilakukan dua tahap pengujian sebagai berikut:


(39)

1. Uji kesamaan dua rata-rata dengan uji dua pihak. Uji dua pihak ini dilakukan untuk melihat perbedaan hasil yang didapat antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen. Hipotesis yang diuji, yaitu:

HO = (µ1=µ2). Kedua rata-rata populasi adalah identik (rata-rata kelas kontrol

dan eksperimen sama)

H1 = (µ1≠µ2). Kedua rata-rata populasi adalah tidak identik (rata-rata kelas

kontrol dan eksperimen berbeda) Kriteria pengujian yaitu:

- H0 diterima jika –t 1-1/2-α< t < t 1-1/2-α

- H0 ditolak jika t ≤ –t 1-1/2-α atau t ≥ t 1-1/2-α

Di mana t 1-1/2-α didapatkan dari daftar distribusi t dengan dk = (n1+n2 – 2) dan

peluang 1-1/2α ( Sudjana, 2002:239).

2. Uji kesamaan rata-rata dengan uji satu pihak. Hasil ujian kesamaan dua rata-rata di atas adalah uji kesamaan rata-rata yang menguji apakah ada perbedaan hasil nilai yang didapat antara kelas kontrol dan kelas eksperimen, tetapi belum diketahui secara pasti apakah kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. Untuk mengetahui lebih lanjut apakah hasil yang diperoleh kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol, maka dilakukan uji lanjutan yaitu uji kesamaan dua rata-rata satu pihak. Untuk keperluan uji satu rumus yang dipergunakan masih sama dengan uji rata-rata dua pihak, yang membedakan hanya dalam hipotesis yang diuji dan kriteria pengujian saja.

Hipotesis yang diuji adalah

HO = (µ1=µ2). Kedua rata-rata populasi adalah identik (rata-rata kelas kontrol

dan eksperimen sama)

H1 = (µ1≠µ2). Kedua rata-rata populasi adalah tidak identik (rata-rata kelas

kontrol dan eksperimen berbeda) Kriteria pengujian yaitu:

Berdasarkan perbandingan nilai t hitung dan t tabel:

- H0 ditolak jika statistik hitung > statistik tabel atau ( t > t1-α)


(40)

Di mana t1-α didapat dari daftar distribusi t dengan dk = (n1+n2– 2) dan peluang 1-α (

Sudjana, 1996:242).

Pengujian rata-rata dengan mengujikan uji t di atas dilakukan jika data diasumsikan berdistribusi normal dan memiliki varians yang homongen. Jika data tidak berdistribusi normal maka pengujian kesamaan dua rata-rata untuk dua sampel bebas menggunakan uji U Mann – Whitney. Menurut Ruseffendi (1998:308) menyatakan bahwa uji U Mann–Whitney adalah uji nonparametrik yang cukup kuat sebagai pengganti uji-t, dalam hal ini asumsi distribusi t tidak terpenuhi. Rumus yang digunakan dalam uji U Mann–Whitney, yaitu:

∑ ∑

Keterangan:

= jumlah sampel a = jumlah sampel b = peringkat sampel a = peringkat sampel b

Hipotesis yang diuji adalah:

HO = (µ1=µ2). Kedua rata-rata populasi adalah identik (rata-rata kelas kontrol

dan eksperimen sama)

H1 = (µ1≠µ2). Kedua rata-rata populasi adalah tidak identik (rata-rata kelas

kontrol dan eksperimen berbeda)

Kriteria pengujiannya yaitu:

- HO terima jika harga U hitung > U tabel


(41)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Secara umum penelitian ini menyimpulkan bahwa : aktivitas permainan outbound memberi pengaruh yang positif dan signifikan terhadap peningkatan sikap kepedulian Sosial Peserta didik Pada pembelajaran pendidikan jasmani di SMAN 1 Margahayu Kabupaten Bandung.

Kesimpulan khusus yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Terdapat perbedaan sikap kepedulian sosial antara kelas eksperimen yang menggunakan aktivitas permainan outbound dibandingkan kelas kontrol yang tidak aktivitas permainan outbound pada saat post-test.

2. Terdapat perbedaan sikap kepedulian sosial yang signifikan antara pengukuran awal (pre test) dengan pengukuran akhir (post test) pada kelas eksperimen dengan menggunakan Pendekatan aktivitas permainan outbound.

3. Tidak terdapat perbedaan sikap kepedulian sosial peserta didik antara pengukuran awal (pre test) dengan pengukuran akhir (post test) pada kelas kontrol tanpa perlakuan aktivitas permainan outbound.


