PENERAPAN PENDEKATAN KLASIFIKASI UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DUNIA TUMBUHAN DAN PENALARAN SISWA SMA BERDASARKAN GENDER.
DAFTAR ISI
halaman
LEMBAR PERSETUJUAN... i
PERNYATAAN ... ii
ABSTRAK ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah ... 9
C. Batasan Masalah ... 9
D. Tujuan ... 10
E. Manfaat ... 11
F. Anggapan Dasar………... 11
G. Hipotesis Penelitian………. 12
BAB II PEMBELAJARAN DUNIA TUMBUHAN MELALUI PENDEKATAN KLASIFIKASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA BERDASARKAN GENDER A. Pembelajaran Dunia Tumbuhan ... 13
B. Pendekatan Klasifikasi ... 16
C. Hasil Belajar ... 18
1. Penguasaan Konsep ... 19
2. Penalaran ... 20
D. Gender ... 25
E. Hasil Penelitian yang Relevan ... 26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Metode Penelitian ... 29
B. Desain Penelitian ... 29
C. Definisi Operasional ... 30
D.Populasi dan Sampel ... 31
1. Populasi ... 31
(2)
E. Pengembangan Instrumen Penelitian ... 32
1. Tes Penguasaan Konsep ... 32
2. Tes Klasifikasi ... 34
3. TOLT ... 36
4. Angket ... 37
5. Observasi ... 39
F. Tahap Penelitian ... 39
1. Tahap Persiapan Penelitian ... 39
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 40
3. Tahap Pengolahan Data ... 40
G. Alur Penelitian ... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Penguasaan Konsep, Kemampuan Klasifikasi dan Penalaran Berdasarkan Gender Siswa ... 45
1. Penguasaan Konsep Berdasarkan Gender ... 45
2. Kemampuan Klasifikasi Berdasarkan Gender ... 47
3. Kemampuan Penalaran Berdasarkan Gender ... 51
B. Hubungan Kemampuan Klasifikasi, Penguasaan Konsep, dan Penalaran Siswa ... 56
C. Pembahasan ... 60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 72
B. Saran ... 73
DAFTAR PUSTAKA ... 74
LAMPIRAN - LAMPIRAN Lampiran A: RPP ... 78
Lampiran B: Instrumen Penelitian ... 115
Lampiran C: Hasil Uji Coba Instrumen ... 153
Lampiran D: Hasil Pengolahan Data ... 165
Lampiran E: Surat-surat Penelitian ... 168
(3)
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 3.1 Desain Penelitian ... 29
Tabel 3.2 Rancangan Instrumen Penelitian ... 32
Tabel 3.3 Kisi-kisi Tes Konsep ... 33
Tabel 3.4 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Tes Konsep ... 34
Tabel 3.5 Kisi-kisi Tes Klasifikasi ... 35
Tabel 3.6 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Tes Klasifikasi ... 35
Tabel 3.7 Kisi-kisi Angket... 38
Tabel 3.8 Rekapitulasi Hasil Validitas dan Reliabilitas Angket ... 38
Tabel 3.9 Hasil Pengujian Normalitas dan Homogenitas ... 41
Tabel 3.10 Hasil Pengujian Linieritas ... 42
Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Tes Konsep berdasarkan Gender ... 45
Tabel 4.2 Profil Penguasaan Konsep Siswa ... 46
Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Tes Klasifikasi berdasarkan Gender ... 48
Tabel 4.4 Profil Kemampuan Klasifikasi berdasarkan Gender ... 48
Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Tes Penalaran berdasarkan Gender ... 51
Tabel 4.6 Profil Tingkat Penalaran Siswa ... 53
Tabel 4.7 Rekapitulasi perpindahan Penalaran ... 54
Tabel 4.8 Profil Jenis-jenis Penalaran berdasarkan Gender ... 55
Tabel 4.9 Hasil Uji Korelasi ... 56
Tabel 4.10 Hasil Uji Regresi ... 57
Tabel 4.11 Hubungan Penalaran, Kemampuan Klasifikasi, dan Penguaasaan Konsep berdasarkan Gender ... 58
Tabel 4.12 Perbedaan Jawaban TOLT pada Kedua Gender……….... 59
Tabel 4.13 Profil Pencapaian Konsep Siswa ... 61
(4)
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 2.1 Tatanama Tumbuhan Flamboyan ….. ... 14
Gambar 3.1 Hasil Perolehan Tes TOLT ... 37
Gambar 3.2 Diagram Alur Penelitian ... 44
Gambar 4.1 Hasil Angket Siswa ... 49
(5)
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman LAMPIRAN A
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 80
LAMPIRAN B
Instrumen Penelitian... 113
LAMPIRAN C
Hasil Uji Coba Instrumen…………... 153
LAMPIRAN D
Pengolahan Data Penelitian... 162
LAMPIRAN E
(6)
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak diperbincangkan adalah rendahnya mutu pendidikan yang tercermin dari rendahnya rata-rata prestasi belajar serta pendekatan dalam pembelajaran yang masih terlalu didominasi oleh guru (teacher centered). Guru lebih banyak menempatkan peserta didik sebagai objek dan bukan sebagai subjek didik sehingga peserta didik kurang mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir holistik (menyeluruh), kreatif, objektif, dan logis.
Proses pembelajaran di Indonesia masih menekankan pada transfer pengetahuan tetapi kurang mengembangkan kemampuan bernalar siswa. W.W. Sawyer (Jacobs, 1982: 12) menyatakan bahwa pengetahuan yang diberikan secara langsung kepada siswa hanya akan meningkatkan kemampuan mengingat saja tetapi kurang meningkatkan kemampuan bernalar. Hal senada diungkap juga oleh Marzano et al (1988) bahwa tujuan pendidikan adalah mengembangkan pemikir-pemikir yang matang yang dapat menggunakan pengetahuan yang dimilikinya dalam kehidupan nyata. Banyak upaya telah dilakukan mulai dari penerapan kurikulum hingga penerapan stategi dan metode pembelajaran serta peningkatan kualitas guru melalui pelatihan-pelatihan. Namun upaya tersebut belum menunjukkan hasil yang signifikan. Menurut Jeremy (2005) banyak inovasi dan metode pembelajaran yang dilakukan guru di kelas kurang berhasil karena dalam implementasinya kurang
(7)
memperhatikan karakteristik siswa, termasuk perkembangan kemampuan berpikirnya.
Pada tahun 1995, Balitbang Diknas pernah menemukan bahwa banyak siswa berdaya imajinasi yang lemah dan materi pembelajaran IPA selalu disajikan dalam bentuk yang abstrak. Hasil analisis kemampuan berpikir tahun 2001 dan tahun 2003 pada mahasiswa ilmu keolahragaan Unesa ditemukan bahwa lebih dari 90% mahasiswa yang diterima hanya mampu menggunakan kemampuan berpikir konkrit (Erman dan Sudijandoko, 2001; Erman, 2004; Erman, 2008). Hasil analisis lain menunjukkan bahwa kemampuan berpikir siswa dari 4 SMU Negeri di Kota Kediri juga ditemukan mayoritas siswa (80%) hanya mampu menggunakan kemampuan berpikir konkrit (Erman dan Sukarmin, 2002; Erman, 2008).
Berpikir merupakan suatu proses yang bersandar pada aturan dalam penarikan kesimpulan yang berdasarkan pada sejumlah fakta, bukti, dan data disertai evaluasinya (Eysenck, 1994 dan Thompson, 2000). Kegiatan berpikir terjadi melalui suatu proses yang melibatkan panca indera sehingga menghasilkan suatu pemikiran, alasan dan keputusan (Presseisen, 1985: 312), sehingga berpikir dapat dikatakan sebagai suatu keterampilan yang harus dimiliki oleh setiap individu. Kemampuan berpikir yang meningkat menunjukkan kemampuan intelektual yang juga meningkat.
Mengacu pada filsafat konstruktivisme, siswa merupakan pembelajar aktif yang mengkonstruksi sendiri pengetahuannya melalui kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan objek belajar, mengamati, mengembangkan pertanyaan, menghubungkan fakta dengan sumber pengetahuan, mengambil kesimpulan, dan mengkomunikasikan. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat Piaget (1971: 16)
(8)
yang menyatakan bahwa konstruksi pengetahuan terjadi ketika siswa berkesempatan melakukan aktivitas langsung.
Kemampuan bernalar digunakan untuk mengembangkan pengetahuan dan untuk menentukan pilihan, mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik mana yang buruk (Suriasumantri, 2005: 39). Kemampuan bernalar setiap orang berbeda-beda berdasarkan tingkat perkembangan kognitif dan pengalamannya. Kemampuan bernalar siswa sekolah menengah pertama (SMP) berbeda dengan kemampuan bernalar siswa sekolah menengah atas (SMA), bahkan penalaran siswa SMA pun berbeda-beda. Secara teoritis, penalaran siswa SMA berada dalam kategori formal, tetapi kenyataannya masih banyak siswa SMA yang belum mencapai tahap tersebut. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Sumarmo (1987: 243) pada kelas II jurusan Ilmu-Ilmu Fisika (IIF) menunjukkan hasil bahwa 30% siswa masih berada dalam kategori konkrit dan 48% berada dalam kategori formal. Penelitian mengenai penalaran juga dilakukan oleh Amin dan Suryansari (2002), yang menyatakan bahwa kemampuan penalaran siswa kelas XI dalam pelajaran fisika masih rendah dengan rata-rata skor 15,02 dari skor ideal 30 serta terdapat pengaruh positif antara penalaran terhadap hasil belajar. Russeffendi (1980: 23) juga menyatakan bahwa masih terdapat peserta didik yang telah lulus dari jenjang sekolah menengah dan juga mahasiswa tidak pernah mencapai tahap penalaran formal.
Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang mempunyai peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, baik sebagai alat bantu dalam penerapan-penerapan bidang ilmu lain maupun dalam pengembangan biologi itu sendiri. Penguasaan materi biologi oleh siswa menjadi suatu keharusan yang tidak bisa ditawar lagi dalam penataan nalar dan pengambilan
(9)
keputusan dalam era persaingan yang semakin kompetitif pada saat ini. Namun sayangnya, pencapaian prestasi siswa dalam pelajaran biologi belum begitu memuaskan. Kenyataan yang banyak dijumpai pada sekolah-sekolah selama ini adalah penyampaian materi cenderung didominasi oleh ceramah sehingga kurang melibatkan peran siswa secara aktif untuk membentuk dan membangun sendiri pengetahuannya, akibatnya siswa memahami materi karena menghafal fakta-fakta dan bukan hasil menemukan sendiri pengetahuannya.
Pentingnya belajar biologi, selain mengkaji pengetahuan tentang makhluk hidup, juga menjadi usaha untuk menumbuhkan dan mengembangkan sikap, keterampilan berpikir, serta meningkatkan keterampilan dalam kerja ilmiah melalui langkah-langkah metode ilmiah. Biologi adalah dasar bagi bidang kedokteran, pertanian, dan upaya memelihara kualitas lingkungan hidup. Berdasarkan karakteristik biologi dan fenomena-fenomena pembelajaran di sekolah selama ini, terdapat banyak penyebab masalah proses dan hasil belajar siswa dalam belajar biologi yang kurang optimal, salah satu kurang optimalnya diduga berkaitan erat dengan kemampuan berpikir. Hal ini sesuai dengan tujuan pembelajaran biologi yaitu mengembangkan kemampuan berpikir analitis, induktif dan deduktif, dengan menggunakan konsep dan prinsip biologi (BSNP, 2006).
Penyampaian materi keanekaragaman hayati beserta klasifikasinya seringkali diberikan guru berupa penyampaian informasi saja. Ciri-ciri dan hierarki klasifikasi yang ada dalam buku teks langsung diberikan begitu saja tanpa memperhatikan pengetahuan siswa sebelumnya (Rustaman, 1990). Siswa tidak dituntut berpikir ketika mengkonstruksi suatu konsep sehingga menyebabkan konsep yang diberikan akan cepat dilupakan. Begitu pula yang terjadi pada kelas X SMAN 1 Kadipaten
(10)
yang menunjukkan hasil kurang memuaskan dari segi pencapaian nilai atau prestasi akademik. Salah satu faktor yang menyebabkannya adalah siswa kurang dituntut berperan aktif dalam proses belajar mengajar di kelas sehingga mereka merasa bosan karena strategi pembelajaran yang diterapkan guru hanya berupa ceramah. Anak dianggap belum mempunyai pengetahuan tentang dunia sekitarnya padahal anak membentuk ide-ide tentang fenomena alam sebelum mereka belajar di sekolah.
Salah satu pendekatan dalam biologi yang mengembangkan proses bernalar dan melibatkan keaktifan siswa adalah pendekatan klasifikasi. Pendekatan klasifikasi yaitu pendekatan yang melibatkan siswa secara aktif dalam melakukan pengamatan langsung, mencari persamaan dan perbedaan, menentukan kriteria pengelompokan, mengelompokan dan memberi nama kelompok dengan menggunakan tumbuhan dan hewan yang terdapat di lingkungan siswa sebagai media belajar. Melatih siswa dalam melakukan klasifikasi diharapkan mampu mengembangkan kemampuan berpikir dalam mempelajari konsep-konsep Biologi. Dahar (1996: 78) mengemukakan bahwa keterampilan klasifikasi perlu kita miliki karena dengan pelatihan klasifikasi kita dapat menyederhanakan berbagai stimulus yang kita terima untuk kemudian memilih respons yang sesuai dengan stimulus tersebut. Hal senada dikemukakan juga oleh Rustaman (1990: 47) bahwa proses klasifikasi dapat mengembangkan kemampuan berpikir logis.
Beberapa alasan yang menyebabkan konsep dunia tumbuhan dipilih sebagai konsep dalam penelitian diantaranya adalah penelitian terhadap tumbuhan tidak harus mengambil tubuh tumbuhan secara utuh tetapi cukup mengamati bagian-bagiannya saja, ketersediaan berbagai jenis tumbuhan di lingkungan sekolah cukup banyak dan keberadaannya tidak tergantung musim, siswa tidak merasa takut dan jijik terutama
(11)
siswa perempuan jika harus mengidentifikasi tumbuhan, serta yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa peran tumbuhan di biosfer ini sangatlah besar. Jika ketersediaan tumbuhan di alam musnah maka kehidupan makhluk hidup lain juga akan musnah. Tumbuhan merupakan komponen utama dalam ekosistem karena tumbuhan bertindak sebagai produsen dan satu-satunya organisme penghasil oksigen untuk bumi. Mengingat Indonesia menempati urutan kedua setelah Brazil dalam keanekaragaman tumbuhannya, maka pada diri siswa perlu dikembangkan sikap mencintai dan memiliki tumbuhan yang ada di sekitarnya. Hal ini disebabkan banyak tulisan dan koleksi tumbuhan Indonesia ditulis oleh pakar asing, sementara orang Indonesia sendiri tidak mengenal tumbuhan tersebut.
Kemampuan klasifikasi pada setiap peserta didik berkembang sejalan dengan kemampuan intelektual yang dimilikinya. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Hapsari (2010: 114) bahwa penguasaan konsep dan kemampuan klasifikasi siswa dengan pendekatan klasifikasi pada konsep keanekaragaman tumbuhan, keanekaragaman hewan dan keanekaragaman tumbuhan-hewan mengalami peningkatan, terutama pada tingkat perkembangan intelektual formal dan transisi. Penelitian Jamaluddin (1997: 95) menunjukkan bahwa pembelajaran konsep keanekaragaman hayati dengan pendekatan klasifikasi berlangsung efektif walaupun umumnya siswa masih mengalami kesulitan dalam melakukan klasifikasi karena pengetahuan tentang obyek klasifikasi masih kurang. Pendekatan klasifikasi memberi siswa kesempatan untuk melakukan pengamatan, pengelompokan, menentukan kriteria pengelompokan, dan memberi nama kelompok. Adapun Rustaman (1990: 62) menyatakan bahwa kemampuan klasifikasi alternatif pada anak perempuan terutama usia muda sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan anak laki-laki.
(12)
Belajar merupakan kasus khusus dalam perkembangan, yaitu tidak lebih dari suatu sektor perkembangan kognitif yang difasilitasi oleh pengalaman. Implikasinya adalah kegiatan belajar seharusnya memicu terjadinya peningkatan perkembangan intelektual seseorang, dalam hal ini kegiatan belajar berarti memberikan pengalaman pada seseorang. Maka dari itu diperlukan suatu strategi pembelajaran yang tidak hanya mempelajari tentang konsep, teori, dan fakta tetapi juga penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Bahan ajar tidak hanya diajarkan berupa hapalan dan pemahaman semata tetapi juga harus meliputi kegiatan menganalisis, aplikasi, dan sintesis.
Belajar konsep merupakan belajar tentang bagaimana mengelompokkan peristiwa-peristiwa atau obyek-obyek dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan ciri, karakter, atau atribut yang dimiliki sehingga membedakannya dengan yang lain. Belajar konsep adalah hasil utama pendidikan (Dahar, 1996: 78). Pemahaman siswa terhadap suatu konsep akan lebih memudahkan siswa memahami konsep lainnya sehingga diharapkan pemahaman dan hasil belajar siswa semakin meningkat.
Penguasaan konsep siswa berkaitan erat dengan perkembangan kognitifnya. Lawson (1982) mengungkapkan bahwa terdapat korelasi antara kemampuan penalaran dengan pencapaian dalam biologi. Sungur dan Tekkaya (2003) juga mengutarakan bahwa terdapat keterkaitan antara kemampuan penalaran dengan pencapaian konsep biologi. Hasil penelitian Martin (Wiseman, 1986) menemukan adanya korelasi positif yang tinggi (r = 0,75) antara hasil belajar IPA siswa dengan perkembangan kemampuan berpikirnya. Korelasi ini juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Cepni (2004) Shayer dan Adey (1992). Tawil dan Suryansari
(13)
(2008) menyatakan juga bahwa terdapat korelasi positif yang signifikan antara kemampuan formal terhadap hasil belajar fisika.
