PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI UNTUK MENGEMBANGKAN IDENTITAS DIRI MAHASISWA : Pengembangan Program terhadap Program Studi Pendidikan Sosiologi Tahun Akademik 2012/2013.

(1)

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI UNTUK

MENGEMBANGKAN IDENTITAS DIRI MAHASISWA

(Studi Pengembangan Program Bimbingan Pribadi pada Program Studi

Pendidikan Sosiologi Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia Tahun Akademik 2012/2013 )

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh

Iis Lathifah Nuryanto 1009484

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG


(2)

(3)

(4)

Iis Lathifah Nuryanto (2013). Program Bimbingan Pribadi untuk Mengembangkan Identitas Diri Mahasiswa (Pengembangan Program terhadap Program Studi Pendidikan Sosiologi Tahun Akademik 2012/2013)

Tujuan akhir penelitian adalah menghasilkan program bimbingan pribadi yang efektif untuk mengembangkan identitas diri mahasiswa. Metode penelitian ini adalah mix method dengam menggunakan pendekatan Research and development. Desain penelitian adalah one group pretest-posttest design terhadap mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi Tahun Akademik 2012/2013. Sampel penelitian sebanyak 40 orang dari populasi sebanyak 81 orang mahasiswa. Hasil penelitian diperoleh program bimbingan pribadi efektif untuk mengembangkan identitas diri, tidak hanya secara umum dan secara spesifik program bimbingan pribadi efektif untuk meningkatkan seluruh aspek dan indikator identitas diri mahasiswa. Pencapaian kategori identitas menunjukkan bahwa mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi angkatan 2012 seagian besar berada pada kategori pencabutan identitas dan penundaan identitas, hal ini tidak jauh berbeda dengan hasil dari ketercapaian aspek dan indikator identitas diri. Rekomendasi yaitu bagi dosen konselor, bagi dosen pembimbing akademik dan bagi pihak Unit Pelaksana Teknis (UPT) dapat dijadikan rujukan dalam memperluas lagi kajian bimbingan untuk mahasiswa-mahasiswa khususnya di UPI dan pada umumnya di seluruh universitas di Indonesia, kemudian untuk peneliti selanjutnya agar mempertimbangkan kembali, (1) metode penelitian, (2) populasi dan sampel dan (3) memperluas lagi kajian penelitian yang dibatasi pada aspek pengetahuan dan sikap saja, peneliti selanjutnya dapat mengembangkan menjadi tiga aspek yang dipandang lebih ideal yaitu pengetahuan, sikap dan kompetensi.


(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK i

KATA PENGANTAR Ii

UCAPAN TERIMA KASIH iv

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR BAGAN xi

DAFTAR GRAFIK xii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 10

C. Tujuan Penelitian 11

D. Penjelasan Istilah 11

E. Manfaat Penelitian 17

F. Metode Penelitian 18

G. Alur Penelitian 20

BAB II IDENTITAS DIRI DAN PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI

21

A. Konsep Identitas Diri 21

B. Teori-teori Tentang Identitas Diri 27

D. Kerangka Teoretik Program Bimbingan Pribadi

untuk Meningkatkan Identitas Diri 52

E. Penelitian yang Relevan 66

BAB III METODE PENELITIAN 72

A. Desain Penelitian 72

B. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 74

C. Pengembangan Instrumen 76


(6)

E. Prosedur Penelitian 98

F. Teknik Analisis Data 108

BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

107

A. Deskrips Hasil Penelitian 107

B. Pembahasan Hasil Penelitian 136

C. Keterbatasan Penelitian 159

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI 161

A. Simpulan 161

B. Rekomendasi 162


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel

1.1

Status Identitas Marcia 14

Tabel 1.2

Ringkasan Rancangan Tahapan Program Bimbingan Pribadi Berdasarkan untuk Mengembangkan Iidenitas Diri Mahasiswa

Tabel 2.1

Tahapan Perkembangan Psikososial Erik Erikson 28

Tabel 2.2

Status Identitas Remaja Marcia 46

Tabel 2.3

Struktur dan Tahapan Program Bimbingan Pribadi

untuk Mengembangkan Iidenitas Diri Mahasiswa 60 Tabel

3.1

Kisi-kisi Instrumen Identitas Diri (sebelum validasi)

85

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Identitas Diri (setelah validasi) 86

Tabel 3.3

Hasil Uji Validitas Instrumen 90

Tabel 3.4

Kriteria Keterandalan Reliabilitas Instrumen 91

Tabel 3.5

Reliability Statistics 91

Tabel 3.6

Struktur dan Tahapan Program Bimbingan Pribadi untuk Mengembangkan Iidenitas Diri Mahasiswa

94 Tabel

3.7

Tahapan Pelaksanaan Program 97

Tabel 3.8

Pola Skor Respons 101

Tabel 3.9


(8)

Tabel 3.10

Status Identitas Marcia 103

Tabel 4.1

Profil umum Identitas Diri Mahasiswa Program studi Pendidikan Sosiologi angakat 2012 tahun akademik 2012/2013

108

Tabel 4.2

Profil ketercapaian indikator Identitas Diri

Mahasiswa Program Studi Sosiologi 2012 109 Tabel

4.3

Uji Normalitas Distribusi Frekuensi Data Identitas Diri Program Studi Mahasiswa Pendidikan

Sosiologi angakatn 2012 Pretes dan Postes 130 Tabel

4.4

Uji Homogenitas Pretes dan Postes 131

Taabel 4.5

Nilai rata-rata Pretes dan Postes Identitas Diri

Program Studi Mhasiswa 132

Taabel 4.6

Hasil Uji Paired Samples Test pada Setiap Aspek 132

Taabel 4.7

Nilai Rata-rata Pretes dan Postes pada setiap Aspek

133

Taabel 4.8

Nilai rata-rata Identitas Diri setiap indikator 134

Taabel 4.9

Nilai Rata-rata Pre-test dan Post-test Skor


(9)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1

Alur Penelitian 20

Bagan 2.1

Fungsi Otonomi Ego 43

Bagan 3.1


(10)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1

Profil umum Identitas Diri Mahasiswa Program studi Pendidikan Sosiologi angkatan 2012 tahun akademik 2012/2013

108

Grafik 4.2

Ketercapaian Aspek Pengetahuan Identitas Diri Mahasiswa Program studi Pendidikan Sosiologi angkatan 2012 tahun akademik 2012/2013

111

Grafik 4.3

Ketercapaian Aspek Sikap Identitas Diri Mahasiswa Program studi Pendidikan Sosiologi angkatan 2012 tahun akademik 2012/2013

112

Grafik 4.4

Pencapaian Pretes dan Postes Profil Identitas Diri Mahasiswa Program studi Pendidikan Sosiologi angkatan 2012 tahun akademik 2012/2013

132

Grafik 4.5

Pencapaian Pretes dan Postes Tiap Aspek dan Indikator Identitas Diri Mahasiswa Program studi Pendidikan Sosiologi angkatan 2012 tahun akademik 2012/2013

133

Grafik 4.6

Pencapaian Pretes dan Postes aspek Pengetahuan Identitas Diri Mahasiswa Program studi Pendidikan Sosiologi angkatan 2012 tahun akademik 2012/2013

135

Grafik 4.7

Pencapaian Pretes dan Postes aspek Sikap Identitas Diri Mahasiswa Program studi Pendidikan Sosiologi angkatan 2012 tahun akademik 2012/2013


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Surat-surat izin Penelitian 1

Instrumen Peneitian 2

Hasil-hasil Pngolahan Data 3

Program dan SKLBK 4


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Mahasiswa memiliki tanggung jawab keagamaan, intelektual, sosial kemasyarakatan, dan tanggung jawab individual baik sebagai hamba Tuhan maupun sebagai warga bangsa dan negara. Pengertian “Mahasiswa” adalah golongan generasi muda yang menuntut ilmu di perguruan tinggi yang mempunyai identitas diri. Identitas diri mahasiswa terbangun oleh citra diri sebagai insan religius, insan dinamis, insan sosial, dan insan mandiri.

Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Bab VI bagian ke

empat pasal 19 bahwasanya “Mahasiswa” itu sebenarnya hanya sebutan akademis

untuk siswa/ murid yang telah sampai pada jenjang pendidikan tertentu dalam

masa pembelajarannya. Sedangkan secara harfiyah, “mahasiswa” terdiri dari dua

kata, yaitu ”Maha” yang berarti tinggi dan ”Siswa” yang berarti subyek pembelajar, jadi dari segi bahasa “Mahasiswa” diartikan sebagai pelajar yang tinggi atau seseorang yang belajar di perguruan tinggi/ universitas .

Mahasiswa tingkat awal berada pada tahap perkembangan remaja akhir yang usianya 19-21. Pada dasarnya memiliki karakteristik kreatif, kerja keras, disiplin, toleransi, jujur, religius, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komuniktif, cinta damai, sikap gemar membaca, peduli lingkungan, peduli social dan tanggung-jawab (Agus Syrief.2011).


(13)

Fenomena mahasiswa saat ini seperti demonstrasi yang berlebihan, copy paste tugas kuliah dan cara berpenampilan yang kurang sesuai. Gejala tersebut memperlihatkan salah satu aspek dari identitas diri mahasiswa yang belum terjadinya komitmen terhadap dirinya sendiri. Banyak perubahan yang terjadi dalam masa remaja yang akan mempengaruhi remaja secara keseluruhan, baik perubahan fisik maupun perubahan psikis dan dalam berbagai bidang kehidupan. Seperti emosi, sosial, moral, pendidikan, politik, keyakinan agama dan perkawinan.

Hasil penelitian Muhammad Ibrahim (2000) menunjukkan sikap remaja

terhadap nilai-nilai budaya mempunyai hubungan dengan eksplorasi maupun dengan komitmen remaja sebagai komponen pencapaian status identitas diri menunjukkan sikap dengan sangat keterkaitan (28,57%), sikap remaja yang menunjukkan kurang memiliki hubungan dengan budaya (39,52%) dan sikap remaja yang cenderung idak memiliki hubungan dengan budayanya (11,90%). Budaya dalam hasil penelitian tersebut merupakan lingkungan sosial yang umumnya memiliki nilai-nilai yang patutnya ditaati oleh masyarakat yang tinggal di dalamnya.

Berdasarkan hasil penelitian di atas maka salah satu indikator identitas diri yaitu budaya atau dalam arti nilai-nilai yang dianut remaja mempengaruhi hasil akhir dari pencapaian identitas diri. Eksplorasi remaja akan diperoleh dengan mudah ketika memahami nilai-nilai yang berlaku di lingkungan sosialnya, sehingga komitmen yang terjadi pada diri remaja lebih kokoh dari sebelumnya.


