PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN: Studi Pengembangan Model Pembelajaran pada Mata Pelajaran Bahasa Arab di Madrasah Ibtidiyah di Kabupaten Lamongan.

(1)

(Studi Pengembangan Model Pembelajaran pada Mata Pelajaran Bahasa

Arab di Madrasah Ibtidiyah di Kabupaten Lamongan)

DISERTASI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Doktor Ilmu Pendidikan dalam Bidang Pengembangan Kurikulum

PROMOVENDUS

HISBULLAH HUDA

NIM : 0800838

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN KURIKULUM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG


(2)

Promotor merangkap Ketua

Prof. Dr. H. As’ari Djohar,M.Pd.

Ko-Promotor merangkap Sekretaris

Prof. Dr. H. Ishak Abdulhak, M.Pd.

Anggota

Dr. H. Azis Mahfuddin, M.Pd.

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pengembangan Kurikulum

Prof. Dr. H. Ishak Abdulhak, M.Pd PERNYATAAN


(3)

Pengembangan Model Pembelajaran untuk Mata Pelajaran Bahasa Arab di Madrasah Ibtidaiyah di Kabupaten Lamongan)” ini besera isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplaan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepda saya apabila di kemudian hari ditemukan terhadap pelanggaran etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klain dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, 10 Januari 2013 Yang Membuat Pernyataan,


(4)

Kemampuan Komunikasi Lisan (Studi Pengambangan Model Pembelajaran untuk Mata Pelajaran Bahasa Arab di Madrasah Ibtidiyah di Kabupaten Lamongan), (1) Promotor : Prof. Dr. H. As’ari Djohar, M.Pd., (2) Ko-promotor : Prof. Dr. H. Ishak Abdulhak, M.Pd., (3) Anggota : Dr. H. Azis Mahfuddin, M.Pd.

Key words : Model Pembelajaran, Komunikasi lisan, dan Madrasah Ibtidaiyah (MI).

Facts on the madrasah ibtidaiyah indicate that the output of Arabic learning in madrasah ibtidaiyah did not meet the expected quality of learning in accordance with the demands of the curriculum. The alumni of madrasah ibtidaiyah are not able to communicate verbally in simple themes. The problem in this research is how model of learning that can improve students' oral communication skills. The purpose of this research is to find a product in the form of the learning model as an alternative learning model that can improve oral communication skills. The research approach used is research and development by modifying the 10-steps of implementation of research into three steps as follows: preliminary studies, model development, and model validation test. The subjects of this research are teachers and students of madrasah ibtidaiyah in Lamongan. Data collection techniques used are observation, questionnaire, interview, study documentation, and oral tests. The data analysis technique used is the analysis of qualitative and quantitative analysis (statistical tests). The research and development produced learning model that can improve oral communication skills which consists of five phases of learning, namely, the orientation phase, the phase of using command to direct behavior, the phase of role reversal, the phase of structured practice, and the phase of guided practice Based on the analysis of data score difference between pretest and posttest in the experimental group and control group was found that learning model developed can effectively improve the students' oral communication skills in madrasah ibtidaiyah compared with conventional learning that usually done by the teacher. The implications of results of this research are that learning model developed emphasizes student’s activities in the learning process, the teachers use Arabic as the language of instruction that started by mentioning vocabularies and demonstrate them without translating into Indonesian and ask students to demonstrate them, after demonstrating the learned vocabularies students practice to produce spoken language through both structured practice and guide practice. Starting from these results, the researcher recommends to teachers, to MI, Mapenda to make this learning model as an alternative model of Arabic learning in MI. For LPTK, it is recommended that this model is procured to prospective teachers.


(5)

Kemampuan Komunikasi Lisan (Studi Pengambangan Model Pembelajaran untuk Mata Pelajaran Bahasa Arab di Madrasah Ibtidiyah di Kabupaten Lamongan), (1) Promotor : Prof. Dr. H. As’ari Djohar, M.Pd., (2) Ko-promotor : Prof. Dr. H. Ishak Abdulhak, M.Pd., (3) Anggota : Dr. H. Azis Mahfuddin, M.Pd.

Key words : Model Pembelajaran, Komunikasi lisan, dan Madrasah Ibtidaiyah (MI).

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa hasil pembelajaran bahasa Arab di madrasah ibtidaiyah belum memenuhi kualitas pembelajaran yang diharapkan sesuai dengan tuntutan kurikulum. Lulusan madrasah Ibtidaiyah belum bisa berkomunikasi lisan bahasa Arab dalam tema-tema sederhana. Permasalahan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran yang bagaimana yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi lisan siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan suatu produk berupa model pembelajaran sebagai alternatif model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi lisan. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan (research and development) dengan memodifikasi 10 langkah pelaksanaan penelitian menjadi tiga langkah penelitian sebagai berikut; studi pendahuluan, pengembangan model, dan uji validasi model. Subyek penelitian ini adalah guru dan siswa madrasah ibtidaiyah di Kabupaten Lamongan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, angket, wawancaa, studi dokumentasi, dan tes lisan. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif dan analisis kuantitatif (uji statistik). Penelitian dan pengembangan ini menghasilkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi lisan yang terdiri atas lima fase pembelajaran, yaitu, fase orientasi, fase pemberian perintah, fase bertukar peran, fase latihan terstruktur (structured practice), dan fase latihan terbimbing (guided practice). Berdasarkan hasil analisis data perbedaan skor tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol ditemukan bahwa model pembelajaran hasil pengembangan terbukti secara efektif dapat meningkatkan kemampuan komunikasi lisan siswa madrasah ibtidaiyah dibandingkan dengan pembelajaran konvensional yang biasa dilakukan oleh guru selama ini. Hasil penelitian ini memberikan implikasi antara lain model pembelajaran hasil pengembangan menekankan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Pembelajaran yang dilakukan guru dengan menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar ini dimulai dengan menyebutkan kosa kata dan mendemonstrasikannya tanpa menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan meminta siswa mendemostrasikannya. Setelah mampu mendemostrasikan kosa kata yang dipelajari, siswa berlatih memproduksi bahasa lisan melalui kegiatan tanya jawab baik secara terstruktur maupun secara terbimbing. Bertolak dari hasil tersebut maka peneliti merekomendasikan kepada guru, kepada MI, MAPENDA untuk menjadikan model pembelajaran ini sebagai salah satu alternatif model pembelajaran bahasa Arab di MI. Untuk LPTK, direkomendasikan agar model ini dibekalkan kepada calon guru.


(6)

D A F T A R I S I

HALAMAN JUDUL ……….... i

HALAMAN PENGESAHAN ………. ii

HALAMAN PENGESAHAN ………. iii

PERNYATAAN ………... iv

KATA PENGANTAR ……….. v

ABSTRACT ……….. x

ABSTRAK ……… xi

DAFTAR ISI ……… xii

DAFTAR TABEL ……… xvi

DAFTAR BAGAN ………... xix

DAFTAR GRAFIK ……….. xx

DAFTAR GAMBAR ……… xxi

BAB I PENDAHULUAN ………... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

1. Nilai Strategis Pembelajaran Bahasa Arab... 1

2. Problematika Pembelajaran Bahasa Arab di Indonesia ... 3

B. Identifikasi Masalah dan Perumusan Masalah ... 12

1. Identifikasi Masalah ... 12

2. Perumusan Masalah ... 14

C. Tujuan Penelitian ... 15

D. Manfaat Penelitian ... 15

E. Struktur Organisasi Disertasi ... 16

BAB II LANDASAN TEORITIS ……… 18

A. Hakikat dan Teori Bahasa ………...……….. 18

1. Pengertian Bahasa ……… 18

2. Teori Bahasa ……… 22

B. Hakikat dan Teori Pembelajaran ………. 24

1. Pengertian Pembelajaran ………. 24

2. Teori Pembelajaran ……….. 29

a. Teori Pembelajaran Behavioristik ……… 30

b. Teori Pembelajaran Kognitif ……… 38

c. Teori Pembelajaran Konstruktivistik ……….. 43

d. Teori Behavioristik-Struktural dan Pembelajaran Bahasa Asing ……… 46

e. Teori Kognitif-Generatif Transformasi dan Pembelajaran Bahasa Asing ………. 50


(7)

2. Pengertian Mata Pelajaran Bahasa Arab ... 71

3. Karakteristik Bahasa Arab ………... 73

4. Karakteristik Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Ibtidaiyah ………. 76

D. Hakikat Komunikasi Lisan ………. ... 78

1. Pengertian Komunikasi Lisan ...………… 83

2. Bentuk-Bentuk Komunikasi Lisan ……….. 85

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Lisan ... 88

4. Penilaian dalam Komunikasi Lisan ………. 91

F. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 96

G. Kerangka Pemikiran... 104

BAB III METODE PENELITIAN 106 A. Jenis Penelitian ………... 106

B. Subyek Penelitian ……… 115

1. Populasi ……… 115

2. Sampel ……….. 116

C. Teknik Pengumpulan Data dan Pengembangan Instrumen Penelitian ……….………... 119

1. Definisi Operasional………. 119

2. Kisi-Kisi Penyusunan Instrumen Penelitian ……… 120

3. Teknik dan Instrumen Penelitian ……… 125

4. Pengujian Instrumen ……… 128

D. Teknik Analisis Data ………... 129

1. Studi Pendahuluan ……… 129

2. Uji Coba Model ……….. 130

3. Uji Validasi ……….………. 130

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 131 A. Hasil Penelitian ……… 131

1. Deskripsi Hasil Studi Pendahuluan ………. 131

a. Desain dan Penerapan Pembelajaran Bahasa Arab yang sedang berlangsung ... 133

b. Kemampuan dan Kinerja Guru ... 139

c. Kemampuan Komunikasi Lisan dan Minta belajar Siswa ... 143

d. Kondisi dan Pemanfaatan Sarana, Fasilitas, dan Lingkungan ... 144

e. Interpretasi Hasil Studi Pendahuluan ... 146

2. Pengambangan Model Pembelajaran... 148

a. Draft Awal Model Pembelajaran ... 148

b. Perencanaan Pembelajaran Bahasa Arab Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah dengan Model yang Dikembangkan ... 155


(8)

Dikembangkan ... 157

d. Penilaian Pembelajaran Bahasa Arab Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah dengan Model yang Dikembangkan... 159

e. Langkah-Langkah Pengembangan Model Pembelajaran ... 159

3. Implementasi Model Pembelajaran yang Dikembangkan 164 a. Uji Coba Terbatas Model Pembelajaran dan Hasilnya……….………... 164

1). Desain Pembelajaran Uji Coba Terbatas ... 165

2). Hasil Observasi Selama Uji Coba Terbatas ... 177

3). Hasil belajar Selama Uji Coba Terbatas... 179

4). Interpretasi Hasil Uji Coba Terbatas ... 182

5). Perbaikan Model Pembelajaran ... 183

b. Uji Coba Luas Model Pembelajaran dan Hasilnya.... 186

1). Desain Pembelajaran Uji Coba Luas ... 186

2). Hasil Observasi Selama Uji Coba Luas ... 196

3). Hasil belajar Selama Uji Coba Luas ... 198

a). Hasil Uji Coba Luas pada MI Akreditasi A ... 198

b). Hasil Uji Coba Luas pada MI Akreditasi B ... 200

c). Hasil Uji Coba Luas pada MI Akreditasi C ... 203

4). Interpretasi Hasil Uji Coba Luas ... 206

5). Perbaikan Model Pembelajaran ... 210

6). Langkah-Langkah Model Pembelajaran yang Dikembangkan ... 211

7). Model Pembelajaran yang Siap Divalidasi ... 213

4. Efektifitas Model Pembelajaran yang Dikembangkan ... 215

a. Uji Validasi Model Pembelajaran ... 215

b. Hasil Uji Validasi Model Pembelajaran ... 216

1). Hasil Pengujian pada MI Akreditasi A ... 216

2). Hasil Pengujian pada MI Akreditasi B ... 220

3). Hasil Pengujian pada MI Akreditasi C ... 224

c. Interpretasi Hasil Uji Validasi Model Pembelajaran 228 B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 235

