EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING PADA POKOK BAHASAN TENTANG AKHLAK TERCELA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA LABORATORIUM-PERCONTOHAN UPI BANDUNG.

(1)

Nurida Syamsiyah, 201

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED

LEARNING PADA POKOK BAHASAN TENTANG AKHLAK TERCELA

DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA LABORATORIUM-PERCONTOHAN UPI BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam

: helO

NURIDA SYAMSIYAH 0901201

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

Nurida Syamsiyah, 201

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED

LEARNING PADA POKOK BAHASAN TENTANG AKHLAK TERCELA

DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA LABORATORIUM-PERCONTOHAN UPI BANDUNG

Oleh Nurida Syamsiyah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Nurida Syamsiyah 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

Nurida Syamsiyah, 2013

ABSTRAK

Nurida Syamsiyah, Efektivitas Model Pembelajaran Problem Based Learning Pada Pokok Bahasan Tentang Akhlak Tercela dalam Pembelajaran Pendidikan

Agama Islam di SMA Laboratorium-Percontohan UPI Bandung”. Permasalahan

penelitian ini di latar belakangi oleh fakta yang ada di lapangan menunjukkan proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) khususnya di Sekolah Menengah Atas (SMA) yang seharusnya sudah dapat mengembangkan pola pikirnya dalam melaksanakan dan mengamalkan nilai-nilai keagamaan dalam setiap perbuatannya. Dalam pelaksanaannya pembelajaran PAI di sekolah masih menggunakan model pembelajaran biasa, hal ini menyebabkan peserta didik hanya sekedar pada penerimaan pengetahuan saja sedangkan perkembangan akhlak peserta didik kurang diperhatikan. Padahal salah satu tujuan pembelajaran PAI membentuk akhlak peserta didik dengan baik. Untuk mengatasi hal tersebut perlu diterapkannya suatu model pembelajaran yang dapat melatih peserta didik dalam mengembangkan potensinya melalui pembelajaran berbasis masalah dalam rangka membentuk akhlak yang baik. Model pembelajaran problem based

learning (pembelajaran berbasis masalah) merupakan model pembelajaran yang

dapat melatih peserta didik dalam mengembangkan potensinya melalui pembelajaran berbasis masalah, agar peserta didik memperoleh hasil belajar sendiri dengan mencari dan menemukan permasalahan khususnya dalam pokok bahasan akhlak tercela. Dengan menerapkan pembelajaran Problem Based

Learning diharapkan dapat melatih peserta didik menemukan permasalahan

pembelajaran PAI dalam mengembangkan potensi peserta didik untuk mengamalkan akhlak yang baik dalam kehidupannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengatahui efektivitas model Problem Based Learning dalam pokok bahasan tentang akhlak tercela pada pembelajaran PAI. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen dan menggunakan desain penelitian

the nonequivalent control group design (kelompok kontrol tidak ekuivalen)

artinya subjek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti menerima keadaan subjek seadanya. Tehnik yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian adalah observasi dan angket. Dengan memperhatikan langkah-langkah yang dilakukan untuk mempersiapkan pembelajaran PAI dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning yaitu penyusunan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, dan mempersiapkan lembar kerja siswa dalam proses evaluasi. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa penerapan model

Problem Based Learning efektif dalam pokok bahasan tentang akhlak tercela pada

pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa peningkatan pada kelas kontrol dari 10,7 menjadi 15 dengan selisih peningkatan sebesar 4,3. Hal ini menunjukkan bahwa kelas kontrol dari kategori sedang menjadi kategori tinggi. Sedangkan peningkatan pada kelas eksperimen dari 10 menjadi 17 peningkatan sebesar 7. Hal ini menunjukkan bahwa kelas eksperimen dari kategori sedang manjadi kategori sangat tinggi. Kata kunci: problem based learning, Pendidikan Agama Islam, akhlak tercela.


(5)

Nurida Syamsiyah, 2013

ABSTRACT

NuridaSyamsiyah , " Effectiveness of Problem Based Learning Model Learning By Topic About Morals Disgraced in Islamic Religious Education Learning at School Laboratory UPI Bandung ". This research problems in the background by the facts on the ground show the learning process of Islamic Education ( PAI ), particularly in high school ( SMA ) that should be able to develop ways of thinking in implementing and practicing religious values in his actions. PAI in the implementation of learning in schools still use the normal learning model, this leads to learners at the reception just knowledge alone while the moral development of students less attention. In one form of learning objectives PAI learners with good morals. To address this need the implementation of a learning model that can train students in developing their potential through problem-based learning in order to form good morals. Model of problem based learning is a learning model that can train students in developing their potential through problem based learning, so that learners get the results their own learning by seeking and finding problems in a particular subject despicable character. By applying the Problem Based Learning is expected to train students find learning problems PAI in developing potential learners to practice good morals in life. The purpose of this study is to know the effectiveness of the model of Problem Based Learning in the subject of the disgraceful character PAI learning . The method used in this study is quasi-experimental research design and using the nonequivalent control group design (no control group equivalent) means that the subject was not randomized , but the researchers received a sober state of the subject. Techniques used in data collection are observation and questionnaire study . Having regard to the steps taken to prepare the PAI learning using learning model of Problem Based Learning is preparing syllabi, lesson plan and worksheets to prepare students in the evaluation process. The results obtained show that the implementation of an effective model of Problem Based Learning in the subject of the disgraceful moral teaching of Islamic Education. Based on this research, it is known that an increase in the control class from 10,7 to 15 by a margin increase of 4,3. This suggests that the control class of a category is a high category . While the increase in the experimental class of 10 to 17 increased by 7 . This suggests that the experimental class of the category being widened very high category.


(6)

Nurida Syamsiyah, 2013

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

PEDOMAN TRANSLITERASI ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat ... 8

E. Struktur Organisasi ... 8

BAB II MODEL PROBLEM BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A. Teori Efektivitas ... 10

B. Efektivitas Pembelajaran ... 10

C. Model Problem Based Learning (PBL) 1. Model Pembelajaran ... 14

2. Pengertian Model Problem Based Learning ... 16

3. Landasan Model Pembelajaran Problem Based Learning ... 17

4. Sejarah Model Problem Based Learning ... 18

5. Langkah-Langkah Model Problem Based Learning ... 18


(7)

Nurida Syamsiyah, 2013

D. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 21

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 23

3. Fungsi Pendidikan Agama Islam ... 24

4. Metode Pendidikan Agama Islam ... 25

5. Evaluasi Pendidikan Agama Islam ... 28

E. Problem Based Learning dalam Pendidikan Agama Islam 1. Proses Pembelajaran Model Problem Based Learning dalam PAI ... 31

2. Langkah-Langkah Model Problem Based Learning dalam PAI ... 32

F. Hipotesis Penelitian ... 33

G. Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 33

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Subjek Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian ... 37

2. Subjek Populasi dan Sampel Penelitian ... 38

B. Desain Penelitian ... 39

C. Metode Penelitian ... 41

D. Definisi Operasional ... 41

E. Instrumen Penelitian ... 42

F. Proses Pengembangan Instrumen ... 48

G. Teknik Pengumpulan Data ... 52

H. Analisis Data ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 62

B. Pembahasan ... 77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 85

B. Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 87 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(8)

Nurida Syamsiyah, 2013


(9)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Perkembangan zaman di era globalisasi semakin menjadikan tantangan bagi manusia untuk terus mengembangkan kemampuan yang dimiliki dalam berbagai aspek kehidupan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menghadapinya adalah dengan menempuh pendidikan. Pendidikan menjadi salah satu upaya untuk menghadapi tuntunan tersebut karena pendidikan menjadikan tujuan untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki oleh setiap manusia.