(14)

Pembentukan identitas dalam konteks psikologi perkembangan merupakan tugas utama dalam perkembangan kepribadian yang diharapkan tercapai pada akhir masa remaja. Pembentukan identitas itu sendiri telah memiliki akar-akarnya pada masa kanak-kanak namun pada masa remaja ia menerima dimensi-dimensi baru karena berhadapan dengan perubahan-peribahan fisik, kognitif dan rasional (Grotevant & Cooper, 1998 dalam Desmita, 2006:211). Selama masa remaja kesadaran akan identitas menjadi lebih kuat, karena itu ia berusaha mencari identitas dan mendefinisikan kembali “siapakah ia” saat ini dan akan menjadi

“siapakah” atau menjadi “apakah” ia di masa depan. Perkembangan identitas

selama massa remaja sangat penting karena memberikan suatu landasan bagi perkembangan dan relasi interpersonal pada masa dewasa (Jones&Hartmann, 1988 dalam Desmita, 2006:211).

Erikson (Cremers, 1987:297) mengatakan pikiran remaja pada hakekatnya adalah pikiran moratorium, yaitu suatu tahap psikologis antara masa kanak-kanak dan masa dewasa dan antara moralitas yang dipelajari dan etika yang ingin dikembangkan oleh orang dewasa. Masa remaja menuju ke dewasa yaitu antara kenyataan dan harapan, maksudnya saat remaja yang dihadapkan pada kenyataan pada lingkungan sekitarnya dengan norma yang berlaku akan tetapi remaja masih menaruh harapan pada dirinya yang seringkali tak sejalan dengan norma masyarakat seiring dengan pencarian identitas dirinya.

Identity versus identity confusion adalah tahap ke-lima dari delapan tahap perkembangan Erikson, yang terjadi pada masa remaja saat tertarik untuk mengenal siapa dirinya, bagaimana dirinya dan kemana ia menuju dalam


(15)

kehidupannya. Remaja dalam membentuk identitas dirinya tak jarang bereksperimen dengan kebudayaan-kebudayaan yang ada di sekitarnya. Remaja yang berhasil mengatsi identitas-identitas yang saling bertentangan selama masa remaja akan muncul dengan suatu kepribadian baru yang menarik dan dapat diterima oleh masyarakat. Remaja yang tidak berhasil mengatasi krisis identitas

akan bingung dan menderita “kebingungan identitas” (identity confusion). Kebingungan ini muncul dalam satu dari dua pilihan : Individu menarik diri, memisahkan diri dari teman-teman sebaya dan keluarga atau mereka dapat kehilangan identitas mereka dalam kelompok.

Eksplorasi dan pembentukan identitas adalah tugas perkembangan utama selama masa remaja dan transisi ke masa dewasa (Erikson, 1959 dalam Agus Cremers, 1989). Mengembangkan identitas diri yang koheren dan realistis remaja sangat penting untuk keberhasilan transisi ke masa dewasa (Marcia, 1993). Hal ini terjadi karena bahwa untuk pertama kalinya perkembangan fisik, perkembangan kognitif dan perkembangan sosial menuju ke titik ketika individu dapat memilih-milih dan mensistesiskan identitas dan identifikasi masa kanak-kanak untuk membangun suatu jalan menuju kematangan orang dewasa. Resolusi identitas pada masa remaja tidak berarti bahwa identitas akan stabil sepanjang hidup seseorang. Seseorang yang mengembangkan identitas yang sehat akan bersikap fleksibel, adaptif dan terbuka terhadap perubahan-perubahan dalam masyarakat dalam relasi yang kuat. Namun sedikit yang diketahui tentang pembentukan identitas diri dan pertumbuhan selama periode kehidupan.


(16)

Identitas adalah gagasan kompleks keunikan pribadi seseorang yang terbentuk dari waktu ke waktu melalui berbagai proses psikologis dan sosial. Untuk teori pembentukan identitas Eriksonian (misalnya, Erikson, 1959; Marcia, 1993), kaum muda membentuk identitas mereka melalui proses yang terkait dengan eksplorasi dan komitmen. Pada remaja perkembangan yang sehat, mengeksplorasi berbagai identitas mungkin di seluruh domain yang berbeda fungsi.

Marcia (1993) mengetakan remaja telah mampu menilai kemampuan serta minatnya, mampu melihat peluang yang dapat mereka raih serta membuat komitmen terhadap pilihan hidup dikatakan sebagai remaja yang telah mencapai identitas diri. Remaja dituntut untuk dapat memperoleh informasi mengenai pribadinya dan keadaan social di sekitarnya. Hal ini diasumsikan bahwa sebelum membicarakan hal yang lain maka remaja dituntut untuk memahami diri sendiri.

Proses menuju pencarian identitas diri mencolok dari remaja pada umumnya adalah ingin melepaskan identifikasi diri dari identifikasi-identifikasi yang lama. Identifikasi berlebihan seorang remaja terhadap orangtua dan lingkungan dalam keluarga tak jarang menimbulkan keburukan pada pribadi dan penilaiannya terhadap individu-individu yang ada di sekitarnya. Selama fase remaja bentuk identifikasi lebih berupa peniruan, seperti bermain-main dan sering berganti-ganti. Identifikasi ini dilakukan oleh remaja atas dasar rasa nyaman dan memberikan sebuah kehangatan pada dirinya.

Seiring dengan semakin banyaknya aktivitas dari remaja maka membuat sifat dalam dirinya semakin ekspresif . Tidak jarang hal terbut menjadikan remaja


(17)

mengalami konflik batin, dan titik kritis yang akan timbul pada saat tertentu tanpa ada sebab dari luar. Interaksi yang terjadi dalam bentuk identitas ego adalah lebih daripada jumlah identitas-identitas pada masa kanak-kanak.

Pendekatan ego memiliki ciri khas yang lebih menekankan pada fungsi ego. Kegiatan pendekatan yang dilakukan pada umumnya bertujuan untuk memperkuat ego strength, yang berarti melatih kekuatan ego individu Seringkali orang yang bermasalah adalah orang yang memiliki ego yang lemah. Tujuan pendekatan ego adalah melakukan perubahan-perubahan pada diri individu sehingga terbentuk coping behavior yang dikehendaki dan dapat terbina agar ego individu menjadi lebih kuat. Ego yang baik adalah ego yang kuat, yaitu yang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan dimana individu berada. Marcia (2003) mengatakan identitas ego dapat mempertahankan suatu gaya individualitas, namun kesamaan batiniah dengan diri sendiri dengan gaya hidup pribadinya yang unik harus diterima dan ditengahkan oleh orang lain dan masyarakat. Identitas ego merupakan kadaan individu yang telah memiliki komitmen dengan dirinya, sehingga dalam pencarian identitas diri individu perlu mengembangkan identitas pribadi menjadi identitas ego.

Hasil penelitian Prastiwi Yunita (2010) terhadap remaja di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kutoarjo adalah identitas diri dipengaruhi oleh pola asuh orang tua yaitu sebesar 0,273%. Sebesar 72,7% dipengaruhi oleh faktor-faktor yang tidak diungkap dalam penelitian ini, misalnya kelekatan pada peer group dan pertahanan ego dalam diri remaja.


(18)

Individu yang memiliki identitas diri yang positif dapat menjadi individu yang kokoh dengan batinnya yang unik dan dapat diterima oleh masyarakat. Individu dalam penelitian ini dibatasi kepada mahasiswa baru yang masih membutuhkan orientasi mengenai diri dan lingkungannya yang baru. Mahasiswa merupakan social agent dan agent of change. Mahasiswa merupakan punggung masyarakat dan pelopor perubahan, dan menjadikan pencari identitas diri mahasiswa baru perlu diperhatikan mengingat menururt Erikson pada tahap perkembangannya mahasiswa baru berada pada fase remaja akhir yaitu 17-18 tahun (Jauntika, 2006:103).

Hasil penelitian Endeh Azizah (1999) menunjukkan bahwa ada hubungan antara pelaksanaan bimbingan konseling dengan eksplorasi dan komitmen remaja akhir dalam perencanaanidemtitas diri. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa dibutuhkan bimbingan pribadi yang dilaksanakan di universitas untuk memberikan kesempatan kepada remaja akhir untuk melakukan eksplorasi dan komitmen dalam pencarian identitas diri mahasiswa. Menurut Winkel &Sri Hastuti (2006: 118-119) bimbingan pribadi berarti bimbingan dalam memahami keadaan batinnya sendiri dan mengatasi berbagai pergumulan dalam batinnya sendiri, dalam mengatur diri sendiri dibidang kerohanian, perawatan jasmani, pengisian waktu luang, penyaluran nafsu seksual dan sebagainya. Menurut Syamsu Yusuf & Achmad Juntika Nurihsan (2010: 11) Bimbingan pribadi diarahkan untuk memantapkan kepribadian dan mengembangkan kemampuan individu dalam menangani masalah-masalah dirinya. Bimbingan ini merupakan layanan yang mengarah pada pencapain pribadi yang seimbang dengan


(19)

memperhatikan keunikan karakteristik pribadi serta ragam permasalahan yang dialami oleh individu.

Melihat fenomena remaja akhir yang masih kebingungan akan menentukan identitas dirinya, terutama pada mahasiswa baru membangkitkan kembali tujuan pendidikan untuk mempersiapkan siswa menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik atau tenaga profesional yang dapat menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Pendidikan harus memberikan dampak positif bagi kehidupan masyarakat dan kebudayaan nasional (Depdikbud, 1992:149). Pernyataan tersebut menyiratkan arti pendidikan yang merupakan unsur penting dalam membangun masyarakat, kebudayaan dan perkembangan bangsa. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang – Undang RI No. 20 Th 2003 Bab 2 Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional diamanatkan sebagai berikut

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Mewujudkan tujuan pendidikan tidak hanya dilakukan oleh guru-guru yang mengajar bidang studi tertentu, dilakukan juga oleh konselor atau guru pembimbing dalam jalur pendidikan formal tidak terkecuali di Perguruan Tinggi baik negeri atau swasta. Adapun tujuan Bimbingan dan Konseling pada mahasiswa antara lain: (a) membantu manusia muda untuk dapat mengatur hidupnya sendiri; (b) mengembangkan kepribadiannya sesuai dengan


(20)

potensi-potensi yang dimilikinya; (c) mengintegrasikan studinya dalam pola kehidupan; (d) Merencanakan masa depannya dengan mengingat situasi hidupnya yang konkrit; (e) menolong memperlancar dan meningkatkan efisiensi dari proses pendidikan; (f) membantu pengenalan diri sendiri dalam pemilihan bidang pekerjaan maupun jurusan studi, dan lain-lain (Joko Purwanto, 2011). Bimbingan dan konseling di perguruan tinggi masih sangat jarang difungsikan, kebanyakan mahasiswa tidak mengetahui tempat untuk konsultasi dengan konselor-konselor yang ada di Perguruan Tinggi. Akibatnya mahasiswa kebingungan terutama mahasiswa baru yang masih memerlukan bimbingan lebih dari mahasiswa lainnya. Bagi mahasiwa baru, dunia kampus dan perkuliahan dengan segala tata cara pelaksanaan dan sistem aturan pengajaran merupakan sbuah hal baru yang amat berbeda dengan masa sekolah/SMA. Hal ini tentunya menjadi sebuah hal baru yang sekaligus membingungkan. Diperlukan treatment atau layanan khusus.