1. Hasil Studi Pendahuluan ... 235

a. Desain dan Penerapan Pembelajaran Bahasa Arab yang sedang berlangsung ... 235

b. Kemampuan dan Kinerja Guru ... 235

c. Kemampuan Komunikasi Lisan dan Minat Belajar Siswa ... 236

d. Kondisi dan Pemanfaatan Sarana, Fasilitas, dan Lingkungan ... 237


(9)

a. Peran dan Posisi Guru dalam Implementasi Model... 243

b. Posisi Siswa dalam Implementasi Model Pembelajaran Hasil Pengembangan ... 245

4 Efektifitas Model Pembelajaran Hasil Pengembangan... 248

a. Efektifitas Model Pembelajaran terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Lisan Siswa 248 1). Peningkatan Kemampuan Komunikasi Lisan Siswa pada Uji Terbatas... 248

2). Peningkatan Kemampuan Komunikasi Lisan Siswa pada Uji Luas ... 249

3). Peningkatan Kemampuan Komunikasi Lisan Siswa pada Uji Validasi ... 253

b. Efektifitas Model Pembelajaran Dalam Memperbaiki Kualitas Proses Pembelajaran ... 256

5. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Model Pembelajaran ... 257

a. Faktor Pendukung Implementasio Model Pembelajaran ... 257

b. Faktor Penghambat Implementasi Model Pembelajaran ... 259

BAB V : SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI ... 261

A. Simpulan ... 261

B. Implikasi ... 264

C. Rekomendasi ... 265

DAFTAR PUSTAKA ... 269


(10)

D A F T A R T A B E L

Tabel Halaman

Tabel 1.1 Nilai Rerata Ujian Akhir Madrasah (UAM) Di Madrasah Ibtidaiyah tahun Pelajaran 2010-2011 di Lima Kabupaten di

Jawa Timur ... 9

Tabel 2.1 Tahapan Model Bermain Peran ... 65

Tabel 2.2 Tahapan Model Memorization ... 66

Tabel 2.3 Tahapan Model Nondirektif ... 67

Tabel 2.4 Model Penilaian Presentasi ... 92

Tabel 2.5 Model Penilaian Wawanraca dan Percakapan ... 93

Tabel 2.6 Konversi Nilai Wawancara dan Percakapan ... 94

Tabel 2.7 Model Penilaian Diskuasi ... 95

Tabel 3.1 Keadaan Madrasah Ibtidaiyah di Kecamatan Kabupaten Lamongan ... 115

Tabel 3.2 Sumber Data Penelitian pada Studi Pendahuluan ... 117

Tabel 3.3 Sumber Data Penelitian pada Uji Coba Luas ... 118

Tabel 3.4 Sumber Data Penelitian pada Uji Validasi ... 119

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... ………... 121

Tabel 3.6 Hasil Penilaian Instrumen Penelitian ... 129

Tabel 4.1 Latar Belakang Responden Guru ... 132

Tabel 4.2 Persiapan Guru Ketika Menerima Tugas Mengajar ... 133

Tabel 4.3 Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Arab .... 134

Tabel 4.4 Implementasi Pembelajaran Bahasa Arab... ... 136

Tabel 4.5 Kemampuan Guru Bahasa Arab ... 139

Tabel 4.6 Kinerja Guru Bahasa Arab di Madrasah Ibtidaiyah ... 141

Tabel 4.7 Kemampuan Komunikasi Lisan Siswa Kelas IB MI ... 143

Tabel 4.8 Minat Belajar Bahasa Arab Siswa Kelas IV MI ... 143

Tabel 4.9 Sintaks Metode Responsi FIsik Total ... 149

Tabel 4.10 Sintak sPembelajaran Langsung (Direct Instruction) ... 150

Tabel 4.11 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dalam Model yang Dikembangkan ... 156

Tabel 4. 12 Proses Pembelajaran dalam Model yang Dikembangkan ... 158

Tabel 4.13 Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah ... 160

Tabel 4.14 Rencana Alokasi Waktu dan Pokok Bahasan Bahasa Arab kelas IV semester II tahun pelajaran 2010-2011 dan semester I tahun 2011 – 2012 ... 162

Tabel 4.15 Skor Hasil Obsercasi Pelaksanaan Uji Coba Terbatas ... 178

Tabel 4.16 Hasil Penilaian Pembelajaran pada Uji Coba Terbatas ... 180

Tabel 4.17 Analisis Uji-t Berpasangan Selam Uji Coba Terbatas ... 181

Tabel 4.18 Skor Hasil Observasi Pelaksanaan Uji Coba Luas ... 196


(11)

Tabel 4.21 Hasil Penilaian Pembelajaran Uji Coba Luas MI Akreditasi B ... 201 Tabel 4.22 Analisis Uji-t Berpasangan Selama Uji Coba Luas MI Akreditasi

B ... 202 Tabel 4.23 Hasil Penilaian Pembelajaran Uji Coba Luas MI Akreditasi C ... 203 Tabel 4.24 Analisis Uji-t Berpasangan Selama Uji Coba Luas MI Akreditasi

C ... 205

Tabel 4.25 Hasil Pretest dan Posttest Uji Coba Luas MI Akreditasi A,

B, dan C ... 208

Tabel 4.26 Tes Statistik Uji χ² Nilai Pretest Kelas Eksperimen-Kontrol

pada MI Akreditasi A ... 217

Tabel 4.27 Tes Statistik Uji Homoginitas Pretest Kelas

Eksperimen-Kontrol MI Akreditasi A ... 218

Tabel 4.28 Kemampuan Komunikasi Lisan Siswa MI Akreditasi A. ... 219

Tabel 4.29 Hasil Uji-t (t-test) Kemampuan Komunikasi Lisan Siswa MI

Akreditasi A ... 219

Tabel 4.30 Tes Statistik Uji χ² Nilai Pretest Kelas Eksperimen-Kontrol

pada MI Akreditasi B.... ... 221

Tabel 4.31 Tes Statistik Uji Homoginitas Pretest Kelas

Eksperimen-Kontrol MI Akreditasi B .... ... 222

Tabel 4.32 Kemampuan Komunikasi Lisan Siswa MI Akreditasi B ... 222

Tabel 4.33 Hasil Uji-t (t-test) Kemampuan Komunikasi Lisan Siswa MI

Akreditasi B …..………. 223

Tabel 4.34 Tes Statistik Uji χ² Nilai Pretest Kelas Eksperimen-Kontrol

pada MI Akreditasi C ... ... 225

Tabel 4.35 Tes Statistik Uji Homoginitas Pretest Kelas

Eksperimen-Kontrol MI Akreditasi C ... 226

Tabel 4.36 Kemampuan Komunikasi Lisan Siswa MI Akreditasi C ... 226

Tabel 4.37 Hasil Uji-t (t-test) Kemampuan Komunikasi Lisan Siswa MI

Akreditasi C ….………. 227 Tabel 4.38 Desain Model Pembelajaran Hasil Pengembangan ……….. 340


(12)

D A F T A R B A G A N

Bagan Halaman

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian ………..………... 137

Bagan 3.1 Tiga Langkah Penelitian dan Pengembangan Sukmadinata 109

Bagan 4.1 Model Awal (Model Teoritis) Hasil Penggabungan ... 151 Bagan 4.2 Sintaks Pembelajaran yang Dikembangkan dalam Mata

Pelajaran Bahasa Arab ... 152

Bagan 4.3 Model Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan

Komunikasi Lisan Final Sementara ... 184

Bagan 4.4 Sintaks Model Pembelajaran yang Dikembangkan untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Lisan Siswa Final

Sementara ... 185

Bagan 4.5 Model Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan

Komunikasi Lisan Final... 213 Bagan 4.6 Sintaks Model Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan

Komunikasi Lisan Final ... 214


(13)

D A F T A R G R A F I K

Grafik Halaman

Grafik 4.1 Perkembangan Pelaksanaan Uji Coba Terbatas Model

Pembelajaran ... 179

Grafik 4.2 Perbandingan Hasil hasil pretest dan Posttest Uji Coba

Terbatas ... 181

Grafik 4.3 Perkembangan Pelaksanaan Uji Coba Luas pada Semua

Kategori Madrasah... 198 Grafik 4.4 Perbandingan Hasil Penilaian Pretest dan Posttest pada Uji

Coba Luas MI Akreditasi A ... 199

Grafik 4.5 Perbandingan Hasil Penilaian Pretest dan Posttest pada Uji

Coba Luas MI Akreditasi B ... 201

Grafik 4.6 Perbandingan Hasil Penilaian Pretest dan Posttest pada Uji

Coba Luas MI Akreditasi C ... 204

Grafik 4.7 Perbandingan Hasil Posttest Uji Coba Luas untuk Semua

Kategori MI ... 209

Grafik 4.8 Skor Rerata Posttest Kontrol-Eksperimen pada Uji Validasi

MI Kategori Baik, Sedang, dan Kurang ... 229

Grafik 4.9 Rerata Gain pada Uji Validasi MI Kategori Baik, Sedang,


(14)

D A F T A R G A M B A R

Gambar Halaman

Gambar 1.1 Sinergitas antara Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Arab, Karakteristik Siswa MI Dan Model Pembelajaran yang Dikembangkan ... 11

Gambar 2.1 Peristiwa Bahasa Komunikasi Lisan ... 84

Gambar 3.1 Rancangan Eksperimen (diadopsi dari McMillan & Schumacher, 2001; 342) ... 114


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

Pembahasan bab ini meliputi lima subbab yaitu: latar belakang masalah, identifikasi masalah dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi disertasi.

A.Latar Belakang Masalah

1. Nilai Strategis Pembelajaran Bahasa Arab

Bahasa Arab merupakan bahasa al-Qur’an ( Q.S. Asy-Syu’ara’; 192-193) dan al-Hadits (dari Ibnu Abbas riwayat Muslim), sumber hukum dan ajaran Islam. Al-Qur’an yang merupakan wahyu Allah swt. yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw. menggunakan bahasa Arab dan tidak pernah ada al-Qur`an dengan bahasa selainnya. Seorang muslim yang ingin memahami al-Qur`an, ia seharusnya menguasai bahasa Arab. Tanpa penguasaan yang baik terhadap bahasa Arab, ia tidak akan dapat memahami al-Qur’an dengan benar. Demikian juga al-Hadits yang merupakan perkataan, perbuatan, dan ketetapan nabi Muhamaad saw. menggunakan bahasa Arab. Selain itu, banyak buku keislaman ditulis oleh

ulama’ muslim pada abad pertengahan dalam bahasa Arab.

Selain sebagai bahasa al Qur’an dan al Hadits, bahasa Arab juga sebagai bahasa komunikasi dan informasi umat Islam. Bahkan sejak tahun 1973, bahasa Arab telah ditetapkan sebagai bahasa resmi dalam lingkungan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Saiful Musthofa (2012) mengatakan bahwa dalam urutan rangking bahasa resmi yang dipakai dalam hubungan internasional versi PBB, bahasa Arab menempati urutan nomor lima setelah bahasa Inggris, bahasa Prancis, bahasa Jerman dan bahasa Cina. Penetapan tersebut dapat meningkatkan posisi bahasa Arab itu sendiri. Sebagai konsekwensi logisnya, bahasa Arab


(16)

mendapatkan perhatian perhatian tidak hanya dari kalangan muslim tetapi juga dari kalangan non-muslim.

