Pemeliharaan Sapi Rakyat Membedakan Peran Kelompok Atau Kemampuan Individu Peternak Dengan Pola Tradisional Di Desa Lubuk Hulu,Kecamatan Lima Puluh,Kabupaten Batu Bara

BAB ll
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dinamika Kelompok Kecil
Kata Dinamika berasal dari kata Dynamics (Yunani) yang bermakna berarti “Kekuatan”
(force). Dinamika kelompok atau group dynamic, muncul di Jerman pada menjelang tahun 1940an, yang diilhami oleh teori kekuatan medan yang terjadi di dalam sebuah kelompok, akibat dari
proses interaksi antara anggota kelompok. Teori ini dikembangkan oleh ahli-ahli psikologi
Jerman penganut aliran gestalt psycology. Salah seorang tokohnya adalah Kurt Lewin yang
terkenal dengan Force-Field Theory. Mereka melihat sebuah kelompok adalah sebagai satu
kesatuan yang utuh, bukan sebagai kumpulan individu-individu yang terlepas antara satu sama
lain. Kesatuan ini muncul sebagai resultan dari adanya gaya tarik menarik yang kuat diantara
unsur-unsur yang terlibat di dalamnya. Unsur-unsurnya adalah manusia yang ada di dalam
organisasi tersebut, yang masing-masing diantaranya bertindak sebagai ego, dengan gaya-gaya
yang tertentu, sehingga terjadilah saling tarik menarik, yang akhirnya menghasilkan resultan
gaya yang kemudian menjadi suatu kekuatan di dalam kelompok tersebut. Dinamika kelompok
secara harfiyah merupakan sebuah kata majemuk, terdiri dari dinamika dan kelompok, yang
menggambarkan adanya suatu gerakan bersama dari sekumpulan orang atau kelompok dalam
melakukan aktivitas organisasi atau kelompok.
Dinamika merupakan suatu pola atau proses pertumbuhan, perubahan atau perkembangan
dari suatu bidang tertentu, atau suatu sistem ikatan yang saling berhubungan dan saling
mempengaruhi antara unsur yang satu dengan yang lainnya, karena adanya pertalian yang


Universitas Sumatera Utara

langsung diantara unsur-unsur tersebut. Kelompok adalah suatu kumpulan yang terdiri dari dua
orang atau lebih, apabila memenuhi kualifikasi: Keanggotaan yang jelas, adanya kesadaran
kelompok, suatu perasaan mengenai adanya kesamaan tujuan atau sasaran atau gagasan, saling
ketergantungan diantara satu dengan yang lainnya dalam upaya pemenuhan kebutuhankebutuhan, terjadinya interaksi, kemampuan untuk bertindak dengan suatu cara tertentu yang
telah disepakati.
Pengertian dinamika ini lebih menekankan pada gerakan yang timbul dari dalam diri
individu itu sendiri, artinya sumber gerakkannya berasal dari dalam kelompok itu sendiri, bukan
dari luar kelompok. Dalam kajian Psikologi fokus kajian tentang dinamika kelompok ini lebih
ditekankan kepada aspek psikologis dan tingkah laku individu dalam kelompok itu sendiri.
Kelompok memiliki aspek sosial dan karakteristik psikologis yang melihat dirinya sebagai satu
bagian dari kumpulan individu. Dalam kelompok, diantara anggota saling berinteraksiatau
berkomunikasi antara satu sama lain dan anggota kelompok juga saling mempengaruhi satu sama
lain melalui interaksi sosial (Bordens dan Horowitz, 2008). Sedangkan dalam kajian Sosiologi,
dinamika kelompok ini lebih ditekankan pada kajian mengenai kehidupan bermasyarakatnya atau
interaksi sosialnya. Dalam konteks perpektif kelompok holistik berpendapat bahwa kelompok
tersebut harus sesuai dengan pandangan gestalt sebagai suatu sistem kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan antara satu denag lainnya serta mudah dipahami dengan dilakukannya pengujian

