PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KEMAMPUAN PENALARAN ILMIAH SISWA SMA.
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh
NURUL KAMI SANI 1201210
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
(2)
LEMBAR PENGESAHAN TESIS
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KEMAMPUAN
PENALARAN ILMIAH SISWA SMA
Oleh:
NURUL KAMI SANI
NIM. 1201210
DISETUJUI DAN DISAHKAH OLEH:
Pembimbing Pertama,
Dr. Eng. Agus Setiawan, M.Si
NIP. 196902111993031001
Pembimbing Kedua,
Dr. Parsaoran Siahaan,M.Pd.
NIP. 195803011980021002
Mengetahui,
Ketua Prodi Pendidikan Fisika
Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia
Dr. Ida Kaniawati, M.Si.
(3)
xii
Model Pembelajaran Learning Cycle 7E Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Kemampuan Penalaran Ilmiah Siswa SMA” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, April 2015 Yang membuat pernyataan,
(4)
xiii
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KEMAMPUAN
PENALARAN ILMIAH SISWA SMA
Oleh
Nurul Kami Sani, S.Pd.
Universitas Pendidikan Indonesia, 2015
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Prodi Pendidikan Fisika
© Nurul Kami Sani 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
(5)
Nurul Kami Sani, 2015
PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP D AN KEMAMPUAN PENALARAN ILMIAH SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
xii
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KEMAMPUAN
PENALARAN ILMIAH SISWA SMA
Nurul Kami Sani, NIM. 1201210, Pembimbing Pertama: Dr. Agus Setiawan, M.Si., Pembimbing Kedua: Dr. Parsaoran Siahaan, M.Pd.
Program Studi Pendidikan Fisika Sekolah Pascasarjana UPI Bandung Tahun 2015
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang efektivitas penerapan pembelajaran Learning Cycle 7E untuk meningkatkan pemahaman konsep dan penalaran ilmiah pada materi fluida statis serta untuk mmperoleh gambaran mengenai korelasi pemahaman konsep dan kemampuan penalaran ilmiah siswa. Penelitian ini menggunakan metode pre-experiment dengan desain one group pretest posttest design. Penelitian dilakukan terhadap siswa kelas X MIA di salah satu SMA di Kota Palu pada Tahun Pembelajaran 2013/2014. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara cluster random sampling. Pengumpulan data dilakukan menggunakan tes awal dan tes akhir untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep dan kemampuan penalaran ilmiah siswa setelah diterapkan model pembelajaran Learning Cycle 7E. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor rata-rata gain yang dinormalisasi <g> untuk pemahaman konsep adalah sebesar 0,58 dengan kategori sedang. Sedangkan, skor rata-rata gain yang dinormalisasi <g> untuk kemampuan penalaran ilmiah adalah sebesar 0,55 dengan kategori sedang. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang kuat antara pemahaman konsep dengan kemampuan penalaran ilmiah siswa dengan nilai korelasi sebesar 0,61.
Kata kunci: model pembelajaran Learning Cycle 7E, pemahaman konsep, dan
(6)
xii
Nurul Kami Sani, 2015
PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN LEARNI NG CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP D AN KEMAMPUAN PENALARAN ILMIAH SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
UCAPAN TERIMA KASIH ... ii
ABSTRAK ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Definisi Operasional ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 9
A. Siklus Belajar (Learning Cycle) ... 9
B. Perkembangan Siklus Belajar (Learning Cycle) ... 10
C. Model Pembelajaran Learning Cycle 7E... 11
1. Tahapan Model Pembelajaran LearningCycle 7E ... 11
2. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Learning Cycle 7E ... 14
D. Kegiatan 5M dalam Kurikulum 2013 dan Learning Cycle 7E 15 E. Pemahaman Konsep... 20
F. Penalaran Ilmiah ... 24
G. Hubungan Model Pembelajaran Learning Cycle 7E Terhadap Penalaran Ilmiah dan Pemahaman Konsep ... 26
(7)
xiii
Nurul Kami Sani, 2015
PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN LEARNI NG CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP D AN KEMAMPUAN PENALARAN ILMIAH SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel
2.1 Katagori dan Proses kognitif Pemahaman ... 23
2.2 Keterkaitan Pemahaman Konsep dan Penalaran Ilmiah dengan Learning Cycle 7E... 31
3.1 Desain Penelitian ... 41
3.2 Interpretasi Reliabilitas Instrumen Tes ... 49
3.3 Interpretasi Tingkat Kemudahan Butir Soal ... 50
3.4 Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal ... 51
3.5 Hasil Uji Coba Instrumen Tes Pemahaman Konsep ... 52
3.6 Pedoman Peskoran Instrument Penalaran Ilmiah ... 54
3.7 Interpretasi Skor Rata-Rata Gain yang Dinormalisasi ... 55
3.8 Interpretasi Koefisien Korelasi ... 56
3.9 Kriteria Keterlaksanaan Model Pembelajaran ... 56
3.9 Kriteria Skala Sikap Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran ... 54
4.1 Rekapitulasi Hasil Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran Learning Cycle 7E pada Setiap Pertemuan ... 58
(8)
xiv
Nurul Kami Sani, 2015
PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN LEARNI NG CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP D AN KEMAMPUAN PENALARAN ILMIAH SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.1 Perkembangan Siklus Belajar ... 11
2.2 Tekanan total yang dialami oleh sebuah benda ... 37
2.3 Bejana Berhubungan ... 38
2.4 Prinsip Hukum Pascal ... 38
2.5 Terapung, Melayang, dan Tenggelam ... 39
3.1 Diagram Alur Proses Penelitian ... 47
4.1 Diagram Perbandingan Persentase Skor Rerata Pretest, Posttest dan N-Gain Pemahaman Konsep ... 57
4.2 Diagram Perbandingan Rerata Skor N-Gain Setiap Aspek Pemahaman Konsep ... 59
4.3 Diagram N-Gain Kemampuan Pemahaman Konsep Setiap Aspek Pemahaman Konsep ... 60
4.4 Diagram Perbandingan Persentase Skor Rerata Pretest, Posttest dan N-Gain Penalaran Ilmiah ... 61
(9)
xv
Nurul Kami Sani, 2015
PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN LEARNI NG CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP D AN KEMAMPUAN PENALARAN ILMIAH SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
A. Perangkat Pembelajaran ... 85
A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 86
A.2 Lembar Kegiatan Siswa ... 104
B. Instrumen Tes ... 120
B.1 Kisi-kisi Soal Tes Pemahaman Konsep ... 121
B.2 Tes Pemahaman Konsep Fluida Statis (Soal Uji Coba) ... 135
B.3 Soal Tes Pretest dan Posttest Pemahaman Konsep ... 141
B.4 Soal Tes Pretest dan Posttest Kemampuan Penalaran Ilmiah ... 149
C. Instrumen Non Tes ... 157
C.1 Format Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Oleh Guru ... 158
C.2 Format Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Oleh Siswa ... 160
C.3 Rekapitulasi Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Oleh Guru .. 164
C.4 Rekapitulasi Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Oleh Siswa . 166 D. Hasil Uji Coba Instrumen ... 168
D.1 Hasil Uji Coba Soal Tes Pemahaman Konsep ... 169
D.2 Koefisien Korelasi Uji Coba Pertama dan Kedua Instrumen Pemahaman Konsep ... 173
E. Uji Statistik Hasil Penelitian ... 174
E.1 Hasil Pretest dan Posttest Pemahaman Konsep... 175
(10)
xvi
Nurul Kami Sani, 2015
PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN LEARNI NG CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP D AN KEMAMPUAN PENALARAN ILMIAH SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
E.3 Hasil Pretest dan Posttest Penalaran Ilmiah ... 180
E.4 Rekapitulasi N-Gain Kemampuan Penalaran Ilmiah ... 184
F. Dokumentasi Penelitian ... 185
E.1 Lembar Judgment ... 186
E.2 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 188
(11)
Nurul Kami Sani, 2015
PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP D AN KEMAMPUAN PENALARAN ILMIAH SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pelaksanaan kurikulum pendidikan yang digunakan mengacu pada sistem pendidikan nasional. Pada saat penelitian ini dilakukan, kurikulum yang digunakan dalam proses pembelajaran di sekolah adalah kurikulum 2013. Pelaksanaan kurikulum 2013 mengacu pada pengembangan kompetensi siswa, yang meliputi aspek sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor) pada setiap mata pelajaran yang diajarkan kepada siswa. Kurikulum 2013 memberikan kesempatan kepada guru untuk menerapkan proses 5M dalam pembelajaran (Mengamati, Menaya, Mengeksplorasi, Mengasosiasi, dan Mengkomunikasikan). Oleh karena itu, guru dapat mengembangkan proses pembelajaran yang mampu mengekspos ide–ide siswa menjadi sesuatu yang berharga dan bermanfaat bagi dirinya.
Fisika sebagai cabang IPA merupakan studi ilmiah tentang materi dan energi dan bagaimana mereka berinteraksi satu sama lain. Melalui pembelajaran fisika, siswa diharapkan dapat mengembangkan kemampuan bernalar (reasoning abilities) dalam berpikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Salah satu fungsi dan tujuan mata pelajaran fisika SMA adalah sebagai sarana mengembangkan kemampuan berpikir analitis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif (Depdiknas, 2006).