Hal lain yang dapat mempengaruhi proses belajar adalah gender. Istilah gender lebih mengarah pada segala sesuatu yang berhubungan dengan jenis kelamin individu, tingkah laku dan kecenderungan, dan atribut lain yang mendefinisikan arti dari seorang laki-laki dan perempuan dalam kebudayaan yang ada (Baron dan Byrne, 2004:187). Disadari ataupun tidak ternyata gender dapat mempengaruhi dalam pencapaian hasil belajar. Banyak penelitian yang berfokus pada perbedaan pencapaian hasil belajar berdasarkan gender, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Sunawan (2000:73) yang menginterpretasikan bahwa terdapat perbedaan pola berpikir antara siswa laki-laki dan siswa perempuan. Siswa laki-laki cenderung menggunakan pola berpikir induktif daripada siswa perempuan. Penelitian senada juga dilakukan oleh Haryanto (1999:62) yang menghasilkan bahwa kemampuan membaca ilmiah dan penguasaan konsep pada siswa perempuan lebih tinggi daripada siswa laki-laki, namun dalam hal mengaitkan konsep yang satu dengan konsep yang lain, ternyata siswa laki-laki yang lebih unggul (Zientarsky, 1996). Zago, et al (2007) dan Schaie (2007) menjelaskan bahwa perempuan tampil lebih baik dalam tugas verbal, ingatan, kefasihan dalam kata, dan penalaran induktif, sedangkan laki-laki lebih berprestasi dalam orientasi spasial dan angka.
Berdasarkan pada kenyataan yang telah disebutkan di atas, maka perlu dicari pembelajaran yang tidak hanya mentransfer pengetahuan saja, tetapi lebih difokuskan pada keaktifan siswa dan kemampuan bernalar selama proses pembelajaran berlangsung. Pemilihan metode, strategi dan pendekatan dalam mendesain model pembelajaran adalah tuntutan yang mesti diupayakan untuk dipenuhi oleh para guru.
(14)
Mengacu pada permasalahan yang sudah disebutkan, maka pada kesempatan ini akan dibahas hal tersebut melalui judul “Penerapan Pendekatan Klasifikasi untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dunia Tumbuhan dan Penalaran Siswa SMA Berdasarkan Gender”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah penerapan pendekatan klasifikasi dalam meningkatkan penguasaan konsep dunia tumbuhan dan penalaran siswa SMA berdasarkan gender?”.
Untuk memperjelas permasalahan di atas, maka masalah penelitian dijabarkan kedalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimanakah perbedaan peningkatan kemampuan klasifikasi, penguasaan konsep, dan penalaran siswa berdasarkan gender melalui penerapan pendekatan klasifikasi?
2. Bagaimanakah hubungan peningkatan kemampuan klasifikasi dengan peningkatan penguasaan konsep dan penalaran siswa?
C. Batasan Masalah
1. Subyek penelitian adalah siswa kelas X semester 1 tahun ajaran 2010/2011 di SMAN 1 Kadipaten Kabupaten Majalengka, yaitu kelas X-1, X-3, dan X-5, yang semuanya menjalankan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan klasifikasi sistem natural.
(15)
2. Konsep yang dipilih pada penelitian ini adalah dunia tumbuhan dengan lebih menekankan pada kegiatan praktikum.
3. Pemberian nama tumbuhan hanya sampai pada tingkatan takson divisio, classis, dan subclassis.
4. Pemilihan SMA didasarkan atas rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran biologi. SMA ini tergolong sekolah negeri rata-rata yang berada di kota Kadipaten Kabupaten Majalengka. Subyek penelitian berusia antara 15-16 tahun. Kelas penelitian berjumlah tiga kelas yaitu kelas X-1 berjumlah 35, kelas X-3 berjumlah 35, dan kelas X-5 berjumlah 35 siswa.
D. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah menganalisis penerapan pendekatan klasifikasi dalam meningkatkan penguasaan konsep dunia tumbuhan dan penalaran siswa SMA berdasarkan gender. Lebih lanjut tujuan tersebut dijabarkan menjadi beberapa tujuan khusus yaitu:
1. Menganalisis perbedaan peningkatan kemampuan klasifikasi, penguasaan konsep, dan penalaran siswa berdasarkan gender sebelum dan sesudah proses pembelajaran.
2. Menganalisis hubungan peningkatan kemampuan klasifikasi dengan peningkatan penguasaan konsep dan penalaran siswa.
(16)
E. Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran siswa di sekolah pada konsep dunia tumbuhan. Manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini antara lain:
1. Bagi guru, studi ini diharapkan dapat memberikan alternatif pendekatan pembelajaran yang lebih variatif dengan mempertimbangkan penalaran siswa pada pembelajaran dunia tumbuhan.
2. Bagi siswa, kegiatan pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan penguasaan konsep dan tingkat kemampuan penalaran serta memahami cara mudah untuk memahami materi sistematika dunia tumbuhan.
3. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk penelitian selanjutnya yang lebih mendalam sehingga dapat menambah khasanah penelitian tentang teori Piaget.
F. Anggapan Dasar
Penelitian ini dilaksanakan dengan anggapan dasar sebagai berikut:
1. Strategi pembelajaran yang diterapkan guru dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Setiap siswa akan melalui perkembangan intelektual yang sama dengan kemampuan klasifikasi yang berbeda.
(17)
G. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan permasalahan dan pertanyaan penelitian, maka hipotesis yang diuji adalah:
1. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan klasifikasi, penguasaan konsep, dan penalaran siswa berdasarkan gender setelah proses pembelajaran.
2. Terdapat hubungan antara peningkatan kemampuan klasifikasi, penguasaan konsep, dan penalaran siswa.
(18)
29 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah weak-experiment karena tidak menggunakan kelompok kontrol (Fraenkel, 1993: 245). Subyek penelitian berjumlah satu kelompok dengan melakukan pembelajaran melalui pendekatan klasifikasi. Fraenkel (1993) menyatakan bahwa penelitian eksperimen adalah penelitian yang melihat pengaruh-pengaruh dari variabel bebas terhadap satu atau lebih variabel yang lain (variabel terikat) dalam kondisi yang terkontrol. Variabel bebas pada penelitian ini adalah penerapan pendekatan klasifikasi, sedangkan variabel terikatnya yaitu penguasaan konsep dan penalaran siswa.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah the one group pretest-posttest design (Fraenkel, 1993: 246). Desain penelitian ini digunakan karena penelitian ini menggunakan satu kelompok perlakuan. Secara singkat, desain penelitian tersebut tampak pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Kelas Prates Perlakuan Pascates
Eksperimen O X O
Keterangan :
O : Observed (tes awal dan tes akhir), berfungsi untuk mengukur kemampuan awal dan hasil belajar siswa
(19)
C. Definisi Operasional
1. Pendekatan klasifikasi yaitu pendekatan dalam pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam melakukan pengamatan langsung, mencari persamaan dan perbedaan, menentukan kriteria pengelompokan, memberi nama kelompok dengan menggunakan tumbuhan yang terdapat di lingkungan siswa sebagai media belajar. Pembelajaran dilaksanakan dengan kegiatan praktikum secara berkelompok. Siswa diberi bermacam-macam tumbuhan mulai dari tumbuhan lumut, tumbuhan paku, dan tumbuhan biji untuk diklasifikasikan berdasarkan persamaan dan perbedaan. Selama pembelajaran dilakukan observasi untuk melihat kinerja siswa. Penilaian hasil kerja menggunakan tes klasifikasi berbentuk esai dan lembar kerja praktikum yang dikembangkan secara khusus dan telah divalidasi.
2. Peningkatan adalah perbedaan skor tes klasifikasi (TK), tes penguasaan konsep (TP), dan penalaran ilmiah (TOLT), yang ditinjau berdasarkan gain ternormalkan dari perolehan skor prates dan pascates. Rumus gain ternormalisasi adalah sebagai berikut:
(Hake, 1999) Kategori normalized gain adalah: g ≥ 0,7 (tinggi); 0,3 ≤ g < 0,7 (sedang); g<0,3 (rendah).
3. Kemampuan penalaran adalah tahap pencapaian kesimpulan logis berdasarkan fakta dan sumber yang relevan. Kemampuan bernalar ini dijaring melalui tes baku yang diadaptasikan dari Test of Logical Thinking (TOLT) pada awal dan
Gain ternormalisasi (g) =
skorpretes skorideal
skorpretes skorpostes
− −
(20)
akhir pembelajaran dengan lima pola penalaran yang meliputi penalaran proporsional, pengendalian variabel, penalaran probabilitas, penalaran korelasional, dan penalaran kombinatorial.
4. Penguasaan konsep adalah hasil belajar siswa yang digali dari hasil menjawab instrumen tes penguasaan konsep berupa soal-soal pilihan ganda dengan lima opsi yang telah diuji validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukarannya. Soal tes penguasaan konsep meliputi tingkat kognitif C2
(memahami), C3 (mengaplikasi), C4 (menganalisis), dan C5 (menilai).
5. Gender adalah perbedaan hasil belajar yang dicapai antara siswa laki-laki dan siswa perempuan yang meliputi tes klasifikasi, tes penguasaan konsep, dan tes penalaran.
D. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMAN I Kadipaten Kabupaten Majalengka tahun ajaran 2011/2012 sebanyak lima kelas dengan jumlah 179 orang. Pemilihan populasi ini berdasarkan pertimbangan: a) Berdasarkan nilai penerimaan siswa baru, sekolah tersebut termasuk kategori sekolah rata-rata yang kurang diminati oleh masyarakat setempat; b) Berdasarkan hasil observasi sekolah tersebut kaya akan keanekaragaman tumbuhan mulai dari tumbuhan lumut hingga tumbuhan berbiji.