(42)

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, beberapa saran yang diberikan yaitu:

1. Melihat semakin banyaknya masalah yang terjadi dikalangan remaja danpelajar, maka pembelajaran aktivitas permainan outbound dapat dijadikan model dalam pembelajaran, karena model ini terbukti memberi pengaruh yang positif dan signifikan terhadap peningkatan sikap kepedulian sosial peserta didik.

2. Bagi guru yang ingin mengimplementasikan model ini sebaiknya memahami prinsip-prinsip penting yang mendukung keberhasilan pembelajaran aktivitas permainan outbound, diantaranya yaitu: menentukan target nilai yang akan dicapai sebelum pembelajaran dilaksanakan, mempersiapkan media stimulus pembelajaran, Memberikan pertanyaan, pernyataan dan tugas gerak yang menggugah emosi siswa,selanjutnya melaksanakan tahap pembelajaran dengan urutan; penyajian stimulus, perumusan masalah, identifikasi masalah, penentuan masalah yangakan dipecahkan, klarifikasi masalah, pemecahan masalah dan terahir tindak lanjut kegiatan pembelajaran .

3. Dalam memberikan isu masalah sosial sebaiknya dimulai dengan isu-isu masalah sosial yang ada di lingkungan siswa, membangun pengetahuan melalui kejadian-kejadian yang ada dan dialami atau diamati oleh siswa.


(43)

4. Implementasi pembelajaran hendaknya mengacu kepada RPP yang telah dibuat, dengan tujuan agar pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan skenario yang telah dibuat.

5. Agar pembelajaran aktivitas permainan outbound dapat berjalan dengan lancar, hendaknya siswa harus berpartisipasi aktif selama pembelajaran, mengembangkan kemampuan logisnya dalam proses menentukan nilai-nilai, membuat keputusan serta menentukan sikap.

6. Untuk mendukung pembelajaran aktivitas permainan outbound, hendaknya guru membekali diri dengan kemampuan dalam bidang IPTEK.

7. Aktivitas permainan outbound dapat digunakan peneliti lain untuk menjajaki pengembangan kemampuan afektif dan berpikir lainnya, seperti berfikir kreatif dalam pembelajaran pendidikan jasmani maupun pembelajaran bidang lainnya.


(44)

DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar, B. 2008. Manajemen Pendidikan Jasmani Olahraga. Bandung: FPOK

Ancok, D. (2003). Outbound Manajemen Training. Yogyakarta : Uli Press.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Azwar. S.(2010). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Gani, N. (2007). Dampak Pendekatan outdoor Education Dalam Pengajaran

Pendidikan Jasmani Terhadap Proses Sosialisasi Siswa SMA. Tesis, UPI

Bandung : Tidak Diterbitkan.

Ghufron & Risnawita. (2010). Teori-Teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-ruzz Media. Jajat. (2006). Pengaruh Outbound Terhadap Kecemasan. Skripsi, UPI Bandung :

Tidak diterbitkan.

Kohlberg, Lawrence. (1993). Tahap-tahap Perkembangan Moral. Yogyakarta: Kanisius

Muhammad, A. (2009). The Power of Outbound Training. Jogjakarta : Power Books (IHDINA).

Murniati, Baiq. 2011. Pengaruh Pendekatan Analisis Nilai Dalam Pembelajaran Ips Terhadap Sikap Kepedulian Sosial Peserta Didik.Tesis. UPI Bandung: Tidak Diterbitkan

Pandit. (1986). Perjalanan Alam Terbuka. Jakarta: CV Tambak Kusuma. Prastiwi, Valentina R. 2010. Outbound. Jakarta : Nobel Edumedia

Rahmat, M .(2004). Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta Raven, J. (1977). Pendidikan, Nilai dan Masyarakat: Tujuan Pendidikan alam

dan pengembangan Kompetensi. London: Hk Lewis & Co.Ltd

Raven, J. (1994). Mengelola pendidikan sekolah efektif: Masalah paling penting

adalah berdamai dengan nilai. New York: Trillium Tekan


(45)

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&B. Bandung : CV. Alfabeta.

Sukardi. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetisi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara.

Susanta, A. (2010). Outbound Profesional Pengertian, Prinsip Perencanaan, dan

Panduan pelaksanaan. Yogyakarta : C.V Andi Offset.

Dari Internet

Adrianus dan Yufiarti. (2006). Memupuk Karakter Siswa melalui Kegiatan

Outbound. http://widhoy.multiply.com/journal/item/15 Diakses tanggal 20 juni

2012.