Pendidikan memberikan manfaat besar dalam mencerdaskan bangsa dan sebagai sarana pengembangan watak bangsa. Melalui pendidikan manusia diharapkan menjadi generasi unggul, baik secara pengetahuannya maupun secara akhlak baiknya. Dalam Islam, Allāh Swt. telah menjamin umatnya untuk ditinggikan derajatnya bagi orang yang berilmu.

Hal ini sesuai dengan firman Allāh Swt.,

..."

تاَجَرَد َمْلِعْلا اوُتوُأ َنيِذَلاَو ْمُكْنِم اوُنَمآ َنيِذَلا ُهَللا ِعَفْرَ ي

اَِِ ُهَللاَو

ريِبَخ َنوُلَمْعَ ت

"

(

١١

)

Artinya : “... niscaya Allāh akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allāh Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Mujādilah [58]: 11)*

Pendidikan yang pertama dan utama yaitu pendidikan di dalam keluarga, setiap anak memperoleh pengaruh yang mendasar sebagai landasan pembentukan pribadinya yaitu dengan keimanan dan ketaqwaan yang telah diajarkan di dalam keluarga.

*

Seluruh Teks dan terjemah Al-Qur`ān dalam skripsi ini dikutip dari Microsoft Word Menu Add-Ins Al-Qur`ān dan disesuaikan dengan Al-Qur`ān Terjemah dan Penjelasan Ayat Ahkām. (2002). Penerjemah: Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur`ān. Jakarta : CV Pena Pundi Aksara.


(10)

Pendidikan kedua yaitu sekolah, sekolah merupakan lembaga pendidikan yang bertugas membimbing dan mengarahkan perkembangan potensi yang dimiliki setiap siswa agar mampu menjalankan tugas-tugasnya sebagai individu yang dapat bersosialisasi di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat.

Menurut Ramayulis (2010:38-39) di dalam Undang-Undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Tujuan Sistem Pendidikan Nasional, yaitu:

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu dan cakap (Bab II pasal 3 ayat 1-6). Butir-butir dalam tujuan Nasional tersebut terutama yang menyangkut nilai-nilai dalam berbagai aspeknya, sepenuhnya adalah nilai-nilai dasar ajaran Islam, tidak ada yang bertentangan dengan ajaran Islam. Oleh karena itu, berkembangnya pendidikan Islam akan berpengaruh sekali terhadap keberhasilan pencapaian tujuan Pendidikan Nasional yang dimaksud.”

Tujuan pendidikan Islam yaitu terbentuknya nilai-nilai ajaran Islam dalam diri siswa agar menjadi manusia yang berakhlak dalam menjalankan kehidupannya, baik itu di dalam keluarga maupun ketika terjun langsung dalam kehidupan bermasyarakat (sekolah). Sehingga mutu pembelajaran bukan hanya dinilai dari kualitas hasil akhir pembelajarannya (output pembelajaran), akan tetapi proses tujuan pendidikan Islam itulah yang menjadi terbentuknya akhlak manusia. Jika hasil pembelajaran belum mencapai tujuan yang diharapkan, berarti masih ada kekurangan dalam pembelajarannya. Kualitas hasil pembelajaran tersebut akan menentukan kemampuan siswa baik dari sikap, keterampilan, maupun dari segi pengetahuannya.

Salah satu pengaruh kualitas hasil pembelajaran adalah dalam penggunaan model pembelajaran. Di sekolah umumnya dan di dalam kelas khususnya siswa melakukan kegiatan belajar mengajar yang sering menimbulkan kebosanan, yang akhirnya menimbulkan kurang keterlibatan langsung dalam


(11)

proses pembelajaran dalam diri siswa. Oleh karena itu untuk menghindari hal tersebut, peran seorang guru harus memiliki kemampuan dalam memilih serta menggunakan model pembelajaran. Ketepatan penggunaan model pembelajaran yang dipilih harus disesuaikan dengan beberapa faktor antara lain tujuan, jenis materi, alokasi waktu dan kemampuan guru dalam melaksanakan model tersebut.

Menurut Hamalik (2009, 171):

Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas belajar sendiri, siswa belajar sambil bekerja, dengan bekerja mereka memperoleh pengetahuan, pemahaman dan aspek-aspek tingkah laku yang lainnya serta mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat.

Selanjutnya, menurut Slameto (2003):

“... ada beberapa syarat yang diperlukan untuk melaksanakan pengajaran yang efektif, antara lain: 1) belajar secara aktif, baik mental maupun fisik, dalam belajar siswa harus mengalami aktivitas belajar mental, seperti belajar dapat mengembangkan kemampuan intelektual, berfikir kritis, menganalisis dan aktivitas belajar fisik, seperti mengajarkan sesuatu, membuat peta dan lain-lain; 2) pelajaran di sekolah perlu dihubungkan dengan kehidupan yang nyata di masyarakat, bentuk-bentuk kehidupan di masyarakat dibawa ke sekolah, agar siswa mempelajari sesuai dengan kenyataan; 3) dalam interaksi belajar mengajar, guru harus banyak memberi kebebasan siswa untuk menyelidiki sendiri, mencari pemecahan masalah sendiri, hal ini menumbuhkan rasa tanggung jawab yang besar terhadap sesuatu yang dikerjakan siswa dan kepercayaan pada diri sendiri.”

Pada umumnya dalam dunia pendidikan khususnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Menengah Atas (SMA). PAI sebagai salah satu mata pelajaran yang sangat penting terutama dalam mewujudkan tujuan sistem pendidikan Nasional dalam membina manusia yang beriman, bertaqwa serta berakhlak mulia. Siswa dituntut untuk mempunyai kepribadian yang mencerminkan sebagai manusia yang berakhlak baik untuk diri sendiri maupun untuk lingkungannya. Karena dalam mempelajari Agama tidak hanya jasmani (anggota tubuh) saja yang dihadirkan, akan tetapi rohani (hati) yang perlu dihadirkan agar sungguh-sungguh dalam mempelajarinya.


(12)

Dalam kenyatannya, siswa di sekolah mempelajari mata pelajaran PAI hanya sekedar pada penerimaan pengetahuan saja, tidak serta merta ada proses belajar pada diri siswa. Disini perlunya keterampilan guru mata pelajaran PAI khususnya di SMA, dalam memilih model pembelajaran yang sesuai dengan keadaan siswa di kelas. Siswa di SMA sudah mampu berfikir kritis dan dituntut untuk dapat memecahkan masalahnya sendiri oleh karena itu, dalam menyampaikan materi ajar seorang guru harus mengajak siswa ikut serta dalam proses belajar.

Berdasarkan data yang diperoleh oleh peneliti dari hasil pengalaman mengajar di SMA, ketika hasil Ujian Tengah Semester (UTS) Tahun ajaran 2012/2013 hanya sebagian siswa saja yang mendapatkan nilai di atas rata-rata, sisanya mendapatkan nilai di bawah rata-rata. Itu artinya adanya permasalahan dalam pembelajaran PAI. Sementara itu SMA bersangkutan menetapkan bahwa untuk mata pelajaran PAI Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) adalah 75, sehingga keberhasilan belajar siswa di kelas belum tercapai.