2. Sampel Penelitian
Teknik sampling yang digunakan dalam menentukan sampel penelitian adalah cluster random sampling. Alasan pemilihan secara random dilakukan karena
(21)
masing-masing kelas memiliki sebaran jumlah nilai UAN siswa yang merata sehingga dapat diasumsikan semua kelas memiliki kemampuan kognitif yang sebanding. Kelas penelitian berjumlah tiga kelas yaitu kelas X-1 sebanyak 35 siswa, kelas X-3 sebanyak 35 siswa, dan kelas X-5 sebanyak 35 siswa. Satu kelas terdiri atas 35 siswa (lebih besar dari 30 orang) dan memenuhi syarat sampel penelitian.
E. Pengembangan Instrumen Penelitian
Data yang diperoleh dari penelitian ini menggunakan 32nstrument utama berupa Tes Klasifikasi (TK), Tes Penguasaan Konsep (TP), Tes Penalaran Logis (TOLT), dan angket. Secara bagan bentuk instrument dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut:
Tabel 3.2 Rancangan Instrumen Penelitian
Target Metode Penilaian Instrumen Subyek Waktu
Penguasaan Konsep
Respon terbatas
(pilihan ganda lima opsi) TP siswa
Awal dan akhir pembelajaran Kemampuan
Klasifikasi Essay TK siswa
Awal dan akhir pembelajaran Penalaran
Ilmiah
Respon terbatas
beralasan TOLT siswa
Awal dan akhir pembelajaran Tanggapan
Siswa Respon terbatas Angket siswa
Akhir pembelajaran Kinerja
Siswa Komunikasi personal
Lembar
observasi siswa
Selama pembelajaran
1. Tes Penguasaan Konsep (TP)
Langkah penyusunan tes penguasaan konsep adalah penyusunan kisi-kisi, berkonsultasi dengan pembimbing, meminta pertimbangan dua orang ahli pendidikan dari UPI, serta uji coba soal. Pengujian soal dilakukan pada siswa kelas XI IPA pada dua buah SMA Negeri yang masing-masing mewakili kategori SMA unggul dan SMA
(22)
rata-rata yang telah mempelajari materi dunia tumbuhan untuk diuji validitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan reliabilitasnya. Kisi-kisi tes penguasaan konsep dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Kisi-kisi Tes Konsep
No Konsep Nomor Soal Jumlah
Soal
1 Bryophyta 4, 5, 8, 12, 13, 15, 27 7
2 Pteridophyta 7, 14, 16, 17 4
3 Gymnospermae 6, 9, 21, 22 4
4 Angiospermae 1, 2, 3, 10, 11, 18, 19, 20, 23, 24, 25,
26, 28, 30 14
5 Ciri Plantae 29 1
Jumlah Soal 30
Tes konsep dilakukan sebanyak dua kali, yaitu prates dan pascates. Prates digunakan untuk melihat kondisi awal sampel penelitian, sementara pascates dilakukan untuk melihat kondisi akhir sampel penelitian setelah diberi perlakuan. Soal yang dipergunakan untuk prates dan pascates adalah soal yang sama.
Berdasarkan hasil ujicoba tes penguasaan konsep sebanyak 30 soal digunakan sebagai instrumen penelitian dengan kriteria sebagai berikut: indeks validitas cukup sebanyak 30 soal (100%); indeks daya pembeda baik sekali sebanyak satu soal (3,3%), indeks daya pembeda baik sebanyak 27 soal (90%) dan indeks daya pembeda cukup sebanyak dua soal (6,7%),); sedangkan indeks tingkat kesukaran sulit sebanyak 11 soal (37%) dan indeks tingkat kesukaran sedang sebanyak 19 soal (63%); serta indeks reliabilitas seluruh soal sebesar 0,82 (kategori baik). Rekapitulasi hasil pengujian soal dapat dilihat pada Tabel 3.4. (Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B).
(23)
Tabel 3.4 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Tes Konsep
No Indeks
Validitas Kriteria
Indeks Daya
Pembeda Kriteria
Indeks Tingkat
Kesukaran Kriteria
1 0.42 Cukup 0.50 Baik 0.48 Sedang
2 0.47 Cukup 0.60 Baik 0.50 Sedang
3 0.47 Cukup 0.50 Baik 0.58 Sedang
4 0.50 Cukup 0.60 Baik 0.26 Sulit
5 0.40 Cukup 0.50 Baik 0.30 Sedang
6 0.40 Cukup 0.50 Baik 0.46 Sedang
7 0.54 Cukup 0.40 Baik 0.10 Sulit
8 0.40 Cukup 0.50 Baik 0.30 Sedang
9 0.45 Cukup 0.50 Baik 0.24 Sulit
10 0.44 Cukup 0.70 Baik 0.38 Sedang
11 0.40 Cukup 0.50 Baik 0.42 Sedang
12 0.51 Cukup 0.50 Baik 0.18 Sulit
13 0.41 Cukup 0.40 Baik 0.24 Sulit
14 0.51 Cukup 0.40 Baik 0.14 Sulit
15 0.43 Cukup 0.30 Cukup 0.22 Sulit
16 0.56 Cukup 0.70 Baik 0.24 Sulit
17 0.40 Cukup 0.30 Cukup 0.42 Sedang
18 0.40 Cukup 0.60 Baik 0.34 Sedang
19 0.50 Cukup 0.50 Baik 0.32 Sedang
20 0.60 Cukup 0.70 Baik 0.32 Sedang
21 0.53 Cukup 0.60 Baik 0.34 Sedang
22 0.59 Cukup 0.70 Baik 0.28 Sulit
23 0.47 Cukup 0.70 Baik 0.32 Sedang
24 0.40 Cukup 0.40 Baik 0.24 Sulit
25 0.42 Cukup 0.40 Baik 0.36 Sedang
26 0.57 Cukup 0.90 Baik
sekali 0.38 Sedang
27 0.47 Cukup 0.60 Baik 0.40 Sedang
28 0.40 Cukup 0.50 Baik 0.42 Sedang
29 0.42 Cukup 0.50 Baik 0.40 Sedang
30 0.40 Cukup 0.40 Baik 0.12 Sulit
2. Tes Klasifikasi (TK)
Tes klasifikasi digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam mengelompokkan tumbuhan berdasarkan indikator. Aturan pemberian skor klasifikasi ditentukan berdasarkan pedoman penskoran pada Lampiran B. Kisi-kisi tes klasifikasi terangkum dalam Tabel 3.5.
(24)
Tabel 3.5 Kisi-kisi Tes Klasifikasi
No Indikator Nomor Soal Jumlah
1 Menentukan persamaan 1 1
2 Menghubungkan hasil
pengamatan 2, 8 2
3 Membandingkan 3, 10 2
4 Menentukan dasar
pengelompokan 4 1
5 Memberinama tumbuhan 5, 6, 11 3
6 Menentukan perbedaan 7, 9 2
7 Mengontraskan ciri 12 1
Jumlah 12
Berdasarkan hasil ujicoba tes kemampuan klasifikasi sebanyak 12 soal digunakan sebagai instrumen penelitian, dengan kriteria sebagai berikut: indeks validitas tinggi sebanyak satu soal (8,3%), indeks validitas cukup sebanyak 7 soal (58,3%), dan indeks validitas rendah 4 soal (33,3%), di revisi; indeks daya pembeda baik sebanyak 8 soal (66,7%), dan indeks daya pembeda cukup sebanyak 4 soal (33,3%); sedangkan indeks tingkat kesukaran sulit sebanyak 1 soal (8,3%) dan indeks tingkat kesukaran sedang sebanyak 11 soal (91,7%); serta indeks reliabilitas seluruh soal sebesar 0,877 (kategori baik). Rekapitulasi hasil pengujian soal dapat dilihat pada Tabel 3.6. (Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B).
Tabel 3.6 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Tes Klasifikasi
No Indeks
Validitas Kriteria
Indeks Daya
Pembeda Kriteria
Indeks Tingkat
Kesukaran Kriteria
1 0.55 Cukup 0.30 Cukup 0.41 Sedang
2 0.48 Cukup 0.35 Cukup 0.37 Sedang
3 0.56 Cukup 0.55 Baik 0.43 Sedang
4 0.42 Cukup 0.50 Baik 0.51 Sedang
5 0.68 Tinggi 0.46 Baik 0.47 Sedang
6 0.59 Cukup 0.50 Baik 0.47 Sedang
7 0.56 Cukup 0.35 Cukup 0.28 Susah
(25)
Lanjutan Tabel 3.6
No Indeks
Validitas Kriteria
Indeks Daya
Pembeda Kriteria
Indeks Tingkat
Kesukaran Kriteria
9 0.56 Cukup 0.45 Baik 0.53 Sedang
10 0.40 Rendah 0.50 Baik 0.64 Sedang
11 0.32 Rendah 0.60 Baik 0.52 Sedang
12 0.30 Rendah 0.30 Cukup 0.60 Sedang
3. Tes Kemampuan Berpikir (TOLT)
Tes kemampuan berpikir logis (TOLT) dilakukan untuk menentukan tahap perkembangan intelektual siswa. Tes ini terdiri atas 10 buah item tes tertulis yang mengandung lima macam penalaran, yaitu soal no 1 dan 2 untuk penalaran proporsional, soal no 3 dan 4 untuk penalaran pengontrolan variabel, soal no 5 dan 6 untuk penalaran probabilitas, soal no 7 dan 8 untuk penalaran korelasional dan soal 9 dan 10 untuk penalaran kombinatorial (Haryanto, 2006: 68).