tersebut. Gestalt berpendapat bahwa dalam kelompok keseluruhan itu lebih besar daripada
bagian. Dalam arti bahwa keseluruhan yang ada di dalam kelompok itu sangat besar manfaatnya
daripada bagian yang ada di dalam kelompok tersebut. Kelompok tidak akan bisa dipahami
hanya dengan melihat kualitas dan karakteristik tiap anggota saja. Dalam hal ini anggota di
dalam kelompok bahwa suatu perilaku harus digunakan dalam kedua fungsinya yaitu sebagai

Universitas Sumatera Utara

karakteristik pribadi individu dan juga karakteristik lingkungan. Dalam konteks kelompok, hal
ini memperjelas bahwa faktor yang mempengaruhi karakteristik setiap individu adalah diri
sendiri dan termasuk lingkungan, yang terdiri dari corak kelompok, anggota kelompok dan
situasi. Semua faktor tersebut merupakan totalitas yang disebut lifespace (ruang seumur hidup).
Dengan demikian dinamika Kelompok itu sendiri adalah Studi tentang interaksi dan
Interdependensi antara anggota kelompok yang satu dengan anggota kelompok yang lain dengan
adanya feed back atau umpan balik yang dinamis atau keteraturan yang jelas baik dalam
hubungan secara psikologis dan sosiologis antar individu sebagai anggota kelompok dengan
memiliki tujuan tertentu.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dinamika kelompok adalah Suatu metode
dan proses yang bertujuan untuk meningkatkan nilai-nilai kerjasama diantara kelompok. Artinya
metode dan proses dinamika kelompok ini berusaha menumbuhkan dan membangun kelompok

tersebut, yang semula hanya terdiri dari kumpulan individu-individu yang belum saling
mengenal satu sama lain, dan kemudian menjadi satu kesatuan kelompok dengan satu tujuan,
satu norma dan satu cara pencapaian tujuan yang telah berusaha untuk disepakati bersama di
dalam kelompok tersebut.

2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dinamika Kelompok
Pada dasarnya, dinamika kelompok itu senantiasa selalu dipengaruhi oleh beragam
factor-faktor sebagai pendukungnya. Adapun factor-faktor yang mempengaruhi suatu dinamika
kelompok tersebut yaitu diantarany:
1) Tujuan kelompok

Universitas Sumatera Utara

Tujuan dari dinamika kelompok yang pada dasarnya selalu diinginkan untuk setiap
kelompok dalam mecapai tujuan bersama pada suatu organisasi. Yang diantaranya memiliki
fungsi yang sudah ditetapkan yaitu:
1. Sebagai lumbung dari ide yang ingin dilaksanakan.
2. Sebagai ikatan jiwa antara anggota kelompok.
3. Menjadi sasaran dan juga menjadi sumber dari konsep perencanaan kelompok.
4. Menjadi motivasi dalam mengadakan persaingan/aktivitas.

5. Menjadi perangsang untuk mendapatkan kepuasan kelompok.
6. Menjadi arah yang tetap dalam menjalankan tugas kelompok.
2) Interaksi
Suatu proses komunikasi dimana setiap anggota kelompok dalam mempelajari tujuan
harus berdasarkan kesepakatan bersama agar dapat tercapainya tujuan dari suata kelompok
tersebut. adanya solidaritas yang tinggi dan rasa senasib sepenanggungan diantara anggota
kelompok kemungkinan besar akan dapat mencapai tujuan di dalam kelompok tersebut. Di
dalam proses komunikasi harus memiliki aturan-aturan (norma) dan nilai kelompok. Dalam hal
ini norma dan nilai di dalam kelompok berarti tata interaksi yang disepakati bersama yang
mengatur sikap dan perilaku anggota dalam kelompok, misalnya: apa yang boleh dan apa yang
tidak boleh dilakukan anggota dan konsekuensinya yang akan diberlakukan sama bagi anggota
kelompok yang melanggarnya. Setiap kelompok mengerti akan norma, baik yang tertulis
maupun yang tidak tertulis sebagai pedoman bagi setiap anggota, bahkan menjadi jiwa/perekat
dalam mencapai tujuan kelompoknya.