Seiring dengan hasil penelitian Endeh Azizah (1999) yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara pelaksanaan bimbingan dengan eksplorasi dan komitmen remaja akhir dalam perencanaan dan putusan hidup. Dibuktikan dengan hasil pencapaian dalam olah instrumen matang (25,83%), kurang matang (48,33%) dan tidak matang (25,83%). Data yang diperoleh menunjukkan bahwa bimbingan yang dilaksanakan di institusi formal kurang memberikan kesempatan kepada remaja akhir untuk melakukan eksplorasi dan komitmen dalam perencanaan dan putusan hidup sehingga sebagian besar remaja akhir memiliki taraf eksplorasi dan komitmen yag rendah.


(21)

Bimbingan pribadi dengan pendekatan perkembangan ego membantu menguatkan ego pada kehidupan remaja khususnya mahasiswa baru yang sedang mencari identitas diri. Sesuai dengan perbedaan orientasi prestasi dan sosial, maka identitas diri dipertaruhkan seiring dengan bergesernya nilai-nilai yang ada saat ini. Asumsinya dengan memiliki ego yang kuat maka mahasiswa akan dengan mudah mencapai identitas dirinya agar menjadi individu yang berhasil bagi dirinya juga dapat diterima oleh lingkungan sekitarnya. Dengan demikian Perguruan Tinggi memerlukan “Program Bimbingan Pribadi untk Meningkatkan Identitas Diri Mahasiswa”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian “Program Bimbingan Pribadi untuk Mengembangkan Identitas Diri Mahasiswa ” merumuskan masalah penelitian secara umum “Bagaimana program bimbingan pribadi untuk mengembangkan identitas diri mahasiswa?”

Secara khusus dapat dirumuskan sebagai berikut :

1 Seperti apakah profil identitas diri mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi FPIPS UPI tahun Akademik 2012/2013?

2 Bagaimana rumusan program hipotetik bimbingan pribadi untuk mengembangkan identitas diri mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi FPIPS UPI tahun Akademik 2012/2013?


(22)

3 Bagaimana gambaran efektivitas program bimbingan pribadi untuk mengembangkan identitas diri mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi FPIPS UPI tahun Akademik 2012/2013?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian adalah memperoleh program bimbingan pribadi untuk mengembangkan identitas diri mahasiswa.

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :

1. Memperoleh profil identitas diri mahasiswa PProgram Studi Pendidikan Sosiologi FPIPS UPI tahun Akademik 2012/2013

2. Memperoleh rumusan program hipotetik bimbingan untuk mengembangkan identitas diri mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi FPIPS UPI tahun Akademik 2012/2013 menurut pakar dan praktisi.

3. Menghasilkan program bimbingan pribadi yang efektif untuk mengembangkan identitas diri mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi FPIPS UPI tahun Akademik 2012/2013.

D. Penjelasan Istilah 1. Identitas Diri

Identitas diri dalam penelitian ini mengadaptasi pada pengertian identitas diri yang dikembangkan oleh beberapa tokoh, yang memiliki pengertian sebagai berikut.


(23)

Josselson (Desmita. 2002) proses pencarian identitas diri adalah proses dimana seorang remaja mengembangkan suatu identitas personal yang unik, yang berbeda dan terpisah dari orang lain.

Marcia (1993) mengembangkan suatu teori berdasarkan ide-ide Erik Erikson yaitu pencapaian identitas diri yang sukses dapat dilihat dari komitmen yang telah dibuatnya, khususnya dalam pekerjaan dan hubungan antar pribadi. Tugas pencarian identitas telah mempunyai akar-akar pada masa anak-anak namun pada masa remaja menerima dimensi-dimensi baru karena berhadapan dengan perubahan-perubahan fisik, kognitif dan relasional. Proses pencapaian identitas diri tergantung pada keadaan masyarakat dimana ia tinggal, sehingga kemudian masyarakat mengenalnya sebagai individu yang telah menjadi dirinya sendiri dengan caranya sendiri (Erikson, dalam Marcia,1993). Identitas diri mencakup vocational choice, religious beliefs, political ideology, gender-role dan sexual expression. Aspek-aspek yang ada dalam identitas yaitu (1) aspek struktural, (2) aspek fenomenologis dan (3)aspek perilaku.

Menganut peham Erikson, James Marcia mengartikan status identitas ke dalam empat tahapan yaitu (1) identity diffusion, (2) identity forclosure, (3) identity moratorium, dan (4) identity achieved. Status-status ini berlaku untuk hubungan individu dengan komitmennya pada karir, sistem nilai pribadi, sikap dengan lawan jenis dan religi

Anita E. Wolfolk (Yusuf. 2001:71), identity sebagai suatu pengorganisasian dorongan-dorongan (drive), kemampuan (abilities), keyakinan (beliefs), dan pengalaman individu dalam citra diri (image of self) yang konsisten.


(24)

Identitas diri merupakan pencarian remaja atas jawaban dari pertanyaan

“Apa yang bisa saya lakukan?” dan “Apa yang harus saya lakukan?”, pada

akhirnya sebagai gambaran jelas dan stabil atas tujuan seseorang dalam hal ini berupa minat dan bakat. (Botha dan Ackeman dalam Cremers,1989:227).

Pengertian Josselson lebih menekankan pada perubahan diri tapi tidak terlalu cenderung pada keadaan individu lainnya yang berada di sekitar. Keunikan diri yang sejatinya berbeda antar individu mengalihkan keadaan sosial individu lainnya dengan asumsi setiap orang memiliki pola piker yang berbeda.

Pengertian Wolfolk tidak berbeda jauh dengan yang dikembangkan oleh Erikson, bahwa pengalaman individu pada masa kanak-kanak akan sangat mempengaruhi identitas dirinya. Keyakinan dan kemampuan individu memberikan satu kontribusi bagi identitas diri individu, karena pada hakekatnya kemampuan yang dikembangkan dalam diri akan berbuah keyakinan untuk dapat melakukan segala sesuatu dalam hidupnya.

Berbeda dengan Josselson Erikson mengembangkan dimensi social dalam pencarian identitas diri pada remaja. Ide-ide yang digagas oleh Erikson dan Marcia pada hakekatnya tidak penuh dengan perbedaan, identitas diri merupakan sebuah pencapaian komitmen diri individu yang prosesnya ditempuh pada tahap remaja akhir.

Berdasarkan definisi-definisi identitas diri para ahli, maka dapat disimpulkan identitas diri adalah gambaran ciri-ciri pribadi berdasarkan pandangan diri sendiri dan orang lain terhadap aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan. Aspek pengetahuan meliputi pengalaman masa lalu, keyakinan


(25)

terhadap pilihan, pemahaman kelebihan dan kelemahan diri, pertimbangan konsekuensi pilihan-pilihan, tujuan yang ingin dicapai, harapan, nilai-nilai kehidupan, kesadaran akan perilaku diri dan orang lain. Aspek sikap meliputi dorongan-dorongan, perasaan subjektif individu tetrhadap diri, penghargaan terhadap diri dan orang lain, keterlibatan dalam sebuah komunitas dan taat pada norma yang berlaku. Aspek keterampilan meliputi interaksi dengan lingkungan sosial, kemampuan berbahasa dan mengelola emosi.

Pencapaian identitas diri dalam penelitian ini akan digolongkan menurut kriteri status identitas yang dikembangkan oleh Marcia yaitu sebagai berikut.

Tabel 1.1

Status Identitas Marcia (Santrock,1995:59 ) No Status Identitas Posisi dalam ideologi

Krisis Komitmen 1. Identity diffusion Tidak ada Tidak ada 2. Identity forclosure Tidak ada Ada 3. Identity moratorium Ada Tidak ada

4. Identity achieved Ada Ada

2. Program Bimbingan Pribadi

Program bimbingan pribadi merupakan bagian dari program bimbingan dan konseling. Penegmbangan pribadi yang bertujuan memberikan kesempatan kepada individu untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sendiri dengan kebutuhan, bakat dan minat setiap individu sesuai dengan kondisi sekolah atau institusi pendidikan. Kegiatan program bimbingan pribadi difasilitasi oleh konselor, guru atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler.


(26)

Kegiatan pengembangan pribadi dilakukan melalui kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling yang berkenaan dengan masalah diri atau pribadi. Program pribadi berdasarkan pendekatan perkembangan ego menitikberatkan pada ego strength yang dimiliki oleh individu (Erikson dalam Cremers,1989:132). Beberapa aturan program bimbingan pribadi terkait dengan proses pendekatan perkembangan ego Erikson (Cremers,1989:197) yaitu:

1. Proses harus bertitik tolak dari proses kesadaran. 2. Proses bertitik tolak dari asas kekinian.

3. Proses lebih ditekankan pada pembahasan secara rasional. 4. Proses harus dilakukan secara profesional.

5. Proses hendaklah tidak berusaha mengorganisir keseluruhan kepribadian individu, melainkan hanya pada pola-pola tingkah laku salah suai saja.

Pendekatan perkembangan ego lebih menekankan pada fungsi ego, yaitu dengan menonjolkan ego strength (kekuatan ego). Individu yang memiliki ego yang kuat akan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan membina hubungan sosial yang harmonis bersama orang lain. Dalam perkembangan individu Erikson membaginya menjadi perkembangan yang sukses dan perkembangan yang gagal pada setiap tahap perkembangan.

Pelaksanaan program bimbingan pribadi berdasarkan pendekatan perkembangan ego memiliki prinsip menguatkan ego dengan mengubah eo yang dimiliki individu. Menurut perkembangan kepribadian Erikson (Alwiso,2009:106) tahapan perubahan ego dibagi atas empat tahapan sebagai berikut.


(27)

2. Pertumbuhan ego yang normal adalah dengan berkembangnya keterampilan anak dalam berkomunikasi. Karena melalui komunikasi individu dapat mengukur dan menilai tingkah lakunya berdasarkan reaksi dari orang lain. 3. Perkembangan bahasa juga menambah keterampilan individu untuk

membedakan suatu objek dalam lingkungan dengan bahasa individu mampu berkomunikasi dengan orang lain.

4. Kepribadian individu berkembang terus menerus melalui proses hubungan dirinya dengan dunia luar atau lingkungannya (adanya keterkaitan antara hubungan yang satu dengan yang lain).

Program bimbingan pribadi dalam penelitian ini adalah proses merancang kegiatan bimbingan yang tepat dan terpadu untuk membantu mahasiswa dalam meningkatkan tugas-tugas perkembangan pribadi sesuai dengan tuntutan kurikulum, dorongan individu, dan harapan sosial-kultural lingkungan sekitarnya.. Dasar pengembangan program bimbingan mengacu pada data profil identitas diri mahasiswa. Ruang lingkup program yang dirancang meliputi:

Program Bimbingan Pribadi dalam penelitian ini mengacu pada Pendekatan Perkembangan Ego untuk meningkatkan Identitas Diri Mahasiswa. Perkembangan ego Erikson menjadi dasar teori dalam mengembangkan program dengan menjadikan profil mahasiswa yang dikategorikan dalam Status Identitas Marcia sebagai dasar kebutuhan pembuatan program. Adapaun struktur program sebagai berikut.