Penalaran ilmiah merupakan salah satu keterampilan abad 21 yang diharapkan dapat diajarkan di kelas sains sebagai upaya untuk mempersiapkan siswa agar mereka berhasil dalam menghadapi tantangan globalisasi.
(12)
2
Nurul Kami Sani, 2015
PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP D AN KEMAMPUAN PENALARAN ILMIAH SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Pembelajaran fisika di SMA menuntut siswa agar mampu menggali informasi dengan penuh penalaran, memahami konsep, melakukan evaluasi, bersikap terbuka, mampu memecahkan masalah, dan mengambil keputusan. Dengan demikian, hendaknya proses pembelajaran fisika di SMA sesuai dengan hakikat pembelajaran fisika dan mengacu pada standar isi dan standar kompetensi lulusan.
Saat ini di lapangan, masih banyak siswa mengalami kesulitan dalam memecahkan persoalan-persoalan fisika, hal tersebut dapat dilihat dari rendahnya tingkat pemahaman konsep dan kemampuan penalaran ilmiah siswa. Beberapa penelitian membuktikan bahwa siswa yang memiliki tingkat penalaran yang rendah cenderung memiliki pemahaman konsep yang rendah. Ketika siswa memahami suatu konsep maka ia akan mudah dalam menjelaskan konsep tersebut dengan bahasanya sendiri, dan hal tersebut membutuhkan penalaran dalam berpikir pula (Cavallo, 1996; Lawson et al., 2000; Shayer & Adey, 1993).
Hasil observasi dan wawancara guru dan siswa yang telah dilakukan disalah satu SMA Swasta di kota Palu menunjukkan beberapa permasalahan, yaitu (1) selama ini pelaksanaan pembelajaran fisika di kelas X, masih didominasi oleh guru. Hal ini tidak sesuai dengan tujuan dari KBK yang menghendaki sistem pembelajaran berpusatkan pada siswa (student center), (2) pembelajaran fisika belum berlangsung secara bermakna, siswa belum terbiasa untuk belajar secara mandiri, (3) dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, siswa cenderung bersikap pasif. Mereka menerima apa yang disampaikan guru dan melakukan apa yang diminta oleh guru, (4) rendahnya pemahaman konsep siswa, hal ini diketahui melalui analisis terhadap hasil studi lapangan yang telah dilakukan. Siswa sulit untuk mengaitkan konsep fisika dengan peristiwa yang mereka alami sehari-hari serta belum mampu mengungkapkan ide-idenya, baik secara lisan maupun tulis, dan (5) kemampuan penalaran siswa belum berkembang karena dalam kegiatan pembelajaran lebih banyak dibahas masalah (soal-soal) yang sifatnya rutin atau masalah-masalah tertutup (close problems) yang hanya mempunyai satu jawaban yang benar atau soal-soal yang sudah jelas langkah penyelesaiannya, sehingga kemampuan penalaran siswa kurang dilatihkan.
(13)
Nurul Kami Sani, 2015
PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP D AN KEMAMPUAN PENALARAN ILMIAH SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan tujuan dan fakta di lapangan mengenai proses pembelajaran fisika di SMA maka diperlukan suatu model pembelajaran yang menekankan pada penanaman kemampuan penalaran ilmiah dan pemahaman konsep siswa. Adapun model pembelajaran yang dapat mengatasi kendala rendahnya penalaran ilmiah dan pemahaman konsep siswa pada pembelajaran fisika adalah menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E. Alasan pemilihan model pembelajaran Learning Cycle 7E untuk meningkatkan pemahaman konsep dan penalaran ilmiah siswa adalah karena disetiap tahapan dalam model Learning Cycle 7E memiliki fungsi khusus yang sangat mendukung tercapainya pemahaman konsep serta kemampuan penalaran ilmiah siswa terhadap konsep-konsep yang kompleks.
Model pembelajaran Learning Cycle 7E adalah salah satu model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis dan merupakan penyempurnaan dari model Learning Cycle 5E. Pembelajaran Learning Cycle 7E dapat memfasilitasi siswa dalam mengingat kembali materi pelajaran yang telah mereka dapatkan sebelumnya; memberikan motivasi kepada siswa untuk menjadi lebih aktif dan menambah rasa keingintahuan; melatih siswa belajar menemukan konsep melalui kegiatan eksperimen; melatih siswa untuk menyampaikan secara lisan konsep yang telah mereka pelajari; memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir, mencari, menemukan, dan menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari (Lorbach, 2006; Huang, 2008). Dalam model Learning Cycle 7E dilakukan kegiatan-kegiatan yaitu elicit, engage, explore, explain, elaborate, evaluate, dan extend, dimana dalam tahapan-tahapan ini telah memiliki unsur mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan yang merupakan proses 5M dalam kurikulum 2013.
Tahapan-tahapan yang ada pada pembelajaran Learning Cycle 7E dapat menjadikan siswa lebih aktif dalam mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya, mendorong siswa untuk melakukan penyelidikan guna menemukan fakta-fakta dari suatu fenomena atau kejadian. Sehingga dalam proses pembelajaran, siswa dibelajarkan dan dibiasakan untuk menemukan kebenaran ilmiah. Mereka dilatih untuk mampu berfikir logis, runut dan
(14)
4
Nurul Kami Sani, 2015
PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP D AN KEMAMPUAN PENALARAN ILMIAH SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
sistematis, dengan menggunakan kapasistas berfikir tingkat tinggi (Fajaroh, 2013).
Pada tahap elicit siswa diberikan pertanyaan-pertanyaan yang dapat merangsang pengetahuan awalnya, hal ini dilakukan agar respon dan pemikiran serta rasa ingin tahu tentang jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru dapat timbul. Pada tahap engage, siswa dan guru akan memberikan informasi dan pengalaman tentang pertanyaan yang diberikan pada tahap elicit tadi. Tahap eksplore mengarahkan siswa tidak hanya melakukan kegiatan, seperti kegiatan praktikum, diskusi kelompok, tetapi juga mengeksplorasi pertanyaan-pertanyaan dan menerapkan pengetahuan awal mereka dalam suatu penyelidikan. Pada tahapan explain, berisi ajakan terhadap siswa untuk menjelaskan konsep-konsep dan definisi-definisi awal yang mereka peroleh ketika tahap eksplorasi. Definisi dan konsep yang telah ada kemudian didiskusikan sehingga pada akhirnya menuju konsep dan definisi yang lebih ilmiah, sehingga siswa dapat mengecek apakah pemahaman mereka tentang suatu pengetahuan itu adalah pengetahuan yang benar atau salah.
Pada tahapan elaborate siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan pengetahuan baru mereka dengan cara mengaplikasikan pengetahuan baru itu ke situasi permasalahan yang lain. Kemudian pada tahapan extend, siswa dirangsang untuk mencari hubungan konsep yang mereka pelajari dengan konsep lain yang sudah atau belum mereka pelajari. Terakhir yaitu tahap evaluate, pemahaman dan keterampilan siswa dinilai, dan dengan demikian, guru dapat memantau kemajuan siswanya dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Dengan menerapkan model pembelajaran Learning Cycle 7E siswa diharapkan lebih memahami konsep yang mereka pelajari dan terlatih dalam mengembangkan kemampuan penalaran ilmiahnya, sebab selama proses pembelajaran siswa dapat terlibat langsung dalam kegiatan penyelidikan, eksperimen, evaluasi bukti, kesimpulan, dan argumentasi. Kegiatan-kegiatan ini merupakan kegiatan yang dapat melatihkan kemampuan bernalar siswa dan membantu siswa dalam memahami materi (Karplus, R., et al., 1977).
(15)
Nurul Kami Sani, 2015
PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP D AN KEMAMPUAN PENALARAN ILMIAH SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Menurut Guohui (Khan & Iqbal, 2011) kegiatan eksperimen mengembangkan pemikiran tingkat tinggi dan keterampilan proses siswa dengan menempatkan siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran yang dihadapkan dengan situasi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari (illstructured). Selain itu, Tamir (dalam Koray & Köksal, 2009) menyatakan bahwa kegiatan eksperimen juga dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk meningkatkan pemecahan masalah mereka dan keterampilan penyelidikan, untuk melakukan generalisasi yang tepat tentang poin penting dalam ilmu pengetahuan, untuk memperoleh pengetahuan ilmiah dan untuk memegang sikap positif terhadap ilmu pengetahuan.
Penelitian yang relevan dilakukan oleh Wilson et. al (2009) yang menyimpulkan bahwa siswa dalam kelas dengan model pembelajaran learning cycle mempunyai prestasi yang lebih baik dalam tiga hal: pengetahuan, penalaran ilmiah, dan argumentasi dibandingkan dengan kelas lain yang menggunakan pembelajaran yang biasanya mereka dapatkan. Penelitian lain dilakukan oleh Kanli dan Yagbasan (2007), menyimpulkan bahwa kegiatan praktikum berbasis learning cycle 7E dapat meningkatkan keterampilan proses dan pemahaman konsep mahasiswa pada pembelajaran fisika dasar. Kemudian beberapa bukti empiris menyatakan bahwa penggunaan pendekatan inkuri efektif untuk menumbuhkan penalaran ilmiah siswa. Lawson dkk (2000) menyatakan bahwa penggunaan kegiatan inkuiri dapat meningkatkan kemampuan penalaran siswa. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang diajukan oleh Dolan dan Grady (2009) bahwa pengajaran dengan kegiatann inkuiri berpotensi mendorong siswa untuk bernalar secara ilmiah.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian yang berjudul “Penerapan model pembelajaran learning cycle 7E untuk meningkatkan pemahaman konsep dan penalaran ilmiah siswa SMA”.