Definisi Pendidikan. http://id.wikisource.org/wiki/Undang-Undang_Republik_Indonesia_Nomor_20_Tahun_2003 diakses tanggal 1 maret 2012

Iwan. 2007. http://www.peloporadventure.co.id/manfaat.html Diakses tangggal 20 juni 2012.

Kusumowidagdo, J. 2002. www.outwardboundindo.org Diakses tanggga 20 juni 2012.

Masalah sosial. http://organisasi.org/definisi-pengertian-masalah-sosial-dan-jenis-macam-masalah-sosial-dalam-masyarakat. Diakses tanggal 1 maret 2012

Woolfolk, 2009. (http://menatappagi.blogspot.com/2011/11/teori-sosial-kognitif.html). Diakses tanggal 25 juni 2012.

Rizal, http://fpok.upi.edu./outdoor_and_adventure_article.htm Diakses Tanggal 20 Juni 2012.

Teori belajar sosial Bandura. http://lenterakecil.com/teori-belajar-sosial-menurut-bandura/. Diakses tanggal 24 juni 2012

Teori belajar sosial Bandura http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/12/teori-belajar-sosial-albert-bandura-346947.html Diakses tanggal 24 juni 2012

Yudho (2010:1) http://outboundmalang.com/2010/04/manfaat-outbound/. Diakses tanggal 24 juni 2012


(1)

Di mana t1-α didapat dari daftar distribusi t dengan dk = (n1+n2– 2) dan peluang 1-α ( Sudjana, 1996:242).

Pengujian rata-rata dengan mengujikan uji t di atas dilakukan jika data diasumsikan berdistribusi normal dan memiliki varians yang homongen. Jika data tidak berdistribusi normal maka pengujian kesamaan dua rata-rata untuk dua sampel bebas menggunakan uji U Mann – Whitney. Menurut Ruseffendi (1998:308) menyatakan bahwa uji U Mann–Whitney adalah uji nonparametrik yang cukup kuat sebagai pengganti uji-t, dalam hal ini asumsi distribusi t tidak terpenuhi. Rumus yang digunakan dalam uji U Mann–Whitney, yaitu:

Keterangan:

= jumlah sampel a = jumlah sampel b = peringkat sampel a = peringkat sampel b

Hipotesis yang diuji adalah:

HO = (µ1=µ2). Kedua rata-rata populasi adalah identik (rata-rata kelas kontrol dan eksperimen sama)

H1 = (µ1≠µ2). Kedua rata-rata populasi adalah tidak identik (rata-rata kelas kontrol dan eksperimen berbeda)

Kriteria pengujiannya yaitu:

- HO terima jika harga U hitung > U tabel


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Secara umum penelitian ini menyimpulkan bahwa : aktivitas permainan outbound memberi pengaruh yang positif dan signifikan terhadap peningkatan sikap kepedulian Sosial Peserta didik Pada pembelajaran pendidikan jasmani di SMAN 1 Margahayu Kabupaten Bandung.

Kesimpulan khusus yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Terdapat perbedaan sikap kepedulian sosial antara kelas eksperimen yang menggunakan aktivitas permainan outbound dibandingkan kelas kontrol yang tidak aktivitas permainan outbound pada saat post-test.

2. Terdapat perbedaan sikap kepedulian sosial yang signifikan antara pengukuran awal (pre test) dengan pengukuran akhir (post test) pada kelas eksperimen dengan menggunakan Pendekatan aktivitas permainan outbound.

3. Tidak terdapat perbedaan sikap kepedulian sosial peserta didik antara pengukuran awal (pre test) dengan pengukuran akhir (post test) pada kelas kontrol tanpa perlakuan aktivitas permainan outbound.


(3)

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, beberapa saran yang diberikan yaitu:

1. Melihat semakin banyaknya masalah yang terjadi dikalangan remaja danpelajar, maka pembelajaran aktivitas permainan outbound dapat dijadikan model dalam pembelajaran, karena model ini terbukti memberi pengaruh yang positif dan signifikan terhadap peningkatan sikap kepedulian sosial peserta didik.

2. Bagi guru yang ingin mengimplementasikan model ini sebaiknya memahami prinsip-prinsip penting yang mendukung keberhasilan pembelajaran aktivitas permainan outbound, diantaranya yaitu: menentukan target nilai yang akan dicapai sebelum pembelajaran dilaksanakan, mempersiapkan media stimulus pembelajaran, Memberikan pertanyaan, pernyataan dan tugas gerak yang menggugah emosi siswa,selanjutnya melaksanakan tahap pembelajaran dengan urutan; penyajian stimulus, perumusan masalah, identifikasi masalah, penentuan masalah yangakan dipecahkan, klarifikasi masalah, pemecahan masalah dan terahir tindak lanjut kegiatan pembelajaran .