Bentuk tesnya terdiri atas ilustrasi masalah dan jawaban pilihan ganda serta alasannya, kecuali untuk item penalaran kombinatorial. Setiap jawaban dan alasan yang betul diberi skor 1. Jawaban benar yang tidak disertai alasan yang benar diberi skor 0. Khusus untuk item no 9 dan 10 skor 1 diberikan pada jawaban yang lengkap dan 0 untuk jawaban tidak lengkap (Haryanto 2006:45). Menurut Valanides (1996:101) perolehan skor 0-1 untuk kategori konkrit, skor 2-3 untuk kategori transisi, dan 4-10 untuk kategori formal.
Menurut Tobin dan Capie (1981), TOLT memiliki reliabilitas keseluruhan tes tertinggi yaitu sebesar 0,85 dan berkisar dari 0,50-0,82 untuk masing-masing subtes. Tes ini telah diterjemahkan ke berbagai bahasa dan dilaporkan tetap mempunyai
(26)
reliabilitas yang tinggi. TOLT telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Sumarmo (1987) dan dilaporkan memiliki reliabilitas 0,66.
Berdasarkan pertimbangan tersebut tes ini dipilih karena dapat mengukur penalaran formal dan merupakan tes kelompok yang cocok diujikan terhadap subjek yang banyak dalam waktu bersamaan (Tobin & Capie, 1981; Sumarmo, 1987). Hasil perolehan skor TOLT terangkum dalam Gambar 3.1
Gambar 3.1 Hasil Perolehan Tes TOLT
4. Angket
Angket yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran konsep dunia tumbuhan dengan menggunakan pendekatan klasifikasi. Pemberian angket dilakukan setelah semua kegiatan pembelajaran berakhir yaitu setelah pascates. Angket diberikan kepada 40 orang siswa dengan kisi-kisi yang terangkum dalam Tabel 3.7.
Proporsionol Pengontrolon
Voriobel Probobilitos Korelosionol Kombinotoriol
Protes 22 19 2 1 37
Poscotes 123 90 12 11 149
0 20 40 60 80 100 120 140 160 Ju m la h J a w a b a n S is w a Protes Poscotes
(27)
Tabel 3.7 Kisi-kisi Angket
Variabel Indikator No. Soal Jumlah
Pendekatan klasifikasi
Tanggapan terhadap konten
bahan ajar dunia tumbuhan 1, 2, 8, 15 4 Tanggapan terhadap
penyampaian bahan ajar 3, 5, 6, 9, 10, 12 6 Penggunaan
tutor/pembimbing 14 1
Ketertarikan siswa terhadap
pendekatan klasifikasi 4, 7, 11, 13 4
Jumlah 15
Pengujian validitas angket menggunakan uji korelasi Pearson Product Moment sedangkan pengujian reliabilitasnya menggunakan metode Alpha. Kriteria pengujian validitas angket adalah jika r hitung > r tabel (0,312)
, maka item-item
pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid), dan pada keadaan lain item soal tidak valid, sementara kriteria pengujian reliabilitas adalah pengujian kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 sedang dan di atas 0,8 adalah baik (Priyatno, 2010: 98). Rekapitulasi hasil pengujian angket terangkum dalam Tabel 3.8. (Hasil pengujian selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C).Tabel 3.8 Rekapitulasi Hasil Validitas dan Reliabilitas Angket Item
pernyataan Nilai r hitung Nilai Cronbach’s Alpha Kesimpulan
1 0,509 0,764 valid dan reliabel
2 0,392 0,773 valid dan reliabel
3 0,465 0,765 valid dan reliabel
4 0,509 0,764 valid dan reliabel
5 0,439 0,770 valid dan reliabel
6 0,453 0,767 valid dan reliabel
7 0,369 0,769 valid dan reliabel
8 0,455 0,767 valid dan reliabel
9 0,403 0,765 valid dan reliabel
10 0,382 0,772 valid dan reliabel
11 0,331 0,762 valid dan reliabel
(28)
Lanjutan Tabel 3.8 Item
pernyataan Nilai r hitung Nilai Cronbach’s Alpha Kesimpulan
13 0,656 0,744 valid dan reliabel
14 0,555 0,759 valid dan reliabel
15 0,656 0,744 valid dan reliabel
5. Observasi
Lembar observasi digunakan untuk melihat aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung. Aktivitas siswa yang diamati meliputi keaktifan siswa dalam mengamati tumbuhan, mencari dan menentukan dasar pengelompokan, kemampuan mengelompokan tumbuhan menjadi kelompok-kelompok kecil, bekerjasama dalam kelompok, dan membuat kesimpulan di akhir pembelajaran. Observasi dilakukan oleh peneliti dan satu orang guru biologi. Lembar observasi siswa dan guru dapat dilihat pada Lampiran B.
F. Tahap Penelitian
Penelitian dilakukan dalam tiga tahap kegiatan yaitu: tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pengolahan data.
1. Tahap Persiapan Penelitian
Pada tahap ini dilakukan beberapa kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka persiapan pelaksanaan penelitian, diantaranya: studi kepustakaan mengenai pembelajaran biologi melalui pendekatan klasifikasi, menyusun instrumen penelitian, melakukan observasi pembelajaran di sekolah dan berkonsultasi dengan guru biologi untuk menentukan waktu dan teknis pelaksanaan penelitian, melakukan pemilihan sampel secara acak kelas, melaksanakan pelatihan kepada guru biologi kelas X
(29)
tentang strategi pembelajaran melalui pendekatan klasifikasi, serta menguji coba instrumen penelitian, mengolah data hasil uji coba instrumen tersebut.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Pada tahap ini kegiatan diawali dengan memberikan prates untuk mengetahui pengetahuan awal siswa dalam penguasaan konsep, penalaran, dan keterampilan klasifikasi. Setelah prates dilakukan, maka dilanjutkan dengan pelaksanaan pembelajaran melalui kegiatan praktikum dengan menggunakan pendekatan klasifikasi. Pada guru tersebut sebelumnya telah diberikan informasi tentang pembelajaran dengan menggunakan pendekatan klasifikasi. Peneliti bertugas sebagai observer dan partner guru, dan pembelajaran dilaksanakan sesuai jadwal yang telah direncanakan.
Observasi pada kelas dilakukan oleh dua orang pengamat. Jumlah pertemuan di kelas adalah lima kali pertemuan. Peneliti menggunakan catatan lapangan untuk memantau dan mengawasi pelaksanaan pembelajaran di kelas serta untuk memastikan bahwa perlakuan yang diberikan pada kelas tersebut berjalan sesuai dengan rancangan penelitian.
Setelah seluruh kegiatan pembelajaran selesai, dilakukan tes akhir (pascates). Pelaksanaan tes penguasaan konsep, penalaran, dan keterampilan klasifikasi masing-masing 25 menit. Selain pascates, diberikan pula angket terhadap beberapa siswa yang dipilih secara acak.
3. Tahap Pengolahan Data
Data-data yang diperoleh dari hasil prates dan pascates dianalisis secara statistik sedangkan hasil angket menggunakan persentase dan dianalisis secara deskriptif. Langkah-langkah pengolahan data meliputi:
(30)
a. Menghitung skor hasil prates, pascates, dan n-gain pada tes penguasaan konsep, penalaran, dan kemampuan klasifikasi.
b. Melakukan pengujian prasyarat penelitian yang meliputi uji normalitas, uji homogenitas, dan uji linieritas pada tes penguasaan konsep, tes penalaran, dan tes klasifikasi dengan bantuan program SPSS 17 for windows. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan adalah uji Liliefors dengan melihat nilai pada tabel Shapiro-Wilk dengan alasan bahwa jumlah sampel yang besar (Priyatno, 2010:71). Uji homogenitas varians digunakan untuk mengetahui apakah beberapa varian populasi data adalah sama atau tidak. Pengujian homogenitas menggunakan uji Homogeneity of Varians (Levene Statistic), dengan kriteria pengujian, jika nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa varian dari dua kelompok data adalah sama. Berdasarkan hasil pengujian statistik diperoleh nilai signifikansi pada tes konsep dan tes klasifikasi baik data prates, pascates, dan n-gain, semuanya menunjukkan normal dan homogen, tetapi pada TOLT hanya data n-gain yang menunjukkan normal serta homogen. Rekapitulasi hasil pengujian normalitas dan homogenitas terangkum dalam Tabel 3.9.
Tabel 3.9 Hasil Pengujian Normalitas dan Homogenitas Nilai Signifikansi
Data Normalitas Homogenitas Kesimpulan Tes
Konsep
Prates 0,66 0,41 Normal dan homogen Pascates 0,65 0,09 Normal dan homogen
N-gain 0,91 0,29 Normal dan homogen
Tes Klasifikasi
Prates 0,51 0,97 Normal dan homogen
Pascates 0,78 0,12 Normal dan homogen
(31)
Lanjutan Tabel 3.9 Nilai Signifikansi
Data Normalitas Homogenitas Kesimpulan
TOLT
Prates 0,00 0,24 Tidak normal tapi
homogen
Pascates 0,00 0,04 Tidak normal dan tidak homogen
N-gain 0,43 0,40 Normal dan homogen
Uji linieritas digunakan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linier atau tidak secara signifikan. Uji linieritas merupakan pengujian prasyarat dalam analisis korelasi atau regresi linier (Priyatno, 2010: 73). Kriteria pengujiannya adalah dua variabel dikatakan mempunyai hubungan yang linier bila signifikansi (linierity) kurang dari 0,05. Data yang digunakan untuk menguji linieritas diambil dari N-gain tes konsep, tes klasifikasi, serta TOLT. Rekapitulasi pengujian linieritas terangkum dalam Tabel 3.10.