Maka diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat melibatkan siswa dalam pembelajaran yang efektif. Menurut Syahidin (2009: 40) mengungkapkan:

“... dalam pengertian yang lebih luas, model pembelajaran merupakan suatu strategi, rencana, dan pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pengajaran dan memberi petunjuk kepada pengajar dalam

setting (pengaturan)pengajaran ataupun setting lainnya. Salah satu aspek penting

dalam model pembelajaran adalah metode atau cara menyampaikan materi pengajaran.”

Menurut Nata (2009: 217-225) mengemukakan model pembelajaran: Cara belajar siswa aktif (CBSA) adalah model pembelajaran yang difokuskan pada pelibatan fisik, inteletkual, dan emosional para siswa secara optimal dalam rangka memberi pengertian, pemahaman, dan keterampilan dalam mengetahui (to know), mengerjakan (to do), menginternalisasikan dalam diri (to be), dan menggunakannya dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (to life together). Maka langkah pembelajaran dengan pendekatan CBSA dan keterampilan proses berpegang pada kesepakatan: (1) Guru sebagai pengelola (manager) dan perancang (design) dari pengalaman belajar; (2) Guru dan siswa menerima peran kerja sama (partnership), (3) Bahan-bahan pelajaran


(13)

dipilih berdasarkan kelayakannya; (4) Menekankan pada identifikasi dan penuntasan syarat-syarat belajar (learning reqruitment); (5) Siswa dilibatkan dalam pembelajaran; (6) Tujuan ditulis dengan jelas; (7) Semua tujuan diukur atau dites.

Senada dengan hal tersebut Nata (2009:231-233):

Model pembelajaran Quantum Teaching (QT) diartikan sebagai pendekatan pengajaran untuk membimbing siswa agar mau belajar. Memotivasi, menginspirasi dan membimbing guru agar lebih efektif dan sukses dalam mengasup pembelajaran sehingga lebih menarik dan menyenangkan... Dalam pelaksanaannya, QT melakukan langkah-langkah pengajaran dengan 6 (enam) langkah yang tercermin dalam istilah tandur yang merupakan singkatan dari

tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi dan rayakan.

Dari pemaparan model pembelajaran di atas, untuk melatih siswa dalam memecahkan masalah pembelajaran PAI adalah model pembelajaran Problem

Based Learning (PBL) yaitu model pembelajaran berbasis masalah. Menurut

Nata (2009:243-254) dikatakan bahwa:

Problem Based learning yang selanjutnya disebut PBL, adalah salah satu

model pembelajaran yang berpusat pada siswa dengan cara menghadapkan siswa tersebut dengan berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupannya. Model pembelajaran Problem Based Learning adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha mencari pemecahan atau jawabannya oleh siswa. Permasalahan itu dapat diajukan atau diberikan guru kepada siswa, dari siswa bersama guru, atau dari siswa sendiri, yang kemudian dijadikan pembahasan dan dicari pemecahan masalahnya sebagai kegiatan-kegiatan belajar siswa.

Selanjutnya menurut Wena (2010:91):

Strategi belajar berbasis masalah merupakan strategi pembelajaran dengan menghadapkan siswa pada permasalahan-permasalahan praktis sebagai pijakan dalam belajar atau dengan kata lain siswa belajar dengan permasalahan-permasalahan. Islam melihat pemecahanm masalah selain sebuah metode pembelajaran, juga sekaligus sebagai bagian dari agenda kehidupan. Hanya dengan pemecahan masalah itulah seseorang akan memperoleh pengalaman berharga tentang sebuah kehidupan yang bermakna dan berkualitas. Dengan demikian, metode pemecahan masalah merupakan metode yang perlu diterapkan


(14)

dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, PBL adalah sebuah metode pembelajaran yang memfokuskan pada pelacakan akar masalah dan memecahkan masalah tersebut.

Berdasarkan latar belakang di atas, dengan menggunakan model PBL ini diharapkan efektif dapat melatih siswa untuk memecahkan masalah khususnya pada pokok bahasan akhlak tercela dalam pembelajaran PAI, sehingga siswa dapat memperoleh hasil belajarnya sendiri dalam menghindari akhlak tercela.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah 1. Identifikasi

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat diidentifikasi masalah yang terjadi di lapangan yaitu kurangnya keterlibatan siswa dalam pembelajaran PAI. Sehingga dengan keefektivitasan model pembelajaran

Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah) siswa terlibat

penuh terhadap mata pelajaran PAI di kelas X SMA Laboratorium-Percontohan UPI Bandung Semester II (genap) Tahun Ajaran 2012/2013. 2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimanakah efektivitas model pembelajaran Problem

Based Learning dalam pokok bahasan tentang akhlak tercela pada

pembelajaran PAI?”

Masalah di atas dapat dirinci melalui pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: a. Bagaimanakah kondisi awal siswa kelas kontrol dalam memahami

akhlak tercela sebelum melaksanakan pembelajaraan?

b. Bagaimanakah kondisi awal siswa kelas eksperimen dalam memahami akhlak tercela sebelum melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning?


(15)

c. Bagaimana proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning?

d. Bagaimanakah tingkat pemahaman siswa kelas kontrol terhadap pokok bahasan akhlak tercela dalam mata pelajaran PAI setelah terjadi pembelajaran?

e. Bagaimanakah tingkat pemahaman siswa kelas eksperimen terhadap pokok bahasan akhlak tercela dalam mata pelajaran PAI setelah menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning?

f. Bagaimana efektivitas model Prolem Based Learning?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengatahui efektivitas model

Problem Based Learning dalam pokok bahasan tentang akhlak tercela pada

pembelajaran PAI.

Adapun tujuan di atas dapat dirinci sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kondisi awal siswa kelas kontrol dalam memahami akhlak tercela sebelum melaksanakan pembelajaraan.

2. Untuk mengetahui kondisi awal siswa kelas eksperimen dalam memahami akhlak tercela sebelum melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning.

3. Untuk mengetahui proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning.

4. Untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa kelas kontrol terhadap pokok bahasan akhlak tercela dalam mata pelajaran PAI setelah terjadi pembelajaran.

5. Untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa kelas eksperimen terhadap pokok bahasan akhlak tercela dalam mata pelajaran PAI setelah menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning.


(16)

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini akan lebih bermakna apabila memberikan manfaat, baik bagi ilmu pengetahuan maupun bagi masyarakat. Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan, maka penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut: 1. Secara teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan pendidikan khususnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan pada umumnya bagi masyarakat.

2. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang terkait.

Manfaat tersebut diantaranya sebagai berikut:

a. Bagi siswa, yaitu untuk melatih siswa memecahkan masalah dalam pembelajaran PAI, sehingga manfaat model PBL dapat dirasakan langsung oleh siswa.

b. Bagi guru, yaitu untuk menambah wawasan dalam hal memilih model pembelajaran di kelas khususnya untuk mata pelajaran PAI.

c. Bagi peneliti, yaitu untuk mendapatkan fakta yang jelas dari hasil pembelajaran di lapangan yang bekaitan dengan keefektivitasan model pembelajaan Problem Based Learning pada pokok bahasan tentang akhlak tercela.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur penulisan skripsi ini terdiri atas lima bab, yaitu: 1) Pendahuluan, 2) Kajian Pustaka, 3) Metode Penelitian, 4) Hasil Penelitian dan Pembahasan, 5) Kesimpulan dan Saran.


(17)

Bab pertama yaitu pendahuluan, di dalamnya dikemukakan latar belakang penelitian, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat dan struktur organisasi skripsi.