(16)
6
Nurul Kami Sani, 2015
PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP D AN KEMAMPUAN PENALARAN ILMIAH SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah pengaruh penerapan model pembelajaran Learning Cycle 7E terhadap peningkatan pemahaman konsep
dan penalaran ilmiah siswa SMA pada materi fluida statis?”
Rumusan masalah diatas dijabarkan menjadi pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana peningkatan pemahaman konsep fluida statis siswa sebagai efek penerapan model pembelajaran Learning Cycle 7E?
2. Bagaimana peningkatan penalaran ilmiah siswa sebagai efek penerapan model pembelajaran Learning Cycle 7E?
3. Bagaimana korelasi peningkatan pemahaman konsep dengan peningkatan penalaran ilmiah siswa yang mendapatkan pembelajaran fisika dengan model pembelajaran Learning Cycle 7E?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari peneltian ini adalah untuk:
1. Mendapatkan gambaran mengenai peningkatan pemahaman konsep fluida statis siswa sebagai efek penerapan model pembelajaran learning cycle 7E. 2 Mendapatkan gambaran mengenai peningkatan penalaran ilmiah siswa sebagai
efek penerapan model pembelajaran learning cycle 7E.
3. Mendapatkan gambaran mengenai korelasi peningkatan pemahaman konsep dengan peningkatan penalaran ilmiah siswa sebagai dampak penerapan model pembelajaran learning cycle 7E.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat atau kontribusi nyata bagi berbagai kalangan serta sebagai bukti empiris tentang model pembelajaran
(17)
Nurul Kami Sani, 2015
PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP D AN KEMAMPUAN PENALARAN ILMIAH SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
learning cycle 7E dalam meningkatkan pemahaman konsep dan penalaran ilmiah siswa di SMA yang nantinya dapat memperkaya hasil-hasil penelitian dalam kajian sejenis dan dapat digunakan oleh berbagai pihak yang berkepentingan antara lain guru, mahasiswa LPTK, dan peneliti lainnya.
E. Definisi Operasional
Untuk memberikan konsep yang sama dalam upaya menghindari kesalahan penafsiran terhadap istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka diperlukan definisi operasional terhadap beberapa istilah berikut:
1) Model pembelajaran learning cycle 7E didefinisikan sebagai model pembelajaran yang berdasarkan teori Piaget dan melibatkan pengajaran dengan pendekatan konstruktivisme. Tahapan model pembelajaran learning cycle 7E yang digunakan yaitu elicit, engage, explore, explain, elaborate, extend, dan evaluate. Keterlaksanaan model pembelajaran Learning Cycle 7E diamati dengan menggunakan lembar observasi yang dilakukan oleh beberapa observer.
2) Pemahaman konsep merupakan ukuran kemampuan siswa dalam memaknai dan memahami suatu konsep yang diberikan. Tujuh indikator pemahaman konsep menurut Anderson (2001), yaitu menginterpretasi, menjelaskan, mengklasifikasikan, meringkas, menyimpulkan dan membandingkan. Namun pada penelitian ini hanya dibatasi pada kemampuan menginterpretasikan, mencontohkan, mengklasifikasikan, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu tes pilihan ganda. Peningkatan pemahaman konsep siswa antara sebelum dan sesudah pembelajaraan dilihat melalui nilai N-gain (gain yang dinormalisasi).
3) Penalaran ilmiah (scientific reasoning) didefinisikan sebagai kemampuan kognitif siswa dalam lima dimensi, yaitu: Penalaran proporsional, Mengendalikan variabel, Penalaran probabilitas, Penalaran korelasi, dan
(18)
8
Nurul Kami Sani, 2015
PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP D AN KEMAMPUAN PENALARAN ILMIAH SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Penalaran hipotesis-deduktif. Soal diadopsi dari instrumen Lawson’s Classroom Test of Scientific Reasoning (LCTSR).
(19)
Nurul Kami Sani, 2015
PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP D AN KEMAMPUAN PENALARAN ILMIAH SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang efektivitas penerapan model pembelajaran pembelajaran Learning Cycle 7E dalam meningkatkan pemahaman konsep dan penalaran ilmiah siswa. Sehingga metode yang digunakan adalah pre-experiment.
B. Desain Penelitian
Bentuk desain penelitian yang dipilih adalah one group pretest posttest design, yaitu penelitian yang dilaksanakan pada satu kelas tanpa menggunakan kelas kontrol, diawali dengan memberikan pretes (O1), kemudian dilaksanakan
pembelajaran menggunakan model pembelajaran konstruktivisme, dan diakhiri dengan memberikan posttes (O2) (Sinaga, 2013). Adapun desain penelitian yang
dimaksud ditunjukkan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Pretest Perlakuan Posttest
O1O2 X O1O2
Keterangan :
O1 : Tes Pemahaman Konsep
O2 : Tes Penalaran Ilmiah
X : Pembelajaran Learning Cycle 7E
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi peneitian ini yaitu seluruh siswa kelas X MIA (Matematika dan Ilmu Alam) di salah satu SMA di Kota Palu semester ganjil tahun ajaran 2014/2015 yang terdiri dari 4 kelas. Sampel penelitian ini adalah kelas X MIA 1 dengan jumlah siswa sebanyak 30 orang yang dipilih secara cluster random sampling yaitu suatu metode atau teknik pengambilan sampel dengan random atau
(20)
42
Nurul Kami Sani, 2015
PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP D AN KEMAMPUAN PENALARAN ILMIAH SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
tanpa pandang bulu dari kelompok anggota yang terhimpun dalam kelas (Arikunto, 2006).
D. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah model pembelajaran Learning Cycle 7E sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan penalaran ilmiah dan pemahaman konsep siswa.
E. Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini, peneliti membuat seperangkat instrumen penelitian adalah sebagai berikut: 1. Instrumen Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok (Arikunto, 2006). Tes ini terdiri dari tes pemahaman konsep dan kemampuan multi representasi siswa. Tes ini bertujuan untuk mengukur peningkatan pemahaman konsep dan kemampuan multi representasi siswa pada materi kinematika gerak lurus yang diberikan.
Bentuk tes yang digunakan pada tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) adalah tes pilihan ganda dengan 5 (lima) pilihan jawaban untuk mengukur peningkatan pemahaman konsep siswa dan tes uraian dengan rubrik penilaian untuk mengukur peningkatan kemampuan multi representasi siswa. Untuk tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) digunakan soal yang sama dengan pertimbangan bahwa peningkatan pemahaman konsep dan kemampuan penalaran ilmiah siswa benar-benar sebagai dampak pemberian perlakuan (treatment) dan bukan karena pengaruh intsrumen yang diberikan. Adapun butir-butir soal dalam tes pemahaman konsep meliputi indikator menaginterpretasikan, mengklasifikasikan, membandingkan, menyimpulkan dan menjelaskan. Sedangkan butir-butir soal dalam tes kemampuan penalaran ilmiah meliputi: penalaran proporsional (proportional reasoning), mengendalikan variabel (control
(21)
Nurul Kami Sani, 2015
PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP D AN KEMAMPUAN PENALARAN ILMIAH SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
of variables), penalaran probabilitas (probability reasoning), penalaran korelasi (correlation reasoning), dan penalaran hipotesis-deduktif (hypothetical-deductive reasoning). Kisi-kisi soal tes pemahaman konsep dan kemampuan penalaran ilmiah dapat dilihat pada Lampiran B.3 dan Lampiran B.4.
2. Instrumen Non-Tes
Instrumen non-tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi aktivitas guru dan siswa, dan wawancara terbuka dengan siswa. Lembar observasi aktivitas guru dan siswa digunakan untuk melihat sejauh mana keterlaksanaan model pembelajaran Learning Cycle 7E oleh guru dan siswa. Observasi ini tidak dilakukan oleh guru melainkan oleh observer selama proses kegiatan belajar mengajar berlangsung. Observasi dilakukan terhadap guru dan siswa. Format observasi aktivitas guru dan dapat dilihat pada Lampiran C.1 dan Lampiran C.2.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang dilakukan untuk memperoleh data-data yang mendukung pencapaian tujuan penelitian. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan ialah melakukan observasi aktivitas guru dan siswa, wawancara, serta memberikan instrumen tes pemahaman konsep dan kemampuan penalaran ilmiah.