Universitas Sumatera Utara

2.3

Penelitian Terdahulu

Berbagai penelitian pada komunitas peternakan sapi telah banyak dilakukan.

Diantaranya, penelitian Mauluddin dkk (2012) yang menyimpulkan peranan kelompok dan
keberdayaan peternak sebagai:, unit produksi, wahana kerjasama, kelas pelajar dan kelompok
usaha. Berdasakan hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan kelompok peternak sebagian
besar tergolong tinggi (83,33%), sisanya tergolong cukup (16,67%). Dalam hal ini peran dan
fungsi klompok yang paling menunjang yaitu peran kelompok sebagai kelas belajar dan
kelompok sebagai unit produksi. Peran kelompok lainnya yang cukup menujang adalah peran
kelompok

unit usaha dan wahana kerjasama. Peran kelompok sebagai kelas belajar

menunjukkan sebagian besar, yaitu sebesar 76,67 persen tergolong baik. Sisanya 23,33 persen
tergolong cukup hal ini di buktikan dengan beberapa aspek yang mendukung berfungsinya
kelompok sebagai kelas belajar, yaitu kelompok peternak telah rutin di dalam mengadakan
pertemuan di kelompoknya. Kelompok umumnya memiliki pertemuan sebulan sekali. Dengan
tujuan para kelompok ternak saling bertukar pikiran dan informas, yang difasilitasi pula
kehadiran penyuluh atau inseminator. Selain itu di hal yang lain yang mendukung berjalannya
kelompok sebagai kelas belajar yaitu adanya fasilitasi komunikasi dengan sumber informasi dan
teknologi yang dapat memudahkan peternak untuk mengetahui segala hal yang berhubungan

dengan peternakan sapi potong. Aspek lainnya di dalam peran kelompok sebagai kelas belajar
masih belum optimal yaitu dalam pengembangan aspek kader kepemimpinan

dan

penyelenggaraan pelatihan. Beberapa kelompok masih ditemui bahwa pembagian pelaksanaan
tugas masih belum berjalan secara optimal, peran ketua kelompok masih cukup dominan dalam
melaksanakan berbagai kegiatan di kelompok. Partisipasi anggota dalam mengikuti pelatihan di
luar masih kurang karena biasanya yang di kirim untuk mengikuti pelatihan hanya 1-2 orang

Universitas Sumatera Utara

saja. Peran kelompok sebagai unit produksi menunjukkan bahwa sebagian, yaitu sebesar 60,00
persen tergolong tinggi. Sisanya sebesar 30,00 persen tergolong cukup. Dalam hal ini yang
endukung berjalannya unit usaha produksi yaitu kelompok sudah dapat memfasilitasi di dalam
perencanaan pola usaha dan kelompok telah dapat memfasilitasi dalam penyusunan rencana
penyediaan faktor-faktor produksi seperti penyediaan hijauan, membantu dalam penyediaan sapi
bakalan dan kebutuha pakan konsentarat. Peran kelompok sebagai unit usaha yaitu menunjukkan
bahwa sebagian besar kelompok peternak sapi yaitu sebesar 70,00 persen tergolong cukup.
Sisanya sebanyak 30,00 persen tergolong tinggi. Hal ini di dukung oleh baiknya peran kelompok