Pada bab kedua, berisi teori-teori yang berkaitan dengan variabel penelitian. Teori tersebut yaitu mengenai teori efektivitas, efektivitas pembelajaran, model pembelajaran Problem Based Learning, pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Atas, Problem Based Learning dalam Pendidikan Agama Islam, hipotesis penelitian, serta mengenai hasil penelitian terdahulu yang relevan pada penelitian ini.

Selanjutnya pada bab ketiga, yaitu mengenai metode penelitian. Pada bab ini berisi tentang populasi dan sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, dan analisis data.

Paba bab keempat, yaitu mengenai hasil penelitian dan pembahasan. Di dalamnya berisi pengolahan data dan serta membahas temuan-temuan penelitian.

Kemudian pada bab kelima merupakan bab kesimpulan dan saran. Dan pada akhir skripsi ini disertakan lampiran-lampiran berdasarkan hasil penelitian.


(18)

37

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi, Subjek Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian

[3.1] Gambar 3 Lokasi Penelitian

Keterangan:

: SMA Laboratorium-Percontohan UPI Kota Bandung. Lokasi dalam penelitian ini ialah tempat berlangsungnya penelitian, yaitu tempat kegiatan pembelajaran yang akan diuji sejauhmana keefektifan sebuah model pembelajaran Problem Based Learning pada pokok bahasan tentang akhlak tercela dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, dalam hal ini SMA Laboratorium-Percontohan UPI yang berlokasi di Jln. Sanjaya guru, Kampus UPI kota Bandung.


(19)

2. Subjek Populasi, Sampel Penelitian a. Populasi

Pengertian populasi dalam penelitian ini merujuk pada Sugiyono (2011:117) mengemukakan “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi dalam penelitian ini adalah efektivitas belajar siswa kelas X SMA Laboratorium-Percontohan UPI Bandung. Adapun anggota populasi penelitian ini sebagai berikut:

[3.1] Tabel 2 Anggota Populasi Penelitian No Kelas Jenis Kelamin Jumlah

Laki-Laki Perempuan

1. X-A 14 13 27

2. X-B 11 14 25

3. X-C 14 13 27

4. X-D 14 12 26

5. X-E 14 12 26

6. X-F 14 12 26

7. X-G 9 18 27

b. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

Sampel dapat diartikan sebagai bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Untuk menentukan sampel yang akan diambil, maka ditentukan terlebih dahulu teknik pengambilan sampel yang akan digunakan. Adapun teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling nonprobability sampling.


(20)

Menurut Sugiyono (2011:122) mengemukakan “Nonprobability

Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi

peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk

dipilih secara sampel.”

Menurut Sukardi (2008:61) teknik memilih sampel yang termasuk nonprobabilitas adalah memilih sampel dengan dasar tujuan tertentu. Teknik ini juga popular disebut sebagai purposive sampling, karena untuk menentukan seseorang menjadi sampel atau tidak didasarkan pada tujuan tertentu, misalnya dengan pertimbangan professional yang dimiliki oleh peneliti dalam usahanya memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian.

Sampel dalam penelitian ini adalah efektivitas belajar siswa kelas X-A dan X-E SMA Laboratorium-Percontohan UPI Bandung. Adapun anggota sampel yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut :

[3.2] Tabel 3 Anggota Sampel Penelitian

No. Kelas Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan

1 X-A 14 13 27

2 X-E 14 12 26

Jumlah 28 25 53

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah desain eksperimen yaitu dengan adanya perlakuan (treatment). Menurut Ruseffendi (2005:52) mengemukakan “desain eksperimen yang termasuk kedalam desain satu variabel adalah kuasi-eksperimen, yaitu dengan menggunakan desain kelompok kontrol tidak ekuivalen (the nonequivalent control group design). Pada kuasi eksperimen ini subjek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti menerima keadaan subjek seadanya.”


(21)

Dengan adanya perlakuan dalam penelitian kuasi eksperimen, yaitu dengan adanya kelas eksperimen yang diberikan perlakuan model Problem Based

Learning dan yang satunya lagi adanya kelas kontrol yang tidak memperoleh

perlakuan atau memproleh perlakuan biasa sehingga desain penelitiannya sebagai berikut:

[3.2] Gambar 4 Desain Penelitian Kuasi Eksperimen

Non-equivalent Control Group Design

(Sugiyono, 2011: 116) Keterangan:

E = kelas eksperimen K = kelas kontrol

= pretest (kelas eksperimen)

= pretest (kelas kontrol)

X = treatment (perlakuan kelas eksperimen)

= posttest (kelas eksperimen) = posttest (kelas kontrol)

Dalam penelitian kuasi eksperimen ini peneliti mengambil sampel dari dua kelompok, yaitu kelas X-A dan X-E . Kelas X-E dijadikan sebagai kelas kontrol dan kelas X-A dijadikan sebagai kelas eksperimen. Kelas kontrol menggunakan metode pembelajaran konvensional (non Problem Based

Learning) sedangkan kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran

Problem Based Learning. Hal ini bertujuan untuk mengukur sejauhmana tingkat

keefektifan model Problem Based Learning yang diterapkan pada kelas eksperimen berpengaruh besar pada sikap siswa mengenai materi akhlak tercela

E

X

...


(22)

dalam rangka menghindari perilaku tercela dibandingkan pada kelas kontrol yang menggunakan metode konvensional.

Dengan adalah pretest dimana kelas eksperimen dan kelas kontrol belum diberikan pembelajaran, setelah diberikan pretest selanjutnya untuk kelas eksperimen diberikan perlakuan (treatment) pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning, sedangkan untuk kelas kontrol tidak diberikan perlakuan yaitu dengan model pembelajaran konvensional.

Setelah diberikan perlakuan (treatment) untuk kelas eksperimen dan tidak diberikan perlakuan untuk kelas kontrol, selanjutnya adalah posttest yaitu diberikannya tes setelah proses pembelajaran.

Untuk mengetahui efektivitas model Problem Based learning dihitung hasil yang diperoleh dari nilai pretest dan posttest dari kelas eksperimen dan kelas kontrol, kemudian diolah dan dianalisis dengan uji statistik untuk mengetahui peningkatan gain skor pada masing-masing kelas yang telah diberikan pretest dan posttest.

C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Experimental

Design (Desain Kuasi Eksperimen). Menurut Sugiyono (2011:114) menjelaskan:

Bentuk desain eksperimen merupakan pengembangan dari true

experimental design yang sulit dilaksanakan. Desain ini mempunyai

kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Quasi-experimental design, digunakan karena kenyataan sulit mendapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian. Dalam penelitian kuasi eksperimen ini adanya perlakuan, Dengan demikan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh terhadap perlakuan yang dilakukan dalam hal ini pembelajaran dalam kondisi yang dikendalikan oleh peneliti.


(23)

D. Definisi Operasional

Untuk menghindari kemungkinan terjadinya kesalahpahaman, ada empat istilah yang perlu penjelasan lebih detail dan lebih operasional, yakni:

1. Efektivitas adalah pengaruh yang ditimbulkan dengan adanya proses pembelajaran PAI di Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan menggunakan model Problem Based Learning untuk mengetahui sejauhmana keefektifan dalam proses pembelajaran tersebut.

2. Model pembelajaran Problem Based Learning adalah pembelajaran yang mengahadapkan siswa pada permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari untuk dicari pemecahan masalahnya, dengan cara mencari informasi dari berbagai sumber agar ketika siswa memecahkan masalah tidak mendapatkan kesulitan yang berarti.