Tabel 3.10 Hasil Pengujian Linieritas No Hubungan Data N-gain Nilai
Signifikansi Kesimpulan 1 Tes Klasifikasi - Tes Konsep 0,000 Terdapat hubungan linier 2 Tes Klasifikasi – TOLT 0,000 Terdapat hubungan linier 3 TOLT - Tes Konsep 0,000 Terdapat hubungan linier c. Melakukan uji statistik yang sesuai dengan kriteria data. Uji statistik yang
digunakan meliputi:
1) Analisis terhadap perbedaan dua rata-rata, yaitu: uji t independen, untuk
mengetahui rata-rata dua kelompok sampel yang tidak berhubungan. Kriteria pengujian adalah jika t hitung > t tabel dan signifikansi < 0,05, maka hipotesis diterima artinya bahwa terdapat perbedaan hasil belajar pada kedua gender.
(32)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan dalam hasil belajar pada kedua gender.
2) Analisis korelasi (Bivariate Correlation) digunakan untuk mengetahui
keeratan hubungan antara dua variabel dan untuk mengetahui arah hubungan yang terjadi. Pada penelitian ini menggunakan metode Product Moment Pearson. Nilai korelasi (r) berkisar antara -1 sampai 1. Menurut Priyatno (2010) nilai semakin mendekati -1 atau 1 berarti hubungan dua variabel semakin lemah, sebaliknya nilai mendekati 0 berarti hubungan dua variabel semakin lemah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara tes klasifikasi, tes konsep, dan TOLT.
3) Uji Regresi linier, digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen. Kriteria pengujian menggunakan uji t, jika t hitung > t tabel, maka hipotesis diterima artinya terdapat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga tes (tes klasifikasi, tes konsep, dan TOLT) saling mempengaruhi.
(33)
G. Alur Penelitian
Alur penelitian ini dirancang untuk memudahkan dalam pelaksanaan penelitian. Secara bagan alur penelitian terlihat pada Gambar 3.2.
Gambar 3.2 Diagram Alur Penelitian Studi Pendahuluan: Identifikasi
Masalah, Rumusan Masalah, Studi Literatur, dll
Pengembangan & Validasi: Bahan Ajar, Pendekatan Pembelajaran,
Instrumen Penelitian dan Ujicoba
Pemilihan Responden Penelitian
Prates
Pelaksanaan Pembelajaran melalui Pendekatan Klasifikasi
Pascates
Observasi dan angket sikap siswa Pengumpulan Data
Analisis Data
(34)
72 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa penerapan pendekatan klasifikasi pada pembelajaran dunia tumbuhan dapat meningkatkan penguasaan konsep (kategori sedang) dan tingkat penalaran siswa (kategori rendah) terutama pada tingkat transisi dan gender perempuan. Pencapaian konsep yang ditemukan meliputi tingkat konkrit, identitas, klasifikatori, dan masih ada yang belum mencapai tingkat formal terutama gender laki-laki. Pencapaian tingkat klasifikasi dan seriasi yang teridentifikasi meliputi klasifikasi biner, klasifikasi bertingkat, seriasi sederhana, seriasi ganda, serta masih ada yang belum mencapai tingkat seriasi kesimpulan lengkap yaitu gender laki-laki. Profil penguasaan konsep pada kedua gender siswa meliputi konsep tertinggi tentang Pteridophyta sedangkan konsep terendah tentang ciri-ciri Plantae. Profil kemampuan klasifikasi tertinggi adalah memberinama tumbuhan sedangkan terendahnya adalah mengontraskan ciri. Profil penalaran siswa meliputi tingkat formal (51,43%), tingkat transisi (43,81%), dan tingkat konkrit (4,76%). Profil jenis-jenis penalaran tertinggi adalah penalaran kombinatorial dan penalaran terendah adalah penalaran korelasional. Penerapan pendekatan klasifikasi mampu merubah tingkat penalaran dari tingkat konkrit ke tingkat formal pada gender perempuan sedangkan pada gender laki-laki hanya mampu merubah dari tingkat konkrit ke transisi.
Terdapat hubungan yang bersifat sedang dan positif antara kemampuan klasifikasi, penguasaan konsep, dan penalaran. Hubungan tertinggi antara
(35)
kemampuan klasifikasi dan penalaran (0,654) sedangkan hubungan terendah antara kemampuan klasifikasi dan penguasaan konsep.
B. Saran
Penelitian ini mengandung beberapa keterbatasan diantaranya: pertama, berkaitan dengan penarikan jumlah sampel dan populasi sehingga penelitian ini hanya berlaku diterapkan pada populasi kelas X di SMAN 1 Kadipaten dan SMA-SMA yang mempunyai karakteristik sama dengan sampel penelitian. Kedua, berkaitan dengan pengembangan pendekatan pembelajaran, dalam hal ini pendekatan klasifikasi yang dilakukan belum mencapai tahap pengelompokan takson rendah (dari ordo hingga species) tetapi hanya mencapai tingkat divisi dan kelas.
Berdasarkan deskripsi temuan dan pembahasan, disarankan agar para guru dalam mengajar mempertimbangkan tingkat penalaran siswa. Biaya tes TOLT tidak mahal dan pemeriksaannyapun mudah dan cepat. Pengetahuan tentang tingkat perkembangan intelektual ini hendaknya dijadikan dasar oleh guru dalam pemilihan strategi mengajarnya.
Bagi peneliti lain, pertama hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk penelitian selanjutnya yang lebih mendalam sehingga dapat menambah khasanah penelitian tentang teori klasifikasi dan Piaget. Kedua, perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap aspek lainnya yang berkaitan dengan kemampuan klasifikasi dan perkembangan intelektual sehingga dapat meningkatkan mutu pembelajaran biologi. Ketiga, perlu dilakukan pengembangan model klasifikasi yang cocok bagi tiap-tiap konsep biologi. Keempat, perlu dikembangkan strategi pembelajaran yang dapat menguntungkan siswa terutama pada tingkat operasi konkrit.
(36)
74
DAFTAR PUSTAKA
Adang, J. (1993). “Mengembangkan Kreativitas dalam Berpikir Melalui Pengajaran Sains”. Jurnal Pengajaran MIPA, 1(1), 31-38.
Amin, B.D., & Suryansari, K. (2002). Pengaruh Kemampuan Penalaran FormaL terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas II SMA Negeri 1 Sungguminasa Kabupaten Gowa. Transformasi Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA. FMIPA UNM Makasar. 6(4).314-328.
Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assesing ( A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives). New York: Addison Wesley-Longman Inc.
Arikunto, S. (2006). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arifin, Z. (2010). Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, dan Prosedur. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ates, S., & Cataloglu, E. (2007). The effect of student’s cognitive style on conceptual understanding and problem solving skills in introductory mechanics. Research in Science and Technological Education. 25,(2).167-178.
Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP
Benbow, C.P., & Stanley, J.C. (1982). Consequences in high school and college of sex differences in mathematical reasoning ability: a longitudinal perspective. Journal of American Educational Research Assosiation. 19, (4). 598-622 Bybee, R.W. & Sund, R.B. (1986). Piaget for Educators. 2nd Ed. Columbus: Charles
E. Merrill Publishing Co.
Campbell, N.A.,Reece, J.B.,& Mitchell, L.G. (2003). Biologi. jilid 2 edisi kelima. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Cepni S., Shayer, M., & Adey, P.S. (2004). Turkish middle school students’cognitive development level in science. Asia-Pacific Forum on Science Learning and Teaching.
5 April 2004. 1 – 23.
Costa, L.A. (1998). Developing Minds A Resource Book for Teaching Thinking. Alexandria: Assosiation for Supervision and Curriculum Departement
(37)
Dahlan, J. A. (2004). Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Pemahaman Matematik Siswa Sekolah Menengah Lanjutan Pertama melalui Pendekatan Pembelajaran Open-Ended. Disertasi PPS UPI Bandung. Bandung: Tidak diterbitkan
Dalyono, M. (2005). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Dee, T. (2010). Pengaruh Gender Guru terhadap Prestasi Siswa. [online]. Tersedia. http//www.kompas.com. [10 Nopember 2011]
Erman. (2008). Intervensi Berkelanjutan dalam Pembelajaran IPA untuk Memacu Perkembangan Kemampuan Berikir Abstrak Siswa. Makalah Simposium Tahunan Penelitian Pendidikan. Departemen Pendidikan Nasional. Universitas Negeri Surabaya.
Eysenck, Michael W. (1994). The Blackwell dictionary of cognitive psychology. Massachusetts: Blackwell Publishers. (Cetakan pertama tahun 1990).
Flavell, J.H. (1963). The Developmental Psychology of Jean Piaget. Princenton. N.J. Van Nostrand.
Fraenkel, J. R., & Wallen, N. E. (1993). How to Design and Evaluate Research in Education (second ed.). New York: McGraw-Hill Book Co.