di dalam membantu kelancaran pemasaran sapi potong pada anggotanya. Melalui seksi
pemasaran telah membantu kelompok ternak dalam menjual sapi-sapi milik mereka dengan
tingkat harga yang memuaskan. Namun peran kelompok dalam memfasilitasi permodalan belum
optimal hanya sattu yang diberi modal berupa sapi untuk memelihara induk siap kawin, setelah
beranak 2 kali, maka induk tersebut dapat dimiliki anggta yang memeliharanya. Peran kelompok
sebagai wahana kerjasama yaitu sebesar 46,67 persen kelompok perannya sebagai wahana
kerjasama masih tergolong cukup. Sisanya sebanyak 40,00 persen tergolong tinggi. dan sebanyak
13,33 tergolong rendah. Kerjasama yang muncul lebih banyak, karena pengaruh faktor luar, yaitu
akibat adanya program pembangunan dari pemerintah seperti Program PPKIPM. Kerjasama
yang inisatifnya langsung dari kelompok belum berkembang. Hanya satu kelompok, yang sudah
pernah melaksanakan kerjasama dengan pihak non pemerintah, yaitu di dalam kegiatan
pemasaran hasil, dan kegiatan penggemukkan sapi. Kegiatan ini sekarang sudah tidak
berlangsung lagi, karena usaha ternak diarahkan sebagai usaha pembibitan. Peran kelompok
yang baru berjalan dengan baik adalah dalam perannya sebagai kelas belajar dan unit produksi,
sedangkan peran lainnya, yaitu sebagai unit usaha dan wahana kerjasama belum berkembang

Universitas Sumatera Utara

optimal. Keberdayaan peternak menunjukkan bahwa sebagian besar tergolong cukup (53,33%),
sisanya sebanyak tergolong tinggi (46,67%). Kecenderungan yang ada menunjukkan bahwa

peran peternak baik sebagai pemelihara maupun sebagai manajer masih belum berjalan optimal.
Hal ini terutama ditunjukkan oleh belum maksimalnya peternak di dalam rangka meningkatkan
penambahan ternak yang dipeliharanya. Ternak yang dimiliki rata-rata hanya 3 ekor, hal ini
dikarenakan keterbatasan di dalam penyediaan hijauan pakan ternak, dan kepemilikan lahan yang
strategis untuk memelihara ternak sapi potong. Berdasarkan nilai koefisien korelasi rank
Spearman (rs) hubungan antara peranan kelompok dan keberdayaan peternak sebesar 0,53
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang cukup kuat antara kedua variabel tersebut. Hal ini
memberikan indikasi bahwa semakin kelompok melaksanakan peranannya, maka cenderung
akan semakin lebih berdaya. Peranan kelompok memiliki hubungan yang positif atau searah
dengan keberdayaan peternak sapi potong. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat berkembangnya
potensi peternak, baik dalam perannya sebagai manajer dan sebagai pemelihara ternak tidak
dapat dilepaskan dari berperannya kelompok sebagai kelas belajar, unit produksi, unit usaha dan
wadah kerjasama anggota. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan kelompok yang sudah
berjalan dengan baik adalah dalam fungsinya sebagai kelas belajar, dan unit produksi. Dengan
berjalannya kedua fungsi kelompok tersebut akan mendorong para peternak menjadi meningkat
pengetahuan, sikap dan keterampilannya.
Hasil penelitian Feronica Parera dkk (2011) menyimpulkan bahwa kemampuan
kelompok peternak dalam mendeteksi estrus adalah: baik 58,81%, cukup 35,22% dan kurang
5,97% . Pengetahuan kelompok peternak untuk mendeteksi estrus termasuk kategori baik yakni
peternak mempunyai kemampuan mendeteksi estrus dengan tanda-tanda yang paling dikuasai

yaitu sering keluarnya lendir dan menaiki sapi lain, selain itu terdapat juga tanda estrus yang lain