3. Akhlak tercela adalah perilaku yang menyimpang dari aturan yang telah diajarkan oleh Allāh Swt. Akhlak tercela yang dimaksud dalam penelitian ini adalah takabur, ḥasad, zalim, pendendam, pemarah, dusta, khianat, ingkar janji, riya dan Şu`uẓan dalam rangka menghindari perilaku tercela tersebut.

4. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan terhadap peserta didik dalam memahami nilai-nilai ajaran Islam untuk diterakan dalam lingkungan sekolah maupun di luar sekolah.

E. Instrumen Penelitian

Data tentang perilaku tercela siswa dalam penelitian ini diungkap menggunakan angket yang dikembangkan berdasarkan definisi operasional yang telah ditentukan oleh peneliti. Berikut uraian pengembangan instrumen penelitian yang dilakukan dari mulai pengembangan kisi-kisi dan pernyataan pra-ujicoba, uji validitas dan reliabilitas hingga penyusunan pernyataan setelah uji coba ke dalam bentuk angket sempurna.


(24)

Penelitian ini menggunakan satu instrumen, yaitu instrumen tes (model Guttman). Berikut pengembangannya dapat penulis uraikan sebagai berikut :

1. Tes Sikap (Model Guttman)

Tes sikap digunakan untuk mengetahui sikap siswa terhadap tanda-tanda orang yang memiliki sifat tercela sebelum dan sesudah pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Instrumen ini dibuat oleh peneliti sendiri. Penggunaan tes sikap (model Guttman) ini, berdasarkan pada salah satu tujuan penelitian yakni untuk untuk mengetahui efektivitas model pembelajara Problem Based Learning (pembelajaran berbasis masalah) pada pokok bahasan akhlak tercela dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan hasil yang diharapkan adalah berkurangnya perilaku tercela pada diri siswa.

Menurut Riduwan (2012: 16) menjelaskan bahwa:

Model Guttman merupakan skala kumulatif. Skala Guttman disebut juga skala scalogram yang sangat baik untuk meyakinkan peneliti tentang kesatuan dimensi dari sikap atau sifat yang diteliti, yang sering disebut dengan atribut universal. Skala yang digunakan untuk jawaban yang bersifat jelas (tegas) dan konsisten. Misalnya: Yakin – tidak yakin; Ya – tidak; benar – salah ; positif – negatif; pernah – belum pernah; setuju – tidak setuju dan lain sebagainya.

Skala yang digunakan dalam peneltian ini adalah Ya - Tidak.

Menganalisis secara statistik pernyataan hasil uji coba instrumen penelitian berdasarkan skala tersebut untuk dilihat validitas konstruk dan reliabilitasnya.

2. Analisis Statistik Instrumen Penelitian a. Validitas


(25)

Sebuah instrumen dikatakan valid jika mampu diukur apa yang diinginkan. Menurut Arikunto (2011:76) mengatakan bahwa “validitas item adalah sebuah item dikatakan valid apabila mempuyai dukungan yang besar terhadap skor total. Skor item menyebabkan skor total menjadi tinggi atau

rendah”. Dengan demikian sebuah item akan memiliki validitas tinggi jika

skor item sejajar dengan skor total.

Arifin (2009:257) interpretasi mengenai besarnya r koefisien korelasi produk momen sebagai berikut:

[3.3] Tabel 4

Koefisien Korelasi Besarnya r Besarnya r Interpretasi 0,81 – 1,00 Sangat tinggi

0,61 – 0,80 Tinggi

0,41 – 0,60 Cukup

0,21 – 0,40 Rendah

0,00 – 0,20 Sangat rendah

b. Reliabilitas

Reliabilitas suatu tes adalah konsistensi tes dalam mendapatkan hasil-hasilnya. Semua pengukuran tunduk pada tingkat-tingkat galat (error) yang tertentu. Hasil pengukuran itu tetap sama atau relatif sama jika pengukuran tetap diberikan pada subjek yang sama meskipun dilakukan oleh orang atau tempat yang berbeda.

Menurut Ruseffendi (1991:197) klasifikasi Guilford mengenai besarnya koefisien reliabilitas sebagai berikut.

[3.4] Tabel 5 Koefisien Reliabilitas

Besarnya r Tingkat reliabilitas


(26)

0,20 – 0,40 Rendah

0,40 – 0,70 Sedang

0,70 – 0,90 Tinggi

0,90 – 1,00 Sangat tinggi

[3.5] Tabel 6 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Skala Sikap Pretest dan

Posttest

Variabel Dimensi Pernyataan

Nomor item (+) (-)

Menghindari sifat tercela

Takabbur  Rasanya wajar ketika saya sengaja mengeluarkan uang di hadapan teman untuk di sedekahkan

1

 Saya menganggap lebih baik ketika mengerjakan tugas sekolah dibandingkan dengan lainnya

2

 Saya merasa bangga selalu membeli Handphone terbaru

3

 Saya sadar akan ilmu yang saya punya masih terbatas

4

 Setelah selesai shalat saya berdoa kepada Allāh Swt., agar selalu diberikan rizki cukup 5

 Saya selalu berusaha untuk mencapai kesuksesan dengan disertai doa

6

Ḥasad  Rasanya wajar menggembesi ban motor teman yang sedang parkir

7

 Saya merasa tidak senang terhadap teman yang suka berbuat usil di kelas

8

 Saya senang ketika teman saya dijahili sehingga menangis

9

 Saya menyadari bahwa mengganggu teman adalah perbuatan tercela

10

 Saya selalu ikut bersyukur atas kebahagiaan yang sedang dirasakan teman

11

ālim  Rasanya hal wajar saya mengambil hak yang seharusnya menjadi hak teman

12

 Saya menganggap semua orang mempunyai hak yang sama ketika dihadapkan dengan masalah hukum

13

 Ketika terpilih menjadi ketua OSIS, saya enggan membeda-bedakan teman yang hanya menjadi anggota biasa

14

 Rasanya wajar saya menolong teman (laki-laki/perempuan) ketika terjatuh dari motor


(27)

Pendendam  Adalah hal wajar ketika saya mengancam teman yang telah menjadi musuh, bahwa akan ada balasan dikemudian hari

16

 Rasanya hal yang tidak wajar ketika saya menyimpan perasaan ingin membalas kepada teman yang pernah berbuat jahat terhadap saya

17

 Saya berusaha menyadarkan teman yang akan berkelahi karena permasalahan yang seharusnya sudah di maafkan

18

Pemarah  Ketika adik menumpahkan air sehingga terkena baju, dengan sengaja saya berbicara kasar di depannya

19

 Merupakan hal wajar untuk saya melukai perasaan teman dengan cara membentaknya di depan umum

20

 Ketika memiliki kebiasaan ringan tangan diwaktu marah, saya enggan menghilangkan kebiasaan tersebut

21

 Saya dapat menahan emosi ketika ada teman yang memancing kemarahan

22

 Apabila ada teman yang berbuat salah, saya selalu memaafkannya

23

 Hal yang wajar bagi saya menahan kebiasaan terpancing suasana panas ketika debat di sekolah

24

Dusta  Saya sengaja berbohong kepada orang tua dengan berdalih mengerjakan tugas padahal pergi ke mall

25

 Saya selalu berkata jujur ketika dimintai keterangan oleh polisi saat diberhentikan di jalan raya