Hapsari,I.F.R. (2010). Kemampuan Klasifikasi Logis dan Penguasaan Konsep Keanekaragaman Makhluk Hidup Siswa SMP Berdasarkan Tingkat Perkembangan Intelektua. Tesis Magister UPI Bandung. Bandung: Tidak diterbitkan
Hake, R.R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. Indiana: Indiana University
Haryanto, Z. (1999). Analisis Pola Pikir, Kemampuan Membaca Ilmiah dan Prestasi Belajar Fisika Siswa (Ditinjau dari Aspek Perbedaan Jenis Kelamin). Disertasi Doktor UPI Bandung. Bandung: Tidak diterbitkan
Higgins, E.T. (1991). Development of Self-regulatory and Self-evalution Process: Cost, Benefit, and Trade-offs. Minneapolis: University of Minnesota Press Inhelder, B. & Piaget, J. (1969). The Early Growth of Logic in The Child. New York:
W.W Norton & Company Inc.
Jacob, C. (2010). Refleksi pada Lesson Study: Suatu Pembelajaran Berbasis Metakognisi. UPI Bandung.Bandung: Tidak diterbitkan.
(38)
Jamaluddin. (1997). Pembelajaran Konsep Keanekaragaman Hayati dengan Pendekatan Klasifikasi di SMU. Tesis Magister pada PPS UPI Bandung. Bandung: Tidak diterbitkan
Jeremy, E.C. (2005). Why Eucational Innovations Fail: An Individual Difference Perspective. Cleveland State University. 33, (2) 569 – 578.
Joyce, B., Weil, M. & Calhoun. (2000). Models of Teaching 6th Edision. New Jersey: Prentice-Hall Inc
Klausmeier, H.J. (1980). Learning and Teaching Concepts (A Strategy for Testing Applications of Theory). USA: Academic Press, Inc
Krause, K.L., Bochner, S., & Duchenes, S. (2007). Educational Psychology for Learning and Teaching. Australia: Nelson Australia Pty Limited.
Kuslan, L.J.,& Stone, H.A. (1968). Teaching Children Science: An Inquiry Approach. New York: Wadsworth Publishing Co, Inc.
Lang, H.R., & Evan, D.N. (2006). Models, Strategies, and Methods for Effective Teaching. USA: Pearson Education Inc.
Lawson, A.E. (1982). “a review of research on formal reasoning and science teaching”.Journal of Research in Science Teaching. 22(7). 569-617.
Loveless, A.R. (1989). Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Tumbuhan Tropik 2. Jakarta: Gramedia.
Marzano, R.J. (1988). Dimensions of Thinking: A Frame Work for Curriculum and Instruction. Alexandria, Virginia USA: Assosiation for Supervision and Curriculum Development.
Mulyasa, E. (2007). Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Piaget, J. (1971). Genetic Epistemology . New York: W.W Norton & Company, Inc. Priyatno,D. (2010). Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS. Jakarta: Mediakom. Presseisen, B.Z. (1985). Thinking Skills: Meaning, Models, Materials, dalam
Developing Mind: A Resource Book for Teaching Thinking. Alexandria: ASCD.
Rezba, R.J.,Sprague, C.,Fiel, R.L.(2002). Learning and Assesing Science Process Skills. Iowa: Kendall/Hunt Publishing Company.
(39)
Roadrangka, V.,& Yeany, R.H. (2006). A study of the relationship among type and quality of implementation of science teaching strategy, students formal reasoning ability, and student engagement. Journal of Research in Science Teaching. 22, (8). 743-759.
Russeffendi, E.T. (1980). Pengajaran Fisika Modern untuk Orangtua murid, Guru, dan SPG. Bandung: Tarsito.
Rustaman, N.Y. (1990). Kemampuan Klasifikasi Logis Anak (Studi tentang Kemampuan Abstraksi dan Inferensi Anak Usia Sekolah Dasar pada Kelompok Budaya Sunda). Disertasi Doktor. PPS IKIP Bandung: Tidak diterbitkan.
Rustaman, N.Y., & Srie Redjeki. (1994). Biologi 1 untuk SMP kelas 1. Jakarta: Depdikbud.
Schaie, K. Warner. (2007). Development influences on adult intelligence: the seattle longitudinal study, (Online). Tersedia: http://books.google.com/books. [1 Januari 2012].
Shadiq, F. (2009). Model-Model Pembelajaran Matematika SMP. Yogyakarta: Depdiknas.
Shayer, M., & Adey, P.S. (1992). Accelerating the development of formal thinking in middle and high school students II: post project effects on science achievement. Journal of Research in Science Teaching. 29,(1) 81 – 92. Semiawan, C.,Tangyong, A.F.,Belen, S.,Matahelemual, Y., & Suseloardjo, W.
(1985). Pendekatan Keterampilan Proses: Bagaimana Mengaktifkan Siswa dalam Belajar?. Jakarta: PT.Gramedia.
Soegiarti,T. (2006). Pembelajaran Mikrobiologi dengan Menggunakan Pendekatan Contextual Teaching and Learning dalam meningkatkan Kemampuan Berpikir Logis dan Penguasaan Konsep Mahasiswa UPI Non Eksakta. Tesis UPI. Bandung: Tidak diterbitkan
Sumarmo, U. (1987). Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika Siswa SMA dikaitkan dengan Kemampuan Penalaran Logik Siswa dan Beberapa Unsur Proses Belajar Mengajar. Disertasi IKIP Bandung. Bandung: Tidak Diterbitkan
Sunawan. 2008. Pengaruh Pembelajaran Model Missouri Mathematics Project Terhadap Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMP Ditinjau dari Intelegence Quotient (IQ). Tesis. UPI. Bandung: Tidak diterbitkan
(40)
Sungur, S., & Tekkaya,C. (2003). Students achievement in human circulatory system unit: The Effect of Reasoning Ability and Gender”. Journal of Sciences Education and Technology. 12(1). 59-64.
Suriasumantri, J.S. (2005). Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Stiggins, R.J. (1994). Student-Centered Classroom Assesment. New York: Merrill-Mac Milan College Publishing Company.
Tawil, M. & Suryansari, K. (2008). Kemampuan Penalaran Formal dan Lingkungan Pendidikan Keluarga Dikaitkan dengan Hasil Belajar Fisika Siswa SMA Kelas X SMA Negeri 1 Sungguminasa Kabupaten Gowa. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. 14(75). 1047-1068
Tekkaya, C. & Yenilmez, A. (2006). Relationship among measures of learning orientation, reasoning ability, and conceptual understanding of Photosynthesis and Respiration in plants for grade 8 males and females. Journal of Elementary Science Education. 18(1)1-14
Tjitrosoepomo, G. 2009. Taksonomi Umum (Dasar-dasar Taksonomi Tumbuhan). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Tobin, K.G., & Capie, W. (1981). Development and validation a group Test of Logical Thinking. Educational and Psychological Measurenment. 41.413-424 Thomson, Anne. 2000. Critical reasoning: a practical introduction. London:
Routledge.
Valanides, N.C. (1996). Formal reasoning and science teaching. School Science and Mathematics. 96, (2). 99-107
Watson, S., & Miller, T. (2009). Classification and the dichotomous key : tools for teaching identification. The Science Teacher.27,(2).50-54
Wiseman, F.L. (1981). “the teaching of college chemistry: role of student development level”. Journal of Chemical Education. 58, (3). 484 – 488. Wood, J.T. (1993). Gendered Lives: Communication, Gender, and Culture.
California: International Thomson Publishing
Zago, L., S. Moutier; S. Rossi, V. Beaucousin, F. Andersson, L. Petit, O. Houde, dan N. Tzourio-Mazoyer. (2007). Neural Correlates of Syllogistic Reasoning: A
Gender Effect?. [Online]. Tersedia
(41)
Zientarsky, D.B.,Pottorff, D.D.,& Skovera, M.E. (1996). Gender perceptions of elementary and middle school students about Literacy at school and home. Journal of Research and Development in Education, 29, (4).203-211.
(1)
74
DAFTAR PUSTAKA
Adang, J. (1993). “Mengembangkan Kreativitas dalam Berpikir Melalui Pengajaran Sains”. Jurnal Pengajaran MIPA, 1(1), 31-38.
Amin, B.D., & Suryansari, K. (2002). Pengaruh Kemampuan Penalaran FormaL terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas II SMA Negeri 1 Sungguminasa Kabupaten Gowa. Transformasi Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA. FMIPA UNM Makasar. 6(4).314-328.
Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assesing ( A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives). New York: Addison Wesley-Longman Inc.
Arikunto, S. (2006). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arifin, Z. (2010). Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, dan Prosedur. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ates, S., & Cataloglu, E. (2007). The effect of student’s cognitive style on conceptual understanding and problem solving skills in introductory mechanics. Research in Science and Technological Education. 25,(2).167-178.
Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP
Benbow, C.P., & Stanley, J.C. (1982). Consequences in high school and college of sex differences in mathematical reasoning ability: a longitudinal perspective. Journal of American Educational Research Assosiation. 19, (4). 598-622 Bybee, R.W. & Sund, R.B. (1986). Piaget for Educators. 2nd Ed. Columbus: Charles
E. Merrill Publishing Co.
Campbell, N.A.,Reece, J.B.,& Mitchell, L.G. (2003). Biologi. jilid 2 edisi kelima. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Cepni S., Shayer, M., & Adey, P.S. (2004). Turkish middle school students’cognitive development level in science. Asia-Pacific Forum on Science Learning and Teaching.