Bahasa Arab masuk ke Indonesia bersamaan dengan masuknya Islam ke nusantara. Sejak itu pula bahasa Arab telah dipelajari di nusantara ini. Akan tetapi secara formal bahasa Arab dipelajari baru mulai pada tahun 1970-an melalui penetapan kurikulum di madrasah Ibtidaiyah, madrasah Tsanawiyah, dan madrasah Aliyah (Syukur, 2012;1).

Peraturan Menteri Agama (Permenag) Republik Indonesia nomor 2 tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Bahasa Arab di madrasah menyatakan bahwa bahasa Arab merupakan mata pelajaran yang harus dipelajari oleh siswa di madrasah Ibtidaiyah yang diarahkan untuk mendorong, membimbing, mengembangkan, dan membina kemampuan serta menumbuhkan sikap positif

terhadap bahasa Arab, baik reseptif (menyima’ dan membaca) maupun produktif

(berbicara dan menulis). Kemampuan reseptif yaitu kemampuan untuk memahami pembicaraan orang lain dan memahami bacaan. Kemampuan produktif yaitu kemampuan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi baik secara lisan maupun secara tulis.

Kemampuan berbahasa Arab serta sikap positif terhadap bahasa Arab

tersebut sangat penting dalam memahami sumber ajaran Islam, yaitu al Qur’an

dan al Hadits, serta kitab-kitab berbahasa Arab yang berkenaan dengan Islam bagi siswa. Untuk itu, bahasa Arab di madrasah dipersiapkan untuk menguasai kompetensi dasar berbahasa, yang mencakup empat kompetensi berbahasa secara

integral, yaitu menyima’, berbicara, membaca, dan menulis. Meskipun begitu, pada tingkat madrasah Ibtidaiyah (MI) pembelajaran bahasa Arab dititikberatkan pada kecakapan menyimak dan berbicara sebagai landasan berbahasa. Pada tingkat Madrasah Tsanawiyah (MTs), keempat kecakapan berbahasa diajarkan secara seimbang. Sedangkan pada tingkat Madrasah Aliyah (MA), pembelajarannya dikonsentrasikan pada kecakapan membaca dan menulis,


(17)

sehingga siswa diharapkan mampu mengakses berbagai referensi berbahasa Arab. Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa pembelajaran bahasa Arab di madrasah bertujuan untuk menguasai empat keterampilan berbahasa.

2. Problematika Pembelajaran Bahasa Arab di Indonesia

Sebagai salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan di madrasah, kondisi pengajaran bahasa Arab di madrasah-madrasah di Indonesia masih dihadapkan pada berbagai kendala dan tantangan, sehingga tujuan pengajaran bahasa Arab yang ideal (penguasaan terhadap empat keterampilan berbahasa) belum sepenuhnya dapat direalisasikan. Sauri (2012) mengemukakan tiga faktor kendala pengajaran bahasa Arab di madrasah sebagai berikut; Pertama, faktor edukatif, pengajaran bahasa Arab masih relatif kurang ditopang oleh faktor-faktor pendidikan/pengajaran yang memadai seperti kurikulum (termasuk di dalamnya orientasi dan tujuan, muatan materi dan sistem pembelajaran, serta sistem evaluasi), faktor tenaga edukatif, dan faktor sarana pendidikan yang menunjang;

Kedua, faktor sosial budaya, pada umumnya peta pengajaran bahasa Arab berada

dalam lingkungan sosial yang kurang mendukung. Terdapat kesulitan yang cukup serius dalam menciptakan lingkungan yang kondusif dan mendukung bagi suksesnya pengajaran bahasa Arab sesuai dengan yang diharapkan; Ketiga, faktor linguistik bahasa Arab itu sendiri. Selama ini, siswa cenderung mempunyai kesan bahwa mempelajari bahasa Arab itu jauh lebih sulit dari pada mempelajari bahasa asing lainnya.

Senada dengan Sauri, Ainin (2011) menemukan dua problem pembelajaran bahasa Arab di Indonesia, yaitu implementasi pembelajaran bahasa Arab, dan non-implementasi. Problem implementasi pembelajaran bahasa Arab antara lain (a) rendahnya tingkat kemampuan awal siswa, hasil wawancara yang dilakukan oleh Ainin kepada guru-guru Madrasah Aliyah (MA) menyatakan bahwa 70% siswa MA belum memiliki kemampuan membaca dan menulis Arab dengan baik; (b) bahan atau materi pelajaran bahasa Arab. Dari sisi substansi,


(18)

buku teks atau buku ajar bahasa Arab yang digunakan memuat tema-tema yang jauh dari pengalaman nyata siswa, terutama tema-tema pada buku teks untuk MA yang diterbitkan pada tahun 2004 dan buku tersebut, sampai saat ini, masih digunakan di berbagai MA, bahkan kualitas buku teks bahasa Arab MA yang diterbitkan pada tahun 2008 tidak lebih baik dari sebelumnya; (c) rendahnya kualifikasi guru bahasa Arab. Hasil penelitian Khasairi, et al. (2003) mengenai latar belakang pendidikan guru bahasa Arab di MTs.Kotamadya dan Kabupaten Malang menunjukkan bahwa 70% guru bahasa Arab berlatarbelakang pendidikan sarjana dan 30% berlatarbelakang pendidikan SLTA/pesantren. Dari 70% tersebut, sebagian besar (53%) berlatarbelakang pendidikan agama Islam, 13,33% berlatarbelakang sastra Arab, dan hanya 3,33% yang berlatarbelakang pendidikan bahasa Arab. (d) pembelajaran bahasa Arab menekankan aspek pembelajaran (learning atau ta’allum) dari pada pemerolehan (acquisition atau iktisab). Pembelajaran yang mengedepankan learning akan menghasilkan siswa yang mampu memahami bentuk-bentuk bahasa Arab, tetapi tidak mampun memproduksi bahasa Arab sebagai alat komunikasi; (e) metode atau strategi pembelajaran bahasa Arab bersifat menoton. Ada kecendrungan, guru melaksanakan pembelajaran bahasa Arab dengan metode tatabahasa-terjemah. Metode tatabahasa-terjemah ini lebih mudah diimplementasikan, karena guru diperkenankan menggunakan bahasa ibu atau bahasa Nasional sebagai alat komunikasi di kelas; (f) pengabaian penggunaan media pembelajaran bahasa Arab, dan (g) penilaian pembelajaran bahasa Arab yang terfokus pada hasil bukan pada proses.(2011; 3-8)

Sedangkan problem non-implementasi antara lain (a) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No. 74 tahun 2009 tentang Ujuan Nasional (UN) untuk Sekolah Dasar/MI dan Permendiknas No. 75 tentang UN untuk Sekolah Mengenah Pertama/MTs maupun Sekolah Menengah Atas/MA. Dalam Permendiknas tersebut tidak memasukkan bahasa Arab sebagai salah satu mata pelajaran yang di-UN-kan, bahkan di MA program keagamaan sekalipun. dan (b)


(19)

rendahnya komitmen kepala madrasah dalam mendukung pembelajaran bahasa Arab di madrasah (Ainin, 2011; 11-12).

Selain Ainin, Emzir (2007) juga mengungkap problematika pembelajaran bahasa Arab di Indonesia dari sisi kebijakan. Kebijakan pendidikan dan pengajaran bahasa Arab di madrasah dan lembaga pendidikan lainnya, menurutnya, tidak menentu. Ketidakmenentuan ini dapat dilihat dari beberapa segi. Pertama, dari segi tujuan, terdapat kerancuan antara mempelajari bahasa Arab sebagai tujuan (menguasai kemahiran berbahasa) dan sebagai alat untuk menguasai pengetahuan yang lain yang menggunakan bahasa Arab (seperti mempelajari tafsir, fiqh, hadits, dan sebagainya). Kedua, dari segi jenis bahasa Arab yang dipelajari, apakah bahasa Arab klasik (fushha turâts), bahasa Arab modern/kontemporer (fushha mu’âshirah) atau bahasa Arab pasaran (‘âmmiyyah). Ketiga, dari segi metode, tampaknya ada kegamangan antara mengikuti

perkembangan dan mempertahankan metode lama. Dalam hal ini, bahasa Arab banyak diajarkan dengan menggunakan metode qawâ’id wa tarjamah. Selain itu ketiga alasan di atas, berdasarkan struktur kurikulum madrasah, alokasi waktu mata pelajaran bahasa Arab di madrasah ibtidaiyah 2 jam pelajaran setiap minggu. Alokasi waktu tersebut dianggap tidak sebanding dengan tujuan yang diharapkan dari pembelajaran bahasa Arab di madrasah.

Ditinjau dari segi implementasi pembelajaran bahasa Arab, Nasruddin (2006: 245) menyoroti tiga problem pembelajaran bahasa Arab di Indonesia yaitu, tujuan pembelajaran, bahan pembelajaran, dan metode pembelajaran. Pembelajaran bahasa Arab di Indonesia bertujuan keagamaan. Pembelajaran berpusat pada pengajaran dan pemahaman al-Qur’an dan hadits dan buku-buku keagamaan. Bahan-bahan atau materi pembelajaran bahasa Arab di Indonesia berpusat pada materi tata bahasa dan teks bacaan. Sedangkan metode pembelajaran yang banyak digunakan pada pembelajaran bahasa Arab di Indonesia adalah metode tata bahasa dan terjemah.


(20)

Problem pembelajaran bahasa Arab yang dikemukakan oleh para pemerhati pembelajaran bahasa Arab di Indonesia di atas bersifat umum. Secara khusus problematika pembelajaran bahasa Arab di madrasah Ibtidaiyah yang cukup memprihatinkan adalah:

a. Lemahnya Kompetensi Guru Bahasa Arab di Madrasah Ibtidaiyah Idealnya guru bahasa Arab di madrasah Ibtidaiyah memiliki empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik, profesional, pribadi dan sosial. Kompetensi pedagogik diperoleh melalui pendidikan guru sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan. Guru bahasa Arab di madrasah Ibtidaiyah seharusnya memiliki latar belakang pendidikan sarjana (S1) atau diploma IV (D-IV) dalam pendidikan bahasa Arab.. Realitas di lapangan justru berbeda. Sebagian besar guru bahasa Arab di Madrasah Ibtiadaiyah tidak berlatar belakang dari pendidikan bahasa Arab. Misalnya penelitian Masyruhah (2001) terhadap guru bahasa Arab di Madrasah Ibtidaiyah (MI) di Kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan menunjukkan bahwa guru bahasa Arab di Madrasah Ibtidaiyah di kecamatan Sugio tidak ada yang berlatar belakang pendidikan bahasa Arab. Hasil serupa juga ditemukan peneliti ketika melakukan studi pendahuluan. Dari delapan guru bahasa Arab tidak ada seorangpun guru bahasa Arab yang berlatar pendidikan bahasa Arab di madrasah Ibtidaiyah yang dijadikan sampel dalam penelitian ini. Mereka tidak memiliki kompetensi dalam pembelajaran bahasa Arab.