26

 Ketika saya berjualan makanan di sekolah, saya enggan menutupi kejelekan jualannya

27

 Saya enggan mengambil keuntungan dari harga buku dengan membohongi orang tua

28 Hianat  Ketika guru memberikan surat panggilan

untuk disampaikan kepada Orang Tua, dengan sengaja saya membuang surat tersebut

29

 Saya selalu menyampaikan amanat dari guru kepada Orang Tua

30

 Saya membiarkan Pekerjaan Rumah (PR) yang diberikan guru, karena saya malas belajar

31

 Ketika saya terpilih menjadi bendahara kelas, dengan sengaja saya menggunakan uang tersebut

32


(28)

saya memakai uang yang seharusnya dibayarkan SPP

 Ketika teman saya menitipkan tas, dengan sengaja saya tinggalkan di tempat umum

34

 Dalam keadaan sibuk saya tetap akan menyampaikan amanat kepada orang lain

35 Ingkar janji  Saya mudah memberikan janji kepada teman

padahal selalu mengingkarinya

36

 Ketika saya memberikan janji kepada orang tua, saya selalu menepatinya

37

 Saya telah berjanji kepada diri sendiri agar menghindari perilaku ingkar

38

 Saya selalu membatalkan satu pihak apabila membuat janji dengan teman

39

 Apabila orang tua memerintahkan shalat, saya bergegas untuk melaksanakannya

40

Riyā`  Saya selalu ingin di dengar apabila sedang berpendapat bersama teman

41

 Saya memperlihatkan besarnya uang yang dikeluarkan untuk menyumbang teman yang terkena musibah

42

 Saya ingin dipuji ketika hanya saya yang memiliki kehebatan mengaji dari pada orang lain

43

 Ketika saya mendapatkan ilmu yang baru, saya berusaha terus belajar lagi

44

 Ketika saya memiliki tas mahal terbaru, saya memamerkan kepada teman-teman kelas

45 Sū`u an  Saya selalu berfikir negatif terhadap teman

yang enggan bersosialisasi

46

 Saya membicarakan aib teman karena berniat menimbulkan fitnah untuknya

47

 Saya selalu berburuk sangka kepada teman saya bahwa dia selalu mencontek diwaktu ujian

48

 Saya selalu positif thingking kepada teman yang selalu menjahili orang lain

49

 Saya mempunyai anggapan semua teman kelas adalah orang baik

50

Setiap pernyataan yang terdapat dalam angket skala sikap menghindari perilaku tercela yang ditunjukkan oleh siswa memiliki alternatif jawaban yang mengacu pada ketentuan berikut :


(29)

Altenatif Jawaban Skor Pernyataan Positif

Ya 1

Tidak 0

[3.7] Tabel 8 Ketentuan Alternatif Jawaban Pernyataan Negatif Altenatif Jawaban Skor Pernyataan Negatif

Ya 0

Tidak 1

F. Proses Pengembangan Instrumen

Berdasarkan hasil uji validitas dengan menggunakan software Anates, maka diperoleh hasil sebagai berikut :

[3.8] Tabel 9 Hasil Uji Validitas Menggunakan Software Anates No

Soal Korelasi Sigifikasi Korelasi

1 0,433 Cukup

2 0,333 Rendah

3 0,099 Sangat Rendah

4 0,262 Rendah

5 0,494 Cukup

6 0,557 Cukup

7 0,440 Cukup

8 0,107 Sangat Rendah

9 0,061 Sangat Rendah

10 0,243 Rendah

11 -0,092 -

12 -0,284 -

13 0,534 Cukup

14 0,308 Rendah

15 0,161 Sangat Rendah

16 0,458 Cukup

17 0,258 Rendah

18 0,358 Rendah


(30)

Setelah melakukan uji validitas dengan menggunakan Anates, maka langkah selanjutnya dibuat tabel kesimpulan instrumen yang layak digunakan. Maka diperoleh kesimpulan instrumen sebagai berikut :

[3.9] Tabel 10 Kesimpulan Instrumen Yang Layak Digunakan Berdasarkan Uji Validitas

Kesimpulan Nomor Item Jumlah

Valid 1, 2, 5, 6, 7, 13, 14, 16, 18, 20, 24, 27, 30, 20

20 0,558 Cukup

21 -0,388 -

22 0,181 Sangat Rendah

23 -0,233 -

24 0,533 Cukup

25 0,152 Sangat Rendah

26 0,018 Sangat Rendah

27 0,533 Cukup

28 0,193 Sangat Rendah

29 0,208 Sangat Rendah

30 0,338 Rendah

31 0,283 Rendah

32 0,083 Sangat Rendah

33 -0,497 -

34 0,383 Rendah

35 0,181 Sangat Rendah

36 0,624 Tinggi

37 0,012 Sangat Rendah

38 0,133 Sangat Rendah

39 0,243 Rendah

40 0,489 Cukup

41 0,583 Cukup

42 0,376 Rendah

43 0,045 Sangat Rendah

44 0,258 Rendah

45 0,452 Cukup

46 0,122 Sangat Rendah

47 -0,024 -

48 0,012 Sangat Rendah

49 -0,060 -


(31)

31, 34, 36, 40, 41, 42 dan 45.

Tidak valid

3, 4, 8, 9, 10, 11, 12, 15, 17, 19, 21, 22, 23, 25, 26, 28, 29, 32, 33, 35, 37, 38, 39, 43, 44, 46, 47, 48, 49 50.

30

Total item terpakai 20

Dari tabel kesimpulan di atas terlihat bahwa dari 50 soal yang diujikan ketika uji coba instrumen terdapat 20 soal yang valid atau layak digunakan dan 30 soal yang tidak valid atau tidak layak digunakan.

Di samping uji validitas, maka berdasarkan data di atas diuji pula tingkat reliabilitasnya dengan menggunakan bantuan program Anates, maka diperoleh hasil sebagai berikut :

[3.10] Tabel 11 Hasil Uji Reliabilitas Menggunakan Bantuan Program Anates

Reliabilitas 0,67

Dari hasil uji reliabilitas di atas diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,67, maka instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan kaidah Ruseffendi (1991:197) klasifikasi Guilford mengenai besarnya koefisien reliabilitas masuk ke tingkat interpretasi 0,61–0,80 memiliki tingkat reliabilitas sedang.

Dari hasil uji validitas dan reliabilitas dengan menggunakan Anates maka kesimpulan dari keduanya diperoleh hasil sebagai berikut:

[3.11] Tabel 12 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen No

Soal Validitas Reliabilitas Keterangan

1 Cukup

Sedang

Dipakai

2 Rendah Dipakai

3 Sangat Rendah Tidak dipakai

4 Rendah Tidak dipakai


(32)

6 Cukup Dipakai

7 Cukup Dipakai

8 Sangat Rendah Tidak dipakai

9 Sangat Rendah Tidak dipakai

10 Rendah Tidak dipakai

11 - Tidak dipakai

12 - Tidak dipakai

13 Cukup Dipakai

14 Rendah Dipakai

15 Sangat Rendah Tidak dipakai

16 Cukup Dipakai

17 Rendah Tidak dipakai

18 Rendah Dipakai

19 Sangat Rendah Tidak dipakai

20 Cukup Dipakai

21 - Tidak dipakai

22 Sangat Rendah Tidak dipakai

23 - Tidak dipakai

24 Cukup Dipakai

25 Sangat Rendah Tidak dipakai

26 Sangat Rendah Tidak dipakai

27 Cukup Dipakai

28 Sangat Rendah Tidak dipakai

29 Sangat Rendah Tidak dipakai

30 Rendah Dipakai

31 Rendah Dipakai

32 Sangat Rendah Tidak dipakai

33 - Tidak dipakai

34 Rendah Dipakai

35 Sangat Rendah Tidak dipakai

36 Tinggi Dipakai

37 Sangat Rendah Tidak dipakai

38 Sangat Rendah Tidak dipakai

39 Rendah Tidak dipakai

40 Cukup Dipakai

41 Cukup Dipakai

42 Rendah Dipakai

43 Sangat Rendah Tidak dipakai

44 Rendah Tidak dipakai

45 Cukup Dipakai


(33)