1. Orientasi Program yaitu landasan pembuatan program pemelitian yang mengacu pada teori Erik Erikson sebagai pedoman utama.


(28)

2. Rasional dan Asumsi Program menjelaskan mengenai pandangan Erikson terhadap manusia khususnya dalam mengembangkan identitas diri yang menitikberatkan pada ego remaja.

3. Tujuan program yaitu menerapkan pendekatan perkembangan ego Erikson untuk mengembangkan Identitas Diri mahasiswa.

4. Peran konselor yaitu menjabarkan tugas-tugas konselor dalam melaksanakan program pribadi dari mulai persiapan, pelaksanaan dan evaluasi program. 5. Kompetensi konselor yaitu menjelaskan kemampuan-kemampuan konselor

dalam melaksanakan program bimbingan pribadi dalam penelitian ini.

6. Struktur dan tahapan program yaitu menjelaskan dengan rinci tahapan, tujuan, deskripsi kegiatan, dan system penunjang pelaksanaan program . 7. Evaluasi program yaitu mecakup evaluasi proses dan hasil.

8. Indikator pencapaian pelaksanaan program bimbingan pribadi dalam mengembangkan identitas diri mahasiswa

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini, yaitu :

1. Bagi pihak Perguruan Tinggi yaitu Dosen konselor Perguruan Tinggi, Dosen pembimbing akademik, dan pihak UPT (Unit Pelaksana Teknis), hasil penelitian diharapkan dapat digunakan pihak PT untuk menngembangkan identitas diri mahasiswa sesuai dengan kebutuhan yang dimiliki mahasiswa di Perguruan Tinggi .


(29)

2. Bagi calon konselor, kegiatan penelitian ini dapat menjadikan rekomendasi dalam membuat sebuah program bimbingan yang difokuskan pada bidang pribadi untuk meningkatkan identitas diri di Perguruan Tinggi.

3. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan tolak ukur dan referensi untuk melakukan penelitian dengan tema sama dan mengembangkan penelitian ini menjadi penelitian eksperimen dengan menggunakan salah satu teknik konseling untuk meningkatkan identitas diri mahasiswa di Perguruan Tinggi.

F.

Metode penelitian

Tujuan akhir penelitian ini adalah tersusunnya program bimbingan karir yang efektif untuk meningkatkan identitas karir peserta didik. Sesuai dengan fokus, permasalahan, dan tujuan penelitian, pendekatan penelitian ini menggunakan rancangan penelitian pengembangan Research and development. Penelitian pengembangan diarahkan sebagai a process used to develop and validate educational product (Borg dan Gall, 1989). Produk dimaksud adalah program bimbingan karir yang secara empirik efektif untuk meningkatkanidentitas karir peserta didik.

Menurut Borg dan Gall (1989), langkah-langkah yang seyogianya ditempuh dalam penelitian pengembangan meliputi : (1) studi pendahuluan, (2) perencanaan, (3) pengembangan model hipotetik, (4) penelaahan model hipotetik, (5) revisi, (6) uji coba terbatas, (7) revisi hasil uji coba, (8) uji coba lebih luas, (9) revisi model akhir, dan (10) diseminasi dan sosialisasi.


(30)

Uji coba lebih luas program ini menggunakan metode penelitian yang digunakan yaitu eksperimen kuasi, dengan desain pra tes-pasca tes satu kelompok atau One Group Pretest-Postest Design. Desain penelitian eksperimen kuasi, kelompok tidak diambil secara acak, juga tidak ada kelompok pembanding, tetapi diberi tes awal dan tes akhir disamping perlakuan.


(31)

G. Alur Penelitian

Bagan 1.1

Alur Penelitian Program Bimbingan Pribadi untuk Meningkatkan Perumusan Masalah

Studi Literatur Bimbingan Pribadi dan Identitas Diri

Penyusunan Instrumen Identitas Diri Mahasiswa

Penyusunan Program Teoretik Bimbingan Pribadi

untuk Mengembangkan Identitas Diri Mahasiswa

Validasi, Uji Coba, Revisi Instrumen Identitas Diri

Tes Awal (Pre Test)

Uji coba terbatas Program Bimbingan Pribadi terhadap Mahasiswa Jurusan Bahasa Jerman

Hipotetik Program Bimbingan Pribadi untuk Mengmbangkan Identitas

Diri Mahasiswa

Tes Akhir (Post Test)

Pengolahan dan analisis data

Hasil Penelitian dan Pembahasan Kesimpulan dan Rekomendasi Studi Pendahuluan Profil awal Identitas Diri Mahasiswa Penyebaran instrumen identitas diri mahasiswa

Uji coba Program Bimbingan Pribadi terhadap Mahasiswa Program Studi Pend.

Sosiologi Validasi Program Bimbingan Pribadi pada

pakar dan praktisi Bimbingan dan Konseling

Pengolahan data Program Bimbingan Pribadi tuntuk Mengembangkan Identitas Diri Mahasiswa


(32)

BAB III

METOE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Tujuan akhir penelitian ini adalah tersusunnya program bimbingan karir yang efektif untuk meningkatkan identitas karir peserta didik. Sesuai dengan fokus, permasalahan, dan tujuan penelitian, pendekatan adalah pengembangan Research and development. Penelitian dan pengembangan diarahkan sebagai a process used to develop and validate educational product (Borg dan Gall, 2003). Produk dimaksud adalah Program Bimbingan Pribadi Berdasarkan Pendekatan Perkembangan Ego yang secara empirik efektif untuk mengembangkan identitas diri mahasiswa.

Menurut Borg dan Gall (2003), langkah-langkah yang seyogianya ditempuh dalam penelitian pengembangan meliputi : (1) studi pendahuluan, (2) perencanaan instrumen penelitian, (3) pengembangan program hipotetik, (4) pengolahan dan penelaahan program hipotetik, (5) revisi program, (6) uji coba terbatas, (7) hasil uji coba, (8) uji coba lapangan program, (9) revisi program akhir, dan (10) diseminasi dan sosialisasi.


(33)

Adapun desain penelitiannya dapat digambarkan sebagai berikut.

Bagan 3.1

Alur Penelitan Program Bimbingan Pribadi untuk Mengembangkan Tahap III

Pengambangan program hipotetik bimbingan pribadi

untuk mengembangkan identitas diri mahasiswa. Tahap II

Mengembangkan instrumen identitas diri

mahasiswa Tahap I

Perumusan latar belakang dan masalah

penelitian

Tahap VI

Uji coba terbatas terhadap mahasiswa Pend. Bahasa Jerman Tahap IV Pengolahan dan penelaahan program hasil judgment Tahap V Program bimbingan pribadi hipotetik yang

layak menurut pakar dan praktisi bimbingan

dan konseling.

Tahap VII

Program hipotetik bimbingan pribadi yang layak sesuai dengan hasil

uji coba terbatas. Tahap VIII

Uji coba program bimbingan pribadi terhadap

mahasiswa Program Studi Pend. Sosiologi Tahap X Pelaporan hasil pelaksanaan program bimbingan pribadi Tahap IX

Program bimbingan pribadi untuk mengembangkan identitas diri mahasiswa.


(34)

Uji coba program ini menggunakan metode eksperimen kuasi. Desain penelitian eksperimen kuasi, kelompok tidak diambil secara acak, juga tidak ada kelompok pembanding, tetapi diberi tes awal dan tes akhir di samping perlakuan. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen agar tujuan penelitian dapat tercapai yakni menguji efektivitas program bimbingan pribadi berdasarkan pendekatan perkembangan ego untuk mengembangkan identitas diri mahasiswa tahun akademik 2012/2013. Karakteristik metode kuasi eksperimen yakni tidak ada penugasan random (random assigment), juga mempermudah dalam pemilihan subjek penelitian yakni berdasarkan kelas yang sudah ada.

Desain penelitian yang digunakan adalah one group pretest-posttest design (Hepner et al., 2008:183). Adapun desain penelitiannya dapat digambarkan sebagai berikut:

O1 X O2 Keterangan:

X = O1 = O2 =

Perlakuan dengan program bimbingan pribadi berdasarkan pendekatan perkembangan ego

Pengungkapan awal kondisi mahasiswa dengan menggunakan instrumen identitas diri mahasiswa

Pengungkapan akhir kondisi mahasiswa dengan menggunakan instrumen identitas diri mahasiswa

Desain penelitian yang digunakan adalah salah jenis dari Nonequivalent groups design yakni menggunakan one group pretest-posttest design (Hepner et al., 2008:183).


(35)

B. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi

Lokasi penelitian dilakukan di Universitas Pendidikan Indonesia-Fakultas Pendidikan Ilmu Pngetahuan Sosial-Jurusan Pendidikan Sosiologi bertempat di Kota Bandung Provinsi Jawa Barat. Alasan pemilihan tempat penelitian yaitu: (1) mudah dalam hal pengawasan; dan (2) Belum ada penelitian sejenis yang dilakukan di lokasi tersebut.

2. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS) Universitas Pendidikan Indonesia. Karakteristik mahasiswa yang menjadi populasi penelitian adalah sebagai berikut.

a. Usia mahasiswa 17-19 tahun dalam lingkup psikologi perkembangan individu pada saat ini memasuki masa remaja akhir, diutamakan pada mahasiswa tingkat pertama (angkatan 2012).

b. Mahasiswa terdaftar kuliah di Universitas Pendidikan Indonesia - Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial - Jurusan Pendidikan Sosiologi (tidak sedang mengambil cuti),

c. Jumlah mahasiswa Jurusan Pendidikan Sosiologi angkatan 2012 adalah 81 mahasiswa yang dibagi menjadi 2 kelas, kelas A 41 orang dan kelas B 40 orang. Klasifikasi jenis kelamin 52 orang perempuan dan 29 orang laki-laki.


(36)

3. Sampel

Sampel merupakan sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto, 1993:104). Sampel ditentukan untuk memperoleh informasi tentang obyek penelitian dengan mengambil representasi populasi yang diprediksikan terhadap seluruh populasi. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu cara mengambil sampel yang didasarkan atas adanya tujuan tertentu, dan berbagai pertimbangan peneliti (Arikunto, 2022:117).

Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampeingl ditentukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.

a. Menyebarkan instrumen identitas diri mahasiswa terhadap 81 orang mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi angkatan 2012 yang terdiri dari 2 kelas.

b. Mengambil mahasiswa yang termasuk pada kategori pencabutan identitas dan penundaan identitas, maksimal 40 orang.

Langkah pengambilan sampel tersebut dimaksud agar dapat menyaring mahasiswa yang memiliki kategori identitas dari penyebaran identitas, pencabutan identitas dan penundaan identitas. Tujuan pengambilan sampel dengan teknik purposive untuk digunakan dalam eksperimen Program Bimbingan Pribadi.