5 April 2004. 1 – 23.
Costa, L.A. (1998). Developing Minds A Resource Book for Teaching Thinking. Alexandria: Assosiation for Supervision and Curriculum Departement
(2)
Dahlan, J. A. (2004). Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Pemahaman Matematik Siswa Sekolah Menengah Lanjutan Pertama melalui Pendekatan Pembelajaran Open-Ended. Disertasi PPS UPI Bandung. Bandung: Tidak diterbitkan
Dalyono, M. (2005). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Dee, T. (2010). Pengaruh Gender Guru terhadap Prestasi Siswa. [online]. Tersedia. http//www.kompas.com. [10 Nopember 2011]
Erman. (2008). Intervensi Berkelanjutan dalam Pembelajaran IPA untuk Memacu Perkembangan Kemampuan Berikir Abstrak Siswa. Makalah Simposium Tahunan Penelitian Pendidikan. Departemen Pendidikan Nasional. Universitas Negeri Surabaya.
Eysenck, Michael W. (1994). The Blackwell dictionary of cognitive psychology. Massachusetts: Blackwell Publishers. (Cetakan pertama tahun 1990).
Flavell, J.H. (1963). The Developmental Psychology of Jean Piaget. Princenton. N.J. Van Nostrand.
Fraenkel, J. R., & Wallen, N. E. (1993). How to Design and Evaluate Research in Education (second ed.). New York: McGraw-Hill Book Co.
Hapsari,I.F.R. (2010). Kemampuan Klasifikasi Logis dan Penguasaan Konsep Keanekaragaman Makhluk Hidup Siswa SMP Berdasarkan Tingkat Perkembangan Intelektua. Tesis Magister UPI Bandung. Bandung: Tidak diterbitkan
Hake, R.R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. Indiana: Indiana University
Haryanto, Z. (1999). Analisis Pola Pikir, Kemampuan Membaca Ilmiah dan Prestasi Belajar Fisika Siswa (Ditinjau dari Aspek Perbedaan Jenis Kelamin). Disertasi Doktor UPI Bandung. Bandung: Tidak diterbitkan
Higgins, E.T. (1991). Development of Self-regulatory and Self-evalution Process: Cost, Benefit, and Trade-offs. Minneapolis: University of Minnesota Press Inhelder, B. & Piaget, J. (1969). The Early Growth of Logic in The Child. New York:
W.W Norton & Company Inc.
Jacob, C. (2010). Refleksi pada Lesson Study: Suatu Pembelajaran Berbasis Metakognisi. UPI Bandung.Bandung: Tidak diterbitkan.
(3)
Jamaluddin. (1997). Pembelajaran Konsep Keanekaragaman Hayati dengan Pendekatan Klasifikasi di SMU. Tesis Magister pada PPS UPI Bandung. Bandung: Tidak diterbitkan
Jeremy, E.C. (2005). Why Eucational Innovations Fail: An Individual Difference Perspective. Cleveland State University. 33, (2) 569 – 578.
Joyce, B., Weil, M. & Calhoun. (2000). Models of Teaching 6th Edision. New Jersey: Prentice-Hall Inc
Klausmeier, H.J. (1980). Learning and Teaching Concepts (A Strategy for Testing Applications of Theory). USA: Academic Press, Inc
Krause, K.L., Bochner, S., & Duchenes, S. (2007). Educational Psychology for Learning and Teaching. Australia: Nelson Australia Pty Limited.
Kuslan, L.J.,& Stone, H.A. (1968). Teaching Children Science: An Inquiry Approach. New York: Wadsworth Publishing Co, Inc.
Lang, H.R., & Evan, D.N. (2006). Models, Strategies, and Methods for Effective Teaching. USA: Pearson Education Inc.
Lawson, A.E. (1982). “a review of research on formal reasoning and science teaching”.Journal of Research in Science Teaching. 22(7). 569-617.
Loveless, A.R. (1989). Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Tumbuhan Tropik 2. Jakarta: Gramedia.
Marzano, R.J. (1988). Dimensions of Thinking: A Frame Work for Curriculum and Instruction. Alexandria, Virginia USA: Assosiation for Supervision and Curriculum Development.
Mulyasa, E. (2007). Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Piaget, J. (1971). Genetic Epistemology . New York: W.W Norton & Company, Inc. Priyatno,D. (2010). Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS. Jakarta: Mediakom. Presseisen, B.Z. (1985). Thinking Skills: Meaning, Models, Materials, dalam
Developing Mind: A Resource Book for Teaching Thinking. Alexandria: ASCD.
Rezba, R.J.,Sprague, C.,Fiel, R.L.(2002). Learning and Assesing Science Process Skills. Iowa: Kendall/Hunt Publishing Company.
(4)
Roadrangka, V.,& Yeany, R.H. (2006). A study of the relationship among type and quality of implementation of science teaching strategy, students formal reasoning ability, and student engagement. Journal of Research in Science Teaching. 22, (8). 743-759.
Russeffendi, E.T. (1980). Pengajaran Fisika Modern untuk Orangtua murid, Guru, dan SPG. Bandung: Tarsito.
Rustaman, N.Y. (1990). Kemampuan Klasifikasi Logis Anak (Studi tentang Kemampuan Abstraksi dan Inferensi Anak Usia Sekolah Dasar pada Kelompok Budaya Sunda). Disertasi Doktor. PPS IKIP Bandung: Tidak diterbitkan.
Rustaman, N.Y., & Srie Redjeki. (1994). Biologi 1 untuk SMP kelas 1. Jakarta: Depdikbud.
Schaie, K. Warner. (2007). Development influences on adult intelligence: the seattle longitudinal study, (Online). Tersedia: http://books.google.com/books. [1 Januari 2012].
Shadiq, F. (2009). Model-Model Pembelajaran Matematika SMP. Yogyakarta: Depdiknas.
Shayer, M., & Adey, P.S. (1992). Accelerating the development of formal thinking in middle and high school students II: post project effects on science achievement. Journal of Research in Science Teaching. 29,(1) 81 – 92. Semiawan, C.,Tangyong, A.F.,Belen, S.,Matahelemual, Y., & Suseloardjo, W.
(1985). Pendekatan Keterampilan Proses: Bagaimana Mengaktifkan Siswa dalam Belajar?. Jakarta: PT.Gramedia.
Soegiarti,T. (2006). Pembelajaran Mikrobiologi dengan Menggunakan Pendekatan Contextual Teaching and Learning dalam meningkatkan Kemampuan Berpikir Logis dan Penguasaan Konsep Mahasiswa UPI Non Eksakta. Tesis UPI. Bandung: Tidak diterbitkan
Sumarmo, U. (1987). Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika Siswa SMA dikaitkan dengan Kemampuan Penalaran Logik Siswa dan Beberapa Unsur Proses Belajar Mengajar. Disertasi IKIP Bandung. Bandung: Tidak Diterbitkan
Sunawan. 2008. Pengaruh Pembelajaran Model Missouri Mathematics Project Terhadap Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMP Ditinjau dari Intelegence Quotient (IQ). Tesis. UPI. Bandung: Tidak diterbitkan
(5)
Sungur, S., & Tekkaya,C. (2003). Students achievement in human circulatory system unit: The Effect of Reasoning Ability and Gender”. Journal of Sciences Education and Technology. 12(1). 59-64.
Suriasumantri, J.S. (2005). Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Stiggins, R.J. (1994). Student-Centered Classroom Assesment. New York: Merrill-Mac Milan College Publishing Company.
Tawil, M. & Suryansari, K. (2008). Kemampuan Penalaran Formal dan Lingkungan Pendidikan Keluarga Dikaitkan dengan Hasil Belajar Fisika Siswa SMA Kelas X SMA Negeri 1 Sungguminasa Kabupaten Gowa. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. 14(75). 1047-1068
Tekkaya, C. & Yenilmez, A. (2006). Relationship among measures of learning orientation, reasoning ability, and conceptual understanding of Photosynthesis and Respiration in plants for grade 8 males and females. Journal of Elementary Science Education. 18(1)1-14
Tjitrosoepomo, G. 2009. Taksonomi Umum (Dasar-dasar Taksonomi Tumbuhan). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Tobin, K.G., & Capie, W. (1981). Development and validation a group Test of Logical Thinking. Educational and Psychological Measurenment. 41.413-424 Thomson, Anne. 2000. Critical reasoning: a practical introduction. London:
Routledge.
Valanides, N.C. (1996). Formal reasoning and science teaching. School Science and Mathematics. 96, (2). 99-107
Watson, S., & Miller, T. (2009). Classification and the dichotomous key : tools for teaching identification. The Science Teacher.27,(2).50-54
Wiseman, F.L. (1981). “the teaching of college chemistry: role of student development level”. Journal of Chemical Education. 58, (3). 484 – 488. Wood, J.T. (1993). Gendered Lives: Communication, Gender, and Culture.
California: International Thomson Publishing
Zago, L., S. Moutier; S. Rossi, V. Beaucousin, F. Andersson, L. Petit, O. Houde, dan N. Tzourio-Mazoyer. (2007). Neural Correlates of Syllogistic Reasoning: A
Gender Effect?. [Online]. Tersedia
(6)
Zientarsky, D.B.,Pottorff, D.D.,& Skovera, M.E. (1996). Gender perceptions of elementary and middle school students about Literacy at school and home. Journal of Research and Development in Education, 29, (4).203-211.