3. Dalam memberikan isu masalah sosial sebaiknya dimulai dengan isu-isu masalah sosial yang ada di lingkungan siswa, membangun pengetahuan


(4)

4. Implementasi pembelajaran hendaknya mengacu kepada RPP yang telah dibuat, dengan tujuan agar pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan skenario yang telah dibuat.

5. Agar pembelajaran aktivitas permainan outbound dapat berjalan dengan lancar, hendaknya siswa harus berpartisipasi aktif selama pembelajaran, mengembangkan kemampuan logisnya dalam proses menentukan nilai-nilai, membuat keputusan serta menentukan sikap.

6. Untuk mendukung pembelajaran aktivitas permainan outbound, hendaknya guru membekali diri dengan kemampuan dalam bidang IPTEK.

7. Aktivitas permainan outbound dapat digunakan peneliti lain untuk menjajaki pengembangan kemampuan afektif dan berpikir lainnya, seperti berfikir kreatif dalam pembelajaran pendidikan jasmani maupun pembelajaran bidang lainnya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar, B. 2008. Manajemen Pendidikan Jasmani Olahraga. Bandung: FPOK

Ancok, D. (2003). Outbound Manajemen Training. Yogyakarta : Uli Press.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Azwar. S.(2010). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Gani, N. (2007). Dampak Pendekatan outdoor Education Dalam Pengajaran Pendidikan Jasmani Terhadap Proses Sosialisasi Siswa SMA. Tesis, UPI Bandung : Tidak Diterbitkan.

Ghufron & Risnawita. (2010). Teori-Teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-ruzz Media. Jajat. (2006). Pengaruh Outbound Terhadap Kecemasan. Skripsi, UPI Bandung :

Tidak diterbitkan.

Kohlberg, Lawrence. (1993). Tahap-tahap Perkembangan Moral. Yogyakarta: Kanisius

Muhammad, A. (2009). The Power of Outbound Training. Jogjakarta : Power Books (IHDINA).

Murniati, Baiq. 2011. Pengaruh Pendekatan Analisis Nilai Dalam Pembelajaran Ips Terhadap Sikap Kepedulian Sosial Peserta Didik.Tesis. UPI Bandung: Tidak Diterbitkan

Pandit. (1986). Perjalanan Alam Terbuka. Jakarta: CV Tambak Kusuma. Prastiwi, Valentina R. 2010. Outbound. Jakarta : Nobel Edumedia

Rahmat, M .(2004). Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta Raven, J. (1977). Pendidikan, Nilai dan Masyarakat: Tujuan Pendidikan alam


(6)

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&B. Bandung : CV. Alfabeta.

Sukardi. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetisi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara.

Susanta, A. (2010). Outbound Profesional Pengertian, Prinsip Perencanaan, dan Panduan pelaksanaan. Yogyakarta : C.V Andi Offset.

Dari Internet

Adrianus dan Yufiarti. (2006). Memupuk Karakter Siswa melalui Kegiatan Outbound. http://widhoy.multiply.com/journal/item/15 Diakses tanggal 20 juni 2012.

Definisi Pendidikan. http://id.wikisource.org/wiki/Undang-Undang_Republik_Indonesia_Nomor_20_Tahun_2003 diakses tanggal 1 maret 2012

Iwan. 2007. http://www.peloporadventure.co.id/manfaat.html Diakses tangggal 20 juni 2012.

Kusumowidagdo, J. 2002. www.outwardboundindo.org Diakses tanggga 20 juni 2012.

Masalah sosial. http://organisasi.org/definisi-pengertian-masalah-sosial-dan-jenis-macam-masalah-sosial-dalam-masyarakat. Diakses tanggal 1 maret 2012

Woolfolk, 2009. (http://menatappagi.blogspot.com/2011/11/teori-sosial-kognitif.html). Diakses tanggal 25 juni 2012.

Rizal, http://fpok.upi.edu./outdoor_and_adventure_article.htm Diakses Tanggal 20 Juni 2012.

Teori belajar sosial Bandura. http://lenterakecil.com/teori-belajar-sosial-menurut-bandura/. Diakses tanggal 24 juni 2012

Teori belajar sosial Bandura http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/12/teori-belajar-sosial-albert-bandura-346947.html Diakses tanggal 24 juni 2012

Yudho (2010:1) http://outboundmalang.com/2010/04/manfaat-outbound/. Diakses tanggal 24 juni 2012