Universitas Sumatera Utara

seperti; nafsu makan menurun, melengu, ekor diangkat dan vulva bengkak. Frekuensi deteksi
estrus oleh peternak hanya dilakukan satu kali pada saat peternak memindahkan ternaknya,
sedangkan untuk men-dapatkan hasil estrus yang valid dan optimal maka sebaiknya deteksi
estrus dilakukan dua sampai tiga kali dalam sehari. Menurut Hardjopranjoto (1995) dan Setiadi
& Aepul (2010) bahwa deteksi estrus yang dilakukan didalam kandang sering kali hasilnya nihil,
apalagi dilakukan sekali dalam sehari, maka untuk memperoleh hasil yang baik, deteksi estrus
dilakukan tiga kali sehari yaitu pada pagi, siang dan menjelang malam hari selama masingmasing 2 jam. Hasil penelitian kemampuan peternak dalam menentukan waktu kawin adalah:
baik 13,64%, cukup 80,39% dan kurang 5,97% . Peternak hanya memiliki kemampuan cukup
dalam menentukan waktu kawin, perkawinan dilakukan pada saat muncul estrus, sapi berhasil
bunting dalam sekali perkawinan. Ternak yang berhasil bunting untuk satu kali kawin
kemungkinan terjadi karena perkawinan beberapa jam setelah ternak itu estrus, misalnya estrus
pagi maka ternak dikawinkan pada siang atau sore. Peran peternak dalam menentukan waktu
kawin tepat, akan menentukan keberhasilan kebuntingan dalam sekali perkawinan, sebaliknya
penentuan waktu kawin yang tidak tepat, maka kebuntingan dapat terjadi dalam dua sampai tiga
kali perkawinan. Mengawinkan ternak saat muncul tanda estrus atau terlalu awal (di bawah 9
jam setelah estrus) akan menyebabkan fertilitas sperma menurun untuk membuahi ovum, karena

sperma akan menunggu sekitar 28-30 jam sebelum membuahi ovum dalam saluran repro-duksi
betina, sedangkan umur sperma dalam saluran reproduksi betina hanya 24-30 jam. Bila ternak
dikawinkan terlambat (lebih dari 6 jam sesudah estrus) akan menyebabkan fertilitas ovum
menurun sebelum dibuahi sperma, karena ovum akan menunggu 4-5 jam sebelum dibuahi
sperma, sedangkan umur ovum hanya 8-10 jam dalam saluran reproduksi betina. Perkawinan

Universitas Sumatera Utara

yang tepat dilakukan pada saat tercapainya masa estrus optimal yaitu 9 jam sesudah estrus
berlangsung sampai dengan 6 jam sesudah estrus berakhir.
Hasil Penelitian Irfan Effendi Matondang dkk (2013) yang menyimpulkan peranan
dinamika kelompok petani ternak penerima program SMD yang diamati adalah kelompok
periode SMD 2010-2012. Hasil penelitian menunjukan kelompok penerima program SMD
mayoritas memiliki jumlah keanggotaan yang tidak mengalami perubahan sebesar 54,76%,
sebesar 35,72% kelompok mengalami penurunan anggota dan kelompok yang mengalami
peningkatan sebesar 9,52%. Melihat tingkat dinamika kelompok peternak yang rendah
menunjukan bahwa kelompok peternak tersebut belum mampu menjadi wadah kerjasama
sebagai suatu unit sistem sosial (Hubies (2000) dalam Yunasaf (2010)). Dinamika jumlah
anggota kelompok diukur sejak kelompok menerima program SMD hingga saat penelitian
dilakukan. Kelompok penerima program SMD sudah melakukan kerjasama dengan pihak bank,