Barangkali penyebab utama terjadinya hal tersebut adalah masih kurangnya perhatian lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) untuk mempersiapkan guru bahasa Arab di madrasah Ibtidaiyah. Memang PLTK telah membuka jurusan Pendidikan Bahasa Arab (PBA) baik di lingkungan kementerian Pendidikan Nasional dan Kebudayaan (Kemendikbud) maupun di lingkungan Kementerian Agama (Kemenang). Namun lulusan PBA tersebut dipersiapkan untuk mengajar bahasa Arab di Madrasah Tsanawiyah (MTs.), Madrasah Aliyah (MA), dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Satu-satunya harapan yang bisa mempersiapkan guru bahasa Arab di madrasah Ibtidaiyah


(21)

adalah program studi (Prodi) Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI). Kenyataan yang terjadi di lapangan, justru sebagian besar Prodi PGMI membuka konsentrasi mata pelajaran umum. Misalnya di Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah Surabaya membuka Konsentrasi Bahasa Indonesia dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Terkait dengan problem guru bahasa Arab di madrasah Ibtidaiyah, menurut Muhaimin (2007: 27), minimal terlihat pada dua masalah mendasar yaitu;

Pertama, Lemahnya metodologis. hasil pengamatan penulis bahwa proses

pembelajaran bahasa Arab selama ini berlangsung secara tradisional. Para guru bahasa Arab di madrasah Ibtidaiyah terbiasa menggunakan metode tata bahasa dan terjemah. Proses pembelajaran berlangsung tanpa memperhatikan potensi-potensi yang dimiliki siswa. Padahal siswa dengan segala potensi-potensinya harus diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran bahasa Arab. Guru bahasa Arab hanya membacakan bacaan atau kosa kata, menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, dan menjelaskan tata bahasanya. Sementara itu siswa hanya menghafalkan kosa kata dan kaidah-kaidahnya. Hasil pengamatan ini juga dibenarkan oleh Mustofa (2012). Menurutnya guru bahasa Arab di madrasah Ibtidaiyah kurang memahami pembelajaran bahasa Arab dan kurikulumnya. Mereka hanya mengajarkan tata bahasa Arab dan terjemah. Syuhadak (2006: 24) menengarahi kelemahan tersebut diakibatkan kurangnya pelatihan metodologi pembelajaran bahasa Arab modern.

Kedua, kelemahan penguasaan bahasa Arab. Berdasarkan hasil

pengamatan peneliti, semua guru bahasa Arab di madrasah Ibtidaiyah yang dijadikan subyek penelitian ini menguasai kosa kata dan tata bahasa Arab, tetapi mereka kurang menguasai komunikasi lisan bahasa Arab. Karena kelemahan tersebut, mereka tidak pernah menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar. Mereka cenderung menggunakan metode pembelajaran yang memungkinkan mereka menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar. Akibatnya siswa jarang mendapatkan masukan bahasa ujaran yang akan dijadikan modal dasar menginisiasi berbicara atau berkomunikasi lisan.


(22)

b. Lemahnya Kemampuan Komunikasi Lisan Siswa dalam Bahasa Arab Secara ideal, siswa madrasah Ibtidaiyah yang telah mempelajari bahasa Arab selama tiga tahun mulai dari kelas IV sampai kelas VI seharusnya memiliki kemampuan berbicara secara sederhana dalam bahasa Arab. Namun kenyataan di lapangan memperlihatkan kondisi yang kontradiktif. Sebagian besar alumni madrasah Ibtidaiyah masih belum bisa melakukan komunikasi lisan sederhana dalam bahasa Arab. Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya membuktikan hal tersebut. Penelitian yang dilakukan Lathifiana Aktavia (2010) di kelas VII MTs Miftahul huda Maguan Kaliori Rembang menunjukkan bahwa siswa kelas VII belum dapat berkomunikasi sederhana dalam bahasa Arab. Penelitian yang dilakukan Fariyanti Indra (2010) di kelas VII madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah 03 Sedayu Lawas Brondong Lamongan juga menghasilkan kesimpulan yang sama. Hasil penelitian ini mengungkap bahwa kemampuan berbicara bahasa Arab siswa kelas VII ini masih sangat rendah. Hasil yang sama juga ditemukan Noor Laila Azizah (2010) pada saat melakukan penelitian di kelas VII MTs. Nurul Ulum Malang. Hasil penelitian ini mengungkap bahwa sebagian siswa kelas VII Madrasah Tsanawiyah ini masih belum bisa berbicara bahasa Arab. Hasil yang sama juga ditemukan oleh Ahmad Zaki (2012) ketika melakukan penelitian di Madrasah Tsanawiyah Nurul Falah Pamekasan Madura. Penelitian ini berhasil mengungkap bahwa siswa kelas IX MTs. ini belum dapat berbicara dalam bahasa Arab.

Kondisi kemampuan komunikasi lisan siswa di madrasah Ibtidaiyah juga tidak lebih baik dari kemampuan komunikasi lisan siswa di madrasah Tsanawiyah. Misalnya penelitian yang dilakukan oleh Badrul Khoir (2011) di kelas V Madrasah Ibtidaiyah Mambaul Ulum Sumber Gempol Pagelaran Malang. Penelitian ini mengungkap bahwa sebagian besar siswa belum bisa berbicara bahasa Arab. Penelitian yang sama dilakukan Avina Nailul Izza (2012) di kelas IV madrasah Ibtidaiyah Al Muawwanah Janti Mojoagung Jombang. Penelitian ini mengungkap bahwa hampir semua siswa kelas IV di madrasah ini belum bisa


(23)

berbicara bahasa Arab. Kondisi yang sama juga dialami oleh siswa kelas IV di madrasah Ibtidaiyah Salafiyah Bahauddin Ngelom Taman Sidoarjo. Penelitian yang dilakukan Nurul Istiqomah (2012) ini menunjukkan bahwa dari 25 siswa kelas IV hanya 10 siswa (40%) yang dianggap bisa berkomunikasi lisan dan 15 siswa (60%) ditemukan belum bisa berkomunikasi lisan sederhana.

Kelemahan komunikasi lisan siswa dalam bahasa Arab juga ditemukan peneliti pada saat melakukan studi pendahuluan di delapan madrasah Ibtidaiyah yang dijadikan sampel dalam penelitian ini. Kemampuan komunikasi lisan siswa masih sangat jauh dari tujuan pembelajaran bahasa Arab di madrasah Ibtidaiyah. Dengan kata lain, kemampuan komunikasi lisan secara sederhana yang seharusnya dimiliki oleh para alumni madrasah Ibtidaiyah setelah mendapatkan pembelajaran bahasa Arab di madrasah justru masih jauh dari yang diharapkan.

Selain kelemahan siswa dalam komunikasi lisan, siswa juga mengalami kelemahan dalam penguasaan bahasa Arab. Hasil ujian akhir Madrasah (UAM) Ibtidaiyah mata pelajaran bahasa Arab pada tahun pelajaran 2010-2011 di lima kabupaten di propinsi Jawa Timur juga belum dapat dikatakan berhasil. Sebab nilai rerata tertinggi mata pelajaran Bahasa Arab (6,3) masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran bahasa Arab (6,5). Nilai rerata mata pelajaran Bahasa Arab pada Ujian Akhir Madrasah (UAM) Madrasah Ibtidaiyah di lima kabupaten di Jawa Timur pada tahun pelajaran 2010-2011 sebagaimana dalam tabel 1.1. berikut ini:

Tabel 1.1

Nilai Rerata Ujian Akhir Madrasah (UAM) Di Madrasah Ibtidaiyah tahun Pelajaran 2010-2011 di Lima Kabupaten di Jawa Timur

NO Kabupaten Mata Pelajaran Nilai Rerata 1. Lamongan Bahasa Arab 6,2 2. Gresik Bahasa Arab 6,3 3. Tuban Bahasa Arab 5,7 4. Bojonegoro Bahasa Arab 5,3


(24)

5. Pacitan Bahasa Arab 5.6 (dokumen Mapenda Kabupaten Lamongan, Gresik, Tuban, Bojonegoro, dan Pacitan)

Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa kelemahan utama pembelajaran bahasa Arab di madrasah Ibtidaiyah adalah metode pembelajaran yang digunakan guru dalam pembelajaran bahasa Arab tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran Bahasa Arab di madrasah Ibtidaiyah yang menekankan pada kemampuan menyimak dan berbicara. Hal ini terindikasi pada beberapa hal berikut ini:

1) Metode tata bahasa dan terjemah menjadi metode faforit yang secara konsisten digunakan guru dalam pembelajaran bahasa Arab. Tidak terdapat variasi metode lain yang digunakan guru dalam pembelajaran bahasa Arab.

2) Guru tidak pernah menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar dalam pembelajaran bahasa Arab di Madrasah Ibtidaiyah. Akibatnya siswa tidak pernah mendapatkan masukan dalam bentuk bahasa ujaran.

3) Guru sangat jarang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempraktikkan percakapan atau tanya jawab dalam bahasa Arab, meskipun materi pembelajarannya tentang dialog atau percakapan.

Berbagai problem dalam pembelajaran bahasa Arab tersebut memerlukan upaya pemecahan dari berbagai pihak untuk mengatasinya. Menurut peneliti, posisi dan peran guru dalam mengatasi problem tersebut sangat sentral dan dominan. Oleh karena itu, pengayaan metodologi pembelajaran bahasa Arab merupakan sebuah keniscayaan. Menurut asumsi peneliti, profesionalisme para guru bahasa Arab dalam mengimplementasikan berbagai model pembelajaran yang relevan dengan karakteristik tujuan pembelajaran bahasa Arab dan karakteristik siswa madrasah Ibtidaiyah (MI) akan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi lisan bahasa Arab siswa madrasah Ibtidaiyah.

Karakteristik tujuan pembelajaran bahasa Arab di madasah ibtidiayah (MI). Di antara karakteristik tujuan mata pelajaran bahasa Arab adalah difokuskan


(25)

pada kemampuan menyimak dan berbicara sebagai landasan berbahasa (Permendepag. Nomor 02 Tahun 2008). Menyimak merupakan kemampuan berbahasa yang seharusnya dipelajari siswa sebelum mempelajari tiga kemampuan bahasa yang lain (berbicara, membaca, dan menulis). Kemampuan ini sangat penting bagi siswa madrasah ibtidaiyah sebagai modal untuk mempelajari kemampuan bahasa yang lain. Demikian juga kemampuan berbicara, kemampuan ini merupakan kemampuan kedua yang seharusnya dipelajari siswa setelah mempelajari menyimak. Hal ini tidak berarti bahwa siswa tidak boleh mempelajari kemampuan berbicara sebelum ia menguasai kemampuan menyimak secara sempurna. Siswa belajar berbicara dari apa yang ia dengar. Sambil belajar mendengar ujaran lisan, siswa sekaligus juga bisa belajar berbicara.

Karakteristik siswa madrasah ibtidaiyah (MI) terutama kelas IV MI. Di antara karakteristik siswa MI kelas IV adalah usia siswa MI berada antara 9 sampai 10 tahun. Perkembangan kognitif siswa usia ini, menurut Piaget, berada pada tingkat operasional konkret (concrete operations). Pada usia ini anak sudah dapat berpikir secara logis mengenai segala sesuatu. Mereka mampu berpikir operasional, menggunakan berbagai simbol, melakukan berbagai bentuk operasional, yaitu kemampuan aktivitas mental sebagai kebalikan dari aktivitas jasmani yang merupakan dasar untuk mulai berpikir dalam aktivitasnya (Sumantri dan Sukmadinata, 2007; 2.12).