1. Observasi
Observasi dilakukan selama proses kegiatan belajar mengajar berlangsung terhadap guru dan siswa oleh tiga observer. Observasi ini digunakan untuk melihat sejauhmana keterlaksanaan model pembelajaran Learning Cycle 7E oleh guru dan siswa. Observasi ini dibuat dalam bentuk cheklist (√) dan disediakan kolom keterangan. Dalam pengisiannya, observer memberikan tanda cheklist (√) sesuai dengan kriteria penilaian pada kolom yang telah disediakan dan menuliskan komentar pada kolom keterangan apabila ada hal-hal yang perlu dituliskan. Format lembar observasi aktivitas guru dan siswa serta kriteria penilaiannya dapat dilihat pada Lampiran C.1 dan Lampiran C.2.
(22)
44
Nurul Kami Sani, 2015
PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP D AN KEMAMPUAN PENALARAN ILMIAH SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
2. Wawancara
Wawancara kepada siswa pada penelitian ini digunakan untuk memperoleh data yang dapat mendukung hasil temuan menggunakan instrumen lainnya. Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terbuka. Siswa yang menjadi responden adalah enam orang siswa, masing-masing dipilih tiga siswa dari kelompok atas dan tiga siswa dari kelompok bawah.
3. Tes
Tes yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk tes pilihan ganda. Tes pilihan ganda digunakan untuk mengukur pemahaman konsep siswa dan kemampuan penalaran ilmiah siswa. Tes pemahaman konsep siswa yang digunakan dalam penelitian ini dibuat berdasarkan taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh Anderson dan Krathwohl (2001) yang dibatasi pada indikator menginterpretasikan, membandingkan, mengklasifikasikan, menyimpulkan dan menjelaskan. Sedangkan tes kemampuan penalaran ilmiah siswa dibatasi pada dimensi: Penalaran proporsional, mengendalikan variabel, penalaran probabilitas, penalaran korelasi, dan penalaran hipotesis-deduktif.
Langkah-langkah yang ditempuh peneliti dalam menyusun instrumen penelitian adalah sebagai berikut:
1) Membuat kisi-kisi instrumen penelitian untuk materi yang dibahas. 2) Menyusun instrumen penelitian berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat.
3) Meminta pertimbangan (judgement) terhadap instrumen penelitian yang telah dibuat kepada dosen ahli untuk mengukur validitas instrumen yang digunakan. 4) Melakukan uji coba instrumen penelitian terhadap siswa untuk mengukur
tingkat kemudahan, daya pembeda, dan relabilitas instrumen.
5) Setelah instrumen yang diujicobakan diolah dengan dihitung tingkat kemudahan, daya pembeda, dan reliabilitasnya maka instrumen itu dapat digunakan untuk melakukan pretest dan posttest jika skor reliabilitasnya
(23)
Nurul Kami Sani, 2015
PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP D AN KEMAMPUAN PENALARAN ILMIAH SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
minimal 0,40 (minimal kriteria cukup) dan skor daya pembeda minimal 0,21 (minimal kriteria cukup)
G. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu:
1) Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan meliputi:
a. Menentukan masalah yang dikaji. Untuk menentukan masalah yang dikaji, peneliti melakukan studi pendahuluan melalui kegiatan observasi, yaitu mengamati kegiatan pembelajaran fisika di dalam kelas, memberikan tes pemahaman konsep dan tes kemampuan multi representasi, serta melakukan wawancara kepada guru mata pelajaran fisika dan kepada beberapa siswa. Wawancara dilakukan secara wawancara terbuka.
b. Studi literatur, dilakukan untuk memperoleh teori yang akurat mengenai permasalahan yang dikaji.
c. Melakukan studi kurikulum mengenai materi ajar yang dibahas dalam penelitian untuk mengetahui kompetensi dasar yang dicapai.
d. Menyusun Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang mengacu pada tahapan model pembelajaran konstruktivisme
e. Membuat dan menyusun instrumen penelitian.
f. Meminta pertimbangan (judgment) instrumen penelitian kepada dosen ahli untuk mengukur validitas instrumen.
g. Melakukan uji coba instrumen penelitian untuk mengukur reabilitas instrumen, tingkat kemudahan, dan daya pembeda.
h. Menganalisis hasil uji coba instrumen penelitian dan kemudian menentukan soal yang layak digunakan sebagai instrumen penelitian.
2) Tahap Pelaksanaan
(24)
46
Nurul Kami Sani, 2015
PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP D AN KEMAMPUAN PENALARAN ILMIAH SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
a. Memberikan tes awal (pretest) kepada kelas eksperimen untuk mengukur pemahaman konsep dan kemampuan penaaran ilmiah siswa sebelum diberi perlakuan (treatment).
b. Memberikan perlakuan (treatmet) kepada kelas eksperimen yaitu dengan cara menerapkan model pembelajaran Learning Cycle 7E, pada pembelajaran fisika materi fluida statis dengan adanya observer selama pembelajaran.
c. Memberikan tes akhir (posttest) kepada kelas eksperimen untuk mengukur peningkatan pemahaman konsep dan kemampuan penalaran ilmiah siswa setelah diberi perlakuan (treatment).
d. Melakukan wawancara terbuka kepada siswa
3) Tahap Akhir
Pada tahapan ini kegiatan yang akan dilakukan antara lain:
a. Mengolah data hasil tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) serta menganalisis instrumen tes lainnya.
b. Membandingkan hasil analisis data instrumen tes antara sebelum diberi perlakuan dan setelah diberi perlakuan untuk melihat dan menentukan apakah terdapat peningkatan pemahaman konsep dan kemampuan penalaran ilmiah siswa setelah diterapkan model pembelajaran konstruktivisme.
c. Menganalisis hubungan antara pemahaman konsep dengan kemampuan penalaran ilmiah siswa kelas eksperimen berdasarkan data yang diperoleh. d. Menganalisis keterlaksanaan model pembelajaran berdasarkan pada data
yang diperoleh.
e. Memberikan kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan data.
f. Memberikan saran-saran terhadap aspek-aspek penelitian yang kurang sesuai.
(25)
Nurul Kami Sani, 2015
PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP D AN KEMAMPUAN PENALARAN ILMIAH SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Tahap Persiapan
Tahap Pelaksanaan
Uji Coba dan Analisis Instrumen Penelitian Judgment/Validasi Ahli
Instrumen Penelitian Studi Literatur
dan Studi Kurikulum Studi Pendahuluan
KELAS EKSPERIMEN
Kegiatan Belajar Mengajar menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E
Pretest
Posttest
Observasi Keterlaksanaan
Model Pembelajaran Pembuatan Perangkat Pembelajaran
dan
Pembuatan Instrumen Penelitian
Rumusan Masalah
Solusi Permasalahan
Perbaikan
Wawancara Ya
(26)
48
Nurul Kami Sani, 2015
PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP D AN KEMAMPUAN PENALARAN ILMIAH SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Tahap Akhir
Gambar 3.1
Diagram Alur Proses Penelitian
H. Teknik Analisis Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian. Kualitas instrumen sebagai alat pengambil data harus teruji kelayakannya dari segi validitas, reliabilitas, tingkat kemudahan, dan daya pembeda
1. Analisis Validitas Instrumen Uji Coba
Validitas instrumen menunjukkan tingkat kevalidan atau ketepatan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2013). Pengujian validitas instrumen dilakukan secara validitas isi (content validity) dengan cara meminta pertimbangan para ahli (judgement expert), dengan tujuan untuk mengetahui apakah instrumen yang telah dibuat sudah dapat mengukur apa yang hendak diukur.
Pengujian validitas isi dilakukan dengan melihat kesesuaian antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang diajarkan (meliputi standar kompetensi dan kompetensi dasar) dan indikator pemahaman konsep serta indikator kemampuan multi representasi. Jumlah tenaga ahli (judgement expert) yang memberikan pertimbangan dalam pengujian validitas instrumen ini sebanyak 3 orang.
2. Analisis Reliabilitas Instrumen Uji Coba
Reliabilitas adalah kestabilan (konsistensi) data yang diperoleh ketika obyek yang sama diuji ulang dengan soal yang sama pada situasi yang berbeda (sugiyono, 2013). Kestabilan atau konsistensi data tidak harus selalu sama, tetapi
Pengolahan Data Kesimpulan
(27)
Nurul Kami Sani, 2015
PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP D AN KEMAMPUAN PENALARAN ILMIAH SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
mengikuti perubahan secara konsisten. Artinya jika keadaan siswa A mula-mula berada lebih rendah dibandingkan dengan siswa B, maka jika diadakan pengukuran berulang, siswa A juga berada lebih rendah dari siswa B. Itulah yang dikatakan ajeg atau konsisten, yaitu sama dalam memposisikan siswa di antara anggota kelompok yang lain. Besarnya kekonsistenan itulah menunjukkan tingginya reliabilitas instrumen tes.
Berdasarkan definisi reliabilitas di atas, maka metode yang digunakan untuk pengujian reliabilitas instrumen pada penelitian ini adalah dengan metode tes berulang (test-retest). Pengujian reliabilitas instrumen dengan metode tes berulang (test-retest) dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sebanyak dua kali pada responden. Dalam hal ini instrumen soalnya sama, obyeknya sama, tetapi waktunya berbeda. Reliabilitas instrumen diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya.
Analisis reliabilitas dapat dilakukan menggunakan teknik reliabilitas product moment angka kasar.