47 - Tidak dipakai

48 Sangat Rendah Tidak dipakai

49 - Tidak dipakai


(34)

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang dipilih dalam penelitian ini adalah melalui tes sikap berupa model Guttman merupakan skala kumulatif. Skala Guttman disebut juga skala scalogram yang sangat baik untuk meyakinkan peneliti tentang kesatuan dimensi dari sikap atau sifat yang diteliti, yang sering disebut dengan atribut universal. Skala yang digunakan untuk jawaban yang bersifat jelas (tegas) dan konsisten. Tes ini digunakan untuk mengetahui sikap siswa terhadap tanda-tanda orang yang memiliki sifat tercela sebelum dan sesudah pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Adapun dalam pelaksanaannya sebagai berikut:

1. Pemberian tes awal (pretest) terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol. 2. Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

problem based learning pada kelas eksperimen dan metode konvensional

pada kelas kontrol.

3. Melaksanakan tes akhir (postest) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Data yang diperoleh dalam penelitian ini berasal dari hasil pretest dan postest yang diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

H. Analisis Data

Setelah data diperoleh, kemudian dilakukan analisis data dengan menggunakan bantuan software SPSS versi 19 dengan rincian sebagai berikut. 1. Analisis Data Hasil Pretest

a. Menguji normalitas dari distribusi kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan Kolmogorov Smirnov.

b. Melakukan pengujian homogenitas varians (kesamaan variansi) kelas eksperimen dan kelas kontrol.


(35)

c. Setelah uji normalitas dan uji homogenitas kelas eksperimen dan kelas kontrol terpenuhi, maka dilakukan uji t. Berikut diagram alur pengolahan data hasil pretest.

[3.3] Gambar 5 Langkah-langkah Analisis Pretest *tidak Dilakukan

2. Analisis Data Hasil Postest

a. Menguji normalitas dari distribusi kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov.

Data Hasil Pretest

Uji Normalitas

Data Normal Data tidak Normal*

Uji Homogenitas

Data Homogen Data tidak Homogen*

Uji t


(36)

b. Melakukan pengujian homogenitas varians (kesamaan variansi) kelas eksperimen dan kelas kontrol.

c. Setelah uji normalitas dan uji homogenitas kelas eksperimen dan kelas kontrol terpenuhi, maka dilakukan uji t. Berikut diagram alur pengolahan data hasil postest.

[3.4] Gambar 6 Langkah-langkah Analisis Postest *tidak Dilakukan

Data Hasil Postest

Uji Normalitas

Data Normal Data tidak Normal*

Uji Homogenitas

Data Homogen Data tidak Homogen*

Uji t


(37)

85

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian tentang efektivitas model pembelajaran problem based learning pada pokok bahasan tentang akhlak tercela dalam pembelajaran PAI di SMA Laboratorium-Percontohan UPI Bandung menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Kondisi awal siswa kelas kontrol sebelum diberikannya pembelajaran mengenai akhlak tercela belum mengalami peningkatan dalam menghindari perilaku tercela artinya dari 26 responden hanya 10,7% yang dapat menghindari perilaku tercela .

2. Kondisi awal siswa kelas eksperimen sebelum diberikannya pembelajaran mengenai akhlak tercela relatif sama dengan kelas kontrol, artinya dari 27 responden hanya 10% yang dapat menghindari perilaku tercela.

3. Proses pembelajaran problem based learning pada pokok akhlak tercela pada tahap pertama peneliti menjelaskan kepada siswa mengenai tujuan pembelajaran problem based learning, tahap kedua peneliti membantu siswa dalam proses pembelajaran problem based learning, ketiga peneliti mengarahkan siswa dalam mengumpulkan informasi untuk dijadikan masukan dalam pebelajaran problem based learning, keempat peneliti mengecek hasil karya siswa dalam proses pembelajaran problem based learning, dan kelima peneliti mengevaluasi hasil karya siswa dalam proses problem based learning.

4. Tingkat pemahaman siswa kelas kontrol dalam menghindari akhlak tercela dari 26 responden mengelami peningkatan menjadi 15% dari semula 10,7% artinya mengalami peningkatan sebesar 4,3% dalam menghinadri perilaku tercela.


(38)

5. Tingkat pemahaman siswa kelas eksperimen dalam menghindari akhlak tercela dari 27 responden mengalami peningkatan yang baik menjadi 17% dari semula 10%, artinya kelas eksperimen mengalami peningkatan yang baik dibandingkan kelas kontrol dalam menghinadri perilaku tercela.

6. Efektivitas model problem based learning dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam mengenai akhlak tercela dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya kondisi guru pada saat pembelajaran di kelas, kondisi peserta didik di dalam kelas, tujuan pembelajaran, bahan ajar, waktu belajar, dan sarana pembelajaran di dalam kelas. Untuk itu melihat efektifnya model problem based learning dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada kelas eksperimen sehingga terjadinya peningkatan dalam menghindari perilaku tercela dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran ceramah

B. Saran

Peneliti ajukan beberapa saran berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan sebagai berikut:

1. Pembelajaran Pendidikan Agama Islām dengan menggunakan model problem

based learning dapat menjadi alernatif penggunaan model bagi para pendidik,

khususnya guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islām dalam menyampaikan pembelajaran di Sekolah Menengah Atas (SMA), khususnya dalam materi menghindari perilaku tercela.

2. Bagi guru Pendidikan Agama Islām (PAI), penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan dalam penerapan model pembelajaran yang inovatif pada pembelajaran PAI di sekolah.

3. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat menjadi rujukan untuk penelitian lain dengan memperdalam model yang sama namun pada pokok bahasan yang berbeda.


(39)

(40)

87

DAFTAR PUSTAKA

---. (2002). Al-Qur`ān Terjemah dan Penjelasan Ayat Ahkām. Penerjemah: Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur`ān. Jakarta: CV Darus Sunnah.

Amir, Muhammad Taufik. (2010). Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning: Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di

Era Pengetahuan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Arifin, Zenal. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Rosda. Arifin, M. (2009).Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, S.(2011). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Daradjat, Zakiah dkk.(2006).Ilmu Pendidikan Islam.Jakarta: Bumi Aksara. Daradjat, Zakiah dkk.(2008).Metodik Khusus Pengajaran Agama

Islam.Jakarta: Bumi Aksara.

Hamalik, Oemar.(2009).Proses Belajar Mengajar.Jakarta: Bumi Aksara. Kasendra, Denden.(2012).Penerapan Model Pembelajaran Problem Based

Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Masalah Siswa pada

Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Skripsi pada Jurusan

Pendidikan Kewarganegaraan FPIPS UPI: Tidak diterbitkan.