Kegiatan pembelajaran pada usia dini harus disajikan dalam bentuk yang menyenangkan sesuai dengan usia mereka. Kegiatan pembelajaran tersebut dapat

dilakukan dengan menggunakan konteks “here and now”, dan memanfaatkan

media pembelajaran yang ada, Hamalik (1986) mengemukakan bahwa pemakaian media pengajaran dalam proses pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan pembelajaran, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunakan media pengajaran pada tahap orientasi pengajaran akan


(26)

sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampain pesan dan isi pada saat pelajaran itu.

Dari berbagai problem pembelajaran bahasa Arab, karakteristik tujuan mata pelajaran bahasa Arab, karakteristik siswa madrasah ibtidaiyah, dan karakteristik model pembelajaran yang dikembangkan, maka peneliti dapat menggambarkan adanya korelasi dan hubungan sinergitas yang saling mendukung antara komponen-komponen tersebut di atas. Sinergitas antara semua komponen tersebut terlihat pada gambar 1.1 di bawah ini:

Gambar 1.1.

Sinergitas antara Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Arab, Karakteristik Siswa MI Dan Model Pembelajaran yang Dikembangkan

Gambar di atas memperlihatkan bahwa tujuan mata pelajaran bahasa Arab di madrasah ibtidaiyah (MI) yang tidak hanya menekankan pada kegiatan menghafal tata bahasa dan kosa kata, tetapi lebih menekankan pada kegiatan menyimak ujaran dan memproduksi bahasa lisan, akan dapat dicapai melalui pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran yang dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi lisan. Selain itu, usaha untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut harus memperhatikan karakteristik siswa kelas IV madrasah ibtidaiyah.

Atas dasar berbagai hal yang dikemukakan pada latar belakang masalah di atas, maka penulis bermaksud untuk mengembangkan sebuah model pembelajaran yang penulis anggap sebagai salah satu upaya untuk mengatasi masalah atau problem tersebut. Model pembelajaran yang penulis maksud adalah model

Karakteristik tujuan mapel bahasa Arab MI

Karakteristik siswa MI

Model pembelajaran yang dikembangkan


(27)

pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi lisan siswa madrasah ibtidaiyah dalam bahasa Arab.

Beberapa peneliti yang berusaha menfokuskan diri pada pembelajaran

bahasa Arab antara lain Isop Syafi’i (2011). Ia telah melakukan penelitian

pembelajaran bahasa Arab di Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Jati Bandung. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa pembelajaran bahasa Arab dengan menggunakan model pembelajaran nadhariyat al-wahdah (integrated

method) dapat meningkatkan kemampuan bahasa Arab mahasiswa. Selain Isop Syafi’i, Nasruddin (2006) juga telah meneliti pembelajaran bahasa Arab di Perguruan Tinggi Islam di Indonesia. Dari penelitian ini, ia menyimpulkan bahwa pembelajaran bahasa Arab di Perguruan Tinggi Islam di Indonesia masih menghadapi beberapa problem. Selain Isop Syafi’i dan Nasrunddin, Sarmini (2007) telah meneliti perbandingan bahasa Arab dan bahasa Indonesia dari segi fonetik, sintaksis, dan tata bahasa untuk menyusun kurikulum pembelajaran bahasa Arab bagi pemula. Hasil penelitian ini ia menyusun kurikulum pembelajaran bahasa Arab yang sesuai dengan tingkat pemula.

B.Identifikasi Masalah dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Penelitian ini bertolak dari kenyataan bahwa kemampuan komunikasi lisan siswa dalam bahasa Arab masih lemah. Padahal kemampuan komunikasi lisan merupakan tujuan pembelajaran bahasa Arab di madrasah ibtidaiyah. Tidak bisa disangkal bahwa dalam belajar seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor, dan penting bagi siswa untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

belajarnya. Menurut Slameto (2003:54) “Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu”. Salah satu faktor internal adalah minat siswa terhadap mata pelajaran bahasa Arab.


(28)

Penelitian pendahuluan menujukkan bahwa minat siswa belajar bahawa Arab tergolong rendah. Mereka menganggap bahwa pelajaran bahasa Arab itu sulit. Sedangkan salah satu faktor eksternal adalah proses pembelajaran bahasa Arab yang dilakukan guru di madrasah ibtidaiyah. Proses pembelajaran bahasa Arab yang dilakukan guru di kelas diduga menjadi faktor yang mempengaruhi kemampuan komunikasi lisan siswa. Hasil penelitian khasairi (2005) di madrasah Tsanawiyah (MTs) se-Malang Raya menunjukkan bahwa guru-guru bahasa Arab di MTs. menggunakan metode tata bahasa dan terjemah dalam pembelajaran bahasa Arab. Secara teoritis, metode tersebut bukan diorientasikan untuk penguasaan kemampuan komunikasi lisan, melainkan untuk penguasaan tata bahasa dan kosa kata. Kecenderungan guru bahasa Arab dalam menggunakan metode tata bahasa dan terjemah mengakibatkan siswa bersikap pasif dan reseptif apa yang disampaikan guru. kecenderungan guru bahasa Arab menggunakan bahasa Indonesia dan daerah sebagai pengantar dalam pembelajaran mengakibatkan siswa kurang mendapatkan input bahasa ujaran yang seharusnya dijadikan model dasar dalam menginisiasi berbicara.

Berdeda jika pembelajaran bahasa Arab dilaksanakan dengan menggunakan metode pembelajaran yang bersifat eksploratif dan mendorong siswa aktif belajar. Demikian juga jika guru bahasa Arab menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar dalam pembelajaran maka siswa akan mendapatkan input bahasa ujaran yang cukup untuk menginisiasi berbicara.

Asumsi ini searah dengan kesimpulan hasil penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa proses pembelajaran bahasa Arab kurang mendorong pada pencapaian kemampuan komunikasi lisan. Banyak faktor yang menjadi penyebab komunikasi lisan tidak berkembang, di antaranya adalah kurangnya pemahaman guru bahasa Arab tentang metode pembelajaran yang dapat meeningkatkan kemampuan komunikasi lisan siswa.

Paparan di atas menunjukkan bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan komunikasi lisan siswa, baik faktor internal maupun


(29)

eksternal. Yang dimaksud faktor internal adalah row input (siswa segala karakteristik fisik dan psikologisnya). Sedangkan yang dimaksud faktor eksternal adalah instrumental input (guru, kurikulum, model pembelajaran, media pembelajaran, fasilitas, dan lain-lain) dan invironmental input (lingkungan madrasah, pergaulan teman, dan interaksi sosial secara umum). Mengingat banyaknya variabel yang dapat mempengaruhi proses dan hasil pembelajaran, maka masalah penelitian ini dibatasi pada variabel model pembelajaran sebagai bagian dari variabel instrumental input. Model pembelajaranpun dibatasi pada model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi lisan siswa dalam bahasa Arab.

2. Perumusan Masalah

Bertolak dari identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka masalah pokok yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana model pembelajaran bahasa Arab yang cocok untuk meningkatkan kemampuan komunikasi lisan siswa madrasah ibtidaiyah. Rumusan masalah pokok ini akan dikembangkan ke dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:

a. Bagaimana kondisi obyektif pembelajaran bahasa Arab di kelas IV madrasah Ibtidaiyah yang berlangsung selama ini?

b. Bagaimana desain model pembelajaran bahasa Arab yang dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi lisan siswa Madrasah Ibtidaiyah? c. Bagaimana implementasi model pembelajaran bahasa Arab yang

dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi lisan siswa Madrasah Ibtidaiyah?

d. Bagaimana efektifitas model pembelajaran bahasa Arab yang dikembangkan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi lisan siswa madrasah ibtidaiyah dibandingkan dengan pembelajaran bahasa Arab yang biasa dilakukan oleh guru selama ini?


(30)

e. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan model pembelajaran bahasa Arab yang dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi lisan siswa madrasah Ibtidaiyah?

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada pertanyaan di atas maka tujuan umum penelitian dan pengembangan ini adalah untuk menghasilkan suatu produk model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi lisan siswa di madrasah ibtidaiyah. Dengan mengacu pada tujuan umum tersebut, selanjutnya dijabarkan tujuan khusus sebagai berikut:

1. Menghasilkan suatu gambaran kondisi awal pembelajaran bahasa Arab di kelas IV madrasah Ibtidaiyah yang berlangsung selama ini.

2. Menghasilkan suatu produk dalam bentuk desain model pembelajaran bahasa Arab untuk meningkatkan kemampuan komunikasi lisan siswa di madrasah ibtidaiyah.

3. Menggambarkan implementasi model pembelajaran bahasa Arab untuk meningkatkan kemampuan komunikasi lisan siswa di madrasah ibtidaiyah. 4. Menguji efektivitas model pembelajaran bahasa Arab hasil pengembangan

dibandingkan dengan pembelajaran bahasa Arab yang dikembangkan secara konvensional.

5. Menemukan faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan model pembelajaran bahasa Arab yang dikembangkan.

D.Manfaat Penelitian

Penelitian dan pengembangan ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis juga manfaat praktis.

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian dan pengembangan ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian lebih lanjut bagi para peneliti, pendidik, pengamat pendidikan, pemegang


(31)

kebijakan, dan pengembang kurikulum pendidikan bahasa Arab di Indonesia dalam mengembangkan dan memperkuat teori dan konsep pembelajaran bahasa Arab yang sudah ada, sehingga pembelajaran bahasa Arab menjadi lebih efektif bagi peningkatan kemampuan komunikasi lisan.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini, di samping diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis, juga diharapkan dapat memberikan manfaat praktis. Manfaat praktis dimaksud dapat ditinjau dari guru bahasa Arab, pihak yang mempunyai wewenang pengambilan keputusan (decision makers), dan lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK).

a. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam rangka meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran bahasa Arab. Dengan menggunakan model pembelajaran hasil pengembangan ini, diharapkan guru dapat memperbaiki kinerjanya, sehingga pembelajaran bahasa Arab menjadi efektif.

b. Bagi pihak pengambil keputusan, hasil penelitian yang diharapkan dapat menghasilkan suatu produk yaitu model pembelajaran bahasa Arab, dapat dijadikan sebagai model alternatif untuk diseminasikan pada jenjang madrasah ibtidaiyah dalam rangka meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran bahasa Arab.

c. Bagi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK), hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya bahan ajar bagi pembinaan para calon guru, sehingga mereka menguasai dengan berbagai alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan dalam melaksanakan tugas profesionalnya.

E. Struktur Organisasi Disertasi

Disertasi ini terdiri atas lima bab, yaitu bab pertama merupakan pendahuluan, bab kedua merupakan kajian teori dan karangka berpikir, bab ketiga merupakan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, bab keempat


(32)

merupakan pemaparan hasil penelitian dan pembahasan dan bab kelima merupakan simpulan dari hasil penelitian.

Bab pertama terdiri atas tujuh subbab, yaitu, latar belakang masalah, identifikasi masalah dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi disertasi. Bab kedua terdiri atas lima subbab, yaitu, hakikat dan teori bahasa, hakikat dan teori pembelajaran, hakikat pembelajaran bahasa Arab, hakikat komunikasi lisan, dan kerangka berpikir penelitian.

Bab ketiga terdiri atas enam subbab, yaitu jenis penelitian, subyek penelitian, teknik pengumpulan data dan pengembangan instrumen penelitian, dan teknik analisis data. Bab keempat terdiri atas dua subbab, yaitu hasil penelitian dan pembahasan. Hasil penelitian terdiri atas empat sub-subbab, yaitu hasil studi pendahuluan, pengembangan model, desain model pembelajaran, implementasi model pembelajaran, dan efektifitas model pembelajaran hasil pengembangan. Pembahasan juga terdiri atas lima sub-subbab, yaitu. Pembahasan hasil studi pendahuluan, desain model pembelajaran, implementasi model pembelajaran, efektifitas model pembelajaran hasil pengembangan, dan faktor pendukung dan penghambat model pembelajaran. Sedangkan bab lima terdiri atas tiga subbab, yaitu simpulan, implikasi, dan rekomendasi.