2 2
2
2
Y Y N X X N Y X XY NrXY …….….……(3.1)
(Arikunto, 2006) Keterangan:
XY
r = koefisien korelasi
X = skor rata-rata tes pertama Y = skor rata-rata tes kedua N = Jumlah subyek
Untuk menginterpretasikan nilai rxy yang diperoleh dari perhitungan di
atas, digunakan kriteria reliabilitas instrumen tes seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2
Interpretasi Reliabilitas Instrumen Tes
Koefisien Korelasi Kriteria
(28)
50
Nurul Kami Sani, 2015
PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP D AN KEMAMPUAN PENALARAN ILMIAH SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu 0,60 < rxy ≤ 0,80 Tinggi
0,40 < rxy≤ 0,60 Cukup
0,20 < rxy≤ 0,40 Rendah
0,00 < rxy≤ 0,20 Sangat Rendah
(Arikunto, 2006)
3. Tingkat Kemudahan Instrumen Uji Coba
Tingkat kemudahan suatu butir soal merupakan proporsi dari keseluruhan siswa yang menjawab benar pada butir soal tersebut. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar sehingga tingkat kemudahan butir soal dapat didefinisikan sebagai bilangan yang menunjukan mudah dan sukarnya suatu soal (Arikunto, 2006). Analisis tingkat kemudahan dimaksudkan untuk mengetahui apakah soal tersebut tergolong mudah atau sukar. Tingkat kemudahan butir soal pilihan ganda dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
P B JS
………..……….(3.2)
(Arikunto, 2006) Keterangan:
P = indeks kemudahan
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Untuk menginterpretasikan nilai P yang diperoleh dari perhitungan di atas, digunakan kriteria tingkat kemudahan butir soal seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3
Interpretasi Tingkat Kemudahan Butir Soal
P Kriteria Soal
0,00 ≤ P ≤ 0,30 Sukar
0,3 < P ≤ 0,70 Sedang 0,70 < P ≤ 1,00 Mudah
(Arikunto, 2006)
(29)
Nurul Kami Sani, 2015
PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP D AN KEMAMPUAN PENALARAN ILMIAH SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah (Arikunto 2006). Untuk menentukan nilai daya pembedasoal pilihan ganda maka digunakan persamaan sebagai berikut:
J B B
DP A B ... (3.3) (Arikunto, 2006) Keterangan:
DP = daya pembeda butir soal
BA = banyak peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar
BB = banyak peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar
J = banyaknya peserta pada kelompok atas atau bawah
Untuk menginterpretasikan nilai DP yang diperoleh dari perhitungan di atas, digunakan kriteria daya pembeda butir soal seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4
Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal
Nilai DP Kriteria
Negatif Soal Dibuang
0,00 – 0,20 Jelek
0,21 – 0,40 Cukup
0,41 – 0,70 Baik
0,71 – 1,00 Baik Sekali (Arikunto, 2006)
I. Hasil Judgement dan Uji Coba Instrumen Tes
Hasil pertimbangan dari tiga dosen ahli (judgement expert), diperoleh kesimpulan bahwa dari 16 butir soal pemahaman konsep yang di-judgement, seluruhnya sudah memenuhi validitas isi sehingga dapat digunakan untuk keperluan penelitian. Tetapi ada beberapa hal terkait redaksi yang perlu diperbaiki. Hasil pertimbangan (judgement) oleh ahli validitas isi untuk tes pemahaman konsep dan tes kemampuan penalaran ilmiah selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran E.1.
(30)
52
Nurul Kami Sani, 2015
PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP D AN KEMAMPUAN PENALARAN ILMIAH SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Uji coba instrumen tes pemahaman konsep dan kemampuan penalaran ilmiah siswa dilakukan kepada siswa di sekolah yang sama tetapi berbeda tingkatan kelas. Dalam hal ini uji coba instrumen diberikan pada kelas XI yang sudah mendapatkan materi pelajaran yang diujicobakan (fluida satatis). Untuk menghindari ketidaksiapan siswa atas tes yang diberikan, maka 7 hari sebelum pelaksanaan tes, peneliti menginformasikan kepada siswa bahwa akan diadakan tes mengenai materi ajar fluida statis. Data hasil uji coba kemudian dianalisis meliputi uji reliabilitas, tingkat kemudahan, daya pembeda seperti yang dibahas sebelumnya.
Hasil analisis terhadap uji coba instrumen tes pemahaman konsep yang telah dilakukan, dirangkum pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5.
Hasil Uji Coba Instrumen Tes Pemahaman Konsep
No Soal
Tingkat Kemudahan Daya Pembeda
Keputusan
Nilai Kriteria Nilai Kriteria
1. 0,70 Sedang 0,33 Cukup Dipakai
2. 0,43 Sedang 0,50 Baik Dipakai
3. 0,57 Sedang 0,50 Baik Dipakai
4. 0,73 Mudah 0,33 Cukup Dipakai
5. 0,57 Sedang 0,67 Baik Dipakai
6. 0,53 Sedang 0,67 Baik Dipakai
7. 0,50 Sedang 0,67 Baik Dipakai
8. 0,23 Sukar 0,33 Cukup Dipakai
9. 0,70 Sedang 0,67 Baik Dipakai
10. 0,47 Sedang 0,33 Cukup Dipakai
11. 0,53 Sedang 0,33 Cukup Dipakai
12. 0,37 Sedang 0,50 Baik Dipakai
13. 0,53 Sedang 0,67 Baik Dipakai
14. 0,53 Sedang 0,33 Cukup Dipakai
15. 0,40 Sedang 0,33 Cukup Dipakai
16. 0,40 Sedang 0,33 Cukup Dipakai
(31)
Nurul Kami Sani, 2015
PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP D AN KEMAMPUAN PENALARAN ILMIAH SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan Tabel 3.5, hasil perhitungan menunjukan bahwa tingkat kemudahan dari 16 butir soal yang diujicobakan dengan kategori mudah sebesar 5,6%% atau sebanyak satu butir soal, kategori sedang sebesar 88,9% atau sebanyak 16 butir soal, dan kategori sukar sebesar 5,6% atau sebanyak satu butir soal. Daya pembeda dari 16 butir soal yang diujicobakan dengan kategori cukup sebesar 50% atau sebanyak sembilan butir soal, dan kategori baik sebesar 50% atau sebanyak sembilan butir soal. Analisis tingkat kemudahan dan daya pembeda untuk tes pemahaman konsep selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran D.2.
Dari Tabel 3.5. juga diperoleh informasi bahwa Koefisien reliabititas tes yang terdiri dari 16 butir soal sebesar 0,8. Jika dilihat dari kriteria reliabilitas instrumen tes yang dikembangkan oleh Arikunto (2006), maka koefisien reliabilitas untuk tes pemahaman konsep termasuk pada kategori tinggi. Analisis realibilitas untuk tes pemahaman konsep selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran D.2.
F. Teknik Pengolahan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitin ini adalah data observasi pelaksanaan kegiatan belajar mengajar fisika sebelum diterapkan perlakuan, skor yang diperoleh dari tes pemahaman konsep dan tes penalaran ilmiah, aktivitas siswa dan guru selama pembelajaran Learning Cycle 7E, dan wawancara dengan siswa setelah diterapkan perlakuan.
Dari data-data tersebut, data wawancara guru mata pelajaran fisika dan observasi pelaksanaan kegiatan belajar mengajar fisika digunakan untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi guru dan siswa dalam pembelajaran fisika sehingga data-data tersebut digunakan untuk merumuskan masalah pada tahap studi pendahuluan. Data nilai tes pemahaman konsep dan kemampuan penalaran ilmiah digunakan untuk mengukur peningkatan pemahaman konsep dan kemampuan penalaran ilmiah siswa, serta untuk mengetahui hubungan antara pemahaman konsep dengan kemampuan penalaran ilmiah siswa. Data wawancara siswa setelah diterapkan perlakuan digunakan untuk mendapatkan data penunjang
(32)
54
Nurul Kami Sani, 2015
PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP D AN KEMAMPUAN PENALARAN ILMIAH SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
yang mendukung data instrumen tes. Data keterlaksanaan model pembelajaran diperoleh dari data hasil observasi aktivitas guru dan siswa pada proses pembelajaran. Adapun teknik pengolahan data yang digunakan terhadap data-data tersebut, antara lain:
1) Analisis peningkatan pemahaman konsep dan kemampuan Penalaran Ilmiah siswa
Untuk melihat efektifitas perlakuan (treatment) yang diterapkan pada kelas eksperimen terhadap peningkatan pemahaman konsep dan kemampuan penalaran ilmiah siswa maka dilakukan analisis gain yang dinormalisasi dari skor tes awal (pretest) dan skor tes akhir (posttest) untuk peningkatan pemahaman konsep siswa dan kemampuan penalaran ilmiah. Adapun langkah-langkah yang dilakukan antara lain:
a. Memberi skor pada hasil tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest)
Langkah pertama yang dilakukan sebelum pengolahan data adalah memberikan skor pada semua jawaban skor awal (pretest) dan skor akhir (posttest). Penskoran untuk soal pemahaman konsep adalah dengan menggunakan aturan penskoran untuk tes pilihan ganda yaitu 1 atau 0. Skor 1 jika jawaban benar, dan skor 0 jika jawaban salah. Sedangkan penskoran untuk soal penalaran ilmiah mengacu pada penskoran Beyrak (2013) dalam bentuk two-tier multiple choce test.