Komariah dan Triatna.(2010).Visionary Leadership: Menuju Sekolah Efektif. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Lestari, Ayu Isna.(2012).Efektivitas Metode Amsal Qur`ani dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Untuk Menghindari Perilaku

Tercela. Skripsi pada Jurusan Ilmu Pendidikan Agama Islam FPIPS

UPI: Tidak diterbitkan.

Mujib, Abdul. (2006). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Perdana Media Group.


(41)

Nasibah, Enok Yinti. (2010). Upaya Peningkatan Aktivitas Belajar Dan Prestasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Fisika Melalui

Implementasi Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

:Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VIII F salah satu SMP Negeri di Bandung Utara Semester Genap Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi pada Jurusan FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.

Nata Abuddin. (2009) .Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Ramayulis. (2010). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Ruseffendi, E.T.(1991). Penelitian Pendidikan dan Hasil Belajar Siswa Khususnya dalam Pengajaran Matematika untuk Guru dan Calon Guru. Bandung: Tidak diterbitkan.

Ruseffendi, E.T.(2005). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang

Non-Eksakta lainnya. Bandung: Tarsito.

Rusman. (2012). Pendekatan-Pendekatan Pembelajaran: Mengembangkan

Profesionalisme Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sanjaya, W.(2008).Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan.Jakarta: Kencana Predana Media Group.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sukardi. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Syafaat A, dkk.(2008).Peran Pendidikan Agama Islam: Dalam Mencegah

Kenakalan Remaja (Juvenile Delinquncy).Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Syahidin. (2009). Menelusuri Metode Pendidikan dalam Al-Qurān. Bandung: Alfabeta.

Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, Konsep dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP). Surabaya: Kencana Perdana Media.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.


(42)

Wena, M. (2010). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer (Suatu Tinjauan Konseptual Operasional). Jakarta: Bumi Aksara.


(1)

85

Nurida Syamsiyah, 2013

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian tentang efektivitas model pembelajaran problem based learning pada pokok bahasan tentang akhlak tercela dalam pembelajaran PAI di SMA Laboratorium-Percontohan UPI Bandung menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Kondisi awal siswa kelas kontrol sebelum diberikannya pembelajaran mengenai akhlak tercela belum mengalami peningkatan dalam menghindari perilaku tercela artinya dari 26 responden hanya 10,7% yang dapat menghindari perilaku tercela .

2. Kondisi awal siswa kelas eksperimen sebelum diberikannya pembelajaran mengenai akhlak tercela relatif sama dengan kelas kontrol, artinya dari 27 responden hanya 10% yang dapat menghindari perilaku tercela.

3. Proses pembelajaran problem based learning pada pokok akhlak tercela pada tahap pertama peneliti menjelaskan kepada siswa mengenai tujuan pembelajaran problem based learning, tahap kedua peneliti membantu siswa dalam proses pembelajaran problem based learning, ketiga peneliti mengarahkan siswa dalam mengumpulkan informasi untuk dijadikan masukan dalam pebelajaran problem based learning, keempat peneliti mengecek hasil karya siswa dalam proses pembelajaran problem based learning, dan kelima peneliti mengevaluasi hasil karya siswa dalam proses problem based learning.

4. Tingkat pemahaman siswa kelas kontrol dalam menghindari akhlak tercela dari 26 responden mengelami peningkatan menjadi 15% dari semula 10,7% artinya mengalami peningkatan sebesar 4,3% dalam menghinadri perilaku tercela.


(2)

5. Tingkat pemahaman siswa kelas eksperimen dalam menghindari akhlak tercela dari 27 responden mengalami peningkatan yang baik menjadi 17% dari semula 10%, artinya kelas eksperimen mengalami peningkatan yang baik dibandingkan kelas kontrol dalam menghinadri perilaku tercela.

6. Efektivitas model problem based learning dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam mengenai akhlak tercela dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya kondisi guru pada saat pembelajaran di kelas, kondisi peserta didik di dalam kelas, tujuan pembelajaran, bahan ajar, waktu belajar, dan sarana pembelajaran di dalam kelas. Untuk itu melihat efektifnya model problem based learning dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada kelas eksperimen sehingga terjadinya peningkatan dalam menghindari perilaku tercela dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran ceramah

B. Saran

Peneliti ajukan beberapa saran berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan sebagai berikut:

1. Pembelajaran Pendidikan Agama Islām dengan menggunakan model problem based learning dapat menjadi alernatif penggunaan model bagi para pendidik, khususnya guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islām dalam menyampaikan pembelajaran di Sekolah Menengah Atas (SMA), khususnya dalam materi menghindari perilaku tercela.

2. Bagi guru Pendidikan Agama Islām (PAI), penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan dalam penerapan model pembelajaran yang inovatif pada pembelajaran PAI di sekolah.

3. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat menjadi rujukan untuk penelitian lain dengan memperdalam model yang sama namun pada pokok bahasan yang berbeda.


(3)

87


(4)

DAFTAR PUSTAKA

---. (2002). Al-Qur`ān Terjemah dan Penjelasan Ayat Ahkām. Penerjemah: Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur`ān. Jakarta: CV Darus Sunnah.

Amir, Muhammad Taufik. (2010). Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning: Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Arifin, Zenal. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Rosda. Arifin, M. (2009).Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, S.(2011). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Daradjat, Zakiah dkk.(2006).Ilmu Pendidikan Islam.Jakarta: Bumi Aksara. Daradjat, Zakiah dkk.(2008).Metodik Khusus Pengajaran Agama

Islam.Jakarta: Bumi Aksara.

Hamalik, Oemar.(2009).Proses Belajar Mengajar.Jakarta: Bumi Aksara. Kasendra, Denden.(2012).Penerapan Model Pembelajaran Problem Based

Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Masalah Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan FPIPS UPI: Tidak diterbitkan.

Komariah dan Triatna.(2010).Visionary Leadership: Menuju Sekolah Efektif. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Lestari, Ayu Isna.(2012).Efektivitas Metode Amsal Qur`ani dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Untuk Menghindari Perilaku Tercela. Skripsi pada Jurusan Ilmu Pendidikan Agama Islam FPIPS UPI: Tidak diterbitkan.

Mujib, Abdul. (2006). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Perdana Media Group.


(5)

88

Nurida Syamsiyah, 2013

Nasibah, Enok Yinti. (2010). Upaya Peningkatan Aktivitas Belajar Dan Prestasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Fisika Melalui Implementasi Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) :Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VIII F salah satu SMP Negeri di Bandung Utara Semester Genap Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi pada Jurusan FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.

Nata Abuddin. (2009) .Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Ramayulis. (2010). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Ruseffendi, E.T.(1991). Penelitian Pendidikan dan Hasil Belajar Siswa Khususnya dalam Pengajaran Matematika untuk Guru dan Calon Guru. Bandung: Tidak diterbitkan.

Ruseffendi, E.T.(2005). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta lainnya. Bandung: Tarsito.

Rusman. (2012). Pendekatan-Pendekatan Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sanjaya, W.(2008).Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.Jakarta: Kencana Predana Media Group.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sukardi. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Syafaat A, dkk.(2008).Peran Pendidikan Agama Islam: Dalam Mencegah

Kenakalan Remaja (Juvenile Delinquncy).Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Syahidin. (2009). Menelusuri Metode Pendidikan dalam Al-Qurān. Bandung: Alfabeta.

Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, Konsep dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Surabaya: Kencana Perdana Media.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.


(6)

Wena, M. (2010). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer (Suatu Tinjauan Konseptual Operasional). Jakarta: Bumi Aksara.