(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini dibahas empat subbab, yaitu a) jenis penelitian, b) subyek penelitian, c) teknik pengumpulan data dan pengembangan instrumen penelitian, dan d) teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menerapkan jenis penelitian dan pengembangan (Research

and Development). Borg dan Gall (1979: 624) memberikan batasan terhadap

model penelitian ini sebagai “a prossess used to develop and validate educational

product”. Selain itu, sebagaimana dikemukakan oleh Gay (1990) bahwa

penelitian dan pengembangan adalah suatu usaha untuk mengembangkan suatu produk yang efektif berupa materi pembelajaran, media, strategi pembelajaran untuk digunakan di sekolah bukan untuk menguji teori. Dari definisi yang dikemukakan oleh Borg dan Gell tersebut di atas dapat diambil pengertian bahwa penelitian dan pengembangan ini merupakan rangkaian langkah secara siklus, setiap siklus yang akan dilalui harus mengacu pada hasil langkah sebelumnya dan akhirnya menghasilkan suatu produk pembelajaran.

Penggunaan model penelitian ini menurut Zais (1976: 480) telah banyak digunakan sejak tahun 1960-an khususnya ketika pemerintah Amerika Serikat mendirikan dan memberikan tugas dan wewenang kepada lembaga Research and

Develompment (R & D) Centers untuk melakukan pengembangan kurikulum

dalam skala yang lebih luas, komprehensif, dan intensif.

Menurut Chase (1971; 144-145) penelitian dan pengembangan itu memiliki kelebihan yaitu

“A systematic attempt to work out cycles of need assessment, specifications of objectives, analysis of alternative strategies and treatments leading to choices among alternatives, construction of partial or tentative


(34)

systems among prototypes on the basis of testing under field conditions in a variety of situations, and continuing evaluation and refinement”.

Dalam penelitian ini pendekatan penelitian dan pengembangan (R&D) dipandang cocok untuk digunakan. Karena tujuan penelitian ini bukan hanya sekedar untuk menemukan model yang baru, tetapi juga berupaya mengembangkan dan menerapkan model pembelajaran bahasa Arab yang efektif dan efisien dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik madrasah ibtidaiyah sesuai dengan tujuan pembelajarannya. Pendekatan R & D ini mempunyai keunggulan ditinjau dari segi prosedurnya yang sistematis dan sangat memperhatikan kebutuhan dan situasi dan kondisi nyata di madrasah.

Penelitian dan pengembangan ini menurut Borg dan Gall (1979: 775-776) langkahnya merupakan suatu siklus, yang terdiri atas 10 langkah yang harus ditempuh. Kesepuluh langkah tersebut adalah sebagai berikut:

a. Research and information collecting ---includes review of literatures, classroom observations, and preparation of reform of state of art. (Penelitian

dan pengumpulan informasi, yaitu kegiatan yang meliputi kajian kepustakaan dan observasi kelas;

b. Planning--- includes defining skills, stating objectives, determining course sequence, and small scale feasibility testing. (Perencanaan, mencakup

mendefinisikan produk yang akan dikembangkan, menetapkan tujuan, menetapkan urutan pembelajaran, dan uji kelayakan dalam skala kecil);

c. Develop preliminary form of product---includes preparation of instructional materials, handbooks, and evaluation devices. )Mengembangkan produk awal,

mencakup menyiapkan bahan pembelajaran, sumber dan media yang digunakan, dan intrumen evaluasi);

d. Preliminary field testing---Conducted in form 1 to 3 schools, using 6 to 12 subjects, Interview, observational and questionnaire data collected and analyzed. (Uji coba produk awal. Pada tahap ini data dikumpulkan melalui


(35)

e. Main product revision---Revision of product as suggested by the preliminary field test results. Revisi produk awal, setelah ditemukan

kekurangan-kekurangannya, kemudian produk awal tersebut dikembangkan menjadi produk yang lebih baik);

f. Main Field testing---conducted in 5 to 15 schools with 30 to 100 subjects.

Quantitative data on subjects’ pre-course and post-course performance are

collected. Results are evaluated with respect to course objectives and are compared with control group data, when appropriate. (Uji coba produk yang

sudah direvisi sebelumnya dalam skala luas. Pada tahap ini, data kuantitatif dari pretest dan posttest dikumpulkan dan hasilnya dievaluasi sesuai dengan tujuan, dan jika memungkinkan hasil tersebut dibandingkan dengan kelompok control).

g. Operational product revision---Revision of product as suggested by main field test results. (Revisi produk yang telah diujicobakan dalam skala yang lebih

luas);

h. Operational field testing---conducted in 10 to 30 schools involving 40 to 200 subjects. Interview, observational and questionnaire data collected and analyzed. (Uji coba produk yang telah direvisi dalam skala yang lebih lagi.

Pada tahap ini dikumpulkan data melalui angket, observasi, dan hasil wawancara untuk selanjutnya dianalisis);

i. Final product revision---Revision of product as suggested by operational field-test results. (Revisi produk akhir, revisi ini didasarkan pada hasil uji coba

produk sebelumnya); dan

j. Dissemination and implementation---Report on product at professional meetings and in journals. Work with publisher who assumes commercial distribution. Monitor distribution to provide quality control. (Desiminasi dan

implementasi, yaitu melaporkan hasilnya dalam pertemuan ilmiah dalam jurnal dan dilakukan monitoring penyebaran sebagai kontrol terhadap kualitas produk).


(36)

Penerapan langkah-langkah tersebut di atas dalam pengembangan model pembelajaran bahasa Arab untuk meningkatkan kemampuan komunikasi lisan dimodifikasi dengan tiga tahapan proses berikut (Sukmadinata, 2008: 189), yaitu studi pendahuluan, pengembangan model, dan validasi model. Ketiga tahapan ini dapat digambarkan dalam bagan 3.1. Penggunaan penelitian dan pengembangan Borg dan Gall yang dimodifikasi dengan penelitian dan pengembangan Sukmadinata didasarkan pada dua alasan. Pertama bahwa langkah penelitian dan pengembangan Borg dan Gall yang dimodifikasi Sukmadinata dipandang lebih mudah digunakan dari pada penelitian dan pengembangan Dick dan Carry. Kedua kenyataan bahwa penelitian dan pengembangan tersebut sudah teruji kehandalannya pada penelitian-penelitian terdahulu khususnya di program studi Pengembangan Kurikulum Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Studi lapangan:

- Implementasi model yang akan

dikembangkan - Kondisi & kinerja guru - Kondisi & kinerja siswa - Sumber, media, & alat - Lingkungan madrasah Studi

kepustakaan: - Landasan

teori - Hasil

penelitian yang

Uji coba terbatas

 Desain kasar

 Implementasi

 Evaluasi

 Revisi

Uji coba lebih luas

 Desain halus

 Implementasi  Evaluasi  Revisi Final Draf Metode Eksperimen  Pretest

Treatment

Posttest

Model Teruji

STUDI PENDAHULUAN PENGEMBANGAN

MODEL UJI MODEL Penyu- sunan draf produk


(37)

Tiga Langkah Penelitian dan Pengembangan Sukmadinata

Dengan merujuk pada tahapan-tahapan di atas, maka untuk menghasilkan suatu produk yang dalam hal ini adalah suatu model pembelajaran bahasa Arab, terlebih dahulu dilakukan studi pendahuluan atau studi lapangan dan studi literatur. Berdasarkan informasi hasil studi tersebut, kemudian dikembangkan suatu produk awal sebagai hasil uji kelayakan yang dilaksanakan di madrasah ibtidaiyah Nurul Hidayah Banyubang, sehingga hasilnya merupakan suatu bentuk

microteach lesson. Berdasarkan pada hasil revisi, maka produk awal ini kemudian

dikembangkan lebih lanjut melalui uji coba di lapangan atau merupakan uji coba utama. Hasil uji coba utama setelah direvisi yaitu berupa produk operasional, kemudian dilakukan validasi atau uji coba model sehingga dihasilkan suatu model yang sesuai dengan yang diharapkan.

Langkah-langkah tersebut, untuk kepentingan dalam penelitian ini, lebih disederhanakan, sehingga meliputi studi pendahuluan, pengembangan, dan pengujian. Untuk lebih jelasnya masing-masing langkah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Studi pendahuluan a. Studi Literatur

Studi literatur merupakan langkah yang sangat penting untuk dilakukan dalam penelitian karena informasi yang diperoleh dari hasil studi ini dapat digunakan pada saat melakukan studi lapangan. Selain itu hasil dari studi ini dapat digunakan sebagai acuan dalam pengembangan model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan penelitian. Berdasarkan alasan ini, maka pada langkah ini peneliti melakukan kajian terhadap berbagai literatur yang berkaitan dengan teori, pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran bahasa yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan peserta didik madrasah ibtidaiyah, dan juga materi pembelajaran itu sendiri serta permasalahannya. Kajian ini dilakukan sejak peneliti mengajukan prosposal penelitian dan berlangsung terus bersamaan dengan proses pengembangan model.


(38)

b. Studi Lapangan

Studi lapangan dalam hal ini merupakan kegiatan penelitian pendahuluan yang bertujuan untuk mendeskripsikan keadaan yang sesungguhnya terjadi di kelas. Penelitian pendahuluan ini dilakukan terutama terhadap variabel-variabel penelitian sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, yaitu meliputi variabel guru, variabel peserta didik, variabel konteks yang meliputi lingkungan kelas, sumber belajar, dan media pembelajaran, variabel proses pembelajaran, dan variabel hasil.

Adapun aspek-aspek yang diteliti dari setiap variabel tersebut meliputi, (1) kondisi guru berkenaan dengan pemahamannya terhadap tujuan pembelajaran bahasa Arab di madrasah ibtidaiyah, (2) perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran bahasa Arab yang dikembangkan guru, (3) aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran bahasa Arab, dan (4) kondisi sumber belajar dan media pembelajaran dan pemanfaatannya dalam pembelajaran bahasa Arab.

Hasil studi pendahuluan ini digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk perencanaan dan pelaksanaan pengembangan model pembelajaran bahasa Arab, yang dimaksudkan produk dan pengembangannya dapat memecahkan masalah praktis yang ada di kelas. Dengan kata lain, hasil temuan dari studi lapangan sebagaimana dijelaskan di atas, dalam penelitian ini akan digunakan sebagai

starting point dalam merancang pengembangan model pembelajaran bahasa Arab

yang akan dilakukan secara kolaboratif dan partisipatif antara peneliti, guru, dan kepala madrasah.

c. Perencanaan Pengembangan Model

Langkah-langkah yang ditempuh dalam perencanaan pengembangan model pembelajaran ini adalah (a) analisis kurikulum, (b) mengembangkan program, (c) menyusun silabus, dan (d) uji kelayakan terbatas.