dinas, kelompok lain dan perguruan tinggi. Hasil penelitian menunjukan sebesar 69,04%
kelompok penerima program SMD mayoritas kelompok tidak mengalami perubahan kerjasama.
Kelompok yang mengalami peningkatan kerjasama sebanyak 28,57% dan penurunan kerjasama
sebesar 2,39%. Dinamika kelompok peternak sapi potong di Kabupaten Kebumen dan Banyumas
mayoritas dalam kategori tetap dan berkurang dengan persentase masing-masing sebesar
18,75%. Dinamika kelompok tetap dikarenakan anggota memiliki tujuan yang kuat untuk
mengembangkan kelompok sehingga tidak terjadi penurunan jumlah anggota dan kerjasama.
Anggota memiliki komitmen untuk mengembangkan kelompok. Dinamika kelompok berkurang
disebabkan pada kelompok tersebut terjadi penurunan jumlah anggota dan kerjasama
dikarenakan kelompok belum memperoleh keuntungan, mengalami kerugian yang besar dan
motivasi anggota menurun, sehingga menurunkan nilai dinamika kelompok. Persentase dinamika

Universitas Sumatera Utara

kelompok di Kabupaten Purbalingga sebesar 18,75% kelompok mengalami peningkatan.
Kelompok yang mengalami peningkatan dinamika kelompok yaitu kelompok Lembu Suro,
Muda Maju Sejahtera, dan Lembu Jati. Hal ini dikarenakan SMD ikut beternak di dalam
kelompok, sehingga apabila ada masalah langsung teratasi dan kedekatan antara anggota dengan
pengurus sangat baik. Keharmonisan di dalam kelompok sangat baik menyebabkan peningkatan
dinamika kelompok dan peningkatan jumlah anggota dan kerjasama. Pada periode penerimaan
tahun 2010, di Kabupaten Banjarnegara tidak terjadi perubahan dinamika kelompok (6,25%).
Hal tersebut disebabkan jumlah anggota dalam kelompok sudah banyak sehingga kelompok
tidak ada niat untuk menambah anggota. Selain itu kelompok dapat mengatasi permasalahan dan
anggota merasa nyaman dalam kelompok. Hasil analisis menunjukan dinamika kelompok
periode 2010 cenderung tetap dan menurun. Hal tersebut dikarenakan sebanyak 6 kelompok
tidak mengalami perubahan dinamika kelompok dan sebanyak 7 kelompok mengalami
penurunan dinamika kelompok. Pada tahun 2011 sebesar 30,95%, 2,38% dan 9,52%; dan
kelompok SMD periode 2012 sebesar 9,52%, 0% dan 9,52%.

Kelompok program SMD

sebanyak 4 kelompok dalam kategori memiliki dinamika kelompok yang baik. Pencapaian
tersebut didapat oleh kelompok ditunjukan dengan hal yang berbeda-beda seperti terjadi
peningkatan jumlah anggota, peningkatan kerjasama, memiliki diversifikasi usaha dan
pengalaman berkelompok. Berbeda halnya dengan 23 kelompok yang diklusterkan pada kategori
sedang. Kelompok tersebut rata-rata tidak terjadi peningkatan baik dalam jumlah anggota
maupun kerjasama serta memiliki diversifikasi usaha namun belum berjalan dengan baik, namun
tidak pula terjadi penurunan jumlah anggota maupun kerjasamanya. Kelompok dalam kluster
kurang sebanyak 15 kelompok. Kelompok dalam kluster kurang mengalami penurunan jumlah

Universitas Sumatera Utara

anggota, penurunan kerjasama dan tidak melakukan diversifikasi usaha. Hal tersebut terjadi
karena adanya konflik dalam kelompok dan sulit membina kekompakan dalam kelompok.
Hasil penelitian Agustina Abdullah (2008) yang menyimplkan, kemampuan kelompok
peternak sapi dibedakan atas adanya kriteria sebagai berikut :
1. . Kelompok Tani Ternak Kelas Pemula. Anggota kelompok memahami pentingnya
berkelompok untuk meningkatkan kesejahteraan hidup. Kelompok sudah memiliki
struktur organisasi, pengurus, anggota, sekretariat, anggaran dasar dan anggaran rumah
tangga (AD/ART), buku administrasi (buku notulen, buku anggota, buka simpan pinjam,
buku pengurus, buku arsip kelompok, buku kas, dll).
2. Kelompok Tani Ternak Kelas Lanjut. AD/ART telah dijalankan semestinya, pertemuan
rutin dilakukan minimal sebulan sekali dan hasil pertemuan tercatat, kelompok mampu
mengidentifikasi masalah dan menyusun perencanaan, kegiatan usaha produktif telah
dimiliki oleh kelompok. Kelompok mempunyai akses pinjaman kredit karena modal yang
dimiliki kelompok layak mendapatkan kredit.
3. . Kelompok Tani Ternak Kelas Madya. Status kelas kelompok tani madya yaitu
kelompok telah mengembangkan jaringan kerja dengan lembaga lain (pasar, keuangan).
Kelompok