Tabel 3.6
Pedoman Penskoran Instrumen Penalaran Ilmiah
Kriteria Skor
Tidak ada jawaban 0
Satu jawaban benar baik pada second tier maupun first tier 0 Dua jawaban benar pada first tier dan second tier 1 Beyrak (2013) b. Menghitung skor gain yang dinormalisasi (N-Gain)
(33)
Nurul Kami Sani, 2015
PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP D AN KEMAMPUAN PENALARAN ILMIAH SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Gain yang dinormalisasi merupakan perbandingan antara skor gain yang diperoleh siswa dengan skor gain maksimum yang dapat diperoleh (Hake, 1999), secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:
pre maks pre post S S S S g
...(3.4) (Hake, 1999) Keterangan:
g = gain yang dinormalisasi
Spost = skor tes akhir yang diperoleh siswa
Spre = skor tes awal yang diperoleh siswa
Sm ideal = skor maksimum ideal
c. Menentukan skor rata-rata gain yang dinormalisasi
Untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep dan kemampuan pemahaman ilmiah siswa pada materi fluida statis digunakan data skor rata-rata gain yang dinormalisasi yang diolah dengan menggunakan persamaan yang dikembangkan oleh Hake (1999), yaitu sebagai berikut.
<S
S
<g>
S
S
post pre
m ideal pre
………(3.5)(Hake, 1999) Keterangan:
<g> = skor rata-rata gain yang dinormalisasi <Spost> = skor rata-rata tes akhir yang diperoleh siswa
<Spre> = skor rata-rata tes awal yang diperoleh siswa
Sm ideal = skor maksimum ideal
Mengintrepetasikan skor rata-rata gain yang dinormalisasi dengan menggunakan Tabel 3.7.
Tabel 3.7
Interpretasi Skor Rata-Rata Gain yang Dinormalisasi
Nilai <g> Kriteria
(34)
56
Nurul Kami Sani, 2015
PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP D AN KEMAMPUAN PENALARAN ILMIAH SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
0,3 ≤ <g> < 0,7 Sedang <g> < 0,3 Rendah (Hake, 1999)
2) Analisis Hubungan antara Pemahaman Konsep dengan Kemampuan Penalaran Ilmiah
Untuk melihat hubungan antara pemahaman konsep dengan kemampuan penalaran ilmiah siswa yang mendapat perlakuan berupa penerapan model pembelajaran Learning Cycle 7E, digunakan uji korelasi antara data N-gain pemahaman konsep dan kemampuan penalaran ilmiah. Jika data berdistribusi normal dan homogen, maka uji korelasi dilakukan dengan uji Pearson product moment. Sedangkan jika data tidak normal dan tidak homogen, maka uji korelasi dilakukan dengan uji Rank Spearman. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan piranti lunak pengolah data IBM SPSS Statistic 18. Interpretasi koefisien korelasi dapat dilihat pada Tabel 3.8.
Tabel 3.8
Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,19 Sangat rendah
0,20 – 0,39 Rendah
0,40 – 0,59 Sedang
0,60 – 0,79 Kuat
0,80 – 1,0 Sangat kuat
(Sugiyono, 2013)
3) Analisis Data Hasil Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran
Untuk mengetahui kriteria keterlaksanaan model pembelajaran pada setiap pertemuan, maka diperlukan pengolahan data yang menampilkan data dalam bentuk persentase. Adapun langkah-langkah untuk mengolah data tersebut sebagai berikut:
(35)
Nurul Kami Sani, 2015
PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP D AN KEMAMPUAN PENALARAN ILMIAH SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
1) Menghitung jumlah jawaban “ya” yang observer isi pada format observasi keterlaksanaan pembelajaran.
2) Menghitung persentase keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan rumus berikut :
……….(3.6)
Untuk mengetahui kriteria keterlaksanaan model pembelajaran konstruktivisme dapat diinterpretasikan pada Tabel 3.9.
Tabel 3.9
Kriteria Keterlaksanaan Model Pembelajaran
KM (%) Kriteria
KM = 0 Tak satu kegiatan pun terlaksana 0 < KM < 25 Sebagian kecil kegiatan terlaksana
25 ≤ KM < 50 Hampir setengah kegiatan terlaksana KM = 50 Setengah kegiatan terlaksana 50 < KM < 75 Sebagian besar kegiatan terlaksana
75 ≤ KM < 100 Hampir seluruh kegiatan terlaksana KM = 100 Seluruh kegiatan terlaksana Keterangan: KM = Keterlaksanaan model pembelajaran
(36)
78
Nurul Kami Sani, 2015
PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP D AN KEMAMPUAN PENALARAN ILMIAH SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data mengenai penerapan model pembelajaran Learning Cycle 7E menggunakan pendekatan saintifik untuk meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan penalaran ilmiah siswa, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat peningkatan pemahaman konsep fluida statis siswa sebagai efek penerapan model pembelajaran Learning Cycle 7E dengan skor rerata N-Gain sebesar 0,58 dengan kategori sedang
2. Terdapat peningkatan penalaran ilmiah siswa sebagai efek penerapan model pembelajaran Learning Cycle 7E dengan skor rerata N-Gain sebesar 0,55 dengan kategori sedang.
3. Kemampuan penalaran ilmiah siswa berkorelasi secara sedang dengan pemahaman konsep siswa yang mendapat perlakuan dengan model pembelajaran Learning Cycle 7E dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0.50.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai penerapan model pembelajaran pembangkit argumen menggunakan metode saintifik, peneliti memberi beberapa saran sebagai berikut:
1. Penggunaan metode saintifik perlu dibiasakan dalam setiap proses pembelajaran fisika karena berdasarkan hasil penelitian terbukti efektif dalam meningkatkan pemahaman konsep serta menunjang siswa untuk lebih melatihkan kemampuan bernalar siswa. Saran ini didasarkan pada temuan peneliti dilapangan yang menunjukan bahwa sebagian besar guru masih melakukan proses pembelajaran yang hanya sebatas pada transfer pengetahuan
(37)
Nurul Kami Sani, 2015
PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP D AN KEMAMPUAN PENALARAN ILMIAH SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
menggunakan metode ceramah, latihan-latihan soal, dan pemberian rumus-rumus yang ada pada fisika.
2. Untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran dikelas maka diperlukan kesiapan sarana dan prasarana di sekolah terutama sarana dan prasarana untuk memfasilitasi kegiatan pembelajaran di laboratorium. Berdasarkan temuan dilapangan, sarana dan prasarana di laboratorium belum dapat disiapkan dengan baik karena selain ruang laboratorium yang tidak dirawat, juga banyaknya alat-alat di laboratorium yang rusak.
3. Tahapan menanya, menalar, dan melakukan praktikum perlu dilatihkan dan harus mendapat perhatian khusus oleh guru. Hal ini didasarkan pada temuan peneliti bahwa sebagian besar siswa masih mengalami ketidakpercayaan diri untuk bertanya dan menjawab pertanyaan, serta kurang terampil dalam melakukan percobaan. Ketiganya berperan penting dalam menunjang hasil yang maksimal untuk pencapaian aspek penanaman konsep dan keterampilan berargumentasi kepada siswa.
(38)
80
Nurul Kami Sani, 2015
PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP D AN KEMAMPUAN PENALARAN ILMIAH SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Abraham, M.R., Renner J.W. (1986). The Sequence of Learning Cycle Activity in High School Chemistry. J. of Research in Science Teaching. Vol 23 (2), pp 121-143
Acisli, S., Yalcin, S. A., & Turgut, U. (2011). Effects of the 5E learning model on
students’ academic achievements in movement and force issues. Procedia
Social and Behavioral Sciences. Vol. 15: 2459–2462.
Anderson & Krathwohl. (2001). Pembelajaran, Pengajaran dan Assesmen. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Bently and Ebert. (2007). Teaching Constructivist Science K-8. Corwin Press Hal 117-119.
B.L. Gerber, A.M. Cavallo, & E.A. Marek. (2001). “Relationships among informal learning environments, teaching procedures and scientific reasoning ability,”. International Journal of Science Education, 23(5):535-549.
Bullock, M. (1996). Development of Reasioning Competences in Early and Later Childhood. Dalam E. DeCorte & F.E. Weinert: International Encyclopedia Developmental and Instructional Psychology. Kidlington, Oxford: Elssevier Science Ltd.
Bybee, R. W., Taylor, J.A., Gardner A., Scotter, P. V., Powell, J.C., Westbrook, A. & andes, N. (2006). The BSCS 5E instructional model: origins and effectiveness. Office Of Science Education National Institutes Of Health. Vol. 3: 1-80. Bybee, R.W. (2009). The BSCS 5E Instructional Model and 21ST Century Skills.
Paper for a Workshop On Exploring The Intersection of Science Education and The Development of 21st Century Skill.