1) Analisis Kurikulum

Analisis kurikulum merupakan langkah yang sangat penting untuk mengembangkan suatu model pembelajaran. Analisis ini terutama dilakukan


(39)

tertulis kurikulum ini peneliti akan menemukan kejelasan berkenaan dengan (a) tujuan, (b) materi atau pengalaman belajar, (c) organisasi pengalaman belajar, dan (d) evaluasi. Hasil analisis ini akan memberikan arah untuk memilih dan memilah model pembelajaran yang dapat mengakomodasi pesan-pesan yang ada dalam kurikulum tersebut. Dengan kata lain, model pembelajaran yang akan dikembangkan selain dapat memperbaiki kondisi yang ada, juga harus relevan dengan pesan-pesan yang terdapat dalam dokumen tertulis kurikulum.

b) Pengembangan Program Pembelajaran dan Menyusun Silabus

Pada tahap ini peneliti mendesain model pembelajaran sebagai produk awal untuk dilaksanakan dalam uji kelayakan terbatas. Sesuai dengan hasil analisis kurikulum, maka langkah selanjutnya adalah menyusun program pembelajaran. Adapun langkah-langkah yang ditempuh meliputi: (a) menetapkan model pembelajaran yang akan dikembangkan. (b) menetapkan tema, (c) menetapkan kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator yang akan dikembangkan, (d) menentukan sumber daya pembelajaran, (e) menentukan alokasi waktu pelaksanaan program, (f) menetapkan format silabus atau perencanaan pembelajaran, (g) menetapkan tujuan pembelajaran, (h) menentukan materi atau pengalaman belajar, (i) menentukan sumber dan media pembelajaran, dan (j) menentukan evaluasi pembelajaran.

c) Uji Kelayakan Program

Setelah jelas program dan silabus pembelajaran yang akan dikembangkan, maka untuk uji kelayakan terbatas dan lebih luas perlu dipersiapkan hal-hal sebagai berikut; (a) kompetensi yang harus dimiliki guru, (b) format observasi dan wawancara, (c) format catatan lapangan, dan (d) penentuan lokasi penelitian. 2. Tahap Pengembangan Model Pembelajaran

Sesuai dengan produk studi pendahuluan sebagaimana produk “micro teach lesson” yang telah dilakukan revisi berdasarkan hasil observasi, wawancara, studi dokumenter, dan hasil tes, maka langkah berikutnya adalah uji coba di lapangan (kelas). Langkah ini menurut Borg & Gall (1979) merupakan langkah uji


(40)

coba utama dan uji coba operasional. Langkah pengembangan ini dilakukan melalui siklus dengan mengikuti paradigma prosedur penelitian tindakan.

Penelitian tindakan adalah studi dari situasi sosial dengan sasaran memperbaiki kualitas tindakan di dalam situasi sosial tersebut. Tujuan utamanya adalah sebagaimana dikemukakan Elliot (1991: 49) bahwa the fundamental aim

of action research is to improve practice rather than to produce knowledge. The production and utility of knowledge is subordinate to, and conditioned by the

fundamental aim”. Sementara menurut Mc Niff (dalam Sukardi, 2008: 212)

bahwa penelitian tindakan merupakan suatu studi sistematis dari upaya perbaikan praktik atau pelaksanaan pendidikan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memakai cara-cara tindakan mereka yang praktis yang disertai dengan refleksi tentang dampak tindakan praktis mereka.

Sesuai dengan pengertian penelitian tindakan tersebut, maka dalam tahap pengembangan model pembelajaran ini setiap siklusnya mengikuti langkah-langkah sebagaimana model penelitian yang dikemukakan McKerman’s (Elliot, 1991: 51) yang secara garis besarnya meliputi langkah penetapan masalah-perencanaan – pelaksanaan – evaluasi - refleksi. Tahapan penelitian ini dilakukan pada uji coba pengembangan model pembelajaran, yang dilakukan dalam beberapa siklus yang secara berulang untuk memperoleh suatu produk, yakni model pembelajaran bahasa Arab sebagaimana diharapkan.

Adapun aspek-aspek yang diteliti pada tahap pengembangan ini meliputi (1) perencanaan pembelajaran, (2) implementasi perencanaan pembelajaran yang meliputi aktivitas guru dan peserta didik, dan (3) hasil belajar. Ketiga aspek ini secara berkelanjutan dalam setiap siklus terus dilakukan monitoring untuk bahan evaluasi dan refleksi yang ditindaklanjuti dengan adanya perbaikan-perbaikan baik terhadap perencanaan maupun implementasinya pada siklus berikutnya. Adapun hasil akhir dari tahap ini adalah karakterisasi desain model pembelajaran bahasa Arab yang dapat dijadikan pedoman bagi guru dan karakteristik implementasi model pembelajaran bahasa Arab yang kondusif untuk


(41)

3. Pengujian

Pada tahap ini dilakukan uji validasi terhadap model pembelajaran hasil pengembangan. Hasil uji validasi ini diharapkan mendapatkan kesimpulan yang menggambarkan karakteristik model pembelajaran hasil pengembangan, dilihat dari tingkat efektifitasnya terutama dilihat dari dampaknya terhadap kinerja guru, aktivitas belajar peserta didik, dan keunggulan serta keterbatasannya. Untuk mendapatkan kesimpulan tersebut, pada tahap uji validasi ini diperlukan rancangan eksperimen yang kemudian hasilnya dipadankan atau dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Adapun prosedur yang ditempuh untuk menetapkan madrasah yang termasuk kelompok eksperimen dan madrasah kelompok kontrol serta subyek dari kedua kelompok tersebut, dilakukan dengan random sampling. Setelah dilakukan

random sampling terhadap subyek dari kedua kelompok tersebut, langkah

selanjutnya adalah memberikan tes awal (pretest) terhadap subyek dari kedua kelompok tersebut. Hasil tes awal dijadikan dasar untuk melakukan pemasangan subyek-subyek antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dasar pemasangan adalah peringkat hasil pretest, maksudnya subyek yang mendapat skor delapan dipasangkan dengan subyek yang mendapatkan skor sama atau yang mendekati. Maksud pemasangan tersebut adalah untuk mengurangi perbedaan kemampuan awal antara pengaruh kelompok eksperimen dan kelompok kontrol terhadap variabel tergantung (Hidayanto, 1998: 146)

Berdasarkan prosedur di atas, maka langkah pembelajaran pada kelompok eksperimen adalah (1) melakukan tes awal (pretest), (2) implementasi model pembelajaran hasil pengembangan, (3) tes akhir (posttest) terhadap kemampuan peserta didik, dan (4) membandingkan hasil tes awal dengan tes akhir. Prosedur pembelajaran di atas sama dilakukan pula pada kelompok kontrol, hanya perbedaannya pada kelompok kontrol pada langkah kedua pembelajaran tidak melaksanakan model pembelajaran hasil pengembangan tetapi menggunakan cara-cara yang biasa dilakukan guru. Rancangan eksperimen yang dikembangkan


(42)

Gambar 3.1

Rangcangan Eksperimen (Diadaptasi dari McMillan & Schumacher, 2001: 342)

Keterangan:

M = Pemilihan subyek melalui pemasangan A = Kelompok eksperimen

B = Kelompok kontrol

O1 = Pretest pada kelompok eksperimen O2 = Posttest pada kelompok eksperimen O3 = Pretest pada kelompok kontrol O4 = Posttest pada kelompok kontrol

X = Pembelajaran dengan model pembelajaran hasil pengembangan -X = Pembelajaran konvensional.

B. Subyek Penelitian 1. Populasi

Subyek penelitian ini adalah guru mata pelajaran bahasa Arab dan siswa madrasah ibtidaiyah di kabupaten Lamongan. Berdasarkan data Kementerian Agama Kabupaten Lamongan tahun 2009, jumlah madrasah Ibtidaiyah di kabupaten Lamongan sebanyak 489 madrasah sebagaimana dalam tabel 3.1.

Tabel 3.1

Keadaan Madrasah Ibtidaiyah di Kecamatan Kabupaten Lamongan N

O

Kecamatan Jumla h MI

Status Tingkat Akriditasi Ket

Negeri Swasta A B C BT* T**

1 Sukorame 3 - 3 3

2 Bluluk 4 1 3 1 3

3 Ngimbang 4 - 4 4

M

Group Pretest Treatment

A B

O1

O3

X

-X

Posttest 03


(43)

5 Mantup 15 - 15 15

6 Kembangbahu 17 - 17 2 13 23 - -

7 Sugio 24 - 24 - 18 4 2 - 8 Kedungpring 14 1 13 3 11 - - - 9 Modo 14 - 14 2 11 - 1 - 10 Babat 32 - 32 12 16 3 1 - 11 Pucuk 29 - 29 - - - - 29 12 Sukodadi 19 - 19 5 9 3 2 - 13 Lamongan 5 - 5 1 4 - - - 14 Tikung 11 - 11 - 4 5 2 - 15 Sarirejo 18 - 18 - 10 8 - - 16 Deket 10 - 10 1 4 - 5 - 17 Glagah 13 - 13 - 9 3 1 -

18 Karangbinangun 17 - 17 2 12 2 1 -

19 Turi 13 - 13 3 9 1 - - 20 Kalitengah 16 - 16 3 10 3 - - 21 Karanggeneng 19 1 18 10 5 2 2 - 22 Sekaran 23 - 23 4 18 1 - - 23 Maduran 21 - 21 11 4 6 - - 24 Solokuro 25 - 25 11 7 3 4 - 25 Laren 41 - 41 8 26 4 2 26 Paciran 37 - 37 29 8 - - - 27 Brondong 32 - 32 11 14 6 2 - Jumlah 489 3 486 119 222 56 25 67 * = Belum terakriditasi

** = Tidak diketahui aktriditasinya

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa terdapat 3 (tiga) Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) dan 486 Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS). Dilihat dari peringkat akriditasi, sebanyak 119 MI yang terakriditasi A, 222 terakriditasi B, dan 56 terakriditasi C, dan 25 yang belum terakriditasi, serta sebanyak 67 MI tidak mencantumkan peringkat akriditasinya.

2. Sampel

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV madrasah Ibtidaiyah (rata-rata telah belajar bahasa Arab sejak kelas I) dan guru yang mengajar di kelas tersebut. Alasan memilih siswa kelas IV adalah bahwa dalam perspektif perkembangan bahasa ditemukan bahwa anak berkembang dengan pesat pada masa “ middle


(1)

Hisbullah Huda, 2013

Isop, S. (2011). Pengembangan Model pembelaharan Bahasa Arab untuk meningkatkan keterampilan berbahasa di Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Jati Bandung, Disertasi pada SPS UPI Bandung, Tidak diterbitkan,

Izza, Avina, Nailul, (2012). Peningkatan keterampilan berbicara bahasa Arab melalui media flash card (kartu pengingat) di kelas IV MI Al Muawwanah Janti Mojoagung Jombang.Skripsi pada Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah IAIN SUnan AMpel Surabaya. Tidak diterbitkan.

Izzan, A. (2008). Metodologi Pembelajaran Bahasa Inggris, Bandung, Humaniora. Joyce, Bruce., et al., (2000). Models of Teaching, Allyn & Bacon, Boston.

Khair, Badrul, (2011). Penerapan Metode Audio-lingual dalam Pembelajaran keterampilan Berbicara Bahasa Arab di Madrasah Ibtidaiyah Mambaul Ulum Sumber Gempol Pagelaran Malang. Skripsi pada Universitas Islam Negeri Malang. Tidak diterbitkan.

Khalil, Hilmi, (1988). Al-Arabiyah wa „Ilm Al-Lughah Al-Binyawi: Dirasat fi al-Fikri al-Lughawi al-Arabi al-Hadits, Al-Iskandariyah, Dar al-Ma‟rifah al

-Jami‟iyah.

Krashen, S. D. dan Terrel, T. D. (1983). The Natural Approach: Language Acquisition in the Classroom, Alemany Press, San Fransisco.