memiliki

data

dasar

yang

mendukung

aspek

pemasaran

hasil

pertanian/peternakan, dan mempunyai usaha penanganan pasca panen.
4. . Kelompok Tani Ternak kelas Mandiri. Kelembagaan kelompok telah kuat sehingga
dapat melakukan evaluasi dan perencanaan, melakukan monitoring secara rutin.
Kelembagaan kelompok telah berkembang, pendapatan anggota jelas meningkat dan
memiliki akses terhadap permodalan.

Universitas Sumatera Utara

Kelompok tani ternak Bontosura termasuk dalam kategori kelas madya dengan nilai 705,
sementara kelompok tani ternak Bunging Loh dalam kategori kelas pemula (nilai 315). Dilain
pihak, kelompok tani ternak lainnya dalam katergori kelas lanjut dengan nilai masing-masing
kelompok adalah Singaraja KWT 510, Jatia 405, Bontosura KWT 495, Garuda 430, Singaraja
405, serta Saukeng 425. Rata-rata skor aspek administrasi kelompok tani yang disurvey adalah
77.5, dengan karakteristik secara umum memiliki buku administrasi kelompok seperti buku
tamu, buku pinjaman, daftar anggota, buku simpanan, notulen rapat, buku kas, buku produksi.
Untuk aspek perencanaan umumnya kelompok telah memiliki Rencana Definitif Kebutuhan
Kelompok (RDKK). Rencana pengembangan usaha telah dibuat, dan saat survey dilakukan
kelompok tani ternak telah melaksanakannya. Rata-rata skor aspek perencanaan adalah 48.1.
Organisasi dan kelembagaan, umumnya kelompok tani ternak telah disusun Anggaran dasar dan
Anggaran Rumah Tangga (AD/ART), dengan kondisi kepengurusan kelompok sudah lengkap.
Kehadiran anggota dalam pertemuan kelompok 50-90%. Pemupukan modal dengan rata-rata
skor yang dicapai kelompok tani ternak adalah 85,0. Secara umum pengembangan modal
dilakukan melalui iuran/simpanan anggota, mengembangkan usaha simpan pinjam dan arisan.
Kelompok tani ternak melakukan hubungan kelembagaan dengan kerjasama pihak dinas terkait,
swasta seperti pengusaha saprodi, pengusaha hasil bumi, koperasi, perguruan tinggi, dengan ratarata skor aspek hubungan kelembagaan adalah 46.9. Rata-rata skor aspek teknologi kelompok
tani yang disurvey adalah 52,5. Kelompok tani telah menerapkan teknologi budidaya seperti
fermentasi limbah pertanian sebagai pakan ternak, reproduksi (IB), pascapanen seperti bokashi,
kompos, pengolahan telur asin, gula kambuh, pengolahan dan pemasaran coklat. Teknologi
initerkait dengan usaha-usaha yang dikembangkan kelompok.