C. Pengembangan Instrumen 1. Definisi Identitas Diri

Erikson menyebutkan istilah identitas diri sebagai gambaran konsep diri yang bermakna, merangkum semua pengalaman berharga di masa lalu, realitas


(37)

kekinian yang terjadi termasuk juga aktivitas yang dilakukan sekarang serta harapan di masa yang akan datang menjadi sebuah kesatuan gambaran tentang „diri‟ yang utuh, berkesinambungan dan unik (Muus, 1996:60). Erikson mengartikan istilah identitas diri adalah sebuah kondisi psikologis secara keseluruhan yang membuat individu menerima dirinya, memiliki orientasi dan tujuan dalam mengarahkan hidupnya serta keyakinan internal dalam mempertimbangkan berbagai hal.

Pengertian identitas diri yang diungkapkan Erikson sangat komprehensif dan mewakili semua pandangan ahli yang mengemukakan mengenai pengertian identitas diri. Erikson memandang identitas diri sebagai gambaran tentang diri yang utuh, yaitu individu yang dapat memandang tidak dalam satu perspektif saja, tapi menyeluruh artinya individu dapat memaknai dengan baik pengalaman masa lalunya dan dapat mengarahkan tujuan hidupnya di masa depan dengan keyakinan internal yang dimiliki indiviud untuk mempertimbangkan berbagai hal dalam hidupnya. Sehingga individu dapat menyesuaikan diri tidak hanya dengan diri sendiri tapi juga dengan lingkungan sosialnya.

Marcia (1993) mengemukakan identitas diri yang sukses dapat dilihat dari komitmen yang telah dibuatnya, khususnya dalam pekerjaan dan hubungan antar pribadi. Tugas pencarian identitas telah mempunyai akar-akar pada masa anak-anak namun pada masa remaja menerima dimensi-dimensi baru karena berhadapan dengan perubahan-perubahan fisik, kognitif dan relasional. Proses pencapaian identitas diri tergantung pada keadaan masyarakat dimana ia tinggal, sehingga kemudian masyarakat mengenalnya sebagai individu yang telah menjadi


(38)

dirinya sendiri dengan caranya sendiri (Erikson, dalam Marcia,1993). Identitas diri mencakup vocational choice, religious beliefs, political ideology, gender-role dan sexual expression. Aspek-aspek yang ada dalam identitas yaitu (1) Aspek struktural, (2) Aspek fenomenologis dan (3) Aspek perilaku.

Identitas diri individu dapat dilihat berhasil atau tidak dari sebuah komitmen yang dimiliki. Komitmen yang dimaksud mencakup diri, pekerjaan dan kehidupan social individu. Komitmen dijalin oleh individu betujuan untuk mengarahkan individu dalam membuat sebuah keputusan yang mengacu pada kesukaan, kegemaran atau sangat mencerminkan dirinya. Menurut Erikson identitas diri telah ada semenjak masa kanak-kanak, kemudian di masa remaja individu menemukan dan menerima dimensi-dimensi baik fisik, kognitif dan relasional dari lingkungan sosialnya. Aspek fisik dalam pencarian identitas diri dapat diartikan sebagai identifikasi individu terhadap sesuatu yang menempel pada individu sehingga dapat dilihat oleh individu lainnya. Aspek fisik mencakup penampilan seperti gaya berpakaian dan gaya berkomunikasi. aspek lainnya yang muncul pada masa remaja adalah aspek kognitif dapat diartikan sebagai pengetahuan individu tentang diri mencakup pengetahuan tentang diri sendiri seperti kekuatan dan kelemahan diri, kegemaran akan sesuatu, pengalaman masa lalu, tujuan yang mengarah pada kehidupan selanjutnya bersifat jangka panjang. Aspek relasional adalah hubungan individu dengan lingkungan sosialnya mencakup ketaatan perilaku individu pada norma yang berlaku dan cara menyikapi sesuatu seperti pengelolaan emosi. Mencapai sebuah identitas diri sangat tergantung pada dimana masyarakat tinggal menurut Erikson, sehingga


(39)

identitas diri dapat mengarahkan individu menjadi dirinya sendiri dan dengan caranya sendiri sesuai keunikan masing-masing. Identitas dii ditandai dengan penerimaan masyarakat pada individu, karena pada dasarnya orang lain yang akan menilai perilaku individu yang terlihat dari identitas diri yang dimunculkan.

Josselson (Desmita. 2002) mengartikan identitas diri adalah suatu gambaran personal yang unik, yang berbeda dan terpisah dari orang lain. Pengertian Josselson lebih menekankan pada perubahan diri dan cenderung tidak menjelaskan mengenai keadaan individu lainnya yang berada di sekitar remaja. Keunikan diri yang sejatinya berbeda antar individu mengalihkan keadaan sosial individu lainnya dengan asumsi setiap orang memiliki pola pikir yang berbeda.

Berbeda dengan Josselson, Erikson mengembangkan dimensi sosial dalam pencarian identitas diri pada remaja. Ide-ide yang digagas oleh Erikson dan Marcia pada hakekatnya tidak berbeda, identitas diri merupakan sebuah pencapaian komitmen diri individu yang prosesnya ditempuh pada tahap remaja akhir.

Anita E. Wolfolk (Syamsu Yusuf. 2001:71), menyebutkan istilah identitas diri sebagai suatu pengorganisasian dorongan-dorongan (drive), kemampuan (abilities), keyakinan (beliefs), dan pengalaman individu dalam citra diri (image of self) yang konsisten. Pengertian Wolfolk cenderung sejalan dengan yang dikembangkan oleh Erikson, bahwa pengalaman individu pada masa kanak-kanak akan sangat mempengaruhi identitas dirinya. Keyakinan dan kemampuan individu memberikan satu kontribusi bagi identitas diri individu, karena pada hakekatnya


(40)

kemampuan yang dikembangkan dalam diri akan menjadi keyakinan untuk dapat melakukan segala sesuatu dalam hidupnya.

Pengorganisasian diartikan sebagai suatu struktur atas pengelompokkan terdiri dari unit-unit yang berfungsi secara saling berkaitan, sedemikian rupa sehingga tersusun suatu kesatuan terpadu. Dorongan yang dimaksud adalah kecenderungan terarah pada tujuan dari suatu organism, didasarkan pada suatu perubahan dalam proses-proses organis. Dorongan dapat dibangkitkan jika mengalami kondisi bahaya yang bisa menimbulkan rasa sakit atau penderitaan. Tingkah laku yang ditimbulkan adalah menjauh atau menghindar dari kesakitan dan kerugian dari diri individu. Dimensi keuda adalah kemampuan yaitu kecakapan,ketangkasan, bakat dan kesanggupana atau daya untuk melakukn perubahan. Keyakinan merupakan sistem harapan dan pertimbangan nilai yang dipaka individu untuk menghadapi lingkungannya.

Identitas diri merupakan pencapaian remaja atas jawaban dari pertanyaan “Apa yang bisa saya lakukan?” dan “Apa yang harus saya lakukan?”, pada akhirnya sebagai gambaran jelas dan stabil atas tujuan seseorang dalam hal ini berupa minat dan bakat. (Botha dan Ackeman dalam Cremers,1989:227).

Definisi identitas diri yang dikembangkan oleh Botha dan Ackeman pada dasarnya tidak berbeda jauh dengan yang dikemukakan oleh Anita E. Wolfolk, remaja yang mencapai citra diri karena pertanyaan-pertanyaan yang dibuatnya dalam rangka memuaskan kebutuhannya dalam menemukan dirinya. Pertanyaan “Apa yang bisa dan harus saya lakukan?” adalah pertanyaan yang mewakili remaja akan rasa ingin tahu mengenai kemampuan (abilities) berupa minat dan


(41)

bakat yang dimiliki remaja. Minat diartikan sebagai pendorong yang memaksa seseorang menaruh perhatian pada orang situasi atau aktifitas tertentu. Bakat dalam definisi identitas diri diartikan sebagai kualitas yang dimiliki oleh semua orang dalam tingkat yang beragam. Berarti saat remaja memilih dan menentukan minat dan bakatnya, remaja telah menjawab pertanyaan “Apa yang bisa aku lakukan?”, sedangkan untuk menyeimbangkan remaja dengan lingkungan sosialnya remaja perlu menjawab pertanyaan “Apa yang harus aku lakukan?”, sehingga remaja dapat memiliki minat dan bakat yang dapat diterima oleh norma yang berlaku di masyarakat.

Menurut Waterman (1984), identitas diri berarti gambaran diri yang jelas meliputi sejumlah tujuan yang ingin dicapai, nilai, dan kepercayaan yang dipilih oleh individu tersebut. Komitmen-komitmen ini meningkat sepanjang waktu dan telah dibuat karena tujuan, nilai dan kepercayaan yang ingin dicapai dinilai penting untuk memberikan arah, tujuan dan makna pada hidup

Aspek-aspek identitas diri yang dirumuskan oleh Waterman tersebut menekankan hal tidak jauh berbeda dengan yang dikemukakan oleh ahli lain. Terlihat berbeda dikarenakan bahasa yang digunakan oleh Waterman yang lebih menekankan pada istilah-istilah baku yang lebih mudah dikenali, seperti tujuan yang ingin dicapai individu, kepercayaa (belief) dan nilai yang diartikan sebagai norma yang berlaku di masyarakat, maka individu dinilai dari ketaatannya terhadap norma yang berlaku.

Menurut Atkinson (1996:139) identitas diri mencakup proses menentukan keputusan apa yang penting dan patut dikerjakan serta merumuskan


(42)

standar tindakan dalam mengevaluasi perilaku dirinya dan perilaku orang lain, termasuk di dalamnya perasaan harga diri dan kompetensi diri. Menurut definisi ini identitas diri merupakan suatu mekanisme internal yang mampu menyediakan kerangka pikir untuk mengarahkan seseorang dalam menilai dirinya sendiri dan orang lain serta menunjukkan perilaku yang perlu dilakukan atau tidak dilakukan dalam kehidupan.

Istilah identitas diri dalam lingkup psikologi perkembangan menurut Grotevant (1998:119) biasanya merujuk pada dua pengertian utama : pertama, identitas diri digunakan untuk menjelaskan perpaduan antara karakteristik kepribadian dan gaya sosial yang digunakan seseorang untuk menjelaskan dirinya serta bagaimana orang lain mengakui dirinya. Identitas diri menghubungkan antara kepribadian dalam konteks rentang waktu, pengalaman dan situasional. Pengertian kedua merujuk pada perasaan subjektif dari kepribadian seseorang secara keseluruhan dan kesinambungan sepanjang kehidupan. Jadi pengertian identitas diri terdiri dari beberapa konsep yang mencakup interaksi antara kepribadian individu, hubungan sosial, kesadaran subjektif, dan konteks eksternal.