Kunihira, S., and J. Asher. (1965). The Strategy of the Total Physical Response: An application to Learning Japanese, International Review of Applied Linguistics, 3:277-289.

Laila, Noor Azizah. (2010). Penerapan pembelajaran kooperatif metode think-pair-share (TPS) untuk meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Arab siswi kelas VII MTs Nurul Ulum Malang. Skripsi pada , Program Studi Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang, Tidak diterbitkan

Lenneberg, E. H. (1969). On Explaining Language and the Critical Period: Some New Evidence.

Littlewood, W. (1988). Foregn and Second Language:Acquisition research and its implecation for the Classroom, Cambridge University Press.

Ma‟ruf, N. M. (1998). Khashaish al-Arabiyah wa tharaiq tadrisiha, Dar al-Nafais, Bairut, Libanon.


(2)

Moh. Matsna HS, (2003), Diagnosis Kesulitan Belajar Bahasa Arab; makalah disampaikan pada Diklat Guru Bahasa Arab di SMU tanggal 10 – 23 September 2003.

Maulana, Ahmad, et al., (2004), Kamus Ilmiah Populer, Absolut, Yogyakarta.

Ma‟mun, Syukron. (2011). Penggunaan Model Bermain Peran untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Bahasa Arab Siswa Kelas XI Bahasa MA Almaarif Singosari Malang. Skripsi, pada Jurusan Sastra Arab, Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang. Tidak diterbitkan.

Meas, A., (1969). Experimental Investigation of Receptive Language. Paper Presented at the Second International Congress of Applied Linguistics, Cambridge University, Cambridge England. In Pemsleur and Quinn, 1971, 143-156. McLaughlin, B. (1987). Theories of Second Language Learning, London, Edward

Arnold.

Mcmillan, J. H. dan Schumacher, S. (2001). Research in Education: A Conceptual Introduction, New York Longman.

Munandir, (2001). Latar Belakang Pekerjaan dan Pendidikan Orang Tua Murid Sekolah Menengah di Madura: Risalah disajikan pada seminar, Malang, Universitas Negeri Malang.

Mustofa, Q.B. (2011). Ta‟lim al-lughah al-Arabiyah fi Indunesia (ma lahu wama „alaihi), Makalah disajikan pada seminar internasional dengan tema eksperiman pembelajaran bahasa Arab di Indonesia, 16-18 Disember 2011 di UIN Malang.

Musthofa, S. (2012). Tantangan Bahasa Arab dalam Dunia Pendidikan, [Online] Tersedia di http://arabionline.blogspot.com/2012/02/tantangan-bahasa-arab-dalam-dunia.html [Maret 31, 2012]

Nazaruddin/ (2006), Pembelajaran Bahasa Arab di Perguruan Tinggi: studio kasus di Indonesia, (Disertasi) Tidak Diterbitkan, Universitas Nailain, Sudan.

Nord, J.R., (1975). A Case for Liatening Comprehention, Philologia, 7: 1-25.

Nunan, D. (1998). Language Teaching Methodology: A Textbook for Teacher, Malaysia, Prentice Hall International.

Nunan, D. (1992). Research Method in Language Learning, Australia, Cambridge, University Press.


(3)

Hisbullah Huda, 2013

Nurgiyantoro, B. (1987). Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra, Yogyakarta, BPFE.

Oliva, P.F. (1992). Developing the Curriculum, United States of America: HarperCollins Publishers.

Oktavia, Lathifiana, (2010) Penerapan Metode Langsung dalam Meningkatkan Keterampilan Berbicara Bahasa Arab di Kelas VIIa MTs. Miftahul Huda Maguan Kaliori Rembang. Tesis, pada, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Tidak diterbitkan.

Poerwodarminto, (2005) Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka. Purwanto, Ngalim, (2002), Psikologi Pendidikan, Bandung, Remaja Rosdakarya.

Randall, Mick. 1946. Memory, Psychology and Second Language Learning. Philadelphia: John Benjamin North America Publishing.

Reeds, J., H. Winitz and P. Garcia, (1977). A Test of Reading Following Comprehension Training, International Review of Applied Linguistics, 14: 308-319.

Richard, Jack C, (2001), Curriculum Development in Language Teaching, University Press, Cambridge.

Richard, Jack C, & Rodgers, Theodore S, (2006), Approaches and Methods in Language Teaching, University Press, Cambridge.

Richard, J. (4010 H), Madzahib wa tharaiq fi ta‟lim al-Lughaat washfun wa tahlil, (Terj) Mahmud Ismail Shini, et.al., Dar al-Ilmi wa al-kutub, Ar-Riyadh. Roestiyah, NK, (1991) Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, Renika Cipta.

Sagala, S. (2009). Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mangajar, E-library, Bogor, PPs Universitas Pakuan.

Sanjaya, W. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta, Kencana.

Sauri, S. (2012). Menyoal Problematika Pengajaran Bahasa Arab, [Online] Tersedia di http://erlan-abuhanifa.blogspot.com/2009/02/pembelajaran-bahasa-arab.html [April 10, 2012]


(4)

Scardamalia, M. and Carl B. (1986). Research on Written Composition pada Hand book of Research on Teaching. USA, Macmillan Publishing Company.

Semi, M. Atar. 1995. Dasar-Dasar Keterampilan Menulis. Bandung: Mugantara.

Septiana, Lailiyana, (2011) Penerapan teknik brainstorming untuk meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Arab siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri Malang I. Skripsi pada Program Studi Pendidikan Bahasa Arab. Universitas Negeri Malang.

Skinner, B.F. (1974). Verbal Behavior, New York, Appleton Century Crafts.

Snow, C. and C. Ferguson, (1977). Talking to Children, Cambridge: Cambridge University. (Eds.)

Stenberg. D.D. (1993). An Introduction to Psycholinguistics, Longman.

Sudjana, N. (1996). Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Bandung, Sinar Baru.

Sukardi, (2008), Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya, Jakarta, Bumi Aksara.

Sukmadinata, N.S. (2008). Metode Penelitian Pendidikan, Bandung, Rosdakarya. Sumadi, M. (1975). Pengajaran Bahasa Asing: Sebuah Tinjauan dari Segi Metodologi,

Bulan Bintang, Jakarta

Sumantri, M. dan Sukmadinata, N.S. (2007). Perkembangan Peserta Didik.. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sundayana, W. (2008). Bahan Ajar PLPG bahasa Inggris SMA/SMK. Bandung : UPI. Supriyono, Agus, (2009), Cooperative Learning: Teori dasn Aplikasi PIKEM,

Jogjakarta, Pustaka Pelajar.

Swaffar, J., and M. Woodruff, (1978). Language for Comprehension: Focus on Reading, a report on the University of Texas German Program, Modern Language Journal, 62: 27-32.

Syalabi, Ahmad, (1980), Ta‟lim al-lughah Arabiyah li ghair Arab, Maktabah al-Nahdhah al-Misriyah, Kairo.

Syamsuddin AR., dan Damaianti, V.S. (2006). Metode Penelitian Pendidikan Bahasa, Bandung, Rosdakarya.


(5)

Hisbullah Huda, 2013

Syuhadak, (2006). Pembelajaran Bahasa Arab bagi Muslim Indonesia, disampaiakan pada Rapat Terbuka Senat UIN Malang dalam rangka Wisuda D2, S1, dan S2 semester gasal dan Genap tahun akademik 2005-2006.

Syukur, Nazri, (2012), Pasang Surut Bahasa Arab di Indonesia, [Online] tersedia di

http://arabionline.blogspot.com/2012/02/pasang-surut-bahasa-arab-di-indonesia.html [Maret 31, 2012]

Syu‟aib, H. A. (2011). Tharaiq Tadris lughah Arabiyah, Dar Ulum al-Arabiyah, Bairut, Libanon,.

Tarigan, H.G. (1989). Metodologi Pengajaran Bahasa : Suatu Penelitian Kepustakaan, Jakarta, Depdikbud.

---. 1989. Pengajaran Kompetensi Bahasa Indonesia. Bandung: Angkasa. ---, (2009). Metodologi Pengajaran Bahasa I, Bandung, Angkasa.

---, (2008). Menyimak: sebagai suatu Keterampilan Berbahasa, Bandung, Angkasa.

---, (2008). Berbicara: sebagai suatu Keterampilan Berbahasa, Bandung, ANgkasa.

---, (1988). Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa, Bandung, Angkasa. Tobroni, M. dan Mustofa, A. (2011). Belajar dan Pembelajaran,

Jogyakarta,Ar-Ruzzmadia.

Uno, H. (2006). Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, Jogjakarta, Pustaka Pelajar.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003 Nomor 20, Bandung, Citra Umbara.

Utami, Ary, (2011). Penerapan Pembelajaran CTL Model Role Playing untuk Meningkatkan Kemahiran Berbicara Bahasa Arab Siswa kelas XI di Madrasah Aliyah Negeri Malang II Batu, Skripsi pada Program Studi Pendidikan Bahasa Arab Universitas Negeri Malang. Tidak diterbitakn.

Ya‟qub, I.M. (1982). Fiqh al Lughah al Arabiyah wa Khashaishuha, Dar Safaqah al-Islamiyah, Bairut. Libanon.

Yunus, A.F. (1978). Tasmin Minhaj li Ta‟lim al lughah al “Arabiyah li al-ajanib, Kairo, Dar as Saqafah.


(6)

Yusuf, T., dan Anwar, S., (1997), Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Wa‟afy, W.A. (1962). „Ilm al Lughah, Maktabah Nahdah Misr al Fajalah.

Weaver, C. (1994). Reading Process and Practice. Portsmouth, NH. Heinemann.

Widdowson, H.G. (1991). Aspects of Langauge Teaching, Oxford: Oxford University Press.

Zais, Robert, A. (1976) Curriculum: Principles and Foundation, New York, Crowel Company.

Zaki, Ahmad, (2012). Penggunaan gambar dalam pembelajaran berbicara (penelitian eksperimen di kelas IX MTs. Nurul Falah Pamekasan Madura. Tesis pada PPS IAIN Sunan Ampel Surabaya, Tidak diterbitkan.

Zuniati. (2010). Pemanfaatan Media Gambar Berangkai untuk Meningkatkan Kemahiran Berbicara bahasa Arab pada Kelas Rintisan Madrasah Berbasis Internasional (RMBI) MAN Lamongan. Skripsi, Jurusan Pendidikan Bahasa Arab Universitas Negeri Malang. Tidak diterbitkan.


Dokumen yang terkait

Pengembangan pelajaran muhadasah pada jurusan bahasa arab fakultas tarbiyah IAIN Syarif hidayatullah

0 7 69

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN KECAKAPAN MENULIS: Suatu Penelitian dan Pengembangan Model Pembelajaran Menulis dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas.

0 7 21

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PERMAINAN BAHASA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS DI MADRASAH TSANAWIYAH.

2 8 80

MODEL PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA :Studi pada Mata Pelajaran Fiqh di Madrasah Aliyah Kabupaten Bandung.

0 0 71

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN REMEDIAL TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA: Studi pada mata pelajaran bahasa Arab di Madrasah Aliyah Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat.

3 12 46

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMA.

0 0 146

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK untuk MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR SISWA DALAM MATA PELAJARAN MATEMATIKA :Penelitian dan Pengembangan pada Madrasah Ibtidaiyah di Kota Bandung.

0 2 92

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS SISWA SMA :Studi Pengembangan Model Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Provinsi Riau.

0 0 73

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN SINEKTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI SASTRA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI MADRASAH ALIYAH KABUPATEN LEBAK.

0 1 44

PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK PADA MATA PELAJARAN BAHASA ARAB DI MADRASAH

0 0 20