C. Zimmerman. (2005) The Development of Scientific Reasoning: What psychologists contribute to an Understanding of Elementary Science Learning. Paper commissioned by the National Academies of Science (National Research
Council’s Board of Science Education, Consensus Study on Learning Science,
(39)
Nurul Kami Sani, 2015
PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP D AN KEMAMPUAN PENALARAN ILMIAH SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
http://www7.nationalacademies.org/bose/Corinne_Zimmerman_Final_Paper.p df
Carin, A.A. (1993). Teaching Modern Science, 6th ed. New York: Maxwell Macmillan International.
Carin , A.A. & R.B. Sund. (1985). Teahcing Science Through Discovery, 5th ed. Colombus: Charles E. Merril.
Cavallo, A. M. (1996). Meaningful learning, reasoning ability, and students’ understanding and problem solving of topics in genetics. Journal of research in science teaching, 33, 625-656.
Christine, V. (2010). The Nature of Science and The Scientific Method. Durham: The Geological Society of America.
Colburn, A. & Clough, M.P. (1997). Implementing the Learning Cycle: A Gradual Transition to a New Teaching Approach. The Science Teacher, 64(5):30-33. Dahar, R. W. (1989). Teori-teori belajar. Jakarta: Erlangga.
Dasna, I.Wayan. (2007). Kajian Implementasi Model Siklus Belajar (Learning Cycle) dalamPembelajaran Kimia. Makalah Seminar Nasional MIPA dan Pembelajarannya. FMIPAUM-Dirjen Dikti Depdiknas.
Depdiknas. (2006). Kurikulum 2006 : Standar Kompetensi, Mata Pelajaran Fisika, Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah, Jakarta: Depdiknas.
Dolan, E. & Grady, J. (2009). Recognizing Students’ Scientific Reasoning: A Tool for Categorizing Complexity of Reasoning During Teaching by Inquiry. Journal Science Teacher Education. Vol. 21: 31-55.
Dryden, G & J. Vos. (2000). Revolusi Cara Belajar (The Learning Revolusion), Bagian 1. Bandung: Kaifa.
Eisenkraft, A. (2003). Expanding the 5E Models. The Science Teacher. Published by the National Science Teachers Association, 1840 Wilson Blvd. Arlington, V A 22201-3000.
Erduran, S., & Maria, Pj., (2008). Argumentation in Science Education. London: Spinger Science.
(40)
82
Nurul Kami Sani, 2015
PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP D AN KEMAMPUAN PENALARAN ILMIAH SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Fajaroh, F., Dasna, I.W. (2013). Penggunaan Model Pembelajaran Learning Cycle UntukMeningkatkan Motivasi Belajar Dan Hasil Belajar Kimia Zat Aditif Dalam BahanMakanan Pada Siswa Kelas Ii Smu Negeri 1 Tumpang-Malang. Jurnal Pendidikandan Pembelajaran Vol 11 (2) Oktober 2004, hal 112-122 Hake, R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores Dept. of Physics, Indiana University
24245 Hatteras Street, Woodland Hills, CA, 91367 USA.USA:Indiana University http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf Henny. (2012). Penerapan Pembelajaran Generatif Dengan Strategi Problem
Solving Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMA pada Materi Fluida Statis. Tesis FP-IPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Huang. (2008). Implementing the Learning Cycle: A Gradual Transition to a New Teaching Approach. The Science Teacher, 64(5):30-33.
Karplus, R., et al., (1977). Science teaching and the development of reasoning. Journal of Research in Science Teaching. Vol. 14(2): 169-175.
Kanli, U. & Yagbasan, R. (2007). The effects of laboratory based on the 7E learning cycle model and verification laboratory approach on the development of students science process skill and conceptual achievement. [Online] tersedia: http://na-serv.did.gu.se/ESERA2007/pdf/223.pdf [01 maret 2014]
Kemendikbud. (2013). Pedoman Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Kemendikbud.
Khan, M., & Iqbal, M. Z. (2011). Effect of inkuiri lab teaching Method on the development of scientific skills through the teaching of biology in Pakistan. Strength for today and bright hope for tomorrow journal.
Kuhn. (2010). Teaching and Learning Science as Argument. Wiley Periodicals, Inc. Sci Ed, v (94) :810-824.
Koray, Ö., & Köksal, M. S. (2009). The effect of creative and critical thinking based laboratory applications on creative and logical thinking abilities of prospective teachers. Asia-Pacific Forum on Science Learning and Teaching Journal , 10(2), 1-13.
Krulik, S. & Rudnick, A. (1996). The New Source forTeaching Reasoning and Problem Solving in Junior and Senior High School.USA: Allyn and Bacon.
(41)
Nurul Kami Sani, 2015
PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP D AN KEMAMPUAN PENALARAN ILMIAH SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Lawson, A.E. (1991). Exploring Growth (& Mitosis) Through a Learning Cycle. The American Biology Teacher, 53(2):107-110.
Lawson, A.E. (1992). The Development of Reasoning Among College Biology Students-A Review of Research. Journal of College Science Teaching, May 1992:338-344.
Lawson, A.E. (1996). Introduction Mendelian Genetic Through a Learning Cycle. The American Biology Teacher, 58(1): 38-42.
Lawson, A. E. (2000). Development and Validation of the Classroom Test of Formal Reasoning. Journal of research in science teaching, 15(1), 11-24. Revised Edition.
Lawson, A. E., Alkhoury, S., Benford, R., Clark, B. R., & Falconer, K. A. (2000). What kinds of scientific concepts exist? Concept construction and intellectual development in college biology. Journal of Research in Science Teaching. Vol. 37(9): 996-1018.
Liao, Ya Wen & Ching, S.H. (2009).. “Enchancing Eight Grade Students’ Scientific conceptual Change and Scientific Reasoning through a Web-based Learning
Program”. Journal of Educational Technology & Society (IFETS). 12, (4),
228-240.
Lorsbach, A. (2006). Learning Cycle as a tool for planning science instruction . Tersedia: http://www.coe.ilstu.edu/scienceed/lorsbach/257lrcy.htm
L.Bao, et al. (2009). Learning and Scientific Reasoning. SCIENCE VOL 323
Novak, Joseph D. dan Canas, Alberto J. (2008). Technical Report IHMC : The Theory Underlying Concept Maps and How to Construct and Use Them. Institute for Human and Machine Cognition. [Online : www.ihmc.us]
Osborne, J., Erduran, S. & Simon, S. (2004). Enhancing The Quality of Argumentation in School Science. Journal of Research in Science Teaching, 41 (10), 994-1020.
Renner, J.W., Abraham M.R.,Birnie, H.H. (1988). The Necessity of Each Phase of TheLearning Cycle ini Teaching High School Physics. J. of Research in Science Teaching.Vol 25 (1), pp 39-58.
(42)
84
Nurul Kami Sani, 2015
PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP D AN KEMAMPUAN PENALARAN ILMIAH SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
R. N. Giere, J. Bickle, R. F. Mauldin. (2006). Understanding Scientific Reasoning, 5th edition, Belmont, CA: Thomson/Wadsworth.
Santyasa. (2004). “Model Problem Solving dan Reasoning sebagai Alternatif
Pembelajaran Inovatif”. Makalah pada Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia (Konaspi) V 5-9 Oktober 2004, Surabaya.
Sampson, V., & Gerbino, F. (2010). Two Instructional Models That Teacher Can Use to Promote & Support Scientific Argumentation In the Biology Classroom. The American Biology Teacher, Vol.72 (7): 427-431.
Shayer, M & Adey, P.S. (1993). Accelarating the Development of Formal Thinking in Middle and High School Student’s IV: Three years after a two-year intervention. Journal of research in science teaching, 30, 351-366.
Silberman, M. (1996). Active Learning: 101 Strategies to Teach Any Subject. Boston: Allyn & Bacon.
Suherman, E. (2001). Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alphabeta.
Surapranata, S. (2009). Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Suparno, P. (1997). Filsafat Konstruktivisme dalalm Pendidikan. Jakarta: Kanisius. Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Prenada
Media Group.
Tumini. (2010). Penerapan Siklus Belajar 5E Pada Materi Bunyi Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP. Tesis Magister pada SPs Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak Diterbitkan
Wieman, C. (2007). Why Not Try a Scientific Approach to Science Education. Colorado: University of Colorado Press.
Wilson, C., Taylor, J., Kowalski, S., and Carlson, J. (2009). The relative effects of
(1)
Nurul Kami Sani, 2015
PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP D AN KEMAMPUAN PENALARAN ILMIAH SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Abraham, M.R., Renner J.W. (1986). The Sequence of Learning Cycle Activity in High School Chemistry. J. of Research in Science Teaching. Vol 23 (2), pp 121-143
Acisli, S., Yalcin, S. A., & Turgut, U. (2011). Effects of the 5E learning model on
students’ academic achievements in movement and force issues. Procedia Social and Behavioral Sciences. Vol. 15: 2459–2462.
Anderson & Krathwohl. (2001). Pembelajaran, Pengajaran dan Assesmen. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Bently and Ebert. (2007). Teaching Constructivist Science K-8. Corwin Press Hal 117-119.
B.L. Gerber, A.M. Cavallo, & E.A. Marek. (2001). “Relationships among informal learning environments, teaching procedures and scientific reasoning ability,”. International Journal of Science Education, 23(5):535-549.