Fearon (1999) menyimpulkan tiga pengertian dasar yang sering digunakan oleh para ahli dalam mendefinisikan identitas diri, yaitu :

a. Keanggotan dalam sebuah komunitas yang menyebabkan seseorang merasa terlibat, termotivasi, berkomitmen dan menjadikannya rujukan atau pertimbangan dalam memilih dan memutuskan sesuatu berdasarkan hal yang normatif. Terbentuknya identitas diri pada dasarnya dipengaruhi secara intensif oleh interaksi ssorang dengan lingkungan sosial. Identitas diri yang


(43)

digunakan seseorang untuk menjelaskan tentang diri biasanya juga berisikan identitas sosial.

b. Identitas diri juga merujuk pada konsep abstrak dan relatif jangka panjang yang ada dalam pikiran seseorang tentang siapa dirinya, menunjukkan eksistensi dan keberhargaan serta membuat dirinya menjadi “seseorang”. Karena itu identitas diri biasanya juga berisi harga diri seseorang/ self esteem. Konsep ini menunjukkan bahwa identitas diri merupakan sesuatu yang berperan sebagai motivator perilaku dan menyebabkan keterlibatan emosional yang mendalam dengan individu tentang apa yang dianggapnya sebagai identitas diri.

c. Identitas diri bukan hanya terdiri dari sesuatu yang „terbentuk‟ tapi juga termasuk potensi dan status bawaan sejak lahir, misalnya jenis kelamin dan keturunan.

Fearon (1999) menyimpulkan beberapa definisi identitas diri adalah sebuah terminologi yang cukup luas yang dipakai seseorang untuk menjelaskan siapakah dirinya. Identitas diri dapat berisi atribut fisik, keanggotaan dalam suatu komunitas, keyakinan, tujuan, harapan, prinsip moral atau gaya sosial. Meski seringkali terbentuk secara tidak sadar, namun identitas diri merupakan sesuatu yang disadari dan diakui individu sebagai sesuatu yang menjelaskan tentang dirinya dan membuatnya berbeda dari orang lain .

Berdasarkan definisi-definisi identitas diri yang dikembangkan para ahli, maka dapat disimpulkan identitas diri adalah gambaran ciri-ciri pribadi berdasarkan pandangan diri sendiri dan orang lain terhadap aspek pengetahuan,


(44)

sikap dan keterampilan. Aspek pengetahuan meliputi pengalaman masa lalu, keyakinan terhadap pilihan, pemahaman kelebihan dan kelemahan diri, pertimbangan konsekuensi pilihan-pilihan, tujuan yang ingin dicapai, harapan, nilai-nilai kehidupan, kesadaran akan perilaku diri dan orang lain. Aspek sikap meliputi dorongan-dorongan, perasaan subjektif individu tetrhadap diri, penghargaan terhadap diri dan orang lain, keterlibatan dalam sebuah komunitas dan taat pada norma yang berlaku. Aspek keterampilan meliputi interaksi dengan lingkungan sosial, kemampuan berbahasa dan mengelola emosi.

Aspek yang diungkap dalam penelitian ini dibatasi pada aspek pengetahuan dan sikap. Indikator yang terdapat dalam aspek pengetahuan dan sikap tidak semua digunakan. Secara operasional identitas diri dalam penelitian ini adalah gambaran ciri-ciri pribadi berdassarkan pandangan mahasiswa terhadap dirinya yang meliputi aspek pengetahuan dan sikap, yang menyatakan tanggapan terhadap indikator-indikator identitas diri yaitu sebagai berikut.

a. Pengetahuan

1) Pemahaman kelebihan dan kelemahan diri 2) Nilai-nilai kehidupan yang berlaku

3) Pertimbangan atas konsekuensi pilihan 4) Kesadaran keberadaan diri

5) Pengalaman yang berkesan b. Sikap

1) Ketaatan pada norma yang berlaku di tempat ia berada 2) Penghargaan diri dan orang lain


(45)

3) Keterlibatan dalam sebuah komunitas

2. Alat Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini berupa angket yaitu dengan cara memberikan sejumlah pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden yang bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai permasalahan yang diteliti.

Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup (angket berstruktur) artinya angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan cara memberikan tanda silang (x) atau tanda checklist (√ ).

Angket yang dikembangkan ditujukan untuk mengungkap identitas diri mahasiswa. Indikator-indikator yang telah dirumuskan ke dalam kisi-kisi selanjutnya dijadikan bahan penyusunan butir pernyataan dalam angket. Butir-butir pernyataan tersebut dibuat dalam bentuk pernyataan-pernyataan dengan kemungkinan jawaban yang tersedia. Untuk lebih jelasnya, kisi-kisi instrumen penelitian tentang identitas diri mahasiswa ini dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrumen Identitas Diri Mahasiswa Sebelum Validasi

ASPEK INDIKATOR No. Item Jml

(+) (-) Pengetahuan

(kemampuan mengingat, memahami,

a. Pemahamn kelebihan dan kelemahan diri

1,2,3,9,10,12 ,17

4,5,6,7,8,11 ,13,14,15,1

6,18


(46)

Instrumen Identitas Diri Mahasiswa dalam penelitian ini ditimbang oleh pakar dan praktisi. Pakar ialah dosen-dosen yang mengajar di bidang Bimbingan dan Konseling dan praktisi ialah dosen pengajar di Jurusan Pendidikan Sosiologi.

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Identitas Diri Mahasiswa SetelahValidasi

mempertimbangkan dan menyadari informasi yang telah

dipelajari)

b. Nilai-nilai kehidupan yang berlaku

19,20,21,22, 23,25,26,27,

28,29

24 11

c. Pertimbangan atas konsekuensi pilihan

30,31,32,33, 34,35,36,37, 38,39,40

34,35,36,38 15

d. Kesadaran terhadap keberadaan diri

40,41,42,44, 45,47,48,49,

50

41,43,46,51 13

e. Pengalaman yang berkesan

57,58,59,60, 71,62,63,64,

65

66,67,68 12

Sikap (kecenderungan individu dalam menaggapi sesuatu yang ada di sekitarnya sebelum bertindak)

a. Keterlibatan dalam suatu komunitas 69,70,71,72, 76,78,85 73,74,75,77 ,79,80,81,8 2,83,84 17

b. Ketaatan dalam sebuah komunitas

87,88,89,90, 92

91,93,94,95 9 c. Penghargaan diri dan

orang lain 97,98,99,102 ,106,107,108 96,100,103, 104,105 12

JUMLAH 65 33 108

ASPEK INDIKATOR No. Item Jml

(+) (-) Pengetahuan (kemampuan mengingat, memahami, mempertimbangkan dan menyadari informasi yang telah

dipelajari)

a. Pemahamn kelebihan dan kelemahan diri

1,2,3,9,10,12 ,17 4,5,6,7,8,11 ,13,14,15, 16,18 18

b. Nilai-nilai kehidupan yang berlaku

19,20,21, 22,24,25,26


(47)

3. Uji Coba Alat Ukur

Angket sebagai alat pengumpul data yang dipergunakan telah melalui beberapa tahap pengujian, sebagai berikut.

a. Uji Kelayakan Instrumen

Uji kelayakan instrumen ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan instrumen dari segi bahasa, isi dan konstruk (segi materi dan redaksional). Penimbangan dilakukan oleh dosen ahli/ dosen dari jurusan Psikologi Bimbingan dan Konseling. Prof. Dr. Uman Suherman A. S. M. Pd., Dr. Ipah Saripah, M. Pd., Dr. Mubiar Agustin, M. Pd.

Penimbangan perlu dilakukan guna mendapatkan angket yang sesuai dengan kebutuhan peneliti. Bila terdapat butir pernyataan yang tidak sesuai, maka butir pernyataan tersebut akan dibuang atau hanya direvisi yang akan kemudian

c. Pertimbangan atas konsekuensi pilihan

27, 28, 29, 30,31,32,33

34,35 9

d. Kesadaran terhadap keberadaan diri

36, 37, 38, 39,40,41,42, 44,45,47,48, 49,50,52

43,46,51 17

e. Pengalaman yang berkesan

53, 54, 55, 5657,58,59,

60

61,62,63, 11

Sikap (kecenderungan individu dalam menaggapi sesuatu yang ada di sekitarnya sebelum bertindak)

a. Keterlibatan dalam suatu komunitas 64,65,66,67, 68,69,70,71, 72,76,78,80 73,74,75,77 ,79 17

b. Ketaatan dalam sebuah komunitas

81,82,83, 84, 85

86, 87, 88 8 c. Penghargaan diri dan

orang lain

90, 93,94,95 89, 91, 92, 93

8


(48)

penimbang, pada angket penelitian ini mengalami revisi bahasa dan sejumlah 13 item dibuang karena tidak memenuhi kualifikasi, sehingga jumlah item pada angket yang akan diujicobakan sebanyak 95 item.

b. Uji Keterbacaan

Uji keterbacaan dilakukan kepada mahasiswa yang tidak dijadikan anggota sampel penelitian sebanyak 8 orang untuk mengukur sejauh mana keterbacaan instrumen dengan tujuan untuk mengetahui kata-kata yang kurang dipahami, sehingga kalimat dalam pernyataan dapat disederhanakan tanpa mengubah maksud dari pernyataan tersebut.

Setelah uji keterbacaan, , maka untuk pernyataan-pernyataan yang tidak dipahami kemudian direvisi sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat dimengerti oleh usia remaja dan kemudian dilakukan uji validitas dan reliabilitasnya.

c. Uji coba (try out) Instrumen

Instrumen ini diujicobakan pada 40 orang mahasiswa Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di UPI. Uji coba ini dilakukan sekaligus dengan pengumpulan data penelitian. Uji coba ini dimaksudkan untuk mengetahui ketepatan/kesahihan (validity) dan keterandalan (reliability) alat ukur yang telah disusun dan akan digunakan penelitian.

1) Uji Validitas

Validitas item adalah derajat kesesuaian antara satu item dengan item-item yang lainnya dalam suatu perangkat instrumen. Isi validitas item adalah daya pembeda item (item discriminating power) (Suryabrata, 1999:57).


(49)

Pengujian daya pembeda item dilakukan untuk memilih item-item pernyataan terbaik untuk digunakan dalam instrumen. Semakin tinggi skor daya pembeda suatu item, semakin baiklah kualitas item tersebut. Untuk memperoleh skor daya pembeda dilakukan komputasi korelasi antara skor item dengan skor keseluruhan skala yang dioperasionalkan sesuai rumus product-moment Pearson (Azwar, 1995 : 153)

Setelah data didapatkan maka pengujian validitas menggunakan rumus pearson product moment (Riduwan, 2004:98), yakni:

   

 

 

  2 2 2 2 . . . . Y Y n X X n Y X XY n rhitung Keterangan : hitung

r = Koefisien korelasi

Xi = Jumlah skor item

Yi = Jumlah skor total (seluruh item) n = Jumlah responden

Selanjutnya dihitung dengan Uji-t dengan rumus :

2 1 2 r n r thitung    Keterangan : t = Nilai t hitung


(50)

n = Jumlah responden

Distribusi (tabel t) untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n – 2). Adapun kriteria validitas suatu instrumen dikatakan valid apabila hitung > t-tabel dan

Kriteria yang digunakan adalah item yang memiliki thitung > ttabel dinyatakan sebagai item yang valid dan apabila thitung < ttabel dikatakan invalid. Pada tarap kepercayaan 95 % diperoleh harga ttabel sebesar 0, 312. Diantara sejumlah 108 item yang diujicobakan, hanya diperoleh 95 item yang memenuhi kriteria penerimaan r tersebut.