Universitas Sumatera Utara

2.4 Pengertian Peran
Peran (role) merupakan proses dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, dia menjalankan suatu
peranan. Perbedaan antara kedudukan dengan peranan adalah untuk kepentingan ilmu
pengetahuan. Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan karena yang satu tergantung pada yang lain
dan sebaliknya.(Soekanto, 2009:212-213 ).
2.5 Pengertian Kelompok
Kelompok menurut Santos (1999) adalah suatu unit yang terdapat beberapa individu,
yang mempunyai kemampuan untuk berbuat dengan kesatuannya dengan cara dan atas dasar
kesatuan persepsi. Kelompok mempunyai keragaman dalam banyak hal, yakni ukuran, lamanya,
nilai nilai dari tujuan, ruang lingkup dan yang terpenting adalah keragaman dalam ukuran
kelompok. Kelompok kecil memiliki anggota tiga sampai 20 orang dan apabila lebih disebut
sebagai organisasi formal (Sears dkk, 1999). Menurut Johnson & Johnson (2000) kelompok
terbentuk karena suatu alasan. Orang masuk ke dalam suatu kelompok untuk mencapai tujuan
yang tidak dapat dicapai sendirian.

2.6 Pengertian Peternakan
Peternakan yaitu kegiatan mengembangbiakan dan membuddidayakan hewan ternak
dengan cara dipelihara dan dirawat sebaik mungkin dengan maksud untuk mendapatkan manfaat
dan hasil serta untuk memperoleh tujuan.
2.7 Pengertian Kemampuan
Kemampuan (abilities) adalah bakat yang melekat pada seseorang untuk melakukan suatu
kegiatan fisik maupun mental yang diperoleh dari lahir, belajar, dan dari pengalaman. Menurut

Universitas Sumatera Utara

Soelaiman (2007:112) kemampuan adalah sifat yang dibawa dari lahir atau dipelajari yang
memungkinkan seseorang dapat mencapai tujuannya, baik secara mental maupun fisik.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Strategi Keluarga Nelayan Dalam Memenuhi Kebutuhan Hidup (Studi Pada Nelayan Tradisional di Desa Perupuk Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara)

3 35 127

Strategi Keluarga Nelayan Dalam Memenuhi Kebutuhan Hidup (Studi Pada Nelayan Tradisional di Desa Perupuk Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara)

0 0 10

Strategi Keluarga Nelayan Dalam Memenuhi Kebutuhan Hidup (Studi Pada Nelayan Tradisional di Desa Perupuk Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara)

0 0 1

Strategi Keluarga Nelayan Dalam Memenuhi Kebutuhan Hidup (Studi Pada Nelayan Tradisional di Desa Perupuk Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara)

0 1 10

Strategi Keluarga Nelayan Dalam Memenuhi Kebutuhan Hidup (Studi Pada Nelayan Tradisional di Desa Perupuk Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara)

0 0 19

Pemeliharaan Sapi Rakyat Membedakan Peran Kelompok Atau Kemampuan Individu Peternak Dengan Pola Tradisional Di Desa Lubuk Hulu,Kecamatan Lima Puluh,Kabupaten Batu Bara

0 0 24

Pemeliharaan Sapi Rakyat Membedakan Peran Kelompok Atau Kemampuan Individu Peternak Dengan Pola Tradisional Di Desa Lubuk Hulu,Kecamatan Lima Puluh,Kabupaten Batu Bara

0 0 4

Pemeliharaan Sapi Rakyat Membedakan Peran Kelompok Atau Kemampuan Individu Peternak Dengan Pola Tradisional Di Desa Lubuk Hulu,Kecamatan Lima Puluh,Kabupaten Batu Bara

0 0 14

Pemeliharaan Sapi Rakyat Membedakan Peran Kelompok Atau Kemampuan Individu Peternak Dengan Pola Tradisional Di Desa Lubuk Hulu,Kecamatan Lima Puluh,Kabupaten Batu Bara

0 0 1

Pemeliharaan Sapi Rakyat Membedakan Peran Kelompok Atau Kemampuan Individu Peternak Dengan Pola Tradisional Di Desa Lubuk Hulu,Kecamatan Lima Puluh,Kabupaten Batu Bara

0 0 10