Bullock, M. (1996). Development of Reasioning Competences in Early and Later Childhood. Dalam E. DeCorte & F.E. Weinert: International Encyclopedia Developmental and Instructional Psychology. Kidlington, Oxford: Elssevier Science Ltd.
Bybee, R. W., Taylor, J.A., Gardner A., Scotter, P. V., Powell, J.C., Westbrook, A. & andes, N. (2006). The BSCS 5E instructional model: origins and effectiveness. Office Of Science Education National Institutes Of Health. Vol. 3: 1-80. Bybee, R.W. (2009). The BSCS 5E Instructional Model and 21ST Century Skills.
Paper for a Workshop On Exploring The Intersection of Science Education and The Development of 21st Century Skill.
C. Zimmerman. (2005) The Development of Scientific Reasoning: What psychologists contribute to an Understanding of Elementary Science Learning. Paper commissioned by the National Academies of Science (National Research
Council’s Board of Science Education, Consensus Study on Learning Science,
(2)
Nurul Kami Sani, 2015
PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP D AN KEMAMPUAN PENALARAN ILMIAH SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
http://www7.nationalacademies.org/bose/Corinne_Zimmerman_Final_Paper.p df
Carin, A.A. (1993). Teaching Modern Science, 6th ed. New York: Maxwell Macmillan International.
Carin , A.A. & R.B. Sund. (1985). Teahcing Science Through Discovery, 5th ed. Colombus: Charles E. Merril.
Cavallo, A. M. (1996). Meaningful learning, reasoning ability, and students’ understanding and problem solving of topics in genetics. Journal of research in science teaching, 33, 625-656.
Christine, V. (2010). The Nature of Science and The Scientific Method. Durham: The Geological Society of America.
Colburn, A. & Clough, M.P. (1997). Implementing the Learning Cycle: A Gradual Transition to a New Teaching Approach. The Science Teacher, 64(5):30-33. Dahar, R. W. (1989). Teori-teori belajar. Jakarta: Erlangga.
Dasna, I.Wayan. (2007). Kajian Implementasi Model Siklus Belajar (Learning Cycle) dalamPembelajaran Kimia. Makalah Seminar Nasional MIPA dan Pembelajarannya. FMIPAUM-Dirjen Dikti Depdiknas.
Depdiknas. (2006). Kurikulum 2006 : Standar Kompetensi, Mata Pelajaran Fisika, Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah, Jakarta: Depdiknas.
Dolan, E. & Grady, J. (2009). Recognizing Students’ Scientific Reasoning: A Tool for Categorizing Complexity of Reasoning During Teaching by Inquiry. Journal Science Teacher Education. Vol. 21: 31-55.
Dryden, G & J. Vos. (2000). Revolusi Cara Belajar (The Learning Revolusion), Bagian 1. Bandung: Kaifa.
Eisenkraft, A. (2003). Expanding the 5E Models. The Science Teacher. Published by the National Science Teachers Association, 1840 Wilson Blvd. Arlington, V A 22201-3000.
Erduran, S., & Maria, Pj., (2008). Argumentation in Science Education. London: Spinger Science.
(3)
Nurul Kami Sani, 2015
PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP D AN KEMAMPUAN PENALARAN ILMIAH SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Fajaroh, F., Dasna, I.W. (2013). Penggunaan Model Pembelajaran Learning Cycle UntukMeningkatkan Motivasi Belajar Dan Hasil Belajar Kimia Zat Aditif Dalam BahanMakanan Pada Siswa Kelas Ii Smu Negeri 1 Tumpang-Malang. Jurnal Pendidikandan Pembelajaran Vol 11 (2) Oktober 2004, hal 112-122 Hake, R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores Dept. of Physics, Indiana University
24245 Hatteras Street, Woodland Hills, CA, 91367 USA.USA:Indiana University http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf Henny. (2012). Penerapan Pembelajaran Generatif Dengan Strategi Problem
Solving Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMA pada Materi Fluida Statis. Tesis FP-IPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Huang. (2008). Implementing the Learning Cycle: A Gradual Transition to a New Teaching Approach. The Science Teacher, 64(5):30-33.
Karplus, R., et al., (1977). Science teaching and the development of reasoning. Journal of Research in Science Teaching. Vol. 14(2): 169-175.
Kanli, U. & Yagbasan, R. (2007). The effects of laboratory based on the 7E learning cycle model and verification laboratory approach on the development of students science process skill and conceptual achievement. [Online] tersedia: http://na-serv.did.gu.se/ESERA2007/pdf/223.pdf [01 maret 2014]
Kemendikbud. (2013). Pedoman Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Kemendikbud.
Khan, M., & Iqbal, M. Z. (2011). Effect of inkuiri lab teaching Method on the development of scientific skills through the teaching of biology in Pakistan. Strength for today and bright hope for tomorrow journal.
Kuhn. (2010). Teaching and Learning Science as Argument. Wiley Periodicals, Inc. Sci Ed, v (94) :810-824.
Koray, Ö., & Köksal, M. S. (2009). The effect of creative and critical thinking based laboratory applications on creative and logical thinking abilities of prospective teachers. Asia-Pacific Forum on Science Learning and Teaching Journal , 10(2), 1-13.
Krulik, S. & Rudnick, A. (1996). The New Source forTeaching Reasoning and Problem Solving in Junior and Senior High School.USA: Allyn and Bacon.
(4)
Nurul Kami Sani, 2015
PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP D AN KEMAMPUAN PENALARAN ILMIAH SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Lawson, A.E. (1991). Exploring Growth (& Mitosis) Through a Learning Cycle. The American Biology Teacher, 53(2):107-110.
Lawson, A.E. (1992). The Development of Reasoning Among College Biology Students-A Review of Research. Journal of College Science Teaching, May 1992:338-344.
Lawson, A.E. (1996). Introduction Mendelian Genetic Through a Learning Cycle. The American Biology Teacher, 58(1): 38-42.
Lawson, A. E. (2000). Development and Validation of the Classroom Test of Formal Reasoning. Journal of research in science teaching, 15(1), 11-24. Revised Edition.
Lawson, A. E., Alkhoury, S., Benford, R., Clark, B. R., & Falconer, K. A. (2000). What kinds of scientific concepts exist? Concept construction and intellectual development in college biology. Journal of Research in Science Teaching. Vol. 37(9): 996-1018.
Liao, Ya Wen & Ching, S.H. (2009).. “Enchancing Eight Grade Students’ Scientific conceptual Change and Scientific Reasoning through a Web-based Learning
Program”. Journal of Educational Technology & Society (IFETS). 12, (4), 228-240.
Lorsbach, A. (2006). Learning Cycle as a tool for planning science instruction . Tersedia: http://www.coe.ilstu.edu/scienceed/lorsbach/257lrcy.htm
L.Bao, et al. (2009). Learning and Scientific Reasoning. SCIENCE VOL 323
Novak, Joseph D. dan Canas, Alberto J. (2008). Technical Report IHMC : The Theory Underlying Concept Maps and How to Construct and Use Them. Institute for Human and Machine Cognition. [Online : www.ihmc.us]
Osborne, J., Erduran, S. & Simon, S. (2004). Enhancing The Quality of Argumentation in School Science. Journal of Research in Science Teaching, 41 (10), 994-1020.
Renner, J.W., Abraham M.R.,Birnie, H.H. (1988). The Necessity of Each Phase of TheLearning Cycle ini Teaching High School Physics. J. of Research in Science Teaching.Vol 25 (1), pp 39-58.
(5)
Nurul Kami Sani, 2015
PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP D AN KEMAMPUAN PENALARAN ILMIAH SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
R. N. Giere, J. Bickle, R. F. Mauldin. (2006). Understanding Scientific Reasoning, 5th edition, Belmont, CA: Thomson/Wadsworth.
Santyasa. (2004). “Model Problem Solving dan Reasoning sebagai Alternatif
Pembelajaran Inovatif”. Makalah pada Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia (Konaspi) V 5-9 Oktober 2004, Surabaya.
Sampson, V., & Gerbino, F. (2010). Two Instructional Models That Teacher Can Use to Promote & Support Scientific Argumentation In the Biology Classroom. The American Biology Teacher, Vol.72 (7): 427-431.
Shayer, M & Adey, P.S. (1993). Accelarating the Development of Formal Thinking in Middle and High School Student’s IV: Three years after a two-year intervention. Journal of research in science teaching, 30, 351-366.
Silberman, M. (1996). Active Learning: 101 Strategies to Teach Any Subject. Boston: Allyn & Bacon.
Suherman, E. (2001). Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alphabeta.
Surapranata, S. (2009). Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Suparno, P. (1997). Filsafat Konstruktivisme dalalm Pendidikan. Jakarta: Kanisius. Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Prenada
Media Group.
Tumini. (2010). Penerapan Siklus Belajar 5E Pada Materi Bunyi Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP. Tesis Magister pada SPs Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak Diterbitkan
Wieman, C. (2007). Why Not Try a Scientific Approach to Science Education. Colorado: University of Colorado Press.
Wilson, C., Taylor, J., Kowalski, S., and Carlson, J. (2009). The relative effects of
(6)
Nurul Kami Sani, 2015
PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP D AN KEMAMPUAN PENALARAN ILMIAH SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
reasoning and argumentation. Journal of Research in Science Teaching. Vol. 47 (3): 276-301.