Tabel 3.3

Hasil Uji Validitas Instrumen

KESIMPULAN ITEM JUMLAH

Memadai 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 22. 23, 24, 25, 26, 38, 29, 31, 32, 33, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, 63, 64, 66, 67, 68, 69 70, 71, 72, 73, 74, 75, 76, 77, 78, 79, 80, 81, 82, 83, 85, 86, 88, 89, 90, 91, 92, 93, 94, 95, 96, 99, 100, 103, 104, 107, 108

95

Buang 21, 27, 29, 34, 65, 84, 87, 97, 98, 101, 102, 105, 106 13

2) Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas instrumen bertujuan untuk melihat tingkat keterandalan atau kemantapan sebuah instrumen (level of consistency) penelitian atau dengan kata lain sejauh mana instrumen mampu menghasilkan skor-skor secara konsistens ( Cece Rakhmat & M. Solehudin, 2006:70).


(51)

Reliabilitas instrumen merupakan penunjuk sejauh mana hasil pengukuran dengan menggunakan instrumen tersebut dapat dipercaya. Reliabilitas intrumen ditunjukkan sebagai derajat keajegan (konsistensi) skor yang diperoleh oleh subjek penelitian dengan instrumen yang sama dalam kondisi yang berbeda. Derajat konsistensi diperoleh sebagai proporsi varians skor perolehan subjek. Dalam hal ini, skor perolehan terdiri dari skor murni dan skor kekeliruan galat pengukuran. Oleh karena itu, reliabilitas instrumen secara operasional dinyatakan sebagai koefisien korelasi (r) (Suryabrata, 1999:41).

Sebagai kriteria untuk mengetahui tingkat reliabilitas, digunakan klasifikasi dari Ridwan (2006: 98) yang menyebutkan bahwa :

Tabel 3.4

Kriteria Keterandalan (Reliabilitas) Instrumen Ridwan (2006: 98)

0,80 – 1,0 0,60 – 0,79 0,40 – 0,59 0,20 – 0, 39 0,00 – 0,19

Derajat keterandalan sangat tinggi Derajat keterandalan tinggi Derajat keterandalan cukup Derajat keterandalan rendah Derajat keterandalan sangat rendah

Penghitungan tingkat reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan SPSS for windows 15.00. adapun hasil perhitungannya adalah :

Tabel 3.5 Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items


(52)

Mengacu pada kriteria keterandalan pada tabel 3.6 , instrumen Identitas Diri dalam penelitian ini termasuk instrumen yang memiliki derajat keterandalan sangat tinggi.

D. Pengembangan Program 1. Struktur Program

Program Bimbingan Pribadi dalam penelitian ini mengacu pada Pendekatan Perkembangan Ego untuk mengembangkan Identitas Diri Mahasiswa. Perkembangan ego Erikson menjadi dasar teori dalam mengembangkan program dengan menjadikan profil mahasiswa yang dikategorikan dalam Status Identitas Marcia sebagai dasar kebutuhan pembuatan program. Adapaun struktur program sebagai berikut.

a. Orientasi Program yaitu landasan pembuatan program pemelitian yang mengacu pada teori Erik Erikson sebagai pedoman utama.

b. Rasional dan Asumsi Program menjelaskan mengenai pandangan Erikson terhadap manusia khususnya dalam mengembangkan identitas diri yang menitikberatkan pada ego remaja.

c. Tujuan program yaitu menerapkan pendekatan perkembangan ego Erikson untuk mengembangkan Identitas Diri mahasiswa.

d. Peran konselor yaitu menjabarkan tugas-tugas konselor dalam melaksanakan program pribadi dari mulai persiapan, pelaksanaan dan evaluasi program. e. Kompetensi konselor yaitu menjelaskan kemampuan-kemampuan konselor


(53)

f. Struktur dan tahapan program yaitu menjelaskan dengan rinci tahapan, tujuan, deskripsi kegiatan, dan system penunjang pelaksanaan program . g. Evaluasi program yaitu mecakup evaluasi proses dan hasil.

h. Indikator pencapaian pelaksanaan program bimbingan pribadi dalam mengembangkan identitas diri mahasiswa

2. Isi Program

Bimbingan pribadi mrupakan proses bantuan untuk memfasilitasi siswa agar memiliki pemahaman tentang karakteristik dirinya, kemampuan mengembangkan potensi dirinya dan memecahkan masalah-masalah yang dialaminya. Bimbingan ini merupakan layanan yang mengarah kepada pencapaian pribadi yang mantap, dengan memperhatikan keunikan karakteristik pribadi serta ragam permasalahan yang dialami (Syamsu Yusuf, 2009:53).

Program bimbingan pribadi dalam penelitian ini didasarkan pada pendekatan perkembangan ego yang bertujuan untuk membantu mahasiswa dalam mengembangkan identitas diri. Kegiatan pengembangan pribadi dilakukan melalui kegiatan pelayanan bimbingan yang berkenaan dengan masalah diri atau pribadi. Program pribadi berdasarkan pendekatan perkembangan ego menitikberatkan pad ego strength yang dimiliki oleh individu (Erikson dalam Cremers,1989:132).

Proses pendekatan perkembangan ego ada beberapa aturan yang disepakati oleh konselor dan konseli (Cremers,1989:132), yaitu harus:

1. Bertitik tolak dari proses kesadaran. 2. Bertitik tolak dari asas kekinian.


(54)

4. Harus dilakukan secara profesional.

5. Tidak berusaha mengorganisir keseluruhan kepribadian individu, melainkan hanya pada pola-pola tingkah laku salah suai saja.

Struktur dan tahapan program bimbingan pribadi berdasarkan pendekatan ego untuk meningkatkan identitas diri mahasiswa dilakukan secara berkala sesuai dengan hasil dari pencapaian di setiap tahapannya. Seluruh kegiatan layanan bimbingan dilakukan di dalam kelas dengan durasi waktu 1x pertemuan dihitung 50 menit.

Adapun deskrpsi kegiatan program sebagai berikut. Tabel 3.6

Struktur dan Tahapan Program Bimbingan Pribadi untuk Mengembangkan Identitas Diri Mahasiswa

No. Tahap Tujuan Deskripsi Sistem

penunjang 1. Layanan orientasi. (1x pertemuan) Mahasiswa dapat memahami yang disebut cirri-ciri pribadi

1.Konselor menjelasn mengenai langkah-langkah pengisian instrument identitas diri . Mahasiswa menyimak dan segera menanggapi instrument identitas diri. 2.Konselor membagikan hasil

pengisian instrument. Mahasiswa menyimak dan menganalisis.

3.Konselor menjelaskan mengenai cirri-ciri pribadi individu. Mahasiswa menyebutkan secara tertulis cirri-ciri pribadinya. .

Instrumen Identitas Diri Mahasiswa, pulpen. 2. Analisis potensi yang ada dalam diri (1x pertemuan) Mahasiswa dapat memahami kelebihan dan kelemahan diri.

4.Konselor memberikan permainan kelompok untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan diri. Mahasiswa mengikuti alur permainan dan menganalisis hasilnya.

5.Konselor menjelaskan bahwa setiap individu memiliki keunikan masing-masing. Mahasiswa menyimak dan menanggapi hasil.

SKLBK, keras dan pulpen


(55)

mahasiswa yang ingin menceritakan mengenai dirinya sendiri. Mahasiswa bercerita di depan teman sekelasnya mengenai diri dan keunikannya. 3. Pemaknaan pengalaman berkesan (1x pertemuan) Mahasiswa dapat memahami dan memaknai pengalaman berkesan yang dapat dijadikan referensi dalam mengambil keputusan untuk masa yang akan datang.

7.Konselor meminta mahasiswa mengingat kembali peristiwa yang paling berkesan di hidupnya dulu. Mahasiswa dapat menyebutkan mengenai sebagian bahkan secara keseluruhan peristiwa penting dalam hidupnya secara tertulis.

8.Konselor meminta mahasiswa menceritakan pengalamannya di depan kelas. Mahasiswa menceritakan pengalaman berkesan di masa lalu yang dapat dimaknai pada saat ini bahkan untuk masa depannya. SKLB, kertas dan pulpen 4. Pandangan nilai-nilai yang berlaku (1x pertemuan) Mahasiwa dapat memandang nilai-nilai yang berlaku di lingkungann ya secara positif

9. Konselor meminta mahasiswa mengelompokkan pandangan positif dan negatif yang berlaku di lingkungannya. Mahasiswa menganalisis dan menuliskannya. 10.Konselor menjelaskan membimbing

mahasiswa untuk mengelompokkan dirinya sesuai dengan nilai-nilai yang dianut. . Mahasiswa dapat menyebutkan secara lisan atau tulisan berkaitan dengan kondisi atau status yang saat ini tengha dijalani.

11.Konselor menjelaskan mengenai tujuan yang seharusnya dicapai oleh setiap idnvidu. Mahasiswa menggambarkan/ mengilustrasikan tujuan/cita-citanya pada selembar kertas. SKLB, kertas dan pulpen. 5. Analisis konsekuensi pilihan (1x pertemuan) Mahasiswa dapat mengumpul kan dan menganalisis

12.Konselor meminta mahasiswa membuat sebuah mind maping mengenai kecemasannya.

mahasiswa. Mahasiswa mencatat kecemesan-kecemasan yang dialami

SKLBK, angket kecemasan dan pulpen.


(56)

atas pilihan-pilihan yang dipilihnya.

13.Konselor meminta mahasiswa melanjutkan pekerjaan tersebut. Mahasiswa menganalisis lebih dalam kecemasan tersebut dan membuat langkah-langkah penyelesaiannya

6. Sadar akan keadaan dirinya sendiri (1x pertemuan) Mahasiswa dapat menyesuaika n diri dengan peran dan keberadaann ya di lingkungan masyarakat.

14.Konselor menyiapkan video-video berdurasi 10-15 menit yang berisi perjuangan anak-anak berkebutuhan khusus. Mahasiswa menyimak dan menyimpulkan (mengambil makna).

SKLBK, ruang kelas, laptop+vide o, speaker, LCD kertas dan pulpen.

7. Taat pada norma yang berlaku (1x pertemuan) Mahasiswa taat pada norma-norma yang berlaku di tempat tinggalnya.

15.Konselor menyiapkan film pendek tentang guru yang tidak taat pada lingkungannya “Bad Teacher”. Mahasiswa menyimak dan menganalisi hal-hal yang dapat diambil atau tidak dari perbuatan seorang guru tersebut.

SKLBK, dvd film, laptop+spea ker, ruang kelas. 8. Penghargaan terhadap diri dan orang lain (1x pertemuan) Mahasiswa dapat menghargai secara tepat terhadap dirinya dan orang lain.

16.Konselor menyiapkan scenario sosiodrama dalam kelas dan mengacu pada cerita yang diangkat dalam kelas. Mahasiswa memerankan peran-peran yang sudah diajukan. SKLBK, scenario sosiodrama. 9. Keterlibatan keanggotaan mahasiswa dalam sebuah komunitas (1x pertemuan) Mahasiswa dapat berkomitme n dan termotivasi dan menjadikan referensi dalam memutuskan suatu hal berdasarkan hal yang normatif.

17.Konselor menjelaskan mengenai etika bergaul. Mahasiswa menyimak dan berdiskusi tentang masalah-masalah yang pernah dialami dalam pergaulannya.

SKLBK, materi etika bergaul, LCD dan ruangan kelas.


(57)

10. Evaluasi hasil akhir setelah diberikan layanan (1x pertemuan) Mahasiswa menganalisis hasil perolehanny a dan membanding ka dengan pencapaian di awal pertemuan.

18.Konselor membagikan lembar hasil pengisian instrumen awal dan akhir. Mahasiswa membandinkan dan menganalisis terjadi perubahan atau tidak pada dirinya.

Instrumen Identitas Diri, pulpen dan format evaluasi. Keterangan :

Pertemuan setiap layanan tertuang dalam SKLBK 3. Uji Kelayakan Program

Program bimbingan pribadi untuk mengembangkan identitas diri mahasiswa sebelum diuji cobakan baik secara terbatas atau lebih luas maka diuji dahulu kelayakannya oleh pakar atau praktisi. Pakar dan praktisi yang dimaksud adalah Prof. Dr. Uman Suherman A. S. M. Pd., Dr. Mubiar Agustin, M. Pd. dan Dr. Ipah Saripah, M. Pd.

Berdasarkan hasil pertimbangan, sehingga diadakan perbaikan program dengan maksud menyajikan program yang layak untuk diuji coba terbata pada mahasiswa Jurusan Pendidikan Seni Rupa di Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni dan diuji coba ke lapangan yaitu pada mahasiswa Jurusan Pendidikan Sosiologi di Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial UPI. Terdapat perbaikan dalam penulisan kalimat, sistematika dan redaksi yang digunakan dalam program.

4. Tahap Uji Coba Program

Tahap ini meliputi kegiatan sebagai berikut:

a. Melaksanakan uji coba terbatas program terhadap mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman angakatan 2012 fakultas Pendidikan Bahasa dan


(1)

Iis Lathifah Nuryanto, 2013

Program Bimbingan Pribadi untuk Mengembangkan Identitas Diri Mahasiswa (Pengembangan Program terhadap Program Studi Pendidikan Sosiologi Tahun Akademik 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Adapun langkah-langkah pelaksanaan program pribadi untuk mengembangkan identitas diri mahasiswa bagi dosen pembimbing akademik yaitu sebagai berikut.

a. Layanan orientasi

b. Analisis potensi yang ada dalam diri c. Pemaknaan pengalaman berkesan d. Pandangan nilai-nilai yang berlaku e. Analisis konsekuensi pilihan f. Sadar akan keadaan dirinya sendiri g. Taat pada norma yang berlaku

h. Penghargaan terhadap diri dan orang lain

i. Keterlibatan keanggotaan mahasiswa dalam sebuah komunitas j. Evaluasi hasil akhir setelah diberikan layanan

3. Bagi pihak Unit Pelaksana Teknis (UPT)

Sesuai dengan visi dan misi dari UPT UPI yaitu membantu mahasiswa dan masyarakat dalam mengembangkan kemampuan akademik, karir, pribadi dan sosial serta mengembangkan model bimbingan bagi magasiswa dan meningkatkan kompetensi dosen dalam membimbing mahasiswa. Program bimbingan pribadi dapat dijadikan rekomendasi bagi UPT dalam memperluas lagi kajian bimbingan untuk mahasiswa-mahasiswa khususnya di UPI dan pada umumnya di seluruh universitas di Indonesia. Pihak UPT menyediakan fasilitas berupa sarana dan prasarana sebagai system penunjang teknik pelaksanaan program bimbingan pribadi, dan mengkordinasikan program bimbingan pribadi kepada seluruh mahasiswa. Kemudian mahasiswa yang ingin mendapatkan layanan bimbingan


(2)

diharapkan datang ke UPT untuk mendapatkan pelayanan yang optimal dari konselor.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Berangkat dari keterbatasan penelitian ini, diperoleh beberapa rekomendasi yang dapat dilanjutkan oleh peneliti selanjutnya. Beberapa hal yang perlu diperbaiki atau diperbaharui, sebagai berikut.

a. Metode penelitian yang hanya menggunakan prepostes one design group, membuat penelitian ini tidak diujikan pada kelas konstrol yang nantinya dapat dibandingkan hasilnya dengan kelas eksperimen.

b. Pengambilan populasi dan sampel penelitian yang hanya menggunakan satu jurusan saja, untuk peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian ini menjadi untuk seluruh mahasiswa di UPI yang dibedakan pada setiap fakultasnya.

c. Memperluas lagi kajian penelitian yang dibatasi pada aspek pengetahuan dan sikap saja sebagai bahan membuat instrumen, peneliti selanjutnya dapat mengembangkan menjadi tiga aspek yang dipandang lebih ideal yaitu pengetahuan, sikap dan kompetensi, maka akan memperluas lagi metode penelitian yang menyajikan metode observasi dan wawancara sebagai penunjang untuk deskkripsi kualitatifnya.


(3)

Iis Lathifah Nuryanto, 2013

Program Bimbingan Pribadi untuk Mengembangkan Identitas Diri Mahasiswa (Pengembangan Program terhadap Program Studi Pendidikan Sosiologi Tahun Akademik 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Syaifuddin. (2007). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta. Pustaka Pelajar

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Azizah, Endeh. (1999). Hubungan antara Gaya Pengasuhan Orang ta dan Pelaksanaan Bimbingan Karir dengan Identitas Remaja Akhir dalam Bidang Pekerjan . Tesis. Program Pascasarjana UNPAD Bandung

Archer. (1994). Interventions For Adolescent Identity Development. USA. Sage Publications.

Barnhouse, Ruth Tiffany. (1988). Identitas Wanita-Bagaimana mengenal dan membentuk citra diri. (

Borg. W.R.&Gall. M.D. (1989). Educational research an Introduction fifth Edition. Newyork. Logman.

Cavanagh, Michael & Levitov. Justin E. (2002). The Counseling Experience A Theoritical and Practical Approach. USA: Wafeland Press, Inc

Chaplin, J.P. (2002). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Choesin, Ezra M., Suhardiyanto, Totok, Winarto, Yunita T., (2007). Karya Tulis

Ilmiah Sosial-Menyiapkan, Menulis dan Mencermatinya. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia.

Covey, Sean (2001) 7 Kebiasaan Remaja yang Sangat Efektif, alih bahasa : Arvin Saputra. Jakarta : Binarupa Aksara

Cremers, Agus.(1989). Erik. H. erikson Identitas dan Siklus Hidup Manusia (Terjemahan). Jakarta. PT. Gramedia

Furqon. (2004). Statistika Terapan Untuk Penelitian. Bandung. ALFABETA. Hill, John P. (1993). Adolescence. United State of America.

Hurlock, E. (1980). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga


(4)

Ibrahim, Muhammad. (2000). Hubungan Antara Sikap Terhadap Nilai-nilai Budaya dan Eksplorasi dan Komitmen dalam Pencapaian Status Identitas Remaja Akhir Bidang Perkawinan (Studi pada Mahasiswa). Tesis. Program Pascasarjana UNPAD Bandung

Luyckx, Koen., Schwartz, Seth J., Vignoles, Vivian L., (2010). Handbook of Identity Theory an Research. USA. Springer.

Mappiare, Andi. (2006). Kamus Istilah Konseling dan Terapi. Jakarta. rajaGrafindo Persada.

Mar’at, Samsunumyati. (2006). Desmita Psikologi Perkembangan. Bandung. Rosda.

Marcia, J.E. (1993) Ego Identity. New York. Springer-Verlag.

McInerney, Dennis M., (2006). Developmental Psychology For Teachers. – an Aplied Approach. Australia. Unwin.

Nasution, S. (2007). Metode Research-Penelitian Ilmiah. Jakarta. Bumi Aksara. Nurihsan, Juntika. (2003). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Bandung:

Mutiara

Nurihsan, Juntika dan Sudianto. (2004). Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Rosdakarya.

Nurihsan, Juntika dan Sudianto. (2006). Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung: RefikaAditama.

Nurihsan, Juntika. (2012). Program Unit Pelaksana Teknis Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung. UPI.

Purwanto, Ngalim. (1990). Psikolgi Pendidikan. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya. Riduwan. (2006). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Peneliti

Pemula. Bandung: Alfabeta.

Riduwan. (2010) Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung. Alfabeta.

Rusmana, nandang. (2009). Bimbingan dan Konseling Kelompok di Sekolah (Metode, Teknik dan Aplikasi). Bandung. Rizai.


(5)

Iis Lathifah Nuryanto, 2013

Program Bimbingan Pribadi untuk Mengembangkan Identitas Diri Mahasiswa (Pengembangan Program terhadap Program Studi Pendidikan Sosiologi Tahun Akademik 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Rusmana, Nandang. (2009). Konseling Kelompok Bagi Anak Berpengalaman Traumatis. Bandung. Rizqi.

Saliyanto. (2012). Analisis Statistik Pendekatan Praktir Microsoft Office Excel. Yogyakarta. ANDI.

Santrock, John W., (2002). Life-Span Development-Perkembangan Masa Hidup. Jakarta. Erlangga.

Sudjana. (1996). Metoda Statistika Edisi ke-6. Bandung. TARSITO. Sugiyono. (2005). Statistika untuk Penelitian. Bandung. ALFABETA.

Suherman, Uman. (2007). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bekasi. Madani Productin.

Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan-Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta. Bumi Aksara.

Sukardi. (2008). Meodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta. Bumi Aksara

Sukmadinata. (2003). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.

Supranto. (1992) Teknik Sampling. Jakarta. Rineka Cipta.

Sobur, Alex. (2003). Psikologi Umum. Bandung. CV Pustaka Setia. Surya, Mohamad. (2009). Psikologi Konseling. Bandung: Maestro

Suryabrata, Sumardi. (2004). Psikologi Pendidikan. Jakarta. Rajagrafindo Persada. Syamsudin, Abin.(1999). Psikologi Kependidikan. Bandung: Rosda Karya

Tarsidi, Didi. (2007). Teori Perkembangan Karir. [on-line] tersedia http://raesidi.wardpress=universitaspendidikanIndonesia. [30 september 2009] Widyatama, Rendra. (2006). Bias Gender. Yogyakarta. Media Pressindo

Winkel, W.S. (1997). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.


(6)

Yusuf, LN, Syamsu. (2005). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung. Rosda.

Yusuf, LN, Syamsu.&Nurihsan, Juntika. (2005). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung. Rosda.

Yusuf, LN, Syamsu.&Nurihsan, Juntika. (2007). Teori Kepribadian. Bandung